BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jumlah penduduk Indonesia terutama lansia semakin lama semakin meningkat,berdasarkan data yang diperoleh dari
departemen kesehatan tahun 2010 jumlah populasi pria diatas usia 65 tahun di Indonesia pada tahun 2010 menempati urutan ke-4
dengan 6,1 % dari jumlah umur lebih dari 65 tahun di negara-negara Asia Tenggara.Tentunya hal tersebut akan menimbulkan persoalan-persoalan baru,tidak saja di bidang social ekonomi tetapi
juga di bidang kesehatan.Salah satu masalah kesehatan yang paling sering di jumpai pada pria diatas usia 60 tahun adalah
Benigna Prostat Hyperplasia atau BPH,keadaan ini dialami 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun(Nursalam dan Fransisca,2009).
Kanker prostat di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,2% atau diperkirakan sebanyak 25.012 penderita.Provinsi yang
memiliki prevalensi tertinggi adalah D.I. Yogyakarta,Bali,Sulawesi utara dan Sulawesi Selatan sebesar 0,5%(Depkes RI 2015)
Benigna Prostat Hyperplasia adalah masalah umum pada
system urologi pada pria dewasa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel epitel dan jaringan stroma di dalam
disebabkan oleh dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan hormone estrogen dan progesteron,serta faktor umur atau proses
penuaan sehingga obstruksi saluran kemih dapat terjadi.Adanya obstruksi ini akan menyebabkan,respon nyeri pada saat buang air kecil dan dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah seperti
gagal ginjal akibat terjadi aliran balik ke ginjal selain itu dapat menyebabkan peritonitis atau radang perut akibat terjadinya infeksi
pada kandung kemih (Andre,Terrence,Eugene,2011).
Untuk mengatasi obstruksi yang terjadi,dapat dilakukan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara
konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis dalam
10 kasus besar selama 2 tahun terakhir,dari bulan Januari 2013 hingga bulan Maret 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar,kasus urologi menempati urutan ke lima dengan
jumlah pasien 201.
Dengan fenomena tersebut penulis tertarik untuk
B. Rumusan masalah
Penulis merumuskan bagaimana memberikan Asuhan keperawatan Pada Tn.S dengan gangguan sistem perkemihan : Benigna Prostat Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar. C. Tujuan karya tulis ilmiah
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempunyai harapan dan tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum :
Penulis bias melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre atau post operasi tindakan TUR-P pada BPH.
2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk dapat melakukan :
2.1 Pengkajian pada pasien pre atau post op tindakan TUR-P BPH
2.2 Diagnosa perawatan pada pasien pre atau post op tindakan TUR-P BPH
2.3 Intervensi pada pasien pre atau post op tindakan TUR-P
BPH
2.4 Implementasi pada pasien pre atau post op tindakan
2.5 Evaluasi tindakan pada pasien pre atau post op tindakan TUR-P BPH.
D. Manfaat penulisan
Diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan suatu manfaat,baik pemikiran maupun informasi terutama dalam bidang
keperawatan bedah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : Benigna Prostat
Hyperplasia.
1. Institusi rumah sakit
Sebagai masukan dan evaluasi dalam memberikan pelayanan
praktik keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan sistem perkemihan : Benigna Prostat Hyperplasia.
2. Institusi pendidikan
Sebagai masukan untuk proses belajar mengajar serta acuan bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi penulis
Sebagai tambahan ilmu maupun pengalaman khususnya pada
E. Metode penulisan
Metode merupakan petunjuk yang mengarahkan serta
memudahkan penulis,maka dalam penulisan ini penulis menggunakan metode antara lain :
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yakni membaca literature yang menerangkan dan hubungan dengan kasus BPH dan perawatannya baik
berupa buku-buku,diktat dan bahan informasi lainnya. 2. Tempat pelaksanaan
Ruang perawatan Bedah Rumah Sakit Daerah Labuang Baji
Makassar.
3. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan studi kasus mulai tanggal 4. Proses pengumpulan data
Untuk melengkapi informasi pengkajian,digunakan teknik
4.1 Anamnese
Dalam pelaksanaan Asuhan keperawatan terhadap
4.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mendapatkan data
objektif dan subjektif dengan menggunakan teknik inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang maslah,tujuan penulisan,metode penulisan,sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka yang
terdiri dari konsep medis meliputi tinjauan tentang Benigna prostat Hyperplasia yang meliputi
pengertian,anatomi dan
fisiologietiologi,patofisiologi,pemeriksaan diagnostik,k omplikasi dan penatalaksanaan.Konsep keperawatan
meliputi pengkajian,perencanaan,implementasi dan evaluasi.
BAB III : Hasil Kerja Ilmiah
Merupakan laporan hasil studi kasus yang meliputi pengkajian,perumusan diagnose
keperawatan,intervensi,implementasi,evaluasi dan catatan perkembangan
2. Pembahasan
Pembahasan adalah bagian dari Karya Tulis Ilmiah yang membandingkan respon manusia
secara fisiologis terhadap kondisi gangguan,dilihat secara komprehensif.
BAB IV: Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan menampilkan hasil dari tujuan penulisan.
2. Saran
Saran adalah masukan yang diberikan untuk dapat mencapai hasil yang lebih maksimal dalam mencapai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR TEORI 1. Anatomi Fisiologi
Prostat merupakan kelenjer terbesar yang mengelilingi
bagian proksimal uretra laki-laki ; merupakan jaringan fibromuskular,bentuk kerucut dengan panjang sekitar 2,5cm dan
berat normal 20 gram pada dewasa.Ia melintasi dari basal ke apeks uretra dan menembus bagian posterior ductus ejakulatoris dari vesika seminalis dan vas deferens yang
bertemu pada verumontanum(seminal colliculus) di dasar uretra.
Menurut klasifikasi Lowsley Kelenjer Prostat terbagi 5 lobus yaitu : Lobus medius,lobus lateralis(2lobus),lobus anterior dan lobus posterior.
2. Pengertian
Benigna prostate hyperplasia adalah kondisi patologis yang
paling umum pada lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60 tahun (Brunner&Suddarth,2005 dalam Keperawatan Medikal Bedah
1).
Benigna prostate hyperplasia adalah pertumbuhan
tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliperasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang
tersisa (Sylvia A.Price,2006 dalam keperawatan Medikal Bedah1).
Benigna prostat hyperplasia adalah pembesaran progresif
dari kelenjer prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan retriksi pada jalan urine (urethra).
3. Etiologi
Secara pasti penyebab prostat hyperplasia belum diketahui.Tetapi ada beberapa hipotesis menyebabkan bahwa
hyperplasia prostate rat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron(DHT) dan proses menjadi
tua(aging).Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia Prostate adalah :
3.1 Terori DHT
Pembesaran prostat diaktifkan oleh testosterone dan DHT.Testosteron dikonversi menjadi dihydrotestosteron
oleh enzim 5-alpha reduktase yang dihasilkan oleh prostat.DHT jauh lebih aktif dibandingkan dengan testosteron dalam menstimulasi pertumbuhan proliferasi
Peningkatan usia akan membuat ketidakseimbangan rasio antara estrogen dan testosterone.Dengan
meningkatnya kadar estrogen diduga berkaitan dengan terjadinya hyperplasia stroma,sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya
proliferasi sel tetapi kemudian estrogen lah yang berperan untuk perkembangan stroma.
3.3 Faktor growth
Cuncha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu.Setelah sel-sel stroma
mendapatkan stimulasi dari DHT danestradiol,sel-sel stroma mensitesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakrin
dan atuokrim,serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin.Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun sel stroma.
3.4 Meningkatnya masa hidup sel-sel prostat
Program kematian sel(apoptosis) pada sel-sel prostat
adalah mekanisme fisiologi untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat.Pada apoptosis terjadi
yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegenerasi oleh enzim lisosom.
