TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelas Magister Pendidikann
Program Studi Pendidikan Dasar
Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar
Oleh
DWI SULISTYOWARNI 1201065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh
Dwi Sulistyowarni
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2014
Sebuah Tesis yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
pada Fakultas Pendidikan Dasar
©Dwi Sulistyowarni 2014
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
(Studi Eksperimen Kuasi di Kelas IV SDN 2 Gebangmekar dan SDN 3 Gebangmekar Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh
DWI SULISTYOWARNI 1201065
Disetujui Oleh: Pembimbing I
Prof. Dr. H. Disman, M.Si NIP. 19590209194121001
Pembimbing II
Dr. M. Solehuddin,M.Pd,MA NIP. 19620208198611002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Tesis ... 10
BAB II MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI PBL ... 12
A. Hakikat Problem Based Learning ... 12
1. Teori Belajar yang Melandasi PBL ... 15
a. Teori Jean Piaget ... 15
b. Teori David Ausubel ... 16
c. Teori Vgotsky ... 16
d. Teori Jerome S Bruner ... 17
2. Pengertian Problem Based Learning ... 17
3. Karakteristik Problem Based Learning ... 21
4. Tahapan-tahapan Problem Based Learning ... 25
5. Keunggulan Problem Based Learning ... 21
B. Penerapan PBL dalam Pembelajaran IPS ... 32
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 60
2. Pengaruh PBL terhadap hasil belajar siswa ... 62
D. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 65
1. Metode Pembelajaran PBL ... 66
2. Motivasi Belajar ... 66
3. Hasil Belajar Siswa ... 66
E. Hipotesis ... 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 70
A. Metode dan Desain Penelitian ... 70
B. Lokasi Penelitian ... 71
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 73
D. Definisi Operasional ... 74
1. Pembelajaran Problem Based Learning ... 74
2. Motivasi Belajar ... 76
3. Hasil Belajar ... 77
E. Pengembangan Instrumen Penelitian... 79
1. Tes ... 79
2. Angket ... 80
3. Dokumentasi ... 82
F. Prosedur Penelitian ... 83
1. Tahap Persiapan ... 83
2. Tahap Pelaksanaan ... 85
3. Tahap Akhir ... 85
G. Analisis Instrumen ... 85
1. Validitas Butir Soal ... 92
2. Reliabilitas Instrumen ... 93
H. Teknik Analisis Data ... 118
1. Uji Validitas Instrumen ... 118
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 120
3. Indeks Kesukaran Instrumen ... 122
4. Daya Pembeda ... 124
5. Uji Normalitas ... 126
6. Uji Kesamaan dua rata-rata ... 126
I. Alur Penelitian ... 127
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 128
A. Hasil Penelitian ... 128
1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa setelah mengikuti pembelajaran ... 128
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa setelah mengikuti pembelajaran ... 131
B. Pembahasan ... 136
1. Pola-pola Perlakuan dengan PBL ... 137
2. Pengaruh PBL terhadap Motivasi Belajar ... 139
3. Pengaruh PBL terhadap Hasil Belajar Siswa ... 143
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 149
A. Kesimpulan ... 149
B. Saran ... 151
DAFTAR PUSTAKA ... 152
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 158
Dwi Sulistyowarni 1201065 ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa di sekolah dasar. Motivasi dan hasil belajar di sekolah dasar sangat penting dilakukan, khususnya dalam pembelajaran IPS. Dengan motivasi dapat menunjang hasil belajar siswa dengan materi sumber daya alam. Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penggunaan metode Problem Based Learning terhadap motivasi dan hasil belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Gebangmekar dan SDN 3 Gebangmekar kabupaten Cirebon. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa pilihan ganda dan angket untuk menguji motivasi dan hasil belajar siswa yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eskperimen adalah metode Problem Based Learning,
sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan pembelajaran konvensional. Analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif secara statistik melalui uji perbedaan
rerata dengan taraf signifikan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan kelas eksperimen
yang menggunakan metode Problem Based Learning berpengaruh terhadap motivasi belajar walaupaun tidak signifikan yang dapat terlihat dari perbedaan rerata kelas eksperimen yang menggunakan metode PBL dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran secara konvensional. Sedangkan, untuk hasil belajar metode PBL berpengaruh secara signifikan yang dapat terlihat dari perbedaan rerata kelas eksperimen yang menggunakan metode PBL dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Saran dalam penelitian ini bahwa metode PBL dapat dipraktekkan oleh guru IPS sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dengan fungsi memberikan kepercayaan kepada siswa untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dan selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk meneliti pada aspek lain tidak hanya motivasi dan hasil belajar saja gang pada gilirannya dapat melahirkan siswa yang kreatif, dan berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Implementasi tujuan pendidikan di atas tentang sistem pendidikan nasional akan terlaksana dalam proses pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang dalam pelaksanaanya dapat dilakukan melalui proses belajar mengajar yang dilakukan oleh para pendidik, melalui proses belajar mengajar berupa pemberian materi-materi yang terbagi dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar
(e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Berdasarkan standar pendidikan nasional di atas dalam kurikulum tersebut membagi kedalam beberapa kelompok mata pelajaran.
Dalam konteks formalnya ruang lingkup pendidikan di Indonesia terdiri dari mata pelajaran yang mencakup Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan sebagainya. Kesemua mata pelajaran tersebut tentunya memiliki perannya masing-masing dalam pendidikan. Seperti halnya mata
pelajaran IPS merupakan bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Fokus kajian utama pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah interaksi di dalam masyarakat atau dilingkungannya dalam mengkaji hubungan antara manusia dalam berbagai dimensi kehidupannya.
Pendidikan IPS memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini karena mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang baik, demokratis, serta bertanggungjawab, sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan IPS. Oleh karena itu, pendidikan IPS juga harus mempersiapkan kompetensi sosial bagi para peserta didik, Gunawan ( 2011: 22) mengemukakan bahwa:
a. Tentang kesadaran diri; sebagai mahluk tuhan, eksistensi, potensi dan jati diri sebagai warga dari sebuah bangsa yang berbudaya dan bermartabat sederajat dengan bangsa lain di dunia (tidak lebih rendah dari negara lain)
b. Tentang kecakapan berfikir seperti kecakapan; berfikir kritis, menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.
c. Tentang kecakapan akademik tentang ilmu-ilmu sosial, seperti kemampuan memahami fakta, konsep dan generalisasi tentang sistem sosial budaya, lingkungan hidup, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, serta tentang waktu dan keberlanjutan perubahan yang terjadi di dunia. d. Mengembangkan social skiils, dengan maksud supaya pada masa
Pembelajaran IPS di sekolah dasar merupakan program pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap konsep-konsep pelajaran IPS, dan tentunya mampu mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.
