• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Negeri Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak T2 942014049 BAB II"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Evaluasi Program

Meningkatnya daya saing dalam berbagai segi kehidupan baik dalam hal produksi dan pelayanan atau jasa, maka perlukan adanya manajemen yang lebih efektif, efisien dan memuaskan. Efektif berkenaan dengan dengan derajat pencapaian tujuan. Efisien berkaitan dengan lebih hematnya waktu, tenaga, dan biaya.

Sedang memuaskan berkenaan dengan

terpenuhinya atau melebihi apa yang diharapkan dari pihak-pihak yang memerlukan pelayanan. Karena obyek yang akan dibahas adalah pendidikan maka manajemen yang dimaksud adalah manajemen pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, manajemen

diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil belajar peserta didik secara aktif, kreatif,

inovatif, dan menyenangkan dalam

(2)

14

penganggaran (Budgeting), pelaporan (Reporting), dan pengendalian (Controling).

Menurut Robin and Coulter (Sugiyono, 2014: 2) menyatakan bahwa: “Manajemen is universally needed in all organizations.” Manajemen

diperlukan secara universal dalam semua organisasi. Pandangan tersebut bahwa manajemen memang diperlukan untuk semua organisasi tanpa kacuali. Setiap organisasi memerlukan manajemen untuk keberlanjutan suatu organisasi, baik itu organisasi bidang pendidikan, pertahanan, sosial, dan lain sebagainya.

Terry (Sugiyono: 2014: 2) mendifinisikan, manajemen adalah sebagai berikut “Manajement is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated abjectives by the use og human being and other resources.” Manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber lain. Bahwa manajemen adalah proses pelaksanaan pekerjaan. Dengan kegiatan manajerial akan meningkat efektifitas

apabila direncanakan, diorganisasikan,

(3)

15

Manajemen yang katakan ahli di atas mendayagunakan orang dan fasilitas. Manajemen mendayagunakan seluruh kemampuan baik fisik maupun non fisik secara efektif, efisien dan memuaskan.

Sedang menurut para pakar administrasi pendidikan seperti Sergiovanni, Burlingame, Coombs, dan Thurston mendifinisikan manajemen sebagai process of working with and throught onther to accomplish organizational goals efficiently

(Suatu proses kerja dengan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien).

Manajemen yang diungkapkan para ahli administrasi pendidikan tersebut adalah proses suatu kegiatan yang dilakukan orang lain dengan mencapai tujuan yang efisien. Para ahli administrasi melupakan akan tujuan manajemen yaitu efektif dan memuaskan.

Fungsi manajemen menurut Chung and

Megginson (Sugiyono, 2014: 4) adalah

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengendalian. Menurut Terry (Sugiyono, 2014: 4) fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Seperti apa yang diungkapkan para ahli di atas, fungsi manajemen ada perbedaan yaitu

menurut Chung and Megginson ada

(4)

16

Program menurut Wirawan (Wirawan, 2012: 17) adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Program dikemukan oleh wirawan adalah suatu aktivitas yang yang direncanakan untuk melaksanakan kebijakan dalam jangka tak terbatas. Wirawan melupakan akan jangka waktu program.

Menurut peneliti, program adalah rencana kegiatan atau aktivitas yang dituangkan dalam tulisan dengan tujuan untuk melaksankan kebijakan atau regulasi dalam jangka waktu yang ditentukan.

Sedang Arikunto dan Jabar (Arikunto, 2009: 3) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam sebuah keputusan. Arikunto dan Jabar menjelaskan, bahwa evaluasi adalah suatu aktivitas/ kegiatan dengan tujuan mengumpulkan informasi untuk menentukan sebuah keputusan yang tepat. Dalam hal ini, evaluasi juga digunakan untuk umpan balik dan keberlajutan program yang telah dilaksanakan.

Manajemen evaluasi program adalah suatu

proses perencanaan, pengorganisasian,

(5)

17

memuaskan, maka perlu dipelajari, dikaji, dan diteliti.

Konsep dasar dalam penelitian evaluasi program ini adalah penelitian yang akan dilaksanakan berdasarkan tujuan suatu program. Untuk lebih jelas evaluasi program dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar : 2.1 Konsep Dasar Penelitian Evaluasi Program

2.2. Evaluasi Program

Menurut Vendung (Wirawan: 2012: 16), evaluasi merupakan mekanisme untuk memonitor mensistematiskan, dan meningkatkan aktivitas pemerintah dan hasil-hasilnya sehingga pejabat publik dalam pekerjaannya di masa akan datang

Tujuan program

Feedback Penyempurna

an Program Informasi

keberhasilan/ kegagalan Pengumpulan

Data

Perbadingan antara hasil dan

tujuan

Hasil yang dicapai Kegiatan

(6)

18

dapat bertindak serta bertanggung jawab, kreatif, dan seefisien mungkin.

Menurut Wirawan (2012: 17), program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh, untuk melaksanakan kebijakan Pendidikan Dasar, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar menyusun dan melaksanakan program pendidikan Sekolah Dasar dan Program Pendidikan Sekolah Pertama.

Daniel L. Stuffebeam dan Anthony

J.Shinkfield (2007) mendifinisikan teori evalausi program adalah: “A program evaluation theory is a

coherent set of conseptual, hypothetical, pragmatic, and ethical pinciples forming a general framework to guide the study and practice of program evaluation.”

Menurut mereka, teori evalausi program mempunyai 6 ciri yaitu pertalian menyeluruh, konsep-konsep inti, hipotesis teruji, prosedur yang dapat diterapkan, persyaratan-persyaratan etika, dan kerangka umum untuk mengarahkan praktik evaluasi program dan malaksanakan penelitian mengenai evaluasi program.

(7)

19

Melakukan evaluasi program berarti

melakukan kegiatan untuk mengumpulkan

informasi tentang program untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.

Menurut Tyler (Arikunto, 2009: 5) evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasi. Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan seobyektif mungkin terhadap suatu obyek, program atau kebijakan yang sedang berjalan atau sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya. Di mana tujuan dari evaluasi program adalah untuk menentukan relevansi dan ketercapaian tujuan, efisiensi, efektifitas, dampak dan keberlanjutannya. Suatu evaluasi harus memberikan informasi yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak penerima manfaat dapat mengambil pelajaran untuk proses pengambilan keputusan.

Menurut Carol Tayler Fitz-Gibbon & Lynn lyons Moris (Farida Yusuf Tayibnapis, 2008: 64) desain evaluasi program ialah rencana yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi.

(8)

20

evaluasi program sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas.

Evaluasi sebagai upaya untuk

mengumpulkan, menyusun, mengolah dan

menganalisa fakta, data dan informasi. Evaluasi

selalu berhubungan dengan pengambilan

keputusan, karena hasil evaluasi merupakan suatu landasan untuk menilai suatu program dan memutuskan apakah program tersebut dapat diteruskan atau masih perlu diperbaiki lagi.

Arikunto dan Cepi (Arikunto, 2009: 320) mengemukakan bahwa yang menjadi titik awal

dari kegiatan evaluasi program adalah

keingintahuan untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai, bagaimanakah kualitas pencapaian kegiatan tersebut, dan jika belum tercapai, bagian manakah dari rencana yang telah dibuat namun belum tercapai dan apa penyebab bagian rencana tersebut belum tercapai. Dengan kata lain, evaluasi program dimaksudkan untuk melihat pencapaian program.

(9)

21

bidang pendidikan dengan menyediakan data yang berkelanjutan.

Dengan demikian evaluasi program ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan cermat dengan tujuan mengetahui keterlakanaan program. Baik yang sedang berjalan atau yang sudah lampau.

Menurut Wirawan (Wirawan, 2012: 17) evaluasi program adalah metode sistematik untuk

mengumpulkan, menganalisa, dan memakai

informasi untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi program menurut Wirawan dikelompokkan mejadi 3 yaitu evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation) dan evaluasi akibat ( impact evaluation).

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2014: 741) evaluasi program adalah merupakan metode yang

sistematis untuk mengumpulkan data,

menganalisa data, dan menggunkan informasi untuk menjawab pertanyaan tentang proyek, kebijakan, dan program.

Setelah melihat beberapa definisi di atas,

maka evaluasi program merupakan suatu

(10)

22

masukan untuk program yang akan datang dan evaluasi program dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2.2.1 Tujuan Evaluasi Program

Menurut Suchman sebagaimana dikutip oleh Nazir (Nazir, 1998: 15) penelitian evaluasi merupakan penentuan hasil yang diperoleh dari beberapa kegiatan (suatu program) yang dibuat untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau

performance. Tujuan penelitian evaluasi menurutnya adalah untuk mengukur pengaruh suatu program terhadap tujuan-tujuan yang akan dicapai dan memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuatan keputusan tentang suatu program dan untuk meningkatkan dan memperbaiki program di masa yang akan datang.

Menurut Endang Mulyatiningsih (Endang M, 2011: 114-115), evaluasi program dilakukan dengan tujuan untuk:

1) Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain.

2) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

(11)

23

bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir dan menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian.

Menurut Arikunto (Arikunto, 2012: 326-327) setelah program dievaluasi, ada empat kebijakan yang dapat dilakukan yaitu: (1) Kegiatan dilanjutkan ; (2) Kagiatan dilanjutkan dengan penyempurnaan; (3) kegiatan dimodifikasi; (4) Kegiatan tidak dapat dilanjutkan.

Banyak pihak yang berkepentingan atau

stakeholders yang ingin mengetahui apakah dana atau resources lainnya digunakan secara tepat, apakah suatu pekerjaan telah selesai atau perlu dilanjutkan. Dengan pengambilan keputusan dan akuntabilitas yang baik diharapkan akan memberikan hasil program yang baik dan lebih efisien terhadap penggunaan sumber daya. Selain itu juga ada beberapa tujuan lain dari evaluasi, meliputi untuk verifikasi kualitas dan manajemen program, mengidentifikasi strategi-strategi yang berhasil dan yang gagal, mengukur efek atau manfaat program.

Dari uraian di atas dapat diringkas bahwa

tujuan evaluasi program adalah untuk

(12)

24

2.2.2. Jenis Evaluasi Program

Secara kontek umum, evaluasi dibedakan atas evaluasi formatif (Formative evaluation) dan evaluasi sumatif (summative evaluation) (DFID, 2005) dengan pengertian sebagai berikut:

1) Evaluasi Formatif (formatif evaluation)

Evaluasi formatif dilakukan pada saat implementasi program berjalan dan bertujuan pada peningkatan kinerja program yang dievaluasi, melalui pembelajaran (learning) dari pengalaman yang telah diperoleh. Pada kebanyakan program, evaluasi ini lebih substansial diarahkan pada terjadinya perubahan antara disain program dan implementasi, validasi atau penilaian awal terhadap relevansi, efektivitas dan efisiensi. Evaluasi ini juga bermanfaat untuk menilai

adanya tanda- tanda kegagalan dan

keberhasilan suatu pelaksanaan program. Evaluasi formatif seringkali diacu sebagai

“reviews” terhadap suatu program.

2) Evaluasi Sumatif (summatif evaluation)

(13)

25

2.3.3 Model –Model Evaluasi

Model-model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak bervariasi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak lanjut tentang program yang sudah dievaluasi.

Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar ( Arikunto, 2009: 40), membedakan model evaluasi menjadi delapan, yaitu:

1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.

2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.

3) Formatif Summatif Evaluation Model, ini dikembangkan oleh Michael Scriven.

4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.

5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.

6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.

7) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.

(14)

26

2.2.4 Evaluasi Model CIPP

Model CIPP merupakan model evaluasi yang paling banyak digunakan oleh evaluator. Evaluasi Model CIPP (Contexk, Input, Process, and Product)

diperkenalkan pertama kali oleh Daniel L. Stuffebeam pada tahun 1965. Model ini

dikembangkan oleh Stuffebeam dengan

pandangnya bahwa tujuan penting dari evaluasi untuk memperbaiki bukan untuk membuktikan.

The CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluasi is not to prove butto improve (Eko, 2015: 181). Model CIPP ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Misalnya pendidikan, manajemen, perusahaan dan lain sebagainya.

Dalam buku Riset Terapan oleh Endang Mulyatiningsih (Endang Mulyatiningsih, 2011: 126), dikemukakan bahwa evaluasi CIPP dikenal dengan nama evaluasi formatif dengan tujuan untuk mengambil keputusan dan perbaikan program.

Model yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model yang dikembangkan oleh

Stufflebeam yang dikenal dengan CIPP Evaluation Model (Model Evaluasi CIPP). CIPP atau Context, Input, Process and Product.

