• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH (Studi Kasus pada Remaja-Dewasa Pelaku Seks Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang-Banten) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH (Studi Kasus pada Remaja-Dewasa Pelaku Seks Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang-Banten) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan

Kramatwatu, Serang-Banten)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

YESI AFRIANTI

NIM. 6662121347

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13) Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat(QS : Al-Mujadilah 11)

Berangkat dengan Penuh Keyakinan ...

Berjalan dengan Penuh Keikhlasan ...

Istiqomah dalam Menghadapi Cobaan ...

Bismillah,

Skripsi ini ku persembahkan dengan

segalah hormat dan cinta kasih kepada

keluarga ku, papah, mamah, suami, dan

adik-adik yang luar biasa hebat

menjadi sumber motivasi ku dan

inspirasi ku. T

hank’s for everything you

(6)

vi

ABSTRAK

Yesi Afrianti. NIM. 6662121347. Skripsi. KOMUNIKASI

INTERPERSONAL REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH (Studi Kasus pada Remaja-Dewasa Pelaku Seks Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan Keramatwatu, Serang-Banten). Pembimbing I: Ikhsan Ahmad., S.IP, M.Si dan Pembimbing II: Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si.

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan kematangan seksual, dimana organ-organ seksualnya dapat berfungsi secara menyeluruh, yang mengakibatkan timbulnya dorongan dan keingintahuannya mengenai pemuasan seksual. Perilaku seksual dikalangan remaja cenderung meningkat, sehingga mengakibatkan maraknya hubungan seksual pranikah yang terjadi pada remaja. Dibalik timbulnya hubungan seksual pranikah dikalangan remaja tak luput dari komunikasi antarpribadi yang terjalin secara intensif. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan bagaimana komunikasi yang terjalin remaja pelaku seks pranikah dengan pasangannya sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks pranikah. Dengan mengetahui proses tahapan komunikasi interpersonal dan keefektivan komunikasi interpersonal, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Interpersonal menurut Joseph De Vito. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah remaja pelaku seks pranikah dengan pasangannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif dan wawancara mendalam. Hasil penelitian yang didapat dari keenam informan, komunikasi interpersonal pada ketiga informan dengan pasangannya sebelum melakukan hubungan seks pranikah terbilang efektif, jika dispesifikasikan maka pasangan informan pertama termasuk dalam efek kognitif, pasangan informan kedua termasuk dalam efek afektif, dan pasangan informan ketiga termasuk dalam efek konatif. Perubahan situasi dan kondisi komunikasi pasca terjadinya hubungan seksual pranikah pada ketiga informan dengan pasangannya memiliki dua fase perubahan, dari awalnya berada dalam komunikasi yang efektif dengan pasangannya menjadi tidak efektif.

(7)

vii

ABSTRACT

Yesi Afrianti. NIM. 6662121347. Thesis. INTERPERSONAL

COMMUNICATION ADOLSCENT PREMARITAL SEX OFFENDERS (A Case Study Adolscent-Adult Premarital Sex Offender Neighborhood Terate Village, District Kramatwatu, Serang-Banten). Guide I: Dr. Ikhsan Ahmad., S.IP, M.Si And Guide II: Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si.

Physical development in adolescents is marked by sexual maturity, in which the sexual organs can function as a whole, resulting in the emergence of impulse and curiosity about sexual gratification. Sexual behavior among adolescents tend to increase, resulting in the rise of premarital sexual relations that occur in adolescents. Behind the incidence of premarital sexual intercourse among adolescents are not spared from interpersonal communication that exists intensively. The purpose of this research is to know, describe, and explain what drives, what is the decision, and how communication is established juvenile offender premarital sex with their partner before and after premarital sex. By knowing the stages of the process of interpersonal communication and interpersonal communication effectiveness, the theory used in this research is the theory of Interpersonal Communication by Joseph De Vito. The method used in this research is qualitative descriptive. The subjects were juvenile offender premarital sex with their partner. Data collection techniques used in this study is the observation of passive participation and in-depth interviews. Results of the study were obtained from six informants, interpersonal communication on a third informant with her partner before having sex before marriage is fairly effective, if specified then the pair first informant included in the cognitive effects, a couple second informant included the effects of affective and partner third informant included the effect conative , Changes in circumstances after the occurrence of communication premarital sexual relations with their partners in third informant has two phases of change, from the beginning to be in effective communication with their partner becomes ineffective.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat serta karunia yang tidak terhingga sehingga skripsi

berjudul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA PELAKU SEKS

PRANIKAH dengan Sub Judul (Studi Kasus pada Remaja-Dewasa Pelaku Seks

Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang-Banten)” bisa tertuntaskan dengan baik. Juga shalawat dan salam kepada junjungan Nabi

besar Muhammad SAW yang menjadi insiprasi dan pembuka gerbang cahaya bagi

umatnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Dalam penyusunannya, peneliti

banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat niat dan usaha yang

sungguh-sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh lebih sulit

dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang

setulusnya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Dulhadi dan ibunda Rohilah.

Terima kasih atas doa tulus yang tiada henti diberikan, perhatian dan

cinta yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar bagi penulis dalam

(9)

ix

2. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa

3. BapakDr. Agus Sjafari M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Rahmi Winangsih Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Bapak Ikhsan Ahmad, S.IP, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang

dengan penuh kesabaran menghadapi penulis, meluangkan waktu,

memberi masukan, arahan, dan dukungan penuh kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini

6. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si., selaku dosen pembimbing II,

yang juga dengan penuh kesabaran menghadapi penulis serta

meluangkan waktu, masukan, dan nasehat kepada penulis selama

proses penyusunan tugas akhir ini.

7. Ibu Isti Nursih, S.I.P, M.I.K., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Dosen-dosen pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan

ageng tirtayasa yang telah memberikan ilmunya.

