• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI BEBERAPA METODE ANALISIS P TERSEDIA PADA ANDISOL DESA KUTA RAKYAT KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI BEBERAPA METODE ANALISIS P TERSEDIA PADA ANDISOL DESA KUTA RAKYAT KECAMATAN NAMAN TERAN KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

ALDI NUR ABDILLAH 130301049

AGROTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

SKRIPSI

OLEH

ALDI NUR ABDILLAH 130301049

AGROTEKNOLOGI

Skripsi ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menyelesaikan Studi di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

Unsur hara P merupakan salah satu unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan pada pertumbuhan tanaman. Tanah Andisol Desa Kuta Rayat merupakan jenis tanah dengan tingkat retensi P yang tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui metode analisis P tanah yang paling baik dengan beragam dosis pupuk P. Metode analisis yang digunakan diantaranya: Bray I, Bray II, Olsen, Truog, HCl 25% dan North Carolina. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa metode Bray I dan North Carolina merupakan metode yang paling tepat untuk menentukan P tanah Andisol, dan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman jagung.

Hasil uji korelasi menunjukan adanya hubungan yang sangat nyata antara metode analisis Bray I dan North Carolina dengan tinggi tanaman.

Kata Kunci :Andisol, Dosis, Metode Analisis, Pupuk P

(5)

Andisol village of Kuta Rakyat is a high level of land with retention P. Research aims to know the best soil P Analysis methouds used among them : Bray I, Bray II, Olsen, Truog, HCl 25 % and North Carolina. It is learned from studies that Bray I and North Carolina Methods is the most appropriate methods for determining Andisol sociated soil, and the real impact on the correlation test suggest a very real connetion between them analysis the Bray I and North Carolina with plant height

Keywords: Andisol, Dosage. Method of Analysis, Fertilizer P.

(6)

anak tunggal dari Ayah dari Selamat dan Ibu Nurhayati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2006 di SD No. 101929 Perbaunagn. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Perbaungan dan tamat pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Perbaungan pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri Universitas Sumatera Utara (USU) Fakultas Pertanian pada Program Studi Agroteknologi dengan minat Ilmu Tanah melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) FP USU. Selain itu penulis aktif sebagai Asisten Laboratorium Dasar Ilmu Tanah, Asisten Laboratorium Kesuburan Tanah, anggota Rumah Yatim USU 2014 - 2016.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. PP London Sumatera, Tbk. Kebun Bah Lias Estate Kecamatan Limah Puluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditentukan.

Judul dari skripsi ini adalah “Uji Beberapa Metode Analisis P Tersedia Pada Andisol Desa Kuta Rakyat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Mukhlis. M.Si selaku ketua komisi pembimbing, Ir. Purba Marpaung. SU

selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk bahan perbaikan tulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Februari 2021

Penulis

(8)

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN LatarBelakang ... 1

Tujuan Penulisan ... 3

Hipothesis Penelitian ... 3

KegunaanPenulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Sifat dan Ciri Tanah Andisol ... 4

Unsuh Hara Fospor ... 6

Metode Analisis P ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 11

Alat ... 11

Bahan ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Tanah Andisol ... 12

Analisis Awal ... 13

Persiapan Lahan ... 13

Aplikasi Perlakuan ... 13

Pemeliharaan dan Penanaman ... 14

Pemanenan ... 14

Parameter Amatan ... 14

Tanah ... 14

Tanaman ... 14

Uji Statistik ... 15

(9)

KESIMPULAN ... 21 DAFTAR PUSTAKA ... 22 LAMPIRAN ... 24

(10)

Tabel 2. Metode Analisis P Tanah ... 12 Tabel 3 Kadar P tersedia tanah andisol 10 hari setelah pemupukan ... 15 Tabel 4 Tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar dan

serapan P ... 16

(11)

Lampiran 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) ... 22

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Tanaman ... 22

Lampiran 3. Uji Beda Rataan Tinggi Tanaman ... 22

Lampiran 4. Rataan Berat Kering Tajuk (g) ... 23

Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk ... 23

Lampiran 6. Rataan Berat Kering Akar ... 24

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar ... 24

Lampiran 8. Rataan Serapan P (ppm) ... 25

Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Serapan P ... 25

Lampiran 10. Rataan Analisis P Tanah Metode Bray I (ppm) ... 26

Lampiran 11 Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Bray I ... 26

Lampiran 12 Rataan Analisis P Tanah Metode Bray II (ppm) ... 27

Lampiran 13 Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Bray II ... 27

Lampiran 14 Uji Beda Rataan Metode Bray II ... 28

Lampiran 15 Rataan Analisis P Tanah Metode Olsen (ppm) ... 29

Lampiran 16 Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Olsen ... 29

Lampiran 17 Rataan Analisis P Tanah Metode Truog (ppm) ... 30

Lampiran 18 Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Truog ... 30

Lampiran 19 Rataan Analisis P Tanah Metode HCl 25% (ppm) ... 31

Lampiran 20 Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode HCl 25%... 31

Lampiran 21 Rataan Analisis P Tanah Metode N- Carolina (ppm) ... 32

Lampiran 22 Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode N- Carolina ... 32

(12)

Lampiran 25 Metode Analisis P tersedia Pada Tanah Metode Olsen ... 35

Lampiran 26 Metode Analisis P tersedia Pada Tanah Metode Truog ... 37

Lampiran 27 Metode Analisis P tersedia Pada Tanah Metode HCl 25 % ... 39

Lampiran 28 Metode Analisis P tersedia Pada Tanah Metode North Carolina ... 44

Lampiran 29 Data Analisis Awal Tanah Andisol ... 46

Lampiran 30 Tabel Korelasi ... 47

Lampiran 31 Foto Tanaman ... 56

(13)

Tanah Andisol di Indonesia diperkirakan luasnya ± 5.395.000 ha atau ± 2,9% dari luas daratan di Indonesia. Tanah Andisol terluas terdapat di provinsi Sumatera Utara dengan luas ±1.062 ha atau sekitar ± 19,86 % dari luas seluruh Andisol di Indonesia, diikuti provinsi Jawa Timur 0,37 juta ha. Tanah Andisol di Sumatera menyebar pada dataran tinggi sepanjang Bukit Barisan yang ada gunung volkaniknya (Mukhlis, 2011).

Tanah Andisol memiliki sifat yang khas dari tanah pada umumnya. Sifat khas tersebut meliputi sifat morfologi, mineralogi dan fisika tanah. Andisol merupakan tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan, batu apung, sinder, lava, dan sebagainya, dan atau bahan volkaniklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “short-range-order” (alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Tetapi dalam keadaan tertentu tanah Andisol yang bukan berasal dari bahan induk non-vulkanik juga dapat menghasilkan

“short-range-order” dan tanah seperti ini juga dapat disebut tanah Andisol.

Andisol banyak digunakan untuk tanaman hortikultura baik tanaman bunga, sayur-sayuran maupun buah-buahan.Fiksasi fosfat (P) yang besar pada Andisol merupakan masalah penting yang perlu diperhatikan (Hardjowigeno, 2003).

Fosfor merupakan unsur hara penentu pertumbuhan bagi tanaman pertanian. Unsur P diserap kuat oleh bahan aluminium dan besi non-kristalin menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Retensi P pada tanah Andisol yang tinggi

>85 % sehingga ketersediaan fosfat bagi tanaman cukup rendah. Sebagian besar P yang diberikan dalam betuk pupuk di dalam tanah diserap oleh bahan amorf

(14)

menjadi tak tersedia bagi tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan

unsur hara P, biasanya petani memberi pupuk P jauh lebih banyak (Mukhlis, 2011).

