i PROPOSAL
PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG
RANCANGBANGUN DOWNDRAFT GASIFIER SEBAGAI REAKTOR ENERGI ALTERNATIF BIOMASSA DENGAN ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID
DYNAMIC (CFD)
TIM PENGUSUL
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... iv
RINGKASAN ... 1
BAB I. PENDAHULUAN ... 2
1.1. Latar Belakang ... 2
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Urgensi Penelitian ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Biomassa ... 4
2.2. Proses Konversi Energi pada Biomassa ... 4
2.2.1. Direct Combustion (Pembakaran Langsung) ... 4
2.2.2. Nilai Pembakaran (Heating Value) ... 6
2.2.3. Pembakaran di Udara ... 6
2.3. Gasifikasi Biomassa ... 7
2.4. Proses Gasifikasi ... 7
2.5. Downdraft Gasifier ... 9
2.6. Rancangan Diameter Tenggorokan pada Downdraft Gasifier ... 10
2.7. Teknologi Pemisahan Tar ... 12
2.7.1. Teknologi Pemisahan Tar Secara Fisik... 12
BAB III. METODOLOGI ... 15
3.1. Waktu dan Tempat ... 15
3.2. Alat dan Bahan ... 15
3.2.1. Alat ... 15
3.2.2 Bahan ... 15
3.3. Prosedur Penelitian ... 15
3.3.1. Perancangan ... 15
3.3.2. Simulasi... 16
3.3.3. Pembuatan Gasifier Tipe Downdraft ... 16
3.4. Prosedur Pengambilan Data ... 16
3.5. Prosedur Pengujian Downdraft Gasifier ... 17
iii
3.6..Pengambilan data ... 17
BAB IV. RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ... 18
4.1. Rencana Anggaran Biaya ... 18
4.2. Jadwal Penelitian ... 19 DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
iv DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan partikulat dan kandungan tar untuk beberapa rancangan
reaktor gasifikasi biomassa………. 12
Tabel 2.2. Efisiensi Pemisahan Tar Relatif untuk Berbagai Jenis Scrubber………... 13
Tabel 4.1. Rincian Anggaran Biaya Penelitian Dosen Pemula Universitas Lampung yang diajukan……….. 18
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian……… 19
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Reaksi Pembakaran……….. 6
Gambar 2.2. Skema Downdraft Gasifier……… 10
Gambar 2.3. Desain Diameter Tenggorokan Downdraft Gasifier………. 11
Gambar 2.4. Roadmap Penelitian……….. 14
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian……… 16
1 RINGKASAN
Gasifikasi biomassa merupakan proses konversi limbah padat menjadi gas dengan menggunakan reaktor gasifier. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kinerja gasifier tipe downdraft berbahan bakar biomassa masih memiliki beberapa kendala, seperti belum optimalnya suhu yang terjadi pada zona reduksi dan laju bahan yang tidak konstan. Rancangan diameter tenggorokan ruang reduksi yang tepat diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diameter tenggorokan ruang reduksi gasifier tipe downdraft terhadap kinerja gasifikasi limbah biomassa. Perancangan reaktor gasifier terlebih dahulu dilakukan dengan mempertimbangkan hasil simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD). Analisis aliran fluida yang dihasilkan dari simulasi ini merupakan dasar dari perancangan dan pembuatan downdraft gasifier.
Simulasi CFD menggunakan variasi ukuran diameter tenggorokan ruang reduksi kemudian dibandingkan dengan pengujian real-time setelah gasifier selesai dibangun.
Parameter pengujian yang akan dilakukan adalah suhu pada ruang reduksi, suhu ruang outlet gas, waktu efektif nyala api, dan waktu operasional penyalaan. Pemilihan diameter tenggorokan yang sesuai dengan jenis dan ukuran biomassa yang digunakan, diharapkan dapat mengatasi masalah rongga, ketidaklancaran biomassa dan penyimpangan distribusi suhu sehingga proses gasifikasi dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan gas yang mampu terbakar.
Kata kunci : Gasifikasi, Downdraft Gasifier, Biomassa, CFD
2 BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan energi alternatif telah banyak dilakukan mulai dari pengembangan biodiesel, biogas, bioethanol, dan lainnya. Teknologi pengembangan energi alternatif saat ini memanfaatkan biomassa sebagai salah satu solusi untuk mengatasi krisis energi. Biomassa merupakan salah satu bentuk sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan dan tersedia dalam jumlah besar. Biomassa yang melimpah terutama yang berasal dari limbah pertanian diantaranya sekam, tongkol jagung, dan lainnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif.
Pada umumnya biomassa dimanfaatkan energinya dengan pembakaran langsung untuk mendapatkan panas. Teknologi yang lebih maju lagi dimasyarakat dalam pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi yaitu dengan melakukan pengarangan biomassa. Menurut Susanto (2009) secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan thermal untuk memacu terjadinya reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang mengunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar.
Teknologi konversi biomassa dapat diaplikasikan menggunakan alat berupa reaktor yang disebut dengan gasifier. Salah satu tipe gasifier yang telah digunakan adalah tipe downdraft gasifier. Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar. Pada reaktor downdraft aliran udara bergerak ke zona gasifikasi di bagian bawah yang menyebabkan hasil gas pyroslisis yang dihasilkan melewati zona gasifikasi yang panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam asap terbakar, sehingga gas yang dihasilkan oleh reaktor ini lebih bersih.
Keuntungan reaktor tipe ini adalah reaktor ini dapat digunakan untuk operasi gasifikasi yang berkesinambungan dengan menambahkan bahan bakar melalui bagian atas reaktor.
Gasifikasi menggunakan reaktor downdraft masih dijumpai banyak kendala, salah satunya adalah aliran bahan biomassa yang tidak lancar. Aliran bahan yang tidak lancar dapat diketahui ketika proses gasifikasi terhenti. Ketika tutup reaktor dibuka, sering dijumpai adanya rongga. Pada beberapa operasional gasifier suhu pada zona reduksi lebih tinggi dari zona pembakaran dan suhu pada zona pengeringan lebih tinggi dari suhu pada zona pirolisis. Hal-
3 hal tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan bakar dan ketidakseragaman bentuk bahan bakar.
