• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Mutu Pembelajaran PAI H. Odik Sodikin, M. Pd.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Mutu Pembelajaran PAI H. Odik Sodikin, M. Pd."

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MANAJEMEN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentauk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

MANAJEMEN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS)

(5)

Pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS)

Copyright ©2020,

H. Odik Sodikin, M. Pd.

Diterbitkan pertama kali oleh CV Amerta Media

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Hak penerbitan pada Penerbit Amerta Media

Dilarang mengutip atau memperbayak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit

Anggota IKAPI

Cetakan Pertama: Mei 2020 15 cm x 23 cm

ISBN: 978-623-93687-3-9 Penulis :

H. Odik Sodikin, M. Pd.

Editor : Aan Herdiana, M.Sos Tegar Roli A., M.Sos

Desain Cover : Adji Azizurrachman

Tata Letak : M. Rifki Fathur Rizqi, S.Sos

Diterbitkan Oleh : CV. Amerta Media NIB. 0220002381476 NP. 202003-1708-4520-1345-639 Email : mediaamerta@gmail.com Website: www.penerbitbuku.id Whatsapp : 081-356-3333-24

Isi di luar tanggung jawab penerbit Amerta Media Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KdT)

MANAJEMEN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pendekatan Science, Environment, Technology, Society (SETS) Penulis : H. Odik Sodikin, M. Pd.

Editor - Aan Herdiana, Tegar Roli A

(6)
(7)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat harus diimbangi dengan perkembangan mutu pembelajaran pada dunia pendidikan. Mutu pembelajaran menjadi rendah ketika pendidik hanya terpaku pada bahan ajar yang konvensional tanpa adanya kreativitas untuk mengembangkan bahan ajar tersebut secara inovatif (Prastowo, 2014:19). Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kemendikbud telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah (Puskur Balitbang, 2010).

Dalam pengembangan pendidikan karakter, materi pembelajaran dipahami sebagai integrasi pesan atau alat, yaitu sebagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan individu. Pendidikan harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan bagaimana cara menggunakannya untuk memecahkan masalah kehidupan dengan arif, kreatif, dan bertanggung jawab (Kemendiknas, 2010).

Berbicara mengenai pendidikan agama Islam, mata pelajaran ini harus memberikan dampak signifikan untuk mencerdaskan watak bangsa dengan pembentukan nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Langkah ini merupakan upaya

(8)

tidak sesuai jika dibandingkan dengan perilaku di lingkungan nyata. Namun pada kenyataannya pendidikan agama Islam saat ini lebih dikesampingkan dibandingkan dengan pengaruh lingkungannya yang terkadang lebih banyak ke arah negatif. Dampaknya dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya untuk beribadah semakin menurun.

Tujuan pendidikan agama Islam di Indonesia adalah untuk menumbuhkan, meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam berbagai aspek dan bidang guna mengisi kehidupan sehari-hari untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, pendidikan agama Islam selama ini lebih mengedepankan aspek hafalan atau pengetahuan dari pada nilai-nilai yang bersifat penghayatan dan pengamalan tanpa melibatkan seluruh komponen kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Mei 2020

(9)

Cover ... i

Halaman Judul ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I– PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 - KONSEP MANAJEMEN ... 5

BAB 3 - PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)... 13

BAB 4 - MUTU PEMBELAJARAN ... 19

BAB 5 - PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... 23

BAB 6 - MANAJEMEN PENDEKATAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY SETS DALAM PEMBELAJARAN PAI ... 81

BAB 7 - MANAJEMEN PENDEKATAN SETS UNTUK MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PAI Studi di SMK Negeri 10 Kota Bandung dan SMK Negeri 14 Kota Bandung ... 103

BAB 8 - MANAJEMEN PENDEKATAN SETS : SEBUAH REFLEKSI ... 167

BAB 9– PENUTUP ... 187

Tentang Penulis ... 193

(10)
(11)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat harus diimbangi dengan perkembangan mutu pembelajaran pada dunia pendidikan. Mutu pembelajaran menjadi rendah ketika pendidik hanya terpaku pada bahan ajar yang konvensional tanpa adanya kreativitas untuk mengembangkan bahan ajar tersebut secara inovatif (Prastowo, 2014:19). Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kemendikbud telah melakukan program pencanangan pendidikan karakter secara nasional pada tanggal 2 Mei 2010. Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah (Puskur Balitbang, 2010).

Dalam pengembangan pendidikan karakter, materi pembelajaran dipahami sebagai integrasi pesan atau alat, yaitu sebagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan individu. Pendidikan harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan bagaimana cara menggunakannya untuk memecahkan masalah kehidupan dengan arif, kreatif, dan bertanggung jawab (Kemendiknas, 2010).

(12)

watak bangsa dengan pembentukan nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Langkah ini merupakan upaya perbaikan moral melalui pendidikan. Pendidikan moral yang diajarkan dalam pendidikan agama dianggap sebagai teori yang tidak sesuai jika dibandingkan dengan perilaku di lingkungan nyata. Namun pada kenyataannya pendidikan agama Islam saat ini lebih dikesampingkan dibandingkan dengan pengaruh lingkungannya yang terkadang lebih banyak ke arah negatif. Dampaknya dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya untuk beribadah semakin menurun.

