• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo T2 942012048 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo T2 942012048 BAB II"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan

2.1.1 Strategi

(2)

Moeheriono (2009:60) mengatakan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui strategi suatu organisasi. Muhaimin (2011) berpendapat bahwa strategi merupakan kebijakan-kebijakan penting dari sekolah yang penting untuk diambil agar dapat digunakan sebagai patokan dalam pembuatan program. Sekolah merupakan salah satu organisasi yang harus mempunyai strategi untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah. Strategi ini akan dicapai dalam jangka panjang (20 tahun) dan menengah (5 tahun), hal ini akan menjadi acuan rencana jangka pendek (1 tahun). Dari kedua pendapat ini dapat dipahami bahwa keberhasilan strategi yang diterapkan di sekolah dapat dilihat dari kinerja dari kinerja sekolahan tersebut.

(3)

pada keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Untuk mendapatkan strategi yang tepat, sekolah memerlukan mengetahui informasi tentang faktor-faktor di sekolah yang dapat mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, sekolah perlu menganalisis faktor-faktor tersebut. Dengan melakukan analisis ini, diharapkan dapat memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menyusun suatu strategi.

2.1.2 Mutu Pendidikan

(4)

berupa barang atau jasa. Berdasarkan pendapat diatas mutu adalah kemampuan suatu produk atau hasil kerja yang berupa barang atau jasa dalam memuaskan dan melebihi kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan.

Dalam bidang pendidikan, mutu meliputi input, proses dan output yang ada dalam dunia pendidikan (Sukmadinata, 2006). Input pendidikan yang dimaksud adalah semua yang dibutuhkan untuk berjalannya suatu proses. Sedangkan proses adalah proses pengambilan sebuah keputusan, proses dalam belajar mengajar, pengelolaan organisasi proses pengelolaan program, dan proses monitoring dan evaluasi, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan paling penting dibandingkan dengan proses - proses lainnya. Output pendidikan yaitu capaian sebuah proses pendidikan. Output sekolah bermutu tinggi apabila prestasi siswanya tinggi dalam prestasi akademik yang berupa nilai ulangan umum, Ujian Sekolah, lomba akademik; dan prestasi non-akademik, seperti Pramuka. Sementara Sagala (2010) menjelaskan mutu adalah gambaran secara utuh tentang jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Menurut Chapmans (dalam Amtu, 2011), mutu pendidikan meliputi: 1)

(5)
(6)

2.1.3 Peningkatan Mutu Pendidikan

Djauzak (dalam Nuraniyah, 2012) mengatakan peningkatan mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang ada di sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Menurut Zamroni (2007) peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu perlu diperhatikan dua aspek, yaitu aspek kualitas dan aspek proses mencapai hasil tersebut. Dari pendapat - pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan mutu pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekolah dengan melibatkan komponen-komponen yang ada untuk meningkatkan kualitas hasil sesuai dengan tujuan sekolah, yaitu prestasi belajar siswa yang tinggi.

(7)

keputusan. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa MBS adalah pemberian kewenangan yang luas kepada sekolah untuk mengelola komponen yang ada dan mengambil keputusan demi tercapainya tujuan sekolah. Namun dalam melaksanakan kewenangannya, sekolah juga harus memperhatikan skala prioritas kebutuhan dari sekolah tersebut.

2.2.1 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Rohiat (2008) berpendapat bahwa tujuan MBS adalah meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar (otonomi) untuk mengelola potensi sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (uang, peralatan dan waktu). Sedangkan Slamet (dalam Widiasmara, 2007) mengungkapkan bahwa tujuan MBS adalah untuk usaha pemberdayaan sekolah, melalui pengelolaan sumber daya manusia yang dan sumber lainnya ada di sekolah dengan pemberian kewenangan, fleksibilitas untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh sekolah.

(8)

pemerataan pendidikan

.

Dari pendapat-oendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan MBS adalah meningkatkan konerja sekolah melalui pemberian kewenangan dalam mengelola komponen yang ada di sekolah sehingga mutu pendidikan meningkat.

