• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KERJA TINDAK

LANJUT (RKTL)

TUJUAN

PERKIRAAN WAKTU

PERLENGKAPAN

Memahami prinsip SMART dan WFO dalam

perumusan rencana kerja tindak lanjut.

Membuat Rencana Kerja sebagai Tindak Lanjut Kegiatan.

Advokasi untuk mengawal hasil audiensi agar

menjadi Perda.

Kertas Kerja RKTL

Flipchart dan spidol sesuai jumlah kelompok

120 menit

▸ Baca selengkapnya: refleksi dan rencana tindak lanjut siklus 2

(2)
(3)

KERJA TINDAK

LANJUT (RTKL)

PENTING?

“Plan is nothing, planning is everything”

(Kredo manajemen modern)

proses dalam framework advokasi, masih banyak hal yang harus dilakukan untuk memastikan tujuan advokasi tercapai.

Secara sederhana, proses advokasi bisa dilihat dari tiga lini (saluran).

Saluran legislatif untuk mendorong lahirnya payung hukum, saluran eksekutif untuk mengubah budaya pelayanan serta saluran partisipasi masyarakat untuk mengubah perilaku mereka sesuai sasaran isu strategis. Kegiatan RTKL dalam sesi ini merupakan perumusan langkah-langkah dan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan dalam tiga saluran tersebut agar tujuan advokasi tercapai.

Sebagai contoh, kegiatan RTKL antara lain: monitoring tindak lanjut proses legislasi, terus menerus menyuplai informasi bagi anggota dewan, penguatan kinerja pemerintah, penggalangan isu di masyarakat dan sebagainya.

RKTL dan NLP

Dalam perspektif NLP, membuat RKTL adalah suatu upaya future pacing, yakni suatu kegiatan untuk membuat sistem neurologis mengenali apa yang harus dilakukan di masa yang akan datang. Artinya, suatu perencanaan harus mampu membuat “calon pelaku”-nya membayangkan secara jelas apa yang harus dilakukan.

Suatu perencanaan yang tergambar jelas (gamblang) dalam pikiran, akan menciptakan suatu “sirkuit neurologis baru” yang membuat otak mengenali dengan jelas apa yang harus dilakukannya kemudian.

Dalam menyusun suatu rencana pencapaian gol, biasanya digunakan pendekatan SMART (Spesifik, Measurable, Attainable, Realistic dan Time Bound). Pendekatan ini sangat baik, karena membuat pelaku menjadi jelas terhadap apa yang harus dilakukannya.

Lebih jauh dari itu, NLP menyarankan suatu cara berpikir yang disebut wellformed outcome (WFO = tujuan yang dirumuskan dengan baik). Ada 2 aspek penting yang perlu dibahas di sini yakni:

1. Dalam membuat suatu gol, pelaku perlu dapat memvisualisasikan proses dan hasil yang akan dicapai. Proses visualisasi ini

seyogyanya melibatkan sebanyak mungkin indra (bisa dilihat, diraba, didengar, dicium, dirasa).

Proses inilah yang akan menciptakan sirkuit neurologis baru, sehingga pikiran merasa “sudah pernah mengalami” sekalipun sebenarnya baru mengalami secara visualisasi.

2. Kalimat rumusan tujuan harus berbentuk kalimat positif (apa yang diinginkan, bukan yang tidak diinginkan) dan present tenses.

(4)

Apabila tujuan dirumuskan dengan cara demikian, maka tidak saja tujuan ini menjadi jelas, namun akan memotivasi pelaku untuk mencapainya. Terutama karena cara perumusan ini menggunakan pendekatan yang sesuai dengan cara kerja otak manusia.

Saat merumuskan RKTL, kelompok akan mendiskusikan langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan, sehingga setiap anggota mampu secara jelas memvisualisasikan apa yang harus mereka lakukan beserta hasilnya. Fasilitator membantu mengarahkan proses diskusi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulan agar proses perencanaan memenuhi SMART dan WFO. Dengan cara ini, peserta akan mendapatkan gambaran jernih atas apa yang akan mereka lakukan di masa depan sebagai tindak lanjut proses advokasi yang baru saja dimulai.