9. Seluruh staff Program Studi Ilmu Komunikasi dan staff Fakultas Ilmu

Sosial dan Imu Politik yang telah membantu penulis dalam hal

kelancaran proses skripsi.

10. Terima kasih pula untuk suami penulis: Rofiq Vidi Royansyah yang

telah memberikan perhatian, dukungan, semangat dan doa selama

(10)

x

11. Kedua orangtua mertua penulis, ayahanda H. Sukirmadi dan Ibu Hj.

Vivi Sumanti S.Sos, terimakasih atas pengertian, doa dan

dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

12. Keluarga besar penulis, terutama Nenek, Bibi dan Paman yang telah

mendukung, mendoakan, serta memberikan perhatiannya kepada

penulis selama penyelesaian skripsi.

13. Untuk adik-adik penulis: Fajar Ramadan, Vidi Afrik Alviando, Reza

Vidi Pratama, Aura Claudy Vidianita, Ella Esmalla yang telah

memberikan perhatian, semangat dan doa selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat tercinta, Terima kasih untuk Siti Nur Faizah, Egi

Winadya, Eri Husna Permata, Nefi Lidya Maita, Della Krestianti P,

Adnah, Dety Kurniati dan Yurike Silvianingsih yang telah bersedia

menemani dan memberi semangat. Semoga persahabatan kita selalu

dijaga dan terjaga oleh allah yang telah memnyatukan kita dan semoga

persahabatan ini tak akan berakhir hingga akhir. Heart you, my

beloved friends!

15. Excellent Communication Society angkatan 2012, trimakasih untuk

semua suka dan duka yang telah dilewati bersama. You guys such an

(11)

xi

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak atas

segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada

umumnya.

Serang, 8 Februari 2017

(12)

xii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

2.1.2 Komunikasi Antarpibadi ... 10

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpibadi ... 10

2.1.2.2 Peranan, Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi ... 16

2.1.2.3 Unsur-unsur Komunikasi Antarpribadi ... 19

2.1.2.4 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi ... 21

(13)

xiii

2.1.3.2 Karakteristik Remaja ... 28

2.1.4 Seksual Pranikah ... 32

2.1.4.1 Pengertian Seks Pranikah ... 32

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Remaja ... 33

2.1.4.3 Dampak dari Seks Pranikah ... 35

3.5 Instrumen Penelitian ... 49

3.6 Informan Penelitian ... 50

3.6.1 Informan ... 50

3.6.2 Key Informan ... 51

3.7 Teknik Pengumpulan & Analisis Data ... 51

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.7.1.1 Wawancara ... 51

3.7.1.2 Penentuan Informan ... 53

3.7.1.3 Observasi ... 54

3.7.1.4 Teknik Analisis Data ... 55

3.8 Jadwal Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 58

(14)

xiv 64

4.1.5 Nuri (nama samaran) ... 65

4.1.6 Pasangan Nuri ... 67

4.2 Pembahasan ... 68

4.2.1 Komunikasi Antarpribadi Remaja dengan Pasangannya Sebelum Terjadinya Hubungan Seksual Pranikah ... 69

4.2.2 Komunikasi Antarpribadi Remaja Pasca Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 75

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

5.2.1 Saran Teoritis ... 83

5.2.2 Saran Praktis ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN

(15)

xv

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 41

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 57

Tabel 4.1 Jawaban Pasangan Informan 1 tentang Komunikasi Pasca Hubungan Seks Pranikah ... 75

Tabel 4.2 Jawaban Pasangan Informan 2 tentang Komunikasi Pasca Hubungan Seks Pranikah ... 78

(16)

xvi

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 38

(17)

xvii

Lampiran 2 Surat Persetujuan Wawancara Informan

Lampiran 3 Kartu Bimbingan

(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa dimana perkembangannya begitu pesat, baik

secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan

semakin matangnya organ-organ tubuh termasuk organ reproduksi. Sedangkan

secara psikologis perkembangan ini nampak pada kematangan pribadi dan

kemandirian. Masa remaja yaitu masa yang masih belum mampu menguasai dan

memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya, karena masa remaja

berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengalami

fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik, dan sosial.1

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan kematangan seksual, dimana

organ-organ seksualnya dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan

keturunan. Dengan kematangan fungsi-fungsi seksualnya, maka timbul

dorongan-dorongan dan keingintahuannya mengenai pemuasan seksual.2

Seksual pranikah di kalangan remaja merupakan sebuah fenomena yang harus

segera mendapatkan perhatian. Meluasnya perilaku yang semula dianggap hanya

terjadi pada anak-anak di berbagai kota besar, dan kini telah merembes sampai ke

pelosok menunjukkan adanya persebaran pengaruh buruk yang terjadi.

1

Hurlock, E.B,. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga, 1980. Hal. 18

(19)

Salah satu faktor dari beragam faktor yang ada adalah kemajuan teknologi

misalnya berupa kemudahan mendapatkan kepingan CD film-film porno atau

berkembangnya kepemilikian HP dengan fasilitasi yang mampu menampung,

menerima dan menyebarluaskan film-film porno.3 Tidak sedikit informasi yang

diperoleh remaja disalahartikan sehingga menimbulkan berbagai perilaku

menyimpang yang akibatnya tidak saja merugikan remaja itu sendiri, tetapi juga

dapat merugikan orang lain, seperti melakukan hubungan seks dengan pacar atau

teman terdekat tanpa memperhitungkan akibat yang timbul, yaitu kehamilan,

penyakit menular seksual dan tercorengnya kehormatan keluarga.

Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

penyalahgunaan seks pranikah, remaja telah mempunyai orientasi seks namun tidak

dapat menyalurkannya dengan benar. Hal ini dikarenakan pada masa remaja terjadi

proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan

perkembangan seksual. Perilaku seksual pranikah merupakan segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita

diluar perkawinan yang sah.4 Perilaku seksual pranikah terjadi karena adanya

dorongan oleh hasrat seksual seperti bergandengan tangan, berciuman, bercumbu

dan bersenggama yang dilakukan oleh pria dan wanita tanpa melalui proses

pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama.

Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini menunjukkan bahwa perilaku

seksual pranikah pada remaja terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenyataan ini

3 Ika Wulandari. Dampak Kenakalan Remaja. 2008

4

(20)

didukung dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan survei yang

dilakukan Buklet Cinta Mulia yang disebarkan dan diproduksi oleh Alfatih Studio

pada tahun 2014, 54% remaja di kota Bandung mengaku sudah pernah melakukan

hubungan seksual diluar pernikahan. Ini angka paling tinggi dari empat kota yang

disurvei. Di Jakarta, angkanya lebih rendah 1%, yaitu 51%. Di Surabaya, 47%

remaja yang disurvei mengaku pernah berhubungan seks pranikah. Sedangkan di

Medan, satu-satunya kota di luar Jawa dari empat kota yang datanya ditampilkan,

angkanya mengalahkan Jakarta, yakni 52%.5

Masih berada didalam Kota Bandung, workshop hasil Baseline survei

pengetahuan dan perilaku remaja Kota Bandung oleh 25 Messenger Jawa Barat di

Wisma PKBI Jabar. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan 25 Messenger

Jabar Kristian Widya Wicaksono mengatakan, survei yang dilakukan rentang waktu

bulan Juni 2012 ini melibatkan rata-rata 100 responden remaja usia 15-24 tahun

yang ada di setiap kecamatan di Kota Bandung. Sedikitnya 56% remaja Kota

Bandung pada rentang usia 15 hingga 24 tahun sudah pernah berhubungan seks atau

making love (ML) di luar nikah. Hubungan seks dilakukan dengan pacar, teman,

dan pekerja seks komersial.6

Hasil penelitian lain yang juga cukup mengagetkan, yaitu penelitian tentang

perilaku seks bebas di antara generasi muda pada tahun 2006 di Makassar,

mengungkap perilaku seks bebas generasi anak baru gede (ABG) kurang lebih 474

remaja yang dijadikan sampel penelitian, ternyata mengaku telah melakukan

5 Al Fatih. Seks Bebas Remaja Tertinggi di Bandung. 2014

(21)

hubungan seks tanpa nikah dan yang lebih mengagetkan lagi ternyata 40% di antara

mereka melakukan hubungan seks tersebut pertama kali justru dilakukan di rumah

sendiri dengan pacar mereka.7

Melihat dari data-data diatas bahwa ternyata hubungan seksual pranikah sudah

tersebar dimana-mana, mulai dari kota-kota besar hingga kota kecil di Indonesia.

Hal serupa juga terjadi pula di Povinsi Banten, yang terungkap dalam acara Seminar

dan Dialog Interaktif Bina Keluarga Remaja (BKR) yang digelar di halaman Kantor

Kecamatan Tangerang, Kamis (14/5). Dari data Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan, Survei Kesehatan

Reproduksi Remaja Indonesia 2002-2003 menyebutkan, remaja yang mengaku

memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia

14-19 tahun mencapai 34,7% untuk perempuan dan 30,9% untuk laki-laki. Mereka

yang berumur 20-24 tahun yang pernah melakukan hal serupa ada 48,6% untuk

perempuan dan 46,5% untuk laki-laki.8

Dari kasus di atas tersebut nampak bahwa dari tahun ke tahun selalu terjadi

kasus perilaku seksual remaja dan ada indikasi peningkatan yang cukup berarti.

Kasus dari fakta-fakta tersebut ini memang bukanlah hal yang sederhana, terlebih

bagi mereka yang melakukannya. Bagi masyarakat di Indonesia, seks diluar

pernikahan merupakan hal yang tidak lumrah, terlebih bagi wanita remaja, seks

diluar pernikahan dapat merebut kehormatan yang memang seharusnya dijaga.

7 Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah, Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku SeksPranikah. Jurnal

Soul, Vol. 1, No. 2. 2008. Hal. 61.

(22)

Selain itu menurut hukum agama dan pemerintah seks diluar pernikahan tidaklah

diperbolehkan.

Timbulnya perilaku seksual pranikah pada remaja berawal dari

keingintahuannya mengenai seksual, sampai keinginannya untuk melampiaskan

hasrat seksualnya dengan cara menonton situs-situs pornografi sampai melakukan

hubungan seksual dengan lawan jenisnya, itu semua tak luput dari komunikasi

antarpribadi yang terjalin secara intensif. Komunikasi interpersonal yang terjadi

pada pelaku menimbulkan sebuah proses interaksi yang efektif, sehingga

menimbulkan keinginan pelaku untuk melakukan hubungan seksual. Komunikasi

interpersonal itu sendiri merupakan prosees pengiriman dan penerimaan pesan

antara dua orang atau lebih secara tatap muka dan dua arah yang menimbulkan

umpan balik/feedback.9 Efektivitas komunikasi interpersonal pelaku adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan antara pelaku yang berlangsung secara tatap

muka dan dua arah, yang disertai adanya niat kedua belah pihak untuk berperan

sebagai pembicara dan pendengar sehingga menimbulkan respon dan feedback.10

Seks pranikah menjadi masalah yang pelik khususnya bagi generasi muda,

karena larangan atas norma-norma agama mengenai berhubungan seks sebelum

menikah masih berlaku dan dipegang teguh oleh sebagian besar kalangan

masyarakat. Bagi mereka seks bukanlah semata-mata upaya mencari kesenangan

(rekreasi), karena hubungan seksual pranikah merupakan sebuah dosa dan

9 Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. Komunikasi Antarmanusia. Serang : Pustaka Getok Tular. 2012

(23)

hubungan seksual selayaknya dilakukan dalam lembaga pernikahan dengan tujuan

mengembangkan keturunan.

