• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi diten-tukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.

James M. Black pada Manajemen: a Guide to Executive Command dalam Samsudin Sadili (2006:287), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemam-puan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sementara Indrafachrudi (2006:2), mengartikan kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dalam mem-bimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu. Kemudian menurut Ukas (2004:268), kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu penca-paian suatu maksud dan tujuan.

Ditambahkan oleh Sagala (2010), bahwa kepe-mimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan melalui suatu proses untuk memengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun diluar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.

(2)

12

perilaku orang orang agar bekerja bersama sama menuju suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama, dengan kata lain kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa definisi seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam meme-ngaruhi orang lain untuk bekerjasama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan yang baik merupakan suatu keha-rusan bagi setiap organisasi, karena melalui kepemim-pinan ini diharapkan dapat menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Dari pan-dangan tersebut, jelas bahwa keberhasilan organisasi dalam menjalankan programnya tentu didukung oleh kepemimpinan yang baik, sehingga karakter pemimpin yang baik diharapkan dimiliki oleh kepala sekolah.

2.2 Kepala Sekolah

Merujuk pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 162/U/2003 yang menyatakan bahwa

“Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah dan kembali men-jabat selama satu masa tugas berikutnya sebagai

kepala sekolah yang berprestasi amat baik”.

(3)

13 untuk bercampur tangan dengan sumberdaya sele-bihnya, sehingga proses belajar mengajar dapat ber-langsung dengan baik untuk dapat menghasilkan output yang diharapkan (Hadjisarosa; 1997:76).

Wahjosumidjo (2011), mengartikan bahwa kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah dima-na diselenggarakan proses belajar mengajar atau dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Ditegaskan oleh Rahman (2006), bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah hendaknya mampu memimpin guru-guru dan staf sekolahnya karena dia memiliki kewe-nangan dan tanggung jawab berkenaan dengan itu. Keberhasilan sebagai pemimpin sangat tergantung pada kepemimpinanya dalam memengaruhi, mengge-rakkan, dan bekerjasama dengan guru-guru dan staf sekolah.

(4)

14

Mulyasa (2012), Secara lebih rinci menguraikan bahwa fungsi dan peranan seorang kepala sekolah sebagai berikut: (1) Educator; (2) Manajer; (3) Adminis-trator; (4) Supervisor; (5) Leader; (6) Inovator; (7) Motivator.

Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional kependidikan. Untuk melaksanankan tugas tersebut dengan sebaik baiknya, ada tiga jenis keteram-pilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu keterampilan teknis (technical skill), keterampilan berkomunikasi (human relations skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).

2.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat ber-gantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemim-pinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah meru-pakan seorang pejabat yang profesional dalam orga-nisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan pen-didikan.

(5)

15 guru tidak hanya berhenti pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkem-bang dengan baik, sehingga profesionalisme guru dapat terwujud.

Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian, dalam me-ngembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pada sebuah lembaga pendidikan formal, punya peran sangat penting dan menentukan dalam membantu para guru dan peserta didiknya. Di dalam kepemimpinnya kepala sekolah sebaiknya dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah secara menyeluruh.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seko-lah yang dipimpinnya, seorang kepala sekoseko-lah harus mampu meningkatkan kinerja para pendidik termasuk tenaga kependidikan yang berada di bawah kewenang-annya.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi kinerja seorang guru. Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, seorang kepala sekolah diharapkan mampu membe-rikan energi positif yang dapat menggerakkan para guru untuk melaksanakan tugasnya secara sungguh-sung-guh dan penuh tanggung jawab sehingga kinerja me-reka menjadi lebih baik.

(6)

16

berfikir, dalam bersikap dan dalam bertindak atau berperilaku. Maka menjadi tuntutan bagi kepala se-kolah untuk merefresh pengetahuan dan wawasan keilmuannya agar nantinya dapat mendukung tugasnya sebagai seorang pimpinan.

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah diharapkan dapat melakukan penge-lolaan dan pembinaan terhadap seluruh komponen sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemam-puan manajerial seorang kepala sekolah.

Terkait dengan uraian di atas, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, mem-bangun, mengoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilak-sanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu, kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan ber-fungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab yang dalam bahasa sekarang dikemas dalam istilah pro-fesional.

