• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi think-talk-write dengan strategi ekspositori\2. Isi Skripsi\2. BAB II Kajian Pustaka Revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "strategi think-talk-write dengan strategi ekspositori\2. Isi Skripsi\2. BAB II Kajian Pustaka Revisi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menampakkan kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Karenanya, berdasarkan perilaku yang ditampilkan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dengan demikian belajar akan menyangkut proses dan hasil belajar.

Menurut Sudjana (2008:2-3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa yang telah terjadi melalui proses belajarnya. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Slameto, 2003:3-4) yaitu :

a. Perubahan terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(2)

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2008:22) secara garis besar hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu :

a. Ranah kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi).

b. Ranah afektif (berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi).

c. Ranah psikomotoris (berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dari proses belajarnya, dalam bentuk perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan.

2. Pengertian Hasil Belajar Matematika

(3)

belajar adalah “perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu”. Sedangkan menurut Suprijono (2010: 4) hasil belajar adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah suatu proses perubahan dalam perolehan nilai dari ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur, konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan/keterampilan matematika yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.

B. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

1. Konsep Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis (Martinis dan Bansu, 2009: 84).

(4)

(sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana tersebut lebih efektif jika dilakukan dalam bentuk kelompok yang heterogen.

2. Aktivitas dalam Strategi Pembelajaran TTW

Seperti telah diurai, strategi think-talk-write (TTW) bertumpu pada tiga fase yakni berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Dalam setiap fase, aktivitas siswa diarahkan agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

a. Fase Berpikir (Think)

Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks Matematika atau berisi cerita Matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Membaca, secara umum dianggap sebagai berpikir, meliputi membaca baris demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines).

Begitu pun dengan menulis. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Belajar rutin membuat/ menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca.

b. Fase Berbicara (Talk)

(5)

gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan perantara ungkapan Matematika sebagai bahasa manusia, (2) pemahaman matematik dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna, (3) cara utama partisipasi komunikasi dalam Matematika adalah melalui “Talk”, (4) pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, (5) internalisasi ide (internalizing ideas), (6) meningkatkan

dan menilai kualitas berpikir.

Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman

siswa dalam belajar Matematika, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.

c. Fase Menulis (Write)

Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam Matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.

Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Guru juga dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.

(6)

yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang siswa berpikir, (2) mendengar secara hati-hati ide siswa, (3) menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan, (4) memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, (5) memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, (6) memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong siswa untuk berpartisipasi.

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Strategi TTW

Menurut Martinis dan Bansu (2009: 90), langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW adalah :

a. Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang memuat situasi masalah yang bersifat open ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

b. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).

c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

(7)

4. Kelebihan, Kekurangan dan Usaha Meminimalisir Kekurangan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

Setiap strategi pembelajaran tidak ada yang sempurna. Pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan strategi think-talk-write (TTW).

a. Kelebihan Strategi Think-Talk-Write (TTW) 1) Mengajarkan siswa menjadi lebih percaya diri pada

kemampuannya dalam berpikir, berbicara, dan menulis.

2) Meningkatkan keterampilan berpikir, berbicara, dan menulis siswa.

3) Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.

4) Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah serta menerima perbedaan tersebut.

5) Strategi think-talk-write (TTW) merupakan strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.

6) Mendorong siswa yang lemah untuk tetap aktif dalam proses pembelajaran.

7) Dapat memberikan kesempatan pada siswa belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.

(8)

9) Saling melengkapi kekurangan sesama teman dalam satu kelompok ataupun antar kelompok.

b. Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)

1) Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, karena takut di nilai temannya dalam kelompok.

2) Waktu guru banyak tersita untuk mensosialisasikan kepada siswa belajar dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW).

3) Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan harmonis.

c. Usaha Untuk Meminimalisir Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)

1) Siswa diajak untuk mengeluarkan pendapat walaupun salah, harus dihargai tidak boleh di fonis bodoh dan sebagainya.

2) Dengan cara memberi tugas LKS berstruktur sehingga guru tdak perlu terlalu banyak berbicara, waktu yang ada untuk membimbing siswa yang mendapat kesulitan.

(9)

Guru

think & talk secara individual

Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW (Martinis dan Bansu, 2009: 89)

Dampak Belajar Bermakna

(10)

C. Strategi Pembelajaran Ekspositori

1. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2006: 179).

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Hal ini dikarenakan guru memegang peran yang

sangat dominan. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi tersebut dikuasai siswa dengan baik.

Karakteristik strategi pembelajaran ekspositori ada tiga. Pertama, strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. 2. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

(11)

a. Berorientasi pada Tujuan

Sebelum penerapan strategi, guru terlebih dahulu merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran.

b. Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau kelompok orang (penerima pesan). Dalam proses komunikasi, guru berfungsi sebagai penyampai pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif, manakala pesan itu dapat dengan mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh; dan sebaliknya, system komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat setiap pesan yang disampaikan. Sehingga, guru harus berupaya untuk menghilangkan gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.

c. Prinsip Kesiapan

(12)

sebaliknya. Agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang guru berikan, terlebih dahulu harus memposisikan siswa dalam keadaan baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai menyajikan materi pelajaran manakala siswa belum siap untuk menerimanya.

d. Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.

3. Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Sanjaya (2006: 185) ada 5 langkah penerapan strategi ekspositori yaitu :

a. Persiapan (Preparation)

(13)

memulai dengan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai, serta membuka file dalam otak siswa.

b. Penyajian (Presentation)

Langkah ini berupa penyampaian materi sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Dalam hal ini peranan komunikasi sangat penting, agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa, intonasi suara, kontak mata dengan siswa, serta penggunaan joke-joke yang menyegarkan. c. Menghubungkan (Correlation)

Langkah korelasi adalah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap mata pelajaran, baik makna untuk memperbaiki maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

d. Menyimpulkan (Generalization)

(14)

dengan cara maping melalui pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.

e. Penerapan (Aplication)

(15)

TAHAP

GURU SISWA

PERSIAPAN Mengkondisikan siswa

agar siap belajar dan memberikan sugest

positf

Mendengarkan keterangan guru

Menjelaskan materi

pelajaran penjelasan guruMendengarkan

(16)

4. Keunggulan, Kelemahan dan Cara Mengatasi Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Adapun keunggulan-keunggulan strategi pembelajaran ekspositori sebagai berikut:

a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran. b. Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa

cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. c. Siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu

materi pelajaran dan sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demontrasi)

d. Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Disamping memiliki keunggulan strategi pembelajaran ekspositori juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a. Hanya dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan menyimak secara baik.

b. Strategi ini tidak dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

(17)

d. Keberhasilan strategi pembelajaran sangat tergantung kepada apa yang dimiliki oleh guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, komunikasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu proses pembelajaran tidak akan berhasil. e. Gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu

arah (one–way–communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, pula komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

Dalam upaya menanggulangi kelemahan-kelemahan yang ada pada strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

a. Guru harus benar-benar mempersiapkan terhadap isi dari materi yang akan dibahas serta siswa juga dalam keadaan siap untuk menerima materi yang akan guru sampaikan.

b. Guru harus bisa memotivasi siswa untuk giat dalam belajar

c. Bahasa yang digunakan oleh guru harus komunikatif dengan intonasi suara yang baik

d. Guru harus pandai-pandai dalam mengelola kelas

(18)

L1

.

.

P p Q

d S

R A

r B

L2

D. GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN 1. Panjang Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran

Untuk menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam

dua lingkaran, kalian dapat menggunakan teorema Pythagoras.

Dari dua buah lingkaran L1 berpusat di P berjari-jari r (P, R) dan L2

berpusat di Q berjari-jari r (Q, r).

Dari gambar tersebut diperoleh :

jari-jari lingkaran yang berpusat di P = R;

jari-jari lingkaran yang berpusat di Q = r;

panjang garis singgung persekutuan dalam adalah AB = d;

jarak titik pusat kedua lingkaran adalah PQ = p.

Jika garis AB digeser sejajar ke atas sejauh BQ maka diperoleh garis SQ.

Garis SQ sejajar AB, sehingga PSQ = PAB = 90o (sehadap).

Perhatikan segi empat ABQS.

Garis AB//SQ, AS//BQ, dan PSQ = PAB = 90o.

Jadi, segi empat ABQS merupakan persegi panjang dengan panjang

AB = d dan lebar BQ = r.

(19)

4 cm 5 cm

.

.

M N

15 cm A

B teorema Pythagoras diperoleh :

QS2 = PQ2 – PS2

QS =

PQ2

PS2

QS =

PQ2

−(R+r)2

Karena panjang QS = AB, maka rumus panjang garis singgung

persekutuan dalam dua lingkaran (d) dengan jarak kedua titik pusat p,

jari-jari lingkaran besar R, dan jari-jari lingkaran kecil r adalah

d =

PQ2−(R+r)2

Contoh :

Dari gambar di atas, panjang jari-jari MA = 5 cm, panjang jari-jari NB = 4 cm

dan panjang MN = 15 cm. Hitunglah panjang garis singgung persekutuan

dalamnya.

Penyelesaian :

Diketahui : MA = 5 cm, NB = 4 cm, dan MN = 15 cm. Garis singgung

(20)

L2

2. Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar Dua Lingkaran

Untuk menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam

dua lingkaran, kalian dapat menggunakan teorema Pythagoras.

Dari gambar tersebut diperoleh

jari-jari lingkaran yang berpusat di P = R (P, R);

jari-jari lingkaran yang berpusat di Q = r (Q, r);

panjang garis singgung persekutuan luar adalah AB = d;

jarak titik pusat kedua lingkaran adalah PQ = p.

Jika garis AB di geser sejajar ke bawah sejauh BQ maka diperoleh garis

SQ.

Garis AB sejajar SQ, sehingga PSQ = PAB = 90o (sehadap).

Perhatikan segi empat ABQS.

(21)

PQS siku-siku di titik S, Dengan menggunakan teorema Pythagoras

diperoleh :

QS2 = PQ2 – PS2

QS =

PQ2−PS2

QS =

PQ2−(Rr)2

Karena QS = AB = d, maka rumus panjang garis singgung persekutuan

luar dua lingkaran (d) dengan jarak kedua titik pusat p, jari-jari lingkaran

besar R, dan jari-jari lingkaran kecil r adalah

d =

PQ2−(R+r)2

Contoh :

Diketahui (O, 14 cm) dan (P, 2 cm). Jika jarak OP = 20 cm. Berapakah

panjang garis singgung persekutuan luarnya?

Pemyelesaian :

Diketahui : r1 = 14 cm

r2 = 2 cm

OP = 20 cm

d = OP2 – (r 1 – r2)2

=

OP2

−(r1– r2)2

=

202−(14−2)2

(22)

E. Perbandingan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori Pada Materi Pokok Garis Singgung Lingkaran

Dalam strategi think-talk-write (TTW) tidak hanya mengembangkan kemampuan matematik anak tetapi juga kemampuan komunikasi baik verbal maupun tulisan. Strategi ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada siswa untuk dipecahkan. Tugas berikutnya dari guru adalah membimbing belajar siswa dalam rangka pemecahan masalah.

Berikut ini akan diberikan gambaran tentang proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW) pada sub materi pokok garis singgung persekutuan dua lingkaran yang terdiri dari garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.

a. Pendahuluan

Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa Guru

(23)

serta membagikan Lembar Kerja Siswa(LKS) yang akan dipecahkan siswa tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.

Siswa

Pada kegiatan ini siswa menjawab pertanyaan guru terkait materi pelajaran sebelumnya, mengamati dan memperhatikan informasi atau penjelasan yang disampaikan oleh guru kemudian berkumpul dengan kelompok sesuai dengan pembagian guru.

b. Kegiatan Inti

Tahap I : Tahap Berpikir (Think) Guru

Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa dalam kelompok untuk membaca referensi dan membuat catatan terkait materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta penyelesaian masalah dalam LKS yang telah dibagikan.

Siswa

(24)

Tahap II : Tahap Berbicara (Talk) Guru

Pada tahap ini guru mengkondisikan kelas untuk setting diskusi baik dalam kelompok dan diskusi antar kelompok, guru menjadi moderator merangkap motivator yang mengatur jalannya diskusi antar kelompok untuk membahas hasil bacaan dan catatan pada tahap sebelumnya serta penyelesaian masalah yang ada pada LKS.

Siswa

Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas hasil bacaan dan catatan tentang materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta mencari penyelesaian permasalahan yang ada di LKS.

Tahap III : Tahap Menulis (Write) Guru

Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa untuk menuliskan materi kembali dan solusi dari permasalahan yang ada di LKS sesuai dengan bahasa sendiri secara individual.

Siswa

(25)

c. Penutup Guru

Pada kegiatan ini guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran Siswa

Pada kegiatan ini siswa mencatat PR

Berbeda jika dibandingkan dengan strategi pembelajaran ekspositori, pada strategi ini proses pembelajaran ditekankan pada komunikasi verbal. Dalam strategi ini guru mempresentasikan bahan pelajaran. Siswa mendapatkan materi jadi bukan dikonstruksi sendiri.

Dalam pembelajaran Matematika Materi Pokok Garis singgung Lingkaran yang dilaksanakan dengan strategi Ekspositori kita dapat menerapkannya dengan beberapa langkah:

a. Persiapan (Preparation) Guru

Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya (membahas PR), memotivasi siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.

Siswa

(26)

b. Kegiatan Inti

Tahap Penyajian (Presentation) Guru

Guru memberikan penjelasan tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.

Siswa

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Tahap Menghubungkan (Correlation)

Guru

Guru mengaitkan materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dengan kehidupan siswa.

Siswa

Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanyakan hal yang tidak dimengerti.

Tahap Menyimpulkan (Generalization) Guru

(27)

Siswa

Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.

Tahap Penerapan (Application) Guru

Guru memberikan soal terkait materi garis singgung persekutuan dua lingkaran serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan sendiri kemudian dibahas secara klasikal.

Siswa

Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru kemudian secara bergantikan membahas soal ke depan kelas.

c. Penutup Guru

Pada kegiatan ini guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran Siswa

(28)

Tabel 2.1

Perbandingan Strategi TTW dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi TTW Strategi Ekspositori

1. Peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari tahap berpikir, berbicara, dan menulis

2. Prinsip komunikasi verbal diterapkan oleh siswa selaku penyampai pesan

3. Pengetahuan dibangun oleh konstruksi siswa dari hasil bacaan, diskusi, dan tulisan

4. Kemampuan didasarkan atas hasil bacaan, diskusi, dan tulisan 5. Tujuan akhir pembelajaran

adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa 6. Keberhasilan pembelajaran

dilihat mulai dari proses dan hasil belajar (tes)

7. Interaksi dominan antar siswa

1. Peser

rhasilan pembelajaran dilihat hanya dari hasil tes

7. Inter

aksi dominan antara siswa dengan guru

Atas dasar pembahasan komparatif konsepsional (teoritis) diatas maka dapat

peneliti tegaskan bahwa strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) lebih baik

dalam memotivasi siswa dalam pembelajaran dibandingkan strategi pembelajaran

(29)

Gambar

Tabel 2.1Perbandingan Strategi TTW dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Referensi

Dokumen terkait

DIAJAR MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PADA MATERI POKOK GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAMEKASAN TAHUN.

Apakah hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan diajar menggunakan

Apakah hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Strategi Pembelajaran strategi Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Arikunto, Suharsimi.. Prosedur Penelitian Suatu

Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan menghitung panjang garis singgung persekutuan luar dua

jika panjang garis singgung persekutuan dalamnya 10 cm, maka jarak kedua pusat lingkaran tersebut adalah ….3. Diketahui

Jika jarak dua pusat tersebut lingkaran tersebut 13 cm maka panjang garis2. singgung persekutuan luar

Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa dalam kelompok untuk membaca referensi dan membuat catatan terkait materi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian