• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS PELAYANAN PEMBINAAN DAN BIMBINGAN MANTAN PENYANDANG NARKOBA DIPANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH DKI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KUALITAS PELAYANAN PEMBINAAN DAN BIMBINGAN MANTAN PENYANDANG NARKOBA DIPANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA KHUSNUL KHOTIMAH DKI JAKARTA"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

KHOTIMAH DKI JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

BAGUS PRATAMA

NIM. 6661091652

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

Bagus Pratama NIM. 6661091652 Judul Skripsi. Kualitas Pelayanan Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta. Pembimbing I Maulana Yusuf, M.Si. pembimbing II Titi Stiawati, M.Si.

Penelitian ini membahas mengenai kualitas pelayanan pembinaan dan bimbingan mantan penyandang narkoba di panti sosial pamardi putra khusnul khotimah DKI Jakarta. Dimana dalam melayani klien masih terdapat kendala yang membuat klien kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. Seperti kurangnya fasilitas peralatan montir mobil, motor, las dan elektronik, kurangnya Counsellor Addict dalam memberikan pelayanan terhadap klien, kurangnya koordinasi dari petugas panti dengan keluarga dalam memberikan dukungan kepada panti khususnya kepada anak, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki belum semuanya mempunyai kemampuan berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, dan menganalisis masalah dari klien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana Kualitas Pelayanan Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta ditinjau dari dimensi Tangibles, Reliability,

Responsiveness, Assurance, dan Emphaty. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Data didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner yang disebar kepada 134 responden. Responden dari penelitian ini adalah pengguna jasa layanan panti sosial pamardi putra khusnul khotimah DKI Jakarta. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Service Quality (SERVQUAL). Hasil dari penelitian ini adalah klien kurang puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak panti. Hal itu dapat dilihat dari skor SERVQUAL pada kelima dimensi yaitu dimensi

Tangibles dengan skor SERVQUAL (-1,67), dimensi Reliability (-1,72), dimensi

Responsiveness (-1,66), dimensi Assurance (-1,64), dimensi Emphaty (-1,67). Saran yang peneliti berikan adalah memperbaiki sarana dan prasarana yang ada, menambah jumlah petugas, meningkatkan kinerja pegawai, Kualitas Sumber Daya Manusia perlu ditingkatkan dengan memberikan pelatihan, dan peningkatan disiplin terhadap petugas.

(3)

Bagus Pratama NIM. 6661091652 Thesis title Service Quality Training and Guidance Ex The Drugs in Social Institutions Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta. The First Advisor Maulana Yusuf, M.Si. The Second Advisor Titi Stiawati, M.Si.

This research discussed the issue of the quality of service Training and Guidance Ex The Drugs in Social Institutions Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta. Where in serve there are clients that have been made not satisfied to the client. As of a utility in providing skills training to clients as equipment the car and a mechanic motorcycle welding and electronic, less Counsellor Addict in providing services to clients, less of coordination from officer with family in providing support to institutions, especially to children, quality of its human resources yet they have the ability to communicate, identification of problems and analysis problems from clients. The Purpose of this research is to know about the quality of service Training and Guidance Ex The Drugs in Social Institutions Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta review of the dimension of Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, and Emphaty. Methods used in this research is a method of descriptive quantitativ. Data obtained with a questionaire, in a scattering manner a questionaire distributed to 134 of respondents. Respondents of this research is users of the service of Training and Guidance Ex The Drugs in Social Institutions Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta. Engineering analysis used in this research is a technique analysis service quality. The result of this research is clients less satisfied with the services provided by the institution. It can be seen from a score servqual on the fifth dimension namely dimension of Tangibles that has a score sevqual (-1,67), dimensions reliability (-1,72), dimensions Responsiveness (-1,66), dimensions Assurance (-1,64), dimensions Emphaty (-1,67). Suggestion that can be researchers give you is improving facilities and existing infrastructure, increasing the number of officers, improve the employee performance, the quality of human resources needs to be improved by providing training, and increase in discipline against the officers.

(4)
(5)
(6)
(7)

” Kegagalan adalah cara TUHAN mengajarkan kamu

tentang pantang menyerah, kesabaran, kerja keras dan percaya diri”

“FIGHT TO GET YOUR DESIRE”

Karya Tulis ini kupersembahkan kepada :

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis

panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena ridho, rahmat, karunia dan kasih

sayang-Nya yang melimpah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad S.A.W

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan

judul “Kualitas Pelayanan Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta”.

Penulisan Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan,

bantuan, nasehat, saran, dan perhatian berbagai pihak. Pada kesempatan ini

merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(9)

3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik.

4. Ibu Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Gandung Ismanto, MM., Wakil Dekan Bidang III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Rahmawati, M.Si., Ketua Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ibu Ipah Ema Jumiati, M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Bapak Maulana Yusuf, M.Si., Pembimbing I skripsi. Terima kasih atas

kebaikannya dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam

memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibu Titi Stiawati, M.Si., Pembimbing II skripsi. Terima kasih atas

kebaikannya dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam memberikan

arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Ibu Yeni Widyastuti, M.Si., sebagai ketua sidang yang telah memberikan

kritik dan sarannya kepada penulis.

11.Ibu Rina Yulianti, M.Si., sebagai anggota penguji dalam sidang yang telah

(10)

12.Ayahanda Bambang S.B.U dan Ibunda Hj. Siti Rohati S.E, atas cinta kasih

yang tulus tak terhingga dan sekaligus merupakan motivator tebesar dalam

menyelesaikan skripsi kepada penulis.

13.Adik-adikku Zhanu Setio Aji, dan M. Ridho Rosiandi terima kasih atas

doa dan motivasinya kepada penulis.

14.Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah Dki Jakarta yang telah

membantu serta memberikan data untuk pengerjaan dan kelengkapan

skripsi ini.

15.Teman-teman satu kelas ANE C 2009, Ratih Permitasari, Rikhnawati,

Elisa Tanini, Rizki Panji Prakoso, Lutfi Hardiansyah, Doni Winarno, Ari

Hardiawan, M. Irsyad Mahdi dan Yan Adi Seprian. Terimakasih atas

kebersamaan dan motivasi yang begitu besar.

16.M. Arif Santoso, Tri Tunggal Jati, Adnan Lubis yang menjadi

pembimbing tambahan dan motivator buat penulis, terima kasih atas

kebaikan dan motivasi yang kalian berikan.

17.Teman-teman seperjuangan, Kiswanto, Sapei Abdullah, Imron Rosyadi,

Rizki Fani, Fauji Widjaya, Sandy Kurniawan, Jagis Ramadhan, Sughron

Jazila Siregar, Nendy R, Rendi Purnama terima kasih atas pengalaman

perjalanannya yang begitu berkesan.

18.Teman-teman Civil Society yang selalu memberikan masukan terhadap

penulis, terima kasih atas kebersamaan, kebaikan dan motivasi yang telah

(11)

19.Teman-teman TRX Acmad Ridwan, Amma Shahab, Arief Santosa, Eko

Purnomo, Fanze Suhendar, Hafidh Aulia Muhammad, M. Zakaria, M.

