• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR MEBHIDROLIN NAPADISILAT DALAM SEDIAAN TABLET SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR MEBHIDROLIN NAPADISILAT DALAM SEDIAAN TABLET SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR

MEBHIDROLIN NAPADISILAT DALAM SEDIAAN TABLET SKRIPSI

matera Utar

OLEH:

KARTIKA UTAMI NIM 131501038

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR

MEBHIDROLIN NAPADISILAT DALAM SEDIAAN TABLET SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

KARTIKA UTAMI NIM 131501038

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan ridha- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet pada Penetapan Kadar Mebhidrolin Napadisilat dalam Sediaan Tablet”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Mebhidrolin napadisilat adalah generasi pertama antihistamin yang berguna untuk mengobati alergi, yang bekerja untuk menghambat sistem saraf pusat. Mebhidrolin Napadisilat digunakan sebagai obat antihistamin dan antialergi yang dimana suatu senyawa antihistamin sedatif telah diformulasi dalam bentuk sediaan farmasi. Sediaan obat yang berkualitas baik akan memberikan efek terapetik yang diharapkan dan salah satu parameter obat dinyatakan berkualitas baik apabila kadar zat aktif dalam sediaan obat tertentu memenuhi persyaratan kadar yang tercantum Farmakope Indonesia atau buku standart lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji validasi metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam tablet. Hasil yang diperoleh yaitu uji validasi diperoleh persen perolehan kembali (% recovery) 98,31%

dengan Relative Standard Deviation (RSD) 0,6303%. Dengan demikian metode spektrofotometri ultraviolet ini mempunyai akurasi dan presisi yang baik dengan Limit of Detection (LOD) sebesar 0,7925μg/ml dan Limit of Quantitation (LOQ) sebesar 2,4017μg/ml. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti berikutnya.

(5)

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku pembimbing 2 yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan arahan selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Bapak Prof.

Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., dan Ibu Sri Yuliasmi, S.Farm., M.Si., Apt., selaku dosen penguji, Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App., S.c., Apt., selaku penasehat akademik, Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU, serta seluruh staf Pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada hingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sulito, S.Pd., M.Si., dan Ibunda Sahirah, S.Pd., atas segala doa, dukungannya serta keridhaannya bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan pendidikan, serta para sahabat Aqila, Hartati, Faizar, Mala, Boni, Afrah, Sriul dan Hardinita yang selalu membantu dan senantiasa menyemangati serta memberi dukungan selama penulis melakukan penelitian, dan seluruh teman-teman Farmasi Reguler stambuk 2013.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi pengetahuan yang berarti khususnya di bidang Farmasi.

Medan, 09 Desember 2019 Penulis,

\

Kartika Utami NIM 131501038

(6)
(7)

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR MEBHIDROLIN NAPADISILAT DALAM

SEDIAAN TABLET ABSTRAK

Latar belakang: Mebhidrolin napadisilat adalah generasi pertama antihistamin yang berguna untuk mengobati alergi, yang bekerja untuk menghambat sistem saraf pusat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan memberikan efek terapetik yang diharapkan dan salah satu parameter obat dinyatakan berkualitas baik apabila kadar zat aktif dalam sediaan obat tertentu memenuhi persyaratan kadar yang tercantum Farmakope Indonesia atau buku standart lainnya. Untuk menguji validitas metode yang digunakan perlu dilakukan uji validasi metode dengan parameter uji akurasi, presisi, LOD dan LOQ.

Tujuan: Melakukan uji validasi metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam tablet.

Metode: Yang digunakan yaitu spektrofotometri ultraviolet. Sampel yang di tentukan yaitu 5 sediaan tablet dari berbagai merek dagang yang terdapat dipasaran Kota Medan. Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan amonium (100:1,5) pada panjang gelombang 286,4 nm dan parameter uji validasi yang dilakukan yaitu akurasi (kecermatan), presisi (keseksamaan), batas deteksi (Limit of Detection) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation). Metode spektrofotometri memiliki keuntungan yaitu sederhana dan biaya relatif murah.

Hasil: Uji validasi diperoleh persen perolehan kembali (% recovery) 98,31%

dengan Relative Standard Deviation (RSD) 0,6303%. Dengan demikian metode spektrofotometri ultraviolet ini mempunyai akurasi dan presisi yang baik dengan Limit of Detection (LOD) sebesar 0,7925μg/ml dan Limit of Quantitation (LOQ) sebesar 2,4017μg/ml. Hasil penetapan kadar mebhidrolin napadisilat untuk tablet dengan nama dagang Interhistin (PT. Interbat) 102,19 %, Katergi (PT.Yekatria) 104,04 %, Histapan (PT. Sanbe) 102,11 %, Zoline (PT.

Pyridam) 101,83 %, Gabiten (Ifars) 102,50 %.

Kesimpulan: Uji validasi metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet memenuhi uji validasi metode dengan parameter akurasi, presisi, LOD dan LOQ yang memenuhi persyaratan.

Kata kunci: Mebhidrolin Napadisilat, Spektrofotometri Ultraviolet.

(8)

VALIDATION OF ULTRAVIOLET SPECTROFOTOMETRY METHOD IN THE DETERMINATION OF MEBHIDROLIN NAPADISILAT

LEVELS IN TABLET ABSTRACT

Background: Mebhidrolin napadisilat is the first generation of antihistamines that are useful for treating allergies, which work to inhibit the central nervous system.

Good quality drug preparations will have the expected therapeutic effect and one of the parameters of the drug is declared to be of good quality if the levels of active substances in certain drug preparations meet the levels requirements listed in Pharmacopoeia Indonesia or other standard books. To test the validity of the method used it is necessary to do a validation test with the test parameters of accuracy, precision, LOD and LOQ.

Objective: Conduct a validation of ultraviolet spectrophotometry method in the determination of mebhidrolin napadisilat levels in tablet.

Method: Ultraviolet spectrophotometry is used. The sample that was determined was 5 tablet preparations from various trademarks in the Medan City market. The solvent used was a mixture of methanol and ammonium (100:1.5) at a wavelength of 286.4 nm and the validation test parameters performed were accuracy (accuracy), precision (accuracy), limit of detection (LOD) and limits quantitation (LOQ). The spectrophotometric method has the advantage of being simple and relatively inexpensive.

Results: Validation test obtained percent recovery 98,31% with Relative Standard Deviation (RSD) 0.6303%. This this ultraviolet spectrophotometric method has good accuracy and precision with a detection limit (LOD) of 0.7925μg / ml and a quantitation limit (LOQ) of 2.4017μg / ml. The results of determining the levels of mebhidrolin napadisilat for tablets with the trade name Interhistin (PT. Interbat) 102.19 ± 0.91%, Katergi (PT. Yekatria) 104.04 ± 0.82%, Histapan (PT. Sanbe) 102.11 ± ± 1.09%, Zoline (PT. Pyridam) 101.83 ± 1.00%, Gabiten (Ifars) 102.50

± 1.09%.