(7)

17 Keberadaan seorang pemimpin dalam suatu organisasi sangat diperlukan dalam mencapai tujuan sebab pemimpin merupakan motor penggerak untuk mengimplementasikan tujuan dari organisasi. Didalam tugas menggerakkan meliputi kegiatan kegiatan mem-beri petunjuk, membimbing, mendidik, membina, me-ngarahkan dan sebagainya.

Keberhasilan kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dapat dilihat dari adanya perubahan dan peningkatan kualitas layanan belajar dengan dibuk-tikan guru dan personel lain disekolah mampu membangun kerjasama serta kemampuan mereka da-lam menyusun sendiri dokumen administrasi pem-belajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Kepemimpinan kepala sekolah yang kompeten dalam mengambil kebijakan akan selalu berhubungan dengan data dan fakta yang selalu berubah secara dinamis mengikuti perkembangan sehingga akan mem-berikan layanan berkualitas yang berdampak pada lulusan dan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah dasar dapat memilih teori dan menerapkan gaya kepemim-pinan yang tepat dari beberapa gaya kepemimkepemim-pinan yang ada sesuai dengan karakter pribadi, dan kondisi organisasi sekolah yang dipimpin. Kepala sekolah dasar harus bisa menampilkan peranan kepemimpinan yang baik. Berkaitan dengan peranan kepemimpinan kepala sekolah tersebut.

(8)

18

mengacu pada tugas kepala sekolah untuk merumus-kan visi, misi dan tujuan organisasi sesuai dengan dasar dan peraturan yang berlaku. Kepemimpinan administratif, mengacu pada tugas kepala sekolah untuk membina administrasi seluruh staf dan anggota organisasi sekolah.

Kepemimpinan supervisi mengacu pada tugas kepala sekolah untuk membantu dan membimbing anggota agar bisa melaksanakan tugas dengan baik. Kepemimpinan organisasi mengacu pada tugas kepala sekolah untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif, sehingga anggota bisa bekerja dengan penuh semangat dan produktif. Kepemimpinan tim mengacu pada tugas kepala sekolah untuk membangun kerja sama yang baik diantara semua anggota agar bisa mewujudkan tujuan organisasi sekolah secara optimal.

1.4

Rencana Strategis Peningkatan Mutu

Mutu menjadi bagian penting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis. Mutu tidak bisa terjadi begitu saja dan harus direncanakan. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Hal yang harus mendasari strategis adalah konsep yang memperkuat fokus terhadap pelanggan. Visi strategis yang merupakan salah satu faktor kesuksesan yang sangat penting bagi institusi manapun.

Triyana (1987), menyatakan:

(9)

19

dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan seca-ra sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar.

Menurut Argyris (dalam Rangkuti, 2009) “strategi

merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat meme-ngaruhi organisasi. Sedangkan menurut Sagala (2010),

“strategi adalah rencana yang komprenshif menginte -grasikan segala resources dan capabilities yang mempu-nyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi.

Peningkatan mutu sekolah menutur Zamroni (2007) adalah:

Suatu proses yang sistematis yang secara terus-menerus meningkatkan kualitas proses belajar meng-ajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar target sekolah dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

Goetsch dan Davis (1994) dalam Ciptono dan Diana mengatakan salah satu rancangan yang dapat digunakan untuk merespon berbagai tantangan dalam dunia pendidikan di era milenium adalah Total Quality Management yang mempunyai tujuan memaksimumkan

daya saing organisasi melalui penyempurnaan secara berkesinambungan atas produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan organisasi.

(10)

20

berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan

merupakan produk pendidikan yakni “manusia yang

terdidik” sesuai de-ngan strandar yang ideal.

Berdasarkan kriteria ekstrin-sik mutu pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja dan stakeholder dalam institusi pendidikan ditentukan

berdasarkan keadaan yang nyata.

Pendapat tersebut mengindikasikan strategi pe-ningkatan mutu sekolah dalam penelitian ini merupa-kan rencana yang komprehensif mengintegrasimerupa-kan segala resources dan capabilities untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar, mencapai target sekolah, memenangkan kompetisi dan adaptif terhadap peng-aruh eksternal ataupun internal.

2.5 Mutu Pendidikan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan Pasal (1) ayat (1), memberikan pengertian bahwa Mutu Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu Standarisasi Nasional dan dikenal dengan Standar Nasional Pen-didikan.

(11)

21 lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; (3) Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan; (5) Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendi-dikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembela-jaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi; (6) Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan peren-canaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabu-paten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendi-dikan yang berlaku selama satu tahun; (7) Standar Penilaian pendidikan adalah standar nasional pendi-dikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

(12)

22

sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan kuri-kulum (objective of curriculum) yang dirancang untuk pengelolaan pembelajaran peserta didik (Suryadi, 1993). Konsep ini lebih menekankan kepada peng-awasan dalam pencapaian tujuan kurikulum pembe-lajaran, sehingga indikator umumnya adalah semakin tujuan kurikulum tercapai, maka dapat dikategorikan suatu pendidikan yang bermutu.

Spanbauer dalam Gaspersz (2005:4), menyatakan bahwa mutu dalam pendidikan adalah menciptakan kesadaran akan kebutuhan pelanggan dan secara signifikan meningkatkan mutu pelayanan dan meme-nuhi dan melampaui harapan. Lebih lanjut mutu pendidikan menurut Arcaro (2007:78), adalah ke-mampuan lembaga pendidikan dalam mendayaguna-kan sumber-sumber pendidimendayaguna-kan untuk meningkatmendayaguna-kan kemampuan belajar seoptimal mungkin.

Mutu pendidikan menurut Amtu (2011:22-23), adalah berbagai indikator dan komponen pendidikan yang saling berkaitan. Komponen dan variabel yang menen-tukan terwujudnya mutu pendidikan yang baik secara umum masih dikaitkan dengan sistem, kuri-kulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, budaya organisasi, kepemimpinan dan lain sebagainya.

(13)

23 hubungan dengan kelompok bisnis dan masyarakat, sumber daya yang memadai, penerapan teknologi terbaru, kepemimpinan yang kuat dan terarah, kepe-dulian dan perhatian kepada siswa dan kurikulum yang seimbang atau kombinasi terhadap faktor ini.

Menurut Zahroh (2014:58), mutu pendidikan harus mengutamakan siswa atau perbaikan program sekolah yang dilakukan secara kreatif dan konstruktif oleh pihak pendidikan. Lembaga pendidikan dikatakan bermutu jika input, proses, dan ouput dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendi-dikan. Input yaitu segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses seperti SDM, sarana prasarana, program dan harapan (visi misi dan tujuan). Proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses bela-jar mengabela-jar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar meng-ajar yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses proses lainnya. Output yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah. Output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi yaitu: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, Ujian Nasional, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

(14)

Ana-24

lisis konsep ini lebih menekankan kepada kinerja lembaga, yaitu kecenderungan semakin efektif dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan dan semakin baik hasil yang dicapai, maka dapat dikatakan pendidikan tersebut memiliki mutu yang baik.

1.6

Manajemen Strategik

(15)

25 Gambar 2.1 Skema Manajemen Strategik

1.7

Strategi Peningkatan Mutu Layanan

ber-dasarkan Analisa SWOT

Proses perencanaan strategi dalam konteks pendi-dikan tidak jauh berbeda dengan yang dipergunakan dalam dunia industri dan komersial. Strategi digunakan pada sebuah institusi sebagai cara untuk memanfaatkan peluang-peluang baru dan mengembangkan rencana instansi dalam jangka pangkang dan berdasarkan pertimbangan nasional.

Strategi peningkatan mutu sekolah tidak lepas dari strategi yang dilakukan dalam rangka Total Quality Management. Alasan yang mendasarinya adalah

(16)

26

peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada murid, orang tua dan masyarakat.

Mengacu pada manajemen bisnis ada empat tingkatan strategi organisasi dalam peningkatan mutu disekolah yaitu strategi societal, corporate, perusahaan dan fungsional. Dalam konteks organisasi sekolah, strategi societal berarti sekolah memberikan pendidikan yang dibutuhkan masyarakat sebagai tanggung jawab sosialnya.