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Desa Kelurahan Terate, Kecamatan

Kramatwatu, Serang-Banten. Karena penulis ingin mengetahui bagaimana

komunikasi yang melatarbelakangi remaja pelaku seks pranikah di Desa Terate ini

sehingga terjerumus kedalam perilaku menyimpang tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Komunikasi Interpersonal Remaja Pelaku Seks Pranikah (Studi Kasus pada

Remaja-Dewasa di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang-Banten)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat

adalah sebagai berikut :

“Bagaimana komunikasi interpersonal remaja pelaku seks pranikah ?”

1.3Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana komunikasi interpersonal remaja sebelum melakukan hubungan

seksual pranikah?

2. Bagaimana komunikasi interpersonal remaja pasca terjadinya hubungan

(24)

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka diketahuilah tujuan-tujuan

penelitian yang ingin dilakukan, yaitu ?

1. Untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan komunikasi

interpersonal remaja sebelum melakukan hubungan seksual pranikah.

2. Untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan komunikasi

interpersonal remaja pasca terjadinya hubungan seksual pranikah.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan teoritis tentang kajian perilaku

menyimpang, khususnya bagi remaja dan masyarakat pada umumnya

tentang terjadinya hubungan seksual pranikah.

Memberikan dasar-dasar dan landasan bagi penelitian tentang

hubungan seksual pranikah.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan pemahaman bagi masyarakat untuk lebih waspada

terhadap perilaku remaja agar tidak terjadi hubungan seksual pranikah

diluar pernikahan.

Memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan yang ingin

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kajian Teoritis

2.1.1 Pengertain Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh

seorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau merubah sikap,

pendapat, atau perilaku, baik secara langsung (secara lisan) maupun tidak

langsung (melalui media).

Rumusan komunikasi yang sangat dikenal adalah rumusan yang

dibuat Harold Laswell. Menurut Laswell komunikasi adalah: “who says

what in which chanell to whom with what effect”. Yang jika dijabarkan,

akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu:

1. Siapa yang mengatakan (Komunikator)

2. Kepada siapa disampaikan (Komunikan)

3. Apa yang dikatakan (Pesan)

4. Media apa yang digunakan (Media)

(26)

Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua sebagai:

1. Pengertian komunikasi secara etimologis. Komunikasi berasal dari

bahasa latin communication, dan bersumber juga dari kata communis

yang artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi

berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan

makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

2. Pengertian komunikasi secara terminologis. Komunikasi yang berarti

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.11

Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Everett

Rogers12. Komunikasi didefinisikan sebagai “proses di mana suatu ide dialihkan

dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah

tingkah laku mereka”. Sedangkan menurut Arni Muhammad (2005:5) Komunikasi

dedefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si

pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Dapat

disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian

pesan baik berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang kepada orang lain

untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun

tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya

jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga

yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.

11

(27)

2.1.2 Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

2.1.2.1Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut

beberapa ahli, diantaranya adalah:

Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal

Communication Book, komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman

dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok

kecil orang- orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

seketika (the process of sending and receiving messages between two

persons, or among a small group of persons, with some effect and some

immediate feedback).13

Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan

komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka

antara beberapa pribadi. Menurut Tan juga mengemukakan bahwa

komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang

atau lebih.14

13 Joseph A Devito. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing

Group. 2011. Hal. 4.

14

(28)

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek

tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek

yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan pada:

1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami, dipersepsi oleh komunikan atau yang berkaitan dengan

pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan

ditujukan kepada pikiran komunikan.

2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan

atau yang berhubungan dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan

komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak

hatinya.

3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi

pola-pola tindakan, kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan

menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu dalam arti kita

melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik

(jasmaniah).15

Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip

pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang

efektif, yaitu:

(29)

a. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang

diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas

keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal.

Aspek pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus

terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus

dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini

mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi.

Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

pengungkapan diri ini patut dan wajar.

Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk

bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,

tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan

yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang

komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan

dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran

dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang

diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang

(30)

lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang

artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu

memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap

mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang

sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun

non-verbal.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung

efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung

dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.

d. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,

mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan

situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak

menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan

positif tak bersyarat kepada individu lain.16

(31)

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial

dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses

saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan

karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang

memiliki suatu pribadi.

Dalam komunikasi antar pribadi, Joseph Luft menekankan bahwa setiap

orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain.

Hal ini digambarkan dalam Johari Window (Jendela Johari) yakni:

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan

secara skematis seperti terlihat pada skema di atas.

1. Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang

bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan,

dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

I

OPEN AREA

Known by ourselves and known by others

II

BLIND AREA

Known by others but not known by ourselves

III

HIDDEN AREA

Known by ourselves but not known by others

IV

UNKNOWN AREA

(32)

2. Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa

kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya

sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan.

3. Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya,

tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang

seperti itu bersikap tertutup.

4. Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini

menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh

dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.17

Berdasarkan definisi Devito, maka komunikasi antarpribadi

adalah komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang

komunikator berbicara maka akan terjadi umpan balik dari komunikan

sehingga terdapat interaksi. Dalam komunikasi dialogis, baik

komunikator maupun komunikan, keduanya aktif dalam proses

pertukaran informasi yang berlangsung dalam interaksi

17

(33)

2.1.2.2Peranan, Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi

Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh

komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup

manusia, yakni:

1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan

sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa

mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain.

Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan

ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu

menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses

itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh

kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan

orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar

maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat

dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap

diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang

diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat

menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.

3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji

kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia

di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan

(34)

pembandingan sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat

komunikasi dengan orang lain.

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas

komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih

orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures)

dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi

berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih,

cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari

orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun

tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan

emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.18

Dari beberapa definisi komunikasi harus ditinjau manakah

ciri-ciri yang menunjukkan perbedaan yang khas antara komunikasi

antarpribadi dengan bentuk komunikasi antarpribadi dari mereka yang

saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara

baik tentang lika-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya,

perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang. Mereka yang

sudah saling mengenal secara mendalam memiliki interaksi komunikasi

yang lebih baik daripada yang belum mengenal. Kesimpulannya bahwa

jika hendak menciptakan suatu komunikasi antarpribadi yang lebih

bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban.

