• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan model PBL untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan model PBL untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan I."

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PBL UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I

Oleh:

Epri Nurhidayati (121134160) Universitas Sanata Dharma

2016

Keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD N Plaosan I yang rendah mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui bagaimana penggunaan PBL dalam upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa kelas V SD N Plaosan I dan (2) mengetahui peningkatan keaktifan belajar PKn siswa kelas V di SD N Plaosan I (3) mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas V di SD N Plaosan I.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 Siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD N Plaosan I Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 siswa. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran PKn. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data prestasi belajar diperoleh dari evaluasi akhir setiap siklus.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa meningkat dengan menggunakan model PBL. Peningkatan keaktifan siswa siklus I, kondisi awal yaitu 23% meningkat pada siklus I yaitu 70% dan pada siklus II mencapai 90%. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 63 meningkat pada siklus I yaitu 68 dan pada siklus II mencapai 82. Persentase siswa lulus KKM pada kondisi awal sebesar 33% meningkat pada siklus I menjadi 63% dan pada silus II meningkat menjadi 80%. Kesimpulan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model PBL dapat meningkatkan eaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD N Plaosan I pada mata pelajaran PKn semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

(2)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT TO PKn SUBJECT BY USING PBL MODEL OF FIFTH GRADE STUDENTS

OF SDN PALOSAN I encouraged researcher to conduct Classroom Action Research (PTK) in elementary school. The aims of the study were to (1) know how to use PBL model in an effort to improve the activity and learning achievement of PKn subject to the fifth grade students of SDN Plaosan I, (2) know whether the use of the PBL model could improve learning activeness of PKn subject to the fifth grade students of SDN Plaosan I, (3) know whether the use of PBL model could improve learning achievement of PKn subject to the fifth grade students of SDN Plaosan I.

This research was a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings. Subjects were students of fifth grade students of SD N Plaosan I in the school year 2015/2016 numbered 30 students. The model used in this research was the PBL. The object of this study was the activity and learning achievement of PKn subjects. The data obtained from the student activity observation sheets filled out by the observer during the learning process. Learning achievement data obtained from the evaluation of the end of each cycle.

The improvement of students’ activeness based on observation was obtained the mean of students’ learning activeness in the initial conditions was 23% increase in the first cycle is 70% and in the second cycle reached 90%. The mean of the class on the initial conditions 63 increased in the first cycle is 68 and the second cycle reached 82. The students percentage that pass KKM in the initial conditions was 33% increase in the first cycle 63% and on the second cycle increased to 80%. The conclusion of the research conducting showed that PBL model can improve students’ activeness and learning achievement of class V SDN Plaosan I in the PKn of odd semester in the academic year 2015/2016.

(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL

PBL UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Epri Nurhidayati NIM : 121134160

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kekuatan kepada saya dalam setiap detik yang telah

Ia berikan

Untuk Ayah dan Ibu saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada saya

Kak Akhid dan Kak Maya yang selalu memberikan semangat dan keceriaan Untuk seseorang yang kelak menjadi imam untuk saya dalam susah maupun

senang

Keluarga besar SD N Plaosan I

(7)

v MOTTO

Diatas langit masih ada langit

Tak mudah untuk terbang sampai ke langit terindah

Karena semua tak akan pernah mustahil

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk dapat naik ke singgasana kejayaan

Naik... naik... dan teruslah naik

Semua yang telah ku capai tidaklah menjadi sebuah kepuasan bagi saya

Maju dan terus maju

Juang dan terus berjuang

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 April 2016

Penulis,

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama :Epri Nurhidayati

NIM : 121134160

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, peneliti memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peningkatan Kekatifan dan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran PKn

Menggunakan Model PBL untuk Siswa Kelas V SD Negeri Plaosan I”

Dengan demikian, peneliti memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada peneliti selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 14 April 2016

Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PBL

UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI PLAOSAN I

Oleh:

Epri Nurhidayati (121134160) Universitas Sanata Dharma

2016

Keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD N Plaosan I yang rendah mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui bagaimana penggunaan PBL dalam upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa kelas V SD N Plaosan I dan (2) mengetahui peningkatan keaktifan belajar PKn siswa kelas V di SD N Plaosan I (3) mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn siswa kelas V di SD N Plaosan I.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 Siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD N Plaosan I Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 siswa. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran PKn. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data prestasi belajar diperoleh dari evaluasi akhir setiap siklus.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa meningkat dengan menggunakan model PBL. Peningkatan keaktifan siswa siklus I, kondisi awal yaitu 23% meningkat pada siklus I yaitu 70% dan pada siklus II mencapai 90%. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 63 meningkat pada siklus I yaitu 68 dan pada siklus II mencapai 82. Persentase siswa lulus KKM pada kondisi awal sebesar 33% meningkat pada siklus I menjadi 63% dan pada silus II meningkat menjadi 80%. Kesimpulan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model PBL dapat meningkatkan eaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD N Plaosan I pada mata pelajaran PKn semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

(11)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT

TO PKn SUBJECT BY USING PBL MODEL OF FIFTH GRADE STUDENTS OF SDN PALOSAN I was low encouraged researcher to conduct Classroom Action Research (PTK) in elementary school. The aims of the study were to (1) know how to use PBL model in an effort to improve the activity and learning achievement of PKn subject to the fifth grade students of SDN Plaosan I, (2) know whether the use of the PBL model could improve learning activeness of PKn subject to the fifth grade students of SDN Plaosan I, (3) know whether the use of PBL model could improve learning achievement of PKn subject to the fifth grade students of SDN Plaosan I.

This research was a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings. Subjects were students of fifth grade students of SD N Plaosan I in the school year 2015/2016 numbered 30 students. The model used in this research was the PBL. The object of this study was the activity and learning achievement of PKn subjects. The data obtained from the student activity observation sheets filled out by the observer during the learning process. Learning achievement data obtained from the evaluation of the end of each cycle.