Tujuan pendidikan agama Islam di Indonesia adalah untuk menumbuhkan, meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam berbagai aspek dan bidang guna mengisi kehidupan sehari-hari untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, pendidikan agama Islam selama ini lebih mengedepankan aspek hafalan atau pengetahuan dari pada nilai-nilai yang bersifat penghayatan dan pengamalan tanpa melibatkan seluruh komponen kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Fungsi pendidikan agama Islam pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu sendiri sangatlah penting. Karena pada saat ini peserta didik sedang menghadapi berbagai aliran sesat dan dekadensi moral. Mereka juga merupakan sasaran dari kebudayaan asing yang menyesatkan dan dapat mempengaruhi kebudayaan bangsa. Melalui pendidikan agama Islam harapannya adalah dapat membentengi dan memelihara dari kekeliruan dan penyimpangan. Pendidikan agama Islam dapat membuka pengetahuan dan pemahaman mereka mengenai perbuatan yang baik dan benar.

Guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran

(13)

Penggunaan model, metode dan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dan dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga kurang memotivasi siswa untuk belajar. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong terjadinya pembaharuan dalam berbagai bidang pendidikan. Pembelajaran pada kelompok kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berfikir, dan analisis siswa. Hal ini berarti siswa tidak lagi sebagai penerima informasi yang pasif, melainkan menjadi siswa yang selalu aktif dan kreatif.

Salah satu cara agar pembelajaran PAI mudah terserap dan diaplikasikan adalah dengan menggunakan pendekatan. Secara umum ada dua jenis pendekatan, pendekatan yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Priya, pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan berorentasi pada siswa menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Selain itu hasil penelitian Wahyu Karyati menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa. Kedua hal ini menunjukan bahwa pendekatan pembelajaran dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dengan indikator pencapaian pembelajaran agar dapat menguasai, memahami dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology and Society), pendekatan ini dapat melatih siswa untuk berpikir secara global, memecahkan masalah dengan menerapkan konsep-konsep yang dimiliki dari berbagai ilmu terkait.

(14)
(15)

A. PENGERTIAN MANAJEMEN

Secara sistematis manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, mengendalikan,

menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan, melaksanakan dan memimpin. Kata “management” berasal dari bahasa latin “mano” yang berarti tangan, kemudian menjadi

manus” berarti bekerja berkali-kali menggunakan tangan,

ditambah imbuhan “agree” yang berarti melakukan sesuatu sehingga menjadi “managiare” yang berarti melakukan sesuatu

berkali-kali dengan menggunakan tangan (Ara Hidayat, 2010: 1). Ramayulis menyatakan pengertian yang sama dengan manajemen adalah al-tadbir (pengaturan) yang banyak tercantum dalam al-Qur’an surah as-Sajdah ayat 5 yang berbunyi:

ُُرِّ بَدُي

َُرأمَ ألْٱ

َُنِّم

ُِّءٓاَمَّسلٱ

ىَلِّإ

ُ ِّض أرَ ألْٱ

َُّمُث

ُُج ُرأعَي

ُِّهأيَلِّإ

ىِّف

ُ م أوَي

َُناَك

ُٓۥُه ُراَدأقِّم

َُفألَأ

ُ ةَنَس

اَّمِّ م

َُنوُّدُعَت

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitungan”.

(16)

para ahli masih berbeda pandangan dalam mendefinisikan manajemen. Menurut Hersey dan Blanchard, manajemen merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan. Stoner berpendapat, manajemen merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 86)

Menurut Sudjana manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011: 87).

Henry L. Sisk dalam bukunya Principles of Management, menjelaskan “management is the coordination of all resources through the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives” (Henry, 1969: 10). Definisi tersebut mengandung makna manajemen adalah mengkoordinasikan semua sumber-sumber melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan dalam ketertiban untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen merupakan suatu kegiatan yang memiliki target dan tujuan dengan menggunakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien.

(17)

pendidikan sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses penerapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Dalam konteks pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan atau metode pengajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses perencanaan dilaksanakan dengan cara kerja sama, maksudnya mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap perencanaan. Menurut Hoyle bahwa sangat perlu bagi seorang pengajar atau personel lain yang berkepentingan dengan tujuan sekolah dilibatkan dalam perencanaan, karenanya masyarakat sekolah bertanggung jawab atas perencanaan yang telah ditetapkan.Untuk membangun kerjasama yang baik dan perencanaan yang tepat diperlukan personel yang berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidang perencanaan agar dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dikerjakan.

Gofrey mengatakan “The planning process must move away from being based solely on the input dimension of plans. emphasis should be placed on collating output data, on the relationship between inputs and outputs and. most importantly, on the actually happening in the classroom”(Godfrey, 2002: 151). Artinya proses perencanaan harus bergerak jauh dari yang hanya didasarkan pada dimensi masukan rencana. Penekanan harus ditempatkan pada

(18)

kelas. Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar para peserta didik. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Sagala berpendapat perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi:

a) Menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran.

b) Membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran.

c) Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,dan pengawasan dapat diimplementasikan dengan baik dan benar dalam program pembelajaran.

d) Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

e) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitandengan pembelajaran kepada pihak- pihak yang berkepentingan.

Dalam implementasinya, fungsi perencanaan dalam kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan dengan sejumlah indikator mengenai perencanaan pembelajaran yang mencakup penyusunan kegiatan, penetapan dan pembatasan tujuan, pengembangan strategi, pengumpulan data dan informasi pendukung pembelajaran, dan pengomunikasian rencana-rencana pembelajaran tersebut kepada pihak

(19)

(RPP) dinyatakan dengan sejumlah komponen, yaitu tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Rencana pembelajaran sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan proyeksi mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik terutama dalam kaitanya dengan pembentukkan karakter dan kompetensi. Rencana pembelajaran sebagai SOP guru profesional sedikitnya memiliki dua fungsi utama, yakni fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran (Mulyasa dkk, 2016: 36).