Untuk mengatasi masalah rongga, ketidaklancaran aliran biomassa dan penyimpangan distribusi suhu yang terjadi pada proses gasifikasi, selain dengan membuat ukuran partikel bahan biomassa seragam, perlu dilakukan kajian mengenai diameter tenggorokan yang akan digunakan. Penelitian ini akan mensimulasikan aliran biomassa di dalam reaktor gasifier menggunakan Computational Fluid Dynamic (CFD) untuk merancang diameter tenggorokan ruang reduksi reaktor gasifikasi tipe downdraft. Pemilihan diameter tenggorokan yang sesuai dengan jenis dan ukuran biomassa yang digunakan, diharapkan dapat mengatasi masalah rongga, ketidaklancaran biomassa dan penyimpangan distribusi suhu sehingga proses gasifikasi dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan gas yang mampu bakar.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memprediksi proses gasifikasi dalam reaktor gasifier tipe downdraft dengan simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD).
2. Merancang reaktor gasifikasi tipe downdraft berdasarkan hasil simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD).
3. Menganalisis pengaruh diameter tenggorokan ruang reduksi gasifier tipe downdraft terhadap kinerja gasifikasi biomassa.
1.3. Urgensi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan mengenai pengembangan energi alternatif dengan metode gasifikasi biomassa serta proses-proses yang terjadi didalam gasifier tipe downdraft. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai informasi pengembangan rancangbangun pada gasifier tipe downdraft itu sendiri.
4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biomassa
Biomassa adalah suatu subtansi yang terbuat dari bahan organik hasil pembentukan serat karbon pada hasil proses fotosintesis tanaman (C.Hugman and Marteen VDB, 2003).
Fotosisntesis merupakan proses dimana klorofil yang melapisi suatu organisme (tanaman, alga, maupun bakteri) menangkap energi dalam bentuk cahaya matahari yang kemudian dikonversikan menjadi enegi kimia. Reaksi fotosintesis tanaman dapat digambarkan sebagai berikut (Donald dan Jean, 1998):
CO2 + 6H2O + Energi matahari → C6H12O6+O2
Bahan kimia organik terbentuk dan Oksigen dilepaskan ke udara atmosphere setelah bahan anorganik CO2, air dan sinar matahari dikonversikan menjadi energi kimia. Fotosintesis umumnya terjadi pada tanaman, itu artinya CO2 yang telah diserap tanaman dikembalikan ke atmosphere setelah proses oksidasi pada tubuh tanaman dilakukan (M.A. Azman, 2016).
Kategori biomassa antara lain hasil hutan dan limbahnya, hasil pertanian dan limbahnya, sampah padat, kotoran hewan, tanaman akuatik dan alga (Wei, 2005). Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable) (Anonim,2012).
2.2. Proses Konversi Energi pada Biomassa
2.2.1. Direct Combustion (Pembakaran Langsung)
Pembakaran merupakan bagian dari reaksi kimia, dimana subtansi yaitu bahan bakar dikonversikan menjadi senyawa kimia hasil pembakaran melalui proses oksidasi. Pada setiap reaksi kimia, panas dapat dihasilkan pada saat terjadi reaksi transfer maupun reaksi produk.
Proses pembakaran dikategorikan sebagai proses exothermic hal itu dikarenakan proses pembakaran melalui proses pelepasan energi. Proses pembakaran dapat dijelaskan sebagai berikut :
Fuel + Oxidizer → Produk Hasil Pembakaran + Energi
5 Dari skema tersebut dijelaskan bahwa reaktan (bahan bakar dan oksidator) menghasilkan produk pembakaran dan energi. Dalam proses pembakaran, oxidator adalah udara namun bisa pula dengan oksigen murni. Bahan bakar kimia terdiri dari bentuk gas, liquid, atau bentuk padat.
Energi kimia yang dilepaskan pada saat proses pembakaran akan di lepas di lingkungan atau masih pada produk pembakaran dalam bentuk energi dalam (temperature) atau kombinasi keduanya (lingkungan dan produk). Energi atau panas yang dilepas per unit massa bahan bakar pada saat proses pembakaran dikenal dengan nama nilai kalor atau nilai panas, yang mana memilki perubahan standar enthalpy negative pada pembakaran.
Direct Combustion merupakan metode paling mudah dalam pembuatan biomassa.
Dalam pembuatan biomassa dengan direct combustion, bahan dibakar langsung dalam tungku.
Pembakaran langsung (direct burning), adalah proses exothermic dimana menghasilkan produk pembakaran sperti CO2, N2, dan bahan tertentu lainya. Semua tipe tungku dapat digunakan untuk pembakaran biomassa, adapun tipe tungku pembakaran tersebut adalah tungku refractor, tungku water-wall dan boiler. Pada proses oksidasi biomassa, udara, gas panas kemudian digunakan untuk proses menghasilkan uap panas dalam heat exchanger pada bagian boiler yang digunakan pada proses pemanasan, pengeringan ataupun penyalaan elektrik (C.Hugman and Marteen VDB, 2003). Sistem tenaga biomassa memiliki perbandingan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem energi fosil, namun biomassa dianggap lebih mahal dikarenakan adanya faktor kelembaban dari bahan biomassa. Meskipun begitu, biomassa dalam kombinasi produksi panas dan listrik (cogeneration system) sistem dapat mempengaruhi faktor ekonomi dalam bidang ekonomi. Cogeneration memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan lokal dalam pemenuhan enegi panas maupun listrik (C.Hugman and Marteen VDB, 2003).
Energi Fosil adalah senyawa hydrokaron, yang mana berarti terdiri dari karbon dan hidrogen. Saat bahan bakar fosil dibakar, karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) adalah produk kiimia, terbentuk dari reaktan karbon dan hidrogen dalam bahan bakar dan oksigen (O2) diudara.