Fachri Afifi, M. Yudiansyah, Yuri Iswaridzki Djafar terima kasih atas

kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari masih banyak terjadi kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran

yang membangun guna untuk lebih baik lagi di masa depan.

Serang, Januari 2015

Penulis

(12)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………. 1.2Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah... 1.3Rumusan Masalah... 1.4Tujuan Penelitian... 1.5Manfaat Penelitian Teoritis dan Praktis... 1.6Sistematika Penulisan...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

(13)

Lokasi Penelitian………...

3.4 variabel Penelitian……... 3.4.1 Definisi Konsep………... 3.4.2 Definisi Operasional... 3.5 Instrumen Penelitian………... 3.5.1.1 Uji Validitas………

3.5.1.2 Uji Realibilitas……….

3.5.1.3 Jenis Sumber Data……….

3.5.1.4 Teknik Pengumpulan Data………

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……...………….

(14)
(15)

5.1 Kesimpulan………

5.2 Saran……….

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………

(16)

Tabel 1.2 Penghuni Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah Tahun 2012-2014... Jumlah Pegawai Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul

Khotimah………....

Instrumen Penelitian………... Skor Item Instrumen Penelitian... Waktu Pelaksanaan Penelitian...

Skor SERVQUAL Dimensi Tangibles………

Skor SERVQUAL Dimensi Reliability………..

Skor SERVQUAL Dimensi Responsiveness………..

Skor SERVQUAL Dimensi Assurance………..

Skor SERVQUAL Dimensi Emphaty………

Skor Total SERVQUAL………

Hasil Uji Validitas Komponen Persepsi……….

(17)

Gambar 3.1 Gambar 4.1

Diagram Cartesius………...

Struktur Organisasi Panti Sosial

Pamardi Putra Khusnul Khotimah………..

56

(18)

Diagram 4.3

Diagram Cartesius Dimensi Tangibles………

Informasi yang Akurat Mengenai

Jadwal Pelatihan………..

Klien Mendapatkan Pelatihan Sesuai Jadwal………. Tidak Pernah Terjadi Kesalahan

Dalam Pemberitahuan Jadwal………. Petugas Ramah Saat Memberikan Pelatihan………..

Klien Mendapatkan Pelatihan

Sesuai Kebutuhan………

Diagram Cartesius Dimensi Reliability………..

Pihak Panti Tanggap

Terhadap Keluhan Klien……….

Petugas Sigap Membantu Klien yang

Mempunyai Daya Tanggap Lemah……… Petugas Memahami Kebutuhan Klien………

Diagram Cartesius Dimensi Responsiveness………..

(19)

Diagram 4.23 Diagram 4.24 Diagram 4.25

Diagram 4.26

Diagram 4.27

Diagram 4.28 Diagram 4.29

Diagram Cartesius Dimensi Assurance……….

Petugas Mudah ditemui Oleh Klien……….. Petugas Meluangkan Waktu

Untuk Berkomunikasi dengan Klien……….

Petugas Memberikan motivasi

Kepada Klien……….

Petugas Memberikan Perhatian

Kepada Klien………

Diagram Catesius Dimensi Emphaty………

Diagram Two-Dimensional

Differencial Plane……….

109 111

112

114

115 118

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai ibu kota negara, Jakarta telah mengalami pembangunan fisik dan

ekonomi yang berjalan pesat menjadi suatu kota metropolitan. Namun pada sisi

lain, Jakarta juga terkena dampak dari arus globalisasi yang saat ini melanda

bangsa Indonesia dan membawa pengaruh di berbagai aspek kehidupan berbangsa

dan bernegara. Perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat tersebut ternyata

juga memacu semakin bertambahnya permasalahan sosial yang beranekaragam

polanya sejalan dengan perkembangan masyarakat, jadi walaupun masyarakat

berkembang semakin modern tidak berarti masalah sosial akan menjadi hilang.

Sementara itu, perubahan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat tidak

jarang mengantarkan sebagian masyarakat yang tidak memiliki kesiapan untuk

menerima dan menyesuaikan dengan nilai-nilai baru menjadi tertinggal dalam

perkembangan zaman. Masyarakat tersebut dengan tidak disadari menjadi

kelompok yang secara tidak sengaja menjadi terpinggirkan oleh keadaan karena

dianggap mengganggu ketentraman dan ketertiban umum dengan perilakunya

(21)

Kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang meliputi program dan

pelayanan yang membantu orang agar dapat memenuhi kebutuhan sosial,

ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara

masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup. Untuk menjamin kesejahteraan

masyarakat diperlukan sistem yang mengatur penyelenggaraan pelayanan

pembinaan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial. Pelayanan

pembinaan yang memadai dapat membantu masyarakat terutama penyandang

masalah kesejahteraan sosial dalam melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh karena

itu, pelayanan pembinaan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat

menjalankan pembinaan dan pelatihan terhadap penyandang masalah

kesejahteraan sosial secara terpusat pada kebutuhan, harapan serta nilai-nilai

pelanggan sebagai titik tolak penyediaan pelayanan yang harus dapat dipenuhi

agar dapat memberikan kepuasaan kepada msayarakat sebagai pengguna jasa.

Pelayanan organisasi harus memiliki standar pelayanan atau kualitas

pelayanan yang baik untuk dapat memberikan kepuasaan kepada pengguna jasa

layanan. Kualitas pelayanan merupakan standar yang harus diupayakan apabila

organisasi ingin memberikan kontribusi yang optimal pada pemakai jasa layanan.

Pengguna jasa akan mempunyai perasaan dimudahkan dan dilayani segala

keperluan dan penyelesaian permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat.

Kualitas ini meliputi aktivitas kegiatan yang harus dilalui oleh pekerja untuk

(22)

tersebut merupakan metode, prosedur maupun sistem yang ada sebagai satu

kesatuan untuk menghasilkan layanan yang memuaskan.

Peraturan mengenai permasalahan sosial tercakup dalam Undang-Undang

No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial yang tertuang dalam pasal 1 ayat 2

bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,

dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga

negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang,

keluarga, kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau

gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat

terpenuhi kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosial secara memadai dan

wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,

ketelantaran, kecacatan, keterbelakangan, keterasingan/keterpencilan. Salah satu

penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah korban penyalahgunaan

narkotika, seseorang terutama yang berusia antara 15-30 tahun yang pernah

menyalahgunakan narkotika atau zat adiktif lainnya, termasuk minuman keras

pada taraf coba-coba atau sampai mengalami ketergantungan fisik oleh dokter

(23)

Penyalahgunaan narkotika dikalangan masyarakat luas mengisyaratkan

kepada kita untuk peduli dan memperhatikan secara lebih khusus untuk

menanggulanginya, karena bahaya yang ditimbulkan dapat mengancam

keberadaan generasi muda yang kita harapkan kelak akan menjadi pewaris dan

penerus perjuangan bangsa dimasa yang akan datang. Dalam Undang-Undang

No.35 tahun 2009 tentang Narkotika yang tertuang dalam pasal 1 ayat 1 bahwa

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Efek penggunaan dari

mengkonsumsi narkoba dapat dilihat secara umum, misalnya kematian langsung,

kanker, gangguan hati, ketergantungan terhadap obat-obat terlarang, pemalas,

menjadi bodoh, tidak kreatif, pendiam, suka melawan, dan kurang nafsu makan.