18 Dr. A. Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi “Tinjauan Psikologis”, Yogyakarta; Kanisius

(35)

Bagaimanapun juga suatu batasan pengertian yang benar-benar

baik tentang komunikasi antarpribadi tidak ada yang memuaskan semua

orang. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana kita melihat

dan mengetahui perilakunya. Dengan kata lain tidak semua bentuk

interaksi yang dilakukan antara dua orang dapat digolongkan komunikasi

antarpribadi. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua orang

haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi antarpribadi

benar-benar dimulai.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi

antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat

komunikasi antarpribadi itu adalah:

1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan

nonverbal

2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang

spontan

3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis

4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan

interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan

yang lain sebelumnya)

5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat

intrinsik dan ekstrinsik

(36)

7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang

persuasif.19

2.1.2.3Unsur-unsur Komunikasi Antarpribadi

Verdeber mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi

merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung

dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Ketika orang berkomunikasi

maka nampaknya yang terjadi adalah suatau proses transaksional yang dapat

diartikan bahwa: (1) siapa yang terlibat dalam suatu proses komunikasi

saling membutuhkan tanggapan demi suksesnya komunikasi itu; (2)

komunikasi melibatkan interaksi dari banyak unsur.

Beberapa unsur yang dimiliki secara tetap oleh setiap bentuk

komunikasi termasuk komunikasi antarpribadi adalah: (1) konteks, (2)

komunikator komunikan, (3) pesan, (4) saluran, (5) gangguan, (6) umpan

balik, (7) model proses.20

1. Konteks

Komunikasi antarpribadi tidak beroperasi dalam ruang hampa

sosial tetapi dalam konteks. Konteks adalah keadaan, suasana yang

bersifat fisik, historis, psikologis tempat terjadinya komunikasi.

19

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991. Hal. 30-31

(37)

2. Manusialah yang Berkomunikasi

Manusia yang terlibat dalam transaksi komunikasi berperan sebagai

pengirim maupun penerima pesan, dan pada umumnya dilakukan

secara simultan. Pada dasarnya, berkomunikasi dengan seseorang

individu membawa serta berbagai pengalaman dalam wujud

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sikap-sikap yang dimilikinya.

3. Pesan-Pesan

Pesan-pesan dalam komunikasi dapat dipahami melalui tiga

unsur utama, yaitu: (a) makna yang terbentuk oleh setiap orang, (b)

symbol-simbol yang dipergunakan untuk menyampaikan makna, (c)

bentuk organisasi pesan-pesan itu.

4. Saluran

Dalam membagi pesan dari seorang pengiri, maka pesan harus

melewati suatu tempat atau alur lewatnya pesan itu. Dalam komunikasi

suatu kata berisi pesan dibawa oleh seseorang kepada orang lain melalui

gelombang suara, pernyataan raut wajah, gerakan tubuh, gerakan

cahaya mata. Secara umum semakin banyal saluran yang dipergunakan

untuk mendistribusikan pesan akan menghasilkan komunikasi yang

semakin sukses.

5. Gangguan

Gangguan merupakan setiap rangsangan yang menghambat

(38)

6. Umpan Balik

Umpan balik adalah pemberian tanggapan terhadap pesan yang

dikirim dengan suatu makna tertentu.

7. Model Proses

Setiap bentuk komunikasi mempunyai model, termasuk

komunikasi antarpribadi. Menurut De Vito, fungsi dari model

komunikasi adalah: (a) model menyajikan pengorganisasian dari

berbagai unsur dalam suatu proses komunikasi, (b) model merupakan

alat bantu yang bersifat heuristic, (c) model memungkinkan kita

melakukan suatu prediksi terhadap komunikasi, (d) model membantu

kita mengadakan pengukuran terhadap unsur-unsur dan proses

komunikasi dalam suatu keadaan tertantu.21

2.1.2.4Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi social

karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang

orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian maka fungsi

social komunikasi interpersonal mengandung aspek-aspek manusia

berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan psikologis,

manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban social, manusia

berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik, manusia

(39)

berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri dan

manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.22

Selain itu fungsi lain dari komunikasi interpersonal adalah untuk

pengambilan keputusan. Banyak dari keputusan yang sering diambil manusia

dilakukan dengan berkomunikasi kerena mendengan pendapat, saran,

pengalaman, gagasan, pikiran, maupun perasaan orang lain. Ada dua sapek

fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi, yaitu

manusia berkomunikasi untuk membagi informasi dan manusia berkomunikasi

untuk mempengaruhi orang lain.23

2.1.2.5Jenis-Jenis Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal mempunyai

jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi lain. Secara teoritis

komunikasi ini diklasifikasikan menjadi uda jenis menurut sifatnya, yaitu:24

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi berlangsung antara dua orang yakni

kominkator adalah seseorang yang menyampaikan pesan dan seorang lagi

yang menerima pesan.

22 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna. (Jakarta. Kencana Prenada: 2011) hlm 27-30

23 Ibid. Hal 31-32

24 Sihabudin, Ahmad & Rahmi Winangsih. Komunikasi Antarmanusia. Serang : Pustaka Getok

(40)

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri

dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan secara

berdialogis.

2.1.2.6Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Kegiatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan mempunyai beberapa

tujuan, yakni:

1. Mempelajari

Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, orang tersebut belajar

mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain, memperoleh

pengetahuan tentang orang lain, dunia dan diri seniri. Kenyataannya,

persepsi iri seseorang sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah

dipelajari tentang diri sendiri dan

orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumaan-perjumpaan

antarpribadi. Komunikasi juga membantu seseorang untuk menemukan

dunia luar, dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.