Sekolah menyiapkan sumber daya manusia yang berguna bagi masyarakat luas untuk menggerakkan roda ekonomi dalam berbagai sektor kehidupan. Strategi corporate dalam manajemen sekolah dirancang untuk menerapkan strategi sekolah dalam mencapai tujuan sesuai visi misi sekolah. Strategi fungsional sekolah memerhatikan formulasi strategi dalam setiap area fungsional sekolah (manajemen sekolah, mana-jemen kelas, layanan belajar, mutu lulusan, keuangan dan sebagainya) yang diterapkan secara bersama.

Berkaitan dengan manajemen peningkatan mutu sekolah sekolah, Usman (2002:6), mengatakan bahwa manajemen peningkatan mutu terkadang upaya:

(17)

27 Kegiatan terpenting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa saja yang terjadi, memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada dalam sekolah. Menurut Boulton (dalam Rangkuti, 2009), proses untuk melaksanakan analisis kasus yang dilihat pada diagram analisis kasus. Kasus yang terjadi disekolah harus dijelaskan sehingga pem-baca dapat mengetahui permasalahan yang terjadi.

Selesai mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi seko-lah. Salah satu model pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah model matriks SWOT dan matriks internal-eksternal.

Gambar 2.2 Diagram Analisa SWOT

1.8

Manajemen Strategis dalam Pendidikan

Manajemen strategis menurut Uwono dan Ikhsan (2004:11), biasanya dihubungkan dengan pendekatan menajemen yang integratif yang mengedepankan secara

Berbagai peluang

Berbagai ancaman Kelemahan

internal Kekuatan

(18)

28

bersama-sama seluruh elemen seperti planning, imple-menting, dan controlling dari strategi bisnis. Dengan kata lain, manajemen strategik meliputi formulasi strategik dan implementasi strategik. Menurut (Ni Luh Putu H; 2011), Manajemen strategi adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, dapat menembus (pervasive), dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan.

Strategi yang digunakan dalam manajemen sekolah diatur sedemikian rupa, yaitu perencanaan strategi sekolah berkaitan dengan operasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya, sedangkan un-tuk memperkuat kemampuan sekolah menghindari masalah dan dapat mencapai tujuan sesuai mutu yang dipersyaratkan, maka akan diuji kemampuan kepala sekolah menentukan kebijakan. Manajemen strategik khususnya pada strategi kebijakan dapat dilakukan jika keputusan merupakan keputusan bersama, bukan keputusan sepihak dan keputusan itu dipilih dari alternatif terbaik.

Keterlibatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru konselor, tenaga kependidikan, wali kelas, dan personal sekolah lainnya dalam pengambilan kepu-tusan akan meningkatkan pemahaman mereka terha-dap keputusan sekolah dan meningkatkan motifasi dalam bekerja.

(19)

29 mengontrolnya apakah masih konsisten dengan for-mulasi strategi.

Manajemen strategis (Strategic management) dalam manajemen sekolah adalah suatu pendekatan yang sistematik dalam menyelenggarakan programnya untuk mencapai tujuan sekolah (Sutikno, Tri Admojo; 2013). Unsur-unsur strategik dalam manajemen sekolah tentu bertitik tolak pada ruang lingkup atau batasan sekolah itu bergerak, menetapkan mutu layanan belajar, mutu lulusan yang akan dihasilkan, memenuhi keinginan masyarakat akan mutu pendi-dikan yang diselenggrakan di sekolah.

(20)

30

Gambar 2.3 Proses Manajemen Strategik

Sumber: Hunger & Thomas L W (2005), dalam Angki Kusuma Dewi (2010)

1.9

Analisa SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths) (www.mindtools.com).

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Tabel 2.1 Matrix SWOT

Eksternal Opportunity Treaths

Internal

Strength Comparative

Advantage

Mobilization

Weakness Divestment

Investment

(21)

31 Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan orga-nisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi). Sel D: Damage Control

(22)

32

1.10

Rencana Strategis

Perencanaan Strategis (Strategic Planning) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk menge-lola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan (Kerzner, 2001).