2) Pelaksanaan (Actuating)

Fungsi manajemen lainnya dalam pembelajaran adalah pelaksanaan. Penerapan fungsi pelaksanaan dalam pembelajaran, meliputi:

a) Menyusun kerangka waktu dan biaya yang diperlukan baik untuk institusi maupun pembelajaran secara rinci dan jelas. b) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam

melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan. c) Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik ke arah

pencapaian tujuan.

d) Membimbing, memotivasi, dan melakukan supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru, membimbing, memotivasi, dan memberi tuntunan atau arahan yang jelas oleh guru terhadap pelayanan belajar kepada peserta didik.

Hubungan guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran, menempatkan guru pada sisi strategis sebagai manajer pembelajaran dengan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran, seperti adanya tujuan yang ingin dicapai, bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi, pelajar yang aktif mengalami, guru yang

(20)

serta adanya penilaian terhadap hasil belajar (Sagala, 2012: 146).

3) Evaluasi (Evaluating)

Menurut Bloom, evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan. Sedangkan menurut Stuffle, evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan (Daryanto, 2001: 1-2). Sedangkan menurut Nanang Fattah (2011: 3), evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap berbagai kegiatan serta menilai sejauh mana usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah suatu konsep luas yang dapat diterapkan pada manusia, benda, organisasi. Menurut Anthony, yang dimaksud pengawasan ialah memastikan agar anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki dengan cara mengumpulkan, menganalisis, dn mengevaluasi informasi serta memanfaatkannya dalam mengendalikan organisasi tersebut. Dalam konteks pembelajaran, pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah terhadap seluruh kelas apakah terjadi kegiatan belajar mengajar. Kemudian mengawasi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran apakah dengan sungguh-sungguh memberikan pelayanan kebutuhan pembelajaran. Pengawasan dalam perencanaan pembelajaran meliputi:

a) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan rencana pembelajaran

(21)

pembelajaran dan sasaran-sasaran.

c) Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan baik institusi satuan pendidikan maupun proses pembelajaran (Sagala, 2012: 147).

(22)
(23)

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SETS

Pendekatan pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dalam pengolahan pesan/materi sehingga tercapai sasaran belajar. Pendekatan SETS ini memadukan pemikiran STS (Science, Technology and Society) dan EE (Enviroment Education) dengan memberikan filosofi baru di dalamnya. (Hanayah, dkk, 2013: 58) mengemukakan bahwa urutan singkatan SETS membawa pesan untuk menggunakan sains (S) terbentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental.

Istilah Science Environment Technology and Society (SETS) dikembangkan dari suatu pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM). Esensi dari pendekatan STS dan SETS sebenarnya sama, yang membedakan hanya pada SETS terdapat bahasan dari segi lingkungan. Pada bahasan pendekatan STM, lebih menekankan pada dampak perkembangan sains dan teknologi bagi masyarakat. Lingkungan sebenarnya terkait dalam istilah tersebut, tetapi yang merasakan

PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT,

TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS)

(24)

Makna SETS menurut Nur Khasanah (2018: 271) merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar peserta didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar peserta didik atau konsep-konsep rumit sains maupun non sains.

Pendekatan SETS bertujuan untuk memberikan pembelajaran sains secara kontekstual, peserta didik dibawa ke dalam situasi untuk memanfaatkan konsep sains dalam bentuk teknologi bagi kepentingan masyarakat, dan diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang terjadi akibat proses transfer sains tersebut dalam bentuk teknologi, menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibahas dengan unsur-unsur lain dalam SETS. Peserta didik dapat diajak membahas SETS dari berbagai macam arah berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik (Nuryanto dan Binadja, 2010: 553).

B. HAKIKAT DAN TUJUAN PENDEKATAN SETS

Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik peserta didik maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu

(25)

Ahmad Binadja menyebutkan tujuan pendekatan SETS adalah sebagai berikut:

1) Lebih menekankan untuk memperoleh kegiatan pembelajaran dan bukan pengajaran;

2) Memperoleh dorongan dan menerima inisiatip serta otonomi; 3) Memperhatikan peserta didik sebagai makhluk hidup yang

memiliki keinginan dan tujuan;

4) Mengambil berat peranan pengalaman peserta didik dalam proses pembelajaran;

5) Memperoleh bimbingan untuk mengembangkan rasa ingin tahu terhadap alam dan segala hal;

6) Pendidikan memperhatikan model dan mental peserta didik; 7) Menekankan perlunya atau pentingnya kinerja dan

pemahaman ketika memulai pembelajaran;

8) Mendorong peserta didik untuk melibatkan diri dalam perbincangandengan guru dan sesama pelajar secara bersanma (cooperative);

9) Melibatkan peserta didik dalam situasi yang sebenarnya; 10) Mempertimbangkan keyakinandan sikap peserta didik; C. CIRI-CIRI PENDEKATAN SETS

1) Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibahas dalam SETS yang mempengarui berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.

2) Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi, lingkungan dan masyarakat

3) Siswa dapat diajak berpikir kontruktivisme tentang SETS dari berbagai macam arah tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.

