JENIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISWA KELAS X SMA KOLOMBO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Pelagia Udya Leutta
NIM: 071414018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
JENIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISWA KELAS X SMA KOLOMBO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Pelagia Udya Leutta
NIM: 071414018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Apa saja yang kamu minta
dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan
menerimanya.
v
Bermimpi itu biasa..
Tapi mewujudkannya itu luar
biasa…
vii
ABSTRAK
Pelagia Udya Leutta. 2012. Jenis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas X SMA Kolombo Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan: (1) mengetahui apa saja jenis kesalahan yang dialami siswa kelas X SMA Kolombo Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan SPLDV; (2) mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas X SMA Kolombo Yogyakarta pokok bahasan SPLDV.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kolombo Yogyakarta yang berjumlah 23 siswa. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes berbentuk soal cerita yang digunakan untuk mengetahui kesalahan apa yang dilakukan dan wawancara untuk mengetahui penyebab kesalahan tersebut. Teknik analisis yang digunakan adalah mengelompokkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan kategori jenis kesalahan yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya, menghitung persentase tiap jeni kesalahan yang dilakukan oleh siswa dengan membagi jumlah siswa yang melakukan kesalahan dengan jumlah siswa keseluruhan kemudian dikali 100%, dan mendeskripikan hasil wawancara kemudian diambil kesimpulan.
viii
ABSTRACT
Pelagia Udya Leutta, 2012. Types Of Errors In Solving Story Problems by Students Of Kolombo Senior High School Class X, Yogyakarta In The Academic Year 2011/2012. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
Research in this undergraduate thesis aims to: (1) find out what are the types of errors experienced by student of High School in class X Kolombo Yogyakarta to completing story problem on subject matter SPLDV, (2) find out what factors are causing the errors conducted by students of High School in class X Kolombo Yogyakarta to completing story problem on subject matter SPLDV.
The subjects of this study is students of high school in class X Kolombo Yogyakarta, amounting to 23 students. The methods used to collect data about the shape of the story is a test used to determine what was done wrong and interviews to determine the cause of the error. Analysis technique used is to group the mistakes made by students based on category types of errors that have been prepared by previous researchers, calculate the percentage of each genius mistakes made by the student by dividing the number of students who make mistakes with the overall number of students and then multiplied by 100%, andmendeskripikan the interview and then be concluded.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan RahmatNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Jenis Kesalahan
Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas X SMA Kolombo Yogyakarta Tahun
Ajaran 2011/2012” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan,
saran dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh
kesabaran selama pembuatan skripsi ini.
5. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang
xi
6. Segenap Dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing selama
saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak Sugeng, Bu Heni dan Mas Arif yang memberikan bantuan administrasi
selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
8. Ibu Dra. Sri Rejeki Andadari selaku Kepala Sekolah di SMA Kolombo
Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan
penelitian.
9. Ibu Winarni, S. Pd selaku Guru Mata Pelajaran Matematika SMA Kolombo
Yogyakarta yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian.
10.Siswa-siswi kelas XB SMA Kolombo Yogyakarta yang telah bersedia
membantu untuk menjadi subyek penelitian.
11.Bapak Markus Suharjo, Mama Antonia Bunsu, Kakak Rini Utami, dan Adik
Angelinus Arie Setiawan yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa,
perhatian dan pengorbanan sampai saat ini.
12.Teman-teman seperjuanganku prodi Pendidikan Matematika 2007 yaitu Erlin,
Ocha, Titi, Rita, Tuti, dan Elsha yang sudah membantu menyumbangkan
ide-ide dalam pembuatan skripsi ini.
13.Sahabat-sahabatku Yuni, Cicil, Tika, Ama, dan Ima yang selalu memberikan
semangat dalam mengerjakan skripsi.
14.Semua pihak yang tanpa sengaja tidak saya sebutkan di sini tapi telah
memberikan begitu banyak doa dan dukungan agar skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga masih
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
xiv
F. TujuanPenelitian ... 9
G. ManfaatPenelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Kesalahan ... 11
B. Kategori Jenis Kesalahan ... 11
C. Faktor Penyebab Kesalahan ... 15
D. Soal Cerita Matematika dan Langkah Penyelesaian Masalah... 17
E. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV) ... 19
1. Pengertian SPLDV ... 20
2. Metode-metode yang Digunakan dalam SPLDV ... 22
3. Pemecahan Masalah yang Berbentuk Soal Cerita SPLDV ... 30
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 34
B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. SubyekPenelitian ... 34
2. Obyek Penelitian ... 35
C. VariabelPenelitian 1. Variabel Bebas ... 35
2. Variabel Terikat ... 35
xv
E. Bentuk Data ... 36
F. Metode Pengumpulan Data ... 36
G. Instrumen Penelitian... 37
H. Metode Analisis Data ... 39
1. Analisis Validitas Tes Hasil Belajar Siswa ... 39
2. Analisis Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa ... 41
3. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa ... 46
I. Rencana Penelitian ... 46
1. Tahap Sebelum Pengambilan Data ... 46
2. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data... 47
3. Tahap Setelah Pengambilan Data... 47
BAB IV PELAKSANAAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 48
B. Hasil Observasi dan Validasi 1. Observasi Guru... 50
2. Validitas Pakar (Guru) ... 52
C. Deskripsi Data Penelitian ... 55
D. Analisis Data ... 70
1. Analisis Kesalahan ... 70
2. Analisis Hasil Wawancara ... 87
xvi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 123
B. Kelemahan dan kelebihan ... 124
C. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 38
Tabel 3.2 Skor-skor Hasil Tes Belajar Bentuk Subyektif ... 42
Tabel 3.3 Skor Total dan Kuadrat Skor Total Butir Item dan Subyek...43
Tabel 3.4 Mencari (Menghitung) Jumlah Kuadrat ... 44
Tabel 4.1 Kegiatan yang Dilaksanakan Selama Penelitian ... 49
Tabel 4.2 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1 ... 58
Tabel 4.3 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 2 ... 60
Tabel 4.4 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 3 ... 62
Tabel 4.5 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 4 ... 64
Tabel 4.6 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 5 ... 66
Tabel 4.7 Deskripsi Kesalahan Jawaban Siswa pada Soal Nomor 6 ... 68
Tabel 4.8 Deskripsi Jenis Kesalahan 23 Siswa ... 100
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Soal Tes ... 129
Lampiran A.2 Kunci Jawaban Soal Tes ... 130
Lampiran B.1 Transkip Wawancara Siswa Subyek 4 ... 137
Lampiran B.2 Transkip Wawancara Siswa Subyek 10 ... 139
Lampiran B.3 Transkip Wawancara Siswa Subyek 13 ... 143
Lampiran B.4 Transkip Wawancara Siswa Subyek 17 ... 146
Lampiran C.1 Jawaban Siswa Subyek 1 ... 150
Lampiran C.2 Jawaban Siswa Subyek 2 ... 152
Lampiran C.3 Jawaban Siswa Subyek 3 ... 153
Lampiran C.4 Jawaban Siswa Subyek 4 ... 156
Lampiran C.5 Jawaban Siswa Subyek 5 ... 159
Lampiran C.6 Jawaban Siswa Subyek 6 ... 161
Lampiran C.7 Jawaban Siswa Subyek 7 ... 162
Lampiran C.8 Jawaban Siswa Subyek 8 ... 163
Lampiran C.9 Jawaban Siswa Subyek 9 ... 166
Lampiran C.10 Jawaban Siswa Subyek 10 ... 167
Lampiran C.11 Jawaban Siswa Subyek 11 ... 171
Lampiran C.12 Jawaban Siswa Subyek 12 ... 174
Lampiran C.13 Jawaban Siswa Subyek 13 ... 177
xix
Lampiran C.15 Jawaban Siswa Subyek 15 ... 181
Lampiran C.16 Jawaban Siswa Subyek 16 ... 184
Lampiran C.17 Jawaban Siswa Subyek 17 ... 188
Lampiran C.18 Jawaban Siswa Subyek 18 ... 191
Lampiran C.19 Jawaban Siswa Subyek 19 ... 195
Lampiran C.20 Jawaban Siswa Subyek 20 ... 197
Lampiran C.21 Jawaban Siswa Subyek 21 ... 199
Lampiran C.22 Jawaban Siswa Subyek 22 ... 200
Lampiran C.23 Jawaban Siswa Subyek 23 ... 202
Lampiran D.1 Validitas Soal oleh Guru ... 203
Lampiran D.2 Kriteria Penilaian ... 204
Lampiran E.1 Surat Izin Penelitian dari Kampus... 207
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Titik Potong Garis g1 dan g2 ... 22
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pendidikan memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
kita. Sekarang ini, banyak tempat bekerja yang mulai mematok standar tinggi
kepada orang-orang yang ingin diterima. Biasanya, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk
diterima. Tidak hanya itu, tentu saja harus diimbangi dengan keahlian tertentu
di bidangnya masing-masing agar terlihat pantas untuk diterima bekerja. Tidak
heran, di Indonesia masih akan terus dibuka sekolah-sekolah yang bisa
menjadi tempat untuk menyalurkan bakat dan prestasi. Ini akan menjadi dasar
sekaligus penunjang dalam memenuhi standar pendidikan di Indonesia.
Demikian pula SMA Kolombo Yogyakarta yang terletak di daerah
Demangan ini. Daerah ini cukup strategis untuk dijangkau oleh siswa dan
tidak terlalu dekat dengan jalan raya yang ramai berlalu lalang kendaraan
sehingga sekolah ini cukup tenang dalam kegiatan belajar mengajar. Sekolah
ini juga bergabung denggan SMP dan SD Muhammadiyah. Hal ini membuat
suasana menjadi ceria dengan kehadiran adik-adik tingkat mereka.
Mata pelajaran matematika biasanya merupakan salah satu mata
pelajaran yang jarang diminati oleh siswa. Mereka cenderung menganggap
bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit, padahal belum tentu
Kolombo Yogyakarta yang cenderung mengeluh dengan soal-soal yang
diberikan oleh guru, baik itu dari buku ataupun soal buatan guru tersebut.
Banyak dari mereka yang mengeluh saat mengerjakan soal-soal yang
diberikan, sehingga kebanyakan dari mereka banyak mengalami kesalahan
dalam pengerjaan soal-soal tersebut.
Banyak materi pada pelajaran matematika di SMA yang
menimbulkan banyak kesalahan dalam pengerjaan soal-soal, diantaranya
adalah pokok bahasan sistem persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV).
Pada pokok bahasan ini, memang banyak siswa yang melakukan kesalahan
dalam pengerjaannya. Hal ini diperoleh dari keterangan guru mata pelajaran
yang peneliti temui saat meminta izin untuk melakukan penelitian. Banyak
siswa mengeluh dan terjebak pada soal-soal yang diberikan. Siswa cenderung
melakukan kesalahan pada soal yang berbentuk cerita atau yang biasa disebut
soal cerita.
Soal cerita memang sekilas terlihat panjang dengan beberapa kalimat
di dalamnya, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk memahami
kalimat-kalimat yang terkandung di dalam soal cerita tersebut, karena memang kalimat-kalimat
di dalam soal cerita tersebut menuntut pemahaman lebih dan siswa harus
menentukan langkah penyelesaian yang tepat dan berkaitan. Dari
kalimat-kalimat itu nantinya harus diubah menjadi kalimat-kalimat matematika yang harus
diselesaikan oleh siswa. Hal inilah yang menjadi hambatan bagi siswa dalam
menyelesaikan soal tersebut. Siswa harus mampu menangkap arti dari setiap
siswa tidak hanya memerlukan keterampilan berhitung seperti dalam
pengerjaan soal matematika biasanya, tetapi juga diperlukan keterampilan
untuk memahami konsep dan prosedur dalam menyelesaikan soal cerita yang
diminta.
Pada pelajaran matematika SMA kelas X kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) standar isi 2006 bab 3 terdapat pokok bahasan sistem
persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel. Pokok bahasan ini terdiri
dari beberapa subbab di antaranya yaitu subbab sistem persamaan dengan satu
variabel (SPLSV), sistem persamaan linear dengan dengan dua variebel
(SPLDV), sistem persamaan linear dengan tiga variabel (SPLTV) dan masih
ada beberapa subbab lain yang berhubungan dengan persamaan dan
pertidaksamaan. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti subbab
sistem persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV). Penulis sangat tertarik
dengan subbab ini karena selain subbab ini pernah diajarkan di SMP, subbab
ini juga berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari seperti transaksi jual beli
yang biasanya terjadi di pasar, di mana pembeli dapat mengetahui harga
sebuah barang apabila diketahui berapa banyak dua pembeli membeli dua
jenis barang yang sama tetapi jumlahnya berbeda dan total uang yang harus
diberikan atas barang yang dibeli dengan memisalkannya dengan persamaan
transaksi kedua orang pembeli dengan dan .
Hasilnya dapat kita temui dengan mempelajari pokok bahasan SPLDV, di
mana akan digunakan empat metode untuk menyelesaikannya yakni metode
Telah dibahas di SMP bahwa SPLDV terdiri atas dua persamaan
linear yang masing-masing memuat dua variabel (peubah). Standar
kompetensi dari pokok bahasan ini adalah memecahkan masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel.
Dalam penelitian ini, kita akan meneliti kesalahan apa saja yang akan
diperbuat oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk soal
cerita. Dari contoh transaksi jual beli yang biasa terjadi di pasar tadi dan
pemahaman tentang SPLDV yang diperoleh di SMP, seharusnya soal cerita
lebih mudah diselesaikan dibandingkan dengan soal yang langsung diberikan
persamaannya kemudian diselesaikan dengan metode yang sesuai. Ini
dikarenakan soal cerita merupakan contoh konkrit yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari dan dapat dibayangkan, dilihat langsung, ataupun
dialami sendiri. Bahasa yang digunakan juga merupakan bahasa biasa yang
sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan bahasa simbol yang
sering kita jumpai dalam pelajaran matematika di SMP dan SMA. Oleh sebab
itu, harusnya siswa bisa lebih mudah untuk memahami soal cerita.
Kesalahan yang dilakukan para siswa tersebut bervariasi, tidak
monoton pada satu jenis kesalahan saja. Salah satu contohnya yaitu kesalahan
membuat grafik. Biasanya siswa kurang teliti dalam membuat garis linear dari
suatu persamaan, sehingga mereka membuat kesalahan dalam mencari
himpunan penyelesaiannya. Padahal grafik adalah salah satu metode yang
diajarkan untuk mengetahui penyelesaian atau himpunan penyelesaian suatu
substitusi) dan determinan. Namun dalam penelitian ini hanya akan digunakan
empat metode saja, yakni metode grafik, substitusi, eliminasi, campuran
(eliminasi dan substitusi) karena sesuai dengan silabus matematika kelas X
SMA Kolombo. Selain itu, karena materi determinan akan dibahas lebih
dalam pada pokok bahasan matriks di kelas XII. Dengan adanya kesalahan
yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika, maka
hendaknya guru menganalisis seberapa besar kesalahan yang dialami oleh
siswa karena kesalahan siswa merupakan salah satu faktor untuk melihat
sejauh mana keberhasilan dari pelajaran matematika yang diberikan. Data
yang diperoleh dari kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika selama penelitian berlangsung akan dianalisis, sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan mutu dari kegiatan pembelajaran matematika.
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar
bagian bahan itu. Sebelumnya, guru perlu memperoleh gambaran tentang
bagaimana kesalahan-kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal
cerita matematika. Di sini guru dapat mengidentifikasi soal-soal cerita yang
dikerjakan siswa tersebut memuat kesalahan dalam pengerjaannya atau sudah
tepat. Dengan begitu guru dapat mulai memahami tingkat pemahaman siswa.
Maka guru perlu memberikan bantuan atau pendekatan terhadap siswa yang
mengalami kesalahan pengerjaan soal cerita matematika tersebut, serta
Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan sebelumnya, peneliti
merasa tertarik untuk mencari tahu tentang apa saja jenis-jenis kesalahan yang
dapat dilakukan oleh siswa kelas X SMAKolombo dan mengetahui faktor apa
yang mendukung terjadinya kesalahan tersebut dalam menyelesaikan soal
cerita pada pokok bahasan SPLDV.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Siswa banyak yang lupa dengan pokok bahasan SPLDV yang telah
diajarkan di SMP.
2. Siswa masih bingung menggunakan metode apa dalam menyelesaikan soal
cerita yang diberikan.
3. Siswa belum terlalu mengerti cara menggambar grafik dan himpunan
penyelesaian SPLDV dengan metode grafik tersebut.
4. Siswa masih lambat bahkan kurang memahami maksud yang terkandung
dalam soal cerita pada pokok bahasan SPLDV.
5. Siswa cenderung melakukan kesalahan dalam memodelkan soal cerita.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah-masalah yang akan diteliti dibatasi pada
jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas X, Semester I, SMA
pada penelitian ini hanya dibatasi pada kesalahan yang terlihat langsung dari
pekerjaan siswa dan wawancara.
Dalam penelitian ini dibatasi pada siswa yang menyelesaikan soal
cerita pada pokok bahasan SPLDV. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA Kolombo Yogyakarta. Terdapat 23 siswa yang dipilih peneliti
untuk diberikan tes dan kemudian dipilih lagi 4 siswa yang sesuai dengan
jenis-jenis kesalahan yang ada dalam teori sebagai subyek wawancara.
D. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis menyusun rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja jenis kesalahan yang dialami oleh siswa kelas X Kolombo
Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
SPLDV?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang
dilakukan oleh siswa kelas X Kolombo Yogyakarta dalam menyelesaikan
soal cerita pada pokok bahasan SPLDV?
E. Batasan Istilah
Dalam batasan istilah yang akan dibahas ini, peneliti akan mengupas
1. Kesalahan adalah pemahaman yang tidak tepat atau tidak rasional dalam
mempelajari suatu masalah matematika sehingga akan menimbulkan
banyak kesulitan.
2. Jenis-jenis kesalahan yang dimaksudkan yaitu jenis kesalahan yang
tergolong dalam kesalahan data, kesalahan menginterpretasikan bahasa,
kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan, kesalahan
menggunakan definisi atau teorema, penyelesaian yang tidak diperiksa
kembali, dan kesalahan teknis.
3. Soal cerita adalah soal-soal yang dinyatakan dalam bentuk cerita, yaitu
yang disusun dalam beberapa kalimat biasa, bukan bahasa simbol.
4. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV) yaitu persamaan
yang berbentuk:
Syarat:
a1 dan b1 tidak boleh bersama-sama bernilai nol
a2 dan b2 tidak boleh bersama-sama bernilai nol
a1 dan a2 tidak boleh bersama-sama bernilai nol
b1 dan b2 tidak boleh bersama-sama bernilai nol
5. Penyelesaian SPLDV artinya mencari yang memenuhi sistem itu.
Dari batasan istilah yang penulis kemukakan di atas, maka yang
dimaksudkan oleh judul “Jenis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa
Kelas X SMA Kolombo Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012” yaitu
pemahaman yang tidak tepat atau tidak rasional pada siswa kelas X SMA
kesalahan yang tergolong dalam kesalahan data, kesalahan
menginterpretasikan bahasa, kesalahan menggunakan logika untuk menarik
kesimpulan, kesalahan menggunakan definisi atau teorema, penyelesaian yang
tidak diperiksa kembali, dan kesalahan teknis yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal-soal Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel
(SPLDV) yang dinyatakan dalam bentuk cerita, yaitu yang disusun dalam
beberapa kalimat biasa, bukan bahasa simbol, khususnya pada metode grafik,
substitusi, eliminasi dan campuran (eliminasi dan substitusi).
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis ini mempunyai tujuan yaitu :
1. Mengetahui apa saja jenis kesalahan yang dialami siswa kelas X Kolombo
Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan SPLDV.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan
yang dilakukan oleh siswa kelas X Kolombo Yogyakarta dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan SPLDV.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat diperuntukkan bagi guru, siswa, dan
peneliti yaitu:
a. Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat sejauh
mana perkembangan belajar siswa serta sebagai acuan dalam
menangani kesalahan siswa dalam menjawab soal cerita pada pokok
bahasan SPLDV.
b. Guru dapat menganalisis dengan baik kesalahan-kesalahan yang
dialami oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok
bahasan SPLDV.
2. Bagi Siswa
a. Siswa dapat menganalisis sendiri kesalahan-kesalahan yang
dihadapinya dalam mengerjakan soal cerita pada pokok bahasan
SPLDV.
b. Siswa mampu mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan SPLDV.
3. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat mengetahui apa saja jenis kesalahan yang dialami siswa
dalam mengerjakan soal cerita pada pokok bahasan SPLDV.
b. Peneliti dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa
melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal cerita pada pokok
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kesalahan
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, kesalahan adalah sesuatu
yang menyimpang dari aturan norma-norma tertentu. Tindakan yang tidak
tepat ini mengakibatkan tujuan tidak tercapai secara maksimal bahkan
cenderung gagal. Yardley Beers (1965) menyatakan kesalahan digunakan
untuk menyatakan peristiwa penyimpangan yaitu untuk menyatakan
perbedaan antara suatu nilai yang diukur dan nilai yang sebenarnya.
Sedangkan penyimpangan itu sendiri adalah selisih antara dua nilai yang
diukur dari suatu besaran. Sedangkan menurut Sukirman (2007) kesalahan
adalah penyimpangan terhadap hal yang benar yang sifatnya sistematis,
konsisten maupun insidental pada daerah tertentu.
Menurut peneliti, kesalahan matematika adalah sesuatu yang
digunakan untuk menyatakan peristiwa penyimpangan dalam matematika
terhadap hal yang benar yang sifatnya sistematis, konsisten maupun insidental
yang tidak sesuai dengan norma-norma tertentu.
B. Kategori Jenis Kesalahan
Kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dapat
dilihat pada hasil pengerjaan tes dan wawancara dengan siswa terpilih.
Empirical Classification Model For Error in High School Mathemtics,
jenis-jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa dibedakan menjadi 6 jenis-jenis, yaitu:
1. Kesalahan Data
Kesalahan ini memeliputi kesalahan–kesalahan yang dapat dihubungkan dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang
dikutip oleh siswa. Kesalahan ini meliputi: menambahkan data yang tidak
ada hubungannya dengan soal, mengabaikan data yang penting yang
diberikan, menguraikan syarat-syarat (dalam pembuktian, perhitungan)
yang sebenarnya tidak dibutuhkan dalam masalah, mengartikan informasi
tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya, mengganti syarat yang
ditentukan dengan informasi lain yang tidak sesuai, menggunakan nilai
suatu variabel untuk variabel lain, salah menyalin data dan sebaginya.
2. Kesalahan menginterpretasikan bahasa
Yang termasuk dalam kesalahan ini adalah:
a) Mengubah bahasa sehari-hari ke dalam bentuk persamaan matematika
dengan arti yang berbeda.
b) Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang artinya
berbeda.
c) Salah mengartikan grafik.
3. Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan
Pada umumnya, yang termasuk kategori ini adalah kesalahan-kesalahan
dalam menarik kesimpulan dari suatu informasi yang diberikan atau dari
a) Dari pernyataan berikut implikasi p → q, siswa menarik kesimpulan berikut:
1) Bila q diketahui terjadi, maka p pasti terjadi.
2) Bila diketahui p salah, maka q juga salah.
b) Menarik kesimpulan yang tidak benar, misalnya memberikan q sebagai
akibat dari p tanpa dapat menjelaskan urutan pembuktian yang betul.
4. Kesalahan menggunakan definisi atau teorema
Kesalahan ini merupakan suatu penyimpangan dari prinsip, aturan,
teorema atau definisi yang pokok. Yang termasuk kesalahan ini adalah:
a) menerapkan teorema pada kondisi yang tidak sesuai, misalnya
menerapkan hukum ; dimana unsur-unsur dan terdapat
pada segitiga yang berbeda dengan segitiga yang memuat unsur-unsur
dan .
b) Menerapkan sifat distributif untuk perhitungan yang seharusnya tidak
menggunakan sifat distributif. Misalnya: .
c) Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus atau
teorema.
5. Penyelesaian yang tidak diperiksa kembali
Kesalahan ini terjadi jika langkah penyelesaian yang digunakan sudah
benar akan tetapi hasil penyelesaian tidak menjawab soal dengan tepat.
6. Kesalahan teknis
Yang termasuk dalam kesalahan ini adalah:
b) Kesalahan di dalam mengutip data dari tabel.
c) Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar, misalnya
menulis a – 4.b – 4 sebagai pengganti dari (a – 4)(b– 4).
Sedangkan menurut Arti Sriati (1994: 4), kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal matematika adalah:
1. Kesalahan terjemahan
Adalah kesalahan mengubah informasi ke ungkapan matematika atau
kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika.
2. Kesalahan konsep
Adalah kesalahan memahami gagasan abstrak.
3. Kesalahan strategi
Adalah kesalahan yang terjadi jika siswa memilih jalan yang tidak tepat
yang mengarah ke jalan buntu.
4. Kesalahan sistematik
Adalah kesalahan yang berkenaan dengan pemilihan yang salah atas
teknik ekstrapolasi.
5. Kesalahan tanda
Adalah kesalahan dalam memberikan atau menulis tanda atau notasi
matematika.
6. Kesalahan hitung
Adalah kesalahan menghitung dalam operasi matematika.
Dari pendapat kedua ahli di atas, peneliti memilih menggunakan
lebih banyak digunakan peneliti dalam melakukan penelitian pada jenis-jenis
kesalahan, selain itu lebih sesuai dengan rencana analisis yang dilakukan
peneliti dalam mengkategorikan jenis kesalahan yang telah dilakukan siswa,
serta dirasakan lebih mudah dalam memahami penjelasan dari keenam jenis
kesalahan yang dituliskan sehingga terpilihlah ketegori jenis kesalahan
menurut Hadar dan kawan-kawan.
C. Faktor Penyebab Kesalahan
Faktor penyebab kesalahan dibedakan menjadi 2 macam yaitu faktor
kognitif dan faktor non kognitif. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas
tentang faktor kognitif saja.
Marpaung (1986) mengatakan bahwa kognitif digunakan pada
dasarnya untuk membicarakan hal-hal yang tak dapat diamati secara langsung.
Pengertian kognitif menyangkut hal-hal yang bersifat internal dalam hal
penerimaan, pengelolaan, penyimpangan dan pemanggilan informasi dari
ingatan kita. Aspek-aspek kognitif itu meliputi proses, produk, serta
syarat-syarat yang menyertainya. Setiap individu mempunyai kecenderungan yang
berbeda dalam hal memberi arti dan mengklarifikasikan informasi-informasi
yang mereka terima dari lingkungannya. Studi tentang kecenderungan
seseorang (anak atau orang dewasa) dalam memproses informasi (menerima,
mengolah, menyimpan dan memanggil kembali informasi) menghasilkan
Menurut Marpaung, ada 9 kemampuan mental yang harus dikuasai
oleh siswa, yaitu:
1. Kemampuan Membandingkan
Adalah kemampuan untuk melihat kesamaan atau perbedaan
masalah-masalah matematika yang dihadapi.
2. Kemampuan Mengatur
Adalah kemampuan untuk menaati aturan-aturan yang ada dalam
matematika.
3. Kemampuan Melakukan Abstraksi
Adalah kemampuan untuk melihat kesamaan pokok dan mengabaikan
perbedaan-perbedaan atau sifat-sifat yang tidak mendasar.
4. Generalisasi
Adalah suatu proses memperoleh sifat yang sama yang dimiliki oleh
sejumlah obyek berdasarkan pengamatan terhadap himpunan bagian dari
obyek tersebut.
5. Kemampuan Klasifikasi
Adalah kemampuan menggolongkan obyek atau menetapkan hubungan
antar kelas.
6. Kemampuan Konkritisasi atau Partikulasi
Adalah kemampuan mentransfer atau mengaplikasikan prinsip umum atas
hal-hal khusus.
Adalah kemampuan untuk melihat bentuk dan berpikir secara formal dan
menghilangkan makna atau konteks untuk memperoleh sesuatu yang lebih
abstrak.
8. Kemampuan Analogisasi
Adalah kemampuan untuk melihat hubungan yang sama atau sifat yang
sama dalam dua situasi yang berbeda.
9. Kemampuan Representasi
Meliputi kemampuan untuk merepresentasikan ide-ide dalam berbagai
modus dan bentuk representasi enaktif, ikonik, dan simbolik.
Untuk menguasai kesembilan kemampuan tersebut, siswa harus
mempunyai intelektual atau kecerdasan yang cukup untuk bisa memenuhi
kemampuan-kemampuan tersebut, karena jika kemampuan intelektual siswa
terbatas maka akan lambat dalam memahami konsep-konsep matematika
sehingga banyak kemungkinan kemampuan mental yang harus dikuasi
menjadi tidak dikuasi. Hal inilah yang menyebabkan kesalahan sering terjadi
pada siswa.
D. Soal Cerita Matematika dan Langkah Pemecahan Masalah
Soal cerita adalah soal-soal yang dinyatakan dalam bentuk cerita
yaitu yang disusun dalam beberapa kalimat bahasa biasa, bukan dalam bahasa
simbol (Marpaung, 2001: 3). Di sini kita dapat melihat bahwa harusnya kita
lebih mudah mengerjakan soal cerita daripada soal matematika biasanya,
sehari-hari. Soal cerita juga biasanya diambil dari kehidupan sehari-hari
manusia, misalnya transaksi penjual dan pembeli di pasar. Dalam soal cerita,
pemecahan masalah matematika, diperlukan strategi dan teknik yang tepat
agar hasil yang diperoleh untuk menyelesaikan soal cerita juga tepat.
Dengan memiliki kemampuan dan keterampilan tersebut, siswa
kiranya dapat memecahkan soal cerita yang diberikan dengan langkah-langkah
yang tepat. Langkah-langkah penyelesaian soal cerita menurut Marpaung,
yaitu:
1. Memahami konsep matematika yang terkandung dalam soal, yaitu
mengetahui apa data yang diketahui, yang ditanyakan dan berusaha
menyusun model matematisnya.
2. Menyelesaikan model matematika tersebut dengan aturan-aturan atau
hukum-hukum yang berlaku dalam matematika.
3. Menerjemahkan penyelesaian secara matematis itu ke dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Untuk soal yang mudah (dalam perhitungan dan model matematika) soal
tersebut dapat langsung dapat diselesaikan secara matematis kembali ke
dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus melalui proses penyusunan
matematika.
Akbar Sutawidjaya, dkk (1991: 50) menyatakan bahwa
langkah-langkah yang dapat dijadikan pedoman bagi siswa untuk menyelesaikan soal
cerita, yaitu:
2. Menemukan informasi atau keterangan yang esensial.
3. Memilih operasi yang sesuai.
4. Membuat kalimat matematikanya.
5. Menyelesaikan kalimat matematikanya.
6. Menyatakan jawab tersebut dalam bahasa Indonesia sehingga menjawab
pertanyaan dari soal cerita tersebut.
Dengan kata lain, adanya kemampuan yang dimiliki serta strategi
dan teknik yang tepat dalam memecahkan masalah soal cerita yang diberikan
dengan menggunakan langkah yang tepat pula, maka siswa akan dapat
menyelesaikan soal cerita dengan benar. Selain itu, memang soal cerita
cenderung dipandang sulit bagi siswa sehingga muncullah
kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Inilah salah satu alasan peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita. Dengan ini, peneliti dapat membantu guru dalam melihat kesalahan apa
saja yang biasanya dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dan dapat
memberikan tindak lanjut pada kesalahan yang sering ditemukan.
E. Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV)
Sistem persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) dalam
variabel x dan y dapat ditulis sebagai:
Dengan a, b, c, p, q, dan r atau , , , , , dan merupakan
bilangan-bilangan real. Untuk selanjutnya kita gunakan bentuk umum SPLDV yang
kedua.
Jika maka SPLDV itu dikatakan homogen, sedangkan
jika atau maka SPLDV itu dikatakan tak homogen.
Contoh-contoh SPLDV homogen:
a.
b.
c.
d.
Contoh-contoh SPLDV tak homogen:
a.
b.
c.
d.
1. Pengertian SPLDV
adalah kalimat yang belum diketahui nilai kebenarannya atau kalimat yang
masih memuat variabel.
Persamaan linear adalah suatu persamaan yang variabelnya
memiliki pangkat tertinggi satu. Jadi persamaan linear dua variabel
contohnya x + 3y = 9 (variabel x dan y), 2m– 3n = 15 (variabel m dan n), dan lain-lain.
Jika nilai dan dalam pasangan terurut ditulis
, memenuhi SPLDV
dan merupakan suatu sistem
persamaan karena keduanya saling berkaitan. Maka haruslah berlaku
hubungan dan . Dengan demikian,
disebut penyelesaian SPLDV itu dan himpunanan penyelesaian
ditulis .
Sebagai contoh, SPLDV:
Mempunyai penyelesaian dan himpunan penyelesaian .
Untuk menguji kebenaran bahwa merupakan penyelesaian SPLDV
tersebut, substitusikan nilai dan nilai ke persamaan
dan , diperoleh:
Penyelesaian SPLDV tersebut mempunyai tafsiran geometri sebagai
koordinat titik potong antara garis dan .
Perhatikan gambar berikut:
Grafik 2.1 Titik Potong Garis g1 dan g2
2. Metode-metode yang Digunakan dalam SPLDV
Mencari himpuana penyelesaian sistem persamaan linear adalah
dengan cara mengganti nilai variabel atau peubah yang memenuhi sistem
persamaan tersebut. Penyelesaian atau himpunan penyelesaian suatu
SPLDV dapat ditentukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah
dengan menggunakan metode grafik, metode substitusi, metode eliminasi,
campuran (eliminasi dan substitusi) dan metode determinan. Dalam
penelitian ini, hanya akan dibahas empat metode saja.
a. Metode Grafik
Secara geometris, persamaan dan
merupakan persamaan garis lurus. Untuk menentukan
penyelesaian SPLDV dengan grafik digunakan langkah berikut.
(0,1) (0,5)
(2,3)
(5,0) (0,1)
1) Menggambar garis lurus dari kedua persamaan tersebut pada
bidang Cartesius.
2) Pasangan koordinat titik potong (absis dan ordinat) dari kedua
persamaan tersebut merupakan penyelesaian dari sistem persamaan
linear.
Adapun hubungan antara dua buah garis lurus memunculkan
beberapa kemungkinan penyelesian sistem persamaan linear sebagai
berikut:
1) Jika kedua garis berpotongan, sistem persamaan linear mempunyai
satu penyelesaian. Hal ini terjadi jika .
2) Jika kedua garis sejajar, sistem persamaan linear tidak mempunyai
penyelesaian. Hal ini terjadi jika .
3) Jika kedua garis berimpit, sistem persamaan linear mempunyai
penyelesaian tak hingga. Hal ini terjadi jika .
Untuk memahami cara menentukan himpunan penyelesaian
SPLDV dengan metode grafik, perhatikan SPLDV berikut.
Kita ingat bahwa grafik persamaan linear berbentuk garis
lurus. Grafik persamaan dan masing-masing
Dari persamaan garis didapat titik (0, 1) dan (1, 0),
sedangkan persamaan garis didapat titik (0, -3) dan (3, 0).
Setelah itu kita buat titik P sebagai titik potong kedua garis dan kita
baca berapa koordinat titik P (absis dan ordinat) tersebut dengan cara
dari titik P dibuat garis tegak lurus ke sumbu X dan terlihat tepat di x =
2 dan juga dibuat garis tegak lurus ke sumbu Y dan terlihat tepat di y =
-1. Jadi, koordinat titik P adalah (2, -1). Dengan demikian, himpunan
penyelesaian dari SPLDV tersebut adalah {(2, -1}.
Kelemahan metode grafik ini hanya terbatas pada himpunan
penyelesaian dengan bilangan bulat dan pecahan saja. Selain kedua
bilangan tersebut, nantinya akan menghasilkan grafik yang kurang
tepat. Metode grafik ini hanya digunakan untuk membantu siswa
membayangkan gambar dari penyelesaian SPLDV pada gambar.
Contoh:
Carilah himpunan penyelesaian dari setiap SPLDV berikut: O
P(2, -1)
Jawab:
Grafik persamaan-persamaan dan diperlihatkan
pada gambar. Kedua garis tersebut berpotongan di titik P(1, 1).
Jadi, himpunan penyelesaian SPLDV itu adalah {(1, 1)}.
b. Metode Substitusi
Metode substitusi adalah menggantikan atau menyatakan
salah satu variabel dengan variabel yang lain. Untuk menyelesaikan
SPLDV dengan substitusi digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Nyatakan salah satu persamaan dalam bentuk atau
.
2) Substitusikan y (atau x) pada langkah pertama ke persamaan yang
lainnya.
3) Selesaikan persamaan untuk mendapatkan nilai atau
.
4) Substitusikan nilai yang diperoleh untuk mendapatkan y1
atau substitusikan nilai y1 yang diperoleh untuk mendapatkan x1.
P(1, 1)
5) Himpunan penyelesaian adalah {(x1, y1)}.
Perhatikan SPLDV berikut.
SPLDV tersebut dapat diselesaikan dengan metode substitusi
(mengganti atau menyulih) melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Persamaan diubah menjadi , kemudian
persamaan disubstitusikan ke persamaan ,
diperoleh:
Nilai disubstitusikan ke persamaan , diperoleh:
Jadi, himpunan penyelesaian SPLDV tersebut adalah {(4, -2)}.
Contoh:
Carilah himpunan penyelesaian dari tiap SPLDV berikut ini.
Jawab:
disubstitusikan ke persamaan , diperoleh:
, masing-masing ruas dikalikan 2
Substitusikan nilai ke persamaan , diperoleh:
Jadi, himpunan penyelesaian SPLDV tersebut adalah {(2, -1)}.
c. Metode Eliminasi
Mengeliminasi secara bahasa artinya menghilangkan
sementara atau menyembunyikan. Secara istilah mengeliminasi artinya
menyembunyikan salah satu variabel sehingga dari dua variabel
menjadi hanya satu variabel. Untuk menentukan penyelesaian sistem
persamaan linear dengan metode eliminasi digunakan langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Samakan koefisien x atau y dengan cara mengalikan dengan
2) Lakukan operasi penjumlahan atau pengurangan pada kedua
persamaan untuk mendapatkan nilai x = x1 atau y = y1.
3) Himpunan penyelesaian adalah {(x1, y1)}.
Untuk memahami cara penyelesaian SPLDV dengan
menggunakan metode eliminasi (penghapusan atau penghilangan),
perhatikan kembali SPLDV berikut.
Nilai x dicari dengan mengeliminasi variabel y.
Nilai y dicari dengan mengeliminasi variabel x.
Jadi, himpunan penyelesaian SPLDV di atas adalah {(4, -2)}. Hasil ini
sama dengan yang diperoleh dengan menggunakan metode substitusi.
Seperti pada pemahaman di atas, penyelesaian SPLDV
dengan metode eliminasi secara umum dapat ditentukan sebagai nilai
suatu variabel (misalkan x) dicari dengan cara mengeliminasi atau
menghilangkan variabel yang lain (misalkan y), atau sebaliknya.
Contoh:
Carilah himpunan penyelesaian SPLDV berikut. × 2
× 1
Jawab:
Untuk mencari nilai x, kita eliminasi variabel y.
Untuk mencari nilai y, kita eliminasi variabel x.
Jadi, himpunan penyelesaian SPLDV tersebut adalah {(5, 1)}.
d. Metode Campuran (Eliminasi dan Substitusi)
Metode ini dilakukan dengan cara mengeliminasi salah satu
variabel kemudian dilanjutkan dengan mengsubstitusi hasil dari
eliminasi tersebut. Metode ini dipandang sebagai metode yang paling
efektif digunakan dalam penyelesaian sistem persamaan linear.
Metode eliminasi ini digunakan untuk mendapatkan variabel
pertama dan hasilnya disubstitusikan ke persamaan untuk
mendapatkan variabel kedua.
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan .
Jawab:
⇔
Karena koefisien x sudah sama maka variabel yang dieliminasi adalah
x dengan cara menguranginya.
Substitusikan y = 1 ke salah satu persamaan untuk mendapatkan nilai
variabel x, misalanya ke persamaan .
Jadi, himpunan penyelesaian adalah {(0, 1)}.
3. Pemecahan Masalah yang Berbentuk Soal Cerita SPLDV
Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan sistem persamaan. Tentu saja
sebelumnya kita harus mengubah persoalan tersebut dalam kalimat
matematika. Dalam hal ini kita dituntut untuk dapat menerjemahkan
soal-soal berupa cerita atau informasi ilmiah ke dalam model matematika yang
berbentuk SPLDV.
⇔
⇔ ⇔
Untuk memahami bagaimana cara pemecahan masalah yang
berkaitan dengan model matematika yang berbentuk SPLDV, simaklah
ilustrasi berikut ini.
Diketahui A berbelanja di toko buku. Ia membeli 4 buah buku tulis dan 1
buah pensil, untuk itu A harus membayar sejumlah Rp5.600. Di toko buku
yang sama, B membeli 5 buah buku tulis dan 3 buah pensil yang jenisnya
sama dengan A. Jumlah uang yang harus dibayar oleh B sebesar Rp8.400.
Berapa harga untuk sebuah buku tulis dan sebuah pensil?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dapat diselesaikan melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Misalkan harga sebuah buku tulis adalah x rupiah dan harga sebuah
pensil adalah y rupiah.
b) Berdasarkan ketentuan yang ada dalam soal, diperoleh hubungan:
4x + y = 5.600 dan 5x + 3y = 8.400
Kedua persamaan di atas membentuk SPLDV
c) SPLDV yang diperoleh pada langkah b) dapat diselesaikan dengan
menggunakan salah satu metode yang pernah dipelajari (substitusi atau
eliminasi). Penyelesaiannya adalah x = 1.200 dan y = 800.
Rumusan SPLDV yang merupakan model matematika dari masalah
Besaran yang ada dalam masalah dinyatakan dalam variabel x dan y.
d) Jadi, harga sebuah buku tulis Rp1.200 dan harga sebuah pensil Rp800.
Agar lebih mudah memahami dan terampil dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan merancang model matematika berbentuk SPLDV,
simaklah beberapa contoh berikut.
Contoh 1:
Keliling persegi panjang sama dengan 44 cm. Jika lebarnya 6 cm lebih
pendek dari panjangnya, carilah panjang dan lebar dari persegi panjang itu.
Jawab:
Misalkan panjang dari persegi panjang itu sama dengan x cm dan lebarnya
y cm. Model matematika yang sesuai dengan persoalan di atas adalah
Substitusi ke persamaan , diperoleh:
Substitusikan nilai ke persamaan , diperoleh:
Menentukan penyelesaian dari model matematika
Jadi, panjang persegi panjang itu 14 cm dan lebarnya 8 cm.
Contoh 2:
Mesin produksi A menghasilkan 100 unit barang per jam, sedangkan
mesin produksi B menghasilkan 150 unit barang per jam. Dalam satu hari
kedua mesin itu diharapkan dapat menghasilkan 2.600 unit barang. Jumlah
jam kerja dalam satu hari untuk mesin A dan mesin B adalah 20 jam.
Berapa jam mesin A dan mesin B harus bekerja dalam satu hari?
Jawab:
Misalkan dalam satu hari mesin A bekerja x jam dan mesin B bekerja y
jam. Model matematika yang sesuai untuk persoalan di atas adalah
Dari persamaan
Substitusikan ke persamaan , diperoleh:
Substitusi ke persamaan , diperoleh:
34
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif,
menurut Ibnu Hadjar (1996: 274) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha untuk membuat deskripsi fenomena yang diselidiki dengan cara
melukiskan fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan
cermat. Selain itu, peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
penelitian yang penelitinya tidak terlibat secara aktif dalam situasi dan
kegiatan yang diteliti, tetapi lebih melihat dari luar.
Jadi, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan jawaban siswa kelas X
SMA Kolombo Yogyakarta dalam menyelesaiakan soal cerita dan untuk
mencari penyebab kesalahan yang terjadi dari hasil wawancara.
B. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kolombo
Yogyakarta yang berjumlah 23 siswa. Karena penelitian ini hanya
mengambil sebagian kecil dari subyek penelitian yang dianggap sudah
mewakili seluruh populasi, maka penelitian ini menggunakan sampel yaitu
dianggap banyak mengalami kesalahan dalam pokok bahasan SPLDV ini.
Ini dilihat dari siswa yang banyak melakukan kesalahan pada soal-soal
yang diberikan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kolombo Yogyakarta
pada semester genap tahun ajaran 2010/2011, yaitu bulan Oktober -
November 2011.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang dipilih penulis yaitu kesalahan siswa kelas X SMA
Kolombo dalam menyelesaikan soal cerita tahun ajaran 2011/2012 pada
materi SPLDV.
C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X
SMA Kolombo Yogyakarta.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan pada
pokok bahasan SPLDV. Nantinya dilihat apakah terdapat kesalahan yang
dilakukan dalam pengerjaan soal-soal tersebut.
D. Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran dalam penelitian ini yaitu peneliti akan
mempelajari pokok bahasan tersebut dari guru mata pelajaran, kemudian
meneliti hasil pekerjaan mereka apakah terdapat kesalahan, menggolongkan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sesuai dengan kategori jenis
kesalahan, memilih beberapa siswa dari hasil pekerjaan yang memenuhi
keenam jenis kesalahan.
E. Bentuk Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data hasil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diambil dari hasil
tes yang mereka kerjakan.
2. Data tanggapan dari subyek penelitian yang berupa kata-kata atau
pernyataan verbal yang diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dan
subyek penelitian mengenai hasil tes yang mereka kerjakan.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode
pengumpulan data, yaitu:
1. Tes
Tes yang dimaksud adalah tes tertulis yang diberikan kepada siswa dalam
bentuk soal cerita SPLDV. Di sini dianggap bahwa jumlah siswa cukup
untuk dilakukan analisis. Tes ini digunakan untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa. Kesalahan siswa di sini akan
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan
tersebut secara langsung melalui pengerjaan tes ini.
2. Wawancara
Penulis menggunakan metode wawancara agar dapat mengetahui cara
berpikir siswa saat mengerjakan soal cerita SPLDV. Wawancara ini
dilakukan pada beberapa siswa terpilih yang paling banyak melakukan
kesalahan sesuai dengan kategori jenis kesalahan yang diinginkan penulis.
Media yang digunakan dalam wawancara ini adalah telepon selular yang
dilengkapi alat rekam suara untuk mempermudah dalam menganalisis
ketika sudah tidak berhadapan dengan subyek.
G. Instrumen Penelitian
1. Tes Matematika
Tes matematika yang digunakan berupa 6 soal cerita tentang SPLDV
disertai dengan cara pengerjaan. Soal dibuat oleh peneliti sendiri dengan
beberapa buku acuan yang memuat soal cerita tentang SPLDV. Adapun
kisi-kisi tes yang digunakan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), yaitu:
SK: Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear
dan pertidaksamaan satu variabel.
KD: Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Soal Tes
Kisi-kisi Indikator Soal
Menyelesaikan model kebun dan seorang pembersih ruangan, berapakah masing-masing tukang kebun dan tenaga pembersih ruangan menerima uang lelah?
2.Jika pembilang dari suatu pecahan ditambah 2 dan penyebutnya ditambah 1 akan diperoleh hasil bagi sama dengan 1/2 . Jika pembilang ditambah 1 dan penyebut dikurangi 2 diperoleh hasil bagi sama dengan 3/5, tentukan pecahan yang dimaksud! 3.Seorang pedagang es sirup
mencampur dua jenis sirupnya yang harganya Rp3.800,00 dan Rp.4.200,00 tiap liter untuk dijual ke sebuah warung. Jumlah campuran sirup sebanyak 350 liter. Setelah sirup habis dijual diperoleh pendapatan sebesar Rp1.410.000,00. Berapa literkah masing-masing sirup pada campuran sirup tersebut?
4.Lima tahun lalu, 3 kali umur Adit sama dengan 2 kali umur Nurdin. Tiga tahun yang akan datang, 2 kali umur Adit sama dengan umur Nurdin ditambah 11 tahun. Berapa umur Adit dan umur Nurdin Rp200.000,00. Berapa lembar jumlah masing-masing uang lima ribuan dan sepuluh ribuan yang ibu miliki sekarang?
2. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya (dalam Sugiyono, 2010: 233). Di
sini penulis harus kreatif membuat pertanyaan lisan untuk siswa. Metode
wawancara dalam penelitian ini hanya dikenakan kepada siswa terpilih
yang banyak melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal tes.
Wawancara ini tidak menggunakan pedoman tertentu, tetapi harus bisa
memfokuskan pertanyaan yang mengacu pada soal tes agar dapat
dianalisis penyebab terjadinya kesalahan tersebut.
H. Metode Analisis Data
1. Analisis Validitas Tes Hasil Belajar Siswa
Ciri pertama dari Tes Hasil Belajar yang baik menurut Anas
Sudijono (1996: 93) adalah bahwa tes hasil belajar tersebut bersifat valid
atau memiliki validitas. Kata “valid” sering diartikan dengan: tepat, benar,
shahih, absah. Jadi validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran,
keshahihan atau keabsahan. Menurut Marpaung, suatu konsep disebut
valid bila konsep itu mempunyai hubungan yang kuat dengan
konsep-konsep lain dalam matematika. Secara metodologis menurut Sukardi
(2003), validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
ini sering dikelompokan menjadi dua macam menurut rentetan
berpikirnya, yaitu:
a. Validitas Logik
Validitas ini dilakukan berdasarkan pertimbangan teoritik atau logika
yang dilaksanakan oleh para ahli atau orang yang dianggap ahli. Ada
tiga macam validitas yang termasuk di dalamnya yaitu validitas isi,
validitas muka, validitas konstruksi psikologik.
b. Validitas Empirik
Validitas ini diperoleh melalui observasi atau pengalaman yang
bersifat empirik. Ada dua macam validitas yang ada di dalamnya yaitu
validitas banding dan validitas ramal.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih validitas isi (content
validity) yaitu derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi
yang ingin diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan (Arikunto, 2010: 67). Sedangkan untuk melihat keabsahan dari
kalimat-kalimat atau kata-kata dalam soal maka dibutuhkan validitas muka
sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain. Selain
kedua validitas tersebut, peneliti juga menggunakan validitas konstruksi
untuk mengevaluasi lembar pengamatan terhadap minat siswa. untuk
mengetahui apakah suatu tes telah mempunyai kesahihan isi, muka dan
kepada oarang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (expert
judgement).
2. Analisis Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa
Menurut Anas Sudijono (2011), dalam fungsinya sebagai alat
ukur hasil belajar, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu tes hasil belajar bentuk uraian yang dikenal dengan istilah essay test
atau subyektive test, dan tes hasil belajar bentuk obyektif yang dikenal
dengan istilah obyektif test atau new type test. Untuk menguji reliabilitas
tes hasil belajar ini menggunakan teknik pengujian reliabilitas tes hasil
belajar bentuk uraian karena tes yang digunakan untuk menggambil data
adalah tes uraian.
Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk uraian
yang digunakan untuk mengambil data telah memiliki daya keajegan
mengukur atau reliabilitas yang tinggi ataukah belum, pada umumnya
orang menggunakan sebuah rumus yang dikenal dengan nama Rumus
Alpha. Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah: r11 =
Keterangan: r11 = Koefisien reliabilitas tes.
n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes 1 = Bilangan konstan.
Berikut ini dikemukakan tes hasil belajar dari data yang
diperoleh dari 23 siswa yang telah mengerjakan 6 butir item dengan
ketentuan bahwa rentangan bobot skor adalah 0 sampai dengan 10.
Tabel 3.2 : Skor-skor Hasil Tes Belajar Bentuk Subyektif No.
Subyek
Skor untuk butir item nomor:
1 2 3 4 5 6
Dalam rangka penentuan reliabilitas tes hasil belajar bentuk
subyektif tersebut, langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Langkah pertama: Menjumlahkan skor-skor yang dicapai oleh
testee untuk keenam butir item tersebut, serta mencari (menghitung)
kuadrat dari skor total.
Tabel 3.3 : Skor Total dan Kuadrat Skor Total Butir Item dan Subyek
No. Subyek
Skor untuk butir item nomor:
Xt Xt2 Dari tabel 3.3 telah diketahui:
∑ = 175; ∑ = 78; ∑ = 49; ∑ =62; ∑ = 98; ∑ = 72;
∑ Xt = 534; ∑ Xt2 = 16496; sedangkan N = 23.
b. Langkah Kedua: Mencari (menghitung) jumlah kuadrat item 1, 2, 3, 4,
Tabel 3.4: Mencari (Menghitung) Jumlah Kuadrat
No.
Subyek Item1 Jkitem1 Item2 Jkitem2 Item3 Jkitem3 Item4 Jkitem4 Item5 Jkitem5 Item6 Jkitem6 1
c. Langkah Ketiga: Mencari (menghitung varian dari skor item 1, 2, 3, 4,
5, dan 6:
Si21 =
Si22 =
Si24 =
Si25 =
Si26 =
d. Langkah Keempat: Mencari jumlah varian skor item secara
keseluruhan:
∑ Si2 = Si21 + Si22+ Si23+ Si24+ Si25+ Si26
= 3,72 + 11,98 + 10,46 + 7,78 + 16,63 + 8,64
= 59,21
e. Langkah Kelima: Mencari varian total (St2) dengan menggunakan
rumus:
St2 =
f. Langkah Keenam: Mencari koefisien reliabilitas tes, dengan
menggunakan rumus alpha:
r11 =
Dengan koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,8 itu pada akhirnya
dapat dinyatakann bahwa tes hasil belajar bentuk uraian dengan
reliabilitas tes yang tinggi (r11 jauh lebih besar dari 0,70), sehingga dapat
dinyatakan pula bahwa tes hasil belajar itu sudah memiliki kualitas yang
baik.
3. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa
Soal yang diberikan berupa 6 soal cerita SPLDV dan siswa harus
mengerjakan secara lengkap yakni menuliskan:
a. Diketahui
b. Ditanya
c. Pemisalan
d. Model matematika dan penjabaran
e. Penyelesaian/perhitungan
f. Kesimpulan
I. Rencana Penelitian
1. Tahap Sebelum Pengambilan Data
a. Menyusun proposal penelitian sebagai pedoman penelitian,
memperdalam materi yang akan diteliti, membuat intrumen penelitian,
dan menentukan jadwal penelitian.
b. Memilih lokasi penelitian sesuai dengan pilihan peneliti sendiri, serta
mempertimbangkan tenaga, kesehatan dan biaya yang dimiliki
c. Mengurus surat izin yang digunakan untuk memperoleh izin dari
sekolah.
d. Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti instrument penelitian, alat
rekam video dan suara.
2. Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data
a. Peneliti mengamati kegiatan belajar di kelas, tentu saja pada saat
pokok bahasan SPLDV.
b. Peneliti memberikan tes berupa soal cerita SPLDV.
c. Melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa yang banyak
melakukan kesalahan sesuai dengan jenis kesalahan yang mereka
kerjakan pada tes.
3. Tahap Sesudah Pengambilan Data
Pada tahap ini, peneliti mulai menganalisis data yang diperoleh dan
mengelompokkannya sesuai dengan jenis kesalahan, yaitu:
a. Mendeskripsikan pelaksanaan penelitian dan observasi.
b. Mendeksripsikan kesalahan jawaban siswa.
c. Menganalisis kesalahan 4 siswa terpilih.
d. Menganalisis hasil wawancara.
48
BAB IV
PELAKSANAAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XB SMA Kolombo Yogyakarta
pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel
(SPLDV), khususnya pada pengerjaan soal cerita matematika. Sebelum
memulai melaksanakan pengambilan data, peneliti melakukan wawancara
singkat dengan guru mata pelajaran sebagai bentuk observasi sejauh mana
pengetahuan siswa pada pokok bahasan SPLDV ini dan melihat bagaimana
pemahaman siswa tentang soal cerita matematika. Proses ini dilakukan di luar
kelas saat guru memiliki waktu luang (tidak mengajar). Di sini peneliti
memilih Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk
membuat soal tes. Setelah guru selesai menjelaskan keseluruhan materi
tentang SPLDV hingga pengaplikasiannya dalam soal cerita matematika,
peneliti memberikan soal tes penelitian kepada seluruh siswa yang berjumlah
23 siswa dengan tes yang terdiri dari 6 soal cerita matematika dan waktu
pengerjaan soal diberikan selama 2 × 40 menit. Berikut ini adalah tabel yang