Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan
Kramatwatu, Serang-Banten)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
YESI AFRIANTI
NIM. 6662121347
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
v
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5) Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13) Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat(QS : Al-Mujadilah 11)
Berangkat dengan Penuh Keyakinan ...
Berjalan dengan Penuh Keikhlasan ...
Istiqomah dalam Menghadapi Cobaan ...
Bismillah,
Skripsi ini ku persembahkan dengan
segalah hormat dan cinta kasih kepada
keluarga ku, papah, mamah, suami, dan
adik-adik yang luar biasa hebat
menjadi sumber motivasi ku dan
inspirasi ku. T
hank’s for everything you
vi
ABSTRAK
Yesi Afrianti. NIM. 6662121347. Skripsi. KOMUNIKASI
INTERPERSONAL REMAJA PELAKU SEKS PRANIKAH (Studi Kasus pada Remaja-Dewasa Pelaku Seks Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan Keramatwatu, Serang-Banten). Pembimbing I: Ikhsan Ahmad., S.IP, M.Si dan Pembimbing II: Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si.
Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan kematangan seksual, dimana organ-organ seksualnya dapat berfungsi secara menyeluruh, yang mengakibatkan timbulnya dorongan dan keingintahuannya mengenai pemuasan seksual. Perilaku seksual dikalangan remaja cenderung meningkat, sehingga mengakibatkan maraknya hubungan seksual pranikah yang terjadi pada remaja. Dibalik timbulnya hubungan seksual pranikah dikalangan remaja tak luput dari komunikasi antarpribadi yang terjalin secara intensif. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan bagaimana komunikasi yang terjalin remaja pelaku seks pranikah dengan pasangannya sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks pranikah. Dengan mengetahui proses tahapan komunikasi interpersonal dan keefektivan komunikasi interpersonal, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Interpersonal menurut Joseph De Vito. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah remaja pelaku seks pranikah dengan pasangannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif dan wawancara mendalam. Hasil penelitian yang didapat dari keenam informan, komunikasi interpersonal pada ketiga informan dengan pasangannya sebelum melakukan hubungan seks pranikah terbilang efektif, jika dispesifikasikan maka pasangan informan pertama termasuk dalam efek kognitif, pasangan informan kedua termasuk dalam efek afektif, dan pasangan informan ketiga termasuk dalam efek konatif. Perubahan situasi dan kondisi komunikasi pasca terjadinya hubungan seksual pranikah pada ketiga informan dengan pasangannya memiliki dua fase perubahan, dari awalnya berada dalam komunikasi yang efektif dengan pasangannya menjadi tidak efektif.
vii
ABSTRACT
Yesi Afrianti. NIM. 6662121347. Thesis. INTERPERSONAL
COMMUNICATION ADOLSCENT PREMARITAL SEX OFFENDERS (A Case Study Adolscent-Adult Premarital Sex Offender Neighborhood Terate Village, District Kramatwatu, Serang-Banten). Guide I: Dr. Ikhsan Ahmad., S.IP, M.Si And Guide II: Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si.
Physical development in adolescents is marked by sexual maturity, in which the sexual organs can function as a whole, resulting in the emergence of impulse and curiosity about sexual gratification. Sexual behavior among adolescents tend to increase, resulting in the rise of premarital sexual relations that occur in adolescents. Behind the incidence of premarital sexual intercourse among adolescents are not spared from interpersonal communication that exists intensively. The purpose of this research is to know, describe, and explain what drives, what is the decision, and how communication is established juvenile offender premarital sex with their partner before and after premarital sex. By knowing the stages of the process of interpersonal communication and interpersonal communication effectiveness, the theory used in this research is the theory of Interpersonal Communication by Joseph De Vito. The method used in this research is qualitative descriptive. The subjects were juvenile offender premarital sex with their partner. Data collection techniques used in this study is the observation of passive participation and in-depth interviews. Results of the study were obtained from six informants, interpersonal communication on a third informant with her partner before having sex before marriage is fairly effective, if specified then the pair first informant included in the cognitive effects, a couple second informant included the effects of affective and partner third informant included the effect conative , Changes in circumstances after the occurrence of communication premarital sexual relations with their partners in third informant has two phases of change, from the beginning to be in effective communication with their partner becomes ineffective.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat serta karunia yang tidak terhingga sehingga skripsi
berjudul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA PELAKU SEKS
PRANIKAH dengan Sub Judul (Studi Kasus pada Remaja-Dewasa Pelaku Seks
Pranikah di Lingkungan Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang-Banten)” bisa tertuntaskan dengan baik. Juga shalawat dan salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW yang menjadi insiprasi dan pembuka gerbang cahaya bagi
umatnya hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Dalam penyusunannya, peneliti
banyak menemukan kendala dan kesulitan, namun berkat niat dan usaha yang
sungguh-sungguh serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini akan jauh lebih sulit
dari yang dijalankan. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang
setulusnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Dulhadi dan ibunda Rohilah.
Terima kasih atas doa tulus yang tiada henti diberikan, perhatian dan
cinta yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar bagi penulis dalam
ix
2. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
3. BapakDr. Agus Sjafari M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Rahmi Winangsih Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
5. Bapak Ikhsan Ahmad, S.IP, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang
dengan penuh kesabaran menghadapi penulis, meluangkan waktu,
memberi masukan, arahan, dan dukungan penuh kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
6. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE, M.Si., selaku dosen pembimbing II,
yang juga dengan penuh kesabaran menghadapi penulis serta
meluangkan waktu, masukan, dan nasehat kepada penulis selama
proses penyusunan tugas akhir ini.
