• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua : studi kasus di SD Shanta Maria 1, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua : studi kasus di SD Shanta Maria 1, Yogyakarta."

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Erawati, Endika Elshanta. (2014). Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua: Studi Kasus di SD Shanta Maria 1, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: Persepsi, Pola Asuh.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap pola asuh orang tua. Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas V usia 11 tahun siswi SD Shanta Maria 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara pola asuh orang tua dan lembar observasi pola asuh orang tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan lembar observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkemabang sesuai usianya). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Analisis data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber.

(2)

ABSTRACT

Erawati, Endika Elshanta. (2014). Perceptions Of Parenting Children Parents: Case Study at SD Shanta Maria 1, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords : Perceptions, Parenting

This study wasa qualitative study based on case study. The purpose of this study wasdetermine children’s perception regarding the parenting model of the parents. The research subjects were two of 11-years-old girls. They are fifth-grade students of SD Shanta Maria 1 Yogyakarta Elementary School Academic Year 2014 / 2015.

The research instruments used wereinterview guidelines and observation sheets of the parenting model of the parents. The components of the interview guidelines and observation sheets arethe parental control of the children, communication, and parents’ desire that their children can develop their abilities according their age. The techniques of data collections used were interviews and observation. The analysis of data was by giving a code on every answer of question given to the informant.

(3)

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus karena cintakasih dan berkat-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugasakhir.

Para dosen PGSD Universitas Sanata Dharama yang telah memberibimbingan kepada peneliti.

Keluarga kecilku untuk kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moral maupun spiritual :

Didik Arwanto Endang Sri Lestari

Keluarga Besar S. Hadi Wiryono

Teman istimewaku: Devri Riza Setyawan

Kakakku yang selalu memberi solusi dan dukungan Putri Sundari

Sahabat terbaiku: Yovita Siska Febriana

Semua teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah memberikan banyak cerita selama proses belajar menjadi

calon pendidik.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(8)

v

MOTTO

Di manaadakehendak di situ adajalan.

Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea,

kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah

mahakarya, gelarsarjana kuterima, orang tua pun

bahagia.

Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya

revisi dan saya menang.

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil

menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan pada daftar pustaka, sebagai mana layaknya karyailmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2014

Penulis,

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Santa Dharma: Nama : Endika Elshanta Erawati

NIM : 111134233

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah yang

berjudul: PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA:

STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan (bilaada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 4 Desember 2014 Yang menyatakan,

(11)

ABSTRAK

PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA

Oleh:

Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap polaasuh orang tua.Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas V usia 11 tahun siswi SD Shanta Maria 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara pola asuh orang tua dan lembar observasi pola asuh orang tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan lembar observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkemabang sesuai usianya).Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.Analisis data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kedua anak sudah dapat merasakan akan kesibukan dari orang tua mereka dalam bekerja. Anak setelah merasakan akan kesibukan orang tua dalam bekerja, maka anak bisa menyampaikan persepsi terhadap pola asuh orang tua mereka. Anak memiliki kebiasaan dari orang tua dalam memberikan pola asuh secara authoritative (Otoritatif).

(12)

ix

ABSTRACT

PERCEPTIONS OF PARENTING CHILDREN PARENTS

By:

Endika Elshanta Erawati Student Number: 111134233

Sanata Dharma University

This study wasa qualitative study based on case study. The purpose of this study wasdetermine children’s perception regarding the parenting model of the parents. The research subjects were two of 11-years-old girls. They are fifth-grade students of SD Shanta Maria 1 Yogyakarta Elementary School Academic Year 2014 / 2015.

The research instruments used wereinterview guidelines and observation sheets of the parenting model of the parents. The components of the interview guidelines and observation sheets arethe parental control of the children, communication, and parents’ desire that their children can develop their abilities according their age. The techniques of data collections used were interviews and observation. The analysis of data was by giving a code on every answer of question given to the informant.

The results of the study showed that the children were able to feel the busyness of their parents in their work. And then, the children were able to convey their perceptions of the parenting model of their parents. The children would have a daily habit due to the parenting model of the parent authoritatively.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas

Akhir dengan judul “PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG

TUA” dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah

satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk melatih

mahasiswa agar dapat menghasilkan suatu karya yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Peneliti dalam menyelesaikan penelitian dan laporan Tugas Akhir ini,

peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, dan masukan dari berbagai

pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA. Selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, semangat, dorongan serta sumbangan pemikiran yang

peneliti butuhkan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Theresia Yunia Setyawan,S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pembimbing II, yang

(14)

xi

bimbingan yang sangat bergunakan selama proses penelitian sampai penulisan

skripsi.

4. Dosen-dosen Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Santa Dharama

yang telah memberikan pengalaman dan bekal selama proses menjadi seorang

guru.

5. Mawar dan Melati yang telah bersedia menjadi narasumber salama proses

penelitian.

6. Teman-teman peneliti yang memberikan arahan, saran, dan sharing dalam

mengerjakan skripsi.

7. Pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penelitia dan penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca, sehingga suatu saat nanti penulis dapat memberikan

karya yang lebih baik lagi.

Akhir kata peneliti meminta maaf bila ada kesalahan dalam penyusunan

laporan maupun menulis dalam skripsi ini. Semoga penelitian dan laporan skripsi

ini dapat berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 10 Desember 2014

Peneliti

(15)

xii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 31

C. Instrume Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 50

F. Jadwal Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

(16)

xiii

C. Implikasi ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Keterbatasan Penelitian ... 105

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... ……. 107

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Identitas Narasumber ... 33

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 34

Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi ... 40

Tabel 3.3 Kode Transkip Wawancara ... 50

Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validitas Wawancara ... 51

Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validitas Observasi ... 51

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Proses Persepsi ... 12

Gambar 1.2 Stimulus Alat Indera ... 13

DAFTAR BAGAN Bagan 1.3 Literature Map ... 27

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Penelitian ...109

Lampiran Hasil Wawancara Melati .………110

Lampiran Hasil Wawancara Mawar .………...118

Lampiran Surat Kepada Validator ...172

Lampiran Lembar Penilaian Validasi ...173

Lampiran Kisi-kisi Wawancara...175

Lampiran Lembar Wawancara ...179

Lampiran Kisi-kisi Observasi...182

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi latar belakang,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

definisi oprasional.

A.Latar Belakang

Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan sebuah proses

pendidikan adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang secara

langsung mempengaruhi individu. Sebagai tempat terkecil dalam masyarakat,

kebiasaan dan bentuk keluarga menjadi bagian dalam mewarnai individu secara

menyeluruh. Kehidupan berkeluarga harus memiliki perencanaan, penataan,

peningkatan serta evaluasi, hal tersebut termasuk dalam pengasuhan terhadap

anak.

Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama yang secara

langsung mempengaruhui individu, hal ini disebabkan karena dalam lingkungan

inilah anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan

latihan. Pendidikan dalam keluarga lebih mengarah pada proses pembentukan

sikap dan pemberian motivasi bagi anak, bukan pada aspek materi pelajaran

sebagaimana diajarkan di sekolah. Nilai-nilai yang merupakan karakter dari dalam

diri yang harus ada dan diberikan oleh anak. Karakter yang harus ada pada anak

(19)

tidak mudah menyerah untuk melakukan kegiatan tersebut (H. Abu Ahmadi,

2005).

Aggota keluarga yang dimaksudkan peneliti yaitu meliputi orang tua,

kakak, adik, nenek, kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota

keluarga sangat dibutuhkan oleh anak, karena dalam belajar dipengaruhi faktor

dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi jasmani, psikologis,

dan non intelektual sedangkan faktor dari luar meliputi sosial dimana anggota

keluarga merupakan salah satu faktor (Djamarah, 2009).

Berdasarkan anggota keluarga yang telah peneliti sebutkan diatas,

anggota keluarga yang paling utama dalam memantau anak saat belajar di rumah

yaitu orang tua. Sesibuk-sibuknya orang tua harus bisa meluangkan waktu untuk

menemani belajar anak, guna untuk mendukung pendidikan anak . Orang tua

selain memantau dan menemani anak, orang tua juga mempunyai kewajiban untuk

memberikan pengasuhan yang sesuai usia anak sekolah dasar. Pengasuhan yang

sesuai usia anak, dapat membuat pertumbuhan anak menjadi baik secara rohani

maupun jasmani. Pola pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anak ada

beberapa macam, diantaranya pola asuh otoriter (otoritarian), pola asuh

mengabaikan dan pola asuh yang menuruti (permisif), pola asuh demokratis

(otoritatif) (Papalia, 2009).

Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter (otoritarian)

biasanya anak cenderung tidak senang, menarik diri, dan tidak percaya. Orang tua

yang menerapkan pola pengasuhan mengabaikan dan pola asuh yang menuruti

(20)

mengontrol diri, dan kurang bereksplorasi. Orang tua yang menerapkan pola

pengasuhan demokratis (otoritatif) anak cenderung menjadi mandiri dan

mengandalkan diri sendiri, memiliki kontrol diri, dan eksploratif (Papalia, 2009).

Pendidikan yang anak dapatkan di rumah lebih memiliki dampak yang

sangat besar dalam kebiasaan sehari-hari. Karena kehidupan sehari-hari di rumah

anak lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas dibandingkan

pendidikan yang anak dapatkan di sekolah. Maka dari itu anak sekolah dasar

merupakan jenjang yang paling awal guna untuk menempuh pendidikan formal.

Pada umumnya siswa sekolah dasar masuk dibangku kelas 1 berusia 7 tahun dan

usia 12 tahun dibangku kelas VI, usia ini anak lebih bisa bersosialisasi

dibandingkan pada masa kanak-kanak yang bergantung pada orang lain.

(Piaget&inhelder, 2010:131).

Anak pada usia 11 tahun duduk dibangku kelas V sekolah dasar

mempunyai pemikiran yang luas dan kosakata yang banyak (Syamsu, 2010). Hal

ini peneliti ketahui saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan

(PPL) ada dua anak yang bercerita tentang kebiasaan di sekolah dan dirumah.

Anak-anak yang bercerita pada peneliti juga menyampaikan keluh kesah saat

mendapatkan tugas dari sekolah baru bisa mengerjakan di malam hari, karena

pulang sekolah sore dan merasa capek terkadang jengkel juga harus menunggu

jemputan dari orang tua lama. Hal ini dikarenakan orang tua jika menjemput anak

sering molor hingga 2 jam dari jam anak pulang sekolah.

Pada saat peneliti melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan

(21)

Peneliti melakukan obrolan mengenai kebiasaan anak di rumah bersama orang

tua, dua anak tersebut bercerita bahwa mempunyai orang tua yang memiliki

kesibukan dalam bekerja sampai terlambat menjemput pulang sekolah itu tidak

menyenangkan, dan saat aktivitas belajar di malam hari kedua anak tersebut tidak

di dampingi belajar oleh orang tuanya karena orang tuanya merasakan kondisi

fisik capek setelah pulang bekerja.

Melalui permasalahan yang peneliti temukan tersebut, peneliti

mempunyai keiginan untuk mengadakan penelitian mengenai pola asuh orang tua.

Dimana peneliti melakukan observasi pada kedua anak tersebut, masing-masing

anak kedua orang tuanya memiliki pekerjaan yang menetap setiap pagi jam 07.00

sampai jam 17.00 baru pulang dari bekerja. Hal ini peneliti temukan saat kegiatan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Shanta Maria 1. Orang tua dari

kedua anak tersebut salah satu dari orang tuanya memiliki pendidikan lulusan

sarjana dan bekerja sebagai PNS serta swasta. Dengan kesibukan orang tua

terkadang tidak bisa menemani anak dalam belajar di rumah dan kurang bisa

mengetahui aktivitas anak sehari-hari saat di rumah sebelum orang tua pulang dari

bekerja.

Kegiatan anak di rumah saat belajar tidak bisa dihindari dari pantauan

orang tua, hal ini dikarenakan pada anak usia sekolah dasar masih membutuhkan

bimbingan dari anggota keluarga. Peneliti selain dua anak yang memberikan

inspirasi dalam pemikiran utama yang akan dipakai penelitian, juga menemukan

anak-anak yang setiap pulang dari sekolah harus menunggu jemputan orang tua

(22)

Maria 1 anak berdominan kurang adanya pendampingin yang evektif dalam

kegiatan belajar saat berada di rumah. Anak-anak SD Shanta Maria 1 dalam

karakter kepribadian kurang terbentuk sesuai usianya. Maka dari itu, dibutuhkan

peran anggota keluarga guna untuk meningkatkan kualitas dan karakter anak saat

menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar. Hal ini peneliti ketahui saat

melakukan observasi di SD tersebut.