(5)

Cipta Suasana Pengertian SMART Membangun • suasana (state of mind). Menjelaskan • tujuan sesi. Memahami •

konsep SMART • Memahami konsep WFO. • Peserta mempraktek kan pengetahu- annya mengenai, SMART dan WFO dalam menyusun RKTL di kabupaten masing-masing. Kesimpulan Pengertian WFO Menyusun RKTL Kisah • Ceramah • 5” 25” 60” 10” Flipchart / Laptop 20” Gula pasir • Permainan • Ceramah • Memperluas • wacana Dialog • Ceramah • Diskusi • TOPIK TUJUAN ALAT BANTU METODE WAKTU

(6)

Cipta Suasana

Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan •

yang positif, hangat, apresiatif, segar dan mantap.

Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk •

memancing partisipasi dan perhatian.

o Misalnya, “Sudah kebagian coffee break semuanya?”

Ceritakan dengan gaya berkisah cerita tentang •

“Kisah 5 Saudara Bingung”. Jelaskan tujuan sesi ini. •

Penjelasan SMART

Jelaskan pengertian SMART •

Penjelasan WFO

Diawali lebih dahulu dengan permainan WFO •

(lihat lampiran) Jelaskan WFO •

Diskusi Kelompok RKTL

Peserta diminta berkelompok sesuai asal •

kabupatennya.

Apabila seluruh peserta berasal dari kabupaten •

yang sama, maka kelas dibagi dalam 2 kelompok, usahakan ada keseimbangan anggota.

Tunjuk ketua dan sekretaris untuk memimpin •

proses diskusi. Bagikan

laptop, dan flipchart pada tiap kelompok. Minta kelompok untuk mendiskusikan RKTL di •

setiap kabupaten masing-masing.

Fasilitator berkeliling untuk mengajukan beberapa •

pertanyaan pemancing agar RKTL memenuhi prinsip SMART dan WFO.

No Kegiatan

Keterangan

PROSES LENGKAP

1. 2. 3. 4.

(7)

6.

Pertanyaan Pemandu

Gunakan pertanyaan yang mengarah pada SMART •

dan WFO

Sudahkah tujuannya spesifik? •

Apakah kita dapat mengukur secara jelas •

hasil yang mau dicapai? Bagaimana kita tahu bahwa tujuan sudah tercapai?

Apakah tujuan sudah realistis dan bisa •

dicapai?

Kapan waktu pelaksanaannya, berapa lama? •

Apakah sudah ditulis dalam kalimat positif •

(apa yang diinginkan, bukan apa yang tidak diinginkan)?

Apakah mereka bisa membayangkan proses •

dan hasilnya (apa yang terlihat, terdengar, terasa, dan seterusnya)?

Presentasi Kelompok

Setiap kelompok mempresentasikan hasil •

rencananya.

Kelompok lain dibantu fasilitator untuk •

menyempurnakan, bukan dengan cara

mengritik, namun dengan cara mempertajam dan melengkapi.

Diskusi dan kesimpulan 5.

Fasilitator harus memonitor proses agar diskusi tidak bertele-tele, tidak mengobrol dan sebagainya.

Lakukan dengan berjalan berkeliling, menyemangati, bertanya, dan mendiskusikan dengan peserta.

No Kegiatan

Keterangan

7.

Observasi jawaban peserta

(8)

LAMPIRAN

Kisah 5 Saudara Bingung

Ada 5 orang bersaudara, mereka memiliki nama aneh: Seseorang, Setiap Orang, Siapapun, Orang Lain, dan Tak Seorangpun. Mereka tidak terlalu kompak, sekalipun tinggal di rumah yang sama.

Pada suatu hari Seseorang punya hajat penting yang dia tidak bisa kerjakan sendiri, ia berpikir mengajak Orang Lain untuk membantu mengerjakannya. Karena Orang Lain tidak ada di tempat, akhirnya ia meminta pada Setiap Orang saja untuk membantunya. Seseorang berpikir bahwa Setiap Orang pasti akan mengerjakan permintaannya, karena ia sudah mengatakan padanya. Setiap Orang mengiyakan, sambil berpikir bahwa pekerjaan itu pasti akan dikerjakan oleh Siapapun yang ada di antara mereka.

Namun, ternyata malah Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan itu seperti permintaan Seseorang. Sebab nyatanya Siapapun yang ada pada saat itu mengira bahwa sudah ada Orang Lain yang mengerjakannya.