1)Evaluasi Kontek (Context)

Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah mengidentifikasi latar belakang perlunya

(15)

27

program dari beberapa subjek yang terlibat

dalam pengambilan keputusan (Endang

Mulyatiningsih, 2011: 127.

Komponen konteks (Context) dalam penelitian yang akan dilakukan evaluasi adalah kesesuaian kebutuhan sekolah, relevansi

program, dan kesiapan sekolah dalam

melaksanakan program.

2)Evaluasi Input

Evaluasi input dilakukan untuk

mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan biaya, untuk melaksanakan program yang telah dipilih (Endang Mulyatiningsih, 2011: 129)

Komponen Input dalam penelitian yang akan dilakukan dalam evaluasi meliputi: program pendidikan karakter, prasarana dan sarana.

3)Evaluasi Proses

(16)

28

menjelaskan proses secara aktual. Selama proses evaluasi, evaluator dituntut berinteraksi dengan staf pelaksana program secara terus menerus (Endang Mulyatiningsih, 2011:130-131).

Komponen proses dalam penelitian yang akan dilakukan dalam evaluasi meliputi: penyusunan program, pendanaan, partisipasi stokeholder, sasaran, dan pelaksanaan program, dan kendala/ hambatannya.

4)Evaluasi Produk

Evaluasi produk merupakan evaluasi

yang bertujuan untuk mengukur,

menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program (Stufflebeam & Shienfield, 1985: 176).

Evaluasi produk dapat dilakukan dengan membuat definisi operasional dengan mengukur kriteria objektif, melalui pengumpulan penilaian dari stakeholder, dengan unjuk kerja (performing) baik dengan menggunakan analisis kuantitatif atau kualitatif

Wirawan (Wirawan, 2012: 92)

memberikan penjelasan evaluasi CIPP sebagai berikut:

a). Konteks evaluation

1)Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa yang perlu dilaksanakan? 2)Waktu pelaksanaan sebelum program

diterima.

(17)

29 b. Input evaluation

1)Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa yang harus dilaksanakan? 2)Waktu pelaksanaan sebelum program

dimulai.

3)Keputusan penstrukturan program.

c. Process evaluation

1)Berupaya untuk mencari jawaban atas

pertanyaan apa program sedang

dilaksanakan?

2)Waktu pelaksanaan ketika program sedang dilaksanakan.

3)Keputusan pelaksnaan program.

d. Product evaluation

1)Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan apakah program sukses?

2)Waktu pelaksanaan ketika program selesai dilaksanakan.

3)Keputusan resikle: ya atau tidak program harus resikel.

Evaluasi CIPP menurut Wirawan dapat digambarkan sebagai berikut :

(18)

30

Komponen produk dalam penelitian yang akan dilakukan dalam evaluasi meliputi: keputusan dan hasil pelaksanaan program.

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa, model evaluasi untuk mengambil keputusan dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengembangkan suatu

program dengan menggunakan evaluasi kontek, evaluasi masukan, evaluasi proses, dan evaluasi produk menggunakan model CIPP.

Dari apa yang dikemukaan ahli yang telah memperkenalkan evaluasi model CIPP di atas, tidak hanya sampai pada evaluasi produk saja. Peneliti mempunyai pandangan bahwa program evaluasi mempunyai “dampak” atau akibat yang perlu dipikirkan. Dan kalau perlu menjadi kajian bersama dalam penerapan setiap evaluasi program.

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP

Model CIPP yang dikembangkan oleh Daniel L. Stuffebeam dan Anthony J. Shinkfield memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini antara lain adalah komprehensif, karena objek evaluasi ini menyangkut konteks, input, proses, dan produk. Jadi model CIPP tidak hanya pada hasil atau produk saja.

(19)

31

kurang apabila tidak dimodifikasi. Ini terjadi karena untuk mengukur konteks, input, proses, dan produk dalam arti yang luas akan melibatkan beberapa pihak yang membutuhkan waktu dan biaya (Eko, 2015: 184).

Kalau demikian perlu adanya penyesuaian dalam implikasinya di lapangan, supaya di lapangan diterapkan untuk evaluasi dalam bidang pendidikan pada khususnya.

2.2.6 Dampak

Istilah dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Online, 2016).

Dampak adalah pengaruh kuat yang

mendatangkan akibat, baik akibat positif aupun akibat negatif. Pengaruh sendiri adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.

(20)

32

dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.

Demikian pula setiap program juga akan berdampak pada kebijakan atau suatu keputusan yang akan diambil setelah program dievaluasi.

Peneliti memandang perlu dalam evaluasi

program ini menambahkan “dampak”, baik

dampak positif maupun negatif.

1) Pengertian Dampak Positif

Dampak adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya.

Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan nyata dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.

(21)

33

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang baik.

2) Pengertian Dampak Negatif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif.

Dampak adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya. berdasarkan beberapa penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya.

Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak negatif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat tertentu.

Komponen dampak dalam penelitian yang akan dilakukan dalam evaluasi meliputi:

hambatan dan solusinya serta dampak

(22)

34

2.3 Pendidikan Karakter

Istilah karakter, secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu character yang berarti watak, tabiat, sifat- sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhak. Dalam bahasa Inggris

character berarti tabiat, budi pekerti, watak. Dalam bahasa Arab, karakter diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak (Agus, 2012: 20).

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi, sebagaimana yang dikutip (Kusuma, 2011: 5), yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikkan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi positif kepada

masyarakatnya.

Definisi lain menurut Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian

seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu.

Dalam definisi tersebut, ada tiga pikiran penting yaitu, proses transformasi, ditumbuh kembangkan dalam kepribadian, dan menjadi salah satu dalam prilaku.

Kementerian Pendidikan Nasional

(23)

35

kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Dan seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat yang bernorma, serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya. Idealnya pelaksanaan pendidikan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan manajemen pendidikan di satuan pendidikan yaitu sekolah.

Pendidikan karakter dalam setting sekolah merupakan pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi ini mengandung makna:

1) Pendidikan karakter adalah pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.

2) Pendidikan karakter diarahkan pada

pengembangan perilaku anak secara utuh.

(24)

36

manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan.

3) Penguatan dan pengembangan perilaku dalam pendididkan karakter didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah.

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Dapat juga dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk memberikan keputusan

baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2.3.1 Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Kemendiknas (Kemendiknas, 2010: 7) tujuan pendidikan karakter adalah:

1) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ efektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

(25)

37

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan

tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan

sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional menjelaskan pendidikan karakter pada intinya mempunyai tujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,

berkembang dinamis, berorientasi ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Samani, 2011: 9).

Menurut Agus (Agus, 2012: 22) pendidikan karakter mempunyai tujuan yaitu membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.

Dari berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan

karakter adalah membentuk, menanamkan,

(26)

38

positif kepada peserta didik agar menjadi manusia yang unggul dan bermartabat.

2.3.2 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karkater

Menurut Hasan (Agus, 2012: 39) indikator keberhasilan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pertama untuk sekolah dan kelas; dan kedua untuk mata pelajaran.

Indikator sekolah dan kelas digunakan oleh kepala sekolah, guru, personalia dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program sekolah dan kegiatan sekolah sehari-hari sebagai lembaga pelaksana pendidikan karakter. Sedang indikator mata pelajaran dipergunakan untuk menggambarkan perilaku efektif peserta didik dengan mata pelajaran tertentu.

Ada 18 nilai yang harus dikembangkan di

sekolah dalam menentukan keberhasilan

pendidikan karakter. Indikator keberhasilan Pendidikan Karakter di lembaga pendidikan sekolah tidak semua indikator dikembangkan. Ada beberapa nilai yang ditekankan antara lain sebagai berikut:

No Nilai Indikator 1 Religius  Mengucapkan salam

 Berdoa sebelum dan sesudah belajar

 Melaksanakan ibadah keagamaan

Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakna ibadah*)

 Merayakan hari besar keagamaan

2 Jujur  Membuat dan mengerjakan tugas secara benar

 Tidak menyontek atau memberi sontekan

 Membangun koperasi atau kantin kejujuran

 Melaporkan kegiatan sekolah secara transparan

(27)

39  Melakukan system penilaian yang akuntabel dan

tidak melakukan manipulasi

Menyediakan fasilitas atau tempat temuan barang yang hilang*)

3 Toleransi  Memperlakukan orang lain dengan cara yang sama dan tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, dan golongan

 Menghargai perbedaan yang ada tanpa melecehkan kelompok lain.

4 Disiplin  Guru dan siswa hadir tepat waktu

 Menegakkan prinsif dengan memberikan

punishment bagi yang melanggar dan reward yang berprestasi

 Menjalankan tata tertib sekolah 5 Peduli Ling

kungan

 Menjaga lingkungan kelas dan sekolah

 Memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik tanpa menginjak atau merusaknya

 Mendukung program go grees (penghijauan) di lingkungan sekolah

 Tersedianya tempat untuk membuang sampah organic dan sampah non organic

 Menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat cuci tangan

6 Peduli Sosial

 Sekolah memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu

 Melakukan kegiatan bakti social

 Melakukan kunjungandi daerah atau kawasan marginal

 Memberi bantuan kepada lingkungan masyarakat yang kurang mampu

 Menyediakan kotak amal atau sumbangan

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter (Agus, 2012: 40-43)

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemben-tukan Karakter

Menurut V. Campbell dan R. Obligasi (YE. Retno, 2015: 17), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan pembentukan karakter seseorang, yaitu :

1) Faktor keturunan;

2) Pengamanan masa kanak-kanak;

3) Pemodelan oleh orang dewasa atau orang-orang lebih tua;

(28)

40

6) Substansi materi di sekolah atau lembaga pendidikan lain; dan

7) Media massa.

Dalam proses pembentukan karakter peserta didik perlu adanya kontrol internal, eksternal, dan kontrol sosial yang menuntunnya individu memiliki karakter yang baik. Salah satu cara yaitu dengan keteladan dari semua unsur baik orang tua, guru, masyarakat, dan media sosial lainnya.

2.4 Penelitian yang relevan

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terdahulu agar terjadi kesinambungan. Adapun penelitian tersebut adalah :

1) YE Retno Saptowati Kawuryan. 2015. Evaluasi Program pendidikan Karakter di SD Negeri Kemirirejo Kota Magelang.

Hasil penelitiannya adalah: 1)

mengembangkan potensi kalbu siswa,

kebiasaan dan perilaku terpuji,

mengembangkan kemandirian berwawasan

kebangsaan dan mengembangkan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman; 2) Mengembangkan

nilai-nilai pendidikan karakter yang

diitegrasikan dalam setiap mata pelajaran.

(29)

41

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengevaluasi ketercapaian program pendidikan karakter pada tingkat sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo; dan (2) Memberikan rekomendasi baik kepada guru, sekolah, maupun pemerintah untuk perbaikan program pendidikan karakter.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Kesiapan sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo untuk mengimplementasikan pendidikan karakter, baik dinilai dari kurikulum yang telah terintegrasi pendidikan karakter, namun masih kurang dalam hal pengelolaan sarana prasarana pendukung dan

banyak guru memerlukan lebih banyak

pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan karakter; (2) Implementasi pendidikan karakter belum tampak pada kegiatan pembelajaran; (3) Dukungan dari pemerintah dalam sosialisasi atau pelatihan dirasa masih kurang oleh sekolah; (4) Monitoring dan evaluasi pendidikan karakter masih terbatas pada kurikulum dan dilakukan melalui pembinaan pengawas di setiap sekolah; (5) Kendala yang umum dihadapi sekolah adalah penilaian sikap siswa yang belum terdokumentasi, kurangnya pemahaman guru

untuk mengimplementasikan pendidikan

(30)

42

3) Wing Sze MAK (2014). Evaluation of a Moral and Character Education Group for Primary School Students.

The purpose of this study is to evaluate the effectiveness of the Moral and Character ducation Group with ten Primary Four students. This is a six-session group, conducted in a primary school by a social work student worker on her practicum. Through observation in school and interviews with the school social worker, the student worker identified the need for moral education in Primary Four students. This group aims to introduce the importance of positive social manners and moral education. The group content and intervention were

based on positive psychology, Bandura’s social learning theory, Kohlberg’s moral development model, Beck’s

moral education needs theory and Berkowitz’s social interaction theory. Assignments, observation and feedback session were used as qualitative assessment. Due to its activities-based nature, the interaction of members served an important function in teaching moral education. Pre-tests and post-tests were used as quantitative data to support the outcome evaluation. All members showed improvement in their understanding of the importance of appreciation, gratitude, respect and kindness, as well as a willingness to practice them in experiences. More evidence-based interventions can be developed to design tailor-made and interactive character education for Chinese primary school students.

(31)

43

pekerja siswa mengidentifikasi kebutuhan

pendidikan moral di Pratama Empat

siswa.Kelompok ini bertujuan untuk

memperkenalkan pentingnya sopan santun sosial yang positif dan pendidikan moral.Isi kelompok dan intervensi didasarkan pada psikologi positif, teori belajar sosial Bandura, model pembangunan moral yang Kohlberg, pendidikan moral Beck membutuhkan teori dan teori interaksi sosial Berkowitz ini.Tugas, observasi dan sesi umpan balik digunakan sebagai penilaian kualitatif.Karena yang bersifat kegiatan berbasis, interaksi anggota dilayani fungsi penting dalam mengajarkan pendidikan moral.Pra-tes dan pasca-tes yang digunakan sebagai data kuantitatif untuk mendukung evaluasi hasil.Semua anggota menunjukkan peningkatan dalam pemahaman mereka tentang pentingnya apresiasi, rasa syukur, hormat dan kebaikan, serta kemauan untuk berlatih mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini berarti bahwa dengan menggunakan berbagai kegiatan dan permainan dapat meningkatkan minat siswa dan interaksi asuh. Dengan menjadi bagian dari kelompok, anggota dapat belajar sopan santun yang tepat sosial dan sikap dari

pekerja mahasiswa, anggota lain dan

(32)

44

4) Tristanti, Yoyon Suryono. 2014. Evaluasi Program Kecakapan Hidup Bagi Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIa Kutoarjo.

Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan, keberhasilan dan kendala-kendala program kecakapan hidup bagi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) Kelas IIA Kutoarjo.Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan menggunakan model pene- litian CIPP. Pengumpulan data menggunakan

metode wawancara, dokumentasi, dan

observasi.Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program pada aspek konteks menunjukkan ke- sesuaian antara kebutuhan dan partisipasi warga belajar, pengalaman warga belajar dan kondi- si lingkungan dengan kegiatan program. Pada aspek masukan

menunjukkan motivasi warga belajar,

karakteristik warga belajar, karakteristik narasumber, pendanaan, dan sarana prasara- na dalam kategori baik. Aspek proses menunjukkan aktifitas warga belajar, strategi pembel- ajaran dan hubungan antar pribadi dalam kategori baik. Aspek hasil menunjukkan semua ke- giatan keterampilan dapat terlaksana

dengan baik. Keberhasilan program

(33)

45

5) Darmiyati Zuhdi, (2010). Pendidikan karakter telah diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui media cerita bergambar dan metode bermain peran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan cerita bergambar dan metode bermain peran efektif untuk meningkatkan pengamalan nilai kejujuran, kesabaran, dan ketaatan beribadah, serta keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, membaca dan berbicara), Model pembelajaran IPA berbasis karakter, dan pendekatan ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction) terbukti efektif untuk meningkatkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan ketaatan beribadah, serta hasil belajar IPA/IPS. Kesimpulan bahwa model pendidikan karakter yang efektif adalah model yang menggunakan pendekatan komprehensif. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Metode dan strategi yang digunakan bervariasi yang sedapat mungkin mencakup inkulkasi/ penanaman (lawan indoktrinasi), keteladanan, fasilitasi nilai, dan pengembangan soft skills

(34)

46

dalam melaksanakan program pendidikan karakter. Tempat pelaksanaan pendidikan karakter baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan di rumah dan di dalam lingkungan masyarakat dengan melibatkan partisipasi orang tua.

Dari beberapa penelitian yang terdahulu dengan penelitian saya ini ada beberapa persamaan dan perbedaan, antara lain :

ASPEK NAMA PENELITI

1 YE. Retno Saya

Tuju-an Mengevaluasi Konteks, input, proses, dan output program pembelajaran karakter.