Secara umum jumlah serapan fosfat oleh tanah Andisol ditentukan oleh kandungan dan bentuk Al dan Fe aktif. Hubungan tersebut sering dinyatakan dalam bentuk regeresi antara retensi fosfat dengan kandungan Aloditambah ½ Feobahwa semakin tinggi kandungan Al dan Fe aktif dalam tanah, maka fosfat yang terjerap juga semakin tinggi. Al dan Fe yang terdiri atas mineral liat non kristalin seperti alofan dan ferrihidrit serta mineral liat imogolit P terjerap kuat pada struktur mineral ini dan terikat pada gugus fungsional OH atau H yang bermuatan positif (Sukarman dan Ai, 2014).

Retensi P merupakan parameter sifat tanah Andik dalam klasifikasi tanah sistem Soil Taxonomy. Sejumlah uji tanah dilakukan untuk menduga kadar fosfat tersedia tanah Andisol. Metode Troug merupakan metode yang paling sesuai untuk tanah Andisol dan metode Bray serta metode Mechlich 3 umumnya diapakai untuk tanah Andisol Alaska dan metode yang menggunakan larutan Asam Asetat 2,5 % untuk beberapa Andisol (Mukhlis, 2011).

Ketersedian P tanah Andisol dapat diketahui dengan adanya suatu metode analisis yang dapat menggambarkan dan mendeteksi ketersediaan P dalam tanah yang sebenarnya. P tersedia merupakan P yang dapat diserap oleh tanaman.

Banyak metode analisis P tersedia tanah yang telah dikembangkan, namun yang sesuai adalah yang memberikan korelasi yang tinggi antara hasil analisis dengan serapan P tanaman. Korelasi uji tanah dapat menentukan metode analisis yang

(15)

sesuai untuk suatu jenis tanah sehingga untuk mengetahui metode analisis P tersedia yang tepat pada tanah Andisol perlu dilakukan uji korelasi.

Penelitian tentang analisis P telah banyak dilakukan di tanah Andisol akan tetapi dari berbagai metode yang telah digunakan belum dapat di tentukan metode yang sesuai untuk tanah Andisol, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti uji metode yang sesuai untuk analisis P tersedia pada tanah Andisol.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui metode analisis yang sesuai untuk analisis P tersedia pada tanah Andisol di Desa Kuta Rakyat Kec. Naman Teran Kab. Karo Sumatera Utara.

Hipotesis Penelitian

Ada satu metode analisis P yang sesuai untuk tanah Andisol dapat melalui uji korelasi.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Andisol

Tanah Andisol yaitu tanah yang berkembang dari bahan-bahan gunung merapi dan terletak di seputaran gunung berapi dikenal sebagai tanah yang paling subur dibandingkan dengan jenis tanah lainnya. Para petani banyak menggantungkan hidupnya dibidang pertanian, karena daerah bertani didaerah tanah yang subur dengan tanaman hortikultura sangatlah menguntungkan (Mukhlis, 2011).

Tanah Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu vulkanik, batu apung, sinder, lava, dan bahan vulkanoklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral non kristalin seperti alofan, imogolit, ferihidrit, atau komplek Al-humus. Abu vulkanik atau tephra umumnya berupa bahan tidak kukuh atau bahan lepas yang mengandung gelas vulkanik dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, tephra yang mengalami pelapukan dengan cepat menghasilkan bahan bentuk non kristalin (Shoji et al. 1993). Menurut Tan (2007) Tanah Andisol merupakan tanah bermuatan variabel, muatan variabel Andisol di sebabkan liat amorf alofan dan liat parakristalin imogolit yang dikenal memiliki muatan listrik dan KTK tinggi. Pada tanah Andisol terjadi proses akumulasi bahan organik yang tinggi yang disebabkan proses khelasi antara asam humik dan alofan.

Proses pembentukan utama pada tanah Andisol adalah proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk), sedangkan proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit.

(17)

Akumulasi bahan organik dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa tanah Andisol (Sukarman dan Ai, 2014).

Desa Kuta Rakyat, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo memiliki jenis tanah Andisol dengan tiga penggunaanlahan yang berbeda dalam satu areal.

Ketiga penggunaan lahan yang dimaksud antara lain, lahan hutan asli, lahan tanaman tahunan, dan lahan tanaman semusim. Terletak di lereng sebelah utara Gunung Sinabung pada ketinggian 1432 meter hingga 1439 meter diatas permukaan laut. Secara geografis kawasan ini berada pada 03º12’00” - 03º16’48.0” LU dan 98º20’24.0” - 98º24’36.0” BT (Gusbiandha, 2011).

Tanah Andisol di Indonesia mempunyai kandungan Alo paling tinggi dibandingkandengan kandungan Feo dan Sio. Dilihat dari sifat bahan induknya, tanah Andisol yang berkembang dari bahan induk masam (liparit) mempunyai kandungan Alopaling tinggi, sedangkan tanah yang berkembang dari bahan induk basa (basalt) mempunyai nilai Alopaling rendah. Hal tersebut menyebabkan mengapa tanah Andisol mempunyai retensi yang tinggi terhadap fosfat dan tanah Andisol yangberasal dari bahan induk liparit mempunyai retensi P yang paling tinggi (Sukarman dan Ai, 2014).

Tanah Andisol memiliki sifat-sifat fisika yang khas dan berkaitan erat dengan tingginya kandungan alofan. Alofan merupakan salah satu bahan bentuk non kristalin terpenting yang berkontribusi pada berat isi (bulk density) yang rendah dari tanah Andisol melalui pengembangan struktur tanah berpori (Sukarman dan Ai, 2014). Mineral ini memiliki banyak lubang-lubang yang memungkinkan keluar masuknya molekul-molekul air. Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa tanah Andisol selain memiliki kandungan bahan organik yang

(18)

tinggi, berat isi rendah, daya menahan air tinggi, total porositas tinggi, tetapi juga tanah ini bersifat gembur dengan konsistensi kurang plastis dan tidak lekat. Tanah ini bila basah bersifat berminyak (greasy) dan menyemir (smeary). Selain itu tanah Andisol juga mempunyai sifat kering tak balik (irreversible). Penyebabnya adalah akibat dari adanya: (1) liat silikat amorf yang memiliki nilai ZPC lebih besar daripada mineral-mineral kristalin biasa dan (2) adanya oksida-oksida terhidrat yang menyebabkan presipitasi kembali (co-precipitation).

Unsur Hara Fosfor

Fosfor (P) merupakan unsur haraesensil bagi tanaman. Tidak ada unsurlain yang dapat menggantikan fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan unsur hara P secara cukup untuk pertumbuhannya. Fungsi penting P di dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses yang lainnya(Sudaryono, 2009).

Fosfor (P) tergolong unsur hara makro utama dan diserap tanaman umumnya dalam bentuk anion ortofosfat (H2PO4- dan HPO42-). Andisol pada umumnya kahat unsur fosfor karena Andisol memiliki kapasitas fiksasi fosfor yang sangat tinggi, dan bila terjadi kekurangan P akan menghambat pertumbuhan tanaman(Ajidirman, 2010).

Fosfor (P) tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia (non available), potensial tersedia (potensially available) dan segera tersedia (immediately available). P segera tersedia adalah bentuk P anorganik di larutan dalam bentuk orthofosfat. Bentuk P yang potensial tersedia meliputi bentuk P organik dan beberapa bentuk P anorganik yang relatif tidak tersedia seperti bentuk P

(19)

terendapkan (P-Al, P-Fe, P-Mn atau P-Ca). Bentuk P ini cenderung terakumulasi dalam keadaan sangat stabil, namun dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi tersedia, misalnya oleh pengapuran tanah masam yang mampu mengikat P tersedia (Mukhlis, 2014). Menurut Barcia (2009) Kandungan P rata-rata dalam tanah kisaran 0,08 %. Ketersediaan P dalam tanah sangat dipengaruhi pH pada kisaran pH 4.0 – 6.0, kebanyakan P dalam larutan tanah berbetuk ion P.