Conclusion: The validation test of ultraviolet spectrophotometry method in determining the levels of mebhidrolin napadisilat in tablet preparations met the method validation test with parameters of accuracy, precision, LOD and LOQ that met the requirements.

Keywords: Mebhidrolin Napadisilat, Ultraviolet Spectrophotometry.

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... .... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR... iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... . vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN... . xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Bahan ... 5

2.1.1 Mebhidrolin Napadisilat... ... 5

2.1.2 Farmakologi... ... 6

2.1.3 Farmakokinetik... ... 6

2.1.4 Mekanisme Obat... ... . 7

2.1.5 Efek Samping... ... 7

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) ... 7

2.3 Hukum Lambert-Beer ... 12

2.3.1 Kegunaan Spektrofotometri ... 12

2.3.2 Instrumen Spektrofotometer... 13

2.4 Validasi Metode Analisis ... 14

2.5 Obat... ... 17

2.6 Tablet... 18

2.6.1 Eksipien Formulasi Obat... ... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Alat ... 19

3.4 Bahan ... 19

3.5 Pengambilan Sampel ... 20

3.6 Pembuatan Campuran Pelarut metanol dan NH4OH... 20

3.7 Prosedur Penelitian... 21

3.7.1 Penetapan Kadar Tablet Mebhidrolin Napadisilat secara Spektrofotometri Ultraviolet ... 21

3.7.1.1 Pembuatan Larutan Baku Mebhidrolin Napadisilat (Laboratori Alchemia)... ... 21

(10)

3.7.1.2 Penetapan Panjang Gelombang

Serapan Maksimum... ... 21

3.7.1.3 Penetapan Linearitas Kurva Kalibrasi... ... 21

3.7.1.4 Penetapan Kadar Mebhidrolin Napadisilat dalam Sediaan Tablet... ... 22

3.7.2 Validasi Metode ... 22

3.7.2.1 Akurasi (Kecermatan) ... 22

3.7.2.2 Penentuan Uji Presisi ... 26

3.7.2.3 Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) ... 27

3.7.2.4 Analisa Data Penetapan Kadar Secara Statistik ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Panjang Gelombang Maksimum Mebhidrolin Napadisilat ... 29

4.2 Linearitas Kurva Kalibrasi ... 30

4.3 Kadar Mebhidrolin Napadisilat dalam Sediaan Tablet ... 31

4.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet... ... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(11)

DAFTAR TABEL

2.1 Kriteria Daerah Recovery yang dapat diterima... 15

2.2 Kriteria KV yang dapat diterima... . 16

4.1 Data Absorbansi dari Spektrum Serapan Maksimun ... 30

4.2 Data Serapan Kurva Kalibrasi dari Mebhidrolin Napadisilat ... 31

4.3 Kadar Rata-rata Mebhidrolin Napadisilat dalam Sediaan Tablet... ... 31

4.4 Hasil Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet pada Penetapan Kadar Mebhidrolin Napadisilat dalam Sediaan Tablet... 32

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Rumus Struktur Mebhidrolin Napadisilat ... ..5 2.2 Error (Kesalahan) Pembacaan terhadap %T (% transmitan) ………8 2.3 Diagram Tingkat energy Elektronik ... …9 4.1 Spektrum Serapan Maksimum Mebhidrolin Napadisilat Konsentrasi

12µg/ml dalam Campuran Pelarut Metanol dan NH4OH...……..29 4.2 Kurva Kalibrasi Mebhidrolin Napadisilat dalam Campuran Pelarut

Metanol dan NH4OH pada Panjang Gelombang 286,4 nm... .... …30

(13)

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN 1. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) dan Seperangkat PC

dengan Software UV Probe...37 2. Sonicator (Branson)...37 3. Timbangan (Boeco)...37

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Alat...37

2. Bagan Alir Prosedur Penelitian...38

3. Data Kalibrasi Baku Mebhidrolin Napadisilat, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi pada Panjang Gelombang 286,4 nm... ...40

4. Contoh Perhitungan Kadar Teoritis Mebhidrolin Napadisilat pada Sediaan Tablet Interhistin (PT. Interbat) ...42

5. Data Hasil Perhitungan Kadar Mebhidrolin Napadisilat Dalam Sediaan Tablet...44

6. Perhitungan Statistik Kadar Tablet Interhistin (PT. Interbat)...45

7. Perhitungan Statistik Kadar Tablet Katergi (PT. Yekatria)...47

8. Perhitungan Statistik Kadar Tablet Histapan (PT. Sanbe)...49

9. Perhitungan Statistik Kadar Tablet Zoline (PT. Pyridam)...51

10. Perhitungan Statistik Kadar Tablet Gabiten (PT. Ifars)...53

11. Perhitungan Uji Validasi dari Tablet Mebhidrolin Napadisilat Nama Dagang Interhistin (PT. Interbat)...55

12. Tabel Penimbangan Untuk Uji Validasi...57

13. Perhitungan Persen Perolehan Kembali Rentang 80% dengan Metode Penambahan Baku dari Tablet Mebhidrolin Napadisilat Nama Dagang Interhistin (PT. Interbat)...58

14. Perhitungan Persen Perolehan Kembali Rentang 100% dengan Metode Penambahan Baku dari Tablet Mebhidrolin Napadisilat Nama Dagang Interhistin (PT. Interbat)...62

15. Perhitungan Persen Perolehan Kembali Rentang 120% dengan Metode Penambahan Baku dari Tablet Mebhidrolin Napadisilat Nama Dagang Interhistin (PT. Interbat)...66

16. Penentuan uji presisi (RSD)...70

17. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Mebhidrolin Napadisilat...71

18. Tabel Distribusi t...72

19. Sertifikat Analisis Mebhidrolin Napadisilat...73

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mebhidrolin napadisilat adalah generasi pertama antihistamin yang berguna untuk mengobati alergi, yang bekerja untuk menghambat sistem saraf pusat. Mebhidrolin Napadisilat digunakan sebagai obat antihistamin dan antialergi yang dimana suatu senyawa antihistamin sedatif telah diformulasi dalam bentuk sediaan farmasi namun uji penetapan kadarnya belum tercantum dalam buku acuan resmi atau belum memiliki metode penetapan kadar yang terpublikasi (Criado dkk., 2010).

Dalam pembuatan obat-obatan, pemeriksaan kadar zat aktif adalah persyaratan yang harus dipenuhi untuk memastikan kualitas persiapan obat. Obat berkualitas baik, yang akan mendukung pencapaian efek terapi yang diharapkan.

Salah satu tingkat persyaratan kualitas yang terkandung harus memenuhi persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam Farmakope atau buku standar lainnya.

Monografi mebhidrolin napadisilat tidak terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi V, sehingga persyaratan kadar yang digunakan adalah persyaratan kadar memenuhi suatu sediaan tablet yang tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada label.

Penentuan mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet dan sirup telah dilakukan dengan metode KLT densitometri (Wulandari, 2008), menggunakan pelarut campuran methanol p.a dan ammonium p.a (100;1,5) metode kromatografi cair kinerja tinggi (Zagorodny and Vasyuk, 2015) dan metode spektrofotometri

(16)

visible yang telah di validasi. Namun, pengembangan dan validasi metode spektrofotometri ultraviolet untuk penentuan mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet belum dilaporkan.

Mebhidrolin napadisilat memberikan absorbansi maksimum dalam pelarut asam encer pada panjang gelombang 286 nm (A11 = 269) dan dalam pelarut basa encer pada panjang gelombang 287 nm (A11 = 274) (Moffat dkk., 2004).

Metode spektrofotomeri ultraviolet (UV), kemungkinan dapat digunakan untuk penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet karena struktur mebhidrolin napadisilat memiliki gugus kromofor dan gugus auksokrom.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dilakukan uji validasi metode dengan parameter akurasi, presisi, LOD, LOQ dan penetapan kadar tablet yang beredar di pasaran dengan menggunakan campuran pelarut methanol dan NH4OHsecara spektrofotometri ultraviolet.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah metode spektrofotometri ultraviolet dengan menggunakan campuran pelarut metanol dan NH4OH pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan uji validasi ? b. Apakah kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet yang dipasaran

memenuhi persyaratan kadar umum menurut Farmakope Indonesia edisi V?

(17)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. Metode spektrofotometri ultraviolet menggunakan campuran pelarut metanol dan NH4OH dapat digunakan pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet dan memberikan uji validasi metode yang memenuhi persyaratan.

b. Kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet yang terdapat dipasaran memenuhi persyaratan kadar umum menurut Farmakope Indonesia edisi V.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian adalah :

a. Untuk menguji validasi dari metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat tablet dengan menggunakan campuran pelarut metanol dan NH4OH.

b. Untuk menguji kesesuaian kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet yang terdapat dipasaran dengan persyaratan kadar umum menurut Farmakope Indonesia edisi V.

(18)

1.5 Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data yang objektif dan memberikan informasi penting tentang validasi metode pada penentuan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet.

b. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi masyarakat mengenai kadar zat aktif yang terkandung dalam sediaan obat mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet dari nama dagang.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan

2.1.1 Mebhidrolin Napadisilat

Mebhidrolin Napadisilat termasuk golongan antihistamin yang bermanfaat untuk meredakan gejala alergi, seperti mata dan hidung berair, gatal, serta bersin- bersin. Mebhidrolin napadisilat bekerja dengan mengurangi dan mencegah efek histamin, zat alami tubuh penyebab munculnya reaksi alergi. Ketika kadar histamin berkurang, maka gejala alergi turut mereda (Criado dkk, 2010).

Rumus Struktur :

Gambar 2.1 Mebhidrolin Napadisilat.

Rumus Molekul : (C19H20N2)2, C10H8O6S2

Berat Molekul : 841,1

Nama Kimia : 4,8-bis (9 benzyl-3,4-dyhidro-1H-pyrido[3,4-b]indol-2 (9H)-y1) naphthalene-1,5-disulfonic acid.

(20)

Kandungan : Mengandung mebhidrolin napadisilat, (C19H20N2)2,

C10H8O6S2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Pemeriaan : Serbuk hablur; putih hingga praktis putih; tidak berbau.

Melebur pada suhu lebih kurang 200° disertai penguraian.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; sedikit larut dalam asam asetat glasial panas; larut dalam formamida panas (Moffat dkk, 2004).

2.1.2 Farmakologi

Mebhidrolin napadisilat adalah salah satu obat antihistamin generasipertama. Antihistamin dalam dosis terapi, efektif untuk mengobati edema, eritem dan pruritus tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H1(AH1). Antihistamin yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat histamin, antihistamin ini di golongkan sebagai antihismin penghambat reseptor AH2 kedua jenis antihistamin ini bekerja secara kompetitif yaitu dengan menghambat interaksi histamin dari reseptor histamin H1, H2, H3 (Dewoto, 2011).

2.1.3 Farmakokinetik

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 di absorbsi secara baik.

Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral yang maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 generasi pertama setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam (Dewoto, 2011).

(21)

2.1.4 Mekanisme Obat

Mekanisme kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan H1 tanpa mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan kerja histamin. Efek sedatif antihistamin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak. Kebanyakan antihistamin bersifat larut lemak dan melewati sawar otak dengan mudah (Dewoto, 2011).

2.1.5 Efek Samping Mebhidrolin Napadisilat

Menurut MIMS (2018), efek samping yang paling sering terjadi yaitu : a. Sedasi

b. Hipotensi c. Kelemahan otot d. Tinitus

e. Euforia

f. Stimulasi sistem saraf pusat g. Gangguan darah

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, cahaya tampak 380-780 nm, inframerah dekat 780-3000 nm dan daerah inframerah 2,5-4,0 μm atau 4000-250 cm-1 (Silverstein dkk., 1974).

(22)

Dasar analisis kuantitatif senyawa obat dengan spektrofotometri UV-Vis adalah Hukum Lambert-Beer (Gandjar dan Rohman, 2012). Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari, sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan:

A = A (1%,1cm).b.c (g/100 mL)

A adalah serapan pada panjang gelombang; A (1% 1cm) adalah serapan jenis pada panjang gelombang; b adalah ketebalan lapisan yang menyerap dalam cm; c adalah kadar zat terlarut yang menyerap, dinyatakan dalam persen b/v (Ditjen POM, 1995). Umumnya zat yang akan dianalisis dibuat absorbansinya mendekati 0,4343, atau dibuat absorbansi berada pada daerah 0,2-0,8. Hal ini dikarenakan jika analit diukur pada daerah tersebut nilai kesalahan fotometriknya kecil atau lebih kecil jika absorbansi analit diukur diluar daerah 0,2-0,8. Plot error (kesalahan) pembacaan terhadap % Transmitan dapat dilihat pada Gambar. 2.4.

Gambar 2.2 Plot Error (Kesalahan) Pembacaan Terhadap % T (% transmitan)

(23)

Rumus kesalahan fotometrik:

Keterangan :

= kesalahan fotometrik

dt = kesalahan pembacaan (1%)

Absorbansi = 2- log %T

% T = antilog (2-A)

Jika A = 0,4343, maka memberikan %T = 36,3078 Kesalah fotometrik = 2,7185

Teknik spektrofotometri adalah suatu teknik analisis fisika kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.

Pada prinsipnya interaksi radiasi elektromagnetik dengan molekul akan menghasilkan satu atau dua dari tiga kejadian yang mungkin terjadi. Ketiga macam kejadian yang mungkin terjadi adalah hamburan (scattering), absorpsi (absorption) dan emisi (emission) radiasi elektromagnetik oleh atom atau molekul yang diamati (Mulyono, 2009).

Apabila pada suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron “anti-bonding” (Mulyono, 2009). Diagram tingkat energi elektron pada keadaan dasar dan keadaan tereksitasi ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.3 Diagram Tingkat EnergiElektron

(24)

Absorpsi sinar ultraviolet oleh suatu atom atau molekul M dapat dianggap melalui dua proses. Proses pertama adalah eksitasi yang ditunjukkan oleh persamaan: M + hv M*

Suatu radiasi foton ketika melewati molekul, adsorpsi dapat terjadi jika energi foton tersebut sesuai dengan perbedaan energi di antara dan satu tingkat energi yang lebih tinggi dari molekul tersebut. Pada keadaan ini energi dari foton ditransfer kepada molekul tersebut dan mengubahnya ke tingkat energi yang lebih tinggi yang disebut excited state M*, proses terakhir adalah relaksasi. Setelah suatu periode singkat, molekul berelaksasi ke tempat aslinya atau ground state dengan mentransfer kelebihan energinya ke atom atau molekul lain pada medium tersebut. Proses ini menyebabkan peningkatan temperatur lingkungan sementara,seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut:

M*

M + energi

Absorpsi sinar UV dalam suatu molekul disebabkan karena adanya elektron yang bertanggung jawab terhadap absorpsi sinar tersebut.Dua tipe elektron yang bertanggung jawab terhadap absorpsi radiasi UV dalam molekul yaitu elektron terbagi yang berpartisipasi langsung dalam pembentukan ikatan dan yang tergabung dengan lebih dari satu atom dan elektron luar tidak terbagi yang banyak terlokalisasi pada atom seperti oksigen, halogen, sulfur dan nitrogen (Silverstein dkk., 1974).

Aplikasi spektroskopi serapan untuk senyawa organik didasarkan pada transisi n atau π ke π* karena energi yang dibutuhkan untuk proses ini membawa puncak absorpsi ke daerah spektra 200 – 700 nm. Kedua transisi ini membutuhkan gugus tidak jenuh yang memberikan orbital π (Silverstein dkk., 1974).

(25)

Transisi π ke π* ini menunjukkan pergeseran merah (geseran batokromik) dengan adanya substitusi gugus-gugus yang memberi atau menarik elektron (Silverstein dkk., 1974).

Senyawa organik pada umumnya mempunyai gugusan atom yang dapat mengabsorpsi radiasi UV disebut sebagai kromofor (Mulyono, 2009). Pusat serapan sinar ultraviolet ada pada kromofor (Silverstein dkk., 1974). Kromofor merupakan suatu gugus kovalen tidak jenuh yang bertanggung jawab untuk serapan elektronik. Sebagai contoh C-C, C-O dan NO2 (Silverstein dkk., 1974).

Senyawa organik dikenal memiliki gugus auksokrom, yakni gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas seperti –OH, O-NH2 dan OCH3 yang memberikan transisi (n σ*) (Mulyono, 2009). Apabila auksokrom terikat pada suatu kromofor maka akan merubah baik panjang gelombang dan intensitas dari serapan (Silverstein dkk., 1974). Auksokrom akan menggeser puncak serapan ke arah panjang gelombang yang lebih panjang (geseran merah/redshift/geseran batokromik) dengan disertai peningkatan intensitas (Silverstein dkk., 1974).

Geseran batokromik adalah geseran dari serapan ke panjang gelombang yang lebih panjang karena sisipan atau pengaruh pelarut (geseran merah/redshift).

Geseran hipokromik adalah geseran dari serapan ke panjang gelombang yang lebih pendek karena gugus ganti atau pengaruh pelarut (geseran biru/blue shift).

Efek hiperkromik adalah suatu kenaikan di dalam intensitas serapan akibat adanya gugus ganti atau pengaruh pelarut. Sedangkan efek hipokromik adalah suatu penurunan di dalam intensitas serapan karena pengaruh pelarut.

(26)

2.3 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert- Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan (Gandjar dan Rohman, 2012).

Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut:

A = abc Dimana:

A = absorbansi (tanpa dimensi) a = absorptivitas (1g-1 cm -1) b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi (g 1-1)

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.

Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang radiasi (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.3.1 Kegunaan Spektofotometri

Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena

(27)

itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk dilakukan (Moffat dkk., 2004).

Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar, larutan standar obat yang akan dianalisis disiapkan, serapan sampel dan standar dapat ditentukan (Ermer dan Miller, 2005), dimana konsentrasi zat dalam sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ct Cs At As

Keterangan: As = Absorbansi baku pembanding At = Absorbansi zat dalam sampel Cs = Konsentrasi baku pembanding Ct = Konsentrasi zat dalam sampel

Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor atau mengandung gugus kromofor, serta mengabsorpsi radiasi ultraviolet penggunaanya cukup luas (Moffat dkk., 2004).

2.3.2 Instrumen Spektofotometer

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang diserap oleh atom atau molekul disebut spektrofotometer. Alat ini terdiri dari spektrofotometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorpsi (Cairns, 2008).

(28)

Menurut Gandjar dan Rohman (2012), unsur-unsur penting dari suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut :

a. Sumber Cahaya b. Monokromator c. Kuvet (sel) d. Detektor e. Amplifier

f. Sistem pembaca yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik 2.4 Validasi Metode Analisis

Validasi metode menurut USP 29 NF 24 (2006), dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis.

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:

a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi masalah analisis tertentu b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah

berubah seiring dengan berjalannya waktu

d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan dengan analis dan alat yang berbeda

e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara metode baru dan metode baku.

(29)

Menurut USP 29 NF 24 (2006), ada 8 langkah dalam validasi metode analisis yaitu: presisi, akurasi, batas deteksi, batas kuantifikasi, spesifisitas, linieritas, kekasaran (Rudggedness) dan ketahanan (Robutness).

Sementara itu International Conference on Harmanization (ICH) membagi karakteristik validasi metode yang sedikit berbeda dengan USP 29 NF 24 (2006) yaitu: akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantifikasi, spesifisitas, linieritas, kisaran (range), ketahanan (Robustness) dan kesesuaian sistem.

i. Akurasi

Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Range nilai % recovery analit yang dapat diterima adalah 90 – 110 %. Range tersebut bersifat fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium.

Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).Kriteria daerah recovery yang dapat diterima dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 2.1 Kriteria daerah recovery yang dapat diterima

Analit pada matriks sampel (%) Daerah recovery yang diperoleh 100

>10

>1

>0,1 0,01 0,001 0,0001 (1ppm) 0,00001 (100ppb) 0,000001 (10 ppb) 0,0000001 (1 ppb)

98 – 102 % 98 – 102 % 97 – 103 % 95 – 105 % 90 – 107 % 90 – 107 % 80 – 110 % 80 – 110 % 60 – 115 % 40 – 120 %

(30)

ii. Presisi

Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata- rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel – sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi biasanya dinyatakan dalam koefisien variasi (KV).Suatu metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki KV < 2 % tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium.

Tabel 2.2 Kriteria KV yang Dapat Diterima

Kadar Analit KV (%)

1 % 0,1 % 1 ppm 1ppb

2,5 5 16 32

iii. Sensitivitas

Limit of Detection (LOD) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi. LOD yang paling umum digunakan dalam kimia analisis adalah bahwa LOD merupakan kadar analit yang memberikan respon sebesar respon blanko (yb) ditambah dengan 3 simpangan baku blanko (3Sb). Sedangkan Limit of Quantification (LOQ) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2012).

(31)

iv. Linieritas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil – hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan.Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.5 Obat

Obat merupakan suatu zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya (Tan dan Rahardja, 2007).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor HL.02.02/Menkes/068/2010 tentang kewajiban menggunkan obat generik fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

a. Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten

b. Obat generik adalah obat dengan nama resmi Internasional Non Proprietary Names (INPN) diterapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.

c. Obat bernama dagang adalah obat dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.

(32)

2.6 Tablet

Tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet dapat dibuat dengan memberikan tekanan tinggi atau serbuk atau granul dengan menggunakan cetakan baja.

Tablet cetak dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Tan dan Rahardja, 2007).

2.6.1 Eksipien Formulasi Obat

Menurut Ditjen POM (1995), mengutarakan bahwa posisi tablet umumnya terdiri atas bahan aktif eksipien. Eksipien ditambahkan dengan berbagai fungsi dan tujuan spesifik sebagai berikut :

1. Pengisi/pengencer 2. Pengikat

3. Penghancur 4. Pelincir 5. Anti lengket 6. Pelicin 7. Pembasah 8. Zat warna 9. Peningkat rasa 10. Pemanis 11. Penutup rasa

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu melakukan uji validasi metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai dengan Februari 2018 di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.3 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Visible, Personal Computer (PC) yang dilengkapi software UV Probe 2.42 (UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Mettler Toledo), kuvet, kertas saring, bola karet, spatula, alat-alat gelas dan alat-alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel.

3.4 Bahan

Bahan yang digunakan adalah metanol dan amonium (100:1,5), baku mebhidrolin napadisilat (sertifikat pengujian dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 74) dan tablet interhistin (PT. Interbat), tablet katergi (PT. Yekatria Farma), tablet histapan (PT. Sanbe), tablet zoline (PT. Pyridam Farma), tablet gabiten (PT. Ifars).

(34)

3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan yang diteliti. Sampel yang digunakan yaitu tablet mebhidrolin napadisilat dengan berbagai nama dagang yang beredar di Wilayah Kota Medan mengandung mebhidrolin napadisilat 50 mg.

Proses sampling dilakukan menggunakan rumus : n = + 1 keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah sampel dalam populasi

Dari hasil survey yang dilakukan, terdapat 18 tablet mebhidrolin napadisilat dengan nama dagang. Maka jumlah mebhidrolin napadisilat yang diteliti adalah :

n = + 1 n = 4,24 + 1

n = 5,24 (dibulatkan 5)

Sehingga sampel yang digunakan berjumlah 5 dari berbagai nama dagang yang beredar di Kota Medan, sedangkan pengambilann sampel yang akan dianalisis dilakukan dengan cara pemilihan secara acak (random sampling).

3.6 Pembuatan Campuran Pelarut Metanol dan NH4OH

Dimasukkan NH4OH 7,5 ml ke dalam beaker glass yang berisi metanol, cukupkan dengan metanol sampai 500 ml, kemudian diaduk hingga homogen.

(35)

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Penetapan Kadar Tablet Mebhidrolin Napadisilat secara Spektrofotometri Ultraviolet

3.7.1.1 Pembuatan Larutan Baku Mebhidrolin Napadisilat (Laboratori Alchemia)

Ditimbang dengan seksama 50 mg baku mebhidrolin napadisilat kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan campuran pelarut hingga larut, dicukupkan volume dengan campuran pelarut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 μg/ml (LIB I). Dari larutan LIB I dipipet 10 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 200 μg/ml (LIB II).

3.7.1.2 Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dipipet 3 ml dari LIB II ( C = 200 μg/ml) masukkan dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda (C = 12 μg/ml) kemudian larutan ini diukur pada rentang panjang gelombang 200-400 nm.

3.7.1.3 Penetapan Linearitas Kurva Kalibrasi

Dipipet dari Larutan Induk Baku II (LIB II) berturut-turut 1,5 ml; 2,5 ml;

3 ml; 3,5 ml; dan 4,5 ml masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi larutan masing-masing adalah 6 μg/ml; 10 µg/ml, 12μg/ml; 14 µg/ml; dan 18 μg/ml.

Kemudian masing-masing diukur serapannya pada panjang gelombang yang telah diperoleh menggunakan campuran pelarut sebagai blanko. Dari data serapan yang diperoleh dapat diketahui persamaan regresi dan koefisien korelasi.

(36)

3.7.1.4 Penetapan Kadar Mebhidrolin Napadisilat dalam Sediaan Tablet Ditimbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata 1 tablet, selanjutnya diserbukkan. Setelah diserbukkan ditimbang seksama setara 50 mg Mebhidrolin Napadisilat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, lalu ditambahkan campuran pelarut, dikocok hingga larut dan dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Larutan tersebut kemudian disaring, lebih kurang 10 ml filtrat pertama dibuang. Kemudian filtrat selanjutnya ditampung dan dipipet 10 ml kemudian dimasukan kedalam labu tentukur 50 ml, lalu ditambahkan campuran pelarut dikocok hingga larut dan dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Kemudian larutan ini dipipet sebanyak 3 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh.

3.7.2 Validasi Metode 3.7.2.1 Akurasi (Kecermatan)

Uji validasi metode dilakukan pada sampel Mebhidrolin Napadisilat dalam sediaan tablet dengan nama dagang Interhistin (PT. Interbat). Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (% recovery) dilakukan secara penambahan bahan baku dengan membuat 3 konsentrasi analit dan bahan baku pembanding yang rentang spesifik 80%, 100%, 120% dan setiap rentang mengandung 70% analit sampel dan 30% baku pembanding, dengan perlakuan yang sama dengan perlakuan sampel.

(37)

Rentang Spesifik 80%

Prosedur kerja setelah penambahan baku pembanding

Ditimbang serbuk tablet Interhistin (PT. Interbat) dengan berat 103,66 mg setara dengan 28 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan campuran pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda, kemudian disaring dan dibuang 5 ml filtrat pertama. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Dipipet 3 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 12 mg baku pembanding, lalu cukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum mebhidrolin napadisilat sehingga diperoleh konsentrasi Interhistin. Dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

Prosedur kerja sebelum penambahan baku pembanding

Ditimbang serbuk tablet Interhistin (PT. Interbat) dengan berat 103,66 mg setara dengan 28 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan campuran pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda, kemudian disaring dan dibuang 5 ml filtrat pertama. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Dipipet 3 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, lalu cukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum mebhidrolin napadisilat sehingga diperoleh konsemtrasi Interhistin. Dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

(38)

Rentang Spesifik 100%

Prosedur kerja setelah penambahan baku pembanding

Ditimbang serbuk tablet Interhistin (PT. Interbat) dengan berat 129,58 mg setara dengan 35 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan campuran pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda, kemudian disaring dan dibuang 5 ml filtrat pertama. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Dipipet 3 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 15 mg baku pembanding, lalu cukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum mebhidrolin napadisilat sehingga diperoleh konsentrasi Interhistin. Dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

Prosedur kerja sebelum penambahan baku pembanding

Ditimbang serbuk tablet Interhistin (PT. Interbat) dengan berat 129,58 mg setara dengan 35 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan campuran pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda, kemudian disaring dan dibuang 5 ml filtrat pertama. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Dipipet 3 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, lalu cukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum mebhidrolin napadisilat sehingga diperoleh konsentrasi Interhistin. Dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

(39)

Rentang Spesifik 120%

Prosedur kerja setelah penambahan baku pembanding

Ditimbang serbuk tablet Interhistin (PT. Interbat) dengan berat 155,49 mg setara dengan 42 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan campuran pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda, kemudian disaring dan dibuang 5 ml filtrat pertama. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Dipipet 3 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml ditambahkan 18 mg baku pembanding, lalu cukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum mebhidrolin napadisilat sehingga diperoleh konsentrasi Interhistin. Dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

Prosedur kerja sebelum penambahan baku pembanding

Ditimbang serbuk tablet Interhistin (PT. Interbat) dengan berat 155,49 mg setara dengan 42 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan campuran pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda, kemudian disaring dan dibuang 5 ml filtrat pertama. Dipipet 10 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Dipipet 3 ml filtrat dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, lalu cukupkan dengan campuran pelarut sampai garis tanda. Larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum mebhidrolin napadisilat sehingga diperoleh konsentrasi Interhistin. Dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.

(40)

Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus x 100%

Keterangan :

A = Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku C = Konsentrasi baku yang ditambahkan

3.7.2.2 Penentuan Uji Presisi (Kesamaan)

Uji presisi ditentukan dengan menghitung standard deviasi (SD) dari 9 replikasi kadar mebhidrolin napadisilat yang diperoleh. Menurut Harminta (2004), rumus yang digunakan untuk menghitung standard deviasi (SD) adalah :

X X

Keterangan :

SD = Standard Deviasi X = Kadar rata-rata sampel X = Kadar sampel

n = Jumlah pengulangan

(41)

Menurut Rohman dan Gandjar (2007), nilai Relative Standard Deviation (RSD) dihitung dengan rumus :

RSD = X

x 100%

Keterangan:

RSD = Relative standard deviation (%) SD = Standard deviation

X = Data yang telah dirata-ratakan

3.7.2.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Menurut WHO (1995), menghitung simpangan baku residual SB dengan rumus:

Kemudian untuk menghitung batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dapat digunakan rumus :

Keterangan :

SB = Simpangan baku LOD = Limit of Detection LOQ = Limit of Quantitation

(42)

3.7.2.4 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Untuk mengetahui apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus :

t hitung =

n SD

X Xi

/

Dasar penolakan data jika thitung > ttabel pada taraf kepercayaan 99%

dengan nilai α = 0,01, derajat kebebasan (dk) = n – 1

Menurut WHO (1995), untuk mencari kadar ata range sebenarnya dapat digunakan rumus :

µ = X ± [(t α/2, dk) x (SD / √n )]

Keterangan :

μ = interval kepercayaan

X = Kadar rata-rata dalam satu sampel (mg/100g) Xi = kadar dalam satu perlakuan

t = harga ttabel sesuai dengan derajat kepercayaan (dk = n – 1) α = tingkat kepercayaan

dk = derajat kepercayaan

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Panjang Gelombang Maksimum Mebhidrolin Napadisilat

Pemilihan metode spektrofotometri ultraviolet untuk penetapan kadar mebhidrolin napadisilat berdasarkan terdapatnya gugus kromofor dan gugus auksokrom dalam struktur mebhidrolin napadisilat (Moffat dkk, 2004).

Menurut (Wulandari, 2008) mebhidrolin napadisilat mempunyai panjang gelombang 284 nm dalam campuran pelarut metanol dan NH4OH dengan metode KLT Densitometri. Dalam penelitian ini pelarut yang digunakan adalah camran metanol dan NH4OH oleh karena hasil orientasi mebhidrolin napadisilat dengan pelarut HCl dan NaOH mebhidrolin napadisilat tidak larut.

Metode spektrofotometri ultraviolet pada mebhidrolin napadisilat menggunakan campuran pelarut metanol dan NH4OH dengan konsentrasi 12 μg/ml diperoleh panjang gelombang 286,4 nm dan serapan 0,421 dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Spektrum Serapan maksimum Mebhidrolin Napadisilat Konsentrasi 12µg/ml dalam campuran pelarut metanol dan NH4OH

286,4 nm

(44)

Tabel 4.1 Data absorbansi dari spektrum serapan maksimun

Panjang Gelombang Serapan

286,4 0,421

Panjang gelombang yang diperoleh dapat diterima menurut (Wulandari, 2008) pada panjang gelombang 284 nm. Selanjutnya untuk penentuan kurva kalibrasi dan kadar mebhidrolin napadisilat dilakukan pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh.

4.2 Linearitas Kurva Kalibrasi

Penentuan linieritas kurva kalibrasi dilakukan pada rentang kosentrasi 6 μg/ml; 10 µg/ml, 12μg/ml; 14 µg/ml; dan 18 μg/ml pada panjang gelombang maksimum 286,4 nm dengan menggunakan campuran pelarut metanol dan NH4OH sebagai blanko. Kurva dan data kurva kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi mebhidrolin napadisilat dalam campuran pelarut metanol dan NH4OH pada panjang gelombang 286,4 nm.

(45)

Tabel 4.2 Data serapan kurva kalibrasi dari mebhidrolin napadisilat

No. Konsentrasi (μg/ml) Serapan (A)

1. 0,0000 0,0000

2. 6,0000 0,2050

3. 10,0000 0,3440

4. 12,0000 0,4220

5. 14,0000 0,5050

6. 18,0000 0,6260

Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi mebhidrolin napadisilat diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi (r)

= 0,9995. Koefisien korelasi ini memenuhi syarat kriteria penerimaan yaitu r >

0,995 (Moffat, 2004) dan dari perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 0,03525 X – 0,00228. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 40.

4.3 Kadar Mebhidrolin Napadisilat Dalam Sediaan Tablet

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah mebhidrolin napadisilat dengan nama dagang dengan komposisi 50 mg/tablet, oleh karena dipasaran hanya terdapat nama dagang saja. Hasil penentuan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Kadar rata-rata mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet

No Nama sediaan Kadar rata-rata (%) Kadar sebenarnya (%)

1 Interhistin (Interbat) 102,19 102,19

2 Katergi (Yekatria) 104,04 104,04

3 Histapan (Sanbe) 102,11 102,11

4 Zoline (Pyridam) 101, 83 101,83

5 Gabiten (Ifars) 102,50 102,50

Dari data di atas menunjukkan bahwa kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet dengan nama dagang yang beredar dipasaran memenuhi persyaratan

(46)

kadar umum, yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Contoh perhitungan kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 42.

4.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Uji validasi metode yang dilakukan yaitu dengan penambahan baku (Standrad Addition Method) terhadap sampel mebhidrolin napadisilat dengan nama dagang Interhistin ( PT. Interbat). Uji yang dilakukan meliputi akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (recovery), presisi dengan parameter RSD, uji LOD dan LOQ. Data hasil uji validasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil uji validasi metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan

kadar mebhidrolin napadisilat dalam sediaan tablet.

No .

Rentan gspesif ik (%)

Absorbansi Bobot (mg)

% recove

ry Sebelum

penamb ahan baku

Sesudah penamb

ahan baku

Sebelum penamb

ahan baku

Sesudah penamb

ahan baku

Baku yang ditambahk

an 1.

80

0,241 0,342 28,755 40,693 12 98,17

2. 0,237 0,338 28,282 40,220 12 98,24

3. 0,236 0,337 28,164 40,102 12 98,17

4.

100

0,298 0,425 35,492 50,503 15 98,75

5. 0,297 0,423 35,374 50,267 15 97,97

6. 0,298 0,424 35,492 50,385 15 97,98

7.

120

0,349 0,502 41,520 59,605 18 99,14

8. 0,350 0,503 41,638 59,723 18 99,14

9. 0,352 0,502 41,875 59,723 18 97,20

Rata-rata %recovery 98,31

Standard Deviation (SD) 0,6197

RelativeStandard Deviation (RSD) 0,6303

LOD (μg/ml) 0,7925

LOQ (μg/ml) 2,4017

(47)

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa metode spektrofotometri UV memenuhi syarat validasi untuk parameter linieritas, akurasi presisi serta batas deteksi (LOD), batas kuantitasi (LOQ).

Nilai akurasi pada Tabel 4.1 merupakan rata-rata nilai perolehan kembali dari tiga rentang spesifik dengan tiga kali pengulangan. Dalam hal ini tiga rentang spesifik yang digunakan adalah 80%, 100% dan 120% dimana komposisinya terdiri dari 70% sampel dan 30% baku. Dari data tabel 4.1 didapatkan persen perolehan kembali (% recovery) rata-rata 98,31 %. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi persyaratan uji akurasi dimana rentang rata-rata hasil persen perolehan kembali adalah 98%-102% (Harmita, 2004).

Presisi merupakan parameter yang menunjukkan keterdekatan hasil analisis yang dilakukan dalam beberapa kali pengulangan. Parameter presisi dicerminkan dari nilai Relative Standard Deviation (RSD) yang dihasilkan, dari hasil yang didapatkan Relative Standard Deviation (RSD) adalah 0,6303 memenuhi syarat validasi (RSD <2%) (Harmita, 2004). Maka dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet mempunyai akurasi dan presisi yang baik.

Limit of Detection (LOD) merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi. Sedangkan Limit of Quantification (LOQ) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. Dari Tabel 4.1 LOD didapatkan sebesar 0,7925 µg/ml dan LOQ didapatkan sebesar 2,4017 µg/ml, semua konsentrasi pengukuran sampel berada diatas konsentrasi LOD dan LOQ.

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian diperoleh kesimpulan:

a. Uji validasi metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar mebhidrolin napadisilat menggunakan campuran pelarut metanol dan NH4OH dalam sediaan tablet memenuhi uji validasi metode dengan parameter akurasi dan presisi yang memenuhi syarat.

b. Hasil penentuan kadar terhadap sampel mebhidrolin napadisilat dengan merek dagang memenuhi persyaratan umum dalam Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014, yaitu mengandung mebhidrolin napadisilat tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

5.2 Saran

Disarankan kepada instansi yang terkait Industri farmasi untuk menggunakan metode ini sebagai metode alternatif pada penentuan kadar mebhidrolin napadisilat.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, D. 2008. Essentials of Pharmaceutical Chemistry. 3 Ed. London:

Pharmaceutical Press. Halaman 168.

Criado, P.R., Criado, R.F.J., Maruta, C.W., dan Filho, C.D.M. 2010. Histamine, Histamin Receptors and Antihistamines: New concepts. An Bras Dermatol: 85(2):195-210.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas. Halaman 8-20.

Dewoto, H.R. 2011. Histamin dan Antialergi dalam Farmakologi dan Terapi.

Editor Gunawan, S.G., Satiabudy, R., Nafrialdi., Elysabeth. Edisi 5.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 277-281.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 110.

Ermer, J., dan Miller, J.H.M. 2005. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. A Guide to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH. Halaman 64.

Flanangan, R.J., Taylor, A., Watson, I.D., dan Whelpton, R. 2007. Fundamentals of Analytical Toxicology. England: John Wiley and Sons Ltd. Halaman 120.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 20012. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IX.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 18,22-23, 29-32.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 468-482.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.

Riview Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian 1(3): 117-135.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. 2004. Clarke‘s Analysis of Drug and Poisons. 3rded. London: Pharmaceutical Press.

Mulyono, HAM. 1995. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Cetakan 3.

Jakarta: PT. Bumi Aksara. Halaman 166.

Nerdy. 2017. Development and Validation of Ultraviolet Spectrophotometric Method for Determination of Mebhydrolin Napadisylate in Tablet Preparation. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research.

10(4): 367-372

Permenkes RI Nomor HL.02.02. 2010. Kewajiban Obat Generik Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Silverstein, R.M., Webster, F.X., dan Kiemle, D.J. 1974. Spectrometric Identification of Organic Compound. 7 ed. Toronto: John Wiley and Sons.

Halaman 231 – 252.

Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Keenam. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Elex Komputindo. Halaman 101-107

USP 29., NF 24. 2006. The United States Pharmacopoeia The National Formulary. Volume II. Canada: The United States Pharmacopoeia Convenion. Halaman 517, 1302, 1305.

(50)

Viplava, U., Syam, M., dan Kalyana, B. 2012. Development of New Visible Spectrophotometric Method for Quantitative Determination of Almotriptan Maleatas an Active Pharmaceutical Ingredientin Formulations.

International Journal of Drug Development & Research. 4 (2), 369 – 374.

Wulandari, L. 2008. Determination and Validation of Mebhydroline Napadisylate in Tablets by High Performance Liquid Chromatography. Indones J Chem.

8(3):377-379.

WHO. 1995. The World Health Report 1995 Bridging the Gaps. Switzerland:

WHO Library Cataloguing in Publication Data. Halaman 237-239.

(51)

Lampiran 1. Alat

Gambar 1. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) dan Seperangkat PC dengan Software UV Probe

Gambar 2. Sonicator (Branson) Gambar 3. Timbangan (Boeco)

(52)

Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur Penelitian a. Mebhidrolin Napadisilat

Dimasukkan kelabu 50 ml dan

dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Dimasukkan kelabu 50 ml dan

dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Dimasukkan kelabu 50 ml dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Dimasukkan kelabu 50 ml dan

dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Dimasukkan kelabu 50 ml dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

diambil 10 ml

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml

dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut

LIB II Mebhidrolin Napadisilat 200 μg/ml

6μg/ml 10 μg/ml 12 μg/ml

18μg/ml

14 μg/ml diambil1,5 mL diambil 2,5 ml Diambil 3 ml

Diambil 4,5 ml

Diambil 3,5 ml

Diukur serapan maksimum pada λ 200- 400nm Serapan

Maksimum Mebhidrolin Napadisilat

ditimbang 50 mg

dimasukkan kedalam labu tentukur 50ml

dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut

LIB I Mebhidrolin Napadisilat 1000μg/ml

(53)

Lampiran 2. (Lanjutan)

a. Penetapan kadar sampel tablet merek I

ditimbang setara 50 mg mebhidrolin napadisilat dihitung kesetaraan mebhidrolin napadisilat yang terkandung didalamnya (penimbangan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan)

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan pelarut

dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda (LIB I)

dihomogenkan disaring

dibuang 10 ml filtrat pertama ditampung filtrat selanjutnya dipipet 10 ml

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml

dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda (LIB II)

dipipet 3 ml

dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda diukur serapan panjang gelombang maksimum yang

diperoleh.

dihitung Nilai Absorbansi

Kadar 20 tablet

(54)

Lampiran 3. Data Kalibrasi Baku Mebhidrolin Napadisilat, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi pada Panjang Gelombang 286,4 nm

No. X Y XY X2 Y2

1. 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2. 6 0,2050 1,2300 36 0,0420

3. 10 0,3440 3,4400 100 0,1183

4. 12 0,4220 5,0640 144 0,1781

5. 14 0,5050 7,0700 196 0,2550

6. 18 0,6260 11,2680 324 0,3919

Jumlah 60 2,1020 28,0720 800 0,9853

Mean 10 0,3503

a =

n X X

n Y X XY

/ /

2 2

=

6 / 60 00 8

6 / 2,1020 )

60 ( 0720 , 28

2

= 0,03525 Y = a X + b b = Y aX

= 0,3503–(0,03526)(10) = -0,00228

(55)

Lampiran 3. (Lanjutan)

=

6 / 2,1020 9853

, 0 6 / 60 00 8

6 / 2,1020 60

0720 , 28

2 2

=

2489 , 0 200

02 , 21 0720 ,

28

=

2489 , 0 200

02 , 21 0720 ,

28

= 0,9995

n Y Y

n X X

n Y X r XY

/ ) ( )(

/ ) (

/

2 2

2 2

(56)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Kadar Teoritis Mebhidrolin Napadisilat pada Sediaan Tablet Interhistin (PT. Interbat)

Berat 20 tablet adalah 3702,3 mg

Bobot rata-rata/ tablet adalah 185,115 mg

Ditimbang serbuk tablet setara dengan 50 mg Mebhidrolin Napadisilat, maka jumlah serbuk yang ditimbang adalah

= 185,15 mg

Dilarutkan dengan campuran pelarut metanol dan NH4OH dalam labu tentukur 50 ml sampai garis tanda. Larutan kemudian dihomogenkan dengan sonicator selama 15 menit. Larutan kemudian disaring, lebih kurang 10 ml filtrat pertama dibuang, filtrat selanjutnya ditampung.

Kemudian dari larutan filtrat ini, dipipet 10 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan campuran pelarut metanol dan NH4OH hingga garis tanda.

Kemudian dari larutan filtrat ini, dipipet 3 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan campuran pelarut metanol dan NH4OH hingga garis tanda.

(57)

Lampiran 4. (lanjutan)

Persamaan regresi : Y = 0,03525 X – 0,00228 Serapan sampel : 0,432

0,432 = 0,03525 X – 0,00228

X

X = 12,32 µg/ml

Konsentrasi Mebhidrolin Napadisilat sebelum di encerkan 83,33 = 12,32 µg/ml x 83,33 = 1026,66 µg/ml

Bobot Mebhidrolin Napadisilat dalam labu awal (50ml) 1026,66 µg/ml x 50 ml = 57333,3 µg

= 57,333 mg

Perolehan Mebhidrolin Napadisilat dalam tablet

% Kadar =

Gambar

Gambar 2.1 Mebhidrolin Napadisilat.
Gambar 2.2 Plot Error (Kesalahan) Pembacaan Terhadap % T (% transmitan)
Gambar 2.3 Diagram Tingkat EnergiElektron
Tabel 2.1 Kriteria daerah recovery yang dapat diterima
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DENGAN METODE.. SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet karena pada hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan

Metode Spektrofotometri Ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar Amlodipin besilat dalam sediaan tablet karena pada hasil uji validasi, metode ini menunjukkan

Hasil uji validasi yang didapat menunjukkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet, karena

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda.. Dengan

Hasil uji validasi yang didapat menunjukkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet, karena

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk menetapkan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet dan memenuhi syarat uji validasi metode. Kadar

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar Bromheksin HCl dalam sediaan tablet dan metode ini memenuhi uji validasi dengan parameter akurasi