Pembelajaran IPS hendaknya harus dikaitkan dengan realitas kehidupan dekat dengan alam pikiran peserta didik dan relevan dengan masyarakat agar mempunyai nilai manusiawi. Jika pikiran peserta didik tidak relevan dengan apa yang didengarnya maka ada sesuatu yang kurang menarik bagi peserta didik tersebut. Maka apa yang dilihat haruslah sesuai dengan persepsi yang dimiliki oleh peserta didik.
Permasalahan yang mendesak untuk mendapat perhatian dari para guru. Beberapa faktor yang menjadi penyebab permasalahan rendahnya hasil belajar IPS tersebut antara lain: latar belakang timbulnya belajar, jenis dan bentuk-bentuk belajar, faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar, transfer dalam belajar sehingga sangat menentukan keberhasilan dalam proses perbuatan belajar. Selain itu ada aspek lain yang sangat penting dalam rendahnya hasil belajar IPS peserta didik yaitu, seperti kematangan individu peserta didik yang belum cukup, lingkungan keluarga yang tidak mendukung, lingkungan sekolah yang tidak kondusif, lingkungan masyarakat kurang mendukung, kurang adanya metode belajar yang up to date dan kurang tersedianya alat-alat belajar/media belajar.
Pembelajaran kurang berorientasi pada tujuan yang semestinya dicapai, sehingga target kompetensi dan pengetahuan belum terwujud pada setiap akhir
langsung dengan pengalaman 2) siswa pasif dalam pembelajaran tidak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri, berfikir kritis, penemuan dan memecahkan masalah.
Perubahan dibidang pendidikan melalui pengembangan metode atau metode pembelajaran akan sangat bermanfaat dalam kehidupan era global. Hal ini sangat penting karena potensi guru dan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal, yaitu memandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai
dengan kondisi lingkungan. Memandirikan atau memberdayakan sekolah berupa pengembangan potensi guru dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan sesuai kondisi lingkungan adalah pemanfaatan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar.
Kenyataannya masih ditemukan adanya penggunaan metode dalam proses belajar mengajar yang secara konvensional pada kegiatan pembelajaran. Langkah yang perlu diambil oleh guru yaitu dengan melakukan pengembangan metode-metodepembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Pendidikan IPS Sebagai sebagian dari pendidikan secara umum memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Secara khusus pendidikan IPS turut serta berperan dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang berfikir kritis, kreatif, logis, berinisiatif dalam menanggapai gejala dan masalah-masalah sosial yang ada.
Sapriya, (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran yang menerapkan metode-metode yang inovatif mulai diterapkan diberbagai sekolah-sekolah termasuk sekolah dasar. Salah satu penerapan yang perlu dilakukan adalah pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sebab kelemahan dan permasalahan yang sering muncul dan sering terjadi dan dirasakan oleh guru yaitu bahwa IPS
prestisius dimasyarakat. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang lebih berpusat pada guru.
Aktivitas peserta didik sebagian besar hanyalah mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Kelemahan lain adalah bahwa materi yang diajarkan sudah tidak up to date lagi atau tidak sesuai lagi dengan realita kehidupan masyarakat. Padahal pembelajaran IPS merupakan bidang studi yang diharapkan akan memberikan makna yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai manusia. Permasalahan pembelajaran tersebut
akan berdampak pada kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna. Dampak dari semua itu adalah hasil belajar peserta didik yang kurang optimal. Dalam Sapriya (2008:10) menyatakan bahwa:
IPS pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Pendidikan IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para peserta didik agar nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering kali berkembang secara tidak terduga merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dan dunianya. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang luas terhadap kehidupan manusia, maka lahir masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Peserta didik perlu menyadari tantangan-tantangan menghadapi gejala-gejala yang seperti itu.
diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah masalah sosial yang dihadapinya.
Dari uraian di atas, secara umum pembelajaran IPS akan melibatkan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya dengan menumbuh kembangkan kesadaran dan kepekaan tentang gejala dan masalah sosial untuk masa yang akan datang.
Kepekaan yang perlu ditingkatkan pada abad ke-21 ini antara lain: (a) berpikir kritis dan pemecehan masalah, (b) komunikasi dan kolaborasi, (c) kreatif dan inovatif, (d) kemelekan informasi, (e) kemelekan media, (f) fleksibilitas dan adaptasi, (g) interaksi sosial, (h) produktif dan jiwa kepemimpinan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami, dan mampu menyelesaikan masalah dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.
Salah satu cara sebagai langkah strategis yang perlu diambil oleh guru untuk dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas adalah dengan menggunakan beberapa metode dan model pembelajaran. Dalam hal ini metode pembelajaran yang sesuai dalam mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut dengan menggunakan metode Problem Based Learning. Metode pembelajaran ini berangkat dari dasar pemikiran “getting better together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Di dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus
Disamping itu, iklim pembelajaran yang berkembang akan merangsang dan meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar terutama bagi peserta didik di sekolah dasar. Pembelajaran kontekstual metode Problem Based Learning dalam Pendidikan IPS, merupakan dua sisi yang saling mendukung. Pendidikan IPS menyarankan agar pembelajarannya menggunakan lingkungan masyarakat sebagai tempat atau media dalam menghadirkan materi pembelajaran dengan keadaan yang sesungguhnya pada lingkungan atau masyarakat.
