• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI SUKARMIN. Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI SUKARMIN. Nomor Stambuk :"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

(ADMINDUK INKLUSIF) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BULUKUMBA

SUKARMIN

Nomor Stambuk : 105640232615

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

INOVASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

(ADMINDUK INKLUSIF) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BULUKUMBA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

SUKARMIN

Nomor Stambuk : 105640232615

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Sukarmin. 2020. Inovasi Pelayanan Publik Melalui Adminduk Inklusif di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba. (Dibimbing Oleh Ansyari Mone dan Rudi Hardi).

Tujuan pembuatan artikel ini untuk membahas inovasi pelayanan publik Adminduk Inklusif di dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bulukumba. Lokasi penelitian ini berada di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian yang di gunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif dan tipe penelitian adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 (Lima) orang. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengabsahan data menggunakan Triangulasi.

Dari hasil penelitian menggunakan lima indikator. hal yang sangat mempengaruhi berjalannya suatu pelayanan publik adalah dari segi kualitas pelayanan staff yang diberikan kepada masyarakat dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga. Hasil penelitian mengatakan bahwa khas dari inovasi pelayanan publik melalui Adminduk Inklusif ini terletak pada penjemputan data difabel yang di lakukan dengan peralatan perekaman yang lengkap seperti di kantor, memiliki pelayanan cepat baik dan tanpa pungutan biaya untuk masyarakat difabel yang membutuhkan Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga, mengurangi angka masyarakat disabilitas yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat terkhusus masyarakat difabel dengan sistem jemput data (penjemputan data langsung kerumah masyarakat) dan tujuan dari inovasi Adminduk Inklusif ini meningkatkan pelayanan publik dengan cepat dan tanggap dalam merespon masyarakat difabel yang belum memiliki Kartu Tanda Penduduk.

(7)

vii ABSTRACT

Sukarmin. 2020. Public Service Innovation through Adminduk Inklusif at the Population and Civil Registry Office of Bulukumba Regency. (Supervised by Ansyari Mone and Rudi Hardi).

The purpose of making this article is to discuss the innovation of the Inclusive Adminduk public service in the population and civil registry office of Bulukumba Regency. The location of this research is in the Office of Population and Civil Registry of Bulukumba Regency. The type of research used is qualitative research methods and the type of research is descriptive. Data collection techniques using observation and interviews. The informants in this study were 5 (five) people. Data analysis techniques used data reduction, data presentation and drawing conclusions.

Data validation using triangulation. From the research results using five indicators. One thing that greatly influences the running of a public service is the quality of staff services provided to the public in making Identity Cards or Family Cards. The results of the study said that the characteristics of public service innovation through this Inclusive Adminduk lie in the collection of data with disabilities which is done with complete recording equipment such as in offices, has good fast service and is free of charge for people with disabilities who need an identity card or family card. reduce the number of people with disabilities who do not have Identity Cards and improve services to people, especially people with disabilities with a data pick-up system (data collection directly to the community's house) and the purpose of this Inclusive Adminduk innovation is to improve public services quickly and responsively in responding to people with disabilities who do not yet have Identity card.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat yang diberikan, baik nikmat kesehatan, kesempatan, rahmat dan rahimnya kepada seluruh manusia terlebih nikmat iman, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa tercurah kepada nabiullah Muhammad SAW, Sang pejuang dan pembawa kebenaran di tengah-tengah masyarakat sebagai rahmatan lilalamin dan suri tauladan yang baik bagi seluruh ummatnya.

Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, di tambah lagi dengan adanya pandemic covid 19 membuat beberapa kegiatan tertunda, namun berkat usaha serta bantuan, motivasi dan do’a dari berbagai pihak terutama dari arahan Bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing 1 dan Bapak Rudi Hardi, S.Sos., M.Si Selaku Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga selesainya skipsi ini semua ini dapat teratasi dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini berupaya memberikan gambaran dan informasi tentang Inovasi yang di keluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaen Bulukumba.

(9)

ix

Penulis berharap dengan selesainya skripsi ini, bukanlah akhir dari sebuah karya, melainkan awal dari semuanya, awal dari sebuah perjuangan hidup, dan awal dari sebuah do’a yang selalu menyertainya. Oleh Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Kepada Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Kepada Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.SI selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik, juga untuk setiap motivasi yang diberikan

4. Kepada Bapak Ahmad Taufik, S.IP, M.HI selaku Penasehat Akademik (PA) 5. Kepada Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Kepada kedua orang tua saya tercinta. Ayah saya Mustamin yang berkatnya jugalah saya dapat melanjutkan pendidikan saya sampai saat ini, untuk semua pengorbanan yang telah ia lakukan untuk saya. Dan juga ucapan terima kasih yang tak henti-hentinya Kepada Ibu saya Hasnawati, yang selalu memberi dukungan berupa moril maupun materil hingga saat ini, yang selalu menyemangati saya dalam menggapai semua cita-cita dan impian saya, dan juga untuk segala do’a yang tulus dan ikhlas yang

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

PENERIMAAN TIM ...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Inovasi ...7

B. Jenis-jenis dan Kategori Inovasi ...9

C. Atribut Inovasi ...11

D. Konsep Pelayanan Publik ...11

1. Pengertian Pelayanan Publik ...11

(12)

xii

3. Prinsip Pelayanan Publik...16

4. Indikator Kualitas Pelayanan Publik ...17

5. Jenis Pelayanan Publik ...20

6. Indikator Pelayanan Publik ...21

7. Dasar Hukum Pelayanan Publik...23

E. Konsep Adminduk Inklusif ...24

F. Kerangka Pikir ...24

G. Fokus Penelitian ...25

H. Deskripsi Fokus Penelitian ...26

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...27

B. Jenis dan Tipe Penelitian ...27

C. Sumber Data ...28

D. Informan Penelitian ...28

E. Teknik Pengumpulan Data ...29

F. Teknik Analisis Data ...30

G. Teknik Pengabsahan Data ...31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...35

1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba ...35

2. Gambaran umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba ...39

(13)

xiii

C. Inovasi Pelayanan Publik Melalui Adminduk Inklusif di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba ...52

1. Memiliki Kekhasan ...52

2. Memilki ciri atau unsur pembaharuan...55

3. Memilki Program terencana ...58

4. Inovasi yang di keluarkan memiliki tujuan ...60

BAB V PENUTUP ...56

A. Kesimpulan ...65

B. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...68 LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ...30 Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kec. di Kab. Bulukumba Tahun 2019 ...37 Tabel 4.2 Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten

Bulukumba Tahun 2019 ...38 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Bulukumba tahun 2019 ...40 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk dan Wajib KTP-el Per 14 Februari 2018 ...50 Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Wajib KTP-el yang belum merekam

Per 14 Februari 2018 ...51 Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Disabilitas yang telah memiliki KTP-el

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...25

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bulukumba ...38

Gambar 4.2 Perkembangan Penduduk Kabupaten Bulukumna ...39

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah di Indonesia selalu menginginkan dan mengupayakan yang terbaik untuk rakyatnya. Berdasarkan kekuasaan konstitusi pemerintah berhak untuk mengatur dan mengawasi masyarakat. Selain itu pemerintah juga wajib untuk melaksanakan fungsinya agar menjadi pelayan dan pengatur warganya sehingga dapat melindungi warganya sendiri. Agar dapat mewujudkan fungsi tersebut pemerintah melakukan pelayanan, pengaturan, dan pembangunan dari berbagai bidang.

Pelayanan Publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada dasarnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Badan Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik yang berkualitas atau yang biasa disebut dengan pelayanan prima merupakan pelayanan terbaik yang memenuhi standar kualitas pelayanan, Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

(17)

2

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014, komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan meliputi Persyaratan, prosedur, jangka waktu pelayanan, biaya/tarif, produk pelayanan, dan penanganan pengaduan. Jika suatu Instansi pemerintah dan lembaga lainnya mampu menerapkan standar kualitas tersebut maka sudah dapat dikatakan bahwa Instansi pemerintah dan lembaga tersebut telah memberikan kualitas pelayanan yang baik. Sesuai yang tercantum dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik di uraikan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka pengaturan, pembinaan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. masyarakat selalu menuntut kualitas peelayanan publik dari birokrat , meski pun tuntutan ini tidak sesuai dengan harapan karena pelayanan publik secara emperis yang terjadi selama ini masih ditandai dengan hal-hal seperti berbelit-belit, lambat, dan mahal (Mahsyar, 2016).

Menurut AG. Subarsono dalam Agus Dwiyanto, 2005:141, pelayanan publik adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna yang dimaksud adalah warga negara.

Salah satu instansi pemerintahan yang bergerak di bidang pelayanan publik yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang bertugas menyediakan pelayanan kepada masyarakat terkait kepengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akte Kelahiran yang meningkat kebutuhannya setiap tahunnya. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan yang baik dan cepat dari instansi-instansi yang terkait, namun tuntutan tersebut sering kali tidak di

(18)

3

dengar oleh aparatur karena pada kenyataannya dalam pelayanan publik yang terjadi selama ini sering kita temukan kepengurusan yang di persulit, lambat, mahal dan juga melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih di posisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang di layani. Oleh karena itu, pada dasarnya di butuhkan reformasi pelayanan publik dengan mengembalikan dan mendudukkan “pelayan” dan yang “dilayani” ke pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum terkadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat (Sinambela, 2006:4).

Berdasarkan hasil observasi awal di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba terlihat tidak adanya prosedur atau standar opersional pelayanan yang terpajang dipapan informasi untuk penyandang disabilitas dalam memperoleh pelayanan publik.

Selain itu dari hasil wawancara dengan beberapa warga masyarakat penyandang disabilitas mereka tidak memperoleh layanan administrasi kependudukan, mereka dianggap sepele, hak-hak layanan tidak terpenuhi.

Setelah inovasi Adminduk Inklusif diimplementasikan, semua warga tanpa kecuali memperoleh akses yang sama terhadap layanan administrasi kependudukan. Jumlah penyandang disabilitas yang telah memiliki KTP-el meningkat tajam dari tahun 2016 kepemilikan KTP-el dari 85 orang, meningkat menjadi 223 orang pada awal tahun 2018. Melalui kerjasama lintas sektor, penyandang disabilitas juga dapat mengakses pengobatan gratis, pendidikan gratis, bantuan bedah rumah, dan bantuan sosial lainnya. Secara internal, Dinas

(19)

4

Kependudukan dan Pencatatan Sipil memiliki dokumentasi data penduduk berdasarkan jenis kecatatan dan meningkatkan capaian kepemilikan KTP-el secara kumulatif (Amir, 2018).

Melihat Kondisi yang ada pemecahan masalah tersebut melalui Inovasi Administrasi Kependudukan bagi penyandang Disabilitas atau Aminduk Inklusif Inovasi ini merupakan respon Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam memenuhi standar pelayanan tanpa diskriminatif. Pelayanan dilaksanakan secara terpadu, berupa kemudahan akses perekaman biometrik KTP-el bagi penyandang disabilitas. Pelayanan yang mencakup pendataan, penjemputan, dan pelayanan perekaman biometrik KTP-el. Pendataan dilakukan oleh Dinas Sosial, penjemputan dilakukan oleh PPDI dan PMI Cabang Bulukumba. Pasca pelayanan, Dinas Kesehatan dan BPJS kemudian mengambil peran berupa rekomendasi dan penerbitan kartu BPJS Kesehatan. Bagi Penyandang disabilitas diberikan kemudahan layanan prima tanpa mengikuti antrian dan berkas persyaratan perekaman sebelumnya telah diverifikasi oleh operator.

Adapun Penelitian terdahulu yang pernah di teliti terkait “Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purabaya-Bungurasih” oleh Mirnasari (Mirnasari, 2013) yang mengatakan bahwa inovasi pelayanan merupakan langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan di lembaga pemerintahan. Adapula Penelitian yang terkait “Inovasi Pelayanan Publik Studi Deskriptif tentang Penerapan Layanan e-Health dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Puskesmas Pucangsewu Kota Surabaya” oleh Hafizh (Hafizh, 2016) yang menunjukkan bahwa tingkat inovasi merupakan salah satu aspek penting dalam kajian inovasi, karena

(20)

5

tingkat inovasi berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang sedang berlangsung.

Berdasarkan hasil dari gambaran sebelumnya serta mengenai Inovasi Administrasi Kependudukan di Kabupaten Bulukumba penulis melihat pemerintah Kabupaten Bulukumba telah melihat dan menyikapi kebutuhan masyarakatnya dalam penerimaan pelayanan publik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih judul “Inovasi Pelayanan Publik Melalui Adminduk Inklusif di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dibaca diatas maka di rumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

Bagaimana Inovasi Pelayanan Publik Melalui Adminduk Inklusif Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Inovasi Pelayanan Publik Melalui Adminduk Inklusif Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan tambahan dan pengembangan dalam ilmu pengetahuan, khususnya di dalam ilmu pemerintahan.

(21)

6 2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat atau tambahan pemikiran terhadap pihak pemerintah Kabupaten Bulukumba dan menjadi bahan informasi bagi masyarakat agar dapat mengetahui inovasi pelayanan publik melalui Administrasi Kependudukan Bagi Penyandang Disabilitas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Inovasi

Kata inovasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu innovare yang berarti perubahan baru. Istilah latin tersebut baru mulai dikenal dalam kosa kata bahasa Inggris pada abad ke-16. Secara umum definisi dari inovasi biasa diartikan sebagai penemuan baru atau teknologi baru. Inovasi juga tidak selalu mengubah keseluruhan suatu sistem tetapi hanya menambahkan hal baru didalam suatu sistem yang ada agar dapat diperbarui.

Inovasi telah memiliki landasan hukumnya dalam UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang terdapat bab khusus mengenai inovasi daerah. Pasal 386 ayat 1 menyatakan bahwa “Dalam rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan inovasi”, ayat 2 menyatakan bahwa “Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah”. Inovasi yang dimaksud dalam pasal 386 adalah semua bentuk pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Bentuk pembaharuan yang dimaksud antara lain penerapan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi dan temuan baru dalam penyelenggaraan pemerintahan. Inovasi merupakan sebuah penemuan baru, teknologi baru atau pun pengembangan teknologi atau produk lama yang miliki tujuan untuk mengembangkan atau menemukan ilmu pengetahuan.

Menurut Barney dan Hesterley (Sunandar & ’, 2018) inovasi dapat didefinisikan menjadi ide-ide baru dan menjadikannya dapat digunakan dalam praktek secara

(23)

8

luas. Sedangkan menurut (Anggraeny, 2013), seiring dengan lahimya daerah tersebut diharapkan setiap daerah berani mengambil inisiatif, mampu membuat terobosan baru atau melakukan inovasi untuk memajukan daerahnya.

Everet M. Rogers melalui hasil penelitian yang dibukukannya dalam buku Diffusion of Innovasion (1962, 1971, 1983) menjelaskan banyak tentang difusi inovasi. Rogers mengemukakan empat unsur utama dalam proses difusi inovasi di antaranya adalah inovasi, saluran komunikasi, kurun waktu, dan sistem sosial. Terkait dengan penelitian ini fokus utamanya adalah pada inovasi dan saluran komunikasi. Inovasi akan mudah diadopsi apabila memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakan oleh Rogers yaitu: relative advantage (keunggulan relatif), compatibility (kompatibilitas), complexity (kerumitan), trialability (kemampuan diujicobakan), observability (kemampuan diamati) (Setianto, 2016).

Menurut Milles B, Mattehew dalam (Tahir & Harakan, 2017) memfokuskan inovasi menjadi empat, yaitu

1. Memiliki kekhasasan, yaitu suatu inovasi memiliki ciri khas dalam arti ide, program, tatanam, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. 2. Memiliki ciri atau unsur pembaharuan, yaitu arti suatu inovasi hams

memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar kebaruan.

3. Memiliki program yang terencana, yaitu bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi. dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu.

(24)

9

4. Inovasi yang dikeluarkan memiliki tujuan, yaitu program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

(Djamrud, 2015) mengartikan inovasi merupakan yang berhubungan erat dengan ide-ide baru yang dapat bermanfaat.

(Nur Fitriana, 2014)) inovasi merupakan pengembangan cara-cara dalam menggunakan sumber daya dan memenuhi kebutuhan secara efektif.

B. Jenis-Jenis dan Kategori Inovasi

Seperti yang diketahui pada umumnya dalam menciptakan inovasi harus dapat menentukan inovasi seperti apa dalam meningkatkan pelayanan kesehatan agar inovasi tersebut dapat bertahan lama dan berguna. Menurut Robertson yang mengharapkan dapat memberikan masukan yang positif bagi pemerintahan daerah dalam menciptakan inovasi pelayanan kesehatan (Febrian, 2018), jenis inovasi yang dimaksud yaitu :

1. Inovasi terus menerus ialah mengubah produk yang sudah ada, bukan pembuatan produk baru sepenuhnya. Inovasi ini menimbulkan pengaruh yang paling tidak mengacaukan pola perilaku yang sudah mapan.

2. Inovasi terus menerus secara dinamis yang mungkin melibatkan penciptaan produk baru atau perubahan produk yang telah ada, tetapi pada umumnya tidak mengubah pola yang telah mapan.

3. Inovasi terputus yang mungkin melibatkan pengenalan sebuah produk yang baru yang menimbulkan pembeli mengubah secara signifikan.

(25)

10

Menurut (Mirnasari, 2013) inovasi dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

1. Inovasi terusan (subtaining innovation) adalah proses inovasi yang membawa perubahan baru tapi tetap dengan mendasar pada kondisi pelayanan dan sistem yang sedang berjalan atau yang telah ada.

2. Inovasi terputus (discontinues innovation) adalah proses inovasi yang membawa perubahan baru yang sama sekali tidak berdasar lagi pada kondisi yang sudah ada sebelumnya.

Aspek penting lain dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan level inovasi yang mencerminkan besarnya dampak yang timbul oleh inovasi yang sedang berlangsung. Menurut Mulgan & Albury kategori level inovasi (Rahmawati & Suryawati, 2017). terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Inovasi Inkremental

Merupakan inovasi yang membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses atau layanan yang ada.

2. Inovasi radikal

Merupakan perubahan yang mendasar dan pelayanan publik. Inovasi ini jarang sekali digunakan karena membutuhkan dukungan politik yang sangat besar karena memiliki resiko yang sangat besar pula. Inovasi radikal diperlukan untuk membawa perbaikan yang nyata.

3. Inovasi transformatif atau sistematis

Inovasi jenis ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

(26)

11 C. Atribut Inovasi

Karakteristik inovasi yang dikemukakan oleh Suwarno yang merujuk dari Rogers (Hilda, 2014) yaitu :

1. Keuntungan relatif (relative advantage), sebuah inovasi yang harus mempunyai keunggulan dari inovasi sebelumya. Yang selalu ada sebuah nilai baru yang melekat didalam inovasi yang menjadi ciri pembedaan dari yang lain.

2. Kesesuaian (compatability), inovasi yang mempunyai sebuah sifat kompatibel dan sesuai inovasi yang diganti sebelumnya. Hal ini dimaksud agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang karena inovasi lama menjadi proses transisi ke inovasi baru.

3. Kerumitan (complexity), dengan sifatnya yang baru maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan dibanding inovasi sebelumnya.

4. Kemungkinan dicoba (triability), inovasi dapat diterima apabila terbukti dan mempunyai keuntungan dibandingkan dengan inovasi yang lama. Kemudahan diamati (observability), sebuah inovasi juga harus diamati dari segi bagaimana bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baik.

D. Konsep Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Publik

Salah satu tugas pokok terpenting pemerintah adalah memberikan pelayanan publik ke masyarakat. Ada tiga alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai mengembangkan dan menerapkan good governance di Indonesia, yaitu :

(27)

12

a. Pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana negara diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga non pemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.

b. Pelayanan publik adalah ranah di mana berbagai aspek clean dan good governance dapat diartikulasikan secara mudah.

c. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu pemerintah, masyarakat, dan mekanisme, (Maryam, 2016:8)

Menurut (Mahsyar, 2011) mengemukakan selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan. Pelayanan menurutnya sesuai dengan life cycle theory of leadership bahwa pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara fisik sangat tinggi, tetapi seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin menurun.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, pada pasal 1 ayat 1 di mana pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Keputusan Menteri Pendavagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan publik adalah “segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk

(28)

13

barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan. Menurut Bharata (dalam Maryam, 2016) terdapat enam unsur penting dalam proses pelayanan publik, yaitu:

a. Penyedia layanan, yaitu pihak yang memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa service (services).

b. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costumer) yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan.

c. Jasa layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan.

d. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang atau jasa yang mereka nikmati.

Pada umumnya pelayanan dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau kelompok organisasi baik secara langsung mau pun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup, Adapun yang berpendapat bahwa pelayanan adalah proses pemunuhan kebutuhan melalui kegiatan orang lain secara langsung (Moenir, 2010)

Masyarakat memandang bahwasanya pelayanan publik merupakan hak masyarakat sebagai sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat dari banyaknya

(29)

14

kebutuhan agar mencapai kesejahteraannya. Pelayanan publik menurut (Sinambela, 2011) adalah sebagai setiap aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap aktivitas yang menguntungkan dal am suatu kumpulan atau kegiatan yang menawarkan hasil pencapaian yang ingin dicapai meskipun hasilnya tidak terikat (Ratminto & Winarsih, 2007). Pendapat lain mengatakan bahwa pelayanan publik: adalah pemberian pelayanan atau melayani keperluan masyarakat atau orang lain yang mempunyai kepentingan atau keperluan pada suatu organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang tegah ditetapkan (Agung, 2005).

Menurut Heryanto pelayanan publik adalah pelayanan yang memiliki target yang telah ditetapkan sebagai bentuk kepuasan bagi siapa pun yang menerimanya (Hasjimzum, 2014). Sedangkan pengertian pelayanan publik menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik merupakan pelayanan usaha untuk meningkatkan pelayanan kebutuhan terhadap masyarakat sesuai dengan kebutuhan di instansi masing-masing. 2. Asas Pelayanan Publik

Agar dapat memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan publik yang

(30)

15

telah tertera dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 sebagai berikut:

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisien dan efektivitas. d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

(31)

16 3. Prinsip Pelayanan Publik

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 memutuskan beberapa prinsip pelayanan publik sebagai berikut:

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak terbeli-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan

1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik

2) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan, persoalan, sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik

3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. c. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman da kepastian hukum.

(32)

17

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

h. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat beribadah dan lain-lain.

4. Indikator Kualitas Pelayanan Publik

Menurut Lenvine, produk didalam pelayanan publik di dalam negara demokrasi paling tidak memiliki tiga indikator (Mirnasari, 2013), yakni:

(33)

18 1) Reponsivitas

Adalah daya tanggap penyediaan layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan.

2) Responsibilitas

Adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai prinsip-prinsip atau ketentuan- ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan.

3) Akuntabilitas

Adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.

Sedangkan Gibson, Ivancevich & Donelly membagi dimensi waktu, yakni menggunakan ukuran jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dalam melihat kinerja organisasi publik (Maryam, 2016). Dalam hal ini kinerja pelayanan publik terdiri dari :

1) Produksi

Ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungannya.