Fosfor (P) adalah unsur penting setelah nitrogen yang berperan penting dalam fotosintesis, perkembangan akar, pembentukan bunga, buah dan biji (Winarso, 2005), P yang diserap tanaman sebagian besar terikat oleh koloid tanah , Fe dan Al sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu usaha untuk mengurangi unsur P yang terikat di dalam tanah.

Menurut Rahardjo, dkk (2007), tanah asam dengan pH < 5,5 didominasi oleh kation Fe³+ dan Al³+ yang mengikat anion H2PO4- dan mengendapkannya sebagai hidroksi Fe-fosfat dan Al-fosfat pada pH > 6,0 sistem tanah didominasi oleh kation Ca²+ dan Mg²+ yang juga mampu mengikat H2PO4- dari tanah maupun pupuk fosfat sehingga menjadi dalam bentuk tidak tersedia.

Widjianto, dkk (2008) mengatakan berdasar uji korelasi diketahui bahwa P tersedia dalam tanah berkorelasi cukup erat dengan bahan organik tanah. Hal ini menunjukkan hasil dekomposisi bahan organik dapat melepaskan asam‐asamorganik yang mampu membentuk ligan campuran dengan kation‐kation tanah yang lain. Terbentuknya ligan campuran tersebut mampu mencegah terjadinya pengendapan Alumunium (Al) pada pH tinggi. Dengan demikian P yang dilepas dari pupuk SP-36 akan bertahan dalam bentuk P tersedia.

(20)

Pemberian pupuk secara berlebihan mengakibatkan terjadi fiksasi P oleh Al-aktif. Unsur P yang diserap oleh tanaman hanya 13-15%. Pemakaian pupuk P yang tinggi dapat menurunkan efisiensi, sedangkan pemberian bahan organik di daerah tropik tidak bertahan lama karena cepat terlapukkan. Sehingga pemberian bahan silikat merupakan alternatif yang mungkin dapat dilakukan dalam mengurangi erapan P di tanah (Mukhlis, 2011).

Unsur hara P adalah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor (P) sering jugadisebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Ia merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh (Pasaribu,dkk, 2014).

Adanya reaksi-reaksi pelepasan anion P kedalam tanah dan penjerapan dari larutan tanah berkaitan erat dengan pH larutan tanah dapat di gambarkan dalam kesetimbangan senyaa P di dalam tanah sebagai berikut :

+OH- +OH- H2PO4-

H2O + HPO42-

H2O + PO43-

Reaksi ini memperlihatkan bahwa pada kisaran pH dari asam sampai basa, larutan tanah dapat mengandung berbagai bentuk anion P. Pada pH 6.0 larutan tanah di dominasi bentuk H2PO4-

dan HPO4-

dan basa di dominasi oleh PO43-

(Poerwowidodo, 1991).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kekahatan P pada Andisol tersebut adalah dengan pemberian pupuk P dan penambahan bahan organik, meskipun pada Andisol mengandung bahan organik yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan terlepasnya P dari dalam humus tanah akibat

(21)

dekomposisi bahan organik tambahan seperti vermikompos (Widjianto, dkk, 2008).

Metode Analisis P

P tersedia tanah dapat dianalsis dengan berbagai metode. Larutan ekstraktan yang direkombinasikan cukup banyak. Balai Penelitian Tanah (2005) mendata beberapa metode ekstraktan yang digunakan untuk menetapkan P tersedia tanah yaitu :

- Bray I menggunakan ekstraktan NH4F 0,03 N + HCl 0,025 N - Mechlic menggunakan ekstraktan HCl 0,05 N + H2SO4 0,025 N - Morgan Wolf menggunakan ekstraktan Natriun Asetat pada pH 4.8 - Olsen menggunakan eksraktan NaHCO30,05 M pH 8,5

- Troug menggunakan ekstraktan (NH4)2SO4+H2SO4 0,002 N - HCl menggunakan ekstraktan HCl 25 %

Pengekstrak NaHCO3 (metode Olsen) menyebabkan pH naik sehingga menyebabkan banyak P yang terlepas, sedangkan pengekstrak NH4+

yang ditambahkan juga dengan HCl (metode Bray) menyebabkan pH turun dan P yang terbaca tidak sebesar metode Olsen. Metode Olsen dapat membaca ketiga bentuk P dalam tanah, yaitu H2PO4-, HPO42-, dan PO43-, sedangkan metode Bray hanya dapat membaca bentuk H2PO4-

dan PO43-.

pH sample yang bersifat asam menyebabkan metode bray lebih cocok untuk digunakan dari pada metode Olsen karena metode Bray spesifik untuk tanah asam, sedangkan metode Olsen dapat digunakan untuk tanah asam dan basa (Umaternate, dkk. 2014).

Penelitian korelasi uji tanah dapat menentukan metode ekstraktan yang sesuai untuk berbagai komoditi pada berbagai tanah. Al – Jabri dkk (1984)

(22)

melaporkan bahwa pengekstrak Troug dimodifikasi, HCl 25 %, dan Bray 2 merupaka pengekstrak yang cukup baik untuk tanah masam dari Lampung dan Sitiung untuk tanaman padi gogo. Rahmi (2007) menyatakan bahwa metode analisis P tersedia yang tepat untuk tanah entisol yaitu metode pengabuan kering.

Menurut Nursyamsi dan Sutriadi (2002) pengekstrak HCl 25 % dan Corwell merupakan pengekstrak terbaik untuk menetapkan status hara P untuk tanaman kedelai pada Ultisol Deli Serdang.

(23)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan rumah kasa dan Laboratorium kimia dan Kesuburan tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2018 sampai bulan Desember 2019.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanah Andisol yang diambil di Kuta Rakyat, kebutuhan pupuk SP-36, polybag, benih jagung, serta bahan kimia yang digukan untuk analisis tanah di Laboratorium.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, timbangan, spectrometer, botol aquades, meteran, spanduk serta alat-alat laboratorium lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan pemberian dosis P yang terdiri dari 10 taraf (Tabel 1) dan 3 ulangan sehingga didapat 30 satuan percobaan.

Tabel 1. Perlakuan Dosis Percobaan

No. Perlakuan Dosis

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Pupuk P (P) P0

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

--- ppm --- 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

---g/pot--- 0.00 1.59 3.18 4.77 6.36 7.95 9.54 11.1 12.7 14.3

(24)

Penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij = μ + τi + βj + Ԑij i = 1,2,3,…..,8 j = 1,2,3

Yij : Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan fosfat pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

μ : Nilai tengah umum

τi : Pengaruh perlakuan fosfat pada taraf ke-i βj : Pengaruh blok ke-j

Ԑij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan fosfat pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Tanah Andisol

Pengambilan tanah Andisol dilakukan di Desa Kuta Rakyat, tanah diambil dengan metode ziqzaq setiap titik diambil contoh tanah dengan kedalaman 0-20 cm. Agar contoh tanah dalam keadaan baik tidak terkontaminasi bahan-bahan lain maka tempatkan contoh tanah kedalam goni yang baik dalam hal ini adalah goni bekas beras. Tanah dimasukkan kedalam polibaq 5 kg setara kering oven kemudian diberi perlakuan pupuk P sesuai dengan taraf perlakuan(0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450) ppm P dan diinkubasi selama 10 hari, setelah itu contoh tanah diambil untuk dianalisis kadar P tersedia tanah dengan berbagai metode.

(25)

Analisis Awal

Dilakukan analisis awal sifat kimia tanah meliputi % KA dan % KL, pH KCl dengan metode elektrometri, % C-Organik metode Walkley and black, dan P tersedia metode Bray II.

Persiapan Lahan

Lahan di bersihkan dari gulma yang ada agar tidak menggangu pada saat proses penelitian berlangsung.