4. Patofisiologi
Pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius,terjadi perlahan-lahan.Pada tahap awal terjadi
pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologi yang mengakibatkan retensi urine daerah prostat,leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor menjadi semakin tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan
terlihat sebagai balok-balok yang sampai (trabekulasi).Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi,mukosa vesika akan
menerobos keluar diantara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar dinamakan diverkel.Fase penebalan detrusor
adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi
serta tidak mampu lagi untuk berkontraksi,sehingga terjadi retensi urine total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi aluran kemih atas(Arif Mansjoer,2003 dalam Buku
5. Pathway dan Penyimpangan KDM
Buli-buli Refluks vesiko ureter
Peningkatan
Otot detrusor
6. Manifestasi klinis
LUTS (Lower Urinary Tract Symptom)
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan
lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine.Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal.Untuk dapat mengeluarkan urine,buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan ini.Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatomi
buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor,trabekulasi,terbentuknya selula,sakula dan defertikel buli-buli.Perubahan struktur
pada buli-buli tersebut,oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower urinary tract symptom(luts).
Timbulnya gejala luts merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk mengeluarkan urine.Pada
suatu saat,otot buli-buli akan mengalami kepayahan sehingga jatuh pada fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi :
2. Kurangnya atau lemah pancaran kencing 3. Miksi yang tidak puas
4. Rasa nyeri waktu berkemih
5. Frekuensi kenci bertambah terutama malam hari 6. Pada malam hari kencing harus mengejan
7. Terdapat massa pada abdomen bagian bawah hematuria 8. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk
mengeluarkan urine)
9. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi 10.Kolik rectal
11.Berat badan menurun
Pemeriksaan derajat beratnya obstruksi prostat dapat
diperkirakan dengan cara mengukur :
a. Residu urin yaitu jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan.Sisa urin ini dapat dihitung dengan
pengukuran langsung yaitu dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi spontan atau ditentukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi,dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP.Pada orang normal
sisa urin biasanya kosong,sedangkan pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal
sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita benigna prostat hyperplasia.
b. Pancaran urin dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya waktu miksi berlangsung (ml/detik) atau
dengan uroflowmetri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin.Untuk dapat melakukan pemeriksaan
uroflowmetri dengan baik diperlukan jumlah urin minimal di dalam vesika urinaria 125 sampai 150 ml.Angka normal untuk flow rata-rata 10-12 ml/detik
dan flow maksimal sampai 20ml/detik.Pada obstruksi ringan flow rate dapat menurun sampai average flow
antara 6 sampai 8 ml/detik.
Gejala-gejala tersebut sering disebut dengan sindroma protatismus.Secara klinis derajat berat gejala
prostatimus itu dibagi menjadi :
Grade I : Penonjolan prostat batas atas mudah
diraba+ sisa urin <50ml
Grade II : Penonjolan prostat,batas atas dapat dicapai+sisa urin 50-100ml
Grade III : Batas atas prostat tidak dapat diraba + sisa urin > 100ml
7. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan colok dubur (Recta Toucher)
Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk
yang sudah diberi pelicin ke dalam dubur.Pada pemeriksaan colok dubur dinilai :
a. Tonus sfingter ani dan reflex bulbo-kavernosus (BCR) b. Mencari kemungkinan adanya massa didalam lumen
rectum
c. Menilai keadaan prostat 2. Laboratorium
a. Pemeriksaan urinalisa untuk melihat adanya infeksi atau terjadi hematuria.
b. Ureum,creatin,electrolit untuk melihat fungsi ginjal.
3. Pengukuran derajat berat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urine setelah penderita miksi
spontan(normal sisa urine kosong dan batas intervensi sisa urine lebih dari 100cc)
b. Pancaran urine
Syarat : Jumlah urine dalam vesika 125 s/d 150 ml.Angka normal rata-rata 10 s/d 12 ml/detik,obstruksi ringan
4. Pemeriksaan lain
a. BNO/IVP untuk menentukan adanya divertikel dan
nebalan bladder
b. USG dengan Transuretral ultrasonografi prostat (TRUS P) untuk menentukan volume prostat
c. Trans-abdominal USG untuk mendeteksi bagian prostat yang menonjol ke buli-buli yang dapat dipakai untuk
meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu dalam vesika
d. Cytoscopy untuk melihat adanya penebalan di dinding
bladder 8. Penatalaksanaan
a. Observasi dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan,nasihat yang diberikan yaitu mengurangi minum kopi untuk mengurangi nokturia,mengurangi minum kopi
dan tidak diperbolehkan minum alcohol supaya tidak sering miksi.Setelah 3 bulan dilakukan control
keluhan,sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur. b. Terapi Medikamentosa
Tujuan terapi Medikamentosa adalah berusaha untuk :
1. Mengurangi resiko otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi infravesica
2. Mengurangi volume prostat sebagai komponen static dengan cara menurunkan kadar hormone
testosterone atau dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5 α-reduktase.