The improvement of students’ activeness based on observation was obtained the mean of students’ learning activeness in the initial conditions was 23% increase in the first cycle is 70% and in the second cycle reached 90%. The mean of the class on the initial conditions 63 increased in the first cycle is 68 and the second cycle reached 82. The students percentage that pass KKM in the initial conditions was 33% increase in the first cycle 63% and on the second cycle increased to 80%. The conclusion of the research conducting showed that PBL model can improve students’ activeness and learning achievement of class V SDN Plaosan I in the PKn of odd semester in the academic year 2015/2016.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah yang Dia berikan penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Peningkatan Kekatifan dan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran PKn Menggunakan Model PBL untuk Siswa Kelas V SD Negeri

Plaosan I” dengan lancar.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1 Pendididkan Guru Sekolah Dasar / PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu penulis sangat berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan terutama pendidikan yaitu pendidikan Sekolah Dasar.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih dengan sepenuh hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita C, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan sekaligus

sebagai dosen III.

4. Bapak Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan dukungan, semangat, dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pembimbing II yang selalu

(13)

xi

6. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang selama ini telah sangat berjasa.

7. Bapak Sumarjoko. S.Ag. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Plaosan 1 yang

telah memberikan ijin kepada peneliti.

8. Bapak Junedi. S.Pd. selaku wali kelas V SD Negeri Plaosan 1 yang sangat

baik hati dan membantu dalam proses penelitian.

9. Siswa-siswi SD N Plaosan I yang peneliti cintai

10.Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan

11.Kakak Akhid dan Maya yang selalu memberikan semangat dan keceriaan

12.Calon pendamping hidup yang selalu memberikan semangat

13.Keluarga besar Sanggar Natya Laksita dan Larasanti yang selalu menghibur.

14.Teman-teman payung yang selalu memberikan masukan dan semangat juang

tinggi : Abang Yosafat, Eni, Dica, Ito, Debora, Fira, Carolus Ade, Dedek Fani,

Didit, Deni, dan Mira

15.Teman-teman di Sanata Dharma

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh

sebab itu saran dan kritik sangat diperlukan guna membangun untuk karya

selanjutnya.

Yogyakarta,14 April 2016

Penulis,

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTARLAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

(15)

xiii

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Definisi Oprasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Keaktifan ... 9

2.1.2 Prestasi Belajar ... 13

2.1.3 Model PBL ... 19

2.1.4 KD Menunjukkan Conroh Perilaku Menjaga NKRI ... 24

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan ... 25

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 29

2.4 Hipotesis Tindakan... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 34

3.3 Desain Penelitian ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5 Instrumen Penelitian... 47

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 53

3.7 Teknik analisis data ... 73

(16)

xiv

3.9 Jadwal Penelitian ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitia ... 80

4.2 Hasil Penelitian ... 84

4.3 Pembahasan ... 101

4.4 Penggunan Model PBL ... 105

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Keterbatasan ... 119

5.3 Saran ... 119

DAFTAR REFRENSI ... 120

(17)

xv

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Tahap PBL ... 22

Tabel 3.1 Pedoman wawancara ... 48

Tabel 3.2 Lembar observasi keaktifan ... 49

Tabel 3.3 Kriteria keaktifan PAP II ... 50

Tabel 3.4 Kisi-kisi soal evaluasi siklus I sebelum validasi ... 51

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Evaluasi siklus II sebelum validasi ... 52

Tabel 3.6 Instrumen pengumpulan data ... 53

Tabel 3.7 Hasil Validasi silabus ... 54

Tabel 3.8 Tabel Kelayakan Instrumen ... 55

Tabel 3.9 Hasil Validasi RPP ... 56

Tabel 3.10 Tabel Kelayakan Instrumen ... 57

Tabel 3.11 Hasil Validasi LKS ... 57

Tabel 3.12 Tabel Kelayakan Instrumen ... 58

Tabel 3.13 Hasil Validasi Bahan Ajar... 59

Tabel 3.14 Tabel Kelayakan Instrumen ... 60

Tabel 3.15 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 60

Tabel 3.16 Tabel Kelayakan Instrumen ... 61

Tabel 3.17 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I ... 64

Tabel 3.18 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 65

Tabel 3.19 Hasil Validasi Siklus II ... 66

(18)

xvi

Tabel 3.21 Kriteria Reliabilitas ... 68

Tabel 3.22 Kriteria IK ... 70

Tabel 3.23 Hasil Hitung IK Siklus I ... `71

Tabel 3.24 Hasil Hitung IK Siklus II ... 72

Tabel 3.25 Kriteria PAP II ... 74

Tabel 3.26 Indikator Keberhasilan ... 78

Tabel 3.27 Jadwal Kegiatan ... 79

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan I ... 85

Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan II ... 86

Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan I dan II ... 88

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II pertemuan I... 91

Tabel 4.5 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuan II ... 92

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keaktifan Siklus II Pertemuna I dan II ... 94

Tabel 4.7 Nilai Hasil Evaluasi Siklus I ... 97

Tabel 4.8 Nilai Hasil Evaluasi Siklus II ... 99

Tabel 4.10 Peningkatan Pencapaian Keaktifan Siklus I dan II ... 102

(19)

xvii

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Literatur map ... 29

Gambar 3.1 Skema pelaksanaan PTK ... 32

Gambar 4.1 Mengorganisasikan siswa kepada masalah ... 106

Gambar 4.2 Mengorganisasikanj siswa untuk belajar... 107

Gambar 4.3 Membantu penyelidikan mandiri atau kelompok ... 107

Gambar 4.4 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya ... 108

Gambar 4.5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ... 108

Gambar 4.6 Mengorganisasikan siswa kepada masalah ... 109

Gambar 4.7 Mengorganisasikanj siswa untuk belajar... 110

Gambar 4.8 Membantu penyelidikan mandiri atau kelompok ... 110

Gambar 4.9 Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya ... 111

Gambar 4.10 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ... 111

Gambar 4.11Mengorganisasikan siswa kepada masalah ... 112

Gambar 4.12Mengorganisasikanj siswa untuk belajar... 113

Gambar 4.13Membantu penyelidikan mandiri atau kelompok ... 113

Gambar 4.14 mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya... 114

Gambar 4.15 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah ... 114

Gambar 4.16Mengorganisasikan siswa kepada masalah ... 115

Gambar 4.17 Mengorganisasikanj siswa untuk belajar... 115

Gambar 4.18 Membantu penyelidikan mandiri atau kelompok ... 116

Gambar 4.19mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya... 116

(20)