7. Ibu Isti Nursih, S.I.P, M.I.K., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Dosen-dosen pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan
ageng tirtayasa yang telah memberikan ilmunya.
9. Seluruh staff Program Studi Ilmu Komunikasi dan staff Fakultas Ilmu
Sosial dan Imu Politik yang telah membantu penulis dalam hal
kelancaran proses skripsi.
10. Terima kasih pula untuk suami penulis: Rofiq Vidi Royansyah yang
telah memberikan perhatian, dukungan, semangat dan doa selama
x
11. Kedua orangtua mertua penulis, ayahanda H. Sukirmadi dan Ibu Hj.
Vivi Sumanti S.Sos, terimakasih atas pengertian, doa dan
dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
12. Keluarga besar penulis, terutama Nenek, Bibi dan Paman yang telah
mendukung, mendoakan, serta memberikan perhatiannya kepada
penulis selama penyelesaian skripsi.
13. Untuk adik-adik penulis: Fajar Ramadan, Vidi Afrik Alviando, Reza
Vidi Pratama, Aura Claudy Vidianita, Ella Esmalla yang telah
memberikan perhatian, semangat dan doa selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat tercinta, Terima kasih untuk Siti Nur Faizah, Egi
Winadya, Eri Husna Permata, Nefi Lidya Maita, Della Krestianti P,
Adnah, Dety Kurniati dan Yurike Silvianingsih yang telah bersedia
menemani dan memberi semangat. Semoga persahabatan kita selalu
dijaga dan terjaga oleh allah yang telah memnyatukan kita dan semoga
persahabatan ini tak akan berakhir hingga akhir. Heart you, my
beloved friends!
15. Excellent Communication Society angkatan 2012, trimakasih untuk
semua suka dan duka yang telah dilewati bersama. You guys such an
xi
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak atas
segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Serang, 8 Februari 2017
xii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
2.1.2 Komunikasi Antarpibadi ... 10
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpibadi ... 10
2.1.2.2 Peranan, Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi ... 16
2.1.2.3 Unsur-unsur Komunikasi Antarpribadi ... 19
2.1.2.4 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi ... 21
xiii
2.1.3.2 Karakteristik Remaja ... 28
2.1.4 Seksual Pranikah ... 32
2.1.4.1 Pengertian Seks Pranikah ... 32
2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Remaja ... 33
2.1.4.3 Dampak dari Seks Pranikah ... 35
3.5 Instrumen Penelitian ... 49
3.6 Informan Penelitian ... 50
3.6.1 Informan ... 50
3.6.2 Key Informan ... 51
3.7 Teknik Pengumpulan & Analisis Data ... 51
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.7.1.1 Wawancara ... 51
3.7.1.2 Penentuan Informan ... 53
3.7.1.3 Observasi ... 54
3.7.1.4 Teknik Analisis Data ... 55
3.8 Jadwal Penelitian ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 58
xiv 64
4.1.5 Nuri (nama samaran) ... 65
4.1.6 Pasangan Nuri ... 67
4.2 Pembahasan ... 68
4.2.1 Komunikasi Antarpribadi Remaja dengan Pasangannya Sebelum Terjadinya Hubungan Seksual Pranikah ... 69
4.2.2 Komunikasi Antarpribadi Remaja Pasca Melakukan Hubungan Seksual Pranikah ... 75
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran ... 83
5.2.1 Saran Teoritis ... 83
5.2.2 Saran Praktis ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN
xv
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 41
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 57
Tabel 4.1 Jawaban Pasangan Informan 1 tentang Komunikasi Pasca Hubungan Seks Pranikah ... 75
Tabel 4.2 Jawaban Pasangan Informan 2 tentang Komunikasi Pasca Hubungan Seks Pranikah ... 78
xvi
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 38
xvii
Lampiran 2 Surat Persetujuan Wawancara Informan
Lampiran 3 Kartu Bimbingan
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dimana perkembangannya begitu pesat, baik
secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan
semakin matangnya organ-organ tubuh termasuk organ reproduksi. Sedangkan
secara psikologis perkembangan ini nampak pada kematangan pribadi dan
kemandirian. Masa remaja yaitu masa yang masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya, karena masa remaja
berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengalami
fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik, dan sosial.1
Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan kematangan seksual, dimana
organ-organ seksualnya dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengembangkan
keturunan. Dengan kematangan fungsi-fungsi seksualnya, maka timbul
dorongan-dorongan dan keingintahuannya mengenai pemuasan seksual.2
Seksual pranikah di kalangan remaja merupakan sebuah fenomena yang harus
segera mendapatkan perhatian. Meluasnya perilaku yang semula dianggap hanya
terjadi pada anak-anak di berbagai kota besar, dan kini telah merembes sampai ke
pelosok menunjukkan adanya persebaran pengaruh buruk yang terjadi.
1
Hurlock, E.B,. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga, 1980. Hal. 18
Salah satu faktor dari beragam faktor yang ada adalah kemajuan teknologi
misalnya berupa kemudahan mendapatkan kepingan CD film-film porno atau
berkembangnya kepemilikian HP dengan fasilitasi yang mampu menampung,
menerima dan menyebarluaskan film-film porno.3 Tidak sedikit informasi yang
diperoleh remaja disalahartikan sehingga menimbulkan berbagai perilaku
menyimpang yang akibatnya tidak saja merugikan remaja itu sendiri, tetapi juga
dapat merugikan orang lain, seperti melakukan hubungan seks dengan pacar atau
teman terdekat tanpa memperhitungkan akibat yang timbul, yaitu kehamilan,
penyakit menular seksual dan tercorengnya kehormatan keluarga.
Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap
penyalahgunaan seks pranikah, remaja telah mempunyai orientasi seks namun tidak
dapat menyalurkannya dengan benar. Hal ini dikarenakan pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan seksual. Perilaku seksual pranikah merupakan segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita
diluar perkawinan yang sah.4 Perilaku seksual pranikah terjadi karena adanya
dorongan oleh hasrat seksual seperti bergandengan tangan, berciuman, bercumbu
dan bersenggama yang dilakukan oleh pria dan wanita tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama.
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini menunjukkan bahwa perilaku
seksual pranikah pada remaja terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenyataan ini
3 Ika Wulandari. Dampak Kenakalan Remaja. 2008
4
didukung dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan survei yang
dilakukan Buklet Cinta Mulia yang disebarkan dan diproduksi oleh Alfatih Studio
pada tahun 2014, 54% remaja di kota Bandung mengaku sudah pernah melakukan
hubungan seksual diluar pernikahan. Ini angka paling tinggi dari empat kota yang
disurvei. Di Jakarta, angkanya lebih rendah 1%, yaitu 51%. Di Surabaya, 47%
remaja yang disurvei mengaku pernah berhubungan seks pranikah. Sedangkan di
Medan, satu-satunya kota di luar Jawa dari empat kota yang datanya ditampilkan,
angkanya mengalahkan Jakarta, yakni 52%.5
Masih berada didalam Kota Bandung, workshop hasil Baseline survei
pengetahuan dan perilaku remaja Kota Bandung oleh 25 Messenger Jawa Barat di
Wisma PKBI Jabar. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan 25 Messenger
Jabar Kristian Widya Wicaksono mengatakan, survei yang dilakukan rentang waktu
bulan Juni 2012 ini melibatkan rata-rata 100 responden remaja usia 15-24 tahun
yang ada di setiap kecamatan di Kota Bandung. Sedikitnya 56% remaja Kota
Bandung pada rentang usia 15 hingga 24 tahun sudah pernah berhubungan seks atau
making love (ML) di luar nikah. Hubungan seks dilakukan dengan pacar, teman,
dan pekerja seks komersial.6
Hasil penelitian lain yang juga cukup mengagetkan, yaitu penelitian tentang
perilaku seks bebas di antara generasi muda pada tahun 2006 di Makassar,
mengungkap perilaku seks bebas generasi anak baru gede (ABG) kurang lebih 474
remaja yang dijadikan sampel penelitian, ternyata mengaku telah melakukan
5 Al Fatih. Seks Bebas Remaja Tertinggi di Bandung. 2014
hubungan seks tanpa nikah dan yang lebih mengagetkan lagi ternyata 40% di antara
mereka melakukan hubungan seks tersebut pertama kali justru dilakukan di rumah
sendiri dengan pacar mereka.7
Melihat dari data-data diatas bahwa ternyata hubungan seksual pranikah sudah
tersebar dimana-mana, mulai dari kota-kota besar hingga kota kecil di Indonesia.
Hal serupa juga terjadi pula di Povinsi Banten, yang terungkap dalam acara Seminar
dan Dialog Interaktif Bina Keluarga Remaja (BKR) yang digelar di halaman Kantor
Kecamatan Tangerang, Kamis (14/5). Dari data Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan, Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia 2002-2003 menyebutkan, remaja yang mengaku
memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia
14-19 tahun mencapai 34,7% untuk perempuan dan 30,9% untuk laki-laki. Mereka
yang berumur 20-24 tahun yang pernah melakukan hal serupa ada 48,6% untuk
perempuan dan 46,5% untuk laki-laki.8
Dari kasus di atas tersebut nampak bahwa dari tahun ke tahun selalu terjadi
kasus perilaku seksual remaja dan ada indikasi peningkatan yang cukup berarti.
Kasus dari fakta-fakta tersebut ini memang bukanlah hal yang sederhana, terlebih
bagi mereka yang melakukannya. Bagi masyarakat di Indonesia, seks diluar
pernikahan merupakan hal yang tidak lumrah, terlebih bagi wanita remaja, seks
diluar pernikahan dapat merebut kehormatan yang memang seharusnya dijaga.
7 Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah, Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku SeksPranikah. Jurnal
Soul, Vol. 1, No. 2. 2008. Hal. 61.
Selain itu menurut hukum agama dan pemerintah seks diluar pernikahan tidaklah
diperbolehkan.
Timbulnya perilaku seksual pranikah pada remaja berawal dari
keingintahuannya mengenai seksual, sampai keinginannya untuk melampiaskan
hasrat seksualnya dengan cara menonton situs-situs pornografi sampai melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya, itu semua tak luput dari komunikasi
antarpribadi yang terjalin secara intensif. Komunikasi interpersonal yang terjadi
pada pelaku menimbulkan sebuah proses interaksi yang efektif, sehingga
menimbulkan keinginan pelaku untuk melakukan hubungan seksual. Komunikasi
interpersonal itu sendiri merupakan prosees pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang atau lebih secara tatap muka dan dua arah yang menimbulkan
umpan balik/feedback.9 Efektivitas komunikasi interpersonal pelaku adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan antara pelaku yang berlangsung secara tatap
muka dan dua arah, yang disertai adanya niat kedua belah pihak untuk berperan
sebagai pembicara dan pendengar sehingga menimbulkan respon dan feedback.10
Seks pranikah menjadi masalah yang pelik khususnya bagi generasi muda,
karena larangan atas norma-norma agama mengenai berhubungan seks sebelum
menikah masih berlaku dan dipegang teguh oleh sebagian besar kalangan
masyarakat. Bagi mereka seks bukanlah semata-mata upaya mencari kesenangan
(rekreasi), karena hubungan seksual pranikah merupakan sebuah dosa dan
9 Ahmad Sihabudin & Rahmi Winangsih. Komunikasi Antarmanusia. Serang : Pustaka Getok Tular. 2012
hubungan seksual selayaknya dilakukan dalam lembaga pernikahan dengan tujuan
mengembangkan keturunan.
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Desa Kelurahan Terate, Kecamatan
Kramatwatu, Serang-Banten. Karena penulis ingin mengetahui bagaimana
komunikasi yang melatarbelakangi remaja pelaku seks pranikah di Desa Terate ini
sehingga terjerumus kedalam perilaku menyimpang tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Komunikasi Interpersonal Remaja Pelaku Seks Pranikah (Studi Kasus pada
Remaja-Dewasa di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Serang-Banten)”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat
adalah sebagai berikut :
“Bagaimana komunikasi interpersonal remaja pelaku seks pranikah ?”
1.3Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi interpersonal remaja sebelum melakukan hubungan
seksual pranikah?
2. Bagaimana komunikasi interpersonal remaja pasca terjadinya hubungan
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka diketahuilah tujuan-tujuan
penelitian yang ingin dilakukan, yaitu ?
1. Untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan komunikasi
interpersonal remaja sebelum melakukan hubungan seksual pranikah.
2. Untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan komunikasi
interpersonal remaja pasca terjadinya hubungan seksual pranikah.
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan teoritis tentang kajian perilaku
menyimpang, khususnya bagi remaja dan masyarakat pada umumnya
tentang terjadinya hubungan seksual pranikah.
Memberikan dasar-dasar dan landasan bagi penelitian tentang
hubungan seksual pranikah.
1.5.2 Manfaat Praktis
Memberikan pemahaman bagi masyarakat untuk lebih waspada
terhadap perilaku remaja agar tidak terjadi hubungan seksual pranikah
diluar pernikahan.
Memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan yang ingin
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertain Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
seorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau merubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik secara langsung (secara lisan) maupun tidak
langsung (melalui media).
Rumusan komunikasi yang sangat dikenal adalah rumusan yang
dibuat Harold Laswell. Menurut Laswell komunikasi adalah: “who says
what in which chanell to whom with what effect”. Yang jika dijabarkan,
akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu:
1. Siapa yang mengatakan (Komunikator)
2. Kepada siapa disampaikan (Komunikan)
3. Apa yang dikatakan (Pesan)
4. Media apa yang digunakan (Media)
Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua sebagai:
1. Pengertian komunikasi secara etimologis. Komunikasi berasal dari
bahasa latin communication, dan bersumber juga dari kata communis
yang artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi
berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan
makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
2. Pengertian komunikasi secara terminologis. Komunikasi yang berarti
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.11
Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Everett
Rogers12. Komunikasi didefinisikan sebagai “proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah
tingkah laku mereka”. Sedangkan menurut Arni Muhammad (2005:5) Komunikasi
dedefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si
pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Dapat
disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian
pesan baik berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang kepada orang lain
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun
tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya
jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga
yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
11
2.1.2 Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
2.1.2.1Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut
beberapa ahli, diantaranya adalah:
Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal
Communication Book, komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok
kecil orang- orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika (the process of sending and receiving messages between two
persons, or among a small group of persons, with some effect and some
immediate feedback).13
Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka
antara beberapa pribadi. Menurut Tan juga mengemukakan bahwa
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang
atau lebih.14
13 Joseph A Devito. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing
Group. 2011. Hal. 4.
14
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek
yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan pada:
1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, dipersepsi oleh komunikan atau yang berkaitan dengan
pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan
ditujukan kepada pikiran komunikan.
2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan
atau yang berhubungan dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan
komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak
hatinya.
3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi
pola-pola tindakan, kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan
menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu dalam arti kita
melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik
(jasmaniah).15
Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip
pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang
efektif, yaitu:
a. Keterbukaan (openness)
Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang
diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas
keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Aspek pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini
mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi.
Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan
pengungkapan diri ini patut dan wajar.
Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan
yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang
komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan
dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran
dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang
lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang
artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang
sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun
non-verbal.
c. Dukungan (supportiveness)
Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung
efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.
d. Rasa Positif (positiveness)
Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan
situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak
menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan
positif tak bersyarat kepada individu lain.16
Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial
dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses
saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan
karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang
memiliki suatu pribadi.
Dalam komunikasi antar pribadi, Joseph Luft menekankan bahwa setiap
orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain.
Hal ini digambarkan dalam Johari Window (Jendela Johari) yakni:
Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan
secara skematis seperti terlihat pada skema di atas.
1. Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang
bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan,
dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.
I
OPEN AREA
Known by ourselves and known by others
II
BLIND AREA
Known by others but not known by ourselves
III
HIDDEN AREA
Known by ourselves but not known by others
IV
UNKNOWN AREA
2. Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa
kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya
sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan.
3. Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya,
tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang
seperti itu bersikap tertutup.
4. Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini
menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh
dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.17
Berdasarkan definisi Devito, maka komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang
komunikator berbicara maka akan terjadi umpan balik dari komunikan
sehingga terdapat interaksi. Dalam komunikasi dialogis, baik
komunikator maupun komunikan, keduanya aktif dalam proses
pertukaran informasi yang berlangsung dalam interaksi
17
2.1.2.2Peranan, Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi
Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh
komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
manusia, yakni:
1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan
sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa
mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain.
Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan
ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu
menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses
itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh
kualitas komunikasi kita dengan orang lain.
2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan
orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar
maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat
dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap
diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang
diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat
menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji
kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia
di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan
pembandingan sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat
komunikasi dengan orang lain.
4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas
komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih
orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures)
dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi
berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih,
cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari
orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun
tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan
emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.18
Dari beberapa definisi komunikasi harus ditinjau manakah
ciri-ciri yang menunjukkan perbedaan yang khas antara komunikasi
antarpribadi dengan bentuk komunikasi antarpribadi dari mereka yang
saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara
baik tentang lika-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya,
perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang. Mereka yang
sudah saling mengenal secara mendalam memiliki interaksi komunikasi
yang lebih baik daripada yang belum mengenal. Kesimpulannya bahwa
jika hendak menciptakan suatu komunikasi antarpribadi yang lebih
bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban.
18 Dr. A. Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi “Tinjauan Psikologis”, Yogyakarta; Kanisius
Bagaimanapun juga suatu batasan pengertian yang benar-benar
baik tentang komunikasi antarpribadi tidak ada yang memuaskan semua
orang. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana kita melihat
dan mengetahui perilakunya. Dengan kata lain tidak semua bentuk
interaksi yang dilakukan antara dua orang dapat digolongkan komunikasi
antarpribadi. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua orang
haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi antarpribadi
benar-benar dimulai.
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi
antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat
komunikasi antarpribadi itu adalah:
1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan
nonverbal
2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang
spontan
3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis
4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan
interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan
yang lain sebelumnya)
5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik
7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang
persuasif.19
2.1.2.3Unsur-unsur Komunikasi Antarpribadi
Verdeber mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi
merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung
dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Ketika orang berkomunikasi
maka nampaknya yang terjadi adalah suatau proses transaksional yang dapat
diartikan bahwa: (1) siapa yang terlibat dalam suatu proses komunikasi
saling membutuhkan tanggapan demi suksesnya komunikasi itu; (2)
komunikasi melibatkan interaksi dari banyak unsur.
Beberapa unsur yang dimiliki secara tetap oleh setiap bentuk
komunikasi termasuk komunikasi antarpribadi adalah: (1) konteks, (2)
komunikator komunikan, (3) pesan, (4) saluran, (5) gangguan, (6) umpan
balik, (7) model proses.20
1. Konteks
Komunikasi antarpribadi tidak beroperasi dalam ruang hampa
sosial tetapi dalam konteks. Konteks adalah keadaan, suasana yang
bersifat fisik, historis, psikologis tempat terjadinya komunikasi.
19
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991. Hal. 30-31
2. Manusialah yang Berkomunikasi
Manusia yang terlibat dalam transaksi komunikasi berperan sebagai
pengirim maupun penerima pesan, dan pada umumnya dilakukan
secara simultan. Pada dasarnya, berkomunikasi dengan seseorang
individu membawa serta berbagai pengalaman dalam wujud
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sikap-sikap yang dimilikinya.
3. Pesan-Pesan
Pesan-pesan dalam komunikasi dapat dipahami melalui tiga
unsur utama, yaitu: (a) makna yang terbentuk oleh setiap orang, (b)
symbol-simbol yang dipergunakan untuk menyampaikan makna, (c)
bentuk organisasi pesan-pesan itu.
4. Saluran
Dalam membagi pesan dari seorang pengiri, maka pesan harus
melewati suatu tempat atau alur lewatnya pesan itu. Dalam komunikasi
suatu kata berisi pesan dibawa oleh seseorang kepada orang lain melalui
gelombang suara, pernyataan raut wajah, gerakan tubuh, gerakan
cahaya mata. Secara umum semakin banyal saluran yang dipergunakan
untuk mendistribusikan pesan akan menghasilkan komunikasi yang
semakin sukses.
5. Gangguan
Gangguan merupakan setiap rangsangan yang menghambat
6. Umpan Balik
Umpan balik adalah pemberian tanggapan terhadap pesan yang
dikirim dengan suatu makna tertentu.
7. Model Proses
Setiap bentuk komunikasi mempunyai model, termasuk
komunikasi antarpribadi. Menurut De Vito, fungsi dari model
komunikasi adalah: (a) model menyajikan pengorganisasian dari
berbagai unsur dalam suatu proses komunikasi, (b) model merupakan
alat bantu yang bersifat heuristic, (c) model memungkinkan kita
melakukan suatu prediksi terhadap komunikasi, (d) model membantu
kita mengadakan pengukuran terhadap unsur-unsur dan proses
komunikasi dalam suatu keadaan tertantu.21
2.1.2.4Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi secara otomatis mempunyai fungsi social
karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang
orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian maka fungsi
social komunikasi interpersonal mengandung aspek-aspek manusia
berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan psikologis,
manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban social, manusia
berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik, manusia
berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri dan
manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.22
Selain itu fungsi lain dari komunikasi interpersonal adalah untuk
pengambilan keputusan. Banyak dari keputusan yang sering diambil manusia
dilakukan dengan berkomunikasi kerena mendengan pendapat, saran,
pengalaman, gagasan, pikiran, maupun perasaan orang lain. Ada dua sapek
fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi, yaitu
manusia berkomunikasi untuk membagi informasi dan manusia berkomunikasi
untuk mempengaruhi orang lain.23
2.1.2.5Jenis-Jenis Komunikasi Antarpribadi
Seperti komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal mempunyai
jenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi lain. Secara teoritis
komunikasi ini diklasifikasikan menjadi uda jenis menurut sifatnya, yaitu:24
1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi berlangsung antara dua orang yakni
kominkator adalah seseorang yang menyampaikan pesan dan seorang lagi
yang menerima pesan.
22 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna. (Jakarta. Kencana Prenada: 2011) hlm 27-30
23 Ibid. Hal 31-32
24 Sihabudin, Ahmad & Rahmi Winangsih. Komunikasi Antarmanusia. Serang : Pustaka Getok
2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri
dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan secara
berdialogis.
2.1.2.6Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Kegiatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan mempunyai beberapa
tujuan, yakni:
1. Mempelajari
Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, orang tersebut belajar
mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain, memperoleh
pengetahuan tentang orang lain, dunia dan diri seniri. Kenyataannya,
persepsi iri seseorang sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah
dipelajari tentang diri sendiri dan
orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumaan-perjumpaan
antarpribadi. Komunikasi juga membantu seseorang untuk menemukan
dunia luar, dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.
2. Untuk Berhubungan
Membentuk hubungan dengan orang lain, interaksi dengan orang lain
sebagai indivdiu. Seseorang menghabiskan banyak waktu dan energi
komunikasi untuk membinaan memelihara hubungan sosial. Seseorang
internet, dan sebagainya. Seseorang berbincang-bincang dengan orang lain,
anak-anak, saudara. Seseorang berinteraksi pula dengan rekan kerjanya.
3. Untuk Membantu
Membantu seseorang untuk mengkeritik, menyatakan sebuah empati,
bekerja dengan satu kelempok untuk memecahkan suatu masalah atau
mendengarkan dan mendukung orang lain pada saat berbicara.
4. Untuk Mempengaruhi
Memperkuat atau mengubah sikap atau perilaku orang lain. Dalam
pejumaan sehari-hari, seseorang berusaha mengubah sikap dan perilaku
orang lain. Seseorang akan berusaha mengajak orang lain melakukan
sesuatu, mencoba cara diet baru, membeli produk tertentu, menonton film,
menyakini sesuatu itu benar atau salah, menyetujui atau menyecam gagasan
tertentu, dan sebagainya.
5. Untuk Bermain
Memperoleh pengalaman pada suatu waktu. Dalam kegiatan bermain,
komunikasi digunakan untuk menciptakan relasi dengan orang-orang di
sekeliling.25
25 Joseph A Devito. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing Group.
2.1.2.7Proses Komunikasi Antarpribadi
Proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam
aktivitas komunikasi yakni menyampaikan pesan guna mewujudkan motif
komunikasi. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi relatif lebih dinamis,
bersifat dua arah, komunikator dan komunikasi sama aktif saling
mempertukan pesan-pesan untuk dimaknai dan ditanggapi oleh pihak
lainnya. Oleh karena itu bisa kita simpulkan, proses komunikasi adalah
urutan-urutan peristiwa yang terjadi ketika manusia menmyampaikan
pesannya kepada manusia lain.26
Menurut Onong Uchana Effendy, proses komunikasi terjadi kedalam
dua tahap yakni:
1. Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer merupakan proses pencapaian pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) dengan media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kyal, isyarat, warna dan sebagainya yang secara
langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan
dalam komunikasi adalah bahasa.
2. Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering igunakan
iantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah radio, televisi, film
dan lain-lain.27
2.1.3 Remaja
2.1.3.1Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescence” yang berarti
perkembangan menjadi dewasa. Piget mengemukakan bahwa istilah
adolscence mempunyai arti lebih luas yaitu mencakup kematangan
emosional, mental, sosial dan fisik. Masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa
dan tidak lagi memiliki status anak.28
Remaja adalah masa peralihan individu dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang tumbuh dan berkembang dalam proses pematangan, baik
dari segi fisik maupun psikologis. Batas usia remaja biasanya usia 12-22
tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda, dimana seseorang banyak
mencari jati diri mereka. Masa remaja, menurut Mappiare (1982),
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan
13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat
di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17
27 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: Rosda Karya, 1998. Hal
17
28 Yusuf Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya,
atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan
21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.29
Terjadinya perubahan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan
dikalangan remaja sehingga masa ini disebut periode strum and drang. Hal
ini karena remaja mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa
sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang
berlaku dimasyarakat.30
Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja (adolescence)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional.31 Hurlock membedakan masa remaja dalam dua bagian, awal
dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari
usia13-16 tahun dan 17-18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan
demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat.32
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah periode perkembangan dari anak–anak ke dewasa awal yang
mencakup perubahan baik secara fisik, sosial, kognitif, emosional dan
mental yang berlangsung antara 12 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja
adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.
29 Dwi Putri Aprianti, Komunikasi remaja pelaku seks pranikah, 2011
30 L Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Hal 63.
31 Santrock, Adolescence : Perkembangan Remaja. Alih bahasa oleh : Shinto B. A. Dan S. Saragih.
Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003. Hal. 26.
32 Hurlock. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
2.1.3.2Karakteristik Remaja
Hurlock mengatakan bahwa semua periode yang paling penting selama
masa kehidupan mempunyai karakteristiknya sendiri. Begitupun masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
masa kanak-kanak dan dewasa. Ciri-ciri tersebut antara lain:33
a. Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting.
Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada periode lain
karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, serta
akibat-akibat jangka panjangnya. Misalnya, perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat,
terutama pada masa remaja awal. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan
minat baru. Minat baru yang dominan muncul pada masa remaja adalah
minatnya terhadap seks. Pada masa remaja ini mereka berusaha melepaskan
ikatanikatan afektif lama dengan orang tua. Remaja lalu berusaha
membangun relasi-relasi afektif yang baru dan yang lebih matang dengan
lawan jenis dan dalam memainkan peran yang lebih tepat dengan seksnya.
Dorongan untuk melakukan ini datang dari tekanan-tekanan sosial akan
tetapi terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang
seks. Karena meningkatnya minat pada seks inilah, maka remaja berusaha
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Tidak jarang, karena
33 Heriana Eka Dewi, Memahami Perkembangan Fisik Remaja. Yogyakarta: Gosyen Publishing,
dorongan fisiologis ini juga, remaja mengadakan percobaan dengan jalan
masturbasi, bercumbu atau bersenggama.34
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Artinya, apa yang telah terjadi pada masa sebelumnya akan menimbulkan
bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Anak-anak
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanakkanakan dan juga
harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan
perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Dalam masa peralihan ini,
remaja bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Namun
status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status ini memberi
waktu kepada remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja beriringan
dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan itu antara lain:
1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi.
2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.
3) Perubahan minat dan pola perilaku menyebabkan berubahnya nilai-nilai.
34 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
4) Remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka
menginginkan kebebasan tetapi cenderung takut untuk bertanggungjawab.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Hal ini dikarenakan selama masa kanak-kanak sebagian besar permasalahan
diselesaikan oleh guru atau orang tua mereka, sehingga pada masa remaja
mereka tidak cukup berpengalaman dalam menyelesaikan masalah. Namun
mereka ingin mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri,
menolak bantuan dari guru dan orang tua sampai akhirnya mereka
menemukan bahwa penyelesaian masalahnya tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada akhir masa kanak-kanak sampai pada awal masa remaja, penyesuaian
diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar
daripada individualitas. Namun pada masa remaja ini. mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-temannya dalam segala hal.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Stereotip populer pada masa remaja mempengaruhi konsep diri dan sikap
remaja terhadap dirinya sendiri, dan ini menimbulkan ketakutan pada
remaja. Remaja takut bila tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan
orang tuanya sendiri. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan orang tua
sehingga membuat jarak bagi anak untuk meminta bantuan kepada orang
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain seperti yang
mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal
cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi
juga untuk orang lain di sekitarnya yang akhirnya menyebabkan
meningginya emosi. Kemarahan, rasa sakit hati, dan perasaan kecewa ini
akan lebih mendalam lagi jika tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapnya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa depan
Meskipun belumlah cukup, remaja mulai berpakaian dan bertindak seperti
orang dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, seperti merokok, minum-minuman
keras, menggunakan obat-obat terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks
dengan harapan bahwa perbuatan ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.35
35 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
2.1.4 Seksual Pranikah
2.1.4.1 Pengertian Seks Pranikah
Seks dalam bahasa Latin adalah sexus, yaitu merujuk pada alat kelamin.
Seks hanya memiliki pengertian mengenai jenis kelamin, anatomi dan
fisiologisnya, sedangkan menurut Budiarjo seksual merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan seks dan reproduksi juga berhubungan dengan
kenikmatan yang berkaitan dengan tindakan reproduksi. Seks adalah
mekanisme bagi manusia untuk melanjutkan keturunan. Seks pranikah
merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai
dan norma-norma dalam masyarakat yang mengaturnya yang dilakukan
oleh remaja sebelum pernikahan sah menrut agama dan Negara. Perilaku
seksual dapat didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang didorong oleh
hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sejenis. Crooks & Carla
dalam skripsi Daryanto mendefinisikan hubungan seksual pranikah sebagai
hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang terjadi
sebelum ada ikatan resmi (pernikahan) atau dalam istilah asing disebut
premarital heterosexual intercourse.36
Seks pranikah adalah kegiatan yang dilakukan secara berdua pada
waktu dan tempat yang telah disepakati bersama dari dua orang lain jenis
yang belum terikat pernikahan. Seks pranikah merupakan aktivitas seksual
36 Tiffany Daryanto. Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa
yang dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam
masyarakat yang mengaturnya. Selain itu relasi seks mereka bersifat tidak
tetap atau cenderung tidak setia pada pasangan mereka. Perilaku seks
pra-nikah adalah aktifitas seksual yang dilakukan di luar perkawinan yang sama
dengan zina, perilaku ini dinilai sebagai perilaku seks yang menjadi masalah
sosial bagi masyarakat dan negara karena dilakukan di luar pernikahan.
Islam menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah
agar segera untuk menjalankannya supaya terhindar dari perilaku seks
pra-nikah yang tentunya telah terpengaruh godaan setan. Sebagian besar remaja
yang terjerumus pada perilaku seks pranikah merupakan akibat dari stimuli
atau rangsangan melalui gambar-gambar porno, seringnya nonton film
porno, dan stimuli melalui lingkungan pergaulan misalnya seorang teman
yang menceritakan pengalaman seksualitasnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seks pranikah
adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat seksual, yang
dilakukan oleh pria dan wanita sebelum adanya ikatan resmi (pernikahan)
menurut agama dan hukum, mulai dari bentuk perilaku seks yang paling
ringan sampai tahapan senggama.
2.1.4.2Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Remaja
Menurut Sarwono, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
perilaku seks pra-nikah terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan
1. Faktor-faktor internal yang menyebabkan terjadinya perilaku seks pranikah
antara lain:
a. Meningkatnya libido seksualitas, dimana menurut Freud bahwa
energienergi seksual berkaitan erat dengan kematangan fisik.
b. Proses kematangan organ tubuh yang menyangkut perkembangan fisik
maupun kematangan organ-organ seksual dikendalikan oleh kelenjar
endokrin yang terletak pada dasar otak. Kelenjar pituari ini menghasilkan
dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan yang mempengaruhi ukuran dan
bentuk fisik tubuh individu, dan hormon gonadotropik yang merangsang
kelenjar gonad (kelenjar seks) menjadi lebih aktif sehingga menimbulkan
rangsangan-rangsangan seksual.
c. Kualitas diri pribadi seperti kurangnya kontrol diri atau pengendalian diri,
motivasi kesenangan, pengalaman emosional yang kurang sehat,
terhambatnya perkembangan hati nurani yang agamis, ketidakmampuan
mempergunakan waktu luang dengan baik.