Dampak penyalahgunaan narkoba antara lain, merusak hubungan kekeluargaan,

menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan membedakan mana yang baik

dan buruk, perubahan perilaku menjadi asocial, merosotnya produktivitas kerja,

gangguan kesehatan bahkan kematian.

Pada tahun 2012-2013 jumlah remaja yang meninggal akibat kecanduan

narkoba tiap tahun kian meningkat. Khususnya di Provinsi DKI Jakarta, 20% dari

4 juta pemakai narkoba adalah anak di bawah usia 18 tahun atau remaja. Bahkan,

3 dari 10 anak di Jakarta terlibat penggunaan narkoba sekaligus terlibat produksi

(24)

yang sangat besar pada tatanan sosial keluarga dan masyarakat . Korban

penyalahgunaan narkoba sebagai individu pada hakekatnya mempunyai potensi

yang dapat dikembangkan.

Panti sosial adalah lembaga kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan

fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan

penyandang masalah kesejahteraan sosial kearah kehidupan normatif secara fisik,

mental dan sosial dan pekerja sosial fungsional adalah pegawai negeri sipil yang

diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh sebagai pejabat yang

berwenag untuk melakukan pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan instansi

pemerintah maupun pada badan/organisasi sosial lainnya.

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta telah melaksanakan rehabilitasi mantan

penyandang narkoba melalui sistem panti. Sesuai dengan peraturan Gubernur

Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No.78 Tahun 2010 tentang

pembentukan organisasi dan tata kerja Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul

Khotimah mempunyai tugas pokok yaitu; Dinas Sosial selaku Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dari Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah dalam

pelaksanaanya menyelenggarakan kegiatan Rehabilitasi Sosial korban

penyalahgunaan narkoba yang meliputi: Identifikasi dan Assesment, bimbingan

dan pelatihan serta penyaluran dan bina lanjut. Dalam pembinaan lanjut, yang

terpenting adalah kerjasama dan koordinasi dengan Dinas Sosial dan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. Disamping itu, pemberdayaan sumber-sumber

(25)

pekerja sosial dalam mengembangkan jejaring dan negosiasi diharapkan dapat

diterapkan secara signifikan.

Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah berdiri sejak tahun 1973

dengan nama Unit Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA berlokasi di Jl. Fatmawati,

Cilandak Jakarta Selatan dibawah naungan Departemen Sosial. Pada tahun 1975

berpindah ke Jl. S. Parman Kav. 57 Slipi Jakarta Barat dengan nama Panti

Rehabilitasi Korban Narkotika Wisma Khusnul Khotimah. Dalam

perkembangannya pada tahun 1979 nama panti berubah menjadi Panti Sosial

Pamardi Putra Khusnul Khotimah. Tahun 1994 lokasi berpindah ke Babakan

Pocis III Serpong Tangerang. Dengan adanya likuidasi Departemen Sosial tahun

1999 PSPP Khusnul Khotimah dialihkan ke Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta

dibawah Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah merupakan panti

rehabilitasi mantan penyandang narkoba yang dikhususkan untuk laki-laki. Panti

Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah dihuni oleh masyarakat yang terjaring

razia atau hasil penertiban oleh SATPOL PP maupun Dinas Sosial Provinsi DKI

Jakarta baik diwilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta

Barat. Masyarakat yang terjaring razia oleh Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

berasal dari berbagai profesi seperti: anak jalanan, anak punk, dan anak sekolah

yang kedapatan sedang mengkonsumsi narkoba maupun minuman keras.

Selanjutnya mereka yang terjaring razia dibina dan dibimbing dalam panti selama

(26)

pelayanan dan rehabilitasi sosial di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah

dilakukan dengan berbagai macam tahapan. Adapun tahapan dalam proses

pelayanan dan rehabilitasi sosial sebagai berikut:

1. Identifikasi dan Assesment. Pada tahapan ini pihak panti sosial

melaksanakan penerimaan terhadap calon klien atau penghuni panti

dalam rangka pemenuan pelayanan penyelenggaraan kesejahteraan

sosial selama dipanti sosial dan melakukan penelaahan dan

pengungkapan masalah dan potensi dalam rangka melihat potret

diri calon klien atau penghuni panti berkaitan dengan kebutuhan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

2. Bimbingan dan Pelatihan. Pada tahapan ini pihak panti sosial

melakukan pembinaan dan pelatihan dalam rangka perlindungan

dan rehabilitasi terhadap klien atau penghuni panti agar dapat

membentuk karakter klien atau penghuni panti agar mampu

mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

3. Penyaluran dan after care/bina lanjut. Pada tahapan ini pihak panti

sosial melakukan penyaluran terhadap klien atau penghuni panti

setelah mengikuti pelayanan di panti sosial dan melakukan

pembinaan lanjut dalam rangka memonitor perkembangan klien

atau penghuni panti saat dan setelah kembali ke keluarga atau

berada dalam panti/instansi/lembaga rujukan.

(27)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti memfokuskan untuk

meneliti pembinaan dan bimbingan terhadap klien atau penghuni panti.

Pembinaan dan bimbingan terhadap klien atau penghuni panti sangat berpengaruh

terhadap proses rehabilitasi di dalam panti. Para penghuni panti biasanya

ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa waktu sampai klien siap

secara mental dan rohani kembali ke lingkungannya semula. Hal ini terjadi karena

sebagian besar para penderita umumnya putus sekolah dan tidak mempunyai

kemampuan intelejensia yang memadai. Akibatnya, banyak di antara mereka

menjadi rendah diri setelah keluar dari rumah rehabilitasi.

Pembinaan dan Bimbingan terhadap mantan penyandang narkoba

memegang peran vital, dimana penderita ditumbuhkan kembali rasa kepercayaan

diri pada penderita, menumbuhkan semangat dan keyakinan bahwa dia akan

sembuh dan kembali normal, bersosialisasi dengan masyarakat dan

lingkungannya. Paling utama adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan

ketakwaan, serta kepekaan sosial kemasyarakatan. Karena, pelayanan pembinaan

dan bimbingan dapat membentuk karakter klien atau penghuni panti agar mampu

mengembangkan kemampuan yang dimiliki.Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul

Khotimah melakukan pembinaan dalam rangka perlindungan dan rehabilitasi

terhadap mantan penyandang narkoba. Adapun proses pelayanan pembinaan dan

(28)

1. Pembinaan Fisik. Bimbingan fisik bertujuan untuk memelihara dan mewujudkan kesehatan dan kebugaran dari klien atau penghuni panti.

2. Mental spiritual. Bimbingan mental spiritual bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan menumbuhkan kebiasaan berprilaku sesuai kaidah-kaidah keagamaan

3. Psikologis. Konsultasi psikologis bertujuan untuk mengatasi gangguan emosional dan perilaku klien atau penghuni panti yang menyimpang, serta memperoleh dukungan keluarga guna menunjang proses pelayanan sosial.