xviii

Daftar Grafik

Grafik 4.1 Nilai keaktifan siswa siklus I ... 89

Grafik 4.2 Persentase hasil keaktifan ... 90

Grafik 4.3 Nilai keaktifan siklus II ... 95

Grafik 4.4 Persentase keaktifan siklus II... 96

Grafik 4.5 Hasil evaluasi siklus I ... 98

Grafik 4.6 Hasil evaluasi siklus II ... 100

Grafik 4.7 Hasil prestasi kondisi awal, siklus I dan siklus II ... 101

Grafik 4.8 Peningkatan keaktifan siswa ... 102

(21)

xix

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 124

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 125

Lampiran 3. Silabus ... 126

Lampiran 4. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 130

Lampiran 5. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 135

Lampiran 6. RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 140

Lampiran 7. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 145

Lampiran 8. Contoh LKK Siklus I ... 150

Lampiran 9. Contoh LKK Siklus II ... 153

Lampiran 10. Soal Evaluasi Akhir Siklus I ... 155

Lampiran 11. Kunci Jawaban ... 163

Lampiran 12. Soal Evaluasi Akhir Siklus II ... 164

Lampiran 13. Kunci Jawaban ... 171

Lampiran 14. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Dosen ... 173

Lampiran 15. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Kepala Sekolah ... 179

Lampiran 16. Validasi Instrumen Pembelajaran oleh Guru Kelas ... 185

Lampiran 17. Data Keaktifan Siklus I Pertemuan 1 ... 191

Lampiran 18. Data Keaktifan Siklus I Pertemuan 2 ... 193

Lampiran 19. Data Keaktifan Siklus II Pertemuan 1 ... 195

Lampiran 20. Data Keaktifan Siklus II Pertemuan II ... 197

(22)

xx

Lampiran 22. Ketuntasan KKM Siklus II ... 200

Lampiran 23. Validitas Siklus I ... 200

Lampiran 24. Validitas Siklus II ... 202

Lampiran 25. Foto-foto Penelitian ... 203

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan diharapkan mampu

membentuk karakter baik bagi anak. Pendidikan di Indonesia diharapkan

dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang berjiwa

patriotisme untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(KTSP, 2006: 104). Sikap patriotisme inilah yang dibutuhkan oleh bangsa

Indonesia di era yang semakin maju ini. Karena banyaknya

pengaruh-pengaruh yang akan timbul dari luar akan sangat membahayakan bagi bangsa

Indonesia. Berkaitan dengan penanaman nilai, sikap, dan kepribadian,

pembekalan kepada peserta didik di Indonesia dilakukan melalui Pancasila,

Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan (Sumarsono: 2007).

Tetapi materi Pendidikan Kewarganegaraan dirasa cukup sulit untuk siswa

khususnya siswa SD.

Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah pendidikan

yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu

warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan

cita-cita bangsa serta tidak melenceng dari apa yang diharapkan. Maka Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan diupayakan dan diterapkan sejak usia dini di

setiap jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga perguruan tinggi

agar menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompenten dan siap

menjalankan tugas hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan

(24)

ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air;

menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yang memiliki daya

saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif membangun kehidupan yang damai

berdasarkan sistem nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila berkontribusi penting

menunjang tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara

sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan

mengembangkan jatidiri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan

jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban

dalam bela negara (Darmadi: 2013: 1-3). Mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang berfokus pada

pembentukan diri menjadi warga yang paham dan mampu melaksanakan hak

dan kewajibannya yang beragam untuk menjadi warga negara yang baik

seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, sehingga nantinya

dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi (Subagyo: 2008). Manusia yang

beramanat adalah manusia yang mengamalkan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila.

Untuk membentuk manusia yang beramanat, kegiatan belajar mengajar

menjadi unsur penting terhadap pembentukan konsep atau pemahaman peserta

didik tentang negaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik apabila guru dalam

(25)

pembelajaran yang menghadapkan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh

siswa. Oleh karena itu guru dituntut mampu mengelola proses belajar

mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga siswa mau

belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar (Muljo, 2012: 1).

Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 1 Agustus 2015, peneliti menemukan rendahnya keaktifan siswa

terhadap pembelajaran PKn yang sedang berlangsung di kelas. Dari 30 siswa

terlihat 7 siswa (23,3%) siswa masuk kedalam kriteria minimal cukup aktif

dengan nilai 40,33. Berdasarkan indikator 1 yang telah ditentukan, peneliti

melihat 7 siswa (23%) dengan nilai 43 yang berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran, pada indikator 2 terdapat 7 anak (23%) dengan nilai 39 siswa

yang berani mengungkapkan pendapat dan pertanyaan, dan pada indikator 3

terdapat 7 siswa (23%) dengan nilai 39 yang bertanggungjawab terhadap

tugas. Guru menggunakan metode ceramah dan menggunakan media

berupa buku dan papan tulis. Dari data hasil pengamatan, peneliti

memperoleh persentase jumlah siswa yang aktif selama pembelajaran

sebanyak 23% dengan nilai 40,33. Sedangkan dari pengamatan nilai mata

pelajaran PKn tahun 2013/2014, rata-rata nilai UTS siswa Semester I yaitu

63. Sebanyak 14 anak (67%) siswa mendapatkan nilai dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal dari 21 siswa. Sedangkan siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal adalah 7 anak (33%). Berdasarkan informasi yang telah

peneliti dapatkan dari observasi tersebut, peneliti menganggap perlu adanya

(26)

mengadakan penelitian di SD Negeri Plaosan I menggunakan model yang

akan mendukung pembelajaran.