Contoh paling sederhana dari pembakaran bahan bakar hidrokarbon adalah reaksi bertemu Methana (CH4) dengan O2, seperti yang diberikan di bawah ini:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + Heat Energy
Jumlah zat yang terdapat dalam reaksi mungkin ditunjukkan oleh massa atau dengan jumlah mol zat. Ketika reaksi ini seimbang, setiap molekul methana bereaksi dengan dua molekul O2 memproduksi satu molekul CO2 dan dua molekul H2O.
Panas reaksi pada umumnya sesuai dengan suhu dasar 25 ° C pada tekanan konstan.
terjadinya reaksi ini tergantung pada sejumlah faktor, seperti keseimbangan laju reaksi tertentu,
6 dan kontak katalisis. Reaksi pertama yang terjadi pada suhu dibawah 600 ° C, sedangkan reaksi kedua terjadi paling tinggi pada suhu di atas 800 ° C.
2.2.2. Nilai Pembakaran (Heating Value)
Seperti pada proses transfer energi, dalam proses kimia dalam proses kimia berasal dari pengereman dan pembuatan bahan, entalpi reaksi dan nilai panas dapat dihitung dengan energi ikatan. Berikut adalah skema proses reaksi pembakaran.
Gambar 2.1. Reaksi Pembakaran
Metodologi perhitungan nilai kalor pada umumnya berlaku untuk bahan bakar dengan ikatan kimia yang diketahui, seperti bahan bakar gas. Dalam bahan bakar padat dan cair jenis ikatan kimia dari komponen tidak diketahui sehingga nilai pemanasan harus selalu ditentukan secara percobaan.
2.2.3. Pembakaran di Udara
Udara kering adalah campuran dari sekitar 20,9% O2, 78,1% N2, dan 0,9% bahan lainnya (seperti CO2, Ar, Dia, Ne dan H2). Pada umumnya untuk perhitungan pembakaran kandungan udara adalah 21% O2, 79% N2 dari volume. Jadi untuk mengoksidasi bahan bakar dibutuhkan sekitar 21 mol oksigen yang bereaksi, sisanya adalah 79 mol nitrogen (C.Hugman dan Marteen VDB, 2003)..
Pada pembakaran sempurna gas metana di udara, suhu pembakaran biasa, N2, tapi tidak kurang sangat mempengaruhi proses pembakaran karena kelimpahan, dan karenanya perubahan entalpi yang, memainkan peranan besar dalam menentukan suhu reaksi. Di udara setiap mol oksigen disertai dengan 3,76 mol nitrogen, persamaan reaksi dapat ditulis sebagai
CH4 + 2(O2+3.76 N2) CO2 + 2H2O + 7.52N2 + Heat
7 Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran karena menyerap panas dari pembakaran bahan bakar dan menipiskan gas buang. Hal ini akan mengurangi panas yang tersedia melalui permukaan media pertukaran panas. Hal ini juga yang meningkatkan volume pembakaran oleh-produk. Kuantitas kecil nitrogen dapat digabungkan dengan oksigen (terutama pada pembakaran temperature tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang bersifat polutan.
2.3. Gasifikasi Biomassa
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat atau cair menjadi bahan bakar gas dengan pemanasan dalam sebuah media gasifikasi seperti udara, oksigen atau uap. Tidak seperti pada pembakaran, dimana oksidasi terjadi secara sempurna dalam satu tahap, gasifikasi mengkonversi energi kimia dari karbon dalam biomassa menjadi gas yang mudah terbakar dalam dua tahap. Gas yang dihasilkan tersebut dapat lebih mudah dimanfaatkan dibanding dengan biomassa aslinya (McKendry, 2002).
Secara sederhana proses gasifikasi dapat dikatakan sebagai reaksi kimia pada temperatur tinggi antara biomassa dengan udara. Dengan unsur utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis biomassa dapat dipakai sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya berjalan lancar, ada persyaratan teknis yang perlu diperhatikan:
a. kadar air biomassa tidak lebih dari 30%
b. bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih c. ukuran partikel antara 0,5 - 5,0 cm
d. tidak banyak mengandung zat-zat anorganik e. rapat massanya di atas 400 kg/m2
Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, kadang-kadang diperlukan pengolahan awal seperti: pengeringan. pemotongan atau pemampatan. Di samping itu biomassa harus tersedia dalam jumlah yang cukup secara kontinyu, nilai ekonomisnya rendah atau tidak ada manfaat lainnva. Kayu, batok kelapa, tongkol jagung dan batok sawit merupakan biomassa yang mendekati persyaratan tersebut diatas Sekam padi. serbuk gergaji, sabut kelapa. kulit kopi danl lain-lainnya adalah contoh biomassa yang perlu penanganan khusus untuk proses gasifikasi ( Herri, 2009)
2.4. Proses Gasifikasi
Ada 4 proses yang terjadi selama proses gasifikasi yaitu proses pengeringan, proses pirolisis, proses oksidasi, dan proses reduksi. Reaksi-reaksi yang terjadi pada masing-masing tahap dijelaskan oleh Bridgewater (2002) dalam Nashruddin (2012)adalah sebagai berikut :
8 1. Pengeringan /drying
Pada proses ini bahan bakar mengalami pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan melalui pertukaran panas antara bahan bakar dengan panas yang dihasilkan dari tahapan pembakaran (combustion).
[ H2O(cair) = H2O(gas)]
Pada zona pengeringan, biomassa dengan kadar air berkisar 5-50% basis basah dikeringkan sebagai hasil dari pindah panas suhu tinggi zona gasifier. Panas yang digunakan untuk pengeringan ini adalah hasil dari proses oksidasi pada proses sebelumnya, akan tetapi pada tahap pengeringan ini tidak ada proses kimia (Hartanto dan Haryanto, 2007).
2. Pirolisis/pyrolysis
Salah satu proses yang penting pada gasifikasi biomassa adalah pirolisis. Bahan bakar akan mengalami pemanasan pada temperatur yang lebih tinggi lagi yang menyebabkan bahan bakar terpecah menjadi arang (C), tar, minyak, gas, dan produk pirolisis lain. Pada pirolisis terjadi pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar.