2. Faktor-faktor eksternal yang menjadi penyebab terjadinya perilaku seks
pranikah antara lain:
a. Kurangnya informasi tentang seks. Hubungan seks dianggap ekspresi rasa
cinta. Selain itu tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang
kesehatan reproduksi memaksa remaja mencari akses dan mengeksplorasi
sendiri. Majalah, buku dan film pornografis yang memaparkan kenikmatan
hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang
b. Percintaan. Hubungan seks pada remaja umumnya akibat berpacaran atau
percintaan dan beberapa di antaranya berorientasi pada pemuasan nafsu
serta kebebasan seksual untuk mencapai kepuasan.
c. Kurangnya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak sehingga
memperkuat munculnya perilaku yang menyimpang.
d. Pergaulan. Menurut Hurlock, perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas dimana pengaruh
teman sebaya lebih besar dibandingkan orang tua
e. Adanya penundaan usia perkawinan yang menyebabkan tidak segera
dilakukan penyaluran kebutuhan biologis yang tepat.
2.1.4.3Dampak dari Seks Pranikah
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif
pada remaja, diantaranya sebagai berikut:37
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya
perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum
saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang
hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita
penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun.
Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa
sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
Bukan hanya itu saja kondisi psikologis akibat dari perilaku seks
pranikah, pada sebagian pelajar lain dampaknya bisa cukup serius, seperti
ketegangan mental dan kebingunan untuk menghadapi segala kemungkinan
resiko yang akan terjadi, perasaan seperti itu akan timbul pada diri remaja
jika remaja menyesali perbuatan yang sudah dilakukannya.
Kehamilan remaja, pengguguran kandungan (aborsi), terputusnya
sekolah, perkawinan di usia muda, perceraian, penyakit kelamin,
penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks
yang salah saat remaja masih sebagai seorang pelajar. Akibatnya, masa
depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta
dan seks. Untuk itulah, pendidikan seks bagi remaja SMP dan SMA
reproduksinya tetap sehat dan mereka mempunyai pengetahuan tentang seks
yang benar.
Resiko-resiko yang menyangkut kesehatan bagi para pelaku
hubungan seksual dini meliputi trauma seksual, meningkatnya pertumbuhan
kanker servix (leher rahim), terkena penyakit menular seksual dan juga
kehamilan di usia muda.38
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca guna
memperjelas maksud penelitian. Dalam hal ini, permasalahan yang diangkat
dalam penelitian adalah “bagaimana komunikasi interpersonal remaja pelaku
seks pranikah?”
Dimana nantinya akan digambarkan komunikasi yang terjalin antara pelaku
remaja sebelum melakukan seks pranikah seperti apa yang mendorong mereka
untuk melakukan seks pranikah, dan bagaimana mereka mengambil keputusan
untuk melakukan seks pranikah, hingga berujungnya pada komunikasi pasca
terjadinya seks pranikah yang dialamnya juga terdapat solusi permasalahannya.
Struktur Kerangka Berpikir
Sumber : Joseph A Devito dalam buku Alo Liliweri “Komunikasi Antarpribadi” Terjadinya Komunikasi Interpersonal Remaja
dengan Pasangannya Pelaku Seks Pranikah
Proses Komunikasi Remaja
dengan Pasangannya Sebelum
Melakukan Hubungan Seks
Pranikah
Proses Komunikasi Remaja
dengan Pasangannya Pasca
Melakukan Hubungan Seks
Pranikah
Efektifitas komunikasi
interpersonal antara informan
dengan pasangannya sebelum
dan sesudah melakukan
hubungan seks pranikah.
2.3 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang pertama berjudul
“Komunikasi Interpersonal Remaja dengan Orangtua dengan Kasus Kehamilan
diLuar Pernikahan” oleh Dhini Faradhina ari Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Penelitian yang dilakukan tahun 2012 ini mengacu pada komunikasi
interpersonal atau antarpribadi antara orangtua dengan anak dalam kasus
kehamilan diluar pernikahan. Penelitian ini menjelaskan bahwa hubungan
interpersonal orangtua dan remaja sebelum mengalami kehamilan diluar
pernikahan cenderung kurang harmonis, dikarenakan kurangnya komunikasi
antara orangtua dan infoman, serta sikap orangtua yang cenderung oveprotektif.
Dalam proses pengungkapan kejujuran, informan mengalami perasaan negatif,
seperti ketakutan, kecemasan, atau respon yang akan diberikan orangtuanya.
Namun komunikasi intepersonal antara remaja dengan orangtua membaik pasca
terjadinya kasus kehamilan diluar pernikahan karena terjadinya kesadaran dari
pihak orangtua dan informan untuk menyelesaikan permasalahn bersama.
Penelitian yang mengambil lokasi di Desa Keserangan ini mengangkat kajian
komunikasi antarpribadi seputar hubungan orangtua dengan anak alam kasus
kehamilan diluar pernikahan, seperti halnya penulis juga mengangkat tema
tentang seksual pranikah, namun jelas kasus dan penelitiannya berbeda. Metode