1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ofloksasin termasuk antibakteri golongan fluorokuinolon yang aktif melawan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, digunakan pada infeksi saluran kemih, prostatitis, infeksi pernapasan, gonore dan infeksi mata, juga
sebagai obat TBC sekunder (Tan dan Rahardja, 2007). Obat ini juga direkomendasikan pada pengobatan gonore, uretritis, dan cervicitis (Al-Omar,
2009).
Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat diperlukan agar obat dapat sampai pada reseptor target dan memberikan efek terapi yang dikehendaki
dengan kadar yang tepat. Salah satu parameter dari uji mutu tersebut adalah kadar zat berkhasiat dari suatu sediaan obat harus memenuhi persyaratan kadar
seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya. Persyaratan kadar untuk sediaan ofloksasin menurut Farmakope Indonesia edisi
ke-V 2014, yaitu mengandung ofloksasin tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% (Ditjen BKAK, 2014).
Obat dengan nama generik merupakan obat yang harganya murah
dibandingkan obat merek dagang. Masyarakat menganggap obat generik yang harganya murah tidak memiliki mutu sebaik obat merek dagang yang harganya
jauh lebih mahal (Puspitasari, 2006).
Struktur ofloksasin mempunyai gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) dan gugus ausokrom (gugus nitro dan gugus karboksil), sehingga
senyawa ini dapat menyerap radiasi pada panjang gelombang di daerah
2
ultraviolet. Gugus kromofor bertanggung jawab terhadap penyerapan cahaya,
dan semakin panjang ikatan rangkap terkonjugasi di dalam molekul, molekul tersebut akan lebih mudah menyerap cahaya (Cairns, 2008). Gugus ausokrom
tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar dan disertai peningkatan intensitas serapan
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Moffat dkk., (2005) menyebutkan bahwa ofloksasin memiliki serapan
maksimum dalam larutan asam pada panjang gelombang 225, 226, 256, dan 326 nm; dan dalam larutan basa pada panjang gelombang 288 dan 332 nm. Spektrum
ofloksasin dalam etanol memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 225.6 nm (A11 = 477, ε = 1.72 x 104 L mol-1 cm-1), 299.4 nm (A11= 996, ε = 3.59 x 104 L mol-1 cm-1), 328.8 nm (A11= 385, ε = 1.39 x 104 L mol-1 cm-1) (Al-Omar,
2009).
Bhusari dan Chaple (2009) telah mengembangkan metode spektrofotometri untuk menentukan kadar campuran ofloksasin dan ornidazol
dalam sediaan tablet dengan menggunakan asam asetat sebagai pelarut pada panjang gelombang 294 nm, nilai A11 yang diperoleh sebesar 996.92. Sedangkan
Patel dan Patel (2011) menentukan kadar campuran ofloksasin dan cefpodoksim proksetil dalam sediaan tablet secara spektrofotometri pada panjang gelombang 297 nm dengan pelarut metanol (ε = 36140 L mol-1 cm-1).
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Gandjar dan Rohman, 2007). Uji
3
validasi metode dilakukan dengan beberapa parameter yaitu uji akurasi
(kecermatan) yang dinyatakan dalam persen perolehan kembali dengan menggunakan metode penambahan baku, presisi (keseksamaan) yang dilakukan
dengan menggunakan parameter simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation), dan batas deteksi dan batas kuantitasi ditentukan dengan
menggunakan rumus Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)
(Harmita, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menetapkan kadar
ofloksasin dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran dengan metode spektrofotometri ultraviolet. Metode spektrofotometri ini memiliki beberapa
keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah kecil, kepekaan yang cukup tinggi, ketelitian yang baik, sederhana, biayanya relatif murah dan mudah pengerjaannya (Munson, 1991).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
a. Apakah metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk menetapkan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet dan memenuhi syarat
uji validasi metode?
b. Apakah kadar ofloksasin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan
kadar yang tertera pada FI V?
4 1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
a. Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk menetapkan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet dan memenuhi syarat uji validasi metode.
b. Kadar ofloksasin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada FI V.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan
untuk menetapkan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet dan memenuhi syarat uji validasi metode.
b. Untuk mengetahui kadar ofloksasin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada FI V.
1.5 Manfaat Penelitian
Pengembangan ilmu bahwa penetapan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet. Hasil
penelitian diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat mengenai kadar ofloksasin yang terkandung dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran baik
generik maupun merk dagang.