4. Bimbingan orang tua dan keluarga. Konsultasi keluarga ditujukan bagi keluarga klien atau penghuni panti guna meningkatkan peran aktif dalam memberikan perhatian, motivasi dan dukungan.

5. Ketrampilan: montir mobil, motor, las dan elektronika. Pelatihan keterampilan kerja bertujuan memberikan bekal keterampilan agar klien atau penghuni panti mampu berwirausaha atau bekerja. 6. Mix farming. Bimbingan rekreasi bertujuan untuk

menumbuhkembangkan suasana kebersamaan, kegembiraan dan keceriaan serta pengenalan lingkungan.

(Sumber : Data UPT PSPP Khusnul Khotimah, 2013)

Adapun pendukung pelaksanaan kegiatan dari Panti Sosial Pamardi Putra

(29)

Tabel 1.1

Jenis Pelayanan Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah

No Jenis Pelayanan

1. Pelayanan Konseling

2. Pelayanan Permakanan dan Gizi

3. Konsultasi Individu

4. Konsultasi Kelompok(Group Work)

5. Manajemen Kasus

6. Pelayanan Medis

7. Pelayanan Bimbingan Psikologis

8. Pelatihan Kehidupan Sehari-hari

9. Pelayanan Olahraga, Kesenian, dan Rekreasi

10. Mix Farming(berkebun/bercocok tanam)

11. Pelayanan Informasi

12. Kelompok Penyembuhan Diri Sendiri (Self Help)

13. Pelayanan Spiritual (Bimbingan Keagamaan)

14. Pelayanan Kunjungan (Home Visit)/bimbingan keluarga (Family

Support Group)

15. Monitoring dan Evaluasi Program Sumber : Data UPT PSPP Khusnul Khotimah, 2013

Pelaksanaan kegiatan diatas yang dilakukan oleh Panti Sosial Pamardi

Putra Khusnul Khotimah terhadap klien atau penghuni panti bertujuan untuk

memulihkan kondisi fisik, mental, spiritual, psikis sosial, dan sikap dari klien atau

penghuni panti.

Dari hasil observasi dan wawancara di dalam proses pelayanan pembinaan

dan bimbingan mantan penyandang narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra

(30)

Pertama, kurangnya fasilitas peralatan dalam memberikan pelatihan

keterampilan terhadap klien atau penghuni panti seperti peralatan montir mobil,

motor, las, dan elektronik. Fasilitas tersebut tidak cukup untuk memenuhi jumlah

klien atau penghuni panti, sehingga banyak dari klien yang tidak mendapatkan

pelatihan keterampilan setiap minggunya. Hal ini disebabkan karena jumlah

penghuni panti setiap tahunnya bertambah. Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul

Khotimah hanya mampu menampung 200 orang klien atau penghuni panti.

Sedangkan jumlah klien atau penghuni panti sudah mencapai 202 orang dan bisa

bertambah lagi jumlahnya. Berikut jumlah penghuni panti dari tahun 2012-2014:

Tabel 1.2

Jumlah Penghuni Panti Tahun 2012-2014

No Tahun Jumlah

1 2012 175 Orang

2 2013 150 Orang

3 2014 202 Orang

Sumber : Data UPT PSPP Khusnul Khotimah

Pada tabel di atas terlihat bahwa penghuni panti dari tahun 2012-2014

jumlahnya fluktuatif. Pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan

sosial dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi

DKI jakarta. (Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Samsudin bagian

(31)

Kedua, kurangnya tenaga Counsellor Addict, dimana tenaga Counsellor

Addict yang tersedia tidak mencukupi untuk memberikan pelayanan dan

pembinaan terhadap penghuni panti. Jumlah Counsellor Addict hanya berjumlah

11 orang, dimana setiap Counsellor Addict harus menangani 10 orang klien.

Berarti Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah kekurangan 9 orang untuk

Counsellor Addict.Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 1.3

Jumlah Pegawai Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah

No Jenis Pegawai Jumlah

1. Pegawai Tetap 16orang

2. Pramu Sosial 15orang

3. Instruktur Keterampilan 4orang

4. Counsellor Addict 11orang

5. Psikolog 1orang

6. Dokter 1orang

7. Petugas Medis 1orang

8. Perawat Medis 1orang

9. Pembina Rohani Islam 2orang

10. Pembina Rohani Kristen 1orang

11. Pembina Kesenian 2orang

12. Instruktur Olahraga 2orang

13. Pembina Kedisiplinan 1orang

14. Pembina Kadarkum 1orang

Jumlah 60orang

Sumber : Data UPT PSPP Khusnul Khotimah 2013

Berdasarkan jumlah pegawai pada tabel di atas kurang mencukupi untuk

melaksanakan pembinaan terhadap klien atau penghuni Panti Sosial Pamardi Putra

Khusnul Khotimah. Misalnya saja pegawai Counsellor Addict yang hanya

(32)

orang klien atau penghuni panti. ini berarti panti sosial pamardi putra khusnul

khotimah kekurangan 9 pegawai Counselor Addict. (Berdasarkan hasil wawancara

dengan Bapak Samsudin bagian Kasubag Tata Usaha yang dilakukan peneliti pada

tanggal 20 maret 2014).

Ketiga, kurangnya koordinasi dari petugas panti dengan orang tua dalam

memberikan dukungan kepada panti khususnya kepada anak. Anak ingin

mengikuti pelatihan, tetapi orang tua tidak mengijinkan atau sebaliknya. Sehingga

pada saat anak sedang menjalani pembinaan dan bimbingan di panti orang tua

terlalu khawatir sehingga anak diambil pada saat pelatihan. (Berdasarkan hasil

wawancara dengan Bapak Samsudin bagian Kasubag Tata Usaha yang dilakukan

peneliti pada tanggal 20 maret 2014).

Keempat, Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki belum semuanya

mempunyai kemampuan berkomunikasi, mengidentifikasi masalah dari klien atau

penghuni panti, dan menganalisis masalah dari klien atau penghuni panti. Hal ini

menyebabkan klien atau penghuni panti tidak dapat melaksanakan fungsi

sosialnya dengan baik karena tidak adanya pemahaman yang baik dari petugas

terhadap kebutuhan klien atau penghuni panti. (Berdasarkan hasil wawancara

dengan Bapak Samsudin bagian Kasubag Tata Usaha yang dilakukan peneliti pada

tanggal 20 maret 2014).

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan

(33)

Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI

Jakarta”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka “Kualitas Pelayanan

Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi

Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta” dapat disimpulkan identifikasi masalahnya

yaitu:

1. Kurangnya fasilitas peralatan dalam memberikan pelatihan keterampilam

terhadap klien atau penghuni panti seperti peralatan montir mobil, motor,

las, dan elektronik.

2. Kurangnya Counsellor Addict (pembimbing klien/penghuni panti) dalam

memberikan pelayanan terhadap klien atau penghuni panti.

3. Kurangnya koordinasi dari petugas panti dengan orang tua dalam

memberikan dukungan kepada panti khususnya kepada anak.

4. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki belum semuanya

mempunyai kemampuan berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, dan

menganalisis masalah dari klien atau penghuni panti.