(26)

berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal-hal bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat. Membicarakan unsur-unsur SETS secara terpisah berarti perhatian khusus sedang diberikan pada unsur SETS tersebut. Dari unsur ini selanjutnya dicoba untuk menghubungkan keberadaan konsep sains dalam semua unsur SETS agar bisa didapatkan gambaran umum dari peran konsep tersebut dalam unsur-unsur SETS yang lainnya.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SETS DALAM PEMBELAJARAN

1. Kelebihan

Nono Sutanto (2007: 36) mengemukakan mengenai kelebihan pendekatan SETS dalam pembelajaran, antara lain:

a) Peserta didik memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki.

b) Melatih peserta didik peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka.

c) Peserta didik memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.

2. Kekurangan

a) Peserta didik mengalami kesulitan dalam menghubungkan antar unsur-unsur dalam pembelajaran.

(27)

c) Pendekatan SET hanya dapat diterapkan di kelas atas. F. LANGKAH-LANGKAH PENDEKATAN SETS DALAM

PEMBELAJARAN

1. Dalam pembelajaran, SETS tentunya pendekatan yang paling sesuai ialah pendekatan SETS itu sendiri. Adapun ciri-ciri pendekatan SETS adalah sebagai berikut:

a) Guru tetap memberi pelajaran sains

b) Peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.

c) Peserta didik diminta untuk berfikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentrasferan sains tersebut ke bentuk teknologi.

d) Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsure sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.

e) Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan mamfaat atau kerugian daripada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi.

f) Dalam konteks kontruktivisme, peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik yang bersangkutan. 2. Penerapan pendekatan SETS dalam pembelajaran. Maksudnya dalam pembelajaran dengan pendekatan SETS peserta didik diminta menghubungkan antara unsur SETS. Artinya peserta didik menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga kemungkinan peserta didik memperoleh gambaran yang

(28)

kekurangannya (Nono Sutanto,2007: 30).

(29)

Mutu secara bahasa adalah suatu benda atau keadaan yang lebih mengarah kepada sesuatu yang baik (Glaser, 1982: 36). Secara Umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan mutu mencakup input, proses dan out put pendidikan (Nanang Hanafiah, 2009, dkk: 83).

Sedangkan pembelajaran mengandung makna proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah upaya membelajarkan peserta didik (Uno Hamzah, 2008: 46). Pembelajaran merupakan proses yang sangat vital dalam mencerdaskan kehidupan manusia. Tanpa adanya pembelajaran, guru tidak akan dapat mengarahkan para peserta didik menemukan pengetahuan, mengembangkan sikap positif, dan melatih potensi psikomotoriknya. Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komuni kasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Mutu pembelajaran merupakan refleksi kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya (Dadang Suhardan, 2010:20).

(30)

dengan kualitas ataupun keunggulan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, ditandai dengan kualitas atau lulusan atau output institusi pendidikan atau sekolah.Mutu pembelajaran dapat ditentukan oleh tiga variabel, yaitu budaya sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah (Sagala, 2012 : 132). Kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang dilakukan oleh guru ataupun peserta didik dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Pada saat guru mengajar di dalam kelas, tahapan pembelajarannya dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran itu sendiri. Kebiasaan di sekolah dapat terbentuk pada saat peserta didik mulai mengenal lingkungan sekolah, dan akan menjadi kebiasaan pada tahun ajaran berikutnya. Hal ini dapat terjadi hampir setiap tahun dalam ajaran baru. Kebiasaan ini nantinya secara terus menerus akan mempengaruhi semua warga di sekolah. Karakteristik peserta didik yang terbentuk dengan baik akan meningkatkan mutu sekolah, akan tetapi apabila karakteristik yang terbentuknya kurang baik maka akan menghambat peningkatan mutu sekolah. Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk karakteristik baik untuk peserta didik.

Karaketeristik peserta didik harus dijadikan acuan dalam revolusi dan inovasi pembelajaran sehingga dapat mengarah pada pembentukkan pribadi peserta didik yang memiliki kecakapan hidup, berani, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan berbagai masalah hidup dan kehidupan dengan mencari, memilih, dan menemukan setiap pemecahan masalah yang dihadapi (Mulyasa, dkk, 2017 : 13).

Hamalik (2014: 57) menyebutkan pembelajaran suatu kombinasi yang tersusun dan diliputi oleh faktor-faktor manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan tata cara yang saling mempengaruhi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Mengenai kualitas pembelajaran Mulyono (2009: 29) berpendapat konsep kualitas pembelajaran mengandung lima pengantar, yaitu

(31)

menciptakan iklim yang kondusif agar peserta didik termotivasi dalam menggali pengalaman dan interpretasi makna serta menghargai adanya perbedaan objek yang dikaji. Penerapan teori ini dapat mendorong peserta didik dalam belajar lebih bergairah dan potensi untuk dirinya sendiri (Mulyasa, 2017: 20).

Lebih lanjut Mulyasa berpendapat bahwa pembelajaran yang mengacu kepada aliran kontruktivisme ditandai dengan beberapa hal berikut:

a) Kegiatan pembelajaran lebih mengutamakan aktivitas peserta didik daripada aktivitas guru

b) Pembelajaran mempertimbangkan konsepsi utama peserta didik yang dibawa ke dalam aktivitas belajar sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran

c) Materi pembelajaran diangkat dari pengalaman dan lingkungan peserta didik

d) Kurikulum dipandang sebagai rangkaian tugas dan strategi pelaksanaan pembelajaran

e) Peserta didik aktif dengan potensi dirinya yang terintegrasi dalam pembelajaran untuk membangun makna yang berlangsung secara personal dan sosial

Proses pembelajaran di sekolah harus diselenggarakan secara menyenangkan, mengikuti perkembangan jaman, menciptakan inovasi, dan dapat memotivasi peserta didik untuk menemukan sendiri kreativitas masing-masing anak yang disesuaikan dengan bakat dan minat mereka, serta perkembangan psikologis. De Porter, dkk, dalam Mulyasa (2017: 21-22) mengidentifikasi beberapa indikator pembelajaran yang menyenangkan yang menimbulkan prakarsa mempelajari cara belajar sebagai berikut:

a) Interaksi pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar b) Pembelajaran saintifik yang menjalin sikap saling pengertian,

(32)

c) Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menakjubkan selama pembelajaran dengan nyata dan alami d) Adanya perasaan saling memiliki selama pembelajaran

e) Adanya keteladanan dari berbagai komponen yang terlibat dalam pembelajaran.