Proses ini juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi. Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang.
Bahan baku (C,H,O) arang (C), tar, minyak, gas
Menurut Rajvanshi (1986), proses pirolisis merupakan proses eksoterm, pada suhu sampai 200oC air akan didorong keluar dari bahan bakar padat menjadi uap air, pada suhu 200oC-280oC karbon dioksida, asam asetat, dan uap air dilepaskan. Proses pirolisis terjadi pada suhu 280oC - 500oC, menghasilkan sejumlah besar tar, gas-gas yang mengandung karbondioksida dan metil alkohol. Pada suhu 500oC - 700oC produksi gas sedikit dan mengandung hidrogen.
3. Pembakaran/combustion/oksidasi
Pada proses oksidasi terjadi proses eksoterm, pada daerah ini terdapat substansi yang mudah terbakar dari bahan bakar padat yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Reaksi yang terjadi pada zona oksidasi adalah pembakaran tidak sempurna karbon dioksida diperoleh dari karbon dalam bahan bakar dan uap air diperoleh dari hydrogen (Rajvanshi, 1986)
9 Zona oksidasi merupakan bahan bakar yang telah mengalami pirolisa akan direaksikan dengan oksigen yang diambil dari udara luar hingga terjadi pembakaran lanjut dengan prodak utama berupa karbon.
4. Reduksi/reduction
Proses pembakaran lanjutan dari hasil oksidasi, dimana reaksi pokok yang terjadi disini adalah reaksi pertukaran air dengan methan, proses reduksi gas CO2 dan H2O ini terjadi pada interval suhu 400-9000C, dimana reaksi-reaksi tersebut secara dominan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.
2.5. Downdraft Gasifier
Menurut Clarke (1981) dan Red dan Das (1988) dalam Chopra dan Jain (2007) jenis throated downdraft gasifier memiliki aliran bahan bakar dan gas yang dihasilkan ke arah bawah. Bermula dari proses pengeringan di biomassa, di pirolisis kemudian mengalami pembakaran tidak sempurna di ruang pembakaran yang terjadi dengan bantuan udara yang dihembuskan kedalam ruang pembakaran. Leher gasifier adalah tempat berbagai jenis gas berkumpul karena merupakan tempat temperatur paling tinggi. Gas-gas tersebut mengalir bersama uap tar mengalir turun ke ruang reduksi (gasifikasi) dan berubah menjadi CO dan H2.
Downdraft gasifier bisa menggunakan bahan yang berukuran sama dan memiliki kadar air kurang dari 20% dan kadar abu kurang 5%. Imbert downdraft gasifier biasanya digunakan untuk menggasifikasi kayu dengan ukuran dan bentuk yang sama dan mengalir ke tungku bawah secara perlahan-lahan. Gas yang diproduksi oleh downdraft gasifier memiliki cairan tar yang lebih rendah (<1%) temperatur lebih tinggi (sekitar 700 0C) dan masalah lain yang memiliki nilai lebih tinggi dari updraft gasifier. Gasifier memiliki rata-rata efisiensi yang rendah karena sebagian panas terbawa keluar oleh gas panas.
Menurut Senoaji (2007) kinerja dari downdraft gasifier menggunakan bahan bakar limbah padat pati aren dipengaruhi oleh debit udara yang diberikan selama proses gasifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian debit udara 11,52 m3/jam dapat menghasilkan waktu efektif produksi gas 51,67 jam/m3 bahan dan energi 136,96 MJ/m3 bahan.
Selain itu faktor suhu juga berpengaruh terhadap kelancaran proses gasifikasi. Sesuai dengan urutan proses gasifikasi, sangat dibutuhkan suhu yang optimal untuk menunjang proses pada zona-zona gasifier. Menurut Raharjo (2007), penggunaan serpihan kayu sebagai bahan bakar downdraft gasifier memberikan distribusi tinggi dari pada menggunakan limbah padat pati aren. Dari hasil penelitian diperoleh distribusi suhu pada zona pengeringan 54,85 0C, zona
10 pirolisis 67,09 0C, zona pembakaran 125,17 0C dan zona reduksi 90,51 0C. Untuk kalor yang dihasilkan penggunaan serpihan kayu memiliki nilai kalor 19,53 KJ/menit.
Menurut Kasih (2009), pengaruh ukuran tongkol jagung memberikan pengaruh berbeda pada kinerja gasifikasi menggunakan downdraft gasifier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tongkol jagung dengan ukuran 6,4 mm dan 9,5 mm memberikan kinerja gasifikasi paling baik.
Pada ukuran 6,4 mm memberikan suhu paling tinggi untuk zona pembakaran sebesar 138,2 0C dan zona reduksi sebesar 102,05 0C, selain itu juga dihasilkan gas metan paling tinggi yaitu 8,4%. Untuk ukuran 9,5 mm memberikan waktu efektif nyala api selama 25,5 menit/kg bahan dan meghasilkan nilai kalor tinggi sebesar 411,16 KJ/kg bahan.
Gambar 2.2. Skema Downdraft Gasifier
2.6. Rancangan Diameter Tenggorokan pada Downdraft Gasifier
Menururt Groenveld (1980) dalam gasifikasi kayu untuk gasifier tipe downdraft diperlukan parameter yang relevan agar proses gasifikasi dapat berjalan dengan baik, parameter yang digunakan diantaranya mengenai aspek rancang bangun pada diameter throat (diameter
11 tenggorokan) yang berada di bawah zona oksidasi. Terdapat 3 jenis desain mengenai diameter tenggorokan pada gasifier tipe downdraft (Gambar 2.4).
Gambar 2.3. Desain diameter tenggorokan downdraft gasifier a. No Throat (tanpa tenggorokan)
Tabung polos tanpa penyempitan. Lama bahan yang tertinggal hanya ditentukan oleh kecepatan aliran gas dan kepadatan. Ketinggian tempat untuk pemanasan arang berada pada beberapa baris dari lubang masuknya udara. Jenis ini, umumnya sangat terisolasi, digunakan untuk tujuan stasioner saja, dengan beban yang tidak terlalu bervariasi.
b. Single throat (satu tenggorokan)
Sebuah tabung dengan penyempitan (tenggorokan) tepat di bawah zona pembakaran.
Kecepatan aliran gas dan kepadatan jauh lebih tinggi. Zona panas lebih terkonsentrasi. Hal ini diperpanjang melalui pengaruh aliran gas (sirkulasi) dengan bentuk tenggorokan dan tempat lubang masukan udara.
c. Double throat (dua tenggorokan)
Sebuah tabung dengan 2 penyempitan (tenggorokan ganda). Yang pertama melayani tujuan yang sama seperti yang disebutkan di atas yaitu agar kecepatan aliran gas dan kepadatan menjadi lebih tinggi sehingga zona panas lebih terkonsentrasi. Kedua, meningkatkan aliran gas dan arus kepadatan di zona reduksi. Setelah itu, gas dihamburkan lagi melebihi diameter keseluruhan. Kemungkinan gas-gas panas yang dihasilkan lebih efisien untuk digunakan. Sistem ini dikatakan lebih tepat untuk beban variabel, seperti yang ditemui ketika penggunaan dalam traksi.
12 2.7. Teknologi Pemisahan Tar
Pemisahan tar dari aliran gas sangat penting dalam sistem gasifikasi. Ketika produk gas mendingin, tar yang teruapkan akan terkondensasi pada permukaan yang lebih dingin ataupun pada permukaan partikulat. Proses pemisahan tar menjadi penting karena ketika gas harus didinginkan akibat kebutuhan aplikasi selanjutnya, tar terkondensasi dapat menyebabkan permasalahan operasional.
Untuk berbagai sistem yang sensitif terhadap pembentukan tar, sangat penting untuk mengurangi produksi tar yang terkandung dalam gas keluaran gasifier. Hal ini dapat dilakukan melalui pemilihan dan optimasi rancangan gasifier seperti disampaikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perbandingan partikulat dan kandungan tar untuk beberapa rancangan reaktor gasifikasi biomassa
Partikulat (g/Nm3) Tar (g/Nm3)
Jenis Gasifier Rendah Tinggi Rentang Minimum Maksimum Rentang Unggun tetap
Downdraft 0,01 10 0,1-0,2 0,04 6 0,1-1,2
Updraft 0,1 3 0,1-1 1 150 20-100
Unggun Bergerak
Fluidized Bed 1 100 2-20 <0,1 23 1-15
Circulated Fluidized Bed 8 100 100 <1 30 1-15
2.7.1. Teknologi Pemisahan Tar Secara Fisik
Proses pemisahan tar yang paling umum dilakukan saat ini adalah melalui pendinginan produk gas sehingga tar dapat terkondensasi pada permukaan tetesan aerosol dan kemudian tetesan tersebut dipisahkan menggunakan teknologi yang mirip dengan pemisahan partikulat.
Teknologi tersebut antara lain wet scrubber, electrostatic precipitator atau siklon. Partikulat dihilangkan secara terpisah dengan tar. Namun apabila memungkinkan, pemisahan partikulat dan tar dapat dilakukan secara simultan. Wet scrubber akan mengumpulkan tar dengan cara melewatkan material tersebut ke dalam tetesan air. Tar dan cairan mengalir ke dalam demister atau decanter untuk kemudian dipisahkan. Penggunaan air di dalam scrubber ini menyebabkan aliran gas harus berada pada temperatur 35-60oC. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari pengganti air seperti berbagai jenis minyak, namun penelitian-penelitian tersebut masih dalam tahap eksperimen.
13 Berbagai rancangan scrubber tersedia secara komersial seperti spray tower, impingement scrubber, baffle scrubber, dan venturi scrubber. Kaitan antara kompleksitas dan efisiensi scrubber tersebut diberikan dalam Tabel 2.2. Wet scrubber telah banyak digunakan dalam industri pemrosesan gas dan kinerjanya sudah sangat baik.
Tabel 2.2. Efisiensi Pemisahan Tar Relatif untuk Berbagai Jenis Scrubber Pressure drop, cm air Ukuran partikel (µm)
untuk pengumpulan hingga 80%
Spray Tower 1,5-4 10
Impingiment 5-125 1-5
Packed Bed 5-125 1-10
Venturi 10-250 0,2-0,8
Pemisahan tar secara fisik juga dapat dilakukan dengan menggunakan cyclone filter.
Dalam cyclone filter dan berbagai unit pemisahan berbasis gaya sentrifugal lainnya juga dapat digunakan untuk memisahkan tar. Teknologi ini dapat dioperasikan menggunakan prinsip yang sama dengan pemisahan partikulat, menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan padatan dan aerosol dari aliran gas. Teknologi ini cocok untuk memisahkan material dengan ukuran yang lebih besar dari 5 µm. Pada praktiknya, siklon dan pemisahan berbasis gaya sentrifugal lainnya tidak digunakan untuk memisahkan tar dalam sistem gasifikasi biomassa. Kombinasi partikulat dan tar lengket di dalam aliran gas dapat membentuk endapan material di permukaan siklon sehingga sulit dihilangkan pada kondisi operasi normal.
14 Gambar 2.4. Roadmap Penelitian
15 BAB III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan sejak Mei 2021 sampai dengan Oktober 2021 di Laboratorium Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung. Roadmap penelitian ini disajikan pada Gambar 2.4.
3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Downdraft Gasifier, digunakan sebagai reaktor gasifikasi biomassa.
2. Kompresor, Digunakan untuk menarik udara dari dalam tabung gasifier dengan cara menghembuskan udara keluar kompresor ke tabung venturi sehingga menimbulkan tekanan vakum untuk menghisap udara dari gasifier.
3. Termokopel, digunakan untuk mengukur suhu ruang reduksi dan outlet gas.
4. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu di bagian syclone dan wet scrubber.
5. Portabel Data Logger, merupakan alat yang digunakan untuk merekam data yang diukur dari termokopel.
6. Timbangan, digunakan untuk mengukur berat biomassa.
7. Tabung Venoject, digunakan untuk menampung sampel gas yang dihasilkan.
8. Injector, diguunakan untuk mengambil gas yang dihasilkan dari gasifier kemudian dimasukkan ke dalam tabung Venoject.
9. Pemotong
10. Pemantik api, digunakan untuk menyalakan starter gasifier dan menyalakan gas yang keluar dari outlet gas.
11. Ember, digunakan untuk menampung biomassa.
12. Alat tulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah biomassa padat.
3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Perancangan
Perancangan alat dalam bentuk gambar kerja dilakukan dengan menggunakan program Solidwork 2014. Solidwork 2014 adalah program komputer yang memudahkan
16 dalam proses menggambar teknik dan simulasi. Program ini dipilih karena kemudahan penggunaannya, tingkat presisi dan tingkat akurasi yang tinggi.
3.3.2. Simulasi
Simulasi reaktor gasifier menggunakan program Ansys CFX. Ansys CFX adalah program komputer yang memudahkan dalam proses simulasi aliran fluida. Program ini dipilih karena kemudahan penggunaannya, tingkat presisi dan tingkat akurasi yang tinggi selain itu program ini dapat lebih menggambarkan kondisi reaksi fisik pada reaktor gasifier tipe downdraft.
3.3.3. Pembuatan Gasifier Tipe Downdraft
Setelah simulasi dilakukan, proses pembuatan gasifier tipe downdraft akan dibuat untuk menguji akurasi dari hasil simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD).
Pembuatan reaktor gasifier dilakukan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Universitas Lampung.
3.4. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini secara garis besar dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut :
Gambar 3.1. Diagram alir prosedur penelitian
Biomassa Persiapan reaktor downdraft gasifier Biomassa dimasukkan
ke dalam gasifier dan diberi perlakuan
di Gasifikasi Pengambilan data waktu operasional kerja gasifier dan waktu efektif nyala api Pengukuran suhu pada
gasifier dengan interval 2 menit
Pengambilan sampel gas
Analisis statistik Kesimpulan
17 3.5. Prosedur Pengujian Downdraft Gasifier
a) Instrumen downdraft gasifier dipasang sesuai dengan tata letak yang telah ditentukan.
b) Dilakukan pemograman terhadap Data Logger.
c) Dilakukan penimbangan biomassa.
d) Dilakukan pembakaran awal dengan arang sampai menjadi bara api untuk langkah awal penyalaan gasifier.
e) Kompresor dioperasikan untuk mempercepat proses pembakaran awal.
f) Setelah pembakaran awal telah merata, masukkan biomassa pada reaktor gasifier.
g) Dilakukan penutupan pada reaktor gas.
h) Waktu pembakaran mulai dicatat setelah biomassa dimasukkan hingga saat gasifikasi berhenti.
i) Percobaan dilakukan sampai 3 kali ulangan dengan perlakuan variasi diameter yang telah ditentukan.
3.6..Pengambilan data
a) Dilakukan kalibrasi termokopel dengan cara memasangkan salah satu ujung termokopel kedalam data logger dan ujung lainnya dimasukkan kedalam air yang mendidih dan es yang membeku.
b) Diberikan perlakuan variasi diameter tenggorokan ruang reduksi, mulai dari ukuran 12 cm sampai 16 cm. Dalam hal ini ketinggian yang digunakan seragam yaitu 25 cm untuk semua variasi diameter.
c) Perekaman suhu menggunakan data logger. Suhu yang terukur melalui termokopel direkam dengan menggunakan data logger kemudian dilakukan pencatatan secara manual atau tertulis.
d) Data logger diatur dengan menggunakan interval 2 menit. Suhu yang terekam oleh data logger diambil dalam rentang waktu 2 menit untuk kemudian dilakukan pencatatan secara manual.
e) Pengambilan data untuk setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.
18 BAB IV. RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1. Rencana Anggaran Biaya
Total biaya yang diperlukan pada penelitian ini sejumlah Rp. 15.000.000,00 (Lima Belas Juta Rupiah), dengan rincian yang disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rincian Anggaran Biaya Penelitian Dosen Pemula Universitas Lampung yang diajukan
No Komponen Biaya Jumlah 1 Pengadaan alat dan bahan Rp. 10.800.000 2 ATK dan Bahan habis pakai Rp. 2.000.000 3 Travel Expenditure Rp. 600.000 4 Laporan/Publikasi Rp. 1.600.000
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Alat dan Bahan 10.800.000
Downdraft Gasifier 1 8.000.000 8.000.000
Thermocouple digital 1 600.000 600.000
Mur/Baut 1 Paket 250.000 250.000
Blower 1 300.000 300.000
Gelas Ukur 250ml 2 300.000 600.000
Pipa PVC 2 100.000 200.000
Biomassa 3 paket 200.000 600.000
Silikon Cair 1 150.000 150.000
Selang Air 15m 1 buah 100.000 100.000
2 ATK/BHP 2.000.000
a. ATK (Kertas HVS, flasdisk, tinta printer,
dll.) 1 paket 1.500.000 1.500.000
b. Dokumentasi 1 paket 500.000 500.000
3 Travel Expenditure 600.000
Transport lokal seminar 1 hari 300.000 300.000
Rapid Antigen 1 paket 300.000 300.000
4 Laporan/Diseminasi/Publikasi 1.600.000
a. Laporan Kemajuan 1 paket 500.000 500.000
b. Laporan Akhir 1 paket 500.000 500.000
c. Publikasi Jurnal Terakreditasi Sinta 2 1 paper 600.000 600.000
Jumlah (1+2+3+4) 15.000.000
19 4.2. Jadwal Penelitian
Tabel 4.2. Rencana Pelaksanaan Penelitian Jenis Kegiatan Bulan
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
5 Bulan
Persiapan 6
Simulasi CFD
Pembuatan Downdraft
Gasifier
Uji Kinerja
Analisis data
Penyusunan Laporan
Penyusunan Artikel Ilmiah
Laporan Akhir
20 REFERENSI
Anonim. 2009. Pabrik Bio Oil dari Eceng Gondok Dengan Proses Pirolisis Cepat. Institut Teknologi Surabaya.