1.3 Batasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam program

pembinaan mantan penyandang narkoba ini, kemudian untuk memudahkan

peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan pembatasan terhadap

(34)

Pelayanan Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti

Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta”.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

Bagaimana Kualitas Pelayanan Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang

Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini penulis ingin mengetahui Kualitas Pelayanan

Pembinaan dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi

Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta .

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas,

penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat. Manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu Administrasi Negara.

Dimana dalam penelitian ini khusus membahas tentang permasalahan

sosial masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu psikologi sosial,

sosiologi, administrasi. Serta untuk mengembangkan teori baru

(35)

2. Secara Praktis

Secara praktis, bagi Dinas yang bersangkutan diharapkan penelitian

ini dapat menjadi sumbangan pemikiran terkait efektivitas

pelaksanaan program pembinaan dan bimbingan mantan penyandang

narkoba di panti sosial dinsos Dki Jakarta. Bagi penulis, diharapkan

penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan

ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti

pendidikan di program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Selain

itu karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi

pembaca dan peneliti selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, tinjauan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

(36)

teori, lalu membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori dan kemudian hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai metode penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan dan analisis data dan tempat serta waktu penelitian tersebut dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai deskripsi objek penelitian mencakup lokasi penelitian, struktur organisasi dan lain sebagainya yang berhubungan dengan objek penelitian. Kemudian pada bab ini menjelaskan deskripsi data yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data. Lalu memaparkan mengenai pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian, kemudian pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V PENUTUP

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Memuat data referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian.

LAMPIRAN

(38)

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pengertian tinjauan pustaka menurut Black dan Champion (2009:296)

merupakan gambaran yang menyeluruh dari setiap proyek penelitian. Tinjauan

pustaka digunakan sebagai peninjauan kembali pustaka (laporan penelitian, dan

sebagainya) mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian.Berikut adalah

beberapa pustaka yang relevan dalam penelitian Kualitas Pelayanan Pembinaan

dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra

Khusnul Khotimah Dki Jakarta.

2.1.1 Konsep Organisasi Publik

Menurut Winardi (2004:44) apabila kita ingin mempelajari

organisasi (khususnya teori organisasi) maka kita perl mempelajari

strukturnya, prosesnya, dan perilaku dari organiasi itu sendiri, karena

apabila kita memperhatikan kondisi sekeliling kita maka dapat dikatakan

bahwa manusia hidup dalam masyarakat senantiasa dipengaruhi oleh

(39)

penduduk, institute pendidikan, rumah sakit, kantor yang berkenaan

dengan pekerjaan kita, dan sebagainya.

Organisasi menurut Stephen Robbin dalam Achmad Sobirin

(2007:5) adalah:

“Organisasi adalah unit sosial yang senaja didirikan untuk jangka

waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya”

Bennis dalam Miftah Thoha (2007:3) merumuskan ada tiga

dimensi pokok dalam mendiskusikan teori organisasi yang tidak bisa

diabaikan. Ketiga dimensi itu antara lain dimensi teknis, dimensi konsep,

dan dimensi manusia. Jika ketiga dimensi itu berinteraksi, maka akan

mampu menimbulkan suatu kegiatan organisasi yang efektif. Dimensi

teknis menekankan pada kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerakan

organisasi. Dimensi ini berisikan keahlian-keahlian birokrat atau manajer

di bidang teknis yang diperlukan menggerakan organisasi misalnya

keahlian komputer, pemasaran, engineering dan lain sebagainya. Dimensi

kedua adalah dimensi konsep yang merupakan motor penggerak dari

dimensi pertama dan amat erat hubunganya dengan dimensi ketiga yakni

dimensi manusia. Jika birokrat dalam bekerja hanya mengandalkan pada

dimensi pertama dan mengabaikan dimensi kedua, atau bahkan

(40)

tidak respektif terhadap faktor pendukung utama organisasi yakni manusia

pekerja. Oleh karena itu, organisasi-organisasi merupakan proses-proses

dinamik yang dalam tata susunan mereka mencakup aneka macam

subproses. Tetapi, apapun sudut pandang kita tentang organisasi tetap sang

individulah yang menjadi komponen inti dari suatu organisasi.

Terdapat 13 karakteristik organisasi publik menurut Stewart dalam

Kusdi (2009:44) yaitu:

1. Target atau sasaran yang tidak terdefinisi secara jelas.

2. Harapan-harapan yang beragam dan acap kali bersifat artificial dan politis.

3. Tuntutan dari berbagai pihak yang berbeda.

4. Tuntutan dari badan-badan yang mengucurkan anggaran. 5. Penerimaan jasa, yaitu masyarakat, tidak memberikan

kontribusi secara langsung melainkan melalui ekanisme pajak. 6. Sumber anggaran yang berbeda-beda.

7. Anggaran yang diterima mendahului pelayanan yang diberikan. 8. Ada pengaruh dari perubahan politik.

9. Tuntutan dan arah yang harus dipatuhi dari pusat. 10.Batasan-batasan yang ditetapkan oleh undang-undang.

11.Larangan atau pembatasan untuk melakukan usaha-usaha yang menghasilkan laba.

12.Larangan atau pembatasan untuk menggunakan anggaran diluar tujuan yang secara formal telah ditetapkan.

13.Tingkat sensitivitas terhadap tekanan kelompok masyarakat.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi

sebagai satu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling

berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi

(41)

2.1.2 Kualitas Pelayanan Publik

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan

bervariasi, mulai dari yang kontekstual hingga yang lebih strategis.

Definisi kovensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik

langsung dari suatu produk, seperti kinerja (performance); keandalan

(reliability); mudah dalam penggunaan (ease of use); estetika (esthetics);

dan sebagainya.

Sedangkan dalam definisi strategis, kualitas adalah segala sesuatu

yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the

needs of customers). Berdasarkan pangertian kualitas, baik yang

kovensional maupun strategis oleh Gaspersz dalam Sampara Lukman

mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu pada pengertian

pokok :

1. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan kepuasan atas penggunaan produk.

2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dan kekurangn atau kerusakan.

Sementara itu Valerie A. Zeithaml, A. Parasuraman, dan Leorard

L. Berry (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/

pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu Ten

Dimension of SERVQUAL (SERVice QUALity) :

(42)

2. Responsivioness,yang merupakan kemampuan atau kesiapan sumber daya manusia dalam memberikan jasa layanan yang dibutuhkan pelanggan.

3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan atau lembaga memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar memberikan jasa tertentu.

4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. 5. Courtsey, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan

keramahan yang dimiliki petugas.

6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami.

7. Credibility,yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.

8. Security, yaitu aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. 9. Understanding/knowing the costumer, yaitu usaha untuk

memahami kebutuhan pelanggan.

10.Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, dapat berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan dan penampilan fisik karyawan.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian

dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu

dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Menurut

Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1990: 23) telah melakukan berbagai

penelitian terhadap beberapa jenis jasa, sehingga selanjutanya dimensi

tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/ 47

pelayanan yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi

kualitas pelayanan yaitu :

(43)

konsistensi pelayanan merupakan sebuah kondisi yang hendaknya hadir dalam setiap penyelengaraan pelayanan.

2. Responsiveness, Responsiveness is willingness to help customers and to provide prompt service. Dimensi Responsiveness adalah kesediaan untuk membantu pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan tepat waktu. Hal ini merujuk kepada ketanggapan dari petugas pelayanan akan meningkatkan rasa kenyamanan pengguna layanan. Meskipun organisasi publik tidak menghadapi masalah dengan kekhawatiran akan kehilangan pelanggan akan tetapi dalam Negara demokrasi, masyarakat atau warga Negara adalah fokus perhatian dari penyelenggaraan pemerintahan.

3. Assurance, Assurance is knowledge and courtesy of employees and their ability to inspire trust and confidence. Dimensi assurance adalah Pengetahuan dan keramahan petugas pemberi layanan serta kemampuan mereka untuk menginspirasi kepercayaan dan kenyamanan bagi pengguna layanan. Aspek ini merupakan salah satu yang paling diharapkan oleh pelanggan. Petugas yang ramah akan menjadi salah satu faktor determinan bagi pengguna layanan untuk memberikan penilaian yang baik atas pelayanan yang disajikan. Kemudian kepercayaan diri pelanggan juga akan meningkat manakala petugas layanan tidak saja mampu menjelaskan prosedur layanan melainkan filosofi dari aturan prosedur tersebut. Hal lain yang penting adalah cara penyampaian pendapat atau penjelasan yang disampaikan petugas layanan. Semakin ramah dan sopan penyampaian penjelasan atau pendapat petugas pelayanan maka akan semakin baik penerimaan pengguna layanan yang disajikan.

4. Emphaty, Emphaty is caring, individualized attention the form provides its. Dimensi emphaty adalah kepedulian dan perhatian terhadap pengguna layanan secara individual yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan.

(44)

Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman dalam Agus Dwiyanto

(2005: 148) menjelaskan 5 dimensi pengukuran kualitas pelayanan yang

didasarkan pada indikator-indikator:

1. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan telah yang dijanjikan.

2. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

3. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan.

4. Empathy, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yan baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

5. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh Zeithaml,Berry dan

Parasuraman tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan

yang mereka terima. Jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan

melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan pelayanannya

berkualitas dan jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan kurang

atau sama dari harapannya, maka pelanggan akan mengatakan

pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan. Berdasarkan pada

konsepsi tersebut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985: 48)

menyimpulkan tiga kondisi yang mengekspresikan kepuasan pengguna

(45)

1. Saat harapan pelanggan lebih rendah dari persepsi terhadap pelayanan yang diperoleh, maka hal tersebut menjadi kejutan yang menyenangkan bagi pengguna layanan.

2. Pada saat harapan pelanggan sesuai dengan persepsi terhadap pelayanan yang diperoleh maka pelanggan akan merasa puas. 3. Pada saat harapan pelanggan lebih besar daripada persepsi terhadap

pelayanan yang diperoleh maka pelanggan akan merasa tidak puas terhadap pelayanan.

Sementara itu, Zeithaml, Parasuraman & Berry dalam Ratminto

dan Winarsih(2005: 81) mengemukakaan bahwa manajemen pelayanan

yang baik tidak bisa diwujudkan karena adanya lima gap yaitu:

1. Gap 1 (gap persepsi manajemen). Ini terjadi apabila terdapat perbedaan antara harapan-harapan konsumen dengan persepsi manajemen terhadap harapan-harapan konsumen. Misalnya harapan konsumen adalah mendapatkan pelayanan yang terbaik, tidak menjadi soal meskipunharganya mahal. Sebaliknya manajemen memiliki persepsi bahwakonsumen menghrapkan harga yang murah meskipun kualitasnya agak rendah.

2. Gap 2 (gap persepsikualitas). Gap persepsi kualitas akan terjadi apabila terdapat perbedaan antara persepsi manajemen tentang harapan-harapan konsumen dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang dirumuskan.

3. Gap 3 (gap penyelenggara pelayanan). Gap ini lahir jika pelayanan yang diberikan berbeda dengan spesifikasi kulitas pelayanan yang telah dirumuskan. Misalnya spesifikasi pelayanan menyatakan bahwa jam keberangkatan kereta api maksimal terlambat tiga menit. Akan tetapi yang senyatanya terjadi, kereta api terlambat setengah jam.

4. Gap 4 (gap komunikasi pasar). Gap 4 lahir sebagai akibat dari adanya perbedaan antara pelayanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal terhadap konsumen.

(46)

Selanjutnya Zeithaml, Berry dan Parasuraman dalam Ratminto &

Winarsih (2005: 84) mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya gap.

Misalnya, gap 1 (gap persepsi manajemen) atau adanya perbedaan antara

harapan konsumen dengan persepsi manajemen terhadap

harapan-harapan konsumen, terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:

1. Kurangnya riset pemasaran dan tidak dimanfaatkannya riset pemasaran.

2. Kurang efektifnya komunikasi ke atas di dalam organisasi penyelenggara pelayanan.

3. Terlalu banyaknya tingkatan manajemen.

Gap 2 (Gap persepsi kualitas) atau perbedaan antara persepsi

manajemen tentang harapan-harapan konsumen dengan spesifikasi kualitas

pelayanan yang dirumuskan disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

1. Lemahnya komitmen manajemen terhadap kualitas peayanan. 2. Tidak tepatnya persepsi tentang feasibilitas.

3. Tidak tepatnya standarisasi pelayanan. 4. Kurang tepatnya perumusan tujuan.

Gap 3 (gap penyelenggaraan pelayanan) yaitu perbedaan pelayanan

yang diberikan dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang telah

dirumuskan, timbul karena:

1. Adanya ketidakjelasan peran 2. Adanya konflik peran

3. Tidak cocoknya karakteristik pekerja dengan pekerjaan 4. Tidak cocoknya teknologi dengan karakteristik pekerjaan 5. Tidak tepatnya sistem pengawasan

6. Lemahnya kontrol.

(47)

Gap 4 (gap komunikasi pasar) atau adanya perbedan antara

pelayanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal terhadap

konsumen terjadi karena faktor-faktor:

1. Kurangnya komunikasi horizontal.

2. Adanya kecenderungan untuk mengobral janji.

Sedangkan gap 5 (gap kualitas pelayanan) atau perbedaan

pelayanan yang diharapkan oleh konsumen dengan pelayanan yang

senyatanya diterima atau dirasakan oleh konsumen, terjadi sebagai akibat

dari akumulasi empat macam gap tersebut diatas.

Berdasarkan penelitiannya tersebut Zeithaml, Berry, dan

Parasuraman mengidentifikasi bahwa fokus pengukuran kualitas pelayanan

adalah gap kelima yaitu kesenjangan antara pelayanan yang dirasakan dan

pelayanan yang diharapkan oleh pengguna layanan. Oleh karenanya,

pengukuran kualitas pelayanan (measuring service quality) pada

prinsipnya adalah memperoleh skor kesenjangan berdasarkan selisih antara

persepsi (P) dan ekspektasi (E) pengguna layanan atas pelayanan yang

disajikan oleh penyelenggara pelayanan. Sehingga munculah rumus Q

(Kualitas Pelayanan) = (P) Persepsi – E (Ekspektasi).

Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (1990: 12) mengembangkan

sebuah pengukuran multiple-item dengan22 pernyataan/ item instrument

yang disebut item SERVQUALuntuk mengukur 5 dimensi/ indikator dari

(48)

dan tangibles). Instrumen SERVQUAL ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu

item ekspektasi dan item persepsi. 22 pernyataan/ item instrumen dalam

survey mewakili dan menggambarkan 5 dimensi kualitas pelayanan.

Penggunaan 22 pernyataan/ item instrumen adalah untuk menilai

ekspektasi dan persepsi customer (pelanggan) terhadap kualitas pelayanan.

Prosedur ini dihasilkan dari perbaikan item pengukuran (“SERVQUAL”)

dengan 22 item yang tersebar diantara 5 dimensi/ indikator kualitas

pelayanan.

2.1.3 Teori Keejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial menurut Suparlan dalam Suud adalah

keadaan sejahtera pada umumnya, yang meliputi keadaan jasmani,

rohaniah dan social dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan

keburukan sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan.

Sedangkan, menurut Midgley dalam Suud, suatu keadaan

sejahtera secara social tersusun dari tiga unsur yaitu sebagai berikut:

1. Setinggi apapun masalah-masalah sosial dikendalikan. 2. Seluas apa kebutuhan-kebutuhan dipenuhi,

3. Setinggi apa kesempatan untuk maju tersedia.

Tiga unsur tersebut berlaku bagi individu-ibdividu,

keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok dan bahkan seluruh masyarakat agar

masyarakat dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu menciptakan keluarga

(49)

kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk

kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makan,

pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.Berbeda dengan

Suharto yang menyatakan bahwa pengertian kesejahteraan sosial juga

menunjuk kepada segenap aktivitas pengorganisasian dan pendistribusian

pelayanan sosial bagi kelompok masyarakat, terutama kelompok yang

kurang beruntung.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Pasal 1 tentang

Kesejahteraan Sosial, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup

layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya. Pasal tersebut menjelaskan bahwa untuk terpenuhinya

kebutuhan hidup, baik secara materil maupun spiritual mereka harus

mempunyai kemampuan untuk bekerja dan mengembangkan diri supaya

mereka mampu hidup layak dan dapat diterima di tengah masyarakat.

Menurut Sumarnonugroho, kesejahteraan sosial mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi penyembuhan dan pemulihan (kuratif/remedial dan

rehabilitative)

(50)

Dalam hal ini meliputi langkah-langkah untuk mencegah agar jangan sampai timbul masalah sosial baru, juga langkah-langkah untuk memelihara fungsionalitas seseorang maupun masyarakat.

3. Fungsi pengembangan (promotif, developmental)

Untuk mengembangkan kemampuan orang maupun masyarakat agar dapat lebih meningkatkan fungsionalitas mereka sehingga dapat hidup secra produktif.

4. Fungsi penunjang (suportif)

Fungsi ini menopang usaha-usaha lain agar dapat lebih berkembang.Meliputi kegiatan-kegiatan yang dapat memperlancar keberhasilan program-program lainnya seperti bidang kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana, pendidikan, pertanian dan sebagainya.

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan material

seseorang sehingga orang tersebut mampu hidup dengan layak dan mampu

mengembangkan diri serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2.1.3.1 Pengertian Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah sebagai orang yang memiliki kewenangan

keahlian dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial (Budhi

Wibhawa, 2010:52).Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai

kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui

pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan

sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan

melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos

No.10/HUK/2007).

Menurut Budhi Wibhawa pekerja sosial sebagai penyandang

(51)

1. Memahami, menguasai, dan menghayati serta menjadi figure pemegang nilai-nilai sosio-kultural dan filsafat masyarakat. 2. Menguasai sebanyak dan sebaik mungkin berbagai prespektif

teoritis tentang manusia sebagai makhluk sosial.

3. Menguasai dan secara kreatif menciptakan berbagai metode pelaksanaan tugas profesionalnya.

4. Memiliki mental wirausaha.

Berdasarkan Kepmensos NO.8/HUK/1981, pekerja sosial terdiri

dari sebagai berikut:

1. Pekerja sosial fungsional, yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh sebagai pejabat yang berwenang untuk melakukan pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan instansi pemerintah maupun pada badan/organisasi sosial lainnya. Pekerja sosial fungsional dikelompokan menjadi dua, yaitu: a) pekerja sosial fungsional tingkat ahli, yaitu pekerja sosial yang mempunyai kualifikasi profesional yang kelebihannya dan fungsinya mensyaratkan kejujuran ilmu pengetahuan, metodologi dan teknis evaluasi di bidang pelayanan kesejahteraan sosial, b) pekerja sosial fungsional tingkat terampil, yaitu pekerja sosial yang memiliki kualifikasi teknik pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis dan prosedur kerja di bidang pelayanan kesejahteraan sosial.

2. Pekerja sosial kecamatan, yaitu pegawai negeri sipil di lingkungan Departemen Sosial dan ditempatkan di wilayah kecamatan dengan tugas membimbing, membina dan mengawasi pelaksanaan program kesejahteraan sosial di lingkungan kecamatannya.

3. Pekerja sosial masyarakat, yaitu warga masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta disorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela, mengabdi di bidang kesejahteraan sosial. 4. Pekerja sosial professional, yaitu seseorang yang bekerja, baik

(52)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial

adalah suatu profesi pertolongan kemanusiaan yang tujuan utamanya

adalah membantu keberfungsian sosial baik individu, keluarga maupun

kelompok kerja.

2.1.4 Konsep Panti Sosial

Panti adalah rumah atau tempat (kediaman), sedangkan sosial

adalah berkenaan dengan masyarakat atau perlunya ada komunikasi dalam

suatu usaha menunjang pembangunan ini serta memperhatikan

kepentingan umum. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. 2007)

Dinas Sosial di setiap provinsi mempunyai beberapa Unit

Pelaksana Teknis yaitu suatu unit yang merupakan bagian dari

pemerintahan provinsi ke daerah kabupaten dan kota guna melaksanakan

tugas-tugas provinsi. Untuk setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

memiliki peranan atau tugas sebagai panti sosial yaitu memberikan

perlindungan, pelayanan, dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah

kesejahteraan sosial.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa panti sosial

adalah lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan

pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial

pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan yang luas,

(53)

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya :

1. Penelitian (skripsi) Fisip Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

dilakukan oleh Sarah Neri Suriani Tahun 2011, dengan judul

Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Baja Kecamatan

Cibodas Kabupaten Tangerang, pada penelitian tersebut peneliti

menggunakan 5 indikator yang terdapat pada teori Parasuraman: (1)

Reability (2) Responsiveness (3) Assurance (4) Emphaty (5)

Tangibles. Metodelogi dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun hasil penelitian

dari Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Baja Kecamatan

Cibodas Kabupaten Tangerang adalah terdapat kesenjangan

Persepsi dan Ekspetasi responden atas pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan oleh petugas Puskesmas Baja Kecamatan Cibodas

Kota Tangerang. Oleh karenanya, Kualitas Pelayanan Kesehatan di

Puskesmas Baja Kecamatan Cibodas Kota Tangerang tidak

memuaskan bagi responden.