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (under pressure) (Mulyasa, 2006 : 194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban baik guru maupun siswa dalam proses pembelajaran (Rusman, 2016 : 326).

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa pembelajaran dianggap bermutu atau berkualitas apabila peserta didik senang, terbentuk perilaku yang baik, dan kemampuan dalam keterampilan dapat berkembang. Efektivitas dalam pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya suatu tujuan. Pengertian ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tersusun secara teratur, berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar, kebutuhan pembelajar, kejelasan akantujuan, bertolak dari kemampuan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah).[]

(33)

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani

yang terdiri dari kata “Pais” artinya seseorang, dan “again

diterjemahkan membimbing (Abu Ahmadi, 1991: 69). Jadi pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang. Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama (Zuhaerini, 2004: 1).

Dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah (Hery Nur Aly, 1999: 3). Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata, raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al-rabb juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti

(34)

angsur (Hery, 1999: 4).

Pengertian pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: 1) Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, 2) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran agama Islam (Muhaimin, dkk, 2001: 75-76).

Adapun secara definitif, pengertian pendidikan agama Islam para ahli mengemukakan dengan beraneka ragam pengertian, diantaranya:

1) Tayar Yusuf (1986, 35) mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah (Abdul Majid, dkk, 2004: 130).

2) Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat (Zuhaerini, 2004: 11).

3) Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

(35)

perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikanajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya (Zakiah Darajat, dkk, 1992: 28)

Dari definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik pendidikan agama Islam sebagai berikut: 1) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan, latihan,

pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik.

2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis, kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik.

3) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai oleh nilai-nilai Islam.

4) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas dari pengawasan sebagai proses evaluasi.

B. DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1) Dasar Religius

اوُلِمَع َو

ا ْوُنَمٰا

ََنْيِذَّلا

ََّلِّا

٢

َ رْسُخ

َْيِفَل

ََناَسْنِ ْلّا

ََّنِا

١

َ ِرْصَعْلا َو

٣

-

َِرْبَّصلاِب

ا ْوَصا َوَت َو

ە

َِ قَحْلاِب

ا ْوَصا َوَت َو

َِت ٰحِلّٰصلا

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar

(36)

2) Dasar Yuridis

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia yang secara langsung atau tidak dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama, antara lain:

a) Dasar Ideologi

Dasar ideologi pendidikan agama Islam di negera Indonesia yakni pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara berarti setiap warga negara Indonesia harus berjiwa Pancasila di mana sila pertama ke-Tuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan menjadi sumber pelaksanaan sila-sila yang lain. Sedangkan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara”.

Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pengertian pendidikan secara umum adalah usaha sadar yang dilakukan si pendidik, atau orang yang bertanggung jawab untuk (membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, dan memelihara) mamajukan pertumbuhan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

(37)

Yakni yang termaktub dalam UUD 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

(1)Negara berdasarkan atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa (2)Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

UUD 1945 di atas mengandung makna bahwa negara Indonesia memberi kebebasan kepada sesama warga negaranya untuk beragama dengan mengamalkan semua ajaran agama yang dianut.

c) Dasar Operasional

Dasar operasional ini merupakan dasar yang secara langsung melandasi pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagaimana UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan bagaimana kejelasan konsep dasar operasional ini, akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kurikulum pendidikan dan dinamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan bisanya berubah setiap kali ganti Menteri Pendidikan Nasional dan Presiden serta akan selalu mengkondisikan terhadap perkembangan IPTEK internasional.

C. TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Jika kita melihat kembali pengertian pendidikan agama Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian

seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan dapat hidup

(38)

Pendidikan Agama Islam yaitu: 1. Tujuan Umum (Institusional)

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Bantuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.Tujuan umum pendidikan harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikanIslam itu digunakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional.

2. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya tedapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam akan dapat lebih dipahami dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Imran: 102:

(39)

ُArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah

sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.

(QS. Al-Imran: 102). 3. Tujuan Instruksional

Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah seseorang diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola waktu sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sementara, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi seseorang didik.

4. Tujuan Operasional

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang hendak dicapai dengan kegiatan tertentu. Dalam tujuan operasional ini peserta didik dituntut dituntut untuk menampilkan kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan daripada sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, menyakini dan menghayati adalah soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah seperti bacaan salat, tingkah laku dan akhlak. (Zakiah Darajat, 1992 : 30)

(40)

curriculum yang berarti bahan pengajaran yang dalam bahasa Perancisnya yaitu icourier artinya berlari (Abudin Nata, 1997: 123). Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang yang memiliki anatomi tertentu. Unsur utama dari kurikulum adalam tujuan, isi, materi, proses dan sistem penyampaian melalui media serta evaluasi dalam mencapai tujuan tertentu (Mida latifatul, 2013:109).

Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan kesinambungan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Pengembangan kurikulum 2013 dilandasi oleh Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Widyastono, 2013: 117). Adapun karakter kurikulum 2013 diantaranya:

1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual, sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, dan kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomoto.

2) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

Dengan adanya kurikulum 2013 untuk menyempurnakan pola pikir yakni pembelajaran yang terpusat kepada peserta didik yang aktif dan kritis sehingga guru harus lebih kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran.

Pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui komptensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi

(41)

yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran dan penilaian. Tujuan kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sejati sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kurikulum 2013 telah memuat beberapa perubahan, khususnya mata pelajaran pendidikan agama Islam dan pembelajarannya. Pertama, adanya penambahan jam pelajaran pada pendidikan agama Islam yang pada kurikulum 2006, PAI hanya 2 jam per minggu sedangkan pada kurikulum 2013 mengalami penambahan menjadi 3 jam per minggu. Meskipun penambahan itu juga sebagai akibat adanya transformasi dari istilah mata pelajaran yang semula hanya pendidikan agama Islam, sekarang menjadi pendidikan agama Islam dan budi pekerti (Trianto, diakses pada 05 November 2018)

Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai bagian dari kurikulum 2013 memiliki peran yang sangat penting berkenaan dengan pendidikan karakter sebagai tujuannya (Mujtahid diakses pada tanggal 08 November 2018). Sebagai integrator, PAI menghimpun kompetensi pengetahuan, sistem nilai, dan kompetensi keterampilan yang diaktualisasikan dalam sikap atau watak Islam. Perbedaan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 terdapat pada pemakaian istilah Kompetensi Inti (KI) sebagai pengganti Standar Kompetensi (SK). Artinya PAI diajarkan sebagai satu kesatuan dan tidak dipilah persemester akan tetapi pertahun. Pelaksanaan evaluasi semester diserahkan kepada sekolah untuk mengaturnya. Setiap kelas terdiri dari empat KI yang kemudian dijabarkan dalam KD.

(42)

integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual

2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti sikap

pengetahuan

4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti sikap keterampilan

KI-1 merupakan pengalaman core mapel dalam kehidupan sehari-hari, KI-2 diamalkan dalam hubungannya dengan sesama manusia, KI-3 dan KI-4 sudah jelas. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi inti dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri-ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi inti dijabarkan melalui kompetensi dasar yang dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1) Kelompok 1 : Kelompok kompetensi dasar sikap

spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1

2) Kelompok 2 : Kelompok kompetensi dasar sikap

spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-2

3) Kelompok 3 : Kelompok kompetensi dasar sikap

spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-3

4) Kelompok 4 : Kelompok kompetensi dasar sikap

spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-4

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menumbuhkan kegiatan peserta

(43)

dan mentransformasikan informasi komplek, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi kemampuan yang sesuai dengan lingkungan masyarakat zaman sekarang. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada peserta didik. Guru sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya (Widyastomo, 2013:194)

Mars mengemukakan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan guru, dan dukungan internal yang datang dari dalam diri guru itu sendiri. Guru menempati kedudukan sentral yang sangat menentukan. Ia harus mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum yang kemudian mentransformasikannya terhadap nilai-nilai tersebut kepada peserta didik melalui proses pembelajaran di sekolah. Pemerintah dan masyarakat sedang berjuang menciptakan standarisasi kualifikasi formal guru lewat aneka program pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi (Joko Susilo, 2007:122).

Kurikulum 2013 memperkenalkan pendekatan baru dalam proses pembelajaran PAI yaitu dengan memperkenalkan pendekatan saintifik yang lebih dikenal dengan istilah pendekatan keterampilan sains (Trianto diakses pada 08 November 2018). Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan berkembangnya kecakapan berfikir sains, sence of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. (Alfred De Vito, 1989). Proses ini merubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses. Oleh

(44)

kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. Pendekatan saintifik perlu diterapkan dalam pembelajaran berbasis penelitian. Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual baik individu maupun kelompok, maka sangat diharapkan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (projek based learning), atau yang lainnya seperti inquiry learning dan discovery learning (Urif diakses pada 08 November 2018).

Sejalan dengan pembahasan kurikulum 2013 PAI terebut di atas, maka KI dan KD dan Kurikulum PAI SMK kelas XI Alokasi waktu 3 jam pelajaran/minggu sebagai berikut:

(45)
(46)
(47)

Kompetensi Dasar Pembelajara n Kegiatan Pembelajaran 1.1 Terbiasa membaca al-Qur’an dengan meyakini bahwa taat pada aturan, kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja sebagai perintah agama 2.1 Bersikap taat aturan, tanggung jawab, kompetiti f dalam kebaikan dan kerja keras sebagai implemen ta-si dari pemaham • Q.S. al Maidah/5 : 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Menyimak bacaan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 serta hadis terkait. • Membaca Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait. • Mencermati makna, asbabunnuzul, hikmah dan manfaat yang terkandung pada Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait.

• Menanyakan cara membaca Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait. • Mengajukan pertanyaan tentang hukum tajwid, asbabun nuzul, Q.S. al

(48)

n an Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at-Taubah /9: 105 serta Hadis yang terkait 3.1 Menganal isis makna Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105, serta hadis tentang taat pada aturan, Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Menanyakan makna Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait.

• Menanyakan pesan-pesan utama yang terdapat dalam Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait.

• Mendiskusikan cara membaca Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105sesuai dengan kaidah tajwid. • Mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid) Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Menterjemahkan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan

(49)

n kompetisi dalam kebaikan, dan etos kerja 4.1.1Membaca Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf 4.1.2Mendemo nstra-sikan hafalan Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S. an-Nisa/4: Q.S. at Taubah /9: 105 serta hadis terkait.