2. Untuk Berhubungan

Membentuk hubungan dengan orang lain, interaksi dengan orang lain

sebagai indivdiu. Seseorang menghabiskan banyak waktu dan energi

komunikasi untuk membinaan memelihara hubungan sosial. Seseorang

(41)

internet, dan sebagainya. Seseorang berbincang-bincang dengan orang lain,

anak-anak, saudara. Seseorang berinteraksi pula dengan rekan kerjanya.

3. Untuk Membantu

Membantu seseorang untuk mengkeritik, menyatakan sebuah empati,

bekerja dengan satu kelempok untuk memecahkan suatu masalah atau

mendengarkan dan mendukung orang lain pada saat berbicara.

4. Untuk Mempengaruhi

Memperkuat atau mengubah sikap atau perilaku orang lain. Dalam

pejumaan sehari-hari, seseorang berusaha mengubah sikap dan perilaku

orang lain. Seseorang akan berusaha mengajak orang lain melakukan

sesuatu, mencoba cara diet baru, membeli produk tertentu, menonton film,

menyakini sesuatu itu benar atau salah, menyetujui atau menyecam gagasan

tertentu, dan sebagainya.

5. Untuk Bermain

Memperoleh pengalaman pada suatu waktu. Dalam kegiatan bermain,

komunikasi digunakan untuk menciptakan relasi dengan orang-orang di

sekeliling.25

25 Joseph A Devito. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing Group.

(42)

2.1.2.7Proses Komunikasi Antarpribadi

Proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam

aktivitas komunikasi yakni menyampaikan pesan guna mewujudkan motif

komunikasi. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis,

bersifat dua arah, komunikator dan komunikasi sama aktif saling

mempertukan pesan-pesan untuk dimaknai dan ditanggapi oleh pihak

lainnya. Oleh karena itu bisa kita simpulkan, proses komunikasi adalah

urutan-urutan peristiwa yang terjadi ketika manusia menmyampaikan

pesannya kepada manusia lain.26

Menurut Onong Uchana Effendy, proses komunikasi terjadi kedalam

dua tahap yakni:

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer merupakan proses pencapaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) dengan media. Lambang sebagai media primer dalam proses

komunikasi adalah bahasa, kyal, isyarat, warna dan sebagainya yang secara

langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada

komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan

dalam komunikasi adalah bahasa.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai

(43)

lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering igunakan

iantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah radio, televisi, film

dan lain-lain.27

2.1.3 Remaja

2.1.3.1Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescence” yang berarti

perkembangan menjadi dewasa. Piget mengemukakan bahwa istilah

adolscence mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup kematangan

emosional, mental, sosial dan fisik. Masa remaja menunjukkan dengan jelas

sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa

dan tidak lagi memiliki status anak.28

Remaja adalah masa peralihan individu dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa yang tumbuh dan berkembang dalam proses pematangan, baik

dari segi fisik maupun psikologis. Batas usia remaja biasanya usia 12-22

tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda, dimana seseorang banyak

mencari jati diri mereka. Masa remaja, menurut Mappiare (1982),

berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan

13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat

di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17

27 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: Rosda Karya, 1998. Hal

17

28 Yusuf Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya,

(44)

atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan

21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.29

Terjadinya perubahan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan

dikalangan remaja sehingga masa ini disebut periode strum and drang. Hal

ini karena remaja mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa

sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang

berlaku dimasyarakat.30

Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja (adolescence)

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosial-emosional.31 Hurlock membedakan masa remaja dalam dua bagian, awal

dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari

usia13-16 tahun dan 17-18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan

demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat.32

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja

adalah periode perkembangan dari anak–anak ke dewasa awal yang

mencakup perubahan baik secara fisik, sosial, kognitif, emosional dan

mental yang berlangsung antara 12 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja

adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.

29 Dwi Putri Aprianti, Komunikasi remaja pelaku seks pranikah, 2011

30 L Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Hal 63.

31 Santrock, Adolescence : Perkembangan Remaja. Alih bahasa oleh : Shinto B. A. Dan S. Saragih.

Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003. Hal. 26.

32 Hurlock. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

(45)

2.1.3.2Karakteristik Remaja

Hurlock mengatakan bahwa semua periode yang paling penting selama

masa kehidupan mempunyai karakteristiknya sendiri. Begitupun masa

remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

masa kanak-kanak dan dewasa. Ciri-ciri tersebut antara lain:33

a. Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting.

Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada periode lain

karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, serta

akibat-akibat jangka panjangnya. Misalnya, perkembangan fisik yang cepat dan

penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat,

terutama pada masa remaja awal. Semua perkembangan itu menimbulkan

perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan

minat baru. Minat baru yang dominan muncul pada masa remaja adalah

minatnya terhadap seks. Pada masa remaja ini mereka berusaha melepaskan

ikatanikatan afektif lama dengan orang tua. Remaja lalu berusaha

membangun relasi-relasi afektif yang baru dan yang lebih matang dengan

lawan jenis dan dalam memainkan peran yang lebih tepat dengan seksnya.

Dorongan untuk melakukan ini datang dari tekanan-tekanan sosial akan

tetapi terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang

seks. Karena meningkatnya minat pada seks inilah, maka remaja berusaha

mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Tidak jarang, karena

33 Heriana Eka Dewi, Memahami Perkembangan Fisik Remaja. Yogyakarta: Gosyen Publishing,

(46)

dorongan fisiologis ini juga, remaja mengadakan percobaan dengan jalan

masturbasi, bercumbu atau bersenggama.34

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Artinya, apa yang telah terjadi pada masa sebelumnya akan menimbulkan

bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Anak-anak

harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanakkanakan dan juga

harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan

perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Dalam masa peralihan ini,

remaja bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Namun

status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status ini memberi

waktu kepada remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja beriringan

dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan itu antara lain:

1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi.

2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.