Hasil pengamatan dan observasi yang telah dibahas di atas, peneliti juga

melakukan wawancara dengan guru kelas V dan mendapatkan fakta bahwa

kebanyakan anak di SD Shanta Maria 1 memiliki masalah keluarga. Anak-anak

cenderung masih sulit dan takut menyampaikan pendapat pada orang tua, merasa

tidak didengarkan apa yang menjadi cerita dan kebutuhan dalam kehidupan

sehari-hari anak. Hal ini tampak dari sebagian siswa yang sering datang pada guru

kelas untuk berbagi permasalahan mengenai hubungan anak dengan orang tuanya

saat berada di rumah. Peneliti memiliki pemikiran bahwa setiap anak akan

mempunyai persepsi yang berbeda-beda pada setiap waktu. Alasan inilah yang

membuat peneliti untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana sesungguhnya

persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua mereka.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih

lanjut apakah pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan

anak dan karakter pribadi anak. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk

(23)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan

menyusun rumusan masalah: “ Bagaimana persepsi anak terhadap pola asuh orang tua?”

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti

membatasi masalah sesuai judul : Pesepsi Anak terhadap Pola Asuh Orang Tua,

yang telah diajukan.

Dalam penelitian tersebut yang dipakai subyek penelitian ada dua anak

yang bernama Mawar dan Melati. Meraka sama-sama duduk di bangku sekolah

dasar kelas V. Peneliti melakukan penelitian tersebut di SD Shanta Maria 1.

Peneliti sebelum memastikan anak tersebut sebagai narasumber untuk

fokus penelitian, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas.

Setelah itu peneliti memutuskan untuk mengambil fokus penelitian pada dua anak

tersebut karena kedua orang tua mereka sama-sama bekerja dan anak bisa bertemu

dengan orang tua di sore hari, maka tepat pada judul peneliti yang nantinya anak

bisa melihat dan merasakan adanya pola asuh yang diterima dari orang tua.

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui

(24)

E.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menambah wawasan luas serta

pengalaman tentang pola asuh orang tua terhadap anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran orang tua

dalam mengasuh anak, sehingga dapat memberikan informasi dan motivasi pada

anak dalam kebutuhan sekolah maupun kebutuhan kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Guru

Hasil peneletian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SD

Shanta Maria 1 khususnya bagi guru, sehingga dapat memberi motivasi pada anak

didik yang dalam kebutuhan sekolah dan kebutuhan kehidupan sehari-hari belum

tercukupi oleh orang tuanya.

c. Bagi Anak

Penelitian ini memberikan tambahan informasi kepada anak terhadap

pola asuh orang tua yang dalam kebutuhan sekolah dan kebutuhan kehidupan

sehari-hari sudah tercukupi maupun belum tercukupi. Dalam perkembangan

akademis anak bisa mengembangkan kemampuan akademis dengan cara belajar

(25)

anak yang setiap hari orang tua bisa mendampingi belajar maka dapat

menggunakan pendampingan yang dari orang tua dengan baik.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa PGSD

Universitas Sanata Dharma sebagai calon pendidik hal-hal yang berkaitan tentang

persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.

F. Definisi Oprasional

Menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda dengan

maksud utama peneliti dalam menggunakan kata atau istilah pada judul skripsi

tersebut, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah maupun kata-kata yang

digunakan dalam penelitian ini.

1. Persepsi

Persepsi adalah pandangan atau penilaian yang dilakukan seseorang

terhadap suatu obyek. Penilaian pribadi seseorang untuk sebuah obyek yang sama

bisa jadi berbeda tergantung dari kecakapan dan kepribadian masing–masing.

Adanya persepsi tentang suatu obyek akan mempengaruhi tindakan yang diambil

seseorang dalam menghadapi suatu keadaan.

2. Pola Asuh

Pola asuh adalah interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing,

dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai

(26)

3. Orang Tua

Orang tua adalah individu yang berbeda memasuki hidup bersama

dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari,

bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga dalam

(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini, diuraikan landasan teori yang digunakan untuk memecahkan

masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang landasan teori terdiri dari tiga

bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

A. Kajian Pustaka 1. Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi

manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.

Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan

ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,

walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan)

langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca

inderanya. Berkenaan dengan perkembangan fungsi kognitif pada anak, bahwa

struktur sensori-motorik membentuk sumber bagi operasi-operasi penalaran

selanjutnya (Inhelder, 2010).

Leavitt (1978) preseption dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”,

yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas,

preseption adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau

(28)

Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau

mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra.” Persepsi

merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut

proses sensoris (Walgito, 2005).

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (THOHA,

2005). Inti dalam memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu

pencatatan yang benar terhadap situasi.

Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu

proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan

aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi

dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang

akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang

bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,

pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam

mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar

(29)

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya

beberapa faktor, yaitu :

a. Obyek yang dipersepsi, objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat

b. indera atau reseptor.

c. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, alat indera atau reseptor

merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu harus ada syaraf sensoris

sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Alat yang untuk

mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

d. Perhatian untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu

merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka

mengadakan persepsi.

Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan

stimulus mengenai indera atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh reseptor

dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Kemudian otak memproses stimulus

tersebut sehingga individu dapat menyadari dan memaknai apa yang ia terima

sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya Bimo Walgito (2004).

Proses terjadinya persepsi akan lebih jelas terlihat melalui bagan di

bawah ini :

Bagan Proses Persepsi Gambar 1.1

OBYEK/PERISTIWA STIMULUS RESEPTOR

SYARAF

SENSORIS OTAK

(30)

Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi

ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang sedang

dilihat, atau apa yang sedang didengar, apa yang sedang diraba, yaitu stimulus

yang diterima melalui alat indera. Secara sekematis hal tersebut dapat dapat

dikemukakan sebagai berikut :

L ---- S ---- R

Gambar 1.2

L : Lingkungan

S : Stimulus

R : Respon atau reaksi

Skema tersebut terlihat bahwa organisme atau individu tidak berperan dalam

memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya (Weiner, 1972).

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu

proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi

dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam

lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2. Pola Asuh

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, system, cara

kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi artibentuk atau struktur

(31)

Asuh yang berarti mengasuh, satu bentuk kata kerja yang bermakna

menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih,

dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri, memimpin (mengepalai,

menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Kata asuh mencakup segala aspek

yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga

orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.

Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ayah ibu

kandung, (orang tua-tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan

sebagainya); orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung. Dalam konteks

keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah atau ibu kandung

dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga.

Piaget maupun Kohlberg berpendapat bahwa orang tua tidak

menyediakan masukan yang unik atau esensial bagi perkembangan moral anak.

Mereka berpendapat bahwa orang tua memiliki kewajiban memberikan

kesempatan untuk pengambilan peran dan mengalami konflik kognitif, namun

mereka menyediakan peran primer dalam perkembangan moral bagi

kawan-kawannya (Santrock, 2007).

