• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL, KESESUAIAN KOMPENSASI, MORALITAS INDIVIDU, DAN WHISTLEBLOWING TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN

AKUNTANSI PADA LPD DI KECAMATAN GEROKGAK

1Kadek Dedy Santara Wijaya, 1Edy Sujana, 2 I Gusti Ayu Purnamawati Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia

e-mail : {[email protected], [email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh efektivitas pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas individu, dan whistleblowing terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Lokasi penelitian ini pada LPD di Kecamatan Gerokgak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Populasi pada penelitian ini yakni 108 orang pegawai LPD di Kecamatan Gerokgak.

Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling dimana sampel diambil seimbang sesuai dengan banyaknya karyawan pada masing-masing LPD. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 52 responden. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Pengujian data dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas serta uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 24.0 for Windows.

Hasil penelitian menunjukan (1) Efektivitas Pengendalian Internal Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (2) Kesesuaian Kompensasi Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (3) Moralitas Individu Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi, (4) Whistleblowing Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Kata kunci : efektivitas pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas individu, whistleblowing, kecenderungan kecurangan akuntansi.

Abstract

The study aimed at finding out empirical evidence about the effect of internal control effectiveness, appropriate compensation, individual morality, and whistleblowing on the accountancy fraud tendency. The study was conducted in Gerokgak sub-district, by utilizing a quantitative approach involving primary data obtained by using questionnaires measured based on Likert scales. The population consisted of 108 staff members of the rural credit institutions around Gerokgak sub-district, where the total samples were about 52 respondents selected based on proportional sampling technique to make them balanced in accordance with the number of the staffs in every office. The data analysis was conducted in terms of validity testing, reliability testing, and classic assumption testing was based on normality test, heteroskedastisity, and multicolonierity test, while the hypethesis was tested by using multiple linear regression supported by SPSS 24.0 for Windows.

(2)

The results of the study indicated that (1) the internal control effectiveness had a negative and significant effect on the accountancy fraud tendency, (2) the appropriate compensation had a negative and significant effect on the accountancy fraud tendency, (3) the individual morality had a negative and significant effect on the accountancy fraud tendency, and (4) whistleblowing had a negative and significant effect on the accountancy fraud tendency

Key words : internal control effectiveness, appropriate compensation, individual morality, and whistleblowing, accountancy fraud tendency.

PENDAHULUAN

Kecenderungan kecurangan akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang sering terjadi.

Dalam lingkup akuntansi, konsep kecurangan atau fraud merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi yang seharusnya tidak diterapkan dalam suatu entitas.

Kecenderungan kecurangan akuntansi telah mendapat banyak perhatian publik saat ini. Banyak lembaga yang melakukan praktik kecurangan baik sektor publik maupun sektor swasta.

Bahkan di Bali tindak kecurangan terjadi pada tingkat paling rendah yaitu tindak kecurangan yang terjadi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan salah satu lembaga keuangan milik Desa Pakraman, yang menjalankan salah satu fungsi keuangan Desa Pakraman yaitu mengelola sumber daya keuangan milik Desa Pakraman, dalam bentuk simpan pinjam, untuk keperluan pembiayaan kehidupan anggota masyarakat Desa Pakraman, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama- sama, dalam rangka pengembangan fungsi–fungsi sosio-kultural dan keagamaan masyarakat Desa Pakraman.

Dilihat dari banyaknya LPD yang ada di Bali masih saja ada tercatat sebagai LPD yang kurang sehat, tidak sehat, bahkan macet. Ketidaksehatan LPD ini disebabkan oleh tingginya tingkat kecurangan yang dilakukan oleh internal LPD itu sendiri.

Laporan keuangan merupakan salah satu bagian yang rentan terhadap perilaku kecurangan, padahal laporan

keuangan merupakan sumber informasi penting dalam organisasi. Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan kecurangan sebagai: (1) salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Berdasarkan SAS 99 (AU 316) kecurangan akuntansi dapat terjadi dikarenakan beberapa kondisi yang menyebabkan hal tersebut benar-benar terjadi. Hal ini disebut dengan segitiga kecurangan (fraud triangle) yang terdiri dari tekanan, kesempatan dan sikap/rasionalisasi. Tekanan yang dimaksud adalah tekanan dari pihak manajemen untuk melakukan kecurangan, kesempatan berarti terdapat situasi di dalam suatu instansi untuk melakukan kecurangan, dan sikap/rasionalisasi menunjukkan dimana suatu instansi merasionalisasikan tindakan yang tidak jujur atau berbuat curang.

Mengantisipasi adanya kecurangan akuntansi yang mungkin terjadi di dalam suatu instansi, maka diperlukan adanya pengendalian internal.

Menurut Abdul Halim (2003:191) struktur pengendalian internal merupakan rangkaian proses yang dijalankan entitas, yang mana proses tersebut mencakup berbagai kebijakan dan prosedur sistematis, bervariasi dan memiliki tujuan utama untuk menjaga keandalan pelaporan keuangan entitas, menjaga

(3)

efektif dan efisiensi operasi yang dijalankan, dan menjaga kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.

Efektivitas pengendalian internal juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap adanya tindak kecurangan akuntansi. Pengendalian internal yang lemah atau longgar dapat memberikan peluang seseorang untuk melakukan perilaku kecurangan akuntansi yang dapat merugikan suatu instansi atau lembaga.

Selain efektivitas pengendalian internal, ukuran kesesuaian kompensasi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal tersebut juga ditegaskan Thoyibatun (2009) yang menyatakan bahwa kecenderungan kecurangan akutansi tidak hanya dilihat dari pengendalian internal tetapi juga dari kesesuaian kompensasi. Kompensasi biasa juga disebut gaji atau pendapatan dan dapat didefinisikan sebagai semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2000:11). Kompensasi merupakan hal yang berpengaruh terhadap perilaku karyawan, seseorang cenderung akan berperilaku curang untuk memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri. Biasanya karyawan akan melakukan kecurangan karena ketidakpuasaan atau kekecewaan dengan hasil atau kompensasi yang mereka terima atas apa yang telah dikerjakan.

Dengan kompensasi yang sesuai, diharapkan dapat meminimalisasikan tindakan kecurangan dan dapat memberikan motivasi kepada karyawan dalam bekerja, sehingga mendorong mereka untuk memberikan yang terbaik bagi tempat mereka bekerja.

Faktor lain yang berkaitan dengan tindak kecurangan akuntansi adalah tingkat moralitas individu karyawan yang ada dalam suatu organisasi. Faktor penyebab kecurangan akuntansi dapat dibedakan yaitu faktor perusahaan (eksternal) dan faktor dalam diri individu (internal) sebagai pelaku. Moralitas individu dan perilaku yang melekat pada

diri individu tersebut menjadi aspek yang berhubungan dengan faktor individu (internal). Moralitas individu akan dijelaskan dalam level penalaran moral individu, serta akan berpengaruh pada perilaku etis mereka (Puspasari, 2012).

Moral merupakan hal yang sesuai dengan keyakinan umum yang diterima masyarakat, berkaitan dengan penilaian norma tindakan manusia. Semakin tinggi level penalaran moral individu, maka akan semakin cenderung untuk tidak melakukan Kecurangan Akuntansi (Wilopo, 2006).

Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, penerapan program whistleblowing juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tindak kecurangan akuntansi.

Whistleblowing adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.

Sistem ini bertujuan untuk mengungkap tindak kecurangan yang dapat merugikan organisasi dan mencegah tindak kecurangan yang mungkin terjadi. Dengan adanya whistleblowing di dalam sebuah perusahaan, pengawasan tak hanya dapat dilakukan oleh atasan, tetapi sesama karyawan pun secara tidak langsung juga saling mengawasi satu sama lain.

Banyaknya kasus mengenai kecurangan akuntansi yang terjadi di sejumlah LPD di Bali menandakan bahwa tindakan kecurangan akuntansi masih terbilang tinggi. Banyak cara-cara kecurangan yang dilakukan oleh pihak internal LPD untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Seperti dengan cara membuat deposito fiktif atas nama pribadi, membuat kredit fiktif atas nama orang lain, memakai dana nasabah secara diam- diam, memakai jaminan nasabah untuk dianggunkan ke LPD lain tanpa sepengetahuan pemilik, dan memberikan kredit sampai ke luar desa. Sehingga sampai saat ini banyak LPD tercatat tidak

(4)

sehat dan terancam pailit karena salah kelola, bahkan ada pengurus LPD yang harus berurusan dengan aparat penegak hukum.

Begitu pula dari 14 LPD yang ada di Kecamatan Gerokgak hanya ada beberapa LPD yang dapat tergolong ke dalam LPD yang dapat berkembang dan beberapa LPD lainnya dapat dikatakan diam ditempat bahkan ada yang dapat dikatakan bangkrut seperti LPD yang ada di Desa Pakraman Gerokgak. Permasalah yang membuat LPD tersebut mengalami kebangkrutan ini dikarenakan banyaknya tindak kecurangan yang dilakukan oleh pihak Internal LPD tersebut, dan sampai saat ini LPD Desa Pakraman Gerokgak belum dapat beroperasi kembali. Selain itu banyak tercatat tindak kecurangan yang pernah terjadi di beberapa LPD di Kecamatan Gerokgak. Hal ini terlihat dari beberapa LPD yang pernah tidak beroperasi karena bermasalah. Dari uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai kecendrungan kecurangan akuntansi yang terjadi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006), Nani (2010), Kusumastuti (2012), Prawira (2014), Lestari, dkk (2015) dan Irvandly (2014). Penelitian ini akan mengkaji kembali dengan pengembangan variabel yang akan dipakai pada penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada LPD di Kecamatan Gerokgak. Dari adanya pengujian ini maka dapat dijadikan acuan yang harus diperhatikan dan dapat meminimalisasi kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD. Selain itu, Lembaga Perkreditan Desa yang ada di Kecamatan Gerokgak dapat melakukan pembenahan dan selanjutnya dapat dijadikan cerminan untuk menerapkan pengelolaan LPD yang baik dan benar untuk kedepannya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak?, (2) Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak?, (3) Apakah moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak?, dan (4) Apakah whistleblowing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak?.

Berkaitan dengan masalah yang dirumuskan, adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui: (1) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak, (2) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak, (3) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak, dan (4) Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh whistleblowing terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang atau kesempatan.

Peluang yang besar membuat kecenderungan kecurangan akuntansi lebih sering terjadi, dan sebaliknya.

Penerapan pengendalian internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi.

Pengendalian internal yang efektif akan membantu melindungi aset perusahaan, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto,2008). Menurut Tunggal (2010) yang menyatakan bahwa

(5)

perusahaan-perusahaan yang melaksanakan pengendalian internal dalam perusahaan tentu akan membantu mereka dengan mudah mengecek kecurangan yang terjadi, dan pada akhirnya akan mudah mendeteksi kecurangan secara dini. Apabila suatu instansi memiliki pengendalian internal yang kurang memadai maka akan menimbulkan hambatan dari adanya kesalahan maupun kecurangan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi, dan akhirnya informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi, kualitasnya menjadi buruk dan pada akhirnya mempengaruhi ketepatan pengambilan keputusan. Dengan demikian, pengendalian yang cukup dan efektif dapat memperkecil celah bagi para pelaku kecurangan untuk melakukan tindakan yang merugikan perusahaan dan menguntungkan mereka sendiri. Semakin efektif pengendalian internal maka peluang untuk terjadinya kecurangan dalam suatu perusahaanakan semakin kecil.

Hal ini didukung dengan penelitian oleh Wilopo (2006), yang menyatakan bahwa semakin efektif pengendalian internal maka semakin kecil kecenderungan terjadinya kecurangan.

Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H1: Efektivitas Pengendalian Internal Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Akuntansi

Kompensasi dapat mempengaruhi perilaku karyawan. Seseorang cenderung akan berperilaku tidak etis dan berlaku curang untuk memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Biasanya karyawan akan melakukan kecurangan karena ketidakpuasaan atau kekecewaan dengan hasil atau kompensasi yang mereka terima atas apa yang telah dikerjakan.

Dallas (2002) dan Erickson et al.

(2004) melaporkan bahwa struktur kompensasi dapat dijadikan alternatif manajemen untuk menurunkan tingkat kecurangan akuntansi, atau untuk meningkatkan kinerja dan kesadaran untuk mencapai kinerja.

Dengan adanya kepastian kesesuaian kompensasi, berarti adanya jaminan “economic security” bagi dirinya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan kesesuaian kompensasi yang diberikan kepada karyawannya atas apa yang telah mereka kerjakan dapat membuat karyawan tersebut merasa tercukupi sehingga tidak melakukan tindakan kecurangan akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya di mana hal tersebut akan merugikan instansi itu sendiri.

Hal diatas senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Thoyibatun (2009) dimana menemukan hasil yakni kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi.

Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H2: Kesesuaian Kompensasi Berpengaruh Negatif dan Signifikan

Terhadap Kecenderungan

Kecurangan Akuntansi.

Wahyudi (2006) menyebutkan bahwa kecenderungan fraud juga berasal dari dalam diri individu itu sendiri, salah satunya moralitas. Moral merupakan hal yang sesuai dengan keyakinan umum yang diterima masyarakat, berkaitan dengan penilaian norma tindakan manusia. Moralitas individu akan berhubungan pada kecenderungan seseorang untuk melakukan kecurangan akuntansi. Semakin tinggi level penalaran moral individu, maka akan semakin cenderung untuk tidak melakukan Kecurangan akuntansi (Wilopo, 2006).

Liyanarachchi (2009), menunjukkan bahwa level penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Semakin tinggi level penalaran moral seseorang, akan semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar. Dalam tindakannya, orang yang memiliki level penalaran moral rendah cenderung akan melakukan hal-hal yang menguntungkan dirinya sendiri karena ia akan merasionalisasikan apa yang menurutnya benar sekalipun itu adalah salah.

Penelitian ini juga berpendapat bahwa

(6)

moralitas individu akan mempengaruhi kecenderungan seseorang melakukan kecurangan. Artinya, semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post- konvensional), maka semakin individu memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan organisasinya semata, apalagi kepentingan individunya. Dengan demikian, semakin tinggi moralitas individu, semakin ia akan berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan kecurangan. Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu maka akan semakin cenderung untuk tidak berbuat kecurangan.

Hal diatas senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspasari (2012) dimana menemukan hasil yakni moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H3: Moralitas Individu Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:2) salah satu manfaat dari penyelenggaraan whistleblowing system yang baik adalah timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif.

Penerapan program whistleblowing juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya tindak kecurangan akuntansi. Sistem ini bertujuan untuk mengungkap tindak kecurangan yang dapat merugikan organisasi dan mencegah tindak kecurangan yang mungkin terjadi.

Keberadaan whistleblowing system tidak hanya sebagai saluran pelaporan kecurangan yang terjadi, namun juga sebagai bentuk pengawasan. Karyawan menjadi takut untuk melakukan kecurangan karena sistem ini bisa digunakan oleh seluruh karyawan, sehingga sesama karyawan menjadi saling mengawasi satu sama lain dan

takut untuk dilaporkan karyawan lain karena melakukan kecurangan.

Pernyataan di atas dibuktikan pada penelitian terdahulu oleh Irvandy (2014) dimana dengan hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan whistleblowing system berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :

H4: Whistleblowing Berpengaruh Negatif dan Signifikan Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Gerokgak. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel penelitian ini yaitu efektivitas pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas individu, dan whistleblowing yang merupakan variabel bebas. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kecenderungan kecurangan akuntansi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Gerokgak, di mana jumlah responden sebanyak 52 orang.

Data didapat dari hasil pengisian kuisioner yang dianalisis secara statistik. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Uji kualitas data meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas. Uji hipotesis menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey melalui penyebaran kuesioner kepada responden.

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan LPD yang ada di Kecamatan Gerokgak. Kuesioner dalam penelitian ini disebarkan secara langsung pada 13 LPD yang ada di Kecamatan Gerokgak. Kuesioner yang disebarkan sesuai dengan perhitungan sampel sebanyak 52 eksemplar. Dari 52 kuisioner yang dikirim, kuisioner yang kembali sebanyak 50 eksemplar atau 96% dari total kuisioner. Hal ini menunjukkan tingkat response rate cukup baik.

Untuk menguji kualitas data digunakan uji validitas dan reliabilitas.

Hasil Uji Validitas menyatakan bahwa seluruh item pertanyaan dari kuesioner mengenai efektivitas pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas individu, whistleblowing dan kecenderungan kecurangan akuntansi memiliki korelasi positif dan nilai rhitung di atas nilai rtabel 0,278 serta berada pada tingkat signifikansi yaitu dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa, seluruh butir dalam instrumen penelitian ini dikatakan valid atau dapat dinyatakan layak digunakan sebagai alat ukur.

Sedangkan untuk Uji reliabilitas item pernyataan yang akan diuji terdiri dari 41 butir pernyataan. Pengujian reliabilitas data menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan yang terdapat dalam kuisioner dapat dikatakan reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari pada 0,70 yaitu sebesar 0,896 untuk variabel efektivitas pengendalian internal, 0,900 untuk variabel kesesuaian kompensasi, 0,807 untuk variabel moralitas individu, 0,856 untuk variabel whistleblowing dan 0,759 untuk variabel kecenderungan kecurangan akuntansi. Jadi, dapat dinyatakan bahwa seluruh variabel telah memenuhi syarat reliabilitas atau dapat dikatakan reliabel sehingga, dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

Uji normalitas digunakan untuk melihat dan mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal. Uji

normalitas sebaran data dalam penelitian ini adalah menggunakan Kolmogorov- Smirnov Test. Dimana data dikatakan berdistribusi normal jika koefesien Asym.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α=5%). Hasil uji menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig. 0,099. Oleh karena nilai Asymp.Sig. lebih besar dari alpha 5%

maka, dapat dinyatakan bahwa model uji telah memenuhi syarat normalitas data.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan atau menguji ada atau tidaknya hubungan yang linier (multikolinearitas) antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain.

Hasil uji multikolinearitas untuk variabel efektivitas pengendalian internal memiliki nilai tolerance sebesar 0,706 dan nilai VIF sebesar 1,417, untuk variabel kesesuaian kompensasi memiliki nilai tolerance sebesar 0,751 dan nilai VIF sebesar 1,332, untuk variabel moralitas individu memiliki nilai tolerance sebesar 0, 851 dan nilai VIF sebesar 1,175 dan untuk variabel whistleblowing memiliki nilai tolerance sebesar 0,924 dan nilai VIF sebesar 1,082. Nilai tolerance untuk masing- masing variabel bebas lebih besar dari 0,1 sedangkan, nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat dinyatakan bahwa, model uji tidak terdeteksi kasus multikolinearitas atau dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas.

Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Glejser dimana jika nilai signifikan 0.05 dengan 0.05maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Dapat diketahui bahwa semua data variabel memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 artinya pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel efektivitas pengendalian internal (X1), kesesuaian kompensasi (X2), moralitas individu (X3), dan whistleblowing (X4) terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (Y) pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Adapun rangkuman dari hasil uji regresi linier berganda dapat ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut:

(8)

Tabel 1 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 82,941 6,378 13,005 0,000

Efektivitas Pengendalian Internal

-0,209 0,066 -0,352 -3,191 0,003 Kesesuaian Kompensasi -0,411 0,081 -0,544 -5,088 0,000 Moralitas Individu -0,489 0,144 -0,340 -3,386 0,001

Whistleblowing -0,559 0,149 -0,361 -3,743 0,001

a. Dependent Variable: Y

(Sumber: Data Primer Diolah, 2017) Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa, persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

82,941 0,209X1 0,441X2 0,489X3 0,559X4 Y

Persamaan garis regresi linier berganda tersebut menjelaskan bahwa ada pengaruh yang negatif antara efektivitas pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, moralitas individu dan whistleblowing terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal (X1)

Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak

H1 : Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamtan Gerokgak.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel efektivitas pengendalian internal memiliki tingkat signifikan sebesar 0,003 dan nilai thitung yang negatif sebesar 5,088 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 2,0129. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi. Hal ini menunjukkan memang benar ada pengaruh yang negatif dan signifikan secara parsial antara efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak.

Pengendalian yang cukup dan efektif dapat memperkecil celah bagi para pelaku kecurangan untuk melakukan tindakan yang merugikan perusahaan dan menguntungkan mereka sendiri.

Pengendalian internal yang baik dan efektif akan menutup peluang terjadinya kecurangan (Tunggal, 2010). Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara efektif dan juga efisien sehingga kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses operasional instansi juga dapat diminimalisir. Menurut Lestari, dkk (2015) kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut. Peluang tersebut dapat diminimalisir dengan adanya pengendalian internal yang efektif. Sistem pengendalian internal memegang peran penting dalam organisasi. Dengan adanya sistem pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara efektif dan juga efisien sehingga kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses operasional LPD juga dapat diminimalisir. Sebaliknya, jika pengendalian internal yang ada lemah atau tidak efektif, maka akan membuka peluang bagi karyawan untuk cenderung

(9)

melakukan kecurangan. Dengan demikian, semakin efektif sistem pengendalian yang diterapkan dalam suatu entitas, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi yang mungkin terjadi.

Pencegahan terhadap kecurangan dapat dilakukan dengan meningkatkan pengendalian internal yaitu dengan mengaplikasikan lingkungan pengendalian yang baik, melakukan penilaian risiko atas pelaporan, melakukan aktivitas pengendalian yang efektif, adanya sistem informasi dan komunikasi akuntansi yang efektif agar dapat mencatat seluruh informasi kegiatan operasional instansi, dan adanya kegiatan pemantauan yang terus berkesinambungan yang bertujuan untuk menilai kembali mutu pengendalian internal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pengendalian internal maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak. Hal ini tercermin dari dari hasil jawaban responden pengendalian internal yang diaplikasikan dengan lingkungan pengendalian yang baik, yang salah satunya dilakukan dengan cara mengkomunikasikan nilai-nilai entitas dan standar perilaku kepada para karyawan melalui pernyataan kebijakan, kode perilaku dan teladan akan mengarahkan karyawan yang ada pada intansi untuk berprilaku sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjadi contoh yang baik bagi karyawan yang lain sehingga dapat menekan peluang kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi. Semakin baik lingkungan pengendalian yang ada pada instansi seperti LPD dalam melakukan pengendalian internal maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Pengaruh Kesesuaian Kompensasi (X2) Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak

H2 : Kesesuaian Kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel kesesuaian kompensasi memiliki tingkat signifikan sebesar 0,000 dan nilai thitung yang negatif sebesar 5,088 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 2,0129.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Hasil penelitian ini membuktikan pernyataan Erickson et al. (2004) dalam Thoyibatun (2009) yang melaporkan bahwa struktur kompensasi dapat dijadikan alternatif manajemen untuk menurunkan tingkat kecurangan akuntansi, atau untuk meningkatkan kinerja dan kesadaran untuk mencapai kinerja. Kecurangan akuntansi dapat terjadi ketika seorang karyawan merasa tidak puas atas kompensasi yang ia terima dari apa yang telah mereka kerjakan.

Karyawan menerima kompensasi berupa upah, gaji atau bentuk lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau dengan kata lain, kebutuhan ekonominya. Dengan kesesuaian kompensasi yang diberikan kepada karyawannya atas apa yang telah mereka kerjakan dapat membuat karyawan tersebut merasa tercukupi sehingga tidak melakukan tindakan kecurangan akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya di mana hal tersebut akan merugikan instansi itu sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi perhatian instansi akan kesesuaian kompensasi yang diterima karyawannya maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak. Hal ini tercermin dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi yang diaplikasikan dengan memberikan kompensasi tidak langsung,

(10)

yang salah satunya dilakukan dengan memberikan asuransi sosial tenaga kerja serta tunjangan-tunjangan lainnya sehingga kebutuhan karyawannya akan rasa aman terpenuhi serta karyawan akan merasa dilayanani dengan baik oleh instansi tempat mereka bekerja sehingga karyawan tidak lagi merasa kekurangan dan tidak puas akan kompensasi yang mereka terima yang biasanya menjadi awal dari tindakan-tindakan kecurangan akuntansi. Semakin baik kompensasi tidak langsung yang diterapkan pada instansi seperti LPD dalam melaksanakan kesesuaian kompensasi maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Pengaruh Moralitas Individu (X3) Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak

H3 : Moralitas Individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel Moralitas Individu memiliki tingkat signifikan sebesar 0,001 dan nilai thitung yang negatif sebesar 3,386 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 2,0129.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan Akuntansi.

Liyanarachchi (2009) dan Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu maka akan semakin cenderung untuk tidak berbuat kecurangan. Jika moralitas suatu individu tinggi maka individu itu akan bisa merasionalisasikan segala tindakan mana yang benar dan mana yang tidak.

Sedangkan bagi mereka yang umumnya tidak jujur maka akan lebih mudah merasionalisasi kecurangan. Individu yang berada pada level moral yang rendah akan memandang kepentingan pribadinya

sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan.

Hasil penelitian ini mendukung teori tahap perkembangan moral Kohlberg (1971). Semakin tinggi tahapan Moralitas Individu, maka individu tersebut akan semakin memperhatikan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi atau organisasinya sendiri, sehingga berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi yang merugikan banyak orang. Individu yang berada pada level moral lebih tinggi akan melakukan pekerjaannya sesuai dengan aturan yang berlaku, bekerja secara jujur sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, karena individu yang memiliki tingkat moralitas tinggi akan menaati aturan sesuai dengan prinsip-prinsip etika universal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat moralitas individu yang dimiliki karyawan maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak. Hal ini tercermin dari hasil pengukuran atas kasus dilema etika akuntansi yang merupakan cerminan Moralitas Individu yang dimiliki oleh masing-masing karyawan pada LPD di Kecamatan Gerokgak, yang memperoleh nilai rata- rata sebesar 19,64. Hal ini berarti tingkat moralitas individu yang dimiliki oleh karyawan di masing-masing LPD sudah tinggi yang berada pada tahapan post- conventional sejalan dengan penelitian Dewi (2014) yang menyebutkan jika total skor yang diperoleh partisipan ≥ 17, maka dapat dikatakan partisipan memiliki level moral yang tinggi (level post- conventional). Tingkat moralitas individu yang berada pada tingkat post- conventional ini berarti individu yang melakukan pekerjaannya sesuai dengan aturan yang berlaku, bekerja secara jujur sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dan mempertimbangkan prinsip-prinsip kesejahteraan masyarakat serta kepentingan orang banyak diatas kepentingan pribadi atau organisasinya.

(11)

Pengaruh Whistleblowing (X4) Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y) pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak

H4 : Whistleblowing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kecamatan Gerokgak.

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa variabel Whistleblowing memiliki tingkat signifikan sebesar 0,001 dan nilai thitung yang negatif sebesar 3,743 lebih besar dari nilai ttabel yaitu 2,0129.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima yang menyatakan bahwa whistleblowing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:2) salah satu manfaat dari penyelenggaraan whistleblowing system yang baik adalah timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif.

Selain timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran dengan adanya Whistleblowing di dalam sebuah instansi, sangat penting untuk mengawasi kinerja karyawan. Pengawasan tak cukup hanya dilakukan oleh atasan dan audit internal, tetapi sesama karyawan pun secara tidak langsung juga saling mengawasi satu sama lain. Karyawan menjadi takut untuk melakukan kecurangan karena sistem ini bisa digunakan oleh seluruh karyawan, sehingga sesama karyawan menjadi saling mengawasi satu sama lain dan takut untuk dilaporkan karyawan lain karena melakukan kecurangan.

Keterlibatan semua karyawan yang ada sebagai pengawas akan mampu membuat karyawan yang bekerja pada instansi seperti Lembaga Perkreditan Desa menjadi lebih menaati dan mematuhi kode perilaku yang diterapkan instansi, serta tidak ingin untuk melanggarnya, dan mampu menekan upaya-upaya tindak kecurangan yang ingin dilakukan oleh karyawan ataupun manajemen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi whistleblowing maka semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak. Hal ini tercermin dari hasil jawaban responden yang menunjukkan bahwa Whistleblowing yang diaplikasikan instansi dengan memperhatikan dan menumbuhkan persepsi akan pentingnya Whistleblowing bagi karyawan maupun bagi instansi tempat mereka bekerja, yang salah satunya dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada kayawan mengenai pentingnya whistleblowing ada pada instansi dalam upaya mencegah terjadinya kecurangan, sehingga dapat mendorong karyawan agar memiliki tanggung jawab dalam melaporkan setiap pelanggaran yang ada pada instansi, dan menjadi tugas karyawan sebagai bagian dari perusahaan. Semakin tinggi persepsi karyawan mengenai Whistleblowing maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan memang benar terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak, menunjukkan memang benar terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak, menunjukkan memang benar terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak, dan menunjukkan memang benar terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara whistleblowing terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Gerokgak.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh asimetri informasi, pengungkapan sukarela, manajemen laba dan beta saham terhadap cost of equity capital. Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, akuntabilitas, tingkat pendidikan,

Penelitian tersebut mendukung hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa semakin tingginya komitmen organisasi dari pelaksana distribusi program rastra maka

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif Teknik pengumpulan data berupa Wawancara, Observasi dan Dokumentasi, data diolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyampaian informasi pertanggungjawaban keuangan desa pakraman dilakukan melalui paruman, (2) konflik yang terjadi berupa

pengaruh price to book value (PBV), price earning ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) sama dengan nol (tidak memberikan pengaruh), maka return saham di

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain: (1) Bagi pihak Inspektorat Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli sebagai auditor intern diharapkan

penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi yang digunakan dalam penelitian