Pendidikan merupakan sebuah sistem yang memiliki parameter input, proses dan output beserta keuntungannya. Tiga tahapan dalam prosedur rencana strategis yakni (Chang, Gwang Col; 2008):

a. Analisis Sektor

Langkah pertama merupakan perencanaan pengem-bangan dengan melakukan analisa sektor pendi-dikan. Melakukan review sektor, analisa situasi, diagnosa. Hal ini didasarkan pada sektor analisa dengan memasukkan data dan kontrol analisa pada aspek yang terkait dengan sektor pendidikan. Seorang perencana dan kepala sekolah harus hati-hati dalam menguji aspek internal dan eksternal pada sebuah sistem pendidikan. Seorang perencana dan manajemen sekolah mampu melihat aspek yang telah ditimbulkan dari pengumpulan data dan informasi pada sebuah perspektif sistem meliputi kelebihan, kelemahan, pembelajaran dan keuntung-an dari pengembkeuntung-angkeuntung-an pendidikkeuntung-an. Pengujikeuntung-an ini secara efektif dan efisien dalam membuat sistem pendidikan yang meliputi input, proses, output.

(23)

33 Komitmen kebijakan sektor pendidikan merupakan pelayanan publik dari pemerintah dalam menunjang masa depan. Secara jelas kebijakan dirumuskan pada sebuah bentuk operasional dalam sebuah siklus yang berkelanjutan. Hal ini membantu dalam mengarahkan keputusan pada masa depan pendi-dikan yang meliputi pengembangan, intervensi nasional, internasional. Sebuah kebijakan memiliki tujuan dan pencapaian yang meliputi beberapa dimensi diantaranya sebagai berikut: 1) Akses; 2) Kualitas; 3) Manajemen.

c. Pelaksanaan Rencana

Pelaksanaan rencana dengan melakukan desain dan digunakan dengan negara dan pelaksana yang berbeda. Instrumen yang dimasukkan pendekatan kondisi lingkungan sekolah dan simulasi model perencanaan. Dengan demikian hasilnya dapat diimplementasikan dalam sebuah pengembangan pendidikan.

2.11 Penelitian Terkait

(24)

34

4) Peranan kepala sekolah sebagai Supervisor. Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan (a) Pembinaan professional guru; (b) mengaktifkan MGMP sekolah; (c) membentuk kelompok diskusi terbimbing; (d) Pengadaan buku pustaka.

Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru SDN 7 Sintang Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peran-an kepala Sekolah Dasar dalam meningkatkperan-an kompe-tensi guru di SDN 7 Sintang. Metode Penelitian ini ber-sifat kualitatif, dengan pendekatan studi kasus (case study). Hasil penelitian ditemukan: 1) Peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru belum maksimal antara lain pelaksanaan supervisi dan sebagai administrator program tidak disertai dengan pembuatan administrasi; 2) Upaya yang dilakukan Kepala Sekolah Dasar Negeri 7 Sintang dalam mening-katkan kompetensi guru, antara lain yaitu memak-simalkan peran sebagai motivator, Mengikutsertakan seminar/penataran, memanfaatkan kegiatan kelompok kerja guru, pelatihan pengoperasian komputer, mening-katkan disiplin terhadap guru; 3) Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di SDN 7 Sintang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peranan kepala sekolah belum maksimal dalam beberapa aspek, antara lain peranan sebagai Supervisor dan adminis-trator, pelaksanaan supervisi tidak disertai pembuatan administrasi program.

(25)

35 Yogyakarta Utara, diantaranya di SDN Kyai Mojo, SDN Sagan, dan di SDN Widoro, diketahui bahwa beberapa kepala sekolah menganggap tugas pokok dan fungsi kepala sekolah tergolong berat, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah tugas yang harus dilaksanakan, serta minimnya pembinaan yang diberikan oleh pemerintah kepada kepala sekolah. Dalam studi pendahuluan juga ditemukan permasalahan-permasa-lahan yang dihadapi oleh kepala sekolah di SDN Kyai Mojo yang juga mengampu di SDN Bumijo, diantaranya ketidakseimbangan antara banyaknya jumlah tugas kepala sekolah dengan ketersediaan jam kerja kepala sekolah, yang menyebabkan pelaksanaan tugas kurang optimal. Selain itu terkadang kepala sekolah dihadap-kan pada tugas-tugas insidental, seperti rapat, breifing, upacara-upacara, dan sebaiknya sehingga menyebab-kan penundaan pelaksanaan tugas utamanya serta pelaksanaan tugas yang melebihi jam kerjanya. Semen-tara itu Kepala Sekolah SDN Sagan menyatakan bahwa, dukungan pemerintah terhadap kinerja kepala sekolah masih minim, hal ini terlihat dari minimnya pembinaan maupun fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada kepala sekolah. Faktor-faktor terse-but yang menyebabkan kepala sekolah kesulitan dalam mengem-bangkan kompetensi, serta kesulitan dalam melak-sanakan tugas-tugasnya.