Tafsir (dalam Djamarah, 51) pola asuh berarti pendidikan. Dengan

demikian, pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dalam

menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh

orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative

(32)

Pengaruh keluarga memberi dampak yang cepat bagi perkembangan anak

dalam usia sekolah dasar. Anak sekolah dasar dalam tingkat perkembangan

pribadinya masih menirukan apa yang seringkali dilakukan oleh orang tua saat

berada di rumah. Meskipun demikian, ketika anak berangsur-asur menjadi diri

sendiri, pengasuhan terhadap mereka dapat menjadi hal yang menentang. Orang

tua harus berhadapan dengan seseorang yang memiliki keinginan dan pikiran

sendiri, tetapi masih harus belajar banyak mengenai perilaku yang sesuai dalam

masyarakat. Lebih dari itu, setiap anak berada dan karakteristik individual ini

mempengaruhui tipe pola asuh yang diterima anak. (Diane E. Papalia, 2009 :

404).

Pola asuh orang tua memiliki dalam hal disiplin yaitu metode

pembentukan karekter anak serta mengajarkan mereka untuk melakukan kontrol

diri dan melakukan kontrol diri dan melakukan perilaku yang dapat diterima.

Hukuman fisik didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan

agar anak merasakan rasa sakit tetapi tidak menciderai, untuk memperbaiki atau

mengontrol perilaku anak. Penonjolan kekuasaan ditujukan untuk menghentikan

atau menekankan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol orang tua yang

dilakukan secara verbal atau fisik. Agresi psikologis serangan verbal terhadap

anak, dapat mengakibatkan kerugian psikologis (Papalia, 2009 : 404 – 407).

Pola pengasuhan orang tua dalam mendidik anak dapat bervariasi, setiap

orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anak. Dalam

(33)

Papalia (2009) yaitu : otoriter, permisif, dan otoritatif. Ketiga tipe pola

pengasuhan orang tua tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut :

a. Pola Asuh Otoriter (authoritarian)

Pola asuh otoriter cara ini menekankan pada kontrol dan kepatuhan yang

tidak boleh dipertanyakan oleh anak, orang tua berusaha membuat anaknya

melakukan rangkaian standar yang sudah dibuat dan menghukum mereka

semena-mena dan dengan paksa jika anak melanggar. Orang tua cenderung

terpisah dengan anak dan kurang hangat daripada orang tua lainnya. Anak

mereka cenderung menarik diri, tidak percaya, dan tidak berkomunikasi dengan

orang tua. Anak cenderung tidak senang, menarik diri, dan tidak percaya. Hal

tersebut, pada inti pola asuh otoriter yaitu pola asuh orang tua yang menekankan

pada kontrol dan keputusan. (Papalia, 2014:294).

Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu dimana orang tua memiliki

sikap yang rendah hati namun dengan kontrol pengawasan yang tinggi. Orang tua

yang memiliki kebiasaan dalam mengasuh anak dengan pola asuh otoriter

sukanya menghukum anak secara fisik, dengan contoh orang tua memukul anak,

orang tua bersikap pada anak dengan mengomando untuk mengatur anak

melakukan hal yang diinginkan orang tua namun anak tidak diberi kesempatan

untuk menyampaikan pendapat. Pola asuh otoriter menurut Hartono (2009:28-29)

pola asuh otoriter sama dengan pola asuh orang tua yang “tidak menyetujui”,

dalam pola asuh tersebut orang tua memiliki kecenderungan untuk meremehkan

kemampuan yang dimiliki oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh

(34)

terkadang anak tidak melakukan keselahan. Widyarini (2009:11) memiliki

pemikiran tentang pola asuh otoriter yaitu orang tua berusaha untuk

mengendalikan serta memberi evaluasi pada perilaku anak berdasarkan nilai-nilai

kepatuhan yang sudah menjadi keputusan oleh orang tua.

Gunarsa (2004:280) perpendapat bahwa orang tua dengan pola asuh

otoriter juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Komunikasi

yang terjadi hanyalah komunkasi satu arah, yaitu dari orang tua ke anak.

Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan ketrampilan

komunikasi anak menjadi kurang. Salin hal tersebut Gunarsa (2004:280)

menambahkan bahwa pola asuh otoriter ini sering kali membuat anak

meberontak. Anak akan bersikap bermusuhan kepada orang tua serta seringkali

menyimpan perasaan tidak puas terhadap dominasi orang tua bila orang tuanya

keras, tidak adil, dan tidak menunjukan afeksi.

Uraian yang terdapat di atas pola asuh otoriter memiliki ciri menuntut

anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan orang tua tanpa

mempersoalkannya, membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak,

membatasi keterlibatan anak dalam membuat keputusan, dan berusaha

mengendalikan perilaku, sikap anak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Pola asuh otoriter tersebut pola asuh dimana orang tua memiliki sikap tegas dan

disiplin. Hal ini dilakukan oleh orang tua supaya apa yang menajadi harapan

untuk anak dapat memenuhi keinginan orang tua serta membiasakan adanya

(35)

b. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif menekankan pada pengekspresian diri dan regulasi

diri. Orang tua membuat sedikit permintaan dan memberikan anak untuk

memonitor aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Ketika orang tua harus

membuat aturan, mereka akan mendiskusikan dengan anaknya, menjelaskan

alasannya. Orang tua berdiskusi dengan anak mengenai pengambilan keputusan

dan jarang menghukum anak. Mereka cenderung hangat, tidak terlalu mengontrol,

dan tidak terlalu menuntut. Anak prasekolah mereka cenderung menjadi kurang

dewasa-kurang dapat mengontrol diri, dan kurang bereksplorasi. Hal tersebut,

pada inti pola asuh permisif yaitu pola asuh yang menekankan ekspresi diri dan

regulasi diri (Diane: 2014).

Gunarsa (2004: 281) berpendapat bahwa pola asuh permisif

menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri yang baik, anak menjadi egois,

selalu memaksa kehendaknya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain.

Menurut Hartono (2009:27-28) pola asuh permisif merupakan pola asuh yang

mana orang tua tidak mementingkan perasaan yang sedang dirasakan oleh anak,

dan tidak mau merespon apa yang dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenak orang

tua tidak nyaman dengan apa yang sedang dilakukan oleh anak, dan orang tua

merasa kurang bisa mengondisikan emosi yang sedang anak miliki.

Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu : memberi kebebasan sepenuhnya

kepada anak untuk berbuat semaunya tanpa ada pengendalian, dan cenderung

(36)

Berdasarkan penjelasan di atas dalam pola asuh permisif orang tua

cenderung membebaskan anak untuk melakukan apapun yang mereka inginkan

dan bersikap kurang tegas. Pola asuh permesif juga cenderung menempatkan

orang tua pada posisi pasif, dalam arti orang tua cenderung membiarkan anak

bersikap tanpa batas, aturan, dan larangan yang jelas.

c. Pola Asuh Demokratis (authoritative)

Pola asuh otoritatif menekankan pada individualitas anak, tetapi juga

tidak meninggalkan aturan sosial. Orang tua memeliki keprcayaan diri pada

kemampuan mereka untuk mengarahkan anak, tetapi otang tua juga menghargai

apa yang menjadi keputusan, keinginan, opini, dan pribadi anak. Hal tersebut,

pada inti pola asuh otoritatif yaitu pola asuh yang memadukan penghargaan anak

secara individu dengan usaha untuk tetap sesuai dengan nilai sosial (Papalia:

2014).

Hartono (2009:30-31) pola asuh otoritatif merupakan pola asuh di mana

orang tua menjadi pelatih emosi anak. Orang tua otoritatif dalam hal tersebut

merupakan orang tua yang memiliki kepribadian sabar, berempati dengan semua

yang dikatakan maupun yang sedang dirasakan, membantu anak untuk

menyelesaiakan yang permasalahan yang sedang di alami serta memberikan

nasehatan pada anak atas kesalahan yang sedang dialami oleh anak.

Pendapat yang terdapat pada Widyarini (2009:11) pola asuh otoritatif

merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara

rasional, menghargai komunikasi yang sedang terjadi antara anak dengan orang

(37)

mengutarakan apa yang menjadi keinginannya. Yusuf (2010:52) memiliki

pemikiran dalam pola asuh otoritatif merupakan pola asuh di mana orang tua

memiliki sikap yang responsif atas apa yang dibutuhkan oleh anak, membantu

anak supaya mampu mengungkapkan pendapat maupun hal-hal yang ingin anak

ketahui, serta orang tua memberikan penjelasan pada anak mengenai akibat dari

perbuatan baik maupun kurang baik.

Berdasarkan penejelasan di atas pola asuh Otoritatif memiliki ciri

menghargai anak sebagai pribadi yang mandiri, bekerjasama dalam membuat

keputusan, mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima, dan

mendukung serta bertanggung jawab dalam mempertimbangkan berbagai

alternatif tetapi tidak mendominasi dari sudut pengertian orang tua.

Dari penjelasan di atas pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola

interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik

(seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa

aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta sosilaisasi norma-norma

yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.

Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak

dalam rangkan pendidikan karakter anak.

Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang

tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai

pola pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, anak cenderung menggunakan

cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi

(38)

pola asuh yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi

lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk

anak seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya.

B. Penelitian yang Relevan

Sodiyah dan Sucahyono (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pola

Pengasuhan Orang Tua bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistic dan Sosial

Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun)” di Dusun Plabuhan Desa Plabuhan Rejo

Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Subjek permasalahanya pola

pengasuhan yang diterapkan orang tua di Dusun Plabuhan, Desa Plabuhan Rejo,

Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan dengan seting masyarakat pedesaan

yang mayoritas profesi utamanya sebagai petani dengan latar belakang pendidikan

rendah yang berada dilingkungan keluarga luas adalah pola pengasuhan permisif

dan otoriter. Perkembangan bahasa anak yang di asuh dengan pola pengasuhan

permisif dan otoriter memiliki pencapaian perkembangan ketrampilan mendengar

dan berbicara yang sama. Perkembangan bahasa anak sesuai dengan tahapan

usianyan. Akan tetapi, ketika berbicara anak seringkali menggunakan kata-kata

kasar dan tidak sopan. Hal ini dikarenakan orang tua dengan pola pengasuhan

permisif dan otoriter memberikan kebebasan kepada anak untuk berbicara

sebanyak yang mereka inginkan tanpa adanya batasan waktu dan kontrol yang

diberikan sangat rendah. Perkembangan sosial emosional anak usia 0-3 tahun

yang diasuh dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter memiliki kesamaan.

(39)

masa ini harusnya anak dapat berbagi tanpa harus membujuk, akan tetapi anak

dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter mengalami kesulitan untuk berbagi.

Anak hanya mau berbagi apabila dibujuk. Secara emosional anak memang sudah

sesuai dengan tahapan usianya. Akan tetapi, pengungkapan emosi anak ketika

marah berlebihan seperti menangis, menjerit, membanting badannya, memukul,

dan tidak mau dipegang orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pola pengasuhan

orang tua bagi perkembangan kecerdasan linguistik anak usia (0-3 tahun), dan (2)

mendeskripsikan pola pengasuhan orang tua bagi perkembangan sosial emosional

anak usia (0-3 tahun). Adapun populasi orang tua anak usia dini yaitu ayah dan

ibu, anak usia 0-3 tahun, dan anggota keluarga yang tinggal bersama dengan anak

usia 0-3 tahun. Jumlah keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini

adalah empat keluarga. dilakukan di Dusun Plabuhan, Desa Plabuhan Rejo,

Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara,

observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data

meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi. Untuk uji keabsahan data

peneliti menggunakan kredibilitas dengan triangulasi dan member check,

disamping itu juga dilakukan, dependabilitas, konfirmabilitas dan transferabilitas

terhadap proses dan hasil penelitian.

Sejalan dengan penelitian di atas Nurhidayah, S. (2008) melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam

(40)

Bekasi” Subjek permasalahanya Berdasarkan paparan hasil pe-nelitian, dapat

dirumuskan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ibu bekerja dan

peran ayah dalam coparenting terhadap rendahnya prestasi belajar anak. Hal yang

terjadi justru sebaliknya, peran orang tua terutama ayah dalam coparenting

berperan penting dalam memotivasi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Meskipun ibu banyak menghabiskan waktunya dengan bekerja di luar rumah,

akan tetapi seorang ayah dapat berperan lebih dalam pengasuhan anak dengan

melibatkan diri sepenuhnya dalam coparenting dengan model atau bentuk pola

asuh yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

Hal yang terdapat di atas menunjukkan bahwa sebagai orang tua, ayah

dan ibu tetap memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap

pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Mengingat besarnya

permasalahan yang dihadapi anak dalam masa pertumbuhan dan

perkembangannya maka sudah sewajarnya jika para orang tua memberikan

perhatian, bimbingan, dan pengawasan yang lebih optimal kepada anak-anaknya.