Sanjaya (2008:214) menyatakan bahwa pembelajaran Problem Based Learning dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Kita
menyadari selama ini kemampuan peserta didik untuk dapat menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya manakala peserta didik menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele, banyak peserta didik yang tidak dapat menyelesesaikannya dengan baik. Prof. Howard Barrows dan Kelson dalam Amir (2010: 21), menjelaskan Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan metode yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Learning
dapat menggambarkan suatu suasana pembelajaran yang menggunakan masalah untuk memandu, mengemudikan, menggerakkan, atau mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dalam Problem Based Learning dimulai dengan suatu masalah yang harus diselesaikan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara
sedemikian hingga para peserta didik memerlukan tambahan pengetahuan baru sebelum mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut.
peserta didik tentang konsep-konsep yang diajarkan melalui PBL. Diharapkan dengan adanya pembelajaran dengan Problem Based Learning yang diimplementasikan pada pembelajaran IPS di sekolah dasar, peserta didik akan memiliki persiapan sedini mungkin dalam menghadapi tantangan dimasa depan yang secara kualitatif cenderung meningkat. Upaya untuk mengaktifkan proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan lebih terfokus pada faktor eksternal peserta didik, sedangkan faktor internal siswa kurang mendapat perhatian.
Dari pandangan ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar berupa perubahan
tingkah laku sebagai variabel tergantung dari pembelajaran, keberadaannya dipengaruhi oleh karakteristik siswa. Sejalan dengan pemikiran ini, tampaknya perubahan tingkah laku berupa hasil belajar sebagai variabel tergantung dari proses pembelajaran keberadaannya sangat dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Hamzah Uno, (2013: 1) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Pendapat ini mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dalam proses pembelajaran motivasi sangatlah diperlukan, sebab biasanya seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar tidak akan melakukan aktifitas belajar dengan efektif. Selain itu, dalam proses pembelajaran sangat penting karena motivasi belajar pada dasarnya terkait dengan dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan atau proses belajar mengajar. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang kuat mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan suatu pertanda, bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak
mampu menumbuhkan motivasi peserta didik dalam belajar, apabila dalam diri peserta didik terlihat kurang adanya motivasi dalam belajar. Fenomena tentang rendahnya hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS, selain metode pembelajaran, hasil belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Dengan memperhatikan asumsi tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Prblem Based Learning”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarakan pemaparan latar belakang diatas , maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terjadi, diantaranya:
a) Rendahnya hasil belajar dalam pembelajaran IPS yang ditimbulkan oleh beberapa faktor seperti latar belakang timbulnya keinginan untuk belajar, kematangan dan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran.
b) Penggunaan metode-metode yang belum variasi dalam pembelajaran IPS. c) Penyampaian materi pembelajaran IPS kurang melibatkan aktifitas siswa dan
pengetahuan siswa yang sudah ada sebelumnya. d) Motivasi yang rendah ketika beajar IPS
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah secara umum yaitu: Apakah Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Dari rumusan masalah umum tersebut maka diuraikan menjadi beberapa sub-sub pertanyaan diantaranya sebagi berikut:
1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Problem Based Learning dengan motivasi belajar siswa yang pembelajarannya secara konvensional?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Tujuan Umum
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa sekolah dasar melalui metode Problem Based Learning. Jadi tujuannya adalah untuk mengetahui apakah adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar
IPS sekolah dasar yang mendapatkan metode PBL lebih baik dari siswa yang mendapatakan pembelajaran biasa (konvensional).
2. Tujuan Khusus
a. Membandingkan perbedaan motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PBL dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.
b. Membandingkan perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PBL dengan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran secara konvensional.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Manfaat yang dapat dipetik dari hasil penelitian antara lain:
1. Manfaat Akademis
a. Memberi masukan kepada stakeholder pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pendidikan khususunya untuk mata pelajaran IPS.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk menjadikan metode kontekstual
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan dalam meningkatkan motivasi siswa dan kreatifitas siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
b. Memberikan masukan terhadap peningkatan efektifitas pembelajaran IPS.
c. Memberikan masukan bagi para guru bagaiamana cara menerapkan pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS.
F. Struktur Orgnasisasi Tesis
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dalam rangka menyusun tesis. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, pengembangan instrumen, metode dan tekhnik penelitian, serta prosedur dan tahap-tahap penelitian.
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif berdasarkan desaian yang
digunakan, penelitian ini menggunakan desain ”Quasi Experimental Design”.
Rancangan eksperimen kuasi ini merupakan rancangan yang paling umum digunakan dalam penelitian pendidikan. Eksperimen kuasi merupakan desain eksperimen yang tidak melakukan randomisasi dalam pengambilan sampel. Alasan penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi adalah dikarenakan kondisi dan waktu pemberian treatmen yang tidak memungkinkan dikakukan secara eksperimen murni sehingga peneliti memilih jenis eksperimen kuasi. Desain penelitian ini menggunakan Nonrandomized pretest-posttes control group design
atau sama dengan istilah nonequivalent pretest dan posttest control group design.
Kelompok ekperimen merupakan kelompok yang telah dipilih untuk diberi perlakuan dengan PBL.
Kelompok eksperimen ini diambil dari kelas IV yang telah diuji sebelumnya untuk memperoleh kelas yang sama dengan kelompok kontrol. Kelompok kontrol diupayakan sebagai kelompok yang memiliki tipe sama dengan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol dalam penelitian ini tidak mendapatkan perlakuan alias pembelajaran biasa. Peneliti melakukan prettest sebelum memberikan treatmen kepada kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini peneliti mengambil satu kelompok eksperimen dan satu kelompok
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Postest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Keterangan:
O1 = Pretest pada kelompok eksperimen O2 = Posttest pada kelompok eksperimen O3 = Pretest pada kelompok Kontrol O4 = Posttest pada kelompok Kontrol X1 = Pembelajaran dengan model PBL X2 = Pembelajaran Konvensional
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa yang memiliki kemampuan yang sama, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan tes awal dan berdasarkan wawancara dengan wali kelasnya. Kelompok pertama dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok lainnya merupakan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL, sedangkan siswa pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Tes awal (pretes)
diberikan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok siswa dalam pemahaman materi sebelum diberi perlakuan.
Setelah diberikan pretes lalu kelompok eksperimen diberi perlakuan yakni pembelajaran dengan PBL, sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional/biasa. Setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian, kedua kelompok tersebut diberikan posttes. Posttes
bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan akhir kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam hal hasil belajar dan motivasi belajar setelah masing-masing diberi perlakuan.
B. Lokasi Penelitian
Kedua Sekolah ini berdiri tahun 1980an. SDN 2 dan 3 Gebangmekar adalah sekolah yang letaknya dekat dengan tempat tinggal masyarakat kampung nelayan, pasar ikan, pasar tradisional, petambak ikan dan dekat dengan pantai. Kedua sekolah ini terletak di satu desa yang terpisah oleh sungai, tetapi karena jalan yang baik, dekat, dan tidak mempersulit peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Jika dilihat secara keseluruhan, kondisi fisik kedua sekolah ini cukup baik Masing-masing terdiri dari 6 kelas dan 1 ruangan kantor guru. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SDN 3 Gebangmekar adalah terdapatnya lapangan
yang luas dan alat-alat olah raga yang cukup memadai serta buku-buku pelajaran yang cukup lengkap. SDN 2 Gebangmekar yang terletak dekat dengan Kantor Kepala Desa ini juga memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai yakni lapangan walaupun tidak seluas lapangan di SDN 3 Gebangmekar serta buku-buku pelajaran yang ada di setiap lemari kelas masing-masing yang jumlahnya cukup memadai dan kondisinya cukup baik.
Adapun pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
1. Letak kedua sekolah ini yang dapat dijangkau oleh peneliti untuk melakukan penelitian.
2. Peneliti bertugas di sekolah ini, sehingga jika terjadi permasalahan di dalam proses pembelajaran di kelasnya maka peneliti harus menyelesaikan permasalahan tersebut.
3. Hasil belajar siswa yang diperoleh masih banyak di bawah rata-rata nilai KKM.
4. Tingkat motivasi siswa kelas IV SDN 3 Gebangmekar dan SDN 2 Gebangmekar dalam mengikuti pembelajaran masih kurang yang terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung.
5. Kurang pekanya terhadap lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan perpusatakaan alami dalam proses pembelajaran.
Dari uraian di atas jelaslah alasan mengapa peneliti memilih dua sekolah tersebut sebagai tempat penelitian. Ini dimaksudkan agar peneliti dapat melakukan penelitian yang baik dan maksimal, jika lokasi kedua sekolah tersebut tidak sulit untuk dijangkau.
C. Sampel Penelitian
Agar PBL dalam pembelajaran IPS dapat diterapkan dengan baik maka yang menjadi subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswayang mempunyai kemampuan beragam dalam mempelajari, memahami suatu permasalahan IPS
serta dapat mengungkapkannya kembali, baik lisan maupun tulisan.
Arikunto (2006:131) menjelaskan Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Gebangmekar dan SDN 3 Gebangmekar. Pemilihan siswa ini dilakukan sistem Simple Random Sampling (Sugiono, 2013: 120) yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak dan karena alasan sebagai berikut. Pertama, peneliti mengambil kedua sekolah tersebut dikarenakan tidak mungkin peneliti mengambil satu sekolah yang hanya berjumlah 22 orang. Kedua, kemampuan pemahaman pembelajaran IPS siswa kedua SD ini relatif masih rendah. Ketiga, motivasi belajar siswa yang masih kurang tinggi yang terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung. Keempat, IPS merupakan mata pelajaran yang dianggap membosankan oleh para siswa. Kebanyakan siswa memandang IPS sebagai mata pelajaran yang menjenuhkan dan membuat siswacepat lelah karena cenderung hanya mencatat materinya saja.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama dalam mendeskripsikan variabel-variabel yang akan
diteliti.
Problem Based Learning. b) Variabel Dependen/terikat, variabel dependen/terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar.
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahan pahaman dalam penafsiran istilah yang digunakan dalam pokok masalah di atas, maka perlu dikemukakan definisi operasionalnya sebagai penjelas dari variabel-variabel yang akan diteliti yakni.
1. Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran dengan metode pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Ibrahim dan Nur (2002:7) menjelaskan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang membantu siswamengembangkan kemampuan berfikir dan pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata. Selain itu PBL dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah.
Kegiatan lain dari PBL adalah melibatkan siswa dalam investigasi terhadap situasi masalah sehingga memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dari situasi masalah dan membangun pemahamannya tentang fenomena masalah tersebut. Barrows dan Kelson (Amir, 2010: 21)
Selanjutnya Dutch (Suwarna 2007: 188) menyatakan bahwa PBL sebagai metode instruksional yang menantang siswauntuk “belajar bagimana belajar” (learn how to learn), dan bekerjasama dengan teman lainnya untuk mencari solusi masalah yang dihadapi. Masalah tersebut digunakan untuk menimbulkan rasa keingintahuan serta memotivasi siswaberpikir kritis dan analisis, bagaimana mereka berlatih menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar yang layak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud
dengan PBL adalah pembelajaran yang membuat siswadapat memahami konsep dan prinsip dari suatu materi yang dimulai dari pemberian masalah untuk bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan. Melalui PBL siswamembangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dengan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya.
Secara operasional, yang dimaksud PBL dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya untuk dapat memecahkan masalah-masalah secara bekerjsama melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) mengorganisasikan siswaterhadap masalah, 2) mengorganisasikan siswauntuk belajar 3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok 4) mengembangkan dan mempersentasikan hasil kerja siswa6) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dengan demikian, PBL memiliki gagasan terhadap pencapaian hasil yang maksimal jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan autentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswamemiliki pengalaman sebagaimana nantinya mereka
menghadapi kehidupan yang sesungguhnya dan profesional. 2. Motivasi Belajar
untuk belajar terhadap materi serta usaha untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Usman (2001: 28) menjelaskan bahwa motivasi adalah proses yang meningkatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi belajar akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi tersebut, sehingga siswa akan menyerap dan memahami materi itu dengan baik.
Motivasi belajar pada penelitian ini mengacu pada psikologi positif, yang cocok dilaksanakan pada siswa untuk meningkatkan rasa semangat, menggairahkan peserta didik, memberikan harapan jika apa yang mereka lakukan itu pasti bisa, dan dapat mengarahkan perilaku siswadalam kegiatan belajar. Sejalan dengan fungsi atau manfaat dari motivasi belajar yaitu sebagaimana dinyatakan oleh Uno (2008: 17) bahwa motivasi belajar memiliki fungsi: a) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan, b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, c)
menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi
motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakan dan
mengarahkan aktivitas-aktivitas siswadalam belajar sehingga dapat mencapai hasil
yang maksimal.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi belajar, tidak mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh
kebutuhannya karena segala yang menarik minat orang lain belum tentu menarik
minat orang tertentu selama itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya, dengan hal
tersebut seseorang akan melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh jika mereka
merasa menarik dan butuh.
hubungan dengan kebutuhan dan kondisi siswa), c) kepercayaan diri (meliputi aspek kompetensi diri dan interaksi positif dengan lingkungan sekitar siswa), dan d) kepuasaan (meliputi aspek rasa puas dan bangga terhadap keberhasilan yang dicapai) belajar siswa dalam IPS yang meliputi materi mengenal aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya, penilaian ini dilakukan dengan angket motivasi.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana
(2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil perubahan dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode. b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
dan psikomotorik. Tidak bisa dipungkiri bahwa dari ketiga aspek tersebut mempunyai peran dan pengaruh yang sangat signifikan terhadap alat pengontrol atau pengatur diri khususnya dalam dunia pendidikan. Tetapi dalam penelitian ini mengkhususkan aspek kognitif karena kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Konsep kognitif di atas sangat sesuai jika dikaitkan dengan PBL yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Dari beberapa definisi di atas dan berdasarkan kesimpulan peneliti, dapat disimpulkan bahwa definisi operasional hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa oleh aspek kognitif pada level pengetahuan, pemahaman, dan penerepan dalam IPS yang meliputi materi mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya yang dilakukan dengan menjawab soal-soal berupa pilihan ganda yang telah dibuat oleh guru berupa tes tertulis pilihan ganda.
E. Prosedur penelitian
Penelitian diawali dengan studi literatur, studi lapangan, pengakajian indikator-indikator silabus pembelajaran IPS di SD, dan buku-buku yang relevan
Sebelum pembelajaran tentang materi Sumber Daya Alam dilaksanakan, terlebih dahulu diberikan pretest pada kedua kelompok penelitian. Pada kelompok kontrol diterapkan metode pembelajaran biasa (konvensional), sedangkan pada kelompok eksperimen diterapkan pembelajaran Problem Based Learning. Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan kedua kelompok diberi posttest, Khusus untuk kelompok ekperimen setelah posttest, diberikan angket yang bertujuan untuk mengetahui peningktan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning. Setelah penelitian
dilaksankan dan semua data terkumpul, selanjutnya data dianalisis untuk menyimpulkan hasil penelitian dan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap:
1. Tahap persiapan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: a. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Learning yang akan dilaksanakan di kelas eksperimen.
b. Peneliti membuat kajian tentang motivasi belajar, yang kemudian merumuskan indikator motivasi belajar yang akan diukur dalam penelitian ini. Peneliti menyusun kisi-kisi angket berdasarkan indikator yang ditentukan yaitu perhatian, relevansi, percaya diri dan kepuasan siswa. Selanjutnya peneliti membuat angket motivasi belajar sebagai instrumen untuk mengukur motivasi belajar siswa berdasarkan kisi-kisi yang sudah ditentukan.
c. Peneliti membuat kajian tentang hasil belajar, yang kemudian merumuskan batasan hasil belajar dalam penelitian ini yaitu dari kemampuan kognitif saja yang diukur dengan menggunakan instrumen tes berupa soal-soal pretest dan
posttest. Peneliti menyusun kisi-kisi soal pretest dan posttest, dan selanjutnya
peneliti membuat soal pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
d. Uji coba angket motivasi belajar dan instrumen tes hasil belajar (pretest dan
e. Menganalisis data hasil uji coba angket motivasi belajar dan instrumen tes hasil belajar untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kedua instrumen tersebut, serta menganalisis tingkat kesukaran instrumen tes yakni soal pretest dan
posttest.
f. Menyusun kembali angket motivasi belajar dengan pernyataan-pernyataan yang valid dan reliabel serta instrumen tes hasil belajar (pretest dan posttest) dengan soal-soal yang sudah valid, reliabel dan memiliki tingkat kesukaran yang setara. sedangkan pernyataan maupun soal yang tidak valid tidak
digunakan atau dibuang.
g. Selanjutnya, memberikan angket motivasi belajar dan pretest dengan menggunakan instrumen tes yang telah valid dan reliabel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur motivasi belajar awal dan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran IPS sebelum diberikan perlakuan. h. Uji prasyarat terhadap hasil angket motivasi belajar dan hasil pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang meliputi uji homonegitas, normalitas untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kontrol sudah homogen dan datanya berdistribusi normal, serta dilakukan uji kesamaan dua rata-rata motivasi belajar dan hasil belajar (pretest) untuk mengetahui apakah 22 siswa kelas eksperimen dan kontrol memiliki motivasi belajar dan kemampuan awal yang sama atau tidak.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dikelas IV SD Negeri 2 Gebangmekar ditetapkan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran secara konvensional, sedangkan kelas IV SD Negeri 3 Gebangmekar ditetapkan sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dengan penerapan pembelajaran Problem Based Learning. Perlakuan dilaksanakan sebanyak empat kali tatap muka dengan
waktu 2 minggu.
mempresentasikan apa yang telah dikerjakan oleh kelompoknya e) siswa mengerjakan tes secara individual, f) Penghitungan skor peningkatan prestasi individu dari hasil tes secara individual, g) siswa membuat rangkuman secara klasikal dari materi yang telah dipelajari.
3. Tahap Akhir
Setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selesai dilaksanakan, siswa diberikan angket motivasi belajar dan posttest untuk mengetahui motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.
Data hasil pretest posttest angket motivasi belajar di awal dan akhir perlakuan baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol dianalisis untuk menarik kesimpulan dan membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontest. Instrumen tes berupa soal-soal kemampuan pemahaman materi yang diukur dengan pemberian tes untuk para siswa. Selanjutnya, instrumen non-tes berupa angket mengenai motivasi siswa terhadap pembelajaran IPS, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana rasa motivasi belajar siswa yang muncul ketika pembelajaran mulai berlangsung.
1. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen a. Tes
Tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok pada awal percobaan mengenai hasil belajar siswa. Tes akhir dimaksudkan untuk
pendidikan dan pakar evaluasi, yang bertujuan untuk merieview konstruk, dan konten tes.
Pengujian secara empirik adalah pengujian yang dilakukan secara langsung terhadap siswapada populasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Data pengujian yang telah dikerjakan oleh para siswatersebut dijadikan dasar untuk mendeskripsikan hasil: (1) validitas butir soal, (2) reliabilitas perangkat instrumen, (3) tingkat kesukaran, dan (4) daya pembeda disetiap butir item soal. Setelah dilakukan pengujian akan terpilih dari 40 item soal pilihan ganda menjadi
beberapa item butir soal dan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan instrumen tes kemampuan pemahaman materi IPS yang disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1) Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dari batasan operasional variabel. Untuk setiap indikator kemudian ditentukan beberapa pernyataan yang dapat mengukur indikator yang bersangkutan.
2) Merumuskan pernyataan untuk masing-masing indikator sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, kemudian diturunkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik.
3) Menyusun instrumen agar instrumen tersebut mengukur seakurat mungkin apa yang harus diukur. Dalam istilah lain proses ini dikenal sebagai validasi, yaitu proses untuk membuat suatu alat ukur menjadi absah.
Penilaian tes hasil belajar pada penelitian ini untuk soal-soal objektif yaitu setiap jawaban benar di beri skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol) total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal.
Tes ini diberikan pada kelompok eskperimen dan kelompok kontrol baik sebelum perlakuan (Pretest) dan setelah perlakuan (Posttest). Tes hasil belajar ini
Tabel 3.2
Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Kompetensi
dasar Indikator Indikator soal
No. Soal
Ranah Bobot
C1 C2 C3 Md Sd Sk
2. Mengenal Aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 1. Menyebutkan sumber daya alam yang berpotensi di daerahnya
1) Siswa mampu menyebutkan pengertian tentang kegiatan ekonomi.
1 √ √
2) Siswa dapat memahami pengertian
sumber daya alam 2
√ √
3) Siswa dapat menyebutkan salah satu ciri hasil pertanian sebagai bahan makanan pokok
3 √ √
4) Mengetahui alasan penduduk
indonesia bekerja dibidang pertanian. 4
√ √
5) Dapat mengelompokkann hasil perhutanan dari berbagai pilihan yang ada
5 √ √
6) Siswa dapat mengetahui cara melestarikan hutan sesuai dengan pengetahuannya siswa.
6 √ √
7) Siswa dapat menyebutkan aktifitas
ekonomi disekitar daerah perikanan. 7
√ √
8) Siswa dapat memberikan contoh hasil aktifitas ekonomi yang berada di sekitar daerah pantai yaitu perikanan.
8 √ √
9) Dapat menyebutkan jenis-jenis hewan yang dapat di jadikan sebagai hewan ternak
9 √ √
2. Mengelompok an SDA di daerahnya
10) Dapat mengetahui contoh dan kegiatan ekonomi sesuai dengan bidangnya
10 √ √
3. Menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi non pertanian
11) Menyebutkan hasil dari industri
aneka sandang 11 √ √ 12) Menyebutkan contoh dari ndustri
rumah tangga 12 √ √
13) Mengetahui pengertian dari
perdangangan 13 √ √
14) Mengetahui tempat terjadinya
transaksi perdangan 14 √ √ 15) Mengidentifikasi kegiatan
konsumsi 15 √ √
16) Menyebutkan jenis aktifitas ekonomi di bidang jasa atau pelayanan
16 √ √
17) Menyebutkan kegiatan ekonomi
dibidang jasa 17 √ √
18) Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang termasuk di bidang jasa
18 √ √
19) Mengetahui manfaat dari
2. Mengenal Aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
20) Mengetahui hasil apa saja dari
pertambangan 20 √ √
4. Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerah
21) Mengetahui lokasi untuk dijadikan tempat usaha berdasarkan
lingkungan tinggalnya
21 √ √
22) Mengetahui kegiatan ekonomi yang berada di sekitar tempat pariwisata
22 √ √
23) Mengetahui kegiatan ekonomi
berdasarkan lingkungan sekitar 23 √ √ 24) Mengetahui jenis barang yang tepat
duiual di pegunugan sebagai tempat pariwisata
24 √ √
25) Mengetahui usaha yang berada di
sekitar tempat pariwisat 25 √ √ 26) Mengetahui tempat yang tepat
untuk melakukan kegiatan pendukung pariwisata
26 √ √
5. Menjelaskan perlunya melesatrikan sumber daya alam sebagai tempat pariwisat
27) Mengtehaui tempat pariwisata di
jawa barat 27 √ √
28) Mengetahui cara menjaga
kelestariaan laut 28 √ √ 29) Menyebutkan tempat pariwisata di
daerah Bali 29 √ √
30) Menunjukkan potensi yang dapat dijadikan sebagai tempat
pariwisara
30 √ √
6. Menunjukan tempat Sumber Daya Alam yang berada di sekitar lingkungan.
31) Mengetahui pengaruh kondisi alam sekitar terhadap kegiatan ekonomi
31 √ √
32) Mengetahui kegiatan ekonomi di
pedesaan 32 √ √
33) Mengetahui manfaat dari
pengunungan 33 √ √
34) Mengetahui aktifitas ekonomi
daerah pertanian 34 √ √ 35) Mengetahui kondisi alam indonesia 35 √ √ 36) Mengetahui hasil dari pengolahan
perkebunan 36 √ √
7. Menunjukkan tempat kegiatan ekonomi yang ada di daerahnya
37) Mengetahui kawasan yang cocok
untuk kegiatan industri 37 √ √ 38) Mengatahui kegiatan ekonomi
daerah perkotaan 38 √ √ 39) Menunjukkan usaha yang sesuai
dengan kondisi daerah 39 √ √ 40) Mengetahui kegiatan ekonomi
yang tidak memanfaatkan sumber daya alam
40 √ √
jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan untuk jawaban salah diberi skor 0 (Nol) (Sugiyono, 2013).
b. Angket
Angket merupakan instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket ini digunakan untuk mengukur dan untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket menurut Arikunto (2006:151) “Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:199) “Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa angket adalah suatu pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh peneliti untuk memperoleh data dari para responden (peserta didik) dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan program penelitian. Kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang tertutup karena siswahanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar.
Angket dalam penelitian ini, berupa motivasi belajar siswa itu sendiri sebagai salah satu varibael yang akan diteliti. Angket motivasi belajar dalam penelitian ini dilakukan pada tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok pada awal percobaan mengenai motivasi siswa. Tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui motivasi
evaluasi, yang bertujuan untuk meriview konstruk, dan konten tes. Sedangkan pengujian secara empirik dilakukan secara langsung oleh para siswauntuk mengetahui (1) Validitas dari setiap item pernyataan angket, (2) reliabilitas item pernyataan, (3) tingkat kesukaran, dan (4) daya pembeda dari setiap item pernyataan. Setelah dilakukan pengujian baik secara konseptual dan empirik maka akan terpilih item-item pernyataan yang akan dijadikan sebagai item dalam penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan angket motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
1) Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dari batasan operasional variabel. Untuk setiap indikator kemudian ditentukan beberapa pernyataan yang dapat mengukur indikator yang bersangkutan.
2) Merumuskan pernyataan untuk masing-masing indikator sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, kemudian diturunkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik.
3) Menyusun instrumen agar instrumen tersebut mengukur seakurat mungkin apa yang harus diukur. Dalam istilah lain proses ini dikenal sebagai validasi, yaitu proses untuk membuat suatu alat ukur menjadi absah.
[image:36.595.111.511.526.744.2]Dalam penelitian angket digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa pada kelas ekperimen dan kelas kontrol, dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Motivasi Belajar
No Variabel Sub Variabel Indikator No Soal
1 Motivasi Perhatian
a. Memusatkan Perhatian
pada PBM 1, 3, 14
b. Tertarik untuk
mengetahui pelajaran yang akan dipelajari
6, 2
2 Motivasi Relevansi / Kecocokan
a. Merasa cocok dengan
materi 22, 15, 21
b. Merasa cocok dengan
cara belajar 7, 23, 4
3 Motivasi Percaya Diri a. Optimis Mengerjakan tugas
b. Mampu berinteraksi dengan lingkungan kelas
13, 24, 19, 25, 10
4 Motivasi Kepuasan
a. Bangga dengan
keberhasilan yang telah dicapai
12, 26, 17
b. Merasa puas setelah berhsail mencapai tujuan pembelajaran
27, 11, 18
Skala pengukuran yang digunakan dalam angket motivasi belajar adalah
Skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat setuju (Positif) sampai sampai sangat tidak setuju (Negatif). Untuk Pembagian skor dibedakan menjadi dua untuk yang pertanyaan angket motivasi yang positif dan negatif adalah sebagai berikut
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 = Sangat Tidak Setuju 1 = Sangat Setuju 2 = Tidak Setuju 2 = Setuju
3 = Setuju 3 = Tidak Setuju
4 = Sangat Setuju 4 = Sangat Tidak Setuju
Skala yang akan digunakan pada angket motivasi ini adalah skala penilaian yang menggunakan empat gradasi penilaian. Pilihan jawaban terdapat empat pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS). Pemberian skor pada masing-masing item dilakukan dengan menggunakan rentang skor dari 4-1 untuk setiap item soal. Angket ini diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum perlakuan (Pretest) dan sesudah
[image:37.595.110.512.111.250.2]perlakuan (Posttest). Skala motivasi bersifat tertutup karena setiap item pernyataan telah dilengkapi dengan pilihan jawaban. Skor yang diberikan untuk masing-masing respon dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.4
Pedoman Penilaian Angket Motivasi Belajar
Pernyataan Item (+) Item (-)
SS 4 1
S 3 2
KS 2 3
2. Judgement Item
Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yakni pengujian konseptual dan empirik untuk proses pengumpulan data. Pengujian konseptual dilakukan dengan adanya expert jugement (penilaian dari ara ahli). Sedangkan analisis empirik dengan cara mengambil data dilapangan yang kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Validitas Soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal
terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total.
Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson
(Sugiyono, 2013: 241)
∑ ∑ ∑ √[ ∑ ∑ ][∑ ∑ ]
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara varibael X dan Variabel Y, dua variael yang dikorelasikan
N = Jumlah ∑X = Skor Item ∑Y = Skor Total
Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Tabel .3.5
Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < ≤ , Sangat Tinggi *(sangat baik)
0,60 < ≤ ,8 Tinggi (baik)
0,40 < ≤ ,6 Cukup (sedang)
0,20 < ≤ ,4 Rendah(kurangh)
Untuk mengetahui validitasnya instrumen tes dan angket terlebih dahulu dilakukan uji coba terlebih dahulu , uji coba dilakukan yaitu kelas IV SDN 2 Gebangilir dengan jumlah siswasebanyak 30 anak.
1) Hasil Belajar
Untuk menguji validitas pada tes hasil belajar yang menggunakan Scale Corrected Item-Total Correlation, nilai tersebut adalah nilai Validitas Butir. Sedangkan nilai Croncbach's Alpha if Item Deleted adalah nilai Reliabilitas Butir. Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas (Validitas Butir dan Reliabilitas Butir)
[image:39.595.119.515.393.756.2]valid dan reliabel, bandingkan dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05. Jika instrumen itu dikatakan valid sebagai berikut, nilai DF dalam kasus ini adalah jumlah sampel (30)-2=28. R Tabel pada DF 28 Probabilitas 0,05 adalah 0,374. Dari data di atas dapat disimpulkan data sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Ujioba tes Hasil Belajar Siswa
No Item Pertanyaan Korelasi T tabel Interpretasi Ket.
1 Soal_1 0,580
0,374
27 Soal_27 0,516 Valid Dipakai 28 Soal_28 0,535 Valid Dipakai 29 Soal_29 0,118 Tidak Valid Tidak dipakai 30 Soal_30 0,679 Valid Dipakai 31 Soal_31 -0,060 Tidak Valid Tidak dipakai 32 Soal_32 0,649 Valid Dipakai 33 Soal_33 0,609 Valid Dipakai 34 Soal_34 -0,119 Tidak Valid Tidak dipakai 35 Soal_35 0,203 Tidak Valid Tidak dipakai 36 Soal_36 0,609 Valid Dipakai 37 Soal_37 0,026 Tidak Valid Tidak dipakai 38 Soal_38 0,609 Valid Dipakai 39 Soal_39 0,649 Valid Dipakai 40 Soal_40 0,580 Valid Dipakai
2) Motivasi
Berdasarkan tabel dibawah ini (3.10) untuk ”Soal_1” nilai korelasinya adalah 0,614**, dengan probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] sebesar 0,000. Sesuai kriteria item instrumen nomor 1 adalah valid, karena nilai probabilitas korelasi [sig.(2-tailed) < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Untuk lebih jelasnya akan
[image:40.595.115.517.475.747.2]dijelaskan melalui tabel di bawah ini:
Tabel 3.7
Hasil Ujioba Angket Motivasi
No Item
Pertanyaan
Nilai Korelasi (Pearson Corellation
Probabilitas Korelasi
[sig.(2-tailed)
Interpretasi Ket
1 Soal_1 0,614** 0,000 Valid Dipakai
2 Soal_2 0,550** 0,000 Valid Dipakai
3 Soal_3 0,562** 0,000 Valid Dipakai
4 Soal_4 0,348 0,059 Tidak Valid Tidak Dipakai
5 Soal_5 0,564** 0,001 Valid Dipakai
6 Soal_6 0,614** 0,000 Valid Dipakai
7 Soal_7 0,671** 0,000 Valid Dipakai
8 Soal_8 0,425* 0,019 Tidak Valid Tidak Dipakai
9 Soal_9 0,572** 0,001 Valid Dipakai
10 Soal_10 0,615** 0,000 Valid Dipakai
11 Soal_11 0,271 0,148 Tidak Valid Tidak Dipakai
12 S0al_12 0,562** 0,001 Valid Dipakai
13 Soal_13 0,547** 0,002 Valid Dipakai
14 Soal_14 0,633** 0,000 Valid Dipakai
15 Soal_15 0,526** 0,003 Valid Dipakai
16 Soal_16 0,518** 0,003 Valid Dipakai
17 Soal_17 0,572** 0,001 Valid Dipakai
18 Soal_18 0,570** 0,001 Valid Dipakai
20 Soal_20 0,633** 0,000 Valid Dipakai
21 Soal_21 0,572** 0,001 Valid Dipakai
22 Soal_22 0,572** 0,003 Valid Dipakai
23 Soal_23 0,557** 0,001 Valid Dipakai
24 Soal_24 0,615** 0,000 Valid Dipakai
25 Soal_25 0,601** 0,000 Valid Dipakai
26 Soal_26 0,561** 0,001 Valid Dipakai
27 Soal_27 0,633** 0,000 Valid Dipakai
b. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris berasal dari kata reliabel yang artinya dapat dipercaya (Arikunto, 2003). Reliabilitas merupakan kestabilan skor yang diperoleh apabila diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus Arikunto (2003).
⁄ ⁄ ⁄ ⁄
= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan ⁄ ⁄ = Koefisien antara skor-skor setiap belahan tes
Harga dari
⁄ ⁄ dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment person. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut
[image:41.595.109.519.113.214.2]Arikunto (2002) adalah sebagai berikut: Tabel 3.8
Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik) 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi (Cukp)
0,40 < ≤ 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < ≤ 0,40 Rendah (Kurang)
Menghitung reliabilitas soal uraian dengan menggunakan rumus Alpha (dalam Arikunto: 2013: 172)
∑
Keterangan
= Koefisien korelasi B = Banyaknya butir soal
∑ = Jumlah Varians skor tiap soal
= Variasi skor total
Pengukuran tingkat reliabilitas alat pengumpul data dalam penelitian ini dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Besarnya koefisien Alpha merupakan tolak ukur dari tingkat reliabilitasnya. Uji reliabilitas dalam penelitian dengan menggunakan uji korelasi dan diperoleh data sebagai berikut:
1) Hasil Belajar
[image:42.595.119.506.523.752.2]Untuk menguji validitas pada tes hasil belajar yang menggunakan Scale Corrected Item-Total Correlation, nilai tersebut adalah nilai Validitas Butir. Sedangkan nilai Croncbach's Alpha if Item Deleted adalah nilai Reliabilitas Butir. Dari data di atas maka dapat disimpulkan data sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Ujicoba Reliabilitas
No Item Pertanyaan Korelasi T tabel Keterangan
1 Soal_1 0,904
0,374
Reliabel
2 Soal_2 0,909 Reliabel
3 Soal_3 0,905 Reliabel
Reliabel
4 Soal_4 0,908
5 Soal_5 0,903 Reliabel
6 Soal_6 0,903 Reliabel
7 Soal_7 0,908 Reliabel
8 Soal_8 0,911 Reliabel
9 Soal_9 0,903 Reliabel
10 Soal_10 0,906 Reliabel
11 Soal_11 0,910 Reliabel
12 S0al_12 0,908 Reliabel
13 Soal_13 0,904 Reliabel
14 Soal_14 0,909 Reliabel
15 Soal_15 0,903 Reliabel
16 Soal_16 0,904 Reliabel
17 Soal_17 0,905 Reliabel
19 Soal_19 0,902 Reliabel
20 Soal_20 0,908 Reliabel
21 Soal_21 0,904 Reliabel
22 Soal_22 0,906 Reliabel
23 Soal_23 0,903 Reliabel
24 Soal_24 0,904 Reliabel
25 Soal_25 0,905 Reliabel
26 Soal_26 0,908 Reliabel
27 Soal_27 0,905 Reliabel
28 Soal_28 0,904 Reliabel
29 Soal_29 0,910 Reliabel
30 Soal_30 0,902 Reliabel
31 Soal_31 0,913 Reliabel
32 Soal_32 0,903 Reliabel
33 Soal_33 0,903 Reliabel
34 Soal_34 0,910 Reliabel
35 Soal_35 0,908 Reliabel
36 Soal_36 0,903 Reliabel
37 Soal_37 0,911 Reliabel
38 Soal_38 0,903 Reliabel
39 Soal_39 0,903 Reliabel
40 Soal_40 0,904 Reliabel
2) Motivasi
[image:43.595.119.507.111.368.2]Dalam penghitungan reliabiltas motivasi, akan berebda dengan hasil belajar. Penghitungan reliabilitas motivasi dengan menggunakan Cronbach’s Alpha menghasilkan data sebagai berikut;
Tabel 3. 10 Reliabiltas Motivasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,959 27
Nilai koefisien reliabilitas di atas adalah 0, 959. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal yaitu kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (d) Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Arikunto, 2003).
Keterangan
D = Daya Pembeda
JA = Banyak Peserta kelompok atas JB = Banyak Peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok bawah BB = Banyakna kelompok atas jawab
[image:44.595.117.429.115.401.2]PA = Proporsi Kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawb benar
Tabel 3.11
Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤D≤0,20 Jelek
0,20 ≤D≤0,40 Cukup
0,40 ≤D≤0,70 Baik
0,70 ≤D≤1,00 Baik Sekali
Peningkatan yang ter