2. Penelitian (skripsi) Fisip Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

dilakukan Oleh Tri Tunggal Jati Tahun 2014, dengan judul Kualitas

(54)

tersebut peneliti menggunakan 5 indikator yang terdapat pada teori

Parasuraman: (1) Reability (2) Responsiveness (3) Assurance (4)

Emphaty (5) Tangibles. Metodelogi dalam penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Adapun hasil dari penelitian tentang Kualitas Pelayanan

Transjakarta Busway di DKI Jakarta adalah penumpang kurang

puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak Transjakarta

Busway karena masi buruknya armada fisik yang digunakan, tidak

sterilnya jalur busway yang dilalui, masih terjadinya tindak pidana

pencurian dan pelecehan seksual, serta jarak kedatangan bus yang

tidak stabil.

Dari kedua penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan

terhadap penelitian yang sedang peneliti lakukan. Persamaan peneliti

dengan penelitian terdahulu diatas adalah tujuan penelitian, dimana

peneliti ingin mengetahui antara Ekspetasi dan Persepsi pengguna layanan

terhadap bentuk pelayanan yang diberikan. Adapun perbedaan peneliti

dengan penelitian terdahulu diatas adalah jenis pengguna layanan dimana

pada penelitian diatas pengguna layanannya yaitu pengguna layanan

busway transjakarta dan pengguna layanan kesehatan (puskesmas).

Sedangkan jenis pengguna layanan yang peneliti lakukan adalah pengguna

(55)

2.2 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan

secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian

ini peneliti memfokuskan penelitian pada Kualitas Pelayanan Pembinaan

dan Bimbingan Mantan Penyandang Narkoba di Panti Sosial Pamardi

Putra Khusnul KhotimahDKI Jakarta.

1. Namun, banyak permasalahan yang terjadi dilapangan yang merupakan

input dalam penelitian ini, dimana permasalahan yang terdapat dalam

pembinaan dan bimbingan mantan penyandang narkoba di panti sosial

pamardi putra khusnul khotimah, yaitu: (1) Kurangnya fasilitas peralatan

dalam memberikan pelatihan keterampilam terhadap klien atau penghuni

panti seperti peralatan montir mobil, motor, las, dan elektronik. (2)

Kurangnya Counsellor Addict dalam memberikan pelayanan terhadap

klien atau penghuni panti. (3) Kurangnya koordinasi dari petugas panti

dengan orang tua dalam memberikan dukungan kepada panti khususnya

kepada anak. (4) Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki belum

semuanya mempunyai kemampuan berkomunikasi, mengidentifikasi

masalah, dan menganalisis masalah dari klien atau penghuni panti.

Penelitian mengenai Kualitas Pelayanan Pembinaan dan Bimbingan

(56)

Khotimah DKI Jakarta menggunakan teori Kualitas Pelayanan menurut

Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Fandy Tjiptono (2012:174) yaitu:

(1) Tangibles, Tangibles yaitu fasilitas fisik, perlengkapan dan penampilan petugas pelayanan

(2) Reliability, Dimensi Reliability adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan secara handal dan akurat.

(3) Responsiveness, Dimensi Responsiveness adalah kesediaan untuk membantu pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan tepat waktu.

(4) Assurance, Dimensi assurance adalah Pengetahuan dan keramahan petugas pemberi layanan serta kemampuan mereka untuk menginspirasi kepercayaan dan kenyamanan bagi pengguna layanan.

(5) Emphaty, Dimensi emphaty adalah kepedulian dan perhatian terhadap pengguna layanan secara individual yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan.

Selanjutnya, variabel-variabel tersebut dianalisis sesuai dengan

fokus penelitian dan hasilnya akan menggambarkan keberhasilan atau

kegagalan dari pelaksanaan pembinaan dan bimbingan mantan penyandang

narkoba dipanti sosial dinsos Dki Jakarta. Bila digambarkan maka

(57)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

Sumber: Peneliti 2015 Identifikasi Masalah:

1. Kurangnya fasilitas peralatan dalam memberikan pelatihan keterampilam terhadap klien atau penghuni panti seperti peralatan montir mobil, motor, las, dan elektronik.

2. Kurangnya Counsellor Addict dalam memberikan pelayanan terhadap klien atau penghuni panti.

3. Kurangnya koordinasi dari petugas panti dengan orang tua dalam memberikan dukungan kepada panti khususnya kepada anak.

4. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki belum semuanya mempunyai kemampuan berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, dan menganalisis masalah dari klien atau penghuni panti.

5.

Dimensi Kualitas Pelayanan menurut Parasuraman :

1. Bukti langsung (Tangible) 2. Keandalan (Reliability)

3. Daya Tanggap (Responsiveness) 4. Jaminan (Assurance)

5. Empati (Emphaty)

(58)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

akan diteliti dan kemudian akan dibuktikan kebenarannya melalui

penelitian. Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis yang

peneliti kemukakan adalah :

“Ketika Harapan Pengguna layanan Panti Sosial Pamardi

Putra Khusnul Khotimah DKI Jakarta lebih besar dari pada

persepsi yang didapat, maka pengguna layanan Panti tersebut akan

merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak

(59)

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan,

karena tiap-tiap dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada

pilihan metode penelitian yang tepat, guna mencapai tujuan penelitian tersebut.

Metode penelitian oleh Mikkelsen (1999:313) didefinisikan sebagai alat untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah

ilmu atau praktis.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Dengan metode deskriptif karena penelitian ini hanya menggunakan

satu variabel dengan tidak membandingkan atau menghubungkan dengan

variabel lain.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian menjelaskan substansi materi kajian penelitian

yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah

bagian rehabilitasi narkoba, khususnya pelayanan pembinaan dan bimbingan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada pohon cemara yang besar dari Libanon, ada pohon ara yang subur dan berbuah banyak, ada pohon-pohon yang banyak dicatat dalam Alkitab tetapi Tuhan Yesus tidak memakainya

Pemasukan Dokumen Penawaran Pengadaan Reagensia Balai POM di Pangkalpinang dinyatakan ditutup pada hari Rabu tanggal Dua Puluh Dua Maret Tahun Dua Ribu Tujuh Belas pada pukul 00.01

kehendak-Nya atas diri manusia. Tuhan menyampaikan segala kebenaran secara lisan kepada murid-murid-Nya, dan menugaskan mereka untuk memberitakannya secara turun temurun,

[r]

Pokja III Jasa Konsultansi Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Anggaran 2013.. Alamat

Bahan bakar yang bisa terbakar kalau kontak dengan energi panas Bahan bakar yang bisa terbakar kalau kontak dengan energi panas adalah bahan bakar yang mengandung unsur-unsur

Tahap berikutnya dalam proses: Mengembangkan prioritas untuk mengatasi kerentanan terhadap perubahan iklim.. USAID

However a number of industries require more than the Earth observation data that is being pushed to them … they require information tailored to their needs, at a resolution,