(26)

36

sebagi pemimpin di sekolah selalu memberi bimbingan atas kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru, sehingga jika guru mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan KBM kepala sekolah selalu memberi arahan, bimbingan, sehingga kesulitan itu dapat diatasi.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Subiyanto (2007), di kecamatan Grabag Kabupaten Magelang terhadap guru SD menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara supervisi akademis kepala sekolah dengan kompetensi kepala sekolah. Hal ini disebabkan karena guru guru Sekolah dasar di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang telah memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai guru sehingga mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam melaksanakan tugasnya, para guru di kecamatan Grabag dalam mengatasi persoalan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya sudah dibicarakan dalam kelompok kerja Guru (KKG) yang diadakan setiap 2 minggu sekali. Implikasinya setiap muncul kesulitan yang dihadapi guru sudah dapat dibahas dan diselesaikan jalan keluarnya pada saat kegiatan KKG.

2.12 Kerangka Berpikir

(27)

37 Kepala sekolah merupakan sumber daya manusia jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan menserasikan sumberdaya manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya untuk proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk dapat menghasilkan output yang diharapkan.

Terkait dengan uraian di atas, untuk mencapai tujuan sekolah dasar yang bermutu diperlukan pemahaman yang baik tentang tujuan pendidikan nasional. Di era globalisasi yang sedang berjalan ini mutu SDM semakin nyata dibutuhkan guna mengha-dapi persaingan yang semakin kompetitif di segala jenjang kehidupan.

Kepala sekolah diharapkan mampu mempersiap-kan persaingan tersebut dengan melibatmempersiap-kan guru dan peserta didik secara aktif yang didukung sarana prasarana pendukung dalam pembelajaran serta kurikulum yang memadai sesuai kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didik.

Di sisi lain kepala sekolah juga memiliki tanggungjawab yang besar untuk mewujudkan harapan tersebut dengan melaksanakan tugas sebagai manajer, leader, administrator, dan motivator dalam kewirausa-haan yang dapat mempersiapkan serta meningkatkan capaian mutu pendidikan di sekolah.

(28)

38

dan ancaman sebagai sarana strategi pencapaian peningkatan mutu.

Melalui strategi yang dilakukan dengan memer-hatikan anisa SWOT di atas maka pencapaian tujuan sekolah bermutu dapat terwujud dengan pembuktian tingkat kelulusan peserta didik yang selalu meningkat hingga 100%, prestasi peserta didik hingga tingkat internasional, dan kemajuan sekolah di segala bidang baik akademik maupun non akademik.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Manajemen Strategik
Gambar 2.2 Diagram Analisa SWOT
Tabel 2.1 Matrix SWOT
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

RISING STAR ACADEMY di buat dengan tujuan Mengedukasi para Orang Tua untuk tau cara membimbing BUAH HATINYA meniti karier nya dengan jalan CEPAT DAN BENAR, MENJADI SEORANG RISING

Bab ini membahas mengenai masalah yang akan diteliti, fenomena yang terjadi di lapangan (ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan), data-data mengenai penelitian

Proses Pencarian Makna Hidup Lansia Lajang yang Tinggal di Panti Werdha Karitas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Therefore, the main objective of this study was to evaluate the secondary metabolites, antimicrobial, brine shrimp lethality and larvicidal activities against the 4

Nesse contexto, a espécie Centrolobium tomentosum , Fabaceae, conhecida popularmente como Araribá ou Araruva, tem sido empregada na medicina popular brasileira como

Diakses tanggal Diakses tanggal 27 Juli 2013.. [4] 2012, Pengertian Internet,

Sebanyak 3,7 gram Ca(OH)2 dilarutkan dalam air hingga volumenya 5 liter. Pasangan senyawa/ion yang berfungsi sebagai larutan penyangga dalam intra sel darah kita adalah ... Sebanyak

Dengan ini laporan praktik kerja lapangan angkatan 20 yang telah dilaksanakan pada :. Hari, tanggal : Senin, 17 April 17 – Senin,8