Tujuan :

Materi Masalah Program Pembelajaran Karkater Hasil Pengembangan pendidikan karkater yang

diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran 2 Stovika Eva Darmayanti,

Tuju-an mengevaluasi ketercapaian program pendidikan karakter pada tingkat sekolah dasar (2) memberikan rekomendasi baik kepada guru, sekolah, maupun

pemerintah untuk perbaikan program pendidikan karakter

Materi Kegiatan pembelajaran pendidikan karakter Hasil Implementasi pendidikan karakter dalam

kurikulum

3 Wing Sze MAK Tuju-an mengevaluasi efektivitas Moral dan

Karakter

Materi Kegiatan dan permaian sehingga membentuk karakter siswa Hasil Interaksi

4 Tristanti, Yoyon Suryono

Tuju-an Mengetahui pelaksanaan, keberhasilan dan kendala-kendala program kecakapan hidup bagi warga binaan di Lembaga

Pemasyarakatan Anak (LPA) Kelas IIA Kutoarjo. Model penelitian CIPP.

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Materi warga binaan di Lembaga Pemasyara katan

(35)

47

pembe lajaran tidak cukup hanya dengan mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah proses. Tetapi program pembelajar an yang disusun dan dilaksanakan guru Penilaian terhadap hasil program pembelajaran tidak cukup terbatas pada hasil jangka pendek atau output tetapi sebaiknya juga menjangkau outcome dari

program pembelajaran. 5 Darmiyati Zuhdi Pendekat

an

ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction

Materi Pendidikann Karakter diintegrasikan pada ketrampilan berbahasa Indonesia

Hasil Model pendidikan karakter yang efektif adalah model yang menggunakan pendekatan komprehensif. Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi

Berdasarkan hasil ke-5 peneliti di atas ada 2 (dua) model evaluasi yang dipakai yaitu ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction)

dan CIPP. Dan dalam penelitian tersebut masih terpaku dalam evaluasi program karakter dalam pembelajaran saja.

Berbagai penelitian yang kami jadikan rujukan tersebut dapat menambah wawasan dan informasi sebagai data pendukung bagi peneliti. Peneliti mengadakan penelitian tentang evaluasi program pendidikan karakter ini bertujuan selain mengevaluasi konteks, input, proses, dan produk program pendidikan karakter, juga ingin

mengetahui dampak atau akibat tentang

(36)

48

Sehingga perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya selain model yang digunakan juga adanya tambahan yaitu dampak dari pelaksanaan.

2.5 Kerangka Berfikir

Undang Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (UUSPN. No. 20/

2003) mempunyai fungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.

Dalam pelaksanaan tiap satuan pendidikan wajib melaksanakan perencanaan program yang dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu program dalam KTSP yaitu program pendidikan karakter.

Untuk mengetahui keberkelanjutan

program, pengelola pendidikan sangat butuh informasi tentang program pendidikan karakter, maka perlu dilakukan evaluasi. Dalam penelitian ini evaluasi yang akan digunakan adalah Model Evaluasi CIPP.

Evaluasi dengan CIPP ditambah dengan dampak akibat pelaksanaan tersebut kemudian

disimpulkan dan memberi saran tentang

(37)

49

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 2.3

Bagan kerangka berfikir

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PROGRAM SEKOLAH

EVALUASI CIPP

PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER

(38)

Gambar

Gambar : 2.1 Konsep Dasar Penelitian Evaluasi
Gambar 2.2  Bagan Evaluasi CIPP
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter (Agus, 2012: 40-43)
Gambar 2.3 Bagan kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Ketika pada tahap stagnant perilaku earnings management yang dilakukan oleh manajemen sedang karena pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan ketika perusahaan

Penelitian yang dilakukan Demagalhaes (2011) menemukan bahwa lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi terhadap pilihan karir di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap sustainability reporting , sustainability reporting terhadap kinerja perusahaan dan

Pengungkapan merupakan suatu sinyal, karena dengan pengungkapan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Agustina, 2008), memberi informasi mengenai apa yang telah

Jika suatu perusahaan mampu mengelola dan terus meningkatkan ketiga komponen modal intelektual yang dimiliki dengan baik, maka dapat meningkatkan kinerja keuangan,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola permainan cak dalam lagu langgam jawa pada orkes keroncong Prima Nada Banjarnegara yaitu (1) dasar dari pola permainan cak

Pada hari ini Selasa Tanggal Lima Belas Bulan Juli Tahun Dua Ribu Empat Belas, melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Nunukan dengan

Pada hari ini Selasa Tanggal Lima Belas Bulan Juli Tahun Dua Ribu Empat Belas , melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Nunukan dengan