Aplikasi Perlakuan

Pada masing-masing polybag tanah diberikan perlakuan P sesuai dengan taraf perlakuan lalu diinkubasikan selama 10 hari. Setelah itu sampel tanah diambil untuk dilakukan analisis kadar P tersedia tanah dengan berbagai metode Bray 1, Bray II, Troug, Olsen, HCL 25 %, North Carolina. Pupuk SP-36 diberikan ketanah sesuai dosis perlakuan di dalam polibaq sebelum benih jagung di tanam.

Tabel 2. Metode Analisis P tersedia tanah Metode

Analisis

Berat Tanah

(g)

Larutan ekstraktan Volu me Ekstra

ktan (ml)

Lama guncangan

(menit)

Metode penetapan dalam

ekstraktan

Bray I 2 NH4F 0,03 N + HCl 0,025 N

20 30 Biru molibdat-

asam ascorbat Bray II 2 NH4F 0,03 N + HCl

0,1 N

20 30 Biru molibdat-

asam ascorbat North

Carolina

2 HCl 0,5 N + H2SO4

0,0025 N

20 30 Biru molibdat-

asam ascorbat HCl 25

%

2

HCl 25 %

20 30 Biru molibdat-

asam ascorbat Troug 0,5 (NH4)2SO4+H2SO4

0,002 N

100 30 Biru molibdat-

asam ascorbat

Olsen 2

NaHCO30,05 M

20 30 Biru molibdat-

asam ascorbat

(26)

Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman dialakukan dengan menanam benih jagung sebanyak 2

benih/polybaq. Pemupukan dasar diberikan berupa pupuk Urea sebanyak (2,22 g/polybaq) dan pupuk KCl sebanyak (1,5 g/polybaq) selama 2 minggu

dilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman yang paling baik. Tanaman ditanam selama 8 minggu atau hingga akhir masa vegetatif.

Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi dalam keadaan kapasitas lapang.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 8 minggu. Bagian tajuk dipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan untuk selanjutnya diovenkan agar mendapatkan berat konstan.

Parameter Amatan Tanah

- P tersedia tanah dengan menggunakan metode Bray I, Bray II, Truog, Olsen, HCl 25%, North Carolina.

Tanaman

- Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur pada akhir fase vegetatif . - Berat kering tajuk (g)

- Berat kering akar (g)

Berat kering akar dihitung setelah akhir fase vegetatif dan dioven dengan suhu 70oC selama 24 jam.

(27)

- Serapan P tanaman (mg/tan) Serapan P tanaman dihitung setelah akhir fase vegetatif, setelah diperoleh kandungan P tanaman dengan metode Destruksi basah.

UjiStatistik

Data yang diperoleh melalui analisis pengukuran dengan beberapa metode pengekstrak, diuji menggunakan uji korelasi. Nilai kadar P tersedia tanah dari setiap metode di tetapkan sebagai variabel x, sedangkan hasil pengukuran parameter tanaman (serapan P tanaman, tinggi tanaman, berat kering akar, berat kering tajuk) sebagai variabel y, sehingga diperoleh nilai koefisien korelasinya yaitu nilai r.

Nilai r diperoleh dari rumus :

Σ 𝑋𝑌 r =

𝑛.𝑆𝐷𝑥.𝑆𝐷𝑦 Dimana

r = nilai koefisien relasi

ΣXY = jumlah variabel x dikalikan dengan variabel y n = jumlah perlakuan

SDx = standar deviasi variabel x SDy = standar deviasi variabel y

Nilai koefisien korelasi dari r masing-masing metode yang tertinggi merupakan metode yang terpilih sebagai pengekstrak yang tepat.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis kadar P tersedia tanah andisol yang diberikan perlakuan 0 – 450 ppm pupuk P yang dianalisis dengan beberapa metode analisis P tersedia, menunjukkan pengaruh yang nyata pada hasil analisis P tersedia dengan metode Bray II. Hasil uji data dapat dilihat pada lampiran (12-14)

Rataan kadar P tersedia yang teranalisis dari masing – masing metode memperlihatkan hasil yang beragam (Tabel 3)

Tabel 3. Kadar P tersedia tanah Andisol 10 hari setelah pemupukan

Perlakuan Metode

Bray 1 Bray 2 Olsen Truog HCl 25% N Carolina ...ppm...

0 24,29 49,58 bc 33,45 1,85 20,64 88,16

50 37,34 53,30 bc 34,04 1,70 25,38 107,09

100 27,37 65,03 abc 39,72 1,89 31,40 101,19

150 29,07 60,13 acd 34,55 2,23 27,20 100,76

200 43,24 81,92 a 45,31 3,14 34,09 104,32

250 32,34 61,06 acd 47,43 2,58 31,40 101,69

300 26,92 47,88 c 38,14 3,40 31,50 96,10

350 30,51 54,23 bc 32,85 3,18 34,95 107,26

400 35,48 63,27 abc 44,04 2,04 33,01 106,41

450 26,31 77,37 ab 32,97 5,16 26,45 97,91

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf p 0,05 menurut uji DMRT.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggidosisyang diberikan maka kadar P tersedia dengan metode Bray II cenderung menunjukkan peningkatan. Dari masing- masing metode, metode N- Carolina menghasilkan kadar P tersedia yang relatif lebih tinggi dibanding dengan metode lainnya.

Peningkatan kadar P tersedia akibat pemberian pupuk juga diikuti oleh tinggi tanaman, berat kering tajuk dan akar serta serapan P tanaman

(29)

(lampiran 1 – 3). Rataan tinggi tanaman, berat kering tajuk dan akar serta serapan P tanaman dapat dilihat pada tabel4.

Tabel 4. Tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar dan serapan P Perlakuan Tinggi Tanaman Berat Kering

Tajuk

Berat Kering

Akar Serapan P

---ppm--- ---cm--- ---g--- ---g--- ----mg/tan----

0 133,37 c 54,66 4,85 19,01

50 154,57 abc 50,34 4,75 21,63

100 142,67 bc 57,23 5,22 20,39

150 133,60 c 39,27 4,63 22,76

200 163,27 ab 54,01 4,49 20,51

250 146,87 abc 52,36 5,12 23,27

300 141,23 c 50,25 4,54 19,55

350 163,73 a 70,04 5,48 21,38

400 138,70 c 57,69 4,48 21,31

450 142,77 bc 48,76 4,72 22,95

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf p 0,05 menurut uji DMRT

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk P pada tanah andisol berpengaruh nyata terhadapt tinggi tanaman. Semakin tinggi dosis pupuk P yang diberikan akan meningkatkan tinggi tanaman, berat kering akar dan tajuk dan serapan P tanaman. Peningkatan pemberian dosis pupuk P memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Peningkatan berat kering tajuk terlihat pada dosis P7 = 350 ppm berat kering akar pada P7 = 350 ppm dan serapan P pada dosis P9 = 450 ppm terhadap dosis pupuk P yang diberikan.

Pemilihan metode analisis P tersedia tanah andisol yang tepat adalah metode yang ekstraktannya mampu mengekstrak bentuk P yang sama dengan bentuk P yang diserap oleh tanaman. Sehingga untuk menentukan metode analisis

(30)

P tersedia yang tepat dilakukan uji korelasi antara kadar P yang terekstrak dari masing – masing metode dengan berat kering tajuk dan serapan P tanaman.

Hasil uji korelasi antara kadar P tersedia tanah dengan berat kering tajuk dan serapan P tertera pada tabel 5.

Tabel 5. Persamaan regresi dan koefisien korelasi antara kadar P tersedia tanah dengan tinggi tanaman, berat kering akar, berat kering tajuk dan serapan P tanaman.