2.2.2 Prinsip – prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

(9)

dalam pengelolaan sekolah diharapkan mengacu empat prinsip ini. Sehingga dalam penerapan MBS ini dapat mencapai keberhasilan yaitu peningkatan mutu pendidikan.

2.2.3 Komponen – komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Rohiat (2010:21) mengemukakan terdapat tujuh komponen manajemen sekolah, komponen-komponen tersebut meliputi: Manajemen Kurikulum; Manajemen Program Pembelajaran atau Pengajaran; Manajemen Tenaga Kependidikan; Manajemen Kesiswaan; Manajemen Keuangan; Manajemen Sarana Prasarana; Manajemen Hubungan Masyarakat. Sedangkan Mulyasa (2009) menambahkan satu lagi komponen yang menjadi komponen manajemen sekolah, yaitu manajemen layanan khusus yang terdiri dari manajemen kesehatan, perpustakaan dan keamanan sekolah.

(10)

ditetapkan.Hal ini dapat dikatakan bahwa sekolah diberi kewenangan untuk mengelola kurikulum sesuai dengan visi misi sekolah, namun tetap mengacu pada standar nasional pendidikan.

(11)

guru dan pegawai di bawah naungannya. Dengan kata lain, kepala sekolah mempunyai kewajiban mendukung pengelolaan ketenagaan pendidikan yaitu guru untuk mengembangkan kualitasnya demi kelancaran pelaksanaan MBS di sekolahnya. Salah satu wadah untuk mengembangkan kualitas tenaga pendidik/guru adalah melalui Kelompok Kerja Guru (KKG).

Menurut Dirjen Dikdasmen (dalam Martiningsih, 2008 ) Kelompok kerja guru (KKG) adalah salah satu wadah pembinaan profesional bagi para guru yang tergabung dalam organisasi gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan Depdikbud (dalam Purnanda, 2013) menyatakan bahwa Kelompok kerja Guru (KKG) adalah sebagai sistem pembinaan profesional guru SD dalam mengemban misi yang sesuai dengan tujuan yaitu: Meningkatkan kemampuan dan kualitas guru, memberikan informasi baru dalam bidang pendidikan, pemecahan masalah yang dihadapi guru, membina kerjasama dan keakraban dalam meningkatkan prestasi dan kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Berdasarkan teori di atas dapat dipahami bahwa KKG adalah suatu wadah pembinaan profesional bagi guru SD dalam meningkatkan kualitas guru dan memecahkan permasalahan dalam bidang pendidikan.

(12)

masuk sekolah sampai dengan keluarnya. Manajemen ini bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yaitu membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan siswa melalui proses belajar mengajar. Dalam penataan dan pengaturan kegiatan hendaknya memperhatikan kondisi siswa. Hal ini bisa dipahami bahwa pengelolaan kesiswaan bukan hanya hanya membuat dokumen tentang siswa tersebut. Namun lebih dari itu, pengelolaan ini juga mencakup pada faktor yang mendukung siswa dalam proses belajarnya.

(13)

implementasinya tidak menyalahi aturan hukum yang ada.

Sarana dan prasarana merupakan pendukung penting pendidikan. Mulyasa (2009:49)

(14)

pemanfaatan sumber belajar serta penataan ruangan yang ada sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Manajemen sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk proses pembelajaran. Selain itu diharapkan tersedianya alat-alat peraga atau fasilitas belajar lainnya yang memadai secara jumlah, kualitas dan kesesuaian yang dibutuhkan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru dan siswa untuk kepentingan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, sekolah perlu membuat daftar prioritas keperluan pengadaan sarana dan prasarana.

(15)

sekolah untuk kegiatan pembelajaran siswa dan kegiatan sekolah lainnya. Kegiatan ini dilakukan berkesinambungan dan dilakukan setiap awal tahun pelajaran baru.

Pengadaan sarana prasarana di sekolah dapat dilakukan dengan membeli atau hibah dari pihak lain. Pengadaan ini dapat berbentuk pengadaan buku, alat peraga, dan bangunan yang mendukung kegiatan sekolah. Dalam proses pelaksanaan pengadaan ini harus memperhatikan kebutuhan sekolah.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 Peraturan Pemerintah RI No 6 Tahun 2006 Iventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik negara/daerah. Sekolah wajib melakukan Iventarisasi barang yang ada di sekolah. Melalui pendataan ini akan diketahui kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah.

(16)

adalah kepala sekolah, guru, siswa dan pihak yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah.

Manajemen hubungan masyarakat perlu diperhatikan dalam pengelolaan sekolah. Hal ini disebabkan hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jembatan dalam mendidik perkembangan siswa. Menurut Mulyasa (2009: 50) tujuan dari mengadakan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 1)Meningkatkan mutu kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak; 2) Memperkuat tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; 3) Memberi motivasi kepada masyarakat untuk selalu berhubungan dengan sekolah. Hal ini bisa dipahami bahwa dengan terjalinnya hubungan yang baik dari pihak sekolah dan masyarakat, maka kedua belah pihak ini akan mengetahui informasi tentang pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan. Sehingga kedua belah pihak memiliki kontribusi dalam kemajuan pendidikan.

(17)

mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas jasmani dan rohani siswa maka di sekolah mengadakan pendirian tempat untuk beribadah dan mengadakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Kegiatan ini bertujuan supaya warga sekolah merasakan damai dan nyaman dalam mengikuti proses belajar dan mengajar. Hal ini bisa dikatakan bahwa layanan khusus di sekolah perlu diadakan. Karena dengan adanya layanan khusus ini, mendukung pada proses pembelajaran. Sehingga dengan adanya dukungan ini proses pembelajaran akan mencapai kemajuan.

2.3 Evaluasi Prestasi Belajar Siswa

2.3.1 Evaluasi

(18)
(19)

2.3.2 Prestasi Belajar Siswa

(20)

belajar siswa. Jadi evaluasi prestasi belajar siswa adalah suatu kegiatan mengukur nilai keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran yang telah diterimanya. Dalam jenjang sekolah dasar evaluasi dapat berbentuk Ulangan Formatif, Ujian Tengah Semester, Ujian Kenaikan Kelas, dan Ujian Sekolah.

2.3.3 Ujian Sekolah

(21)
(22)
(23)

parameter mutu pendidikan, karena produk suatu pendidikan berkualitas juga ditentukan juga oleh proses pendidikan yang berkualitas. Namun harus jujur diakuii, bahwa betapa sulitnya menemukan instrumen evaluasi yang paling tepat untuk melakukan penilaian secara nasional apabila ditinjau pada perbedaan potensi sumber daya manusia, ketersediaan sarana prasarana, kemajemukan kultur kebudayaan, biaya, waktu, geografis, kualitas, efektivitas, efisiensi dan varians lainnya yang terkait dengan penyelenggaran Ujian Sekolah. Sampai saat ini tampaknya Ujian Sekolah adalah satu - satunya alat yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan pemetaan kualitas pendidikan secara nasional.

Terdapat perubahan nama ujian dalam pendidikan di Indonesia dari tahun 1965 sampai dengan tahun 2014. Perubahan ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Perubahan Nama Ujian

Jenis Ujian Masa Tahun

Ujian Negara 1965-1971

Ujian sekolah 1972-1979

Evaluasi Tahap Akhir 1980-2002 Ujian AkhirNasional 20032004

Ujian Nasional 2005-2012

Ujian Sekolah/Madrasah 2013-sekarang Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional

(24)

tepat. Selain itu, menjawab dari tuntutan masyarakat tentang ujian sekolah yang lebih baik. Walaupun terdapat perubahan nama, Ujian Sekolah tetap dilaksanakan oleh sebagai kebijakan tentang pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tidak mengubah fungsinya, yaitu sebagai alat pemetaan kualitas pendidikan secara nasional.

Irianto (2011) berpendapat ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mengikuti Ujian Sekolah, yaitu: Pertama, keputusan lulus tidaknya seorang siswa akan ditentukan oleh hasil ujian sekolah. Kedua, siswa sebaiknya dalam menghadapi ujian mempunyai sikap yang tenang dan proposional. Ketiga, proaktif siswa sendirilah yang menentukan keberhasilan dalam menghadapi ujian. Keempat, dibutuhkan perencanaan belajar dalam menghadapi ujian.

Kelima, seringnya berlatih memecahkan soal-soal dapat membantu dalam menghadapi ujian.

Keenam belajar kelompok merupakan cara yang dapat ditempuh karena dengan berkelompok dapat saling berbagi dengan teman yang lain dalam memecahkan soal dan saling menguatkan motivasi belajar dan prestasi. Ketujuh, terdapat siswa yang hanya sekedar hadir saja di kelas, tidak mengoptimalisasikan untuk meraih hasil prestasi terbaiknya. Kedelapan, keyakinan bahwa jika lulus maka orang tua akan senang dan bangga.

(25)

Tuhan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam menghadapi ujian sekolah adalah siswa itu sendiri. Apabila seorang siswa dapat mempersiapkan dirinya dengan baik dalam menghadapi ujian sekolah, maka hasil yang akan diperoleh juga baik.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mendukung Prestasi Belajar Siswa

(26)

mengajarnya, alat peraga, lingkungan belajar dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi s. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa faktor- faktor yang dapat menyebabkan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1) Faktor internal, yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa itu sendiri yang dapat berupa kemandirian belajar, motivasi, bakat, minat belajar, kebiasaan belajar, kepandaian, kesehatan, sikap, dan faktor pribadi lainnya. 2) Faktor eksternal, yaitu faktor di luar diri siswa itu sendiri. Faktor ini dapat berupa sarana dan prasarana, lingkungan belajar siswa, metode pembelajaran, guru, media pembelajaran, sumber belajar dan lain - lainnya. Pada faktor internal, minat belajar siswa mempunyai peran yang sangat penting. Karena dengan memiliki minat belajar, seorang siswa akan tumbuh motivasi belajarnya, sehingga kemandirian belajarnya akan muncul pada dirinya.

(27)

perlu ditumbuhkan. Karena dengan adanya minat belajar, seorang siswa dapat tumbuh motivasi, kemandirian belajar, kebiasaan belajar dan perubahan sikap yang mendukung ke arah prestasi belajar yang lebih baik.

Menurut Mujiman (2007:1), kemandirian belajar adalah sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh keinginan untuk menguasai sesuatu kemampuan yang telah dimiliki. Ahmadi (2004) menyatakan kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Sedangkan Tirtaraharja (2005) berpendapat kemandirian belajar adalah aktivitas yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar. Menurut teori tersebut, dapat dipahami bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan belajar siswa yang didorong atas kemauan sendiri untuk dapat menguasai kompetensi yang sedang dipelajari. Semakin kuat kemauan belajar seorang siswa maka hasil prestasi belajarnya akan maksimal.

(28)

maupun bersifat sosio-kultural. Patty (dalam Baharuddin, 2007:68) menyatakan bahwa lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orang tua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya. Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah Semua yang ada di sekitar siswa yang menyebabkan keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang sedang dipelajari. Lingkungan belajar yang kondusif akan membuat suasana belajar yang menyenangkan dan harapana dari ini adalah pencapaian hasil prestasi belajar juga akan maksimal.

2.4 Diagram

Fishbone

Menurut Tague (2005:247) diagram

Fishbone dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa. Diagram ini bentuknya menyerupai kerangka tulang ikan yang bagian - bagiannya meliputi kepala, sirip, dan duri. Diagram fishbone ini dapat digunakan pada tahap mengidentifikasi suatu permasalahan dan menentukan akar penyebab dari permasalahan tersebut.

(29)

untuk mengidentifikasi akar permasalahannya. Menurut Heizer (2006) untuk membuat diagram

fishbone dapat menggunakan kategori sebagai berikut: (a) Manusia: siapa saja yang memiliki keterlibatan dalam proses. (b) Metode: proses dan persyaratan yang harus dilakukan, seperti aturan dan kebijakan. (c) Peralatan/sarana prasarana yang diperlukan untuk menyelesaikan proses. (d) Material : segala sesuatu yang digunakan untuk hasil akhir. Dalam penelitian ini kategori manusia / sumber daya manusia adalah guru dan siswa. Karena dalam proses pembelajaran yang terlibat adalah guru dan siswa. Kategori metode meliputi bagaimana metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar digunakan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan kepada siswa. Kategori sarana prasarana meliputi kondisi sekolah, pemanfaatan perpustakaan, ketersediaan dan pemanfaatan alat peraga untuk membantu proses pembelajaran. Kategori material adalah sumber belajar yang merupakan materi pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