a) Penghambat enzim
Obat yang dipakai adalah finasteride dengan dosis 1x5 mg/hari,obat golongan ini
dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil.Tetapi obat ini bekerja lebih lambat
daripada golongan Bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat
besar.Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido,ginekomastio dan dapat menurunkan nilai PSA.
b) Fisioterapi
Pengobatan fisioterapi yang ada di
Indonesia yaitu Eviprostat.Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1-2bulan. c) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap klien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
retensio urine berulang,hematuria,tanda penurunan fungsi ginjal,infeksi saluran kemih
berulang,ada batu saluran kemih.
Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH,maka biasanya penyakit ini
akan timbul kembali 8-10 tahun kemudian. Indikasi pembedahan pada BPH adalah:
1. Klien yang mengalami retensi urine akut atau pernah mengalami retensi urine akut
2. Klien dengan residual urine >100 ml. 3. Terapi medikatosa tidak berhasil
4. Flowmetri menunjukkan pola obstruktif
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah : a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko uretrer,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal
b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi
c. Hernia/hemoroid
d. Karena selalu terdapat sisa urine sehingga menyebabkan
e. Hematuria
f. Sistitis dan pielonefritis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian lengkap
a) Data bigrafi
Meliputi :
1. Identitas pasien yaitu umur,jenis kelamin,agama,suku
atau bangsa,status perkawinan,pendidikan,pekerjaan,ala mat,tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian . 2. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu
nama,umur,jenis kelamin,pendidikan,pekerjaan,alamat dan sumber informasi beserta nomor telepon
b) Riwayat kesehatan atau perawatan Meliputi :
1. Keluhan utama/alas an masuk rumah sakit.Biasanya
klien mengeluh nyeri pada saat miksi,pasien juga mengeluh sering BAK berulang,terbangun untuk miksi
pada malam hari,perasaan ingin miksi yang sangat mendesak,kalau mau miksi harus menunggu lama,harus mengedan,kencing terputus-putus.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan tidak bias melakukan
hubungan seksual
Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa
Pasien mengeluh sering BAK berulang-ulang
Pasien mengeluh sering terbangun untuk miksi pada malam hari
3. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita BPH sebelumnya dan
apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
mungkin diantara keluarga pasien sebulumnya ada yang menderita penyakit yang sama dengan penyakit
pasien sekarang c) Pola fungsi kesehatan
Meliputi :
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan,pola nutrisi dan metabolisme,pola eliminasi,pola aktivitas dan latihan,pola
istirahat dan tidur,pola kognitif dan persepsi,persepsi diri dan konsep diri ,pola peran hubungan,pola seksual dan reproduksi,pola koping dan toleransi stress,keyakinan dan
d) Pemeriksaan fisik
Pada waktu melakukan inspeksi keadaan umum pasien
mengalami tanda-tanda penurunan mental seperti neuropati perifer.Pada waktu palapasi adanya nyeri tekan pada kandung kemih.
e) Aktivitas sehari-hari
Membahas mengenai kegiatan klien berupa cara
mandi,kerja,kegiatan atau pemenuhan activity daily living. f) Riwayat nutrisi
Berisikan tentang gizi klien sebelum dan saat
sakit,perubahan berat badan dan asupan makanan cairan. Data dasar pengkajian klien :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : kelemahan otot,kehilangan tonus otot
b. Sirkulasi
Gejala : peningkatan tekanan darah(efek pembesaran
ginjal) c. Eliminasi
Gejala :
- Penurunan kekuatan / dorongan aliran urin,tetesan - Keragu-raguan saat berkemih
- Nokturia,disuria,hematuria - Duduk untuk berkemih
- ISK berulang - Konstipasi Tanda :
- Masa padat dibawah abdomen bawah ,nyeri tekan kandung kemih.
- Hernia inguinalis. d. Nyeri
Gejala :
- Nyeri suprapubik,panggul atau punggung tajam,kuat.
- Nyeri punggung bawah. e. Keamanan
Gejala : demam
f. Makanan/cairan Gejala :
- Anoreksia,mual dan muntah - Penurunan berat badan g. Seksualitas
Gejala :
- Masalah tentang efek kondisi/terapi pada
- Takut inkontinensia selama berhubungan intim - Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
Tanda :
- Pembesaran,nyeri tekan prostat. 2. Diagnosa Keperawatan
1. Pre operatif
a. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan
distensi kandung kemih
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan statis urin c. Retensi urine berhubungan dengan dekompensasi otot
detrusor
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi proses pembedahan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit atau prosedur pembedahan
2. Intra Operatif
a. Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi
bedah atau trauma prosedur pembedahan 3. Post Operatif
a. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive : alat selama pembedahan,kateter,irigasi
kandung kemih.
c. Resiko tinggi cedera : perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat TUR-P
3. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Pre Operatif
1. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan distensi kandung kemih Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,diharapkan nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan nyeri hilang atau berkurang
2. Skala nyeri ringan (0-3),sedang (0-7),berat
(8-9),sangat berat (10) 3. Pasien tampak rileks 4. Pasien tidak meringis
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
6. Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas
Intervensi keperawatan : 1) Mandiri :
1. Kaji nyeri,perhatikan lokasi,intensitas(skala nyeri),lamanya
Rasional : Memberikan informasi untuk
membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi
2. Fiksasi selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen
Rasional : Mencegah penarikan kandung kemih
dan erosi antara penis dan testis 3. Pertahankan tirah baring
Rasional : Tirah baring diperlukan pada awal selama fase retensio akut.Namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyeri kolik
4. Berikan tindakan yang nyaman,contoh :
membantu pasien melakukan posisi yang nyaman,mendorong melakukan teknik relaksasi Rasional :Meningkatkan relaksasi,memfokuskan
2) Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai dengan indikasi
Rasional : Menghilangkan rasa nyeri
2. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan statis urin
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,diharapkan
tidak terjadi infeksi Kriteria Hasil :
1. Tidak mengalami tanda-tanda infeksi
2. Mecapai waktu penyembuhan optimal 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Nilai laboratorium :
a. Leukosit : 5000-10000 b. Hemoglobin : 14-16 mmHg
Intervensi Keperawatan: 1) Mandiri
1. Pertahankan sistem kateter steril
Rasional : Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi
Rasional : Untuk menghindari reflex balik urin yang dapat memasukkan bakteri kedalam kandung
kemih
3. Awasi tanda-tanda vital
Rasional : Pasien yang mengalami bedah TUR-P
beresiko terjadi syok pembedahan
4. Obeservasi drainase dari luka,sekitar kateter
Rasional : Adanya drain meningkatkan resiko untuk infeksi
5. Ganti balutan seperlunya
Rasional : Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media untuk pertumbuhan
bakteri,peningkatan resiko infeksi luka 2) Kolaborasi
1. Berikan antibiotik sesuai keperluan
Rasional : mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi
pada prostatektomi.
3. Diagnosa : Retensi urine berhubungan dengan dekompen sasi otot detrusor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml
dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran
2. Berkemih dengan jumlah yang cukup,tak teraba distensi kandung kemih
3. Mampu mengosongkan kandung kemih dengan lengkap
4. Tidak terjadi keraguan saat miksi 5. Inkontinensia tidak lagi terjadi Intervensi :
1) Mandiri
1. Dorong pasien untuk berkemih
Rasional : Meminimalkan retensi urine
2. Observasi aliran urine dan perhatikan output urine Rasional :Mengevaluasi obstruksi
3. Palpasi area supra pubik
Rasional : Distensi kandung kemih dapat dirasakan
di daerah supra pubik
4. Awasi tanda-tanda vital dengan ketat,observasi adanya peningkatan tekanan darah,edema
Rasional : Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa
tosik 2) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasioanal : Menghilangkan spasme kandung kemih 2. Irigasi kateter sesuai indikasi
Rasional : pembesaran prostat secara nyata menyebabkan dilatasi saluran perkemihan atas nberpotensi merusak fungsi ginjal dan
menimbulkan uremia
4. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan atau menghadapi proses pembedahan Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
diharapkan cemas pasien dapat terkontrol Kriteria Hasil :
1. Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi 2. Menunjukan ekspresi yang tidak tegang/cemas
Intervensi Keperawatan :
1. Dampingin klien dan bina hubungan saling percaya Rasional : Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
2. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang dilakukan
Rasional : Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan
3. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyakan
masalah atau perasaannya
Rasional : Memberikan kesempatan pada pasien/
keluarga dan solusi pemecahan masalah
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit atau prosedur
pembedahan Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya Kriteria Hasil :
1. Melakukan perilaku / pola hidup yang lebih baik 2. Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi keperawatan :
1. Berikan informasi pada pasien tentang penyakit yang dideritanya
2. Kaji kembali pengetahuan pasien atau keluarga atas informasi yang diberikan
Rasional : Memastikan pasien sudah mengetahui akan penyakitnya.
2. Intra Operatif
a. Diagnosa : Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah atau trauma prosedur
pembedahan Tujuan :
Tidak terjadi cedera pada saat proses pembedahan
Kriteria Hasil :
1. Posisi klien benar dan nyaman
2. Tindakan dilakukan sesuai dengan standart operation procedure
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji ulang identitas pasien
Rasional : Perawat ruang operasimemeriksa kembali
identitas pasien dan lihat kembali persetujuan tindakan,hasil pemeriksaan fisik dan berbagai hasil pemeriksaan diagnostik.
2. Siapkan sarana pendukung pembedahan
Rasional : Sarana pendukung seperti kateter urine
3. Siapkan alat endourologi dalam kondisi siap pakai Rasional : Alat endourologi yang akan dipakai
dipersiapkan perawat dan diletakkan diatas meja instrument
4. Lakukan pengaturan posisi litotomi
Rasioanal : Posisi litotomi merupakan posisi yang sering dilakukan pada pembedahan urogenitalia
5. Lakukan pengaturan lengan
Rasional : Lengan pasien diputar ke papan lengan bantalan,gerakkan berdasarkan ROM normal mereka
dan posisi lengan mengarah ke atas sisi kepala pasien pada papan lengan
3. Post Operatif
1. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder pada TUR-P
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang Kriteria Hasil :
1. Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang 2. Ekspresi Nampak tenang
3. Klien akan menunjukkan keterampilan relaksasi
4. Klien dapat beristirahat
5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
1. Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih
Rasional : Klien dapat mendeteksi gejala dini spasmus kandung kemih
2. Pemantauan klien pada interval yang teratur selama
48jam,untuk mengenal gejala-gejala dini dari spasmus kandung kemih
Rasional : Menentukan terdapatnya spasmus sehingga obat-obatan bias diberikan
3. Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi
akan berkurang dalam 24 jam sampai 48 jam
Rasional : Memberitahu klien bahwa
ketidaknyamanan hanya temporer
4. Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang lama sesudah tindakan TUR-P
Rasional : Mengurangi tekanan pada luka insisi 5. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi,termasuk latihan
nafas dalam,visualisasi
Rasional : Menurunkan tegangan otot,memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan
6. Observasi selang drainase urin tetap aman dipaha untuk mencegah peningkatan tekanan pada kandung
kemih.Irigasi kateter jika terlihat bekuan di selang Rasional : Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi kandung
kemih dengan peningkatan spasme 7. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Mengetahui perkembangan lebih lanjut 8. Kolaborasi dengan dokter untuk member obat-obatan
(analgetik dan anti spasmodik)
Rasional : Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih
2. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive : alat selama pembedahan,kateter, irigasi kandung kemih
Tujuan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi Kriteria Hasil :
1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi 2. Dapat mencapai waktu penyembuhan 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan :
1. Pertahankan sistem kateter steril,berikan perawatan
Rasional : Mencegah pemasukan bakteri penyebab infeksi
2. Anjurkan intake cairan yang cukup sehingga dapat menurunkan resiko infeksi
Rasional : Meningkatan output urin sehingga resiko
terjadi ISK dikurangi dan mempertahankan fungsi ginjal
3. Pertahankan posisi urine bag di bawah
Rasional : Menghindari reflex balik urin yang dapat memasukkan bakteri ke kandung kemih
4. Observasi tdanda-tanda vital,laporkan tanda-tanda syok dan demam
Rasional : Mencegah sebelum terjadinya syok 5. Observasi urin : Warna,jumlah,bau
Rasional : Mengidentifikasi adanya infeksi
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik
Rasional : Untuk mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan.
3. Diagnosa :Resiko tinggi cedera berhubungan dengan
tindakan pembedahan
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
1. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan 2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Urin lancarr lewat kateter Intervensi Keperawatan :
1. Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan
setelah pembedahan dan tanda-tanda perdarah
Rasional : Menurunkan kecemasan klien dan
mengetahui tanda-tanda perdarahan
2. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalam saluran kateter
Rasional : Gumpalan dapat menyumbat kateter,meny ebabkan peregangan dan perdarahan kandung kemih
3. Berikan diet makanan tinggi serat dan memberikan obat untuk memudahkan defekasi
Rasional : Dengan peningkatan tekanan pada fosa
prostatic yang akan mengendapkan perdarahan 4. Mencegah pemakaian thermometer rektal,
pemeriksaan rektal atau huknah sekurang-kurangnya satu minggu setelah operasi
Rasional : Dapat menimbulkan perdarahan prostat
Rasional : Deteksi awal terdapat komplikasi dengan intervensi yang tepat dapat mencegah kerusakan
jaringan yang permanen
4. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten dari TUR-P
Tujuan : Fungsi seksual dapat dipertahankan Kriteria Hasil :
1. Klien tampak rileks dan melaporkan kecemasan menurun
2. Klien menunjukkan keterampilan pemecahan
masalah
3. Klien mengerti tentang pengaruh TUR-P pada
seksual
Intervensi Keperawatan :
1. Beri kesempatan pada klien untuk
memperbincangkan tentang pengaruh TUR-P terhadap seksual
Rasional : Untuk mengetahui masalah klien
2. Jelaskan tentang : kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadian ejakulasi
Rasional : Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi
seksual
3. Mencegah hubungan seksual 3-4minggu setelah operasi
Rasional : Dapat terjadi perdarahan dan ketidak nyamanan
4. Dorong klien untuk menanyakan ke dokter selama di rawat di rumah sakit
Rasional : Untuk mengklarifikasi ke khawatiran
dan membrikan akses kepada penjelasan yang lebih spesifik
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan.Untuk memperoleh perencanaan yang efektif
dituntut pengetahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan pelayanan yang baik dan bermutu
yang telah ditentukan dan direncanakan. a. Melaksanakan rencana keperawatan
Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan
Dalam mengidentifikasi reaksi atau tanggapan klien dituntut upaya yang tidak tergesah-gesah,cermat dan teliti,agar
menentukan reaksi klien sebagai akibat tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat akan membantu perawat dalam mengidentifikasi reaksi klien yang mungkin
adanya penyimpangan-penyimpangan. c. Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien
Dengan cara membandingkan terhadap syarat-syarat dengan hasil yang diharapkan.Langkah ini merupakan syarat-syarat yang pertama dipenuhi bila perawat telah mencapai
tujuan,syarat yang kedua adalah intervensi perawat dapat diterima oleh klien.
5. Evaluasi
Merupakan proses yang countinue untuk menjamin kualitas dan ketetapan perawat yang diberikan,dilakukan denganmeninjau
respon pasien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien yang perlu di evaluasi adalah :
a. Apakah tujuan pelayanan sudah tercapai atau belum ?
b. Apakah masalah keperawatan sudah terpecahkan atau belum?