• Mendiskusikan asbabun nuzul Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Mengidentifikasi makna Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 serta hadis terkait.

• Mendiskusikan pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait

• Mendiskusikan manfat berkompetisi dalam kebaikan dengan kepatuhan terhadap ketentuan Allah sesuai dengan kandungan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105.

(50)

n 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 dengan fasih dan lancar 4.1.3 Menyajik an keterkaita n antara perintah berkomp etisi dalam kebaikan dengan kepatuha n terhadap ketentuan Allah sesuai dengan pesan Q.S. al Maidah/5: 48; Q.S. an-Nisa/4: • Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Mengaitkan sikap berkompetisi dalam kebaikan dengan kepatuhan terhadap ketentuan Allah dengan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Menyimpulkan hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Mendemonstrasikan bacaan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105sesuai dengan

(51)

n 59; dan

Q.S. at Taubah /9: 105

kaidah tajwid dan makharijul huruf. • Mendemonstrasikan hafalan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9:

105dengan fasih dan lancar.

• Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105. • Menyajikan makna Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 serta hadis terkait. • Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105 serta hadis terkait

• Menyajikan paparan keterkaitan antara

(52)

n sikap berkompetisi dalam kebaikan dengan kepatuhan terhadap ketentuan Allah dengan Q.S. al Maidah/5: 48;Q.S. an-Nisa/4: 59; dan Q.S. at Taubah /9: 105serta hadis terkait. 1.2 Meyakini bahwa agama mengaj arkan tolerans i, keruku nan, dan menghi ndar-kan diri dari tindak kekeras an 2.2 Bersikap toleran , rukun dan mengh • Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5 : 32 • Menyimak bacaan Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32 serta hadis terkait.

• Membaca Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

• Mencermati makna, asbabunnuzul, hikmah dan manfaat yang terkandung pada Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

• Menanya

• Menanyakan cara membaca Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

(53)

n indar-kan diri dari tindak kekera san sebagai imple mentas i pemah aman Q.S. Yunus/ 10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah /5: 32, serta hadis terkait 3.2 Menga nalisis makna Q.S. Yunus/ 10 : • Mengajukan pertanyaan tentang hukum tajwid, makna dan asbabun nuzul Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

• Menanyakan pesan-pesan utama yang terdapat dalam Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

• • Mengumpulkan Informasi • Mendiskusikan cara Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32sesuai dengan kaidah tajwid. • Mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid) Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32. • Menterjemahkan Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

(54)

n 40-41 dan Q.S. al-Maidah /5: 32, serta hadis tentan g toleran si, rukun, dan mengh indar-kan diri dari tindak kekera san 4.2.1 Memb aca Q.S. Yunus/ 10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah • Mendiskusikan asbabun nuzul Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32. • Mengidentifikasi makna Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait. • Mendiskusikan pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

• Mendiskusikan manfat kerukunan dan toleransi sesuai pesan Q.S. Yunus/10 : 40-41.

• Mendiskusikan manfat menghindari tindak kekerasan sesuai pesan Q.S. al-Maidah/5: 32. • Mengasosiasi • Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S.

(55)

n /5: 32 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhar ijul huruf 4.2.2 Mende mons-trasika n hafalan Q.S. Yunus/ 10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah /5: 32 dengan fasih dan lancar 4.2.3 Menyaj ikan keterka Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32. • Mengaitkan antara kerukunan dan toleransi sesuai pesan Q.S. Yunus/10: 40-41 dengan menghindari tindak kekerasan sesuai pesan Q.S. al-Maidah/5: 32.

• Menyimpulkan hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32. • Mengomunikasikan • Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf.

• Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32dengan fasih dan lancar.

(56)

n itan antara keruku nan dan toleran si sesuai pesan Q.S. Yunus/ 10: 40-41 dengan mengh indari tindak kekera san sesuai pesan Q.S. al-Maidah /5: 32 • Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32. • Menyajikan makna Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32serta hadis terkait.

• Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam Q.S. Yunus/10 : 40-41 dan Q.S. al-Maidah/5: 32 serta hadis terkait.

• Menyajikan paparan keterkaitan antara kerukunan dan toleransi sesuai pesan Q.S. Yunus/10: 40-41 dengan menghindari tindak kekerasan sesuai pesan Q.S. al-Maidah/5: 32 serta hadis terkait.

(57)

n 1.3 Meyakini adanya kitab-kitab suci Allah Swt 2.3 Peduli kepada orang lain dengan saling menasih ati sebagai cermina n beriman kepada kitab-kitab Allah Swt. 3.3 Menga nalisis makna iman kepada kitab-• Iman kepada Kitab-kitab Allah Swt.

• Membaca teks bacaan tentang iman kepada kitab-kitab Allah Swt. • Mengamati gambar, peristiwa, atau penomena alam terkait dengan keimanan kepada kitab-kitab Allah Swt. • Menyimak tayangan atau penjelasan tentang Iman kepada kitab-kitab Allah Swt.

• Mencermati dalil-dalil tentang Iman kepada kitab-kitab Allah Swt.

• Mencermati hikmah dan manfaat dari beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.

• Menanyakan makna iman kepada kitab-kitab Allah Swt.

• Menanyakan ciri-ciri orang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.

• Menanyakan

keterkaitan beriman kepada kitab-kitab Allah Swt dengan

(58)

n kitab Allah Swt. 4.3 Menyaji kan keterkai tan antara beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt., dengan perilaku sehari-hari perilaku peduli kepada orang lain dengan saling menasihati.

• Menanyakan hikmah dan manfaat dari beriman kepada kitab-kitab Allah Swt.