Akhirnya Setiap Orang menyalahkan Siapapun yang ada di depannya, agar ia bisa terhindar dari kesalahan yang ditimpakan Seseorang padanya. Dalam hal ini Tak Seorangpun akhirnya yang mau bertanggung jawab pada persoalan ini. Setiap Orang berpendapat bahwa Orang Lain-lah yang salah dalam persoalan ini. Seseorang akhirnya mendendam pada Setiap Orang, karena ia berpikir Tak Seorangpun yang mengerjakan pekerjaan ini disebabkan karena Siapapun melempar pekerjaan itu pada Orang Lain.

Apa moral cerita di atas?

Jika sebuah pekerjaan tidak direncanakan dan dibagikan secara

spesifik, maka tak seorang pun yang akan mengerjakan karena merasa bukan pekerjaannya atau mengira bahwa pasti ada seseorang yang akan melakukannya.

Permainan WFO

Pastikan tersedia gula pasir di ruang kelas atau di ruang makan, atau ruang •

istirahat. Usahakan keberadaannya terlihat secara wajar pada tempatnya. Minta semua peserta berdiri.

Jelaskan bahwa anda akan memberikan perintah, mereka diharuskan •

mematuhi perintah itu, namun tidak boleh bertanya atau klarifikasi.

Perintahkan “Saya ingin Anda mengambil benda kotak kecil-kecil di sekitar •

dalam gedung ini, dan pegang di tangan Anda”.

Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan benda •

(9)

KRISTAL PUTIH BENING, BERASA MANIS, yang ada di sekitar dalam gedung ini.

Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan benda •

apakah yang diambil. Catat apabila ada yang berhasil mengambil gula pasir.

Lanjutkan dengan permainan berikutnya: •

Minta semua peserta berdiri menghadap ke arah depan (misal ke arah •

utara).

Perintahkan lagi, “Saya minta sekarang tubuh Anda bergerak memutar, •

tapi jangan menghadap ke selatan.”

Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan ke arah •

mana mereka menghadap.

Perintahkan lagi, “Saya minta sekarang tubuh Anda bergerak memutar, •

saya ingin Anda memutar ke arah Timur.”

Berikan waktu 5 menit untuk melihat reaksi mereka. Perhatikan ke arah •

mana mereka menghadap. Pembahasan:

Pikiran manusia akan sulit memahami gol jika sulit divisualisasi oleh indra (warna, bentuk, ukuran, bau, rasa, dll)

Pikiran manusia akan sulit memahami perintah yang dikatakan dalam bentuk kalimat negatif “Jangan.... “atau “Saya tidak mau Avnda melakukan…. “

(10)

Merubah Kebijakan Publik

Oleh Mansur Fakih dkk Penerbit

Reframing

Oleh Richard Bandler dan John Grinder Penerbit

NLP @ 21Days

Oleh Harry Adler dan Beryl Heather Penerbit

NLP Workbook

Oleh John O’Connors Penerbit

Dan berbagai literatur lain yang berhubungan dengan Advokasi, NLP, Hypnosis, Persuasi dan Pelatihan.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Pedoman Umum GP Buku Pegangan Mentor Juknis Tatap Muka Juknis Daring Modul Materi Perangkat Pembelajaran ………., ……… Penyusun,

[r]

Tanyakan apakah pasien perlu dipindahkan ke ruang lainnya yang sesuai dengan kondisi pasien (Intensive/ruang

Survey kepuasan para pemangku kepentingan terhadap layanan managemen ini dilakukan untuk memonitoring tingkat kepuasan layanan managemen yang diberikan oleh Fakultas

meningkatkan kualitas pembelajaran, juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi rekan sesama guru yang memiliki permasalahan yang sama khususnya dalam

On-the Job Learning (OJL) menggunakan metode experiential learning. Penugasan peserta diklat sebagai calon kepala sekolah magang di sekolah sendiri dan di sekolah

RENCANA TINDAK LANJUT RTL PELATIHAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA Nama : Dewi Nurbaeti, B.Eng., S.Pd.. Instansi : SMPIT SABILUL HUDA REFLEKSI

ABSEN : 39 UPT : LAPAS KELAS IIA LABUHANRUKU JABATAN : KEPALA SUB SEKSI SARANA KERJA PELATIHAN TEKNIS PEMASYARAKATAN ASESMEN RISIKO DAN KLASIFIKASI KEBUTUHAN ANGKATAN V BADAN