Chopra, S., Jain., 2007. “ A review of Fixed Bed Gasification System for Biomass”.
Agricultural Engineering International : the CIGR Ejournal. Invited Overview No.5.
Vol.IX. April,2007
Clarke,S.J, 1981. Thermal Biomass Gasification. Agricultural Engineering 62(5):14-15
Hidayat,A. 2008. Analisa Karakteristik Dingin (Cold Flow) Di Gas Burner Sistem Gasifikasi Dengan Metode Computational Fluid Dynamic (CFD). Universitas Indonesia.
Jankes, Goran G., Milovanovij, Nebojsa M.. 2001. Biomass Gasification In Small- Scale Units For The Use In Agriculture And Forestry In Serbia. Thermal Science: Vol.5 (2001), No.2,pp.49-57.
Kasih,A. 2009. Pengaruh Ukuran Bahan Bakar Terhadap Kinerja Gasifikasi Limbah Tongkol Jagung. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Lachke, Anil. 2002. Biofuel from D-xylose the Second Most Abundant Sugar.
http://www.iisc.ernet.in/academy/resonance/May2002/pdf/May2002p50- 58.pdf.
Ma, F. and Hanna, M.A. 1999. Biodiesel Production: A Review. Bioresource Technology vol.
70: pp115.
Manurung, R. 2004. Teknologi Konversi Limbah Pertanian Sebagai Sumber Energi Terbarukan di Indonesia. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian, di Balai Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, 12 Agustus 2004.
McKendry, P. 2002. Energy production from biomass (part 3): gasification technologies.
Bioresource technology. Vol. 83:55-63
M.J. Groeneveld, The co current moving bed gasifier. Dissertation. Twente.1980
Markumningsih, Sri. 2007. Pengaruh Penambahan Serpihan Kayu Terhadap Kinerja Gasifikasi Limbah Padat Pati Aren. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Mochidzuki, K. Lloyd S. Paredes, and Michael J. Antal, Jr. 2002. Flash Carbonization of Biomass.Http://www.hnei.hawai.edu/flash_carb_biomass.pdf.
21 Prasetyo, T, Joko Handoyo, dan Cahyati Setiani. 2002. Karakteristik Sistem Usaha tani
Jagung-Ternak di Lahan Irigasi. Prosiding Seminar Nasional: Inovasi Teknologi Palawija, Buku 2- Hasil Penelitian dan Pengkajian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, hal. 581-605.
Prastowo, B.; R. Hanif; T.M. Lando. 1998. Rekayasa Teknologi Pengeringan dan Penyimpanan Jagung di Daerah Tadah Hujan.
http://bbpmektan.litbang.deptan.go.id/abstrak/th_1998/tek._pengeringan_penyimpanan _jagung.htm.
Raharjo, Dwi. 2007. Kajian Sebaran Suhu Pada Gasifier Tipe Downdraft Menggunakan Limbah Padat Pati Aren (Arenca Pinata) dan Serpihan Kayu. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Rancangan Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014. Departemen Pertanian Republik Indonesia. http://deptan.go.id. Diakses tanggal 23 Oktober 2011.
Reed, T.B., Das, A., 1998. Handbook of Biomass Downdraft Gasifier Engine Systems, Golden, CO: Solar Energy Research Institute, SERI/SP-271-3022, 140 pp
Schneider,Burch H.1995. Corn and Corn Improvement. Chapter XV page 637-670.
Academic Press., New York,N.Y., 1995
Senoaji, Angga. 2007. Pengaruh Debit Udara Terhadap Kinerja Gasifikasi Limbah Padat Pati Aren Tipe Downdraft. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Sudarmanta,B dan Kadarisman 2010. Pengaruh Suhu Reaktor dan Ukuran Partikel Terhadap Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Tongkol Jagung Pada Reaktor Downdraft. Institut Teknologi Surabaya.
Sutardi, Tata. 2008. Kajian Teknologi Gasifikasi. Diakses dari http://www.ccitonline.com/mekanikal/tiki-print_article.php?articleId=81 pada tanggal 24 Juni 2009.
Vidian,F. 2008. Simulasi Aliran Udara Dalam reaktor gasifikasi (Gasifier). Universitas Sriwijaya.
Widodo, Asari, Ana, dan Elita.2008. Bio Energi Berbasis Jagung dan Pemanfaatan Limbahnya.
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.
Yitnosumarto, Suntoyo. 1991. Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Yulistianti F 2009. Kajian Tekno Ekonomi Pabrik. Konversi Biomassa Menjadi Bahan Bakar Fischer-Tropsch Melalui Proses Gasifikasi. Institut Teknologi Bandung.
22
LAMPIRAN
23 Lampiran Biodata Tim Peneliti
A. Ketua Pengusul
Nama Febryan Kusuma Wisnu, S.T.P., M.Sc.
NIDN/NIDK 0026029003
Pangkat/Jabatan Penata Muda Tk I (IIIb) / Asisten Ahli E-mail febryan.wisnu@fp.unila.ac.id
ID Sinta 6089308
h-Index Scopus 1
Pendidikan
Program S-1 S-2
Perguruan Tinggi
Asal UGM UGM
Bidang Ilmu Teknik Pertanian Teknik Pertanian
Tahun Lulus 2014 2018
Judul
Skripsi/Tesis/
Disertasi
Analisis Matematik Perubahan Sifat Fisik Nira Kelapa dengan Penambahan Larutan Kunyit Pada
Pengolahan Gula Semut Menggunakan Evaporator
Perubahan Kandungan Asam Lemak Bebas Kelapa Sawit Akibat Pengangkutan dengan Variasi Jarak Tempuh dan Frekuensi Getaran
Publikasi di Jurnal Internasional Terindeks
No Judul Artikel Ilmiah Nama
Jurnal Vol/ Nomor/
Tahun 1. Controlled electrical conductivity (EC) of tofu
wastewater as a hydroponic nutrition Procedia
ESEM 6(3), pp. 453- 462. 2019
24 2. Application of Short-Term Forecasting Models for
Energy Entity Stock Price : Study on Indika Energi Tbk, JII.
IJEEP 10(1), pp.
294-301. 2020 3. Future natural gas price forecasting model and its
policy implication IJEEP 10(5), pp.
453-462. 2020 4. Design of Insect Trap Automatic Control System for
Cacao Plants Procedia
ESEM 8(1), pp. 167- 175. 2021 Proceeding Seminar/Konferensi Internasional Terindeks
No Judul Artikel Peran Nama Jurnal, Tahun terbit, Volume, Nomor, P-ISSN/E-
ISSN
URL artikel (jika ada)
1
Controlled Electrical
Conductivity (EC) of Tofu
Wastewater as a Hydroponic Nutrition
Co-author Procedia Environmental Science, Engineering, and Management (P-ESEM)/
Vol. 6, Issue 3, 2019 Scopus Q3
http://procedia-
esem.eu/2019_vol6_no3.htm
2
Forecasting the Performance of Volatility of Share Prices with the Application of ARIMA Model
Co-author The 2nd International Conference of Economics, Business, and
Enterpreneurship (ICEBE), 2019.
Proceeding Scopus
http://icebeconference.com/
3
Design of Insect Trap Automatic Control System for Cacao Plants
Co-author Procedia Environmental Science, Engineering, and Management (P-ESEM)
http://procedia-esem.eu/2020
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 5 Maret 2021
Febryan Kusuma Wisnu, S.T.P., M.Sc.
NIP. 1990022620190310102
25 B. Anggota Pengusul 1
Nama Dr. Siti Suharyatun, S.T.P., M.Si.
NIDN/NIDK 0003077002 Pangkat/Jabatan Penata / Lektor
E-mail siti_suharyatun149@gmail.com
ID Sinta 6015398
h-Index 1
Publikasi di Jurnal Internasional Terindeks No Judul Artikel Peran (First
author, Correspondi
ng author, atau co-
author)
Nama Jurnal, Tahun terbit,
Volume, Nomor, P- ISSN/E-
ISSN
URL artikel (jika ada)
1. Development of Biodegradable Board using Water Hyacinth (Eichornia crassipes)
Co-author International Journal of Environment,
Agriculture, and
Biotechnology (IJEAB)/
Vol-3, Issue-1, Jan- Feb- 2018 pp170-174.
DOI: 10.22 161/ijeab/3.1.21
https://ijeab.com/det ail/development-of- biodegradable- board-using-water- hyacinth-eichornia- crassipes/
26 Publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi
No Judul Artikel Peran (First
author, Correspondin g author, atau
co-author)
Nama Jurnal, Tahun terbit,
Volume, No., P-ISSN/E-ISSN
URL artikel (jika ada)
1. Unjuk Kerja Mesin Pemotong Padi Tipe Glx 328-Rh pada beberapa Rpm di Lahan Kering
Co author Jurnal Teknik
Pertanian Lampung, 2018, 7, 3, 168-174
https://jurnal.
fp.unila.ac.id 2. Unjuk Kerja Mesin Pemotong
Padi (Paddy Mower) Saat Pemanenan Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Basah
Co author Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2018, 7, 2, 97-105
https://jurnal.
fp.unila.ac.id
3. Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Unjuk Kerja Mesin Pencacah Pelepah Kelapa Sawit (Chopper) Tipe Tep-1
Co author Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2017, 6, 3, 189-196
https://jurnal.
fp.unila.ac.id 4. Pengaruh Penambahan Aroma
Vanili Terhadap Karakteristik Beras Analog Berbahan Baku
Co author Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2017, 6, 3, 181-188
https://jurnal.
fp.unila.ac.id 5. Analisis Potensi Lorong
Pengatus Dangkal untuk Percepatan Jadwal Tanam Palawija di Tanah Sawah
first author Agritech, 2015, 35,
4, 474-0480 https://jurnal.
ugm.
ac.id/agritech 6. The Clay Content Effect on The
Formation of Shallow Mole Drainage and The Rate of lowering Soil Moisture Content
first author AGRITECH, 2014,
34, 3, 347-353 https://jurnal.
ugm.
ac.id/agritech 3. Sebaran Lengas Tanah
Akibat Pembuatan Lorong Pengatus Dangkal pada Tanah Sawah
first author AGRITECH, 2013,
33, 3, 355-361 https://jurnal.
ugm.
ac.id/agritech
Prosiding seminar/konverensi
No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat 1. International Conference
on Sustainable Biomass Improving Fuel Quality of Rice Straw Through Washing by Using Effluent from Tofu Industry
Bandar Lampung, 15-17 Oktober 2019
Seminar Nasional Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)
Pembuatan Pakan Ikan Berbahan Baku Lokal untuk Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Pagelaran Pringsewu, Sebagai Kawasan Minapolitan
Banda Aceh, 02 – 05
November 2017
27 2. Seminar Nasional Sains
Matematika, Informatika dan Aplikasinya IV
Pendekatan Matematik Kebutuhan Torsi Pemotongan pada Pisau Pemotong Rumput Tipe Rotari
Bandar Lampung, 26 – 27 Oktober 2016
3. International Symposium on Agricultural and Biosystem Engineering (ISABE)
The Clay Content Effect on The Formation of Shallow Mole Drainage: An Experimental Study
28-29 Agustus 2013, Yogyakarta
4. Seminar Nasional Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)
Analisis Numerik Perubahan Lengas Tanah pada Sistem Lorong Pengatus Dangkal di Tanah sawah
30 November – 2 Desember 2012, Malang
5. Seminar Nasional Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA)
Laju Perubahan Lengas Tanah pada Sistem Lorong Pengatus Dangkal di Tanah Sawah
13-14 Juli 2012, Denpasar
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 5 Maret 2021
Dr. Siti Suharyatun, S.T.P., M.Si.
NIP. 197007031998022001