3) Perubahan minat dan pola perilaku menyebabkan berubahnya nilai-nilai.

34 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

(47)

4) Remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka

menginginkan kebebasan tetapi cenderung takut untuk bertanggungjawab.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Hal ini dikarenakan selama masa kanak-kanak sebagian besar permasalahan

diselesaikan oleh guru atau orang tua mereka, sehingga pada masa remaja

mereka tidak cukup berpengalaman dalam menyelesaikan masalah. Namun

mereka ingin mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri,

menolak bantuan dari guru dan orang tua sampai akhirnya mereka

menemukan bahwa penyelesaian masalahnya tidak selalu sesuai dengan

harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada akhir masa kanak-kanak sampai pada awal masa remaja, penyesuaian

diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar

daripada individualitas. Namun pada masa remaja ini. mereka mulai

mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-temannya dalam segala hal.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Stereotip populer pada masa remaja mempengaruhi konsep diri dan sikap

remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan ketakutan pada

remaja. Remaja takut bila tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan

orang tuanya sendiri. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan orang tua

sehingga membuat jarak bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang

(48)

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain seperti yang

mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal

cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi

juga untuk orang lain di sekitarnya yang akhirnya menyebabkan

meningginya emosi. Kemarahan, rasa sakit hati, dan perasaan kecewa ini

akan lebih mendalam lagi jika tidak berhasil mencapai tujuan yang

ditetapnya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa depan

Meskipun belumlah cukup, remaja mulai berpakaian dan bertindak seperti

orang dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa, seperti merokok, minum-minuman

keras, menggunakan obat-obat terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks

dengan harapan bahwa perbuatan ini akan memberikan citra yang mereka

inginkan.35

35 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:

(49)

2.1.4 Seksual Pranikah

2.1.4.1 Pengertian Seks Pranikah

Seks dalam bahasa Latin adalah sexus, yaitu merujuk pada alat kelamin.

Seks hanya memiliki pengertian mengenai jenis kelamin, anatomi dan

fisiologisnya, sedangkan menurut Budiarjo seksual merupakan sesuatu yang

berhubungan dengan seks dan reproduksi juga berhubungan dengan

kenikmatan yang berkaitan dengan tindakan reproduksi. Seks adalah

mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan keturunan. Seks pranikah

merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai

dan norma-norma dalam masyarakat yang mengaturnya yang dilakukan

oleh remaja sebelum pernikahan sah menrut agama dan Negara. Perilaku

seksual dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang didorong oleh

hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sejenis. Crooks & Carla

dalam skripsi Daryanto mendefinisikan hubungan seksual pranikah sebagai

hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang terjadi

sebelum ada ikatan resmi (pernikahan) atau dalam istilah asing disebut

premarital heterosexual intercourse.36

Seks pranikah adalah kegiatan yang dilakukan secara berdua pada

waktu dan tempat yang telah disepakati bersama dari dua orang lain jenis

yang belum terikat pernikahan. Seks pranikah merupakan aktivitas seksual

36 Tiffany Daryanto. Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa

(50)

yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam

masyarakat yang mengaturnya. Selain itu relasi seks mereka bersifat tidak

tetap atau cenderung tidak setia pada pasangan mereka. Perilaku seks

pra-nikah adalah aktifitas seksual yang dilakukan di luar perkawinan yang sama

dengan zina, perilaku ini dinilai sebagai perilaku seks yang menjadi masalah

sosial bagi masyarakat dan negara karena dilakukan di luar pernikahan.

Islam menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah

agar segera untuk menjalankannya supaya terhindar dari perilaku seks

pra-nikah yang tentunya telah terpengaruh godaan setan. Sebagian besar remaja

yang terjerumus pada perilaku seks pranikah merupakan akibat dari stimuli

atau rangsangan melalui gambar-gambar porno, seringnya nonton film

porno, dan stimuli melalui lingkungan pergaulan misalnya seorang teman

yang menceritakan pengalaman seksualitasnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seks pranikah

adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat seksual, yang

dilakukan oleh pria dan wanita sebelum adanya ikatan resmi (pernikahan)

menurut agama dan hukum, mulai dari bentuk perilaku seks yang paling

ringan sampai tahapan senggama.

2.1.4.2Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Remaja

Menurut Sarwono, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

perilaku seks pra-nikah terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan

(51)

1. Faktor-faktor internal yang menyebabkan terjadinya perilaku seks pranikah

antara lain:

a. Meningkatnya libido seksualitas, dimana menurut Freud bahwa

energienergi seksual berkaitan erat dengan kematangan fisik.

b. Proses kematangan organ tubuh yang menyangkut perkembangan fisik

maupun kematangan organ-organ seksual dikendalikan oleh kelenjar

endokrin yang terletak pada dasar otak. Kelenjar pituari ini menghasilkan

dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang mempengaruhi ukuran dan

bentuk fisik tubuh individu, dan hormon gonadotropik yang merangsang

kelenjar gonad (kelenjar seks) menjadi lebih aktif sehingga menimbulkan

rangsangan-rangsangan seksual.

c. Kualitas diri pribadi seperti kurangnya kontrol diri atau pengendalian diri,

motivasi kesenangan, pengalaman emosional yang kurang sehat,

terhambatnya perkembangan hati nurani yang agamis, ketidakmampuan

mempergunakan waktu luang dengan baik.

2. Faktor-faktor eksternal yang menjadi penyebab terjadinya perilaku seks

pranikah antara lain:

a. Kurangnya informasi tentang seks. Hubungan seks dianggap ekspresi rasa

cinta. Selain itu tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang

kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan mengeksplorasi

sendiri. Majalah, buku dan film pornografis yang memaparkan kenikmatan

hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang

(52)

b. Percintaan. Hubungan seks pada remaja umumnya akibat berpacaran atau

percintaan dan beberapa di antaranya berorientasi pada pemuasan nafsu

serta kebebasan seksual untuk mencapai kepuasan.

c. Kurangnya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak sehingga

memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang.

d. Pergaulan. Menurut Hurlock, perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh

lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas dimana pengaruh

teman sebaya lebih besar dibandingkan orang tua

e. Adanya penundaan usia perkawinan yang menyebabkan tidak segera

dilakukan penyaluran kebutuhan biologis yang tepat.

2.1.4.3Dampak dari Seks Pranikah

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif

pada remaja, diantaranya sebagai berikut:37

a. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya

perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

b. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat

menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

(53)

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum

saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang

hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari

masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

d. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono adalah berkembangnya

penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita

penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun.

Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa

sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

Bukan hanya itu saja kondisi psikologis akibat dari perilaku seks

pranikah, pada sebagian pelajar lain dampaknya bisa cukup serius, seperti

ketegangan mental dan kebingunan untuk menghadapi segala kemungkinan

resiko yang akan terjadi, perasaan seperti itu akan timbul pada diri remaja

jika remaja menyesali perbuatan yang sudah dilakukannya.

Kehamilan remaja, pengguguran kandungan (aborsi), terputusnya

sekolah, perkawinan di usia muda, perceraian, penyakit kelamin,

penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks

yang salah saat remaja masih sebagai seorang pelajar. Akibatnya, masa

depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta

dan seks. Untuk itulah, pendidikan seks bagi remaja SMP dan SMA

(54)

reproduksinya tetap sehat dan mereka mempunyai pengetahuan tentang seks

yang benar.

Resiko-resiko yang menyangkut kesehatan bagi para pelaku

hubungan seksual dini meliputi trauma seksual, meningkatnya pertumbuhan

kanker servix (leher rahim), terkena penyakit menular seksual dan juga

kehamilan di usia muda.38

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca guna

memperjelas maksud penelitian. Dalam hal ini, permasalahan yang diangkat

dalam penelitian adalah “bagaimana komunikasi interpersonal remaja pelaku

seks pranikah?”

Dimana nantinya akan digambarkan komunikasi yang terjalin antara pelaku

remaja sebelum melakukan seks pranikah seperti apa yang mendorong mereka

untuk melakukan seks pranikah, dan bagaimana mereka mengambil keputusan

untuk melakukan seks pranikah, hingga berujungnya pada komunikasi pasca

terjadinya seks pranikah yang dialamnya juga terdapat solusi permasalahannya.

(55)

Struktur Kerangka Berpikir

Sumber : Joseph A Devito dalam buku Alo Liliweri “Komunikasi Antarpribadi” Terjadinya Komunikasi Interpersonal Remaja

dengan Pasangannya Pelaku Seks Pranikah

Proses Komunikasi Remaja

dengan Pasangannya Sebelum

Melakukan Hubungan Seks

Pranikah

Proses Komunikasi Remaja

dengan Pasangannya Pasca

Melakukan Hubungan Seks

Pranikah

Efektifitas komunikasi

interpersonal antara informan

dengan pasangannya sebelum

dan sesudah melakukan

hubungan seks pranikah.

(56)

2.3 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang pertama berjudul

“Komunikasi Interpersonal Remaja dengan Orangtua dengan Kasus Kehamilan

diLuar Pernikahan” oleh Dhini Faradhina ari Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Penelitian yang dilakukan tahun 2012 ini mengacu pada komunikasi

interpersonal atau antarpribadi antara orangtua dengan anak dalam kasus

kehamilan diluar pernikahan. Penelitian ini menjelaskan bahwa hubungan

interpersonal orangtua dan remaja sebelum mengalami kehamilan diluar

pernikahan cenderung kurang harmonis, dikarenakan kurangnya komunikasi

antara orangtua dan infoman, serta sikap orangtua yang cenderung oveprotektif.

Dalam proses pengungkapan kejujuran, informan mengalami perasaan negatif,

seperti ketakutan, kecemasan, atau respon yang akan diberikan orangtuanya.

Namun komunikasi intepersonal antara remaja dengan orangtua membaik pasca

terjadinya kasus kehamilan diluar pernikahan karena terjadinya kesadaran dari

pihak orangtua dan informan untuk menyelesaikan permasalahn bersama.

Penelitian yang mengambil lokasi di Desa Keserangan ini mengangkat kajian

komunikasi antarpribadi seputar hubungan orangtua dengan anak alam kasus

kehamilan diluar pernikahan, seperti halnya penulis juga mengangkat tema

tentang seksual pranikah, namun jelas kasus dan penelitiannya berbeda. Metode

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jawaban Pasangan Informan 1 Tentang Komunikasi Pasca
Tabel 4.2 Jawaban Pasangan Informan 2 tentang Komunikasi Pasca
tabel diatas menunjukan bahwa komunikasi yang terjalin setelah melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara

kerja pratek dan tugas akhir pada Universitas. Atma

Wawancara dilakukan dengan hakim Pengadilan Agama Bogor yang memutuskan perkara nomor 583/Pdt.G/2012/PA.Bgr terkait pertimbangan hukum hakim mengenai batalnya

Bila sayap atas dan bawah balok dilas langsung ke sayap kolom dengan las tumpul penetrasi penuh, dengan kapasitas tarik sebesar 0.9FyA, maka dapat terjadi gaya tarik pada

Tanda perubahan (alterasi) adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis (nada yang berjarak ½) salah satu nada dalam suatu Accord.. Tanda perubahan (alterasi) dibagi menjadi

Percobaan pemeliharaan ikan Nila Larasati dilakukan pada karamba berukuran 1x1x1,5meter 3 dengan ransum pakan(3, 5 dan 7% bobot biomasa ikan) dan padat penebaran yang

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Gambar 3.96 Rancangan Layar Transaksi Laporan Absensi Siswa per Term...456. Gambar 3.97 Rancangan Layar Transaksi Laporan Absensi Siswa