Langkah per-tama yang sebaiknya dilakukan para orang tua dalam menerapkan

pola asuh dan membantu pencapaian prestasi akademik anak dalam belajar adalah

mencari dan menemukan data sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal yang

dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam menerapkan pola asuh dan bimbingan

kepada anak, sehingga mereka benar-benar akan tumbuh dan berkembang menjadi

manusia dewasa yang mandiri dan berprestasi serta memiliki tanggung jawab

(41)

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana

pengaruh ibu bekerja dan peran ayah dalam coparenting terhadap prestasi belajar

anak? Pertanyaan tersebut menjadi dasar adanya sebuah asumsi yang menyatakan

bahwa dampak dari ibu-ibu yang bekerja di luar rumah memiliki korelasi terhadap

peran ayah dalam coparenting yang salah satunya ditandai dengan menurunnya

prestasi akademik anak-anak di sekolah. Hal ini berarti bahwa dengan bekerjanya

ibu di luar rumah, di samping prestasi belajar anak di sekolah akan menjadi lebih

rendah juga berdampak pada bergesernya peran ayah dalam pengasuhan yang

pada kelanjutannya akan berpengaruh pula pada perkembangan prestasi belajar

anak di sekolah. Adapun populasi yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah

para ibu dan ayah yang beradab di Kota Bekasi. Sebagai subyek penelitian-nya,

peneliti menggunakan sampling para ibu dan ayah serta pasangan suami isteri

yang bekerja di Universitas Islam ”45” (UNISMA) Bekasi dengan ketentuan telah

memiliki putra/putri yang telah atau sedang menempuh pendidikan for-mal

minimal tingkat sekolah dasar. 27 orang yang memenuhi syarat dan dibulatkan

menjadi 25 orang yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Adapun alat

yang digunakan untuk mengumpul-kan data tersebut, di samping dengan

melakukan pengamatan atau obser-vasi juga dilakukan melalui deep interview.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif karena bersifat fenomenologis,

yaitu berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun

perilaku-nya.

Vuorinen (2010) melakukan penelitian dengan judul “Supporting

(42)

Preschool. Mälardalen: University Vasteras, Sweden. Tujuan dari skripsi ini

adalah untuk menganalisis dan mendiskusikan guru prasekolah untuk mendukung

setiap orang tua dalam profesi mereka. Pertanyaan ditangani adalah; apa jenis

pendekatan yang mendukung guru-guru prasekolah berlatih untuk memperkuat

orang tua dalam peran orang tua? kerangka teoritis guru prasekolah digunakan

saat mendukung orang tua dalam peran orang tua mereka? Hasil, berdasarkan

wawancara dengan 30 guru prasekolah di Swedia, menunjukkan bahwa guru

prasekolah berpartisipasi berbagi ambisi untuk mendukung dan memperkuat

orang tua dalam peran mereka. Untuk melakukan praktek guru prasekolah dan

penggunaan pendekatan yang berbeda - teambuilding- tersebut, reflective- itu,

Expert-, delimited- dan pendekatan personal. Pendekatan yang digunakan dalam

praktek bagaimanapun selalu melayani tujuan mereka, tetapi sebaliknya, guru

prasekolah dapat melemahkan orang tua 'self-efficacy. Pendekatan yang berbeda

juga menunjukkan bahwa guru prasekolah tidak selalu "memberitakan karena

mereka mengajar", menggunakan perspektif teoritis yang berbeda dalam

kolaborasi mereka dengan orang tua seperti yang mereka lakukan di praktek

mereka sendiri di prasekolah. Hasil dari penelitian ini adalah penting untuk

mencapai yang lebih dalam memahami faktor-faktor yang mendasari, seperti

pandangan yang berbeda dari anak-anak, di prasekolah dan Kolaborasi rumah.

Kemudian Dewi (2009) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Anak Mengenai Keluarga di Surakarta”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah persepsi anak

(43)

Subyek dalam penelitian ini adalah 55 anak dengan usia sekolah dasar.

Pengambilan data menggunakan metode proyektif dengan teknik konstruksi yang

menghasilkan cerita dan kuesioner terbuka. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan teknik analisis isi.

Dengan demikian Maryaningtyas (2013) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Anak Mengenai Orangtua dan Keluarga dari Orangtua Bercerai”.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tujuan ini bertujuan untuk mengetahui

persepsi anak mengenai orangtua dan keluarga dari orangtua bercerai. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode proyektif. Subjek dalam

penelitian ini adalah 9 anak yang berada pada masa pertengahan dan akhir

anak-anak. Pengambilan data menggunakan laporan CTA dengan teknik analisis

tematik.

Lima jenis penelitian yang relevan dengan skripsi peneliti, analisa

mengenai kelima penelitian dan hubungannya dengan penelitian ini,

keterkaitannya dengan topik pada penelitian tersebut terdapat pada pola asuh

orang tua dan kondisi anak saat orang tua memberi kebiasaan dalam

mengasuhnya. Pada dasarnya anak untuk dapat berkembang sesuai dengan

usianya, maka orang tua harus memahami pola asuh yang seperti apa yang cocok

untuk diterapkan pada anak. Perkembangan akademik dan non akademik anak

dalam kehidupan sehari-hari lebih tergantung pada orang tua dibandingkan

dengan guru, karena orang tua waktu untuk bertemu dengan anak lebih banyak

sedangkan guru bertemu dengan anak waktu hanya sedikit dan itupun dibatasi.

(44)

bertanya mengenai kondisi anak dan perekembangan anak. Anak sekolah dasar

harus mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua, karena anak sekolah dasar

masih membutuhkan kehadiran orang tua dalam setiap perkembangan dan

kebutuhan sehari-hari pada dirinya.

Berikit adalah bagan literature map dari penelitian-penelitian yang relevan bagan 1.3

C. Kera

C. Kerangka Berpikir

Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa kemudian dia memutuskan

untuk menikah maka akan terjadi perubahan peran dari seorang anak berubah

menjadi suami atau istri. Ketika sepasang suami istri memiliki anak maka peran

mereka pun berganti menjadi orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk

mengasuh, merawat, dan mendidik anak agar anak berkembang sesuaui usianya.

Orang tua juga harus memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi

anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup

keluarga merupakan media awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam

proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik

anak-anaknya agar menjadi manusia baik. Teori besar yang melandasi penelitian

tesebut dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang

Sodiyah dan Sucahyono (2013) “Pola Pengasuhan Orang Tua bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistic dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun)”.

Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh

Orang Tua.

Nurhidayah, S. (2008) “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak”.

Vuorinen (2010) “Supporting Parents in their

Parental Role – Approaches Practiced by

Preschool Teachers in Preschool”.