(30)

Gambar 2.1 Diagram Fishbone

Sumber: http://www.leankaizen.co.uk/fishbone-diagram-i-ishikawa-diagram.html

Diagram Fishbone digunakan untuk mengidentifikasi penyebab suatu masalah (Tague, 2005:247). Apabila masalah dan akar penyebab masalah sudah diketahui maka tindakan akan lebih mudah dilakukan. Dalam penyusunan diagram Fishbone, sesi brainstorming digunakan untuk mengetahui sebab, akibat dan menganalisis masalah tersebut. Masalah akan dibagi menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup sumber daya manusia, material, mesin/ tools/ sarana prasarana, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai penyebab yang akan dijelaskan melalui sesi brainstorming.

cause2

Cause1

Cause4

(31)

2.5. Penelitian yang Relevan

(32)

optimalisasi tersebut harus didukung semua pihak baik kepala sekolah dan jajarannya, para guru, siswa dan wali murid serta pihak-pihak lain yang mendukung.

1.6.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini diawali dengan adanya harapan tentang pendidikan yang bermutu. Sebagai mengukur mutu pendidikan oleh pemerintah diadakan Ujian Sekolah. Setelah diadakan Ujian Sekolah selama 4 tahun berturut-turut ternyata SD Negeri Margolelo mengalami penurunan hasil Ujian Sekolah. Maka dilakukanlah konfirmasi keberadaan masalah menurunnya hasil Ujian Sekolah di SD Negeri Margolelo. Pada tahap ini dikumpulkan data sekunder yang diperoleh dari observasi lapangan peneliti.

Tahap selanjutnya menganalisis faktor penyebab menurunnya mutu sekolah di SD Negeri Margolelo. Pada tahap ini dilakukan diskusi kelompok terfokus atau Focus Group discussion

(FGD) yang dilakukan bersama pengawas sekolah, kepala sekolah, guru dan komite. FGD akan menggunakan alat analisa fishbone diagram

berdasarkan kerangka pikir 4 M (man, machine, methode dan material).

(33)
(34)

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

SD Negeri Margolelo mengalami masalah menurunnya hasil Ujian Sekolah

Analisis faktor-faktor Penyebab masalah menurunnya hasil Ujian

SD Negeri Margolelo

Penentuan penyebab menurunnya hasil Ujian SD NegeriMargolelo

Strategi untuk peningkatan hasil Ujian SD Negeri Margolelo

Analisis

Fishbone 4 M

Mutu Pendidikan

Gambar

Tabel 2.1  Perubahan Nama Ujian
Gambar 2.1 Diagram Fishbone
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Nyanyenyae…… (suara dari luar). Oh nama saya Sutrisni. Ekstrakurukuler itu ada pencak silat, paskibra, pembimbingan siswa berprestasi itu untuk anak-anak yang akan

Langkah pertama merupakan perencanaan pengem- bangan dengan melakukan analisa sektor pendi- dikan. Melakukan review sektor, analisa situasi, diagnosa. Hal ini

Sementara Hidayat dan Machali (2012:278) menjelaskan tujuan dari manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yaitu peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan

Hal ini didukung oleh pendapat Arcaro (2007:1) bahwa mutu merupakan satu-satunya hal yang penting dalam pendidikan, karena dengan pendidikan berfokus pada mutu

Keterampilan manajemen, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan manajemen mencakup: (a)

Sekolah juga mempunyai faktor kelemahan dalam aspek ouput yaitu kurangnya waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler, kekhawatiran orang tua bahwa kemungkinan lulusan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi peningkatan mutu sekolah dan membuat

Hasil analisis SWOT yang dilakukan dengan kepala sekolah, 2 perwakilan guru, perwakilan yayasan, muhammadiyah, 2 karyawan, perwakilan orang tua siswa, perwakilan alumni,