2) Mutu

Kemampuan organisasi untuk memenuhi harapan pelanggan. 3) Efisiensi

(34)

19 4) Fleksibilitas

Ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan internal dan eksternal. Fleksibilitas berhubungan dengan kemampuan organisasi untuk mengalihkan sumberdaya dari aktivitas yang satu ke aktivitas yang lain.

5) Kepuasan

Menunjukkan pada perasaan karyawan terhadap pekerjaan dan peran mereka dalam organisasi.

6) Persaingan

Menggambarkan posisi organisasi di dalam berkompetisi dengan organisasi yang lain yang sejenis.

7) Pengembangan

Ukuran yang mencerminkan kemampuan dan tanggung jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang melalui investasi sumberdaya.

8) Kelangsungan hidup

Kemampuan organisasi untuk tetap eksis didalami menghadapi segala perubahan.

Selain itu terdapat pula beberapa pola pelayanan publik, yakni sebagai berikut:

1. Pola pelayanan teknik fungsional

Yaitu pola pelayanan masyarakat yang diberikan oleh satu instansi pemerintah sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan.

(35)

20 2. Pola pelayanan satu pintu

Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh satu instansi pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari instansi pemerintah terkait lainnya.

3. Pola pelayanan elektronik

Pola yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan dan bersifat online sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas pelanggan.

4. Pola pelayanan satu atap

Yaitu pola yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing.

5. Pola pelayanan terpusat

Yaitu pola pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang masyarakat yang bersangkutan.

5. Jenis Pelayanan Publik a) Pelayanan Administratif

Yaitu pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen.

(36)

21

Contoh jenis pelayanan ini misalnya : Sertifikat, izin-izin, rekomendasi, keterangan tertulis dan lain-lain.

b) Pelayanan Barang

Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung (sebagai unit atau sebagai individual) dalam satu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan listrik, pelayanan air bersih, dan pelayanan telpon.

c) Jenis Pelayanan Jasa

Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnva. Pengoperasiannya berdasarkan satu sistem pengoperasian tertentu dan pasti, produk akhimya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan angkutan darat, laut, dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos, dan pelayanan pemadam kebakaran. (Kep. MENPAN No. 58/KEP/M. PAN/9/2002).

6. Indikator Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan tuntutan masyarakat agar kebutuhan mereka baik secara individu maupun sebagai kelompok terpenuhi. Karena itu dituntut

(37)

22

dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat. Menurut Tangkilisan (2005 : 219) indikator kualitas pelayanan yaitu:

a. Penampakan Fisik (Tangible) meliputi fasilitas operasional yang diberikan apakah telah sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan tugas.

b. Reliabilitas (Reliability) meliputi sejauh mana informasi yang diberikan kepada klien tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Responsivitas (Responsiveness) yakni daya tanggap prouder atau penyedia layanan dalam menanggapi komplain klien.

d. Kompetensi (Competence) meliputi bagaimana kemampuan petugas dalam melayani klien, apakah ada pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pegawai sesuai perkembangan tugas.

e. Kesopanan (Courtesy) yaitu sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada klien.

f. Kredibilitas (Credibility) meliputi reputasi kantor, biaya yang dibayarkan, dan keberadaan petugas selama jam kerja.

g. Keamanan (Security); apakah ada jaminan keamanan terhadap klien dalam mekanisme tersebut.

h. Akses (Akses) meliputi kemudahan informasi, murah dan mudah menghubungi petugas, kemudahan mencapai lokasi kantor, kemudahan dalam prosedur.

i. Komunikasi (Communication) meliputi bagaimana petugas menjelaskan prosedur, apakah klien segera mendapatkan respons jika terjadi kesalahan, apakah komplain dijawab dengan segera, apakah ada feedback.

(38)

23

j. Pengertian (Understanding the customer) mencakup pertanggungjawaban terhadap publik, mekanisme pertanggungjawaban kepada publik, apa saja yang dipertanggungjawaban kepada publik, bagaimana keterlibatan kelompok kepentingan lainnya dalam pengambilan keputusan (Sugen, 2016).

7. Dasar Hukum Pelayanan Publik

Melihat kondisi yang ada saat ini, semakin hari kebutuhan masyarakat semakin meningkat terutama akan pelayanan publik seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan publik di sisi lain aturan hukum dalam pelayanan publik juga semakin meningkat, hal ini mendorong pemerintah untuk pemerintah atau instansi-instansi terkait menyelenggarakan pelayanan publik untuk menerapkan dasar dan peranan hukum dalam meningkatkan pelayanan publik.

Dasar hukum pemberian pelayanan publik secara umum di atur dalam Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yaitu:

a) Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

b) Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik. c) Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan

(39)

24

d) Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

E. Konsep Adminduk Inklusif

Salah satu inovasi pemerintah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba ialah Administrasi Kependudukan Bagi Penyandang Disabilitas (Adminduk Inklusif) yang melibatkan langsung Dinas Sosial, PPDI, PMI Cabang Bulukumba dan Dinas Kesehatan, Adminduk Inklusif ini bertujuan untuk memberikan pelayanan tanpa diskriminatif untuk penyandang disabilitas yang membutuhkan kartu identitas sepertu kartu tanda penduduk atau pun kartu keluarga.

Inovasi ini bertujuan agar memenuhi standar pelayanan tanpa diskriminatif. Pelayanan dilakukan secara terpadu, berupa kemudahan akses perekaman biometrik KTP-el bagi penyandang disabilitas. Pelayanan yang mencakup pendataan, penjemputan dan pelayanan perekaman biometrik KTP-el. Pendataan di lakukan oleh Dinas Sosial, penjemputan di lakukan Oleh PPDI dan PMI Cabang Bulukumba. Pasca pelayanan, Dinas Kesehatan dan BPJS kemudian mengambil peran berupa rekomendasi dan penertiban kartu BPJS Kesehatan. Bagi penyandang disabilitas diberikan kemudahan layanan prima tanpa mengikuti antrian dan berkas persyaratan perekaman sebelumnya telah di verifikasi operator.

F. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran adalah penjelasan terhadap hal-hal yang menjadi objek permasalahan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka. Berdasarkan rumusan

(40)

25

masalah yang telah dipaparkan dalam penelitian ini, gambaran kerangka pikir yang terkait dengan inovasi pelayanan publik melalui Adminduk Inklusif yang memfokuskan inovasi yaitu memiliki kekhasan atau khusus, memiliki ciri atau unsur kebaruan, melalui program yang terencana dan inovasi yang dikeluarkan memiliki tujuan.

Dari uraian diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus pada penelitian ini yaitu bagaimana inovasi tersebut di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba dengan memfokuskan konsep inovasi melalui 4 konsep yaitu:

Inovasi Pelayanan Publik Adminduk Inklusif di Dinas Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba

Milles B, Matthew (dalam M. Tahir, 2017:16) memfokuskan inovasi :

1. Memiliki kekhasan 2. Memiliki ciri atau unsur

pembaharuan

3. Memiliki program yang terencana 4. Memiliki tujuan

Meningkatkan Pelayanan Publik Bagi Masyarakat Bulukumba

(41)

26 1. Memiliki Kekhasan

2. Memiliki ciri atau unsur pembaharuan

3. Dilaksanakan melalui program yang terencana 4. Memiliki tujuan

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Yang menjadi fokus penelitian ini yaitu melalui ciri-ciri inovasi yang memfokuskan dalam empat ciri yaitu:

a. Memiliki kekhasasan, yaitu suatu inovasi memiliki ciri khas dalam arti ide, program, tatanam, sistem inovasi Adminduk Inklusif termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.

b. Memiliki ciri atau unsur pembaharuan dari Adminduk Inklusif yaitu mempermudah perekaman e-ktp untuk penyandang disabilitas.

c. Memiliki program pelayanan publik yang terencana untuk masyarakat penyandang disabilitas melalui Adminduk Inklusif.

d. Inovasi yang dikeluarkan memiliki tujuan, yaitu pelayanan khusus bagi penyandang disabilitas agar lebih mudah dalam melakukan perekaman e-ktp.

Dengan tujuan pencapaian yang ingin dicapai dalam inovasi pelayanan Publik melalui Administrasi Kependudukan Bagi Penyandang Disabilitas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yaitu memberikan pelayanan yang dekat, cepat dan terdepan kepada masyarakat Bulukumba yang membutuhkan.

(42)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dilakukan di Kabupatan Bulukumba dengan memfokuskan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba yang terletak di jalan jalan Caile, Ujung Bulu Kota Bulukumba.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian di laksanankan selama 2 bulan dan berlangsung sejak tanggal 08 Juni sampai 08 Agustus 2020.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati. Dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai inovasi Administrasi Kependudukan Bagi Penyandang Disabilitas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan deskriptif yaitu penelitian yang menghasilkan data yang rinci dari suatu fenomena yang diteliti, Dengan bertujuan untuk mengumpulkan data dan mendapatkan informasi dan

(43)

28

dokumentasi mengenai inovasi layanan publik melalui Administrasi Kependudukan Bagi Penyandang Disabilitas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder pada hakikatnya pengertian keduanya sama-sama merupakan sumber data, namun berbeda cara memperolehnya. Berikut pengertian dari kedua sumber data, yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara ataupun hasil dari apa yang terjadi di lapangan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diperoleh dari orang kedua atau telah dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-laporan atau dokumen- dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian adalah ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di dasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai informan.

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan Purposive Sampling, artinya teknik penentuan sumber data mempertimbangkan terlebih dahulu, bukan di acak. Artinya menentukan informan sesuai dengan kriteria yang

(44)

29

terpilih yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No. Nama Jabatan Inisial Jumlah

1. Endang Muliani, S.Sos Kasi Inovasi Pelayanan EM 1 2. Hj. A. Sukmawati,

S.Sos.,MAP

Kabid Pemanfaatan Data dan Inovasi

Pelayanan

SW 1

3. Agus Salim Kahrir, S.Sos Kasi Informasi Administrasi Kependudukan

AS 1

4. Jumardi B Masyarakat HM 1

5. Muh. Ilham Masyarakat MI 1

Total Informan 5

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan "usaha untuk mengumpulkan data-data atau informasi yang berkaitan dengan yang ingin diteliti yang berupa fakta. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, maka digunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :

5. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian.

6. Interview atau wawancara mendalam (in depth interview) yaitu proses memperoleh informasi yang lebih mendalam untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab melalui tatap muka antara pewawancara dengan

(45)

30

responden atau informan penelitian tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

7. Studi pustaka, yaitu bersumber dari hasil bacaan buku-buku atau data terkait dengan topik penelitian. Ditambah penelusuran data online, dengan pencarian data melalui fasilitas internet.

8. Dokumentasi, yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara. Dalam penelitian jenis deskriptif, peneliti akan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014) memiliki 3 tahap yaitu :

1. Reduksi Data, yang diawali dengan proses perangkuman data dengan cara memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal yang penting. Dalam reduksi data peneliti menggolongkan, mengarahkan sehingga peneliti dapat membuang data yang tidak diperlukan.

2. Penyajian Data, dilakukan dengan mengategorikan dan menyusun kumpulan data atau informasi agar mendapatkan gambaran utuh untuk memudahkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data yang bisa dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya yang mudah dipahami.

(46)

31

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini pemikiran kembali yang melintasi dalam pemikiran peneliti pada suatu tinjauan ulang pada catatan atau melihat salinan suatu temuan yang disimpan dalam perangkat data yang berbeda.

G. Teknik Pengabsahan Data

Salah satu teknik untuk memeriksa keabsahan data yaitu Triangulasi. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektifitas (Sugiyono, 2014).

1. Validitas internal

Menurut Moloeng (2011) Penerapan kriteria ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi; pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti

Uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif antara lain dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck.

a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

(47)

32

pemah ditemui maupun yang baru. Sehingga, hubungan peneliti dengan narasumber akan terbentuk hubungan, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

b. Meningkatkan Ketekunan

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

d. Diskusi dengan teman sejawat

Peneliti melakukan diskusi dengan teman atau orang lain yang paham dengan data-data tersebut sehingga data menjadi semakin valid.

e. Analisis kasus negatif

Ketika peneliti menemukan adanya ketidaksesuaian pada data, maka dilakukan analisis ini, yang berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

(48)

33 f. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data basil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

g. Mengadakan membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya, tidak disepakati oleh pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. 2. Validitas ekstemal

Kriteria ini berbeda dengan validitas ekstemal dari nonkualitatif. Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh oleh sampel yang secara respresentatif mewakili populasi itu.

3. Reliabilitas

Uji rehabilitas dilaksanakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek apakah peneliti sudah cukup hati-hati, apakah peneliti membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, pengumpulan data, dan pengintepretasiannya.

(49)

34 4. Obyektifitas

Uji obyektifitas dilaksanakan dengan menganalisa apakah hasil penelitian disepakati banyak orang atau tidak. Penelitian dikatakan obyektif jika disepakati banyak orang.

(50)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba a. Geografis dan Administrasi

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak 153 Km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan). Kabupaten Bulukumba terletak antara 05020’ 05040’ LS dan 119058’ – 120028’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas yakni :

1) Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai; 2) Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone; 3) Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;

4) Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,7 km2 atau sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 (sepuluh) Kecamatan dan terbagi dalam 27 Kelurahan dan 109 Desa. Ditinjau dari segi luas Kecamatan Gantarang dan Kecamatan Bulukumpa merupakan dua wilayah Kecamatan terluas masing-masing seluas 173,51 km2 dan 171,33 km2 sekitar 30 persen dari luas Kabupaten. Kemudian disusul Kecamatan lainnya dan terkecil adalah Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat Kota Kabupaten dengan luas 14,4 km2 atau hanya

(51)

36 sekitar 1 persen.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 201549 No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%) Banyaknya Desa/Kelurahan Desa Kelurahan 1 Gantarang 173,51 15,03 17 3 2 Ujung Bulu 14,44 1,25 - 9 3 Ujung Loe 144,31 12,50 12 1 4 Bonto Bahari 108,60 9,41 4 4 5 Bonto Tiro 78,34 6,78 12 1 6 Herlang 68,79 5,96 6 2 7 Kajang 129,06 11,18 17 2 8 Bulukumpa 171,33 14,84 14 3 9 Rilau Ale 117,53 10,18 14 1 10 Kindang 148,76 12,88 12 1 Jumlah 1154,67 100 49 21

Sumber: Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019

Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada ketinggian 0 sampai 1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan tingkat kemiringan tanah umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat mengairi sawah seluas 23.365 Hektar. Curah hujannya rata-rata 152 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 10 hari per bulan.

(52)

37

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Bulukumba b. Kondisi Demografis

Penduduk Kabupaten Bulukumba Pada tahun 2019 tercatat sebanyak 410.485 jiwa yang tersebar di 10 (sepuluh) Kecamatan. Dari 10 kecamatan, Kecamatan Gantarang yang mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 74.061 jiwa. Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu periode 2015-2019 terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 2,9%. pada tahun 2015 berdasarkan hasil pengelolahan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba jumlah penduduk tercatat sebanyak 398.531 jiwa.

Tabel 4.2. Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas (km2) Kepadatan Penduduk 1 Gantarang 74.061 173,51 427 2 Ujung Bulu 52.832 14,44 3.659 3 Ujung Loe 41.114 144,31 285 4 Bonto Bahari 25.040 108,60 231 5 Bonto Tiro 22.075 78,34 282 6 Herlang 24.507 68,79 356

(53)

38 7 Kajang 48.411 129,06 375 8 Bulukumpa 52.059 171,33 304 9 Rilau Ale 39.473 117,53 336 10 Kindang 30.913 148,76 208 Jumlah 2019 410.485 1.154,67 355 2018 407.775 1.154,67 353 2017 404.896 1.154,67 350 2016 400.990 1.154,67 347 2015 398.531 1.154,67 345

Sumber: Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019

Gambar 4.2. Perkembangan Penduduk Kabupaten Bulukumba

Kepadatan penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2019 yaitu 355 jiwa per km2. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.659 jiwa per km2. Hal ini terjadi karena Kecamatan tersebut merupakan ibukota Kabupaten Bulukumba. Dilihat dari jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki yaitu 216.472 jiwa perempuan dan 194.013 jiwa laki-laki-laki-laki. Dengan demikian rasio jenis kelamin (perbandingan laki-laki dengan perempuan) adalah 90, yang berarti dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 90 orang penduduk laki-laki.

Perkembangan Penduduk 2019 2018 2017 2016 2015 420000 410000 400000

(54)

39

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2019

No Kecamatan Jenis Kelamin Rasio

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 1 Gantarang 35.423 38.638 0,92 2 Ujung Bulu 25.442 27.390 0,93 3 Ujung Loe 19.420 21.694 0,90 4 Bonto Bahari 11.382 13.658 0,83 5 Bonto Tiro 9.582 12.439 0,77 6 Herlang 11.113 13.394 0,83 7 Kajang 23.049 25.362 0,91 8 Bulukumpa 24.917 27.142 0,92 9 Rilau Ale 18.595 20.878 0,89 10 Kindang 15.090 15.823 0,95 Jumlah 194.013 216.472 0,90

Sumber: Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2019

2. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulukumba

a. Sekilas Tentang Terbentuknya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bulukumba.

(55)

40

Berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba nomor 1 tahun 2015 tentang Peubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba nomor 10 tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas yaitu melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azaz otonomi dan pembatuan bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berkoordinasi dengan pihak terkait, yang terdiri dari 10 kecamatan dan 136 desa/kelurahan di Kabupaten Bulukumba.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bulukumba telah berusaha meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat dan mengajak masyarakat agar tertib dalam administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. Hal ini digambarkan dalam motto Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, yaitu: Kalau Bukan Kita Siapa Lagi? Dan Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi?

b. Struktur Organisasi

Adapun stuktur organisasi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bulukumba yaitu sebagai berikut:

1) Kepala Dinas 2) Sekrtariat

a) Sub Bagian Perencanaan b) Sub Bagian Keuangan

(56)

41

c) Sub Bagian Umum & Kepegawaian 3) Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk

a) Seksi Identitas Penduduk

b) Seksi Pindahh Datang Penduduk c) Seksi Pendataan Penduduk 4) Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil

a) Seksi Kelahiran

b) Seksi Perkawinan & Perceraian

c) Seksi Perubahan Status Anak, Pewarganegaraan dan Kematian 5) Bidang Penglolaan Informasi dan Kependudukan

a) Seksi Sistem Informasi dan Kependudukan

b) Seksi Pengelohan dan Penyajian Data Kependudukan

c) Seksi Tata Kelola dan Sumber Daya Manusia Teknologi, Informasi, dan Komunikasi

6) Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayaan a) Seksi Kerjasama

b) Seksi Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan c) Seksi Inovasi Pelayanan

Adapun tugas pejabat masing-masing pejabat struktural sebagai berikut: 1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai rugas pokok membantu Bupati dalam mengkoordinasikan penyelenggaraan di bidang kependudukan dan pencatata sipil

(57)

42 Uraian tugas:

a. Mengkoordinasikan perumusan rencana strategi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

b. Menyelenggarakan kependudukan dan pencatatan sipil.

c. Melaksanakan pengendalian, penempatan dan pembinaan kepegawaian lingkup Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. d. Menyelenggarakan urusan umum Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil.

e. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah lingkup Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

f. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan.

g. Memantau dan mengevaluasi serta menilai pelaksanan tugas bawahan.

h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kepada bupati melalui sekretaris daerah.

i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atsan sesuai bidang tugassnya.

2. Sekretariat

Mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas mengkoordinasikan penyelenggaran kesekretariatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

(58)

43

a. Mengkooardinasikan penyusunan program dan kegiatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

b. Melaksanakan pelayanan kesekretariatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

c. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan penyelenggaraan urusan kesekretariatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi berkala pelaksanaan kegiatan kesekretariatan.

e. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan kepada bawahan.

f. Memantau dan mengevaluasi serta menilai pelaksana tugas bawahan. g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.

h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.

3. Sub Bagian Perencanaan

Mempunyai tugas pokok membantu sekretariat dalam menyusun program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Uraian tugas:

(59)

44

b. Menyusun pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

c. Melaksanakan pengelolaan kependudukan dan pencatatan sipil. d. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

pada bawahan

e. Menantau dan mengevaluasi pelaksanaan program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas pada atasan.

g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Sub Bagian Keuangan

Mempunyai tugas pokok membantu sekretaris dalam menysun program kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Uraian tugas:

a. Menyusun program dan kegiatan sub bagian keuangan.

b. Menyusun pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

c. Melaksanakan pengelolaan keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

d. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas pada bawahan.

(60)

45

e. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan keuangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas pada atasan.

g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas pokok membantu sekretariat dalam menyusun program, kegiatan, petunjuk teknis, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan umum dan kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Uraian tugas:

a. Menyusun Program dan kegiatan sub bagian umum dan kepegawaian.

b. Menyusun pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan urusan umum dan kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

c. Melaksanakan pengelolaan urusan umum dan kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

d. Mendistribusikan tugas dan petunjuk pelaksanaan tugas bawahan. e. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan umum dan

kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

f. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

(61)

46

g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas pada atasan. 6. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk

a. Mengkoordinasikan Penyusunan program dan kegiatan bidang pelayanan pendaftaran penduduk

b. Melaksanakan pengelolaan bidang pelayanan pendaftaran penduduk. c. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan

pelayanan pendaftaran penduduk.

d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi berkala pelaksanaan kegiatan pelayanan pendaftaran penduduk.

e. Menilai pelaksanaan tugas bawahan.

f. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan. 7. Bidang Pencatatan Sipil

a. Mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan bidang pencatatan sipil.

b. Melaksanakan pengelolaan bidang pencatatan sipil. c. Merumuskan pengelolaan bidang pencatatan sipil.

d. Menyusun pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan pencatatan sipil.

e. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas bawahan.

f. Memantau dan mengevaluasi serta menilai pelaksanaan tugas bawahan.

Gambar

Tabel 3.1 Informan Penelitian .............................................................................30  Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kec
Gambar 2.1   Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Informan Penelitian
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten  Bulukumba Tahun 201549  No  Kecamatan  Luas  (km2)  Persentase (%)  Banyaknya  Desa/Kelurahan  Desa  Kelurahan  1  Gantarang  173,51  15,03  17  3  2  Ujung Bulu  14,44  1,25  -  9  3  Ujung Loe  144,3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku optimisme hidup sehat yang dimiliki kedua subjek yakni memiliki ciri-ciri mampu mencari pemecahan sebagian

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan prinsip pelayanan prima di Kantor SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap) Kota Makassar sudah

Tabel 26 menunjukkan bahwa pada kinerja kepala sekolah dalam menangani efektivitas pemanfaatan dana bantuan operasional sekolah dalam pengadaan fasilitas sekolah

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pengelolaan Urbanisasi Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, dimana ada empat indikator dalam pengelolaan tersebut yang

Kedua, pada indikator kolaborasi BAWASLU Kota Makassar melakukan upaya pencegahan konflik dengan dibahas dan diselesaikan secara bersama-sama dan menciptakan solusi

Dalam kinerja pegawai di Dinas Pekerjaan Umum memperhatikan beberapa indikator kinerja yaitu, Tujuan menunjukkan arah kemana kinerja harus dilakukan, Standar

Hasil dari rata-rata tersebut yaitu dapat di simpulkan bahwa indikator Sistem ISO di Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar masuk dalam kategori “baik” artinya berpengaruh terhadap

Gambaran inovasi pemerintah daerah dalam program inovasi Brigade Siaga Bencana di Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada: (1) layanan terintegrasi di mana tersedianya layanan