Vuorinen (2010) “Supporting Parents in their Parental

Role – Approaches Practiced by Preschool Teachers in

Preschool”. Dewi (2010) “Persepsi Anak

(45)

bisa dipilih oleh orang tua. Pengasuhan atau sering disebut pola asuh berarti

bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan

mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan,

hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh

masyarakat pada umumnya (Djamarah, 2014).

Hasil pembahasan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka

peneliti berpendapat mengenai pola asuh orang tua memberikan dampak yang

baik untuk perkembangan anak dalam akademik maupun non akademik. Orang

tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak sekolah

dasar dalam pembentukan karakter anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh

yang berbeda beda, dan hal ini akan menentukan hasil akhir dari karakter anak.

Ada beberapa orang tua yang senang memaksakan kehendaknya mereka

cenderung otoritarian dan membatasi gerak anak, anak tidak bebas memilih harus

sesuai pilihan orang tua. Ada juga orang tua yang cenderung permisif atau terlalu

membebaskan anak, anak cenderung seenaknya namun menjadi kurang

bertanggung jawab. Ada pula yang lebih otoritatif, yaitu orang tua

menggabungkan antara pola asuh otoritarian dan permisif yang biasa disebut

dengan pola asuh otoritatif. Disini orang tua tidak terlalu mengekang dan tidak

terlalu membebaskan. Anak diberi kebebasan namun tetap diawasi dan diberi

tanggung jawab. Anak bisa menentukan pilihannya namun tetap didiskusikan

dengan orang tua dan dicarikan jalan yang terbaik.

Relasi antara orang tua dan anak yang baik akan menumbuhkan persepsi

(46)

memiliki persepsi terhadap orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif, maka

akan merasa dirinya diterima dan dihargai oleh orang tuanya yang tidak sekedar

menutut atau memaksakan kehendak namun lebih mengakui hak-hak mereka

sebagai anak. Dengan demikian anak ketika sudah memiliki pemikiran yang

positif terhadap pola asuh orang tua, maka anak pun akan merasa nyaman saat

orang tua mengasuh kehidupan sehari-hari dan anak juga tidak merasa dibatasi

akan mengembangkan apa yang menajadi perkembangan karakter anak pada

setiap usiannya. Dari uraian di atas jelas terdapat relasi antara persepsi terhadap

(47)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metodologi penelitian yang

meliputi jenis penelitian yang digunakan yaitu : jenis penelitian, setting penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan desain

penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif tipe studi kasus.

Penelitian kulitatif studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang

individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya

dalam waktu tertentu.Peneliti dalam berproses melakukan penelitian dengan jenis

kualitatif tipe studi kasus tersebut mendalami pada individu yang sedang

digunakan sebagai subyek (Gunawan, 2013).

Penelitian ini menggunakan tipe studi kasus dengan tujuan untuk

memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah hasil observasi dan

wawancara tentang persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua. Studi kasus

mengetahui data selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana

prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari

(48)

B. Setting Penelitian 1. Narasumber

Objek penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian. Dalam skripsi ini

yang menjadi fokus penelitian yaitu “Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang

Tua”. Subyek penelitian dengan jumlah dua anak berusia 11tahun. Jenis kelamin anak perempuan, dan anak kelas V SD Shanta Maria 1 (SD Samaran).

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil responden anak berusia 11

tahun pada kelas lima sekolah dasar, dengan jumlah dua anak yang kedua orang

tuanya sama-sama bekerja dan kurang mempunyai waktu untuk berkumpul

dengan anak.

Anak yang menjadi subyek penelitian bernama Mawar dan Melati,

mereka memiliki masing-masing karakteristik yang berbeda. Mawar memiliki

karakteristik tegas dalam menanggapi percakapan dengan orang lain, dalam

bidang akademik Mawar termasuk siswa di kelas V pandai, karena setiap

penerimaan rapor dia mendapatkan peringkat I, dalam segi Bahasa Mawar lebih

bisa menerapkan etika ketika berbicara dengan teman dan orang yang lebih

dewasa. Sikap sehari-hari saat di sekolah cenderung pendiam. Sedangkan Melati

memiliki karakteristik lembut dalam menanggapi percakapan dengan orang lain,

dalam bidang akademik Melati termasuk siswa di kelas V pandai, karena setiap

penerimaan rapor dia mendapatkan peringkat II, dalam segi Bahasa Melati lebih

bisa menerapkan ketika berbicara dengan teman dan orang yang lebih dewasa.

Sikap sehari-hari saat di sekolah cenderung aktif. Mawar dan Melati pada bidang

(49)

selalu bersaing. Mawar dan Melati kedua orang tuanya sam-sama bekerja

berangkat pagi pulang di sore hari.

Penelitian di lakukan di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) Catur

Tunggal, Depok Seleman, karena berdominan orang tua sama-sama sibuk

dengan pekerjaannya, berangkat pagi dan pulang sore. Hal tersebut dikarenakan

model bekerja orang tua mengenal kerja model target. Berdasarkan hasil survey,

dapat dilihat bahwa sebenarnya anak di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) ini,

jika setiap hari ada waktu untuk berkumpul dengan orang tua dalam kehidupan

sehari-hari anak merasa ada yang menemani disaat anak membutuhkan waktu

bersama orang tua.

Peneliti memilih SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) sebagai tempat

penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, karena peneliti melihat

dengan kasat mata bahwa berdominan orang tua sama-sama sibuk dengan

pekerjaannya dan berangkat pagi bisa saja pulang sore, hal ini dapat dilihat

ketika orang tua menjemput anak terlambat dan anak sering bercerita dengan

peneliti ketika ditanya kenapa harus menunggu jemputan orang tua sampai lama.

Kedua, peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas V mengenai

kondisi siswa dan hubungan keluarga. Ketiga, peneliti terlibat secara langsung

dalam bertanya kepada dua anak yang digunkan untuk fokus penelitian tersebut.

Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti dalam menentukan dua anak

yaitu Mawar sama Melati dari sekian teman yang ada di kelas V, mereka berdua

(50)

peneliti mengambil keputusan bersama guru kelas V bahwa Mawar dan Melati

sudah mampu merefleksikan pola pengasuhan dari masing-masing orang tuanya.

2. Waktu dan lokasi penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 s/d Oktober 2014.

b. Lokasi Penelitian

a) Penelitian dilakukan di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) Catur Tunggal,

Depok Seleman.

b) Rumah subyek pertama tepatnya di Jalan Bango Selatan, Jomogaten No.400.

c) Rumah subyek kedua tepatnya di jalan Merah, Blok i, No.200 a, Catur

Tunggal Sleman.

3.1 Identitas Narasumber

Nama Kelas Usia

Mawar Gloria Deo V 11 tahun

Melati Merry Sedayu V 11 tahun

C. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat yang dipakai

oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Alat yang dipakai antara lain alat

(51)

Melati dan Mawar, lembar pengamatan observasi dan lembar pedoman

wawancara.

Handphone peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan anak.

Kamera digunakan untuk mengambil gambar saat peneliti melakukan observasi di

rumah anak. Sedangkan lembar pengamatan observasi peneliti gunakan sebagai

pedoman supaya terarah saat peneliti melakukan observasi di rumah anak. Lembar

pedoman wawancara peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan anak

supaya pertanyaan yang peneliti gunakan anak tidak bingung dan pertanyaan yang

disampaikan peneliti pada anak terarah dengan baik.

Panduan pola asuh orang tua yang digunakan sebagai indikator dalam

penelitian ini disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).Teori tersebut

mengatakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui pola asuh orang tua

terhadap anak. Cara-cara tersebut adalah kontrol orang tua terhadap anak,

komunikasi antara orang tua dan anak, serta tuntutan orang tua terhadap anak agar

menjadi matang. Berikut adalah panduan wawancara yang disusun berdasarkan

teori Baumrid (2009: 404-407).

Kisi-Kisi Wawancara untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua Tabel 3.1

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

Kontrol Orang

Tua terhadap

Anak

Disiplin Metode pembentukan

karakter serta

pengajaran kontrol

Apa yang kamu

lakukan di pagi hari

(52)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

diri dan perilaku

yang dianggap

pantas.

Kegiatan apa saja yang

kamu lakukan setelah

pulang dari sekolah?

Apa yang dilakukan

orang tuamu ketika

kamu melakukan

kesalahan?

Apa yang orang tuamu

lakukan saat kamu

belajar?

Hukuman

fisik

Penggunaan kekuatan

fisik dengan tujuan

agar anak merasakan

rasa sakit untuk

memperbaiki atau

mengontrol perilaku

anak tetapi tidak

mencederai.

Bagaimana reaksi

orang tuamu ketika

kamu lupa untuk

merapikan tempat

(53)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

Penonjolan

kekuasaan

Menghentikan atau

menekankan perilaku

yang tidak diinginkan

melalui kontrol orang

tua yang dilakukan

secara verbal atau

fisik; dalam hal ini

termasuk meminta,

ancaman, penarikan

hak-hak, memukul,

atau bentuk hukuman

lainnya.

Ketika kamu

mendapatkan nilai

yang tidak bagus, apa

yang dilakukan orang

tuamu?

Agresi

psikologis

Serangan verbal yang

dapat menyebabkan

kerugian psikologis,

seperti berteriak

(bentuk yang paling

umum), mengumpat,

mengejek,

mengancam akan

memukul, atau

Apa yang diucapkan

oleh orang tuamu saat

(54)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

mengancam

mengusir anak.

Komunikasi Pemberian

kasih

sayang

Dapat berbentuk

mengabaikan isolasi,

atau menunjukan

ketidaksukaan

kepada anak.

Apa pekerjaan orang

tuamu?

Apa pendapatmu

tentang pekerjaan

orang tua?

Apa saja yang

dilakukan orang tuamu

ketika berada di

rumah?

Siapa yang memenuhi

kebutuhan

sehari-harimu?

Apakah yang

dilakukan orang tuamu

(55)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

belajar?

Bagaimana cara orang

tuamu mengingatkan

agar kamu belajar?

Siapa yang

membantumu

mengerjakan PR jika

kamu merasa kesulitan

untuk menjawabnya?

Apa yang dilakukan

oleh orang tuamu saat

kamu berhasil atau

mendapatkan nilai

baik?

Kegiatan apa saja yang

kamu lakukan di luar

rumah?

Apakah kamu bercerita

(56)
(57)

Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan

Aturan-aturan apa saja

yang diterapkan di

rumahmu?

Bagaimana tanggapan

orang tuamu ketika

kamu pergi tanpa izin?

Panduan pola asuh orang tua yang digunakan sebagai indikator dalam

penelitian ini disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).

Teori tersebut mengatakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui

pola asuh orang tua terhadap anak. Cara-cara tersebut adalah kontrol orang tua

terhadap anak, kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak, serta tuntutan

orang tua terhadap anak agar menjadi matang. Berikut adalah panduan obserrvasi

yang disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).

Tabel Kisi-Kisi Observasi untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua Tabel 3.2

Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi

Kontrol

Orang Tua

terhadap

Anak

Disiplin Metode pembentukan

karakter serta

pengajaran kontrol

diri dan perilaku

yang dianggap

Kegiatan yang

dilakukan di pagi hari

setelah bangun tidur.

Kegiatan yang

Gambar

Gambar 1.2 Stimulus Alat Indera .......................................................................
L Gambar 1.2 : Lingkungan
Komponen Tabel 3.1 Aspek Deskripsi
Tabel Kisi-Kisi Observasi untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar persepsi anak terhadap pola asuh orang tua, seberapa besar motivasi belajar anak dan untuk mengetahui

Dalam penelitian di Cina Status orang tua berpengaruh dengan pendidikan dan kemuliaan Keluarga, seperti kasus di Desa Klodran orang tua yang berpikiran maju

Kondisi global yang penuh persaingan, kemandirian merupakan salah satu modal yang ada pada diri kita baik kemandirian bekerja maupun kemandirian belajar. Untuk mencapai

Dari hasil wawancara diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa banyaknya anak akan berdampak negatif pada pola asuh orang tua, meskipun orang tua berusaha untuk

Pada studi awal, penulis melakukan pengamatan pada 8 anak dari 82 anak dan wawancara dengan guru dan orang tua di TK Dharma Wanita Kelurahan Bangsal dan diperoleh data Tingkat

Seorang anak akan belajar banyak dari pergaulan orang tua jangan terlalu membatasi pergaulan anaknya sehingga anak, memiliki sedikit teman, teman hanya ada di sekolah, selepas itu anak

Pola asuh terdiri tiga kategori yakni pola asuh otoriter yang orang tua bertindak keras terhadap anak dengan mengontrol tingkah laku anak secara ketat, memberikan hukumam jika anak

Tabel 1.Kisi-kisi format instrument kuisioner Persepsi Orang Tua Terhadap Pola Asuh Demokratis Untuk Anak Usia Dini di TK El-Hurriyah Variabel Indikator Butir Jumlah Item Orang tua