Suasana atau situasi belajar mengajar itu akan mempengaruhi proses

belajar mengajar (Surjadi, 1989: 2). Model belajar yang mendukung sangat

diharapkan agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Yakni mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Perubahan

proses tersebut dimaksud untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

siswa di SD Negeri Plaosan I.

Beberapa model belajar yang bisa digunakan misalnya Contextual Teaching and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), Problem Based Learning (PBL). Model Cooperative Learning memiliki banyak metode, seperti Learning Together (LT), Jigsaw, Number Head Together (NHT), Team Game Turnament (TGT) dll. Pemilihan model atau metode belajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi, tujuan, waktu,jumlah siswa, mata

pelajaran dan kondisi. Model belajar memang menjadi yang utama dalam

belajar (Suryabrata, 1993: 8).

Hal yang utama dalam dunia pendidikan dan pengajaran adalah model atau

metode belajar, teknik mengajar, dan cara pengaturan pembelajaran (Nasution,

1982: 77). Sebagai pengajar yang selalu mengaplikasikan berbagai disiplin

ilmu harus pintar memilih metode atau model belajar yang sesuai (Boeree,

2008: 52). PBL atau Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah

kemudian diikuti oleh pencarian informasi yang bersifat berpusat pada siswa.

(27)

pengetahuannya secara efisien, kontekstual dan terintegrasi. Model

pembelajaran PBL berupa belajar dalam kelompok kecil dengan sistem

tutorial (Suprihatiningrum, 2013: 215)

Berdasarkan hasil observasi nilai dan tingkat keaktifan siswa, peneliti

melakukan penelitian tentang keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V di

SD N Plaosan I pada Standar Kompetensi 1. Memahami pentingnya keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada Kompetensi Dasar 1.1

Mendiskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2 Menjelaskan

pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.3 Menunjukkan

contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia menggunakan model PBL. Peneliti menganggap model PBL

dapat diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Karena PBL

adalah model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir

tingkat tinggi siswa (Rusman, 2010: 241). Oleh karena itu peneliti akan

melaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi

Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Menggunakan Model PBL Untuk Siswa

Kelas V SD Negeri Plaosan I”.

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunaan model PBL kelas V SD Negeri

Plaosan I pada Standar Kompetensi 1. Memahami pentingnya Keutuhan

Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) pada Kompetensi Dasar 1.1

Mendiskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1.2 Menjelaskan

(28)

contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia tahun ajaran 2015/2016 semester gasal.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana penggunaan model PBL dalam upaya peningkatan

keaktifan dan prestasi belajar PKn pada Standar Kompetensi 1.

Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) kelas V di SD Negeri Plaosan I?

1.2.2 Apakah penggunaan PBL dapat bmeningkatkan keaktifan belajar PKn

siswa kelas V SD Negeri Plaosan I?

1.2.3 Apakah penggunaan PBL d a p a t meningkatkan prestasi belajar PKn

siswa kelas V SD Negeri Plaosan I?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah:

1.6.1 Menjelaskan penggunaan model PBL dalam upaya peningkatan

keaktifan dan prestasi belajar PKn pada Standar Kompetensi 1.

Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) kelas V di SD Negeri Plaosan I

1.6.2 Mengetahui peningkatan keaktifan belajar PKn siswa kelas V SD

Negeri Plaosan I.

1.6.3 Mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn pada siswa kelas V SD

(29)

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi siswa

Dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari materi PKn

materi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

menggunakan model PBL.

1.5.2 Bagi Guru

Dapat menambah wawasan dan inspirasi guru tentang

model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa untuk

dijadikan alternatif pembelajaran.

1.5.3 Bagi Sekolah

Dapat menambah bahan bacaan penelitian yang dapat

dijadikan sebagai inspirasi dalam mengajarkan mata pelajaran PKn

dengan menggunakan model PBL.

1.5.4 Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan pengetahuan baru dalam melakukan PTK

menggunakan model PBL pada mata pelajaran PKn.

1.6Definisi Operasional

1.6.1 Keaktifan belajar adalah kegiatan aktif oleh siswa dalam proses

belajarnya dimana kegiatan tersebut melibatkan intelektual-emosional

dalam pembelajaran.

1.6.2 Prestasi belajar adalah hal yang berkaitan dengan aspek pengetahuan

yang penting untuk diketahui dan diwujudkan dalam bentuk angka,

(30)

siswa dalam mengikuti kegiatan belajar yang mencakup kemampuan

afektif, kognitif, dan psikomotorik.

1.6.3 PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan sebuah masalah

sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru.

1.6.4 Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar.

1.6.5 PKn adalah mata pelajaran yang mempunyai tujuan untuk

menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk

sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan

(31)

9 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Keaktifan

2.1.1.1 Pengertian keaktifan

Menurut Silberman (dalam Sunarto, 2009: 10) mengartikan

keaktifan dalam belajar adalah mempelajari dengan cepat,

menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk

memperlajari sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat, menjawab

pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Keaktifan menurut Dimyati (1995: 115) adalah keterlibatas

intelektual-emosional siswa secara optimal dalam pembelajaran.

Keatifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka

bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati

di antaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan,

menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh-contoh

kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan

sebelumnya, menggunakan kekhasan pengetahuan yang dimiliki dalan

memecahkan masalah yang dihadapi dll. Menurut Sardiman

(2001:98), keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun

mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak

(32)

Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber dapat

disimpulkan bahwa keaktifan adalah kegiatan aktif oleh siswa dalam

proses belajarnya dimana kegiatan tersebut melibatkan

intelektual-emosional dalam pembelajaran.

2.1.1.2 Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Menurut Sanjaya (2006: 140) keaktifan terlihat dari keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran. Keterlibatan tersebut antara lain:

1. Siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran.

2. Siswa menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Siswa melakukan kerjasama atau diskusi dalam kelompok.

4. Siswa terlibat dalam kegiatan mencari sumber belajar

yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

5. Siswa memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.

6. Siswa menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada guru

ataupun siswa lainnya dalam pembelajaran.

7. Siswa berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau

timbul selama proses pembelajaran.

8. Keterlibatan siswa dalam mengevaluasi sendiri hasil

pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam setiap belajar siswa selalu menampakkan keaktifan.

Keaktifan itu beranekaragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik

misalnya membaca, mendengar, menulis, dan berlatih

(33)

Dari uraian keaktifan para ahli peneliti dapat menyimpulkan

ciri-ciri siswa yang aktif adalah siswa berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran, mulai dari kegiatan fisik misalnya membaca,

mendengar, menulis, dan berlatih keterampilan-keterampilan siswa

berani mengungkapkan pendapat dan siswa bertanggungjawab

terhadap tugas.

2.1.1.3 Cara meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran

Faktor yang menumbuhkan keaktifan menurut Brings (dalam

Martinis, 2007: 84) yaitu:

1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa,

sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Menjelaskan tujuan belajar, sehingga siswa paham apa

tujuan pelajaran hari ini.

3. Memberikan stimulus kepada siswa.

4. Memunculkan aktifitas atau partisipasi ssiwa dalam kegiatan

pembelajaran.

Menurut Usman (2009: 26-27) cara untuk memperbaiki

keaktifan siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Mengabadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan

belajar mengajar

2. Tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan

(34)

3. Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar

hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes

4. Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat dan sesuai dengan

tujuan mengajar yang akan dicapai.

5. Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid.

2.1.1.4 Indikator dalam Mengukur Keaktifan dalam kelas

Menurut Keachie (dalam Daryanto, 2012: 4) keaktifan terjadi

apabila terdapat partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar, utama yang berbentuk interaksi antar siswa,

kesempatan yang diberikan kepada siswa. Dimyati (1999: 45)

berpendapat keaktifan terjadi melalui berbagai bentuk yaitu dengan

kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik terdapat kegiatan

seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih

keterampilan-keterampilan sedangkan dari kegiatan psikis terdapat kegiatan yaitu

memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep

dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan. Menurut Uno

(2012: 33) berpendapat indikator keaktifan (1) siswa aktif mencari

atau memberikan informasi, bertanya dan membuat kesimpulan (2)

adanya interaksi (3) adanya kesempatan siswa menilai hasil karyanya

(4) adanya pemanfaatan sumber belajar.

Berdasarkan dari penjelasan para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan indikator keaktifan menjadi 3 yaitu (1) Partisipasi

Siswa dalam kegiatan pembelajaran, meliputi Interaksi antar siswa

(35)

penjelasan dari guru, membaca sumber belajar, mencatat informasi

penting. (2) Keberanian mengungkapkan pendapat dan pertanyaan. (3)

tanggung jawab siswa terhadap tugas, meliputi turut serta dalam

mengerjakan tugas kelompok, saling mengingatkan dalam

mengerjakan tugas kelompok.

2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1 Pengertian belajar

Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar merupakan hal yang

berkenaan dengan aspek pengetahuan. Pendapat Hamalik (2008: 159),

“Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar”. Menurut Hamalik

prestasi merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui karena

dengan adanya prestasi belajar yang diwujudkan dalam bentuk angka,

simbol, maupun kalimat dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar.

Prestasi belajar menurut Susanto (2013: 5) adalah kemampuan

yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut

Suprijono (dalam Thobroni, 2015: 20-21) hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan , nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan prestasi belajar

adalah hal yang berkaitan dengan aspek pengetahuan yang penting

untuk diketahui karena dengan adanya prestasi belajar yang

(36)

diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.2.2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Mulyasa (2013: 190) faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi empat,

yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor

instrumental; (d) kondisi peserta didik.

Dari faktor-faktor di atas menunjukan bahwa prestasi belajar

bukanlah suatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil sebagai

faktor yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, untuk

memahami dan mendongkrak atau meningkatkan prestasi belajar.

Perlu dipahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor

internal maupun eksternal.

1. Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri

(internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis,

beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis, berkaitan

dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada

umumnya dan konsisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi

jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor

fisiologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelgensi,

minat, dan sikap. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang

(37)

merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya

hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat

intelgensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi

tingkat intelgensinya.

Minat (interest), yaitu kecenderungan dan kegarirahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena

itu, minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam

mata pelajaran tertentu. Sikap adalah gejala internal yang

berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif tetap terdapat obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif

maupun negatif.

Selain faktor-faktor diatas, prestasi belajar juga dipengaruhi

oleh waktu (time) dan kesempatan (engagment). Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga

akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik.

Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu dan

kesempatan belajar senderung memiliki prestasi yang tinggi

daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan

untuk belajar.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non

(38)

terjadi dalam berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk

lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada

umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor

lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik;

misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar,

buku-buku sumber dan sebagainya (Mulyasa, 2013: 190)

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana

(dalam Susanto, 2013: 15-18) adalah:

1. Kecerdasan anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi

terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta

terpecahkannya atau tidaknya suatu permasalahan.

Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk

menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran

yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa

setelah mengikuti pelajran yang diberikan.

2. Kesiapan tau kematangan

Kesiapan dan kematangan adalah tingkat perkembangan

dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi

sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar kematangan

atau kesiapan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar.

Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika

(39)

Karena kematangan akan erat hubungannya dengan minat

dan kebutuhan anak.

3. Bakat anak

Menurut Chaplin (dalam Susanto, 15-18) yang dimaksud

bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam

arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat

tertentu. Sehubungan dengan itu maka bakat akan

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.

4. Kemauan Belajar

Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan

ialah membuat anak menjadi Mu dan giat belajar. Kemauan

belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang

besar tentu berpengaruh positif dengan hasil belajar. Karena

kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai

keberhasilan belajar.

5. Minat

Secara dasar minat berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap

pelajaran akan memusatkan perhatian lebih banyak daripada

(40)

intensif terhadap materi itu yang memungkinkan siswa untuk

lebih giat dan mencapai prestasi yang baik.

6. Model penyajian materi pelajaran

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pda

model penyajian materi. Model materi yang menyenangkan,

tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh

siswa tentu berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan

belajar atau prestasi belajar.

7. Pribadi dan sikap guru

Kepribadian guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam

berperilaku maka siswa akan meniru gurunya yang aktif dan

kreatif tersebut. Pribadi guru yang baik tercermin dari

sikapnya yang ramah, lemah lembut, penuh kasih sayang,

membimbing dengan penuh perhatian, tidak cepat marah,

tanggap terhadap keluhan dan kesulitan siswa, antusias dan

semangat dalam bekerja dan mengajar, memberikan penilaian

yang objektif, rajin, disiplin, serta bekerja penuh dedikasi dan

bertanggung jawab dalam segala tindakan yang ia lakukan.

8. Suasana pengajaran

Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa

dalamk belajar adalah suasana pengajaran. Suasana

pengajaran yang tenang, terjadi dialog yang kritis antara

siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di

(41)

proses pengajaran. Sehingga keberhasilan dalam prestasi

belajar akan meningkat dan maksimal.

9. Kompetensi guru

Guru yang profesional memiliki

kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan itu diperlukan dalam

membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam

belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang

profesional. Guru yang profesional adalah guru yang

memiliki kompeten dalam bidang dan menguasai dengan baik

bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode

belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa

berjalan sebagaimana mestinya.

10.Masyarakat

Dalam masyarakar terdapat juga berbagai macam

tingkah laku manusia dan berbagau macam latar

belkangpendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia

pendidikan lingkungan masyarakat akan ikut mempengaruhi

kepribadian siswa. Kehidupan modern dengan keterbukaan

serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh

kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah.

2.1.3 Problem Based Learning (PBL) 2.1.3.1 Pengertian Model PBL

Menurut Trianto, (2010: 51) model pembelajaran adalah suatu

(42)

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Suyanto (2013: 134) mengatakan model pembelajaran berarti suatu

rencana mengajar yang memperlihatkan “pola pembelajaran” tertentu.

Pola yang dimaksud adalah terlihatnya kegiatan yang dilakukan guru,

siswa, serta bahan ajar yang mampu menciptakan siswa belajar, juga

tersusun secara sistematis mengenai rentetan peristiwa pembelajaran.

Senada dengan itu, Winataputra (dalam Suyanto, 2013: 134)

mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan beajar tententu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi perancang –pembelajaran dan para guru dalam

merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar-mengajar.

Sejarah PBL telah dimulai pada tahun 1920 ketika itu Celestine

Freinet, seorang guru SD yang baru kembali dari Perang Dunia I pulang ke

halamannya di pedesaan di Barsur-Loup di bagian tenggara Prancis.

Celestine Freinet mengalami cedera yang serius dan menyebabkan tak bisa

bernafas panjang. Karena sangat ingin mengajar ke SD tetapi tidak

sanggup untuk bersuara keras dan lama, sebagai gantinya Celestine Freinet

menggunakan metode lain menggantikan metode tradisional. Celestine

Freinet meminta murid-muridnya untuk belajar mandiri dan beliau hanya

memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL diperkenalkan.

Sejarah PBL dimulai pada awal tahun 1970 di Mc Master University

Faculty of Health Science di Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di

(43)

Model PBL adalah pembelajaran yang berbasis masalah.

Pembelajaran yang dimulai dari masalah yang berbasis pada materi ajar.

Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa akan belajar suatu

konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah (Suyatno, 2009: 9).

Model PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk

belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,

serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi

pelajaran (Nurhadi, 2004: 109).

2.1.3.2Karakteristik PBL

Menurut Rusmono (2012: 82) modelPBL memiliki karakteristik: (1)

Siswa menentukan isu-isu pembelajaran, (2) pertemuan-pertemuan

pelajaran berlangsung open-ended atau berakhir dengan masih membuka

peluang untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga

memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam sekali pertemuan,

(3) tutor adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak “pakar”

yang merupakan satu-satunya sumber informasi, (4) tutorial berlangsung

sesuai dengan tutorial PBL yang berpusat pada siswa. Karakteristik tutor

dalam PBL meliputi: (1) memiliki pengetahuan tentang proses PBL, (2)

memiliki komitmen tentang pembelajaran berpusat pada siswa atau

pembelajaran yang diarahkan oleh siswa, (3) kemampuan membangkitkan

lingkungan yang santai dan tidak mengancam sambil terus bertindak

mengembangkan diskusi dan berpikir kritis, (4) kemampuan melakukan

(44)

siswa dalam PBL meliputi: (1) hadir dan aktif dalam pertemuan, (2)

mengtahui pengetahuan belajar PBL, (3) memiliki komitmen tentang

belajar berpusat pada siswa, (4) aktif berpartisipasi dalam diskusi dan

berpikir kritis, (5) mempunyai kemampuan untuk berevaluasi konstruktif

terhadap diri sendiri, kelompok, dan tutor.

2.1.3.3 Langkah-langkah PBL

Menurut Rusmono (2012: 81) model pembelajaran PBL terdapat lima

tahapan dalam perlakuan guru yaitu:

Tabel 2.1 Tahapan model pembelajaran PBL

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2:

Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Guru mebantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar terkait dengan permasalahan

Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4:

Mengembangkan dan mempresentasikan hasil

Guru membantu siswa untuk merencankan dan menyiakan hasil-hasil yang tepat, seperti laporan, rekaman, video, dan model-model dan membuat mereka untuk menyampaikan kepada orang lain.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa tahapan melakukan pembelajaran

dengan model PBL. Dalam pembelajaran dengan model PBL terdapat 5

tahapan. Lima tahapan ini wajib dilakukan oleh siswa dalam kegiatan

belajar. Guru sebagai fasilitator. Pertama memberikan orientasi tentang

permasalahan kepada siswa. Yang kedua adalah mengorganisasikan siswa

(45)

kelompok. Yang keempat adalah mengembangkan dan mempresentasikan

hasil. Dan yang kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses

mengatasi masalah.

Menurut Ibrahim (dalam Suprihatiningrum, 2013: 220) peran guru

PBL berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru adalah: (1) Mengajukan

masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu

masalah nyata sehari-hari. (2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan.

Guru harus memfasilitasi kegiatan belajar siswa agar tujuaj dapat tercapai.

(3) Memfasilitasi dialog siswa. Selain memfasilitasi kebutuhan siswa, guru

juga harus memantau dan menjaga komunikasi dengan siswa agar tidak

terjadi miskomunikasi antara siswa dan guru dan menghambat proses

belajar. (4) Mendukung belajar siswa

Kegiatan pembelajaran menggunakan model PBL akan dapat

mendukung belajar siswa.

2.1.3.4Kelebihan PBL

Keuntungan PBL menurut Beaumont (dalam Suprihatiningrum,

2013: 222) menyatakan keuntungan dari PBL adalah: (1) Mampu

mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuan yang didapatkan.

(2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan

keterampilan berkomunikasi. (3) Mengembangkan basis pengetahuan

secara integrasi. (4) Menikmati belajar. (5) Meningkatkan motivasi.

Motivasi siswa akan tergugah karena siswa perperan aktif dalam

memecahkan masalah. (6) Bagus dalam kerja kelompok. Siswa yang

(46)

Mengembangkan strategi belajar. Dengan strategi yang berkembang akan

meningkatkan mutu kegiatan belajar. (8) Meningkatkan keterampilan

berkomunikasi. Dengan bekerja kelompok siswa saat bekerja kelompok,

aspek bahasa/komunikasi siswa juga akan meningkat.

2.1.4 Kompetensi Dasar menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menurut Kusumawati (2009: 15-17) hal yang harus warga negara

Indonesia tanggulangi dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia adalah ancaman. Ancaman adalah setiap

upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang

dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan

wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Negara Kesatuan

Republik Indonesia disingkat NKRI adalah negara yang wilayahnya

membentang antara Kota Sabang sampai Merauke. Kota yang ada di

paling barat dan paling timur. Pulau sambung menyambung menjadi satu.

Jumlahnya lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak antara 6’ LU -11’

LS dan 95’ BT – 141’ BT. Indonesia disebut negara maritim karena luas

lautannya mencapai 70% dari seluruh wilayah Indonesia (Rahyuningsih,

2008: 3-4)

Pentingnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia karena

Indonesia kaya akan kebudayaan, ragam hayati, dan kekayaan alam. Tugas

untuk menjaga Indonesia adalah semua warga terkhusus TNI AD, TNI

(47)

saling menghormati perbedaan, mempertahankan kesamaan dan

kebersamaan dan menaati peraturan (Rahyuningsih, 2008: 12)

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Azra (dalam Susanto, 2013: 226-227) Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas

tentang pemerintahan, konstitusi dan lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Wiharyanto (2008:6) pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan

wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan

perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.

Sumarsono (2007:6-7) pendidikan kewarganegaraan merupakan

usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara

dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar

menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui pendidikan

kewarganegaraan, warga negara Kesatuan Republik Indonesia

diharapkan mampu: memahami, menganalisis, dan menjawab

masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya secara

berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional

seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945.

Dari beberapa definisi pendidikan kewarganegaraan tersebut dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan

(48)

mempunyai tujuan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran

bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang

bersendikan kebudayaan bangsa.membekali peserta didik dengan

pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan

antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela

Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan

oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Djahiri (dalam Susanto, 2013: 228-229) alasan yang

melandasi PKn perlu diajarkan yaitu:

1. Bahwa sebagai makhluk hidup, manusia bersifat multi kodrati dan

multifungsi-peran (status); manusia bersifat multikompleks atau

neopluralistis. Manusia memiliki kodrat ilahi, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik.

2. Bahwa setiap manusia memiliki integritas atau keterkaitan atau

kepedulian manusia akan sesuatu. Sesuatu itu bisa materiel, imateriel,

atau kondisional atau waktu.

3. Bahwa manusia itu unik (uniqe human). Hal ini karena potensinya yang multipotensi dan fungi peran serta kebutuhan atau human desire

yang multiperan serta kebutuhan.

2.5.1.1 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan:

Menurut Wiharyanto (2008: 5) beberapa tujuan pendidikan

(49)

1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara

untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola

perilaku untuk cinta tanah air.

2. Menumbuhkankembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran

berbangsa dan bernegara pada diri peserta didik, sehingga terbentuk

daya tangkal sebagai ketahanan nasional.

3. Peserta didik dapat menerapakan nilai-nilai luhur Pancasila dalam

menciptakan ketahanan nasional, serta

4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai

Pancasila dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang

relevan dan dijadikan titik tolak penelitian kita dalam mencoba melakukan

pengulangan, revisi, modifikasi dan sebagainya.

Adayu (2014) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan

Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifik

Pada Subtema Macam-macam Sumber Energi Kelas IV SDK Minggir”.

Penelitian ini relevan dengan yang peneliti lakukan yaitu keaktifan siswa.

Hal ini terlihat dari kenaikan presentase keaktifan siswa pada indikator

pertama, kondisi awal yaitu 15% pencapaian pada siklus pertama yakni

36% dan capaian dalam siklus kedua adalah 52%. Keaktifan siswa pada

indikator kedua, kondisi awal 10%, capaian dalam siklus pertama 47%,

(50)

capaian pada siklus pertama dan kedua sama yakni 63%. Indikator

keempat, kondisi awal 0%, capaian siklus pertama 47%, capaian siklus

kedua 57%.Indikator kelima, kondisi awal 20% capaian siklus pertama

42%, capaian siklus kedua 47%.Jadi kaktifan belajar siswa terlihat telah

meningkat.

Falestin (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning(PBL) Pada siswa Kelas IX IPS 2 SMA Negeri 6

Suerakarta Tahun Ajaran 2009/2010, menyimpulkan bahwa secara

keseluruhan penerapan model PBL telah dapat menungkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini terbukti pada penncapaian nilai rata-rata dan jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan. Pada siklus I rata-rata sebesar 73,23

terjadi peningkatan sebesar 4,18 sebelum diadakan tindakan yaity 69,05.

Pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar 9,67. Jumlah

siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I sebanyak 33 siswa atau

78,57% sedangkan pada silus II sebanyak 40 siswa dari 42 siswa atau

sebesar 95,24%.

Gita (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran PBL dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

siswa. Pada awal penelitian siswa yang memahami target yang ditetapkan

pada awal penelitian adalah 29,53% siklus I=44,44% siklus II 51,85%.

Ketiga penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini

yaitu menggunakan variabel keaktifan, prestasi belajar dan model PBL.

(51)

dengan prestasi belajar menggunakan model PBL. Maka peneliti

mengadakan penelitian untuk peningkatan keaktifan dan prestasi belajar

PKn menggunakan model PBL siswa kelas V SD N Plaosan I.

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian

2.3 Kerangka Berpikir

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara

sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan

kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan

bangsa. Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan

terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan

menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak

dan kewajiban dalam bela negara (Darmadi: 2013: 1-3). Pembelajaran di

sekolah akan berjalan dengan baik apabila guru dalam mengajar tidak hanya Adayu (2014)

Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar PKN Menggunakan Model PBL Untuk Kelas V SD N Plaosan I

(52)

menggunakan model ceramah saja tetapi menerapkan pembelajaran yang

menghadapkan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa.

Model PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan sebuah

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru.

Dalam prosesnya, peserta didik diberikan permasalahan terlebih dahulu

sehingga mereka dapat menemukan hipotesis yang dapat

dipertanggungjawabkan. Peserta didik akan menemukan pengetahuan

mereka. Dimana semua kegiatan guru berperan sebagai fasilitator.

Pembelajaran menggunakan PBL ini juga diharapkan dapat membuat

siswa aktif karena nanti siswa memecahkan masalah di dalam kelompok.

Siswa akan saling berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan teman.

Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan

dan prestasi belajar siswa.

2.4Hipotesis Tindakan

2.4.1Penggunaan model PBL menggunakan 5 tahap dalam upaya

peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn kelas V di SD Negeri

Plaosan I yaitu mengorganisasikan siswa kepada masalah,

mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu penyelidikan

siswa, mempresentasikan hasil karya, dan menganalisis serta

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2.4.2Penggunaan model PBL mampu meningkatkan keaktifan belajar PKn

siswa kelas V SD Negeri Plaosan I.

2.4.3Penggunaan PBL meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas V

(53)

31 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat beberapa pengertian sebagai

berikut:

Menurut Suharsimi (dalam Mulyasa, 2009: 11) PTK merupakan suatu

upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan

memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Dedi (2010:8) penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian reflektif yang

dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat

untuk pengembangan keahlian mengajar. Menurut Kemmis dan Taggart

dalam Dedi (2010:14) menyatakan bahwa model tindakan adalah berbentuk

suatu perangkat yang terdiri dari tiap komponen perencanaan, pelaksanaan,

observasi, refleksi ke-empat perangkat tersebut disebut siklus.

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan strtegi siklus yang dimulai

dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru, penyusunan rencana

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Rangkaian

kegiatan berurutan mulai dari rencana tindakan sampai dengan refleksi

disebut satu siklus penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1)

perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi dan

(54)

Dengan PTK diharapkan mampu memperbaiki keaktifan siswa dan

prestasi belajar siswa. Berikut adalah siklus PTK menurut Kemmis dan MC

Taggart:

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart

Sumber : Aqib (2011: 16)

Keempat aspek pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas menurut

Kemmis dan Mc. Taggart, (dalam Kunandar, 2008: 70-76) penelitian

dilakukan melalui empat tahap yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu perencanaan dalam bentuk penyusunan

perangkat pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi hasil pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi Siklus 1

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus II

Refleksi

(55)

prapenelitian/refleksi awal. Adapun uraian yang perlu dan harus

diketemukan adalah menyusun sebuah rancangan kegiatan, siswa akan

diapakan. Tahapan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan awal

mengenai situasi kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah perilaku yang dilaksanakan oleh peneliti

sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Hal-hal

yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melakukan pembelajaran

yaitu: kesesuaian pembelajaran dengan perencanaan, kelancaran proses

pembelajaran atau tindakan, ketepatan dalam ‘penanaman konsep

kepada siswa, dan ketercapaian tujuan pembelajaran dalam suasana

belajar yang membuat siswa semangat.

c. Observasi

Observasi adalah adalah pengamatan yang dilakukan untuk

mengetahui hasil tindakan atau mengumpulkan informasi tentang

berbagai kelemahan atau kekurangan tindakan yang telah dilakukan.

Pengamatan mengobservasi perubahan perilaku siswa atas tindakan

pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan instrumen

pengumpulan data untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa ketika

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Refleksi adalah mengingat apa yang telah dicatat dalam

observasi. Refleksi berusaha memahami proses masalah, persoalan dan

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan model pembelajaran PBL
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 3.1 Pedoman wawancara sebelum observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Meningkatkan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis mampu

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi melalui

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul :

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti menyelesaikan skripsi dengan judul “ Peningkatan Hasil