PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO
TIME OUT
Jill Shalvis
Originally published as The Heat Is On © 2010 Barbara Wallace Translation by Elex Media Komputindo as The Heat Is On © 2018
All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.
This edition is published by arrangement with Harlequin Books S.A.
This is a work of fiction. Names, characters, places, and incidents are either the product of the author’s imagination or are used fictitiously, and any resemblance to actual persons, living or dead, businness establishments, events, or locales is entirely coincidental.
Cover Art is by arrangement with Harlequin Books S.A. All rights reserved.
Alih bahasa: Olyvia Sundari Poerwaka 718030353
ISBN: 978-602-04-5569-3 Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali pada tahun 2018 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Terima kasih untuk Maria dan Melinda,
dua teman tersayangku.
Tanpa mereka, buku ini akan memiliki banyak
kesalahan.
1
S
EPERTI BIASA, otak Rainey penuh, terlalu pe-nuh, tapi satu pikiran terus muncul dan tidak mau pergi. “Beri tahu aku lagi,” katanya kepada Lena, “ ke-napa kita menyukai pria?”Sahabat dan partnernya untuk berburu pasang-an—meskipun secara teknis Lena tidak lagi lajang— tertawa. “Oh, Sayang. Kita tidak punya cukup banyak waktu.”
Mereka berdua bekerja di North District Rec Center—Pusat Rekreasi Distrik Utara—di Santa Rey, sebuah kota kecil di pesisir tengah California. Lena mendapat posisi sebagai resepsionis, sedangkan Rain-ey merupakan koordinator olahraga junior, dan hari ini dia akan melaksanakan kegiatan cuci mobil yang diadakan dua kali seminggu demi mengumpulkan dana untuk program olahraga mereka yang menye-dihkan. Duduk di bangku pada jalur menuju tempat parkir gedung, Rainey mengarahkan mobil masuk dan menerima uang dari para pelanggan, kemudian mengirim mereka ke arah para remaja yang sedang mencuci. Dia terus memegang laptopnya. Di sela tugasnya mengatur mobil, dia mengerjakan jadwal olahraga musim dingin yang akan datang, sekaligus
TIME OUT
membahas segala hal tentang pria. Rainey bukanlah apa-apa tanpa keahliannya melakukan banyak hal pada waktu bersamaan.
Dan, mungkin sedikit gila kontrol.
“Kupikir kau akan mencoba layanan kencan da-ring itu,” ujar Lena.
“Aku melakukannya. Aku mendapat banyak ta-waran untuk hubungan seksual singkat.”
Lena tertawa. “Oke, apa yang kaucari?”
Kopi, sedikit tawa, sebuah hubungan.... Sebuah hubungan yang sebenarnya. Itu yang dirindukan Rain-ey akhir-akhir ini. Dua pacar terakhirnya baik, tapi tidak cukup baik. Lena pikir dia pemilih. Sebenar-nya, Rainey mencari sesuatu yang hanya pernah satu kali dia rasakan, dan itu sudah lama sekali, ketika dia berumur enam belas dan masih bodoh. “Para pria itu menyebalkan.”
“Hem,” kata Lena. “Tapi kalau kau bisa menemu-kan yang hebat, maka mereka sungguh-sungguh he-bat. Dengar, kau hanya mengalami dry-spell. Itu saja. Kau hanya perlu mencari pria. Banyak yang oke.” Dry spell adalah istilah mereka untuk seseorang yang sudah terlalu lama tidak melakukan seks.
“Aku tidak mengalami dry spell. Aku hanya sibuk.” Baiklah, dia mungkin memang sudah terlalu lama tidak berhubungan intim. Dia menghabiskan banyak waktu di tempat kerja, berusaha menjaga para remaja di North District—distrik yang terlupakan—keluar dari masalah. Itu sendiri adalah pekerjaan purnawaktu.
JILL SHALVIS
Rainey berbalik ke mobil berikutnya. Mrs. Foster memiliki gaya rambut menyerupai sarang lebah yang menumpuk di atas kepala dan paling tinggi di seluruh negeri. Dia guru Rainey sewaktu kelas empat.
“Terima kasih telah mendukung kegiatan cuci mo-bil Rec Center,” kata Rainey.
“Sama-sama.” Gaya rambut sarang lebahnya, yang sekarang lebih biru daripada sebelumnya, masih ber-goyang. “Aku berencana pergi ke South District kare-na mereka memberikan sepuluh menit pijat punggung setiap kali pencucian, tapi aku senang aku tidak pergi. Aku mendengar tentang dry spell-mu, Sayang. Biar kubantu kau berkencan dengan cucuku, Kyle.”
Hebat. Sebuah kencan belas kasihan. “Tidak, itu—”
“Kyle adalah tangkapan yang bagus, kau tahu,” kata Mrs. Foster. “Aku akan menyuruhnya menelepon ibumu untuk mendapatkan nomormu.”
“Sungguh, itu tidak perlu—”
Namun, mobil Mrs. Foster sudah melaju, dan se-kelompok remaja berperilaku baik sudah menunggu untuk mengurus mobilnya.
Oke, tidak semua dari mereka berperilaku baik. Rainey telah memaksa mereka ke sini dengan ancam-an pembunuhancam-an dancam-an dikeluarkancam-an dari keancam-anggotaancam-an, tapi mereka memang sangat membutuhkan uang jika mereka ingin ikut musim bisbol dan sofbol.
“Skor untuk cucu Mrs. Foster,” ucap Lena datar. “Menurutmu Kyle masih memiliki gigi tonggos?”
TIME OUT
“Ibuku tidak akan memberikan nomorku.” Mung-kin. Oke, ibunya sudah pasti akan memberikan no-mornya secara cuma-cuma. Rainey dulu satu sekolah dengan Kyle, jadi ibunya akan menganggap Kyle cu-kup aman. Ditambah, Rainey baru saja berumur tiga puluh tahun minggu lalu dan sekarang ibunya dalam misi membuatnya menikah sebelum semuanya ‘ter-lambat’.
Merasa panas dan berkeringat, Rainey mengusap dahinya. Ini mungkin masih bulan Juni, tapi suhu su-dah mencapai 32 derajat Celcius, dan dia telah duduk di luar sini selama berjam-jam. Topi Anaheim Ducks-nya menutupi sebagian wajah, tapi dia yakin hidung-nya masih akan terbakar, sedangkan kacamata hitam yang dia kenakan terus tergelincir di wajah basahnya.
Mereka telah memberi makan para remaja itu piza sekitar satu jam yang lalu, dan anak-anak tersebut menggunakan bensin untuk menggosok mobil dan saling menyemprot setiap kali mendapat kesempatan. Mereka kekurangan tenaga karena Rainey telah me-nendang empat orang keluar, empat orang yang sama yang selalu memberi dia masalah. Mereka telah men-coba memaksa salah satu gadis yang lebih muda untuk masuk ke hutan dengan mereka.
Bahkan, jauh sebelum kebakaran menghancurkan Santa Rey musim panas sebelumnya, North District terus memburuk, dan empat orang tersebut terus bersikeras untuk memperburuk daerah itu. Bertugas di Rec Center bukan hanya sekadar pekerjaan bagi
JILL SHALVIS
Rainey. Dia benar-benar peduli dengan komunitas dan anak-anak ini, tapi keempat pemuda itu tidak ter-tarik dengan bantuannya. Dia tidak bisa membiarkan mereka kembali, tidak setelah hari ini, dan mengingat mereka memanggilnya jalang tukang amuk saat me-ninggalkan tempat itu, jelas sudah bahwa kedua belah pihak tidak saling menyukai.
“Rick berjanji membawaku keluar malam ini un-tuk makan malam,” kata Lena.
Rick adalah teman Rainey sejak kecil sekaligus atasannya, dan juga pacar Lena. “Huh,” ujarnya. “Rick menjanjikanku beberapa pelatih liga musim panas.” Pelatih-pelatih yang tidak akan berhenti ketika keada-an berubah sulit, seperti para pelatih sukarelawkeada-an ykeada-ang cenderung melakukannya. “Tinggal tiga hari sebelum musim dimulai.”
“Rick sedang mengusahakannya,” tukas Lena, tepat ketika pria itu melintas, dengan mata hitam, rambut hitam, dan senyum gelapnya yang tidak per-nah gagal membuatnya mendapatkan apa yang dia inginkan.
Rick menyunggingkan senyum itu kepada Rainey sekarang. “Aku sudah berjanji,” katanya. “Dan aku akan menepatinya.”
“Bagus,” timpal Rainey. “Tapi kapan—”
Tidak ada jawaban. Rick memberi Lena senyum lembut yang singkat dan berbalik masuk gedung un-tuk menggunakan kekuasaannya di sana.
TENTANG PENULIS
J
ill Shalvis, penulis terlaris New York Times dan USATODAY, telah menerbitkan lebih dari lima puluh novel roman, mendapatkan empat kali nominasi RITA Award, dan tiga kali memenangkan National Readers’ Choice. Jill tinggal di dekat Lake Tahoe. Kunjungi situs webnya di www.jillshalvis.com untuk daftar buku dan mengetahui kesehariannya.