• Mendiskusikan makna beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Mengidentifikasi tanda-tanda orang yang beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Mengidentifikasi dalil-dali yang berkaitan dengan kitab-kitab suci Allah Swt.

• Mendiskusikan dalil-dali yang berkaitan dengan kitab-kitab suci Allah Swt.

• Mengidentifikasi hikmah dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Mendiskusikan hikmah dan manfaat

(59)

n

beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Menganalisis makna beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Menganalisis tanda-tanda orang yang beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Mengaitkan sikap kaitan antara beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt. dengan perilaku peduli kepada orang lain dan saling menasihati.

• Menganalisis hikmah dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Menyimpulkan keterkaitan antara beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt. dengan perilaku peduli kepada orang lain dan saling menasihati.

(60)

n

• Menyajikan paparan tentang makna, tanda-tanda, hikmah, dan manfaat beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt.

• Menyajikan paparan keterkaitan antara beriman kepada kitab-kitab suci Allah Swt. dengan perilaku peduli kepada orang lain dan saling menasihati. 1.4 Meyaki ni adanya rasul-rasul Allah Swt. 2.4 Menunj ukkan perilaku saling menolo ng sebagai cermina • Iman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Membaca teks bacaan tentang iman kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Mengamati gambar, peristiwa, atau penomena alam terkait dengan keimanan kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Menyimak tayangan atau penjelasan tentang iman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Mencermati dalil-dalil tentang iman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

(61)

n n beriman kepada rasul-rasul Allah Swt. 3.4 Menga nalisis makna iman kepada rasul-rasul Allah Swt. 4.4 Menya jikan kaitan antara iman kepada rasul-rasul Allah Swt. dengan keteguh an • Mencermati hikmah dan manfaat iman kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Menanyakan iman kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Menanyakan ciri-ciri orang beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Menanyakan hikmah dan manfaat iman kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Menanyakan keterkaitan beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. dengan perilaku saling menolong. • Mendiskusikan makna beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Mengidentifikasi tanda-tanda orang yang beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Mengidentifikasi dalil-dali yang berkaitan

(62)

n dalam bertauhi d, toleransi , ketaatan , dan kecintaa n kepada Allah dengan Rasul-rasul Allah Swt. • Mendiskusikan dalil-dali yang berkaitan dengan Rasul-rasul Allah Swt.

• Mengidentifikasi hikmah dan manfaat beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Mendiskusikan hikmah dan manfaat beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Menganalisis makna iman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Menganalisis tanda-tanda orang yang beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt.

• Mengaitkan sikap kaitan antara beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. dengan perilaku saling tolong menolong.

• Menganalisis hikmah dan manfaat beriman

(63)

n kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Menyimpulkan keterkaitan antara beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. dengan perilaku saling tolong menolong.

• Menyajikan paparan tentang makna, tanda-tanda, hikmah, dan manfaat beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. • Menyajikan paparan keterkaitan antara beriman kepada Rasul-rasul Allah Swt. dengan perilaku saling tolong menolong. 1.5 Meyakini bahwa Islam menghar uskan umatnya untuk memiliki sifat Syaja’ah (berani • Syaja’ah (berani membela kebenara n)

• Membaca teks bacaan tentang Syaja’ah (berani membela kebenaran). • Mengamati gambar, peristiwa, atau penomena alam terkait dengan Syaja’ah (berani membela kebenaran).

(64)

n membela kebenara n) dalam mewujud kan kejujuran 2.5 Menunju kkan sikap Syaja’ah (berani membela kebenara n) dalam mewujud kan kejujuran 3.5 Menga nalisis makna Syaja’ah (berani membela kebenara n) dalam kehidupa n sehari-hari • Menyimak tayangan atau penjelasan tentang Syaja’ah (berani membela kebenaran). • Mencermati dalil-dalil tentang Syaja’ah (berani membela kebenaran). • Mencermati hikmah dan manfaat dari sifat

Syaja’ah (berani membela kebenaran). • Menanyakan makna Syaja’ah (berani membela kebenaran). • Menanyakan ciri-ciri orang yang memiliki

sifat Syaja’ah (berani

membela kebenaran).

• Menanyakan dalil-dalil yang berkaitan dengan Syaja’ah (berani membela kebenaran).

• Menanyakan hikmah dan manfaat dari sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran).

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat Bugis yang menganut sistim bilateral memungkinkan seseorang untuk berubah status dalam waktu singkat akibat ikatan kekeluargaan istri atau suaminya. Hal ini

Dalam sistem informasi penjualan Krajan Troso ini aktor yang digambarkan pada diagram use case terdiri dari pengguna, pelanggan, dan pengelola.. Interaksi aktor pada

Dengan mendoakan diri kita ke dalam Allah untuk diisi dengan segala kekayaan suplai-Nya, kita mengalami Manusia-Penyelamat dalam atribut-atribut ilahi dan

Grup HSBC sendiri memiliki lebih dari 7200 kantor di 85 negara dan teritori dengan total aset US$2.556 miliar (tertanggal 31 Desember 2011), menjadikannya sebagai salah satu

Aspek pemasaran yang harus diperhatikan adalah marketing mix (bauran pemasaran).. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain dan dapat

Dapat disimpulkan bahwa para pihak yang menjalani pernikahan beda agama memiliki keyakinan sesuai dengan hati nuraninya dan percaya bahwa tujuan dari penikahan tersebut

Sedangkan hasil penelitian Yendrawati (2007) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pandangan diantara mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai Akuntan Publik, Akuntan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan