• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Martdian Ratna Sari NIM : 092114020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(2)

i

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011)

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Nama : Martdian Ratna Sari NIM : 092114020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu

jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.( 1 Kor 10: 13) “Tuhan pasti sudah menyediakan yang Terbaik untukku,

semua tergantung dari caraku memilih.”

“Prestasi bukanlah suatu kebetulan, dan impian tidak akan pernah menjadi kenyataan tanpa kerja keras”

Ku Persembahkan skripsi ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku 

dan kepada,

kedua orang tuaku, Gregorius Sarwiyanto dan Nani Puspa Sari,

kakak-kakak, ka Tami dan Ka Wico,

Adikku Audia, Ray, Ensi, Ririn, Agung, dan Ambar,

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan yang luar biasa, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham dengan Kecerdasan Investor sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Melakukan SEO dan Terdaftar di BEI Pada Tahun 2001-2011)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Romo Dr. Ir. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. Y. P. Supardiyono, Akt., M.Si., QIA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, masukan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

(9)

viii

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

6. Staf sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Staf Pojok Bursa Efek Indonesia Universtas Sanata Dharma Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Atmajaya Yogyakarta, yang membantu dalam proses pencarian data.

8. Kedua orang tuaku yang tersayang, Papa dan Mama yang selalu memberikan doa, nasehat, semangat, dorongan, kasih sayang yang tak terhingga dan perhatian yang luar biasa, dan segala sesuatu kebutuhan selama aku kuliah.

9. Kakak-kakakku, ka Tami, ka Wico, dan adik-adikku Ensi, Ray, Alfan, Ririn, Ambar, Agung yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan dan perhatian yang tak terhingga kepadaku, serta kebersamaan yang boleh kita lalui bersama.

10. Adik tersayang Cornelia Claudia Doa yang selalu memberi motivasi, doa dan kasih yang luar biasa, yang selalu ada dalam semua proses yang aku lalui. Tawa canda yang boleh aku rasakan tanpa rasa sepi sedikitpun. Trimakasih buat kebersamaan yang selalu kita lewati hari demi hari. 11. Jeremias Jaflean, yang ikut repot menyelesaikan skripsi ini, trimakasih

(10)

ix

hal gila lain yang boleh kita lalui bersama. Hari-hari gila yang selalu menebar tawa canda dan semoga cepat menyusul dengan segera.

12. Sahabat dan teman-temanku, teman-teman Akuntansi 2009, dan semua orang yang pernah aku temui. Terima kasih atas dukungan, doa dan kebersamaan yang boleh kita lalui bersama.

13. Teman-teman bimbingan dan kelas MPT Bu Ninik. Terima kasih atas dukungan, semangat dan kebersamaannya.

14. Semua pihak yang membantu, mendukung, dan berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.

Yogyakarta, Maret 2013

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TELAAH PUSTAKA ... 11

A. Manajemen Laba ... 11

B. Return Saham ... 16

C. Kecerdasan Investor ... 20

D. Pertumbuhan Perusahaan ... 21

E. Manajemen Laba, Return Saham, dan Kecerdasan Investor ... 22

F. Perumusan Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Variabel Penelitian dan Definsi Operasional ... 27

1. Variabel Penelitian ... 27

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

a. Variabel Independen ... 27

(12)

xi

c. Variabel Moderasi ... 29

d. Variabel Kontrol ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Jenis dan Sumber Data ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 33

a. Statistik Deskriptif ... 33

b. Uji Normalitas ... 33

c. Uji Asumsi Klasik ... 34

d. Uji Hipotesis ... 36

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Deskripsi Sampel ... 38

B. Analisis Data ... 39

a. Statistik Deskriptif ... 39

b. Uji Normalitas ... 41

c. Uji Asumsi Klasik ... 42

d. Uji Hipotesis ... 43 C. Pembahasan ... 47 BAB V PENUTUP ... 51 A. Kesimpulan ... 51 B. Keterbatasan Penelitian ... 51 C. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN ... 56

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian ... 38

Tabel 4.2 : Hasil Statistik Deskriptif ... 39

Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas ... 41

Tabel 4.4 : Hasil Uji Glejser ... 42

Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Autokorelasi ... 43

Tabel 4.6 : Discetionary Accruals Sebelum SEO ... 44

Tabel 4.7 : Hasil Regresi Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, dan Return Saham (Tanpa Pemoderasi )... 45

Tabel 4.8 : Hasil Regresi Manajemen Laba, Kecerdasan Investor, Pertumbuhan Perusahaan, dan Return Saham ... 45

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiv ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan SEO dan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001-2011)

Martdian Ratna Sari NIM : 092114020 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah menguji apakah manajer melakukan manajemen laba sebelum SEO dan untuk mengetahui apakah manajemen laba mempengaruhi return saham ketika mempertimbangkan kecerdasan investor. Kepemilikan institusional digunakan sebagai proksi dari kecerdasan investor. Masih adanya asimetri informasi antara manajer perusahaan dengan investor, menuntut agar para investor lebih teliti dan cermat dalam menganalisis informasi yang diterimanya. Investor yang cerdas akan memberikan reaksi negatif terhadap informasi perusahaan yang tidak valid dan tidak dapat dipercaya.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan SEO dengan mekanisme right issue dan terdaftar di BEI pada tahun 2001-2011 sebanyak 30 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Pendekatan Instrumental Variabel (Kang dan Sivaramakrishnan, 1995) digunakan untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan.

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa perusahaan melakukan manajemen laba satu tahun sebelum SEO dengan menaikkan laba. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif terhadap return saham ketika investor cerdas. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dikembangkan oleh Balsam et al, 2002 dan Joni dan Jogiyanto (2009), serta didukung oleh teori efisiensi pasar secara keputusan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak berfokus pada pertumbuhan perusahaan.

Kata kunci: SEO, manajemen laba, return saham, kecerdasan investor, pertumbuhan perusahaan.

(16)

xv ABSTRACT

THE EFFECT OF EARNINGS MANAGEMENT ON STOCK RETURN WITH INVESTOR SOPHISTICATION AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Study In The Manufacturing Companies Doing Seasoned Equity Offerings and Listed on the Indonesia Stock Exchange In The Year 2001-2011)

Martdian Ratna Sari NIM: 092114020

Sanata Dharma Yogyakarta

2013

The major purpose of this study is to investigate whether managers perform earnings management before SEO and to find out whether management earnings affect stock returns when considering the investor’s sophistication. Institutional ownership is used as a proxy of investor sophistication. The information asymmetry between company managers and investors, demand that the investors could more careful and meticulous in analyzing the information that they received. Sophisticated investors will react negatively to company’s information that is not valid and can not be trusted.

This research is an empirical study. The sample in this study are company that did SEO with the mechanism of a rights issue and they are listed on the Stock Exchange in the year 2001-2011 there are 30 companies. The data analysis technique used is multiple linear regression. Instrumental Variable approach was used to detect earnings management.

This study provides an evidence that company earnings management is applied a year before the SEO to increase the profits. In addition, this study also proved that the earnings management give a effect to stock return when investors has been sophisticated. These results were consistent with previous studies developed by Balsam et al, 2002 and Joni and Jogiyanto (2009), and supported by the theory of market efficiency in the decision. This study also proved that the growth of the company give negative effect to stock returns. This negative effect suggest that investors are not focusing on the company's growth.

Keywords: SEO, Earnings Management, Stock’s Returns, Investors Sophistication, Company Growth.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang bisa dipilih oleh perusahaan untuk menambah modal bagi pembiayaan perusahaan. Sukwadi (2006) dalam Prabandari (2012) berpendapat bahwa dalam perkembangannya, pasar modal sebagai wahana sektor keuangan di luar perbankan diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperoleh dana secara cepat dan mudah dari investor maupun kreditur. Perusahaan yang telah memasuki pasar modal atau disebut perusahaan go

public ternyata masih membutuhkan sumber dana untuk membiayai kegiatan

operasi perusahaannya. Ketika jumlah dana yang dibutuhkan cukup besar dana tersebut dapat diperoleh dari luar perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana tersebut adalah melalui mekanisme

seasoned equity offerings (SEO) (Sunarjanto, 2007). SEO merupakan penawaran

saham tambahan yang dilakukan perusahaan yang listed di pasar modal, di luar saham yang terlebih dahulu beredar di masyarakat melalui Initial Public Offerings (IPO) (Megginson, 1997).

Penawaran saham tambahan ini ditujukan untuk memperoleh dana tambahan dari investor, baik untuk kepentingan ekspansi, restrukturisasi, dan lainnya (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Brealey, et al. (2001) mengungkapkan bahwa

(18)

salah satu cara penjualan SEO ini dapat dilakukan dengan right issue. Dengan

right issue perusahaan menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk

membeli saham tersebut yang sebanding dengan kepemilikan saham pada tingkat harga (exercise price) yang sudah ditentukan (lebih rendah dari harga pasar) pada periode tertentu. Pemilihan mekanisme penjualan tergantung pada kondisi dan strategi perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi cenderung menggunakan right issue untuk memperoleh tambahan dana. Right issue juga dapat dikombinasikan dengan derivative efek lainnya, seperti warrant dan

convertible stock.

Menurut Wild (2004), ada beberapa motivasi perusahaan dalam melakukan SEO: (1) memperoleh sumber dana untuk keperluan investasi dengan harapan profitabilitas perusahaan akan meningkat, (2) memperbaiki struktur modal perusahaan, (3) meningkatkan likuiditas perusahaan, (4) sarana meningkatkan nilai perusahaan, (5) mempertahankan porsi kepemilikan pemegang saham lama, (6) meningkatkan likuiditas saham dengan penambahan jumlah saham beredar sehingga dapat meningkatkan volume dan frekuensi perdagangan serta return saham.

Dengan adanya penawaran saham tambahan kepada investor, diharapkan perusahaan akan mendapatkan tambahan dana dengan cepat. Namun secara teoritis, pengumuman perusahaan yang melakukan right issue menyebabkan harga saham bereaksi negatif, hal tersebut diakibatkan karena adanya systematic

(19)

untuk menginvestasikan dananya. Terkadang, agar kinerja perusahaan terlihat bagus, pihak manajemen berusaha untuk mengatur laba perusahaan, yaitu dengan menaikkan laba perusahaan. Dalam Statement of Financial Accounting Concept

(SFAC) No.1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting

dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba tersebut membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas

earning power perusahaan di masa yang akan datang (Financial Accounting Standard Board, 1987). Pada praktiknya dari semua elemen laporan keuangan

yang menjadi pusat perhatian investor hanya pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie, et al., 1994). Kecenderungan investor dan pihak ekstern lainnya yang lebih berfokus pada informasi laba memicu manajemen melakukan

disfunctional behavior berupa manajemen laba (earning management) atau

manipulasi laba (earning manipulation) untuk menghasilkan laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan (Bartov, 1993).

Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan (discretionary) yang dapat mempercepat atau menunda biaya-biaya dan pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang diharapkan (Scott,1997).

(20)

Sejumlah penelitian mengenai analisis manajemen laba seperti dalam penelitian Jones (1991), Chotourou (2001), Rao dan Dandale (2005), Rajgopal et

al. (2007), manajemen laba sering memfokuskan pada penggunaan discretionary accruals oleh manajer dalam mengatur laba. Teoh et al. (1998b) dalam Jogiyanto

(2009) menemukan bahwa manajemen melakukan penyesuaian akrual dalam rangka menaikkan laba menjelang SEO. Rangan (1998) juga menemukan hasil yang sama.

Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa manajer melakukan manajemen laba menjelang SEO sehingga kinerja saham setelah SEO adalah rendah. Hasil dari penelitian Teoh et al. (1998b) menyatakan bahwa kinerja saham rendah setelah SEO untuk perusahaan yang melakukan SEO. Manajer biasanya berperilaku oportunis dengan melakukan manajemen laba untuk menaikkan harga saham yang ditawarkannya sehingga ada peningkatan laba menjelang penawaran dan memuncak pada saat penawaran untuk kemudian menurun setelah penawaran. Rangan (1998) juga membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan setelah SEO rendah. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara

discretionary accruals dan return saham adalah negatif, sehingga Rangan

menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan oleh komponen akrual.

(21)

Penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) berhasil menemukan hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi. Koefisien hubungan manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang tinggi menyebabkan return saham rendah ketika mempertimbangkan faktor kecerdasan investor. Dalam penawaran saham perdana, investor cenderung menggunakan laporan keuangan sebagai satu-satunya sumber informasi, sedangkan dalam SEO ada lebih banyak informasi yang dapat dimanfaatkan investor sebelum membuat keputusan investasinya. Apabila investor mampu mendeteksi manajemen laba di sekitar IPO hanya dengan menggunakan informasi dalam laporan prospektus, maka peneliti menduga dalam SEO ini investor akan lebih banyak mendapatkan informasi masa lalu perusahaan, informasi saat kini, maupun informasi yang bersifat sebagai pendapat yang beredar di pasar yang dapat mempengaruhi analisisnya, sehingga manajemen laba yang dilakukan manajer dengan cepat dapat terdeteksi.

Kepemilikan institusional dinilai dapat mengurangi praktik manajemen laba karena manajemen menganggap institusi sebagai sophisticated investor serta dapat memonitor manajemen yang dampaknya akan mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba (Siregar dan Utama, 2005). Selain itu Investor institusional merupakan investor yang canggih atau investor yang cerdas (sophisticated) yang lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan investor non institusional

(22)

(Siregar dan Siddharta, 2006). Konsisten dengan Bartov et al.(2000), Rajgopal (1999), dan Walther (1997) dalam Jogiyanto (2009) yang menyatakan bahwa kecerdasan investor (investor sophistication) merupakan faktor penentu hubungan antara laba dan return. Selain itu Balsam et al.(2002) menyatakan bahwa para investor yang cerdas mampu mendeteksi manajemen laba lebih cepat daripada para investor yang tidak cerdas (unsophisticated investors).

Penelitian ini mengacu pada penelitian Joni dan Jogiyanto (2009), yang meneliti hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi dengan sampel perusahaan yang IPO pada tahun 1990-2002. Variabel dependen yang diuji yaitu manajemen laba yang memiliki hubungan dengan return saham ketika mempertimbangkan kecerdasan investor sebagai pemoderasi. SEO dengan mekanisme right issue atau menjual hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tambahan dengan harga tertentu biasa dilakukan oleh perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pemegang saham lama agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya. Penulis tertarik untuk meneliti pengaruh manajemen laba sebelum SEO dengan mekanisme right issue terhadap return saham dengan rentan waktu dari tahun 2001-2011. Ketika perusahaan sudah menjadi perusahaan publik, maka setiap keputusan dan kegiatan perusahaan akan diawasi, dikontrol, dan dipertanggungjawabkan kepada publik. Harapannya, hak publik untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat, dan netral dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, berbeda dengan penawaran

(23)

saham perdana maka investor mempunyai akses dan sumber untuk memperoleh informasi yang lebih memadai dalam SEO. Selain menggunakan informasi laporan keuangan maka investor dapat menggunakan berbagai akses dan sumber informasi lain untuk menilai apakah perusahaan layak sebagai tempat menginvestasikan dananya.

Meskipun di pasar tersedia informasi yang memadai manajer tetap merupakan pihak yang lebih superior dibandingkan pihak lain. Hal inilah yang mendorong dan memotivasi manajer untuk berperilaku oportunis dengan melakukan manajemen laba. Upaya ini sebenarnya wajar dilakukan manajer perusahaan yang melakukan SEO sebab secara teoritis terbukti adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan harga saham perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan maka semakin tinggi pula harga sahamnya dan sebaliknya.

Tujuan lain menginformasikan hal-hal yang positif mengenai perusahaan yaitu agar investor secara positif merespon saham yang ditawarkan. Hal ini sejalan dengan konsep windows of opportunity yang menjelaskan bahwa manajer yang oportunis memanfaatkan asimetri informasi antara manajer dan pasar. Konsep ini juga menjelaskan bahwa kebanyakan perusahaan akan melakukan penawaran saham tambahan pada saat sahamnya overvalued. Dengan kata lain, manajer berperilaku oportunis ketika mengetahui investor overoptimist terhadap nilai penawaran saham tambahan tersebut. Hal ini lah yang mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui apakah hasil penelitian yang dilakukan di sekitar IPO konsisten dengan pada saat SEO.

(24)

Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah dengan investor yang cerdas investor akan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan relevan ketika SEO, sehingga para investor dapat mendeteksi manajemen laba lebih cepat dan memperhitungkan return saham yang akan diterimanya. Mengingat bahwa ketika SEO, investor dapat memonitoring manajer melalui rapat umum pemegang saham dan informasi mengenai perusahaan jauh lebih banyak serta tersedia dibandingkan saat IPO.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham dengan Kecerdasan Investor Sebagai Variabel Pemoderasi” (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Melakukan SEO dan Terdaftar di BEI periode 2001-2011)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba sebelum SEO?

2. Apakah manajemen laba sebelum SEO berpengaruh negatif terhadap return saham ketika investor cerdas?

(25)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menguji apakah perusahaan melakukan manajemen laba di luar penawaran saham perdana dan pengaruhnya terhadap return saham.

b. Untuk menguji apakah SEO tetap memotivasi perusahaan untuk melakukan manajemen laba, dan bagaimana pengaruhnya terhadap return saham dengan mempertimbangkan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi penulis, sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan

khususnya dalam bidang pasar modal serta dapat menambah pengetahuan mengenai kondisi pasar modal Indonesia.

b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan studi dengan memberikan bukti empiris mengenai

signaling theory di pasar modal Indonesia terkait dengan reaksi pasar atas

pengumuman informasi laba yang mengandung earning management. c. Bagi investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar

modal, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk membuat keputusan investasi, terutama yang terkait dengan pengaruh praktik manajemen laba terhadap return investasi.

(26)

d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kajian penelitian selanjutnya, khususnya penelitian di bidang akuntansi keuangan dan pasar modal.

(27)

11 BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Manajemen Laba

Manajemen laba diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles, untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan (Assih, 1998 dalam Muid, 2005). Konsisten dengan pernyataan Sulistyanto (2003), manajemen laba tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan sejauh apa yang dilakukannya masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi. Manajer memiliki beberapa motivasi dalam melakukan manajemen laba, menurut Scott (1997) dalam Wedari (2004) motivasi dilakukannya manajemen laba tersebut adalah kontrak bonus, stock price effect, faktor politik, faktor pajak, pergantian chief

executive officer (CEO), dan penawaran saham perdana.

Manajemen laba sering dilakukan dengan memanfaatkan discretionary

accrual. Discretionary accrual adalah suatu cara untuk mengurangi atau

menambah pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual, misalnya dengan menaikkan biaya amortisasi atau depresiasi, mencatat kewajiban yang besar terhadap potongan harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang. Discretionary accrual sering digunakan sebagai proksi manajemen laba oportunistik dalam beberapa penelitian

(28)

sebelumnya sesuai dengan konteksnya masing-masing, tetapi manajer mungkin mempunyai motivasi lain untuk mencatat discretionary accrual yaitu untuk maksud pemberian sinyal mengenai kinerja manajemen kini, serta yang akan datang (Widodo, 2005). Dengan discretionary accrual manajer menyembunyikan, menunda, atau mengubah informasi yang dapat membuat investor mempunyai persepsi negatif terhadap perusahaan.

Manajemen laba tidak hanya dilakukan perusahaan saat menjelang IPO, bahkan ketika perusahaan tersebut sudah go public manajemen laba masih sering dilakukan. Friedlan (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat menaikkan laba akuntansi periode satu tahun setelah IPO. Syaiful (2002) juga menemukan bukti yang sama untuk BEJ, yakni manajemen laba dilakukan peiode dua tahun setelah IPO.

Dalam perkembangan usahanya setiap perusahaan pasti membutuhkan tambahan dana guna membiayai kegiatan investasi dan operasionalnya. Untuk mendapatkan tambahan dana tersebut perusahaan dapat melakukan seasoned

equity offering (SEO), yakni penawaran sekuritas tambahan (seasoned securities)

yang dilakukan emiten sebagai perusahaan go public kepada masyarakat melalui pasar modal. Penawaran saham ini dapat dilakukan melalui mekanisme right

issue atau menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk membeli

(29)

SEO dimaksudkan sebagai alternatif memperoleh sumber dana dan memperbaiki struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi cenderung menggunakan mekanisme right issue untuk memperoleh tambahan dana tersebut. Dengan dikeluarkannya SEO kepada pemegang saham, maka pemodal akan mengeluarkan uang untuk membeli saham dari SEO. Uang yang didapatkan dari investor melalui SEO akan digunakan oleh perusahaan untuk memperkuat struktur pendanaan atau untuk kebutuhan investasi. Melalui SEO, perusahaan memperoleh dana dengan cepat dan mudah tanpa memerlukan jaminan serta tanpa terbebani dengan adanya kewajiban pengembalian yang disertai bunga (Brealey, et al., 2001).

Sukwadi (2006) menyatakan bahwa aksi perusahaan melalui mekanisme right

issue bisa ditanggapi investor sebagai suatu sinyal positif ataupun negatif.

Perusahaan dengan pertumbuhan kinerja yang tinggi memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinvestasi, maka perusahaan tersebut pasti memerlukan modal dana yang lebih besar, sehingga pengumuman SEO akan diterjemahkan investor sebagai sinyal positif karena berhubungan dengan prospek earning perusahaan yang bagus di masa depan. Sebaliknya investor mungkin akan menanggapi suatu pengumuman SEO sebagai sinyal negatif bila terdapat indikasi bahwa investor memandang kinerja perusahaan suram sehingga perusahaan perlu untuk melakukan penawaran sekuritas tambahan.

(30)

Ketika SEO ini dilakukan segala informasi yang dibutuhkan investor diharapkan dapat lebih akurat dan terpenuhi dibandingkan ketika penawaran saham perdana, karena ketika IPO investor cenderung menggunakan laporan keuangan prospektus sebagai satu-satunya sumber informasi perusahaan, sedangkan ketika SEO ada lebih banyak informasi yang dapat dimanfaatkan investor untuk membuat keputusan investasinya. Selain menggunakan informasi laporan keuangan investor dapat menggunakan berbagai akses dan sumber informasi lain untuk menilai apakah perusahaan layak digunakan sebagai tempat menginvestasikan dananya.

Meskipun di pasar sudah cukup tersedia informasi yang memadai mengenai perusahaan, ternyata asimetri informasi antara manajer perusahaan dengan investor tetap ada, karena hubungan antara manajer (agent) dengan investor (principal) adalah hubungan kontrak. Hubungan antara agent dan principal dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi karena agent memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan principal. Hal inilah yang mendorong dan memotivasi manajer untuk berperilaku oportunis melakukan manajemen laba dengan mengubah, menyembunyikan, atau menunda angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Bahkan semakin besar asimetri informasi, semakin besar pula dorongan manajer bersikap curang dalam melaporkan kinerja dengan tujuan menyesatkan investor dalam menilai saham yang ditawarkan.

(31)

Secara teoritis manajemen laba dianggap wajar dilakukan manajer perusahaan yang melakukan SEO, karena terbukti adanya hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi kinerja perusahaan semakin tinggi pula harga sahamnya, sebaliknya semakin rendah kinerjanya semakin rendah pula harga saham perusahaan tersebut. Maka tidak mengherankan apabila perusahaan melakukan rekayasa manajerial dengan pola penaikkan laba selama beberapa periode sebelum SEO. Manajemen laba ini juga dilakukan pada saat penawaran sehingga kinerja perusahaan terlihat bagus dibandingkan kinerja sesungguhnya. Bahkan perusahaan juga mengatur agar kinerjanya seolah-olah mengalami peningkatan selama beberapa periode. Hal ini dilakukan manajer agar informasi yang diterima investor adalah informasi-informasi yang positif, dan memberi sinyal bahwa perusahaan mempunyai kesempatan bertumbuh yang tinggi sehingga investor akan merespon secara positif terhadap saham yang ditawarkan.

Shivakumar (2000) menunjukkan bahwa manajemen telah melakukan

overstate terhadap earnings sebelum melakukan pengumuman SEO. Shivakumar

memperkenalkan hipotesis yang berlawanan dengan managerial opportunism

hypothesis yaitu managerial response hypothesis. Shivakumar berasumsi bahwa

investor sebenarnya sudah menduga adanya manajemen laba dan secara rasional berusaha melepaskan pengaruhnya pada saat pengumuman SEO. Oleh karena itu, perusahaan SEO akan melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk

(32)

mengantisipasi kemungkinan reaksi investor yang negatif pada saat pengumuman SEO. Rangan (1998) dan Teoh et al. (1998) menemukan adanya manajemen laba di sekitar pengumuman SEO. Temuan tersebut menyimpulkan bahwa investor baru menyadari bahwa perusahaan telah melakukan manajemen laba setelah terjadi penurunan laba pada kuartal-kuartal setelah SEO. Hal ini berarti bahwa pengumuman SEO tidak memberikan sinyal negatif bagi investor bahwa manajemen telah melakukan manajemen laba.

B. Return Saham

Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan atau pendapatan yang

dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi surat berharga dalam bentuk saham yang dilakukannya (Ang, 1997, dalam Wahyuni, 2008). Pada umumnya investor atau pemodal dalam menanamkan modalnya pada perusahaan, pasti mengharapkan keuntungan berupa pengembalian yang hendak didapat dari hasil investasinya. Menurut Jogiyanto (2000) return merupakan hasil yang diperoleh dari harga saham sekarang dikurangi harga saham sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.

Return saham merupakan hasil dari investasi yang berupa return terealisasi

(realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return terealisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis yang dipergunakan sebagai salah satu pengukur kinerja manajemen perusahaan. Return terealisasi berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa

(33)

mendatang. Kemudian return ekspektasi merupakan return yang diharapkan oleh investor atas suatu investasi yang akan diperoleh dimasa yang akan datang (Ang, 1997; dalam Wahyuni, 2008).

Terkadang penerbitan saham baru melalui SEO ditanggapi negatif oleh pasar karena pihak investor melihat bahwa manajer memiliki informasi yang superior tentang prospek perusahaan mereka atau terjadi asimetri informasi yang besar antara manajer dan investor, sehingga menghasilkan reaksi pasar yang negatif. Sebenarnya reaksi pasar terhadap SEO tidak selalu negatif jika perusahaan dapat menghasilkan proyek dengan NPV yang positif dan peningkatan kinerja perusahaan pasca SEO. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), harga pelaksanaan emisi right selalu ditetapkan lebih rendah dari harga pasar, hal ini dapat menarik minat pemegang saham untuk membeli saham. Permintaan saham akan naik diikuti dengan peningkatan harga saham. Meningkatnya volume dan frekuensi perdagangan saham berarti saham yang diperdagangkan di pasar sekunder semakin likuid.

Saham dengan tingkat likuiditas tinggi akan memberikan return yang tinggi pula dibandingkan saham dengan likuiditas rendah. Return saham yang tinggi dan adanya peningkatan kinerja perusahaan dapat menarik investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut. SEO dapat meningkatkan likuiditas saham selanjutnya dan meningkatkan return saham. Penelitian Safitri dan Tandelilin (2000) menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada return saham untuk

(34)

perusahaan yang melakukan right issue di pasar modal. Return saham yang meningkat pada hari keempat sampai hari pertama sebelum pengumuman right

issue, menurun sampai hari ketiga setelah right issue, dan kemudian kembali

meningkat lagi.

Kurniawan (2006) meneliti tentang dampak pengumuman right issue terhadap

return saham dan likuiditas saham di BEJ periode tahun 2002–2004. Variabel

penelitian adalah return saham, abnormal return, dan trading volume activity (TVA). Teknik pengujian hipotesis adalah paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham,

abnormal return, dan TVA. Right issue tidak berpengaruh terhadap return saham, abnormal return, dan likuiditas saham sebelum dan sesudah right issue. Marfuah

dan Kusuma (2003) meneliti tentang kemahiran investor dan pola return saham setelah pengumuman laba. Penelitian tersebut menggunakan 119 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian itu menguji secara empiris pengaruh proporsi saham yang dimiliki oleh investor institusional sebagai proksi bagi kemahiran investor terhadap hubungan

unexpected earning dan abnormal return setelah pengumuman laba. Kesimpulan

dari penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Bartov et al. (2000) dalam Joni dan Jogiyanto yang mengatakan bahwa variabel kepemilikan institusional merupakan variabel yang mempunyai daya penjelas lebih tinggi dibandingkan dengan biaya transaksi dan ukuran perusahaan. Selain itu penelitian tersebut

(35)

mengindikasikan bahwa derajat penetapan harga tak efisien seperti yang dimanifestasikan dalam abnormal return setelah pengumuman laba berhubungan negatif dengan proporsi saham yang dimiliki oleh investor institusional.

Widiastuty (2004) juga meneliti hubungan manajemen laba terhadap return saham dengan menggunakan leverage dan unexpected earnings sebagai variabel kontrol. Sampel penelitian terdiri atas 72 perusahaan pada perioda 1999-2001. Hasilnya menunjukkan bahwa manajemen laba berhubungan positif terhadap return saham. Managerial opportunism hypothesis memprediksi adanya penurunan abnormal return saham pada jangka panjang setelah SEO namun tidak memprediksi adanya abnormal return saham yang negatif pada saat pengumuman SEO karena investor tidak menyadari adanya sinyal manajemen laba pada saat pengumuman SEO. Rangan (1998) membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan setelah melakukan SEO rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Rangan (1998) mencoba memprediksi return saham dengan komponen akrual diskresioner untuk mendapatkan koefisien negatif yang menunjukkan kinerja saham yang rendah tersebut mampu dijelaskan dengan manajemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara akrual diskresioner dan return saham adalah negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan oleh komponen akrual.

(36)

Untuk itu, sama seperti penelitian terdahulu, penelitian ini juga akan meneliti pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan hasil yang diharapkan dapat lebih konsisten dengan data dan periode yang lebih baru dari penelitian sebelumnya.

C. Kecerdasan Investor

Dalam signaling theory dijelaskan bahwa seorang investor yang rasional akan melakukan analisa terlebih dahulu sebelum membuat keputusan untuk berinvestasi, investor membutuhkan informasi yang akan dijadikan sinyal untuk menilai prospek masa depan perusahaan. Dalam hal ini, informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi masa lalu, informasi saat kini, maupun informasi yang bersifat sebagai pendapat atau opini yang beredar dipasar yang mempengaruhi perubahan harga (Riany, 2008). Jogiyanto (2005) menyatakan bahwa investor yang cerdas mampu menganalisis informasi lebih lanjut untuk menentukan apakah informasi memberikan sinyal yang sahih dan dapat dipercaya, sedangkan investor yang tidak cerdas akan menerima informasi tanpa menganalisis lebih lanjut. Pernyataan tersebut didukung oleh teori efisiensi pasar secara keputusan, yang menjelaskan bahwa pasar yang efisien tidak hanya mempertimbangkan ketersediaan informasi tetapi juga mempertimbangkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan. Pelaku pasar yang canggih tidak akan mudah dibodohi (fooled) oleh emiten, ia akan menganalisis informasi lebih lanjut untuk menentukan apakah

(37)

benar informasi yang diterimanya merupakan sinyal yang valid dan dapat dipercaya. Jika ternyata sinyal yang diterima merupakan sinyal yang tidak valid dan karena investor tidak canggih, reaksi mereka yang positif terhadap informasi yang diterimanya merupakan reaksi yang tidak benar sehingga pasar belum efisien secara keputusan, karena investor mengambil keputusan yang salah. Sebaliknya, investor yang canggih akan dapat mengetahui bahwa sinyal dari informasi yang diterimanya adalah sinyal yang tidak benar, sehingga mereka akan bereaksi negatif terhadap informasi tersebut.

Bartov et al. (2000a) menguji hubungan antara kecerdasan investor dengan pola return saham yang diobservasi setelah pengumuman laba kuartalan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan investor berhubungan secara negatif dengan pola return abnormal yang diobservasi setelah pengumuman laba kuartalan. Hasil ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan investor, maka semakin rendah return abnormal setelah pengumuman laba kuartalan. Ia mendefinisikan investor yang cerdas sebagai investor yang mampu mengumpulkan dan memproses informasi publik, sedangkan investor yang tidak cerdas adalah investor yang hanya menggunakan informasi keuangan pers dan intuisi serta tidak melakukan analisis laporan keuangan dengan baik.

D. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan aktiva yang mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat

(38)

dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan investasi pada masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi dan akhirnya membutuhkan penyediaan dana. Pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan aktiva perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan investasi yang tersedia dan dari investasi tersebut diharapkan dapat memberikan return yang tinggi juga. E. Manajemen Laba, Return Saham, dan Kecerdasan Investor

Penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) yang meneliti mengenai hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi membuktikan bahwa koefisien hubungan manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang tinggi menyebabkan nilai harga saham rendah ketika mempertimbangkan faktor kecerdasan investor.

Bartov et al. (2000a), Rajgopal (1999), dan Walther (1997) menyatakan bahwa kecerdasan investor (investor sophistication) merupakan faktor penentu hubungan antara laba dan return. Balsam et al. (2002) menguji reaksi pasar

(39)

(investor cerdas dan tidak cerdas) terhadap manajemen laba disekitar pelaporan keuangan kuartalan (10-Q), hasilnya menunjukkan bahwa para investor yang cerdas mampu mendeteksi manajemen laba lebih cepat daripada investor yang tidak cerdas.

Pada umumnya penelitian-penelitian menggunakan kepemilikan institusi sebagai proksi kecerdasan investor (Hand 1990; Utama dan Cready 1997; Walther 1997; El-Gazzar 1998; dan Bartov et al. 2000a). Marfuah dan Kusuma (2003) berpendapat bahwa semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh investor institusional, maka semakin kecil kesalahan penetapan harga pada saham tersebut. Alasan utama yang membuat kepemilikan institusi cocok dijadikan proksi kecerdasan investor karena institusi memiliki informasi privat yang lebih banyak dan memiliki tim analis yang canggih untuk menganalisis informasi daripada investor individu (Mayer 1988; Shiller dan Pound 1989). Alasan lain adalah karena investor institusi siap melakukan investasi pada sejumlah besar perusahaan.

F. Perumusan Hipotesis

Adanya asimetri informasi antara manajer perusahaan dengan investor mendorong dan memotivasi manajer melakukan manajemen laba. Tujuan dilakukannya manajemen laba agar informasi-informasi yang diterima investor merupakan informasi-informasi positif yang nantinya akan mempengaruhi

(40)

investor untuk membeli saham tambahan yang dilakukan melalui right issue. Dari beberapa penelitian dan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa perusahaan cenderung meningkatkan kinerja pada saat sebelum SEO dengan cara mengatur laba dalam bentuk peningkatan laba (income

increasing), yang pada akhirnya menyebabkan penurunan laba jangka panjang

pada periode setelah SEO.

Pada penelitian ini akan diuji kembali mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan sebelum SEO dengan data dan periode yang lebih baru. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif pertama yang dinyatakan sebagai berikut :

H1 : Perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba sebelum SEO.

Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa dengan kepemilikan institusional sebesar 40% investor dianggap mahir dan dapat mendeteksi adanya manajemen laba dalam setiap laporan keuangan perusahaan. Investor institusional umumnya memiliki informasi privat yang lebih banyak dan memiliki tim analis yang lebih canggih untuk menganalisis informasi daripada investor individu.

Penelitian ini akan menguji pengaruh manajemen laba sebelum SEO terhadap

return saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai variabel

pemoderasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Joni dan Jogiyanto (2009), karena penelitian ini menggunakan peristiwa SEO dengan mekanisme right issue

(41)

sebagai suatu peristiwa yang dilakukan perusahaan setelah perusahaan tersebut go

public. Sedangkan penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) meneliti mengenai

hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi yang hasil koefisien hubungan manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah kecerdasan investor memperkuat pengaruh manajemen laba terhadap return saham, mengingat pada saat SEO ini informasi yang tersedia lebih banyak serta mempertimbangkan kecanggihan pelaku pasar dalam menganalisis informasi yang diterimanya. Investor yang tidak cerdas akan langsung menerima informasi tanpa menganalisis informasi tersebut lebih lanjut, sehingga ia akan bereaksi positif terhadap saham yang ditawarkan dan keputusan yang diambilnya menjadi salah dalam berinvestasi. Sedangkan investor yang cerdas mampu menganalisis informasi lebih lanjut sehingga ketika informasi yang diterimanya merupakan informasi yang salah dan mengandung manajemen laba, ia akan bereaksi negatif terhadap saham yang ditawarkan dan keputusannya benar dalam berinvestasi. Berdasarkan teori efisiensi pasar dan penelitian Joni dan Jogiyanto (2009) sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis alternatif kedua sebagai berikut:

(42)

H2 : Terdapat pengaruh negatif manajemen laba terhadap return saham, ketika investor cerdas.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Dependen Variabel Pemoderasi Kecerdasan Investor Return Saham Variabel Independen Manajemen Laba Sebelum SEO Pertumbuhan Perusahaan Variabel Kontrol

(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan satu variabel bebas, variabel terikat, variabel kontrol dan variabel moderasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah manajemen laba, variabel terikatnya adalah return saham, variabel kontrolnya adalah pertumbuhan aktiva, sedangkan variabel moderasi penelitian ini adalah kecerdasan investor.

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a. Variabel Independen

Dalam penelitian ini manajemen laba merupakan variabel independen. Manajemen laba adalah intervensi atau campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan tujuan memaksimalkan keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Dalam penelitian ini manajeman laba diukur dengan menggunakan pendekatan instrumental variabel (IV). Dipilihnya model Kang dan Sivaramakrishnan karena model ini merupakan model yang relatif paling baik dibandingkan model akrual lainnya seperti model random walk, mean-reverting,

(44)

mengurangi masalah omitted variables dengan menambahkan regressors selain penjualan, yaitu komponen biaya seperti kos penjualan dan biaya-biaya lainnya, serta mengurangi masalah simultanitas dan kesalahan dalam variabel karena model ini menggunakan instrumental variabel (Thomas dan Zang, 2000).

Formula pendekatan instrumental variabel adalah sebagai berikut:

ACCBi,t/Ai,t-1= Φ0 + Φ1(δ1REVt /Ai,t-1) + Φ2(δ2EXPi,t /Ai,t-1) + Φ3(δ3GPPEi,t /Ai,t-1) + νi,t(4)

dengan:

δ1 = ARTi,t-1/REVi,t-1;δ2 = OCALi,t-1/EXPi,t-1;δ3 = DEPi,t-1/GPPEi,t-1. Keterangan :

ACCBit = saldo akrual = CAi,t– CASHi,t –CLi,t – DEPi,t; Ait = aktiva total tahun t;

CAi,t = aktiva lancar perusahaan i pada tahun t; CASHi,t= kas perusahaan i pada tahun t; CLi,t= utang lancar perusahaan i pada tahun t;

DEPi,t-1 = biaya depresiasi dan amortisasi perusahaan i pada tahun t-1; ARTi,t-1 = piutang dagang perusahaan i pada tahun t-1;

REVi,t= pendapatan perusahaan ke i pada tahun ke t;

OCALi,t-1 = aktiva lancar – piutang dagang – kas – utang lancar perusahaan i pada tahun t-1;

EXPi,t-1= penjualan bersih – laba operasi – biaya depresiasi perusahaan i pada tahun t (Thomas dan Zhang, 2000);

(45)

Pendekatan ini menyatakan bahwa manajemen laba terjadi apabila nilai akrual diskresioner (DA) > 0. Untuk pengujia DA > 0 dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik parametrik, yaitu one sample t-test.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan cumulative abnormal

return (CAR) yang dihitung dengan pendekatan Market Adjusted Model. Formula

CAR sebagai berikut :

ARDPt = RETHt - RETPBNt Keterangan :

ARDPt = Abnormal Return disesuaikan pasar RETHt = Return saham harian emiten hari ke t RETPBNt = Return pasar harian ke t

c. Variabel Moderasi

Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah kecerdasan investor. Penelitian ini menggunakan kepemilikan institusi sebagai proksi dari kecerdasan investor dan cutoff 40% atau lebih kepemilikan institusi menunjukkan investor cerdas. Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham perusahaan oleh pihak institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan asset manajemen. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba.

(46)

Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh investor institusional dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusi adalah persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari seluruh jumlah modal saham yang beredar, karena investor institusi dianggap siap untuk berinvestasi pada sejumlah besar perusahaan. Selain itu investor institusi memiliki resiko yang cukup besar sehingga ketika mempertimbangkan suatu investasi haruslah penuh ketelitian dan kecermatan dalam menganalisis informasi yang diterimanya, sehingga ketika terjadi suatu kerugian investor sudah siap dengan segala resiko yang akan diterimanya. Oleh karena itu kepemilikan institusi cocok dijadikan sebagai proksi dari kecerdasan investor.

d. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan.Variabel kontrol digunakan agar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinvestasi, maka perusahaan tersebut pasti memerlukan modal dana yang lebih besar, sehingga pengumuman SEO akan diterjemahkan investor sebagai sinyal positif karena berhubungan dengan prospek earning

(47)

perusahaan yang bagus di masa depan. Tingkat pertumbuhan perusahaan diukur dari tingkat kenaikan aktiva setiap tahunnya dengan menghitungnya sebagai berikut :

Tingkat Pertumbuhan = –

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan atau individu) yang karakteristiknya hendak diduga, yang mana satuan-satuan individu ini disebut dengan unit analisis. Populasi yang dipilih dalam penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan data perusahaan yang melakukan SEO pada tahun 2001 hingga tahun 2010. Penelitian ini hendak meneliti periode laporan keuangan sebelum SEO (t-1). Karena peneliti ingin mengetahui apakah pada saat SEO manajer terbukti melakukan manajemen laba, dan penelitian ini ingin menguji apakah kecerdasan investor memperkuat atau memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap return saham.

Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah data perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan SEO mulai tahun 2001 hingga tahun 2011. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memilih anggota sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

(48)

1. Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI sejak tahun 2001 hingga tahun 2011 dan melakukan SEO selama periode tahun 2001 hingga 2011.

2. Perusahaan sampel harus menerbitkan laporan keuangan secara terus-menerus baik sebelum maupun sesudah SEO.

3. Perusahaan sampel harus menyediakan informasi kepemilikan institusi. 4. Perusahaan sampel merupakan perusahaan dengan kepemilikan institusi

40% atau lebih. C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan satu tahun sebelum SEO (t-1), untuk mengetahui selisihnya dengan laporan keuangan pada saat SEO sebagaimana yang digunakan dalam rumus serta dengan perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional ≥ 40%. Kemudian data lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah data harga saham harian dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menghitung return perusahaan secara individu serta return pasar selama tujuh hari setelah perusahaan mengumumkan right issue. Adapun data tersebut diperoleh dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan IDX Statistics.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumenter yang diambil dari ICMD bertujuan untuk mengetahui jenis

(49)

perusahaan serta data harga saham harian dan indeks harga saham yang dipublikasikan oleh BEI. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh data perusahaan mengenai kemungkinan terjadinya manajemen laba dan pengaruhnya terhadap return saham dengan melihat kecerdasan investor yang diukur melalui besarnya kepemilikan institusional perusahaan.

E. Teknik Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai manajemen laba, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusi serta return saham pada perusahaan yang telah terdaftar di BEI dan melakukan SEO.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005) dalam Ahmad (2011). Menurut Ghozali, 2005 dalam uji normalitas ini metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal daripada dengan melihat grafik histogram.

(50)

3. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui, menguji serta memastikan kelayakan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini, dimana data tersebut digunakan secara normal, bebas dari autokorelasi, multikolinieritas, serta heteroskedastisitas.

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan penyimpangan (variance) dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi heteroskedasitas dapat dilakukan dengan uji Glejser.

Adapun dasar dari menganalisis untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

(51)

Apabila variabel independen signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen, maka terdapat indikasi terjadi heteroskedastisitas.

b. Uji Multikolineeritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Hartmann dan Moers (1999) dalam Jogiyanto (2004) memberikan argumen bahwa multikolinearitas dalam model regresi yang menguji efek moderasi tidak terjadi karena koefisien dari interaksi (DA*INST) tidak sensitif terhadap perubahan dari titik awal skala (misalnya ditransformasikan untuk ditengahkan berdasarkan nilai rata-ratanya) dari DA dan INST, sehingga multikolinearitas tidak menjadi masalah ketika menerapkan model regresi moderasian. Berdasarkan argumen ini peneliti tidak melakukan pengujian multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dapat dikatakan ada problem autokorelasi.

(52)

Autokorelasi terjadi apabila penyimpangan pada periode t-1 (sebelumnya) atau terjadi korelasi diantara kelompok observasi yang diurutkan menurut waktu (pada data time series). Untuk menguji autokorelasi penelitian ini digunakan uji Durbin – Watson (DW test). Uji Durbin–Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen.

4. Uji Hipotesis

a. Melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda Uji regresi berganda adalah analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba terhadap return saham. Adapun bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu:

Keterangan :

INST : kepemilikan institusi perusahaan i adalah 40% atau lebih b. Menetukan rumusan hipotesis

H01: β1 = 0, Perusahaan tidak melakukan manajemen laba sebelum SEO. Ha1: β1 ≠ 0, Perusahaan melakukan manajemen laba sebelum SEO.

(53)

H02: β3 ≥ 0, Manajemen laba tidak berpengaruh negatif terhadap return saham, ketika investor cerdas.

Ha2: β3 < 0, Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap return saham, ketika investor cerdas.

c. Uji t

Uji t adalah pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah manajemen laba secara individual mempunyai pengaruh terhadap return saham. Jika tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan manajemen laba berpengaruh terhadap return saham.

Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan terhadap t hitung, kemudian membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) < 0,05, maka Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh manajemen laba secara parsial terhadap return saham ditolak. Ini berarti secara parsial manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap return saham.

2. Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05 , maka Ho diterima, yang berarti secara parsial manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

(54)

38 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan yang melakukan SEO dan terdaftar di BEI pada tahun 2001-2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling dengan didasarkan pada 4 kriteria. Atas dasar kriteria-kriteria tersebut,

jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 perusahaan, hal ini dikarenakan keterbatasan perusahaan manufaktur yang melakukan SEO dengan kepemilikan institusi > 40%. Tabel 4.1 menyajikan prosedur pemilihan sampel penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah Perusahaan

Perusahaan yang melakukan SEO selama periode

tahun 2001 hingga tahun 2011 37

Perusahaan yang tidak termasuk sampel yaitu : Tidak memiliki laporan keuangan satu tahun

sebelum SEO ( 0 )

Laporan keuangan tidak lengkap ( 0 ) Investor dengan kepemilikan < 40% ( 4 ) Data terlalu ekstrim (data outlier) ( 3 )

(55)

B. Analisis Data

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel perusahaan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen manajemen laba, variabel dependen return saham, variabel kontrol pertumbuhan perusahaan, dan variabel pemoderasi kecerdasan investor.

Berikut akan dijelaskan analisis statistik deskriptif yaitu menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian.

a. Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif untuk variabel-variabel dalam model penelitian ini. Data sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan dengan kepemilikan institusi ≥ 40%. Variabel-variabel yang disajikan adalah discretionary accrual (DA), cumulative

abnormal return (CAR), kepemilikan institusi (INST), pertumbuhan

perusahaan (Growth). Adapun hasil analisisnya sebagai berikut: Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif Min Maks Mean Deviasi

Standar

Discretionary Accruals 0,0624 0,2110 0,105028 0,0428779

Pertumbuhan Perusahaan -0,7000 234,60 9,0707 42,76878 Kepemilikan Institusi 0,4005 0,9552 0,653060 0,1459654

(56)

Discretionary accruals (DA) merupakan besarnya manajemen laba

yang dilakukan oleh suatu perusahaan dimana manajemen dalam penyusunan laporan keuangan dapat menaikkan atau menurunkan laba perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif dapat diketahui bahwa dari 30 perusahaan sampel yang SEO pada tahun 2001-2011 mempunyai discretionary accruals terendah sebesar 0,0624, sementara nilai tertinggi sebesar 0,2110, dengan standar deviasi sebesar 0,105028. Adapun nilai rata-rata discretionary accruals-nya adalah 0,0428779. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba 1 tahun sebelum SEO.

Pertumbuhan perusahaan (Growth) dihitung berdasarkan total aktiva yang dimiliki setiap tahunnya. Hasil statistik deskriptif pertumbuhan perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar -0,7000 dan nilai maksimum sebesar 234,60 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 9,0707. Hal ini menunjukkan perusahaan yang melakukan SEO dalam tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Kepemilikan institusi perusahaan sampel yang diobservasi sangat tinggi, ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 65,3%. Kepemilikan institusi terendah sebesar 40%, sedangkan nilai tertinggi sebesar 95% dengan nilai standar deviasi sebesar 14,6%. Tingkat kepemilikan institusi yang tinggi ini menunjukkan bahwa investor cerdas.

(57)

Cumulative abnormal return (CAR) menunjukkan reaksi pasar setelah

perusahaan mengumumkan penerbitan right issue. Perusahaan dengan kepemilikan institusi ≥ 40% memiliki rata-rata nilai cumulative abnormal

return sebesar 0,1050 dengan deviasi standar sebesar 0,0428.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Pengambilan keputusan dalam pengujian

normalitas ini melihat pada angka probabilitas yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai p > 0,05 maka data terdistribusi normal (Ghozali, 2009). Berikut disajikan hasil pengujian normalitas:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .10943840

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .083

Negative -.087

Kolmogorov-Smirnov Z .478

Asymp. Sig. (2-tailed) .976

Gambar

Gambar 2.1 :  Kerangka Pemikiran  .........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif untuk variabel-variabel dalam  model  penelitian  ini
Tabel 4.3  Hasil Uji Normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]

Konselor :”Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat Bapak simpulkan bahwa Anda mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi dalam belajar oleh karena itu mulai besok anda

Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik