BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Daring ( Dalam Jaringan)
a. Pengertian Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar, maka manusia dapat memiliki pola berpikir yang maju dan berkembang, sebaliknya manusia yang tidak memiliki keinginan untuk terus belajar maka ia akan cenderung kesulitan untuk mengembangkan pola pikirnya. Sebagai manusia pada dasarnya kita dianjurkan untuk terus belajar agar dapat mengembangkan wawasan yang ada pada dirinya.
Definisi belajar menurut Sadiman, dkk., (1986:2) “Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak seseorang masih bayi sampai ke liang lahat nanti.” Belajar dapat dilakukan di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, di masyarakat atau bahkan di jalan ketika sedang bepergian, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, bagaimana, dan siapa saja. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan perubahan sikap atau tingkah laku (afektif).
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya (Warsita, 2008). Maka dari itu kesungguhan dalam diri sendiri sangat berpengaruh dalam perkembangan proses belajar, apabila seseorang memiliki kesungguhan yang tinggi maka perkembangan dalam proses belajar akan memperoleh hasil yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya seseorang yang memiliki kesungguhan dalam proses
8
belajar yang rendah akan memperoleh hasil yang rendah pula. Selain itu, proses belajar juga bersifat kontekstual yang artinya lingkungan sekitar juga memiliki peran penting dalam perkembangan proses belajar yaitu orang tua, keluarga dan teman-teman. Kedua sifat ini harus berjalan secara beriringan agar dapat menghasilkan perkembangan proses belajar yang baik bagi peserta didik.
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Warsita, 2008:85). Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Sadiman dkk, 1986:7). Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Warsita, 2008) “Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan interaksi yang dapat mempengaruhi pola berpikir serta perilaku kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran merupakan rancangan sistem yang melibatkan pemapar materi dengan penerima materi dimana keduanya saling berinteraksi. Adapun rancangan proses kegiatan pembelajaran yang harus diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran serta metode pembelajaran.
b. Pembelajaran Dalam Jaringan selama Pandemi Covid-19
Sejak 20 Maret 2020, pemerintah mengumumkan bahwa terdapat 2 kasus Covid-19. Karena semakin hari, kasus semakin bertambah banyak tanggal 15 Maret 2020 Presiden Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk belajar dari rumah, kerja dari rumah, ibadah dari rumah dan juga penerapan pembatasan sosial (social distancing). Hingga akhir maret 2020 dengan berbagai pertimbangan karena kasus semakin
meningkat, presiden menetapkan menetapkan peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Selain itu, presiden juga menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 (Kompaspedia, 2020). Hingga tanggal 06 November 2020 terdapat 429.574 kasus sejak diumumkannya kasus perdana pada 02 Maret 2020.
(Serambi news.com, Jakarta, 2020). Sejak itulah sistem pendidikan dalam jaringan mulai diterapkan di Indonesia masyarakat dihimbau untuk melakukan kegiatan seperti belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah. Untuk siswa tentu saja ini menjadi hal yang sedikit berbeda karena jika biasanya siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka maka sekarang siswa harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring.
Sistem pembelajaran daring itu sendiri bertujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Menurut Bilfaqih Yusuf (2015: 1) mengemukakan bahwa:
“Pembelajaran Daring merupakan program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau terget kelompok yang masif dan luas. Melalui jaringan, pembelajaran dapat diselenggarakan secara masif dengan peserta yang tidak terbatas, Pembelajaran daring dapat saja diselenggarakan dan diikuti secara gratis maupun berbayar”.
Hal yang terpenting dalam menerapkan pembelajaran online pada peserta didik seyogyanya memperhatikan berbagai aspek agar tujuan pembelajaran tercapai.
Dengan pembelajaran daring siswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat berinteraksi dengan guru menggunakan beberapa media pembelajaran berbasis web
seperti aplikasi classroom, video converence, telepon atau live chat, zoom maupun melalui whatsapp group. Pembelajaran daring merupakan suatu bukti ketersediaan sumber daya belajar yang inovatif serta dapat menyesuaikan zaman yang makin canggih seperti saat ini. Keberhasilan dari suatu model ataupun media pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya.
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan akses internet yang saat ini sedang digunakan pemerintah untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 namun di sisi lain juga tetap mengedepankan aspek pendidikan untuk siswa di seluruh Indonesia.
2. Kecerdasan Emosional Siswa SMA a. Pengertian Kecerdasan
Setiap manusia memiliki kecerdasan yang berbeda, kemudian peran orang tua dan diri sendiri sangat mempengaruhi berkembangnya tingkat kecerdasan yang dimiliki. Menurut Jean Piaget (dalam Ali dan Asrori, 2011:193) kecerdasan yaitu seluruh kemampuan bertindak dan berpikir secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
Pada dasarnya setiap orang dilahirkan dengan diberi anugerah memiliki kecerdasan, namun setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Tingkat kecerdasan yang berbeda inilah yang akan mempengaruhi perkembangan kecerdasan seseorang, begitu pula dengan kemampuan seseorang dalam mengolah kecerdasan yang dimiliki akan menentukan pola pikir serta sikap yang akan diambil seseorang ketika sedang memecahkan masalah yang dihadapi dan juga kemauan seseorang yang memilih untuk mengembangkan kecerdasan yang ada pada dirinya juga akan mempengaruhi perkembangan kemampuannya
untuk berpikir. Sehingga kecerdasan yang dimiliki seseorang pada dasarnya dapat ditingkatkan tergantung pada individu masing-masing.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia dan keinginan untuk mengembangkan potensi yang ada akan menentukan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan yang dialami seseorang. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur yang berkaitan dari pengalaman.
Menurut English dan English (dalam Yusuf, 2011:193) emosi merupakan suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Hal ini dapat diartikan bahwa seseorang memiliki karakteristik emosi yang beraneka ragam sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Sedangkan menurut Goleman (2009:193) emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Tidak jauh berbeda, Goleman (2009 : 193) juga memaparkan pengertian emosi menurut dia. Namun perbedaan menurut Goleman ini terdapat pada respon atau kecenderungan untuk melakukan sesuatu setelah seseorang menghadapi suatu permasalahan. Seperti contoh siswa yang memperoleh penurunan prestasi di kelasnya, siswa tersebut tentu saja akan kecewa dan bersedih namun dari permasalahan tersebut siswa akan berusaha dan belajar lebih giat supaya dapat meningkatkan hasil prestasi belajar di kelasnya dan tidak memilih untuk berlarut-larut dalam kesedihan yang membuatnya tidak berkembang dan tidak merubah apapun yang telah terjadi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa emosional merupakan proses dalam memperoleh sikap, pengetahuan
untuk mengenali dan mengelola emosi mereka. Sedangkan emosi merupakan gejala psikologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku serta menjawab dalam bentuk ekspresi tertentu.
c. Pengertian Kecerdasan Emosional Siswa SMA
Seseorang terlahir dengan kondisi memiliki kecerdasan emosional yang berbeda, kecerdasan emosional yang berbeda inilah yang mempengaruhi tumbuh kembang pola pikir serta kemampuannya dalam memecahkan masalah. Apabila aspek perkembangan anak tersebut dapat distimulasi dengan baik sesuai dengan usia maka tahap perkambangan anak akan tercapai dengan baik. Ericksen (dalam Rakimahwati, 2014).
Menurut penjelasan di atas, sangat jelas bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik maka semua perkembangan yang ada pada diri seseorang akan berkembang dengan baik pula. Sehingga kecerdasan emosional seseorang merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap orang dalam menjalani kehidupan. Orang sering beranggapan bahawa yang terpenting adalah kecerdasan otak saja, sehingga kemampuan lain menjadi kurang penting. Akhir-akhir ini mitos itu telah disanggah dengan berbagai macam bukti bahwa yang menentukan sukses dalam hidup seseorang adalah kecerdasan emosional seseorang. Karena jika kecerdasan otak sangat bergantung pada faktor genetik dan sulit untuk diubah, tidak demikian dengan kecerdasan emosional yang dapat ditingkatkan untuk meraih sukses dalam kehidupan. Menurut Goleman (2007):
“Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengelola perasaan, kemampuan untuk mempersepsi situasi, bertindak sesuai dengan persepsi tersebut, dan menentukan potensi seseorang umtuk mempelajari keterampilan praktis yang didasarkan pada kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain”.
Goleman juga menekankan bahwa emosi merupakan kemampuan untuk mengendalikan dorongan hati dalam membaca perasaan orang lain untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya (Goleman,
2007). Dengan begitu, maka ketika seseorang mampu membaca dan mengerti perasaan orang lain hal ini akan menghasilkan hubungan keduanya menjadi lebih baik karena akan muncul sikap saling mengerti satu dengan yang lain. Tentu saja hal ini akan terjadi ketika seseorang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang baik.
Meyer & Salovey (2004: 506) menerangkan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan emosi, untuk memahami dan untuk mengelola emosi sehingga dapat mendorong pertumbuhan pribadi. Dengan demikian seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan dengan mudah mengetahui cara mengekspresikan yang mereka rasakan untuk mengendalikan emosi yang ada pada dirinya maupun terhadap orang lain, sebaliknya jika seseorang tidak cukup memiliki kecerdasan emosional maka ia akan cenderung kesulitan dalam mengendalikan dan mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan, sehingga akan menghasilkan output yang kurang baik pula.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi baik dalam diri sendiri maupun orang lain.
Kemampuan seseorang untuk menggunakan emosinya secara efektif, baik untuk mencapai sasarannya, menyelesaikan masalah atau kesulitan yang dihadapi, untuk menciptakan hubungan antar manusia yang produktif serta kemampuan mengetahui dan menangani perasaan pribadi dengan baik, serta mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif.
Aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2009:193) terdapat 5 aspek dalam kecerdasan emosional, yaitu:
1) Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri adalah merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu terjadi sesuatu. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, yaitu kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Mengenali perasaan diri sendiri dengan tepat membuat seseorang lebih peka akan kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
2) Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri seseorang. Menjaga agar emosi tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi.
Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan seseorang. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan- perasaan yang menekan serta mampu pulih dari tekanan.
3) Memotivasi Diri Sendiri
Memotivasi diri merupakan kemampuan untuk menggerakan dan menuntun seseorang untuk meraih sasaran atau target seseorang.
Motivasi juga membantu seseorang dalam mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
4) Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman mengenali emosi orang lain merupakan
kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Seseorang yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
5) Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar sesama manusia. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan dalam dunia sosial.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional remaja bergantung pada faktor kematangan dan belajar. Kecerdasan emosi anak dipengaruhi beberapa faktor.
Menurut Goleman terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu:
1) Faktor internal yakni faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang. Faktor internal memiliki dua sumber yakni segi jasmani dan segi psikologis.
Segi jasmani merupakan faktor fisik dan kesehatan individu, apabila secara jasmani dikatakan sehat maka output yang dihasilkan akan baik sedangkan jika secara kesehatan jasmani ia kurangbaik maka output yang dihasilkan juga berpengaruh kurang baik pula.
Sedangkan segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
2) Faktor eksternal yakni faktor yang datang dari luar individu dan dipengaruhi atau mengubah sikap pengaruh luar yang bersikap individu dapat secara perorangan, secara berkelompok, antara
individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya. Lingkungan merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari proses kecerdasan emosional seseorang. Serta pembelajaran daring itu sendiri juga menjadi faktor eksternal.
Kesimpulan dari pemaparan diatas yaitu kecerdasan emosional bukan didasarkan kepintaran seseorang, tetapi karakter seseorang tersebut. Kecerdasan emosional membantu seseorang dalam mengelola emosi, mengendalikan emosi, memantau perasaan dan membantu menghadapi masalah.
3. Pengaruh Pembelajaran Dalam Jaringan Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa SMA
Pembelajaran daring adalah salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi penyebaran Covid-19 di sektor pendidikan.
Siswa yang awal mula melakukan pembelajaran secara tatap muka dan dibimbing langsung oleh guru di sekolah tetapi sekarang harus belajar dari rumah dengan bimbingan langsung dari orangtua. Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran secara tatap muka di sekolah akan cenderung lebih baik perihal berinteraksi sosial, dan lebih matang secara emosional. Hal ini karena ketika siswa melakukan pembelajaran di sekolah, siswa akan sering melakukan interaksi secara langsung dengan guru dan juga teman- temannya, sehingga akan menstimulasi perkembangan sosial emosionalnya (Bakken et al., 2017).
Keberhasilan siswa dalam meniti kehidupan masa kini dan masa yang akan datang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adalah kecerdasan. Kecerdasan intelektual saja tidak cukup, siswa juga perlu memiliki kecerdasan emosional yang baik untuk menentukan tindakan saat memecahkan suatu permasalahan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai tindakan dan perilaku siswa di sekolah yang dimuat diberbagai media masa yang telah memberikan gambaran bahwa emosi yang secara perlahan tidak terkendali dan kian memudar (Goleman, 2009).
Sejak pemerintah Indonesia menerapkan sistem pembelajaran daring, dimana kegiatan belajar dilaksanakan dari rumah maka hal ini membuat siswa jarang melakukan interaksi atau diskusi seputar tugas sebagaimana yang dilakukan saat di sekolah bersama teman-temannya. Menurut Goleman (2009 : 392) mengemukakan
“8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk). Bahwa kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Gardner adalah manifestasi dari penolakan akan pandangan intelektual quotient (IQ).
Menempatkan kecerdasan pribadi dari Gardner merupakan definisi dasar dari kecerdasan emosional”.
Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan emosi yang baik dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik.
Dari pemaparan di atas, disimpulkan bahwa emosional siswa menjadi terpengaruh karena proses pembelajaran daring tersebut dan pembelajaran daring ini menjadi tantangan psikologis tersendiri untuk siswa karena siswa harus belajar dari rumah dan mengakibatkan siswa tidak dapat bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran daring merupakan keputusan yang diterapkan oleh pemerintah kita untuk menunjang aspek pendidikan selama pandemi yang bertujuan memutus rantai penyebaran Covid-19. Pembelajaran daring ini merupakan salah satu dampak yang dialami di sektor pendidikan. Pembelajaran daring merupakan salah satu tantangan tersendiri untuk masyarakat Indonesia, karena tidak semua peserta didik mengakses internet atau ketidaktersediaan alat komunikasi tersebut.
Pembelajaran daring juga dirasakan oleh siswa SMA, karena selama pembelajaran daring mereka tidak lagi merasakan interaksi atau diskusi dengan teman-temannya di sekolah. Dengan demikian, kecerdasan emosional siswa sedikit banyak akan merasakan pengaruh akibat pembelajaran daring yang mereka
Kecerdasan emosional siswa di SMA Negeri Kebakkramat ketika melakukan pembelajaran secara langsung di kelas.
Siswa di SMA Negeri Kebakkramat kurang
berinteraksi.
Siswa di SMA Negeri Kebakkramat merasa kesepian
dan mudah bosan
Kebijakan pemerintah menerapkan pembelajaran daring
Pembelajaran daring berpengaruh terhadap kecerdasan emosional siswa di SMA Negeri Kebakkramat
jalani saat ini. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa (Goleman, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dalam jaringan terhadap kecerdasan emosional siswa di SMA Negeri Kebakkramat.
Kerangka berpikir penelitian dapat digambarkan melalui gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh pembelajaran dalam jaringan selama pandemi terhadap kecerdasan emosional siswa SMA Negeri Kebakkramat:
1. H0 = Tidak ada hubungan antara pembelajaran daring seIama pandemi terhadap kecerdasan emosional siswa SMA Negeri Kebakkramat 2. H1 = Terdapat hubungan antara pembelajaran daring selama pandemi
terhadap kecerdasan emosional siswa SMA Negeri Kebakkramat