Metode Tinggi Tanaman Berat kering akar Berat Kering Tajuk Serapan P

Analisis Persamaan Regresi r Persamaan Regresi r Persamaan Regresi r Persamaan Regresi r Bray I y = 107.8 + 1.220x 0.65* y = 5.392- 0.018x 0.31tn y = 49.74+ 0.118x 0.08tn y = 20.22+ 0.033x 0.13tn Bray II y = 129.3 + 0.273x 0.27tn y = 5.268 - 0,007x 0.23tn y = 58.23- 0,077x 0.10tn y = 18.47+ 0.045x 0.35tn Olsen y = 135.8 + 0.266x 0.13tn y = 4.874- 0.008x 0.07tn y = 50.83+ 0.068x 0.04tn y = 20.39+ 0.023x 0.08tn Troug y = 140.5 + 2.019x 0.19tn y = 4.902- 0,027x 0.08tn y = 54.15- 0.255x 0.03tn y = 20.2+ 0.395x 0.28tn HCl 25 % y = 105.7 + 1.361x 0.55tn y = 4.44+ 0,013x 0.17tn y = 28.46+ 0.844x 0.48tn y = 20.32+ 0.032x 0.10tn N Carolina y = 24.5 + 1.202x 0.64* y = 4.063+ 0,007x 0.13tn y = 12.54+ 0,404x 0.30tn y = 10.48+ 0.106x 0.43tn Ket:* = nyata pada taraf 0,05% α =0,632

** = sangat nyata pada taraf 0,01 % α =0,765 tn = tidaknyata

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa metode analisis Bray I memberikan koefisien korelasi yang sangat nyata yakni r = 0.65 pada tinggi tanaman dan diikuti oleh Nort Carolina karena memberikan koefisien korelasi yang nyata yakni r = 0,64 pada tinggi tanaman.

(31)

Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan setiap ekstraktan dari masing – masing metode dalam mengekstrak P yang terdapat dalam tanah Andisolberbeda- beda, hal ini dapat dilihat dari nilai kadar P tersedia tanah yang terekstrak dari masing – masing metode sangat beragam.

Hasil uji korelasi pada tinggi tanaman menunjukkan hubungan yang nyata dengan metode analisis North Carolina. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r sebesar 0.64. Menurut Umaternate dkk (2014) metode ini dianggap paling efektif dalam hal pembacaan P dibandingkan dengan Olsen karena dalam metode ini lebih cenderung membaca P dalam bentuk H2PO4-

yang mudah diserap oleh tanaman.

Pemberian pupuk P pada tanah andisol memberikan efek peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman, berat kering tajuk dan akar serta serapan P tanaman.

Namun, pemberian pupuk P yang terbaik terdapat pada dosis 350 ppm pupuk P untuk meningkatkan tinggi tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan literatur Ajidirman (2010). yang menyatakan bahwa pada tanah andisol pada umumnya kahat unsur fosfor karena andisol memiliki kapasitas fiksasi fosfor yang sangat tinggi, dan bila terjadi kekurangan P akan menghambat pertumbuhan tanaman.

Pemberian pupuk P dengan beragam dosis pada tanah andisol tidak menunjukkan efek yang nyata pada berat kering tajuk, berat kering akar, dan serapan P, ini diduga karena tanah andisol menjerap ion P, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Sukarman dan Ai (2014) yang menyatakan bahwa tanah Andisol di Indonesia mempunyai kandungan Alo paling tinggi dibandingkandengan kandungan Feo dan Sio. Hal tersebut menyebabkan mengapa tanah Andisol mempunyai retensi yang tinggi terhadap fosfat dan tanah

(32)

Andisol yang berasal dari bahan induk liparit mempunyai retensi P yang paling tinggi.

Metode North Carolina berprinsip bahwa P yang terlarut dalam asam merupakan ukuran P tersedia di dalam tanah – tanah asam dan netral. Pada metode ini ekstraktan yang digunakan adalah HCl dan H2SO4 reaksinya menurut Poerwowidodo (1991) sebagai berikut

AlPO4 + HCl + H2SO4 PO32-

+ H2O + Al Cl3 + Al2 (SO4)3 FePO4 + HCl + H2SO4 PO42- + H2O + Fe2 (SO4)3

Selanjutnya, PO43-

+ 12 MoO42-

+ 27 H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10 H2O H7[P(MO2O7)6] + Vit C Biru Molidat

Rahmi (2007).

Hasil uji korelasi pada tinggi tanaman menunjukkan hubungan yang nyata dengan metode analisis Bray I. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r sebesar 0.65, semakin banyak pupuk P yang diaplikasikan ke tanah andisol maka tinggi tanaman juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Rahmi (2007) yang menyatakan bahwa hasil korelasi uji tanah dapat menentukan metode ekstraktan yang sesuai untuk berbagai komoditi pada berbagai tanah. Al – Jabri dkk (1984) melaporkan bahwa pengekstrak Troug dimodifikasi, HCl 25 %, dan Bray 2 merupaka pengekstrak yang cukup baik untuk tanah masam dari Lampung dan Sitiung untuk tanaman padi gogo.

(33)

KESIMPULAN

1. Metode analisis P tersedia yang sesuai untuk tanah Andisol adalah metode Bray I dengan nilai korelasi tertinggi yakni r = 0.65 dan diikuti dengan metode North Carolina dengan nilai korelasi yang nyata yakni r = 0.64.

2. Kemampuan setiap metode dalam mengekstrak kadar P tersedia tanah berbeda – beda tergantung pada jenis ekstraktan yangdigunakan.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabri, M., I.M Widjik, S., A. Hamid., Suharto dan M. Supartini. 1984.

Pemilihan Metode Uji P tanah-tanah Masam dari Lampung dan Sitiung Untuk Padi Gogo. Jurnal Pemberitaan Penelitian Tanah Dan Pupuk. 3:

47-52.

Ajidirman. 2010. Kajian Kandungan Mineral Alofan Dan Fenomena Fiksasi Fosfor Pada Andisols.Staf Pengajar Faperta Universitas Jambi.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.

Badan Penelitian dan Pengembagan Pertanian, Depertemen Peranian Barchia, M, F. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Gusbiandha, A.A. 2011.Morfologi Dan KarakteristikKimia Tanah Andisol Pada Penggunaan Lahan Yang Berbeda Di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

. (

Skripsi), Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis (edisi revisi).

Akademika Pressindo. Jakarta.

Mukhlis, 2011. Tanah Andisol Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran dan Analisis. USUPress. Medan.

Nursyami, D. Dan M. T. Sutriadi. 2002. Pemilihan metode Fosfor pada Inceptisol, Ultisol dan Vertisol Untuk Kedelai (Glycine Max L). Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Lahan. Puslitbangtanak. Bogor. Hlm 283-284.

Pasaribu, P., Asril, B., dan Mariati, 2014. Pertumbuhan Dan Produktivitas Kacang Tanah (Arachis hypogaeaL.) Dengan Pemberian Pupuk Kanang Sapi Dan Fosfat. Fakultas Pertanian USU. Medan.

Poerwowidodo, M. 1991. Kesuburan Tanah. UGM Press. Yogyakarta.

Raharjo B., Agung S., dan Agustina D.K. 2007.Pelarutan Fosfat Anorganik oleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat Secara In Vitro. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Undip.

Rahmi, M. 2007. Penetapan Metode Analisis P tersedia Tanah entisol. USU Repository. Medan

Shoji, S., Dahlgren R, and Nanzyo M. 1993. Genesis of Volcanic Ash Soil. in S.

Shoji., M. Nanzyo and R. Dhalgren (eds). Volcanic ash Soil. Genesis, Properties and Ultizatioan. Elservier. Amsterdam.

(35)

Sudaryono. 2009. Tingkat Kesuburan Tanah UltisolPada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta,Kalimantan Timur.Peneliti Pusat Teknologi LingkunganBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Sukarman dan Ai, Dariah. 2014. Tanah Andosol Di Indonesia Karekteristik, Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya Untuk Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laha Pertanian. Bogor.

Tan. K.H, 2007. Pendayagunnan Ilmu Tanah Dalam Pengelolaan Sumberdaya Lahan Di Indonesia. Ceramah Ilmiah Departemen Ilmu Tanah Faakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Umaternate, G. R., Jemmy A., dan Audy D. W. 2014.Uji Metode Olsen dan Bray dalam Menganalisis Kandungan Fosfat Tersedia pada Tanah Sawah di Desa Konarom Barat Kecamatan Dumoga Utara. Jurnal Mipa Unsrat Online 3 (1) 6-10. Manado.

Widjianto, H., Jauhari. S., dan Betta D. I. F. 2008a. Efisiensi Serapan P Tanaman Kentang Pada Tanah Andisol Dengan PenambahanVermikompos.Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5(II). FP. UNS.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah, Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media.

(36)

LAMPIRAN Lampiran 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 146,30 120,80 133,00 400,10 133,37 P1 150,20 157,20 156,30 463,70 154,57 P2 145,00 133,50 149,50 428,00 142,67 P3 122,80 143,50 134,50 400,80 133,60 P4 166,50 167,30 156,00 489,80 163,27 P5 150,80 153,00 136,80 440,60 146,87 P6 142,70 149,00 132,00 423,70 141,23 P7 170,20 154,00 167,00 491,20 163,73 P8 122,80 143,30 150,00 416,10 138,70 P9 159,00 148,50 120,80 428,30 142,77 Total 1476,30 1470,10 1435,90 4382,30 146,08

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Tanaman

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 94,67 47,34 0,37 3,55

Perlakuan 9 3292,88 365,88 2,84* 2,46

Galat 18 2320,78 128,93

Total 29 5708,33

FK 640151,78

Kk 7,77

Lampiran 3. Uji Beda Rataan Tinggi Tanaman Perlakuan Tabel

DMRT Nilai Kritis Rataan Selisih Notasi

2 2.97 19.48 163.73 144.26 a

3 3.12 20.43 163.27 142.83 a b

4 3.21 21.04 154.57 133.52 a b c

5 3.27 21.46 146.87 125.40 a b c

6 3.32 21.76 142.77 121.00 b c

7 3.36 22.01 142.67 120.67 b c

8 3.38 22.18 141.23 119.06 c

9 3.40 22.32 138.70 116.38 c

10 3.42 22.43 133.60 111.17 c

133.37 c

(37)

Lampiran 4. Rataan Berat Kering Tajuk (g)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 73,62 31,38 58,97 163,97 54,66

P1 39,76 58,28 52,99 151,03 50,34

P2 78,75 35,39 57,56 171,70 57,23

P3 24,91 60,21 32,68 117,80 39,27

P4 57,17 57,12 47,74 162,03 54,01

P5 59,79 55,23 42,07 157,09 52,36

P6 55,66 54,89 40,2 150,75 50,25

P7 80,65 73,95 55,52 210,12 70,04

P8 41,43 66,11 65,54 173,08 57,69

P9 59,25 62,74 24,29 146,28 48,76

Total 570,99 555,3 477,56 1603,85 53,46

Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tajuk

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 500,63 250,31 1,06 3,55

Perlakuan 9 1660,65 184,52 0,78 2,46

Galat 18 4249,67 236,09

Total 29 6410,95

FK 85744,49

Kk 28,74

(38)

Lampiran 6. Rataan Berat Kering Akar

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 5.51 4.59 4.45 14.55 4.85

P1 4.47 4.02 5.77 14.26 4.75

P2 5.67 5.65 4.35 15.67 5.22

P3 3.16 5.12 5.62 13.9 4.63

P4 6.07 3.99 3.41 13.47 4.49

P5 6.23 5.14 4.00 15.37 5.12

P6 5.24 5.01 3.37 13.62 4.54

P7 7.02 4.54 4.89 16.45 5.48

P8 4.20 4.48 4.75 13.43 4.48

P9 4.74 6.85 2.58 14.17 4.72

Total 52.31 49.39 43.19 144.89 4.83

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 4,34 2,17 1,64 3,55

Perlakuan 9 3,14 0,35 0,26 2,46

Galat 18 23,85 1,32

Total 29 31,34

FK 699,77

Kk 23,83

(39)

Lampiran 8. Rataan Serapan P (ppm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 21,63 9,90 25,48 57,02 19,01

P1 21,35 20,00 23,56 64,90 21,63

P2 23,85 13,94 23,36 61,15 20,38

P3 31,44 25,86 10,96 68,27 22,76

P4 17,88 18,85 24,81 61,54 20,51

P5 20,58 20,58 28,65 69,81 23,27

P6 19,23 17,50 21,92 58,65 19,55

P7 20,86 26,83 16,44 64,13 21,38

P8 25,10 17,50 21,35 63,94 21,31

P9 20,86 20,19 27,79 68,85 22,95

Total 222,79 191,15 224,33 638,27

Lampiran 9. Daftar Sidik Ragam Serapan P

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 70,12 35,06 1,14 3,55

Perlakuan 9 55,82 6,20 0,20 2,46

Galat 18 554,702 30,817

Total 29 680,64

FK 13579,59

Kk 26,09

(40)

Lampiran 10. Rataan Analisis P Tanah Metode Bray I (ppm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 19,33 25,48 28,08 72,88 24,29

P1 62,50 22,69 26,83 112,02 37,34

P2 23,27 34,90 23,94 82,11 27,37

P3 18,36 42,88 25,96 87,21 29,07

P4 25,10 56,25 48,36 129,71 43,24

P5 22,11 52,40 22,50 97,02 32,34

P6 28,08 30,10 22,60 80,77 26,92

P7 19,81 48,27 23,46 91,54 30,51

P8 36,25 40,10 30,10 106,44 35,48

P9 28,173 27,79 22,98 78,94 26,31

Total 282,98 380,86 274,81 938,65

Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Bray I

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 696,55 348,27 2,60 3,55

Perlakuan 9 934,93 103,88 0,78 2,46

Galat 18 2408,38 133,80

Total 29 4039,86

FK 29369,03

Kk 36,97

(41)

Lampiran 12. Rataan Analisis P Tanah Metode Bray II (ppm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 45,00 44,33 59,42 148,75 49,58

P1 49,13 64,52 46,25 159,90 53,30

P2 41,15 70,29 83,65 195,10 65,03

P3 46,15 79,71 54,52 180,38 60,13

P4 65,00 97,11 83,65 245,77 81,92

P5 45,38 88,36 49,42 183,17 61,06

P6 48,75 47,88 47,02 143,65 47,88

P7 43,17 70,48 49,04 162,69 54,23

P8 53,94 71,35 64,52 189,81 63,27

P9 79,81 74,90 77,40 232,11 77,37

Total 517,50 708,94 614,90 1841,35

Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Bray II

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 1832,770 916,35 7,201 3,55

Perlakuan 9 3401,99 377,10 2,974* 2,46

Galat 18 2288,03 127,11

Total 29 7522,71

FK 113018,52

Kk 18,37

Lampiran 14. Uji Beda Rataan Metode Bray II

Perlakuan Tabel DMRT Nilai Kritis Rataan Selisih Notasi

2 2.97 19.34 81.92 62.58 a

3 3.12 20.29 77.37 57.08 a b

4 3.21 20.89 65.03 44.14 a b c

5 3.27 21.31 63.27 41.96 a b c

6 3.32 21.61 61.06 39.45 a b c

7 3.36 21.85 60.13 38.28 a b c

8 3.38 22.02 54.23 32.21 b c

9 3.40 22.16 53.30 31.14 b c

10 3.42 22.27 49.58 27.32 b c

47.88 c

(42)

Lampiran 15. Rataan Analisis P Tanah Metode Olsen (ppm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 31,02 30,68 38,64 100,34 33,45

P1 41,19 38,22 22,71 102,12 34,04

P2 34,66 53,14 31,36 119,15 39,72

P3 28,30 50,68 24,66 103,64 34,55

P4 45,68 60,00 30,25 135,93 45,31

P5 51,02 56,27 35,00 142,29 47,43

P6 51,69 35,93 26,78 114,41 38,14

P7 25,93 45,93 26,69 98,56 32,85

P8 52,71 36,36 43,05 132,12 44,04

P9 38,39 27,54 32,97 98,90 32,97

Total 400,59 434,75 312,12 1147,46

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Olsen

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 801,05 400,53 4,60 3,555

Perlakuan 9 844,06 93,78 1,08 2,46

Galat 18 1565,59 86,98

Total 29 3210,71

FK 43888,63

Kk 24,38

(43)

Lampiran 17. Rataan Analisis P Tanah Metode Truog (ppm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 2,26 1,98 1,32 5,57 1,85

P1 1,51 2,07 1,51 5,09 1,70

P2 2,26 2,26 1,13 5,66 1,89

P3 1,98 3,58 1,13 6,70 2,23

P4 2,26 5,75 1,41 9,43 3,14

P5 1,60 4,91 1,23 7,74 2,580

P6 6,41 2,36 1,41 10,19 3,40

P7 2,74 3,30 3,49 9,53 3,18

P8 1,70 2,83 1,60 6,13 2,04

P9 11,70 2,55 1,23 15,47 5,16

Total 34,43 31,60 15,47 81,51

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode Truog

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 20,93 10,46 2,27 3,55

Perlakuan 9 29,96 3,33 0,72 2,46

Galat 18 82,89 4,60

Total 29 133,77

FK 221,46

Kk 78,98

(44)

Lampiran 19. Rataan Analisis P Tanah Metode HCl 25% (ppm)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-rata

1 2 3

P0 22,26 12,26 27,42 61,93 20,64

P1 20,00 28,06 28,06 76,13 25,38

P2 19,68 44,19 30,32 94,19 31,40

P3 25,48 36,77 19,35 81,61 27,20

P4 34,52 39,03 28,71 102,26 34,09

P5 23,55 42,26 28,39 94,19 31,40

P6 33,55 19,68 41,29 94,52 31,50

P7 20,00 44,84 40,00 104,84 34,95

P8 23,87 40,00 35,16 99,03 33,01

P9 32,26 19,35 27,74 79,35 26,45

Total 255,16 326,45 306,45 888,06

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode HCl 25%

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 270,43 135,22 1,74 3,55

Perlakuan 9 552,34 61,37 0,79 2,46

Galat 18 1401,71 77,87

Total 29 2224,49

FK 26288,62

Kk 29,81

(45)

Lampiran 21. Rataan Analisis P Tanah Metode N- Carolina (ppm)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

1 2 3

P0 107,20 79,75 77,54 264,49 88,16

P1 131,69 90,51 99,07 321,27 107,09

P2 120,34 97,97 85,25 303,56 101,19

P3 102,97 99,07 100,25 302,29 100,76

P4 131,69 98,05 83,22 312,97 104,32

P5 130,42 106,44 68,22 305,08 101,69

P6 121,19 90,34 76,78 288,30 96,10

P7 109,83 119,32 92,63 321,78 107,26

P8 119,49 98,98 100,76 319,24 106,41

P9 115,85 89,83 88,05 293,73 97,91

Total 1190,68 970,25 871,78 3032,71

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Analisis P Tanah Metode N- Carolina

SK DB JK KT FHIT 0,05

Kelompok 2 5332,67 2666,33 22,39 3,55

Perlakuan 9 946,24 105,14 0,88 2,46

Galat 18 2143,96 119,11

Total 29 8422,86

FK 306578,04

Kk 10,79

(46)

Lampiran 23. Metode Analisis kadar P tersedia tanah metode Bray I 1. Pereaksi

1. Larutan Amonium Flourida 1 N

Larutan 3,7 g NH4F dengan H2O menjadi 100 ml 2. Larutan HCl 5 N

Larutan 20,2 ml HCl pekat dengan H2O menjadi 500 ml 3. Larutan Bray I

Larutan 30 ml larutan NH4F 1N dengan 5 ml HCl 2 N dan jadikan larutan dengan menambahkan H2O

4. Asam Sulfat 5 N

Larutkan 140 ml H2SO4 pekat BD 1,84 kg/L dengan H2O hingga volume larutan menjadi 1000 ml.

5. Amonium Molibdat

Larutan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan H2O hingga volume larutan menjdi 250 ml

6. Kalium Antimonit Tartarat

Larutkan 1,298 g KSbOC4H4O6 dalam 100 ml H2O 7. Asam Ascorbat

8. Pereaksi Fosfat A

Campurkan bahan No. 4, 5, dan 6 jadikan 2 L dengan menambahkan H2O.

9. Pereaksi Fosfat B

Campurkan 1g asam ascorbat ke dalam 200 ml pereaksi campurkan A 10. Larutan Standar P 50 ppm

Larutkan 0,275 g K2HPO4. 3H2O dengan H20 hingga 1 L.

(47)

11. Larutan Standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0 – 1 – 2 – 4 – 6 – 8 dan 10 ml kedalam labu ukur 100 ml dan peuhkan dengan H2O.

2. Cara Kerja :

1. Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc.

2. Tambahkan larutan Bray I sebanyak 20 ml, dan goncang pada Shaker selama 30 menit.

3. Saring dengan kertas Whatman No.42

4. Pipet filtrasi sebanyak 5 ml dan tempatkan pada tabung reaksi

5. Tambhakan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml. Biarkan selama 5 menit 6. Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm 7. Pada saat bersamaan pipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0 –

0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 ml pereaksi Fosfat B

8. Ukur juga transmitan standar pada spectronik dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm.

3. Perhitungan

Nilai adsorben = - log T/100

Buat kurva standar P (0-5 ppm P) sebagai sumbu x dan nilai Adsorben sebagai sumbu y. Konsentrasi P- larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai Adsorben dari sample ke kurva standar (kurva standar interpolasi dapat dilakukan secara mudah dengan menggunakan kalkulator pakaiprogram LR)

Pavl (ppm) = P lrt x 20/2 x Faktor pengencer (bila ada).

(48)

Lampiran 24. Metode Analisis kadar P tersedia tanah metode Bray II 1. Pereaksi

1. Larutan Amonium Flourida 1 N

Larutan 3,7 g NH4F dengan H2O menjadi 100 ml 2. Larutan HCl 5 N

Larutan 20,2 ml HCl pekat dengan H2O menjadi 500 ml 3. Larutan Bray II

Larutan 30 ml larutan NH4F 1N dengan 20 ml HCl 5 N dan jadikan larutan dengan menambahkan H2O

4. Asam Sulfat 5 N

Larutkan 140 ml H2SO4 pekat BD 1,84 kg/L dengan H2O hingga volume larutan menjadi 1000 ml.

5. Amonium Molibdat

Larutan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan H2O hingga volume larutan menjdi 250 ml

6. Kalium Antimonit Tartarat

Larutkan 1,298 g KSbOC4H4O6 dalam 100 ml H2O 7. Asam Ascorbat

8. Pereaksi Fosfat A

Campurkan bahan No. 4, 5, dan 6 jadikan 2 L dengan menambahkan H2O.

9. Pereaksi Fosfat B

Campurkan 1g asam ascorbat ke dalam 200 ml pereaksi campurkan A 10. Larutan Standar P 50 ppm

Larutkan 0,275 g K2HPO4. 3H2O dengan H20 hingga 1 L.

(49)

11. Larutan Standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0 – 1 – 2 – 4 – 6 – 8 dan 10 ml kedalam labu ukur 100 ml dan peuhkan dengan H2O.

2. Cara Kerja :

1. Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc.

2. Tambahkan larutan Bray II sebanyak 20 ml, dan goncang pada Shaker selama 30 menit.

3. Saring dengan kertas Whatman No.42

4. Pipet filtrasi sebanyak 5 ml dan tempatkan pada tabung reaksi

5. Tambhakan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml. Biarkan selama 5 menit 6. Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm 7. Pada saat bersamaan pipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0 –

0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 ml pereaksi Fosfat B

8. Ukur juga transmitan standar pada spectronik dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm.

3. Perhitungan

Nilai adsorben = - log T/100

Buat kurva standar P (0-5 ppm P) sebagai sumbu x dan nilai Adsorben sebagai sumbu y. Konsentrasi P- larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai Adsorben dari sample ke kurva standar (kurva standar interpolasi dapat dilakukan secara mudah dengan menggunakan kalkulator pakai program LR)

Pavl (ppm) = P lrt x 20/2 x Faktor pengencer (bila ada).

(50)

Lampiran 25. Metode Analisis kadar P tersedia tanah metode Olsen 1. Pereaksi

1. Larutan NaHCo3 0,5 pH 8,5

Larutan 42 g NaHCo3 dengan H2O menjadi 1 L, sesuaikan pH 8,5 dengan menambahkan larutan NaOH

2. Asam Sulfat 5 N

Larutan 140 ml H2SO4 pekat BD 1, kg/L dengan H2O hingga volume larutan menjadi 1000 ml.

3. Amonium Molibdat

Larutan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan H2O hingga volume larutan menjadi 250 ml

4. Kalium Antimonit Tartarat

Larutkan 1,298 g KSbOC4H4O6 dalam 100 ml H2O 5. Asam Ascorbat

6. Pereaksi Fosfat A

Campurkan bahan No. 2, 3, dan 4 jadikan 2 L dengan menambahkan H2O.

7. Pereaksi Fosfat B

Campurkan 1g asam ascorbat ke dalam 200 ml pereaksi campurkan A 8. Larutan Standar P 50 ppm

Larutkan 0,275 g K2HPO4. 3H2O dengan H20 hingga 1 L.

9. Larutan standar 0 – 0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P

Pipet larutan Standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0 – 1 – 2 – 4 – 6 – 8 dan 10 ml kedalam labu ukur 100 ml dan peuhkan dengan H2O.

(51)

2. Cara Kerja :

1. Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc.

2. Tambahkan larutan Olsen sebanyak 20 ml, dan goncang pada Shaker selama 30 menit.

3. Saring dengan kertas Whatman No.42

4. Pipet filtrasi sebanyak 5 ml dan tempatkan pada tabung reaksi

5. Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml. Biarkan selama 5 menit 6. Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm 7. Pada saat bersamaan pipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0 –

0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 ml pereaksi Fosfat B

8. Ukur juga transmitan standar pada spectronik dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm.

3. Perhitungan

Nilai adsorben = - log T/100

Buat kurva standar P (0-5 ppm P) sebagai sumbu x dan nilai Adsorben sebagai sumbu y. Konsentrasi P- larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai Adsorben dari sample ke kurva standar (kurva standar interpolasi dapat dilakukan secara mudah dengan menggunakan kalkulator pakaiprogram LR)

Pavl (ppm) = P lrt x 20/2 x Faktor pengencer (bila ada).

(52)

Lampiran 26. Metode Analisis kadar P tersedia tanah metode Truog 1. Pereaksi

1. Larutan Asam Sulfat 0,002 N

Larutan 0,055 ml H2SO4 96 % dengan H2O menjadi 100 ml.

2. Larutan Truog

Larutan 3 g (NH4)2SO4 dengan H2O menjadi 1 L dan tambahkan H2SO4 0,002 N set pH menjadi 3,0

3. Asam Sulfat 5 N

Larutan 140 ml H2SO4 pekat BD 1,84 kg/L dengan H2O hingga volume larutan menjadi 1000 ml.

4. Amonium Molibdat

Larutan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan H2O hingga volume larutan menjadi 250 ml

5. Kalium Antimonit Tartarat

Larutkan 0,298 g KSbOC4H4O6 dalam 100 ml H2O 6. Asam Ascorbat

7. Pereaksi Fosfat A

Campurkan bahan No. 3, 4, dan 5 jadikan 2 L dengan menambahkan H2O.

8. Pereaksi Fosfat B

Campurkan 1g asam ascorbat ke dalam 200 ml pereaksi campurkan A 9. Larutan Standar P 50 ppm

Larutkan 0,275 g K2HPO4. 3H2O dengan H20 hingga 1 L.

10. Larutan standar 0 – 0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P

Pipet larutan Standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0 – 1 – 2 – 4 – 6

(53)

– 8 dan 10 ml kedalam labu ukur 100 ml dan peuhkan dengan H2O.

2. Cara Kerja :

1. Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas erlenmeyer 250 cc.

2. Tambahkan larutan Truog sebanyak 100 ml, dan goncang pada Shaker selama 30 menit.

3. Saring dengan kertas Whatman No.42

4. Pipet filtrasi sebanyak 5 ml dan tempatkan pada tabung reaksi

5. Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 ml. Biarkan selama 5 menit 6. Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm 7. Pada saat bersamaan pipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0 –

0,5 – 1,0 – 2,0 – 3,0 – 4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10 ml pereaksi Fosfat B

8. Ukur juga transmitan standar pada spectronik dengan panjang gelombang yang sama yaitu 660 nm.

3. Perhitungan

Nilai adsorben = - log T/100

Buat kurva standar P (0-5 ppm P) sebagai sumbu x dan nilai Adsorben sebagai sumbu y. Konsentrasi P- larutan ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai Adsorben dari sample ke kurva standar (kurva standar interpolasi dapat dilakukan secara mudah dengan menggunakan kalkulator pakaiprogram LR)

Pavl (ppm) = P lrt x 20/2 x Faktor pengencer (bila ada).

(54)

Lampiran 27. Metode Analisis kadar P tersedia tanah metode North Carolina 1. Pereaksi

1. Larutan HCl 5 N

Larutan 20,2 ml HCl pekat dengan H2O menjadi 500 ml 2. Asam Sulfat 5 N

Larutkan 140 ml H2SO4 pekat BD 1,84 kg/L dengan H2O hingga volume larutan menjadi 1000 ml.

3. Larutan North Carolina

Larutkan 10 ml HCl dan 5 ml H2SO4 dan ditambahkan H2O menjadi 1 L 4. Amonium Molibdat

Larutan 12 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan H2O hingga volume larutan menjdi 250 ml

5. Kalium Antimonit Tartarat

Larutkan 1,298 g KSbOC4H4O6 dalam 100 ml H2O 6. Asam Ascorbat

7. Pereaksi Fosfat A

Campurkan bahan No. 4, 5, dan 6 jadikan 2 L dengan menambahkan H2O.

8. Pereaksi Fosfat B

Campurkan 1g asam ascorbat ke dalam 200 ml pereaksi campurkan A 9. Larutan Standar P 50 ppm

Larutkan 0,275 g K2HPO4. 3H2O dengan H20 hingga 1 L.

10. Larutan Standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0 – 1 – 2 – 4 – 6 – 8 dan 10 ml kedalam labu ukur 100 ml dan peuhkan dengan H2O.

Referensi

Dokumen terkait

Sama halnya ketika anda menanam berbagai jenis tanaman lainnya seperti Cara Menanam Bunga Aster, anda juga harus melakukan penyiangan untuk menjaga kebersihan pada tanaman hias

The proposed protocol is based on the development of a procedural modelling methodology for archaeological data representation. The approach has been developed

Hukum Acara Mahkamah Konstitusi merupakan hukum acara sengketa atau perselisihan (contentieus procesrecht) yang digunakan oleh Mahkamah Konstitusi sebagai sebuah

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague,

Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak- pihak

Parameter yang diamati terhadap rnie kering yang dihasilkan meliputi : kadar zat besi total, derajat putih, daya serap air, jumlah padatan yang hilang selama perebusan

[r]

Pengaruh Kreativitas Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika Di Dalam Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Perbandingan