BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menampakkan kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Karenanya, berdasarkan perilaku yang ditampilkan dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dengan demikian belajar akan menyangkut proses dan hasil belajar.
Menurut Sudjana (2008:2-3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa yang telah terjadi melalui proses belajarnya. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Slameto, 2003:3-4) yaitu :
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2008:22) secara garis besar hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu :
a. Ranah kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi).
b. Ranah afektif (berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi).
c. Ranah psikomotoris (berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dari proses belajarnya, dalam bentuk perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan dan keterampilan.
2. Pengertian Hasil Belajar Matematika
belajar adalah “perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu”. Sedangkan menurut Suprijono (2010: 4) hasil belajar adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah suatu proses perubahan dalam perolehan nilai dari ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur, konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan/keterampilan matematika yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
B. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
1. Konsep Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis (Martinis dan Bansu, 2009: 84).
(sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana tersebut lebih efektif jika dilakukan dalam bentuk kelompok yang heterogen.
2. Aktivitas dalam Strategi Pembelajaran TTW
Seperti telah diurai, strategi think-talk-write (TTW) bertumpu pada tiga fase yakni berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Dalam setiap fase, aktivitas siswa diarahkan agar sesuai dengan apa yang diharapkan.
a. Fase Berpikir (Think)
Aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks Matematika atau berisi cerita Matematika kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Membaca, secara umum dianggap sebagai berpikir, meliputi membaca baris demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines).
Begitu pun dengan menulis. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Belajar rutin membuat/ menulis catatan setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca.
b. Fase Berbicara (Talk)
gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan perantara ungkapan Matematika sebagai bahasa manusia, (2) pemahaman matematik dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna, (3) cara utama partisipasi komunikasi dalam Matematika adalah melalui “Talk”, (4) pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, (5) internalisasi ide (internalizing ideas), (6) meningkatkan
dan menilai kualitas berpikir.
Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam belajar Matematika, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.
c. Fase Menulis (Write)
Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam Matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari.
Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Guru juga dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
yang mendatangkan keterlibatan, dan menantang siswa berpikir, (2) mendengar secara hati-hati ide siswa, (3) menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan, (4) memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, (5) memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, (6) memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi, dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong siswa untuk berpartisipasi.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Strategi TTW
Menurut Martinis dan Bansu (2009: 90), langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW adalah :
a. Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang memuat situasi masalah yang bersifat open ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.
b. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).
c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
4. Kelebihan, Kekurangan dan Usaha Meminimalisir Kekurangan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
Setiap strategi pembelajaran tidak ada yang sempurna. Pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan strategi think-talk-write (TTW).
a. Kelebihan Strategi Think-Talk-Write (TTW) 1) Mengajarkan siswa menjadi lebih percaya diri pada
kemampuannya dalam berpikir, berbicara, dan menulis.
2) Meningkatkan keterampilan berpikir, berbicara, dan menulis siswa.
3) Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.
4) Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah serta menerima perbedaan tersebut.
5) Strategi think-talk-write (TTW) merupakan strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.
6) Mendorong siswa yang lemah untuk tetap aktif dalam proses pembelajaran.
7) Dapat memberikan kesempatan pada siswa belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
9) Saling melengkapi kekurangan sesama teman dalam satu kelompok ataupun antar kelompok.
b. Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
1) Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, karena takut di nilai temannya dalam kelompok.
2) Waktu guru banyak tersita untuk mensosialisasikan kepada siswa belajar dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW).
3) Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan harmonis.
c. Usaha Untuk Meminimalisir Kekurangan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
1) Siswa diajak untuk mengeluarkan pendapat walaupun salah, harus dihargai tidak boleh di fonis bodoh dan sebagainya.
2) Dengan cara memberi tugas LKS berstruktur sehingga guru tdak perlu terlalu banyak berbicara, waktu yang ada untuk membimbing siswa yang mendapat kesulitan.
Guru
think & talk secara individual
Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW (Martinis dan Bansu, 2009: 89)
Dampak Belajar Bermakna
C. Strategi Pembelajaran Ekspositori
1. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2006: 179).
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Hal ini dikarenakan guru memegang peran yang
sangat dominan. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi tersebut dikuasai siswa dengan baik.
Karakteristik strategi pembelajaran ekspositori ada tiga. Pertama, strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. 2. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
a. Berorientasi pada Tujuan
Sebelum penerapan strategi, guru terlebih dahulu merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran.
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau kelompok orang (penerima pesan). Dalam proses komunikasi, guru berfungsi sebagai penyampai pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif, manakala pesan itu dapat dengan mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh; dan sebaliknya, system komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat setiap pesan yang disampaikan. Sehingga, guru harus berupaya untuk menghilangkan gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.
c. Prinsip Kesiapan
sebaliknya. Agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang guru berikan, terlebih dahulu harus memposisikan siswa dalam keadaan baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai menyajikan materi pelajaran manakala siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
3. Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Menurut Sanjaya (2006: 185) ada 5 langkah penerapan strategi ekspositori yaitu :
a. Persiapan (Preparation)
memulai dengan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai, serta membuka file dalam otak siswa.
b. Penyajian (Presentation)
Langkah ini berupa penyampaian materi sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Dalam hal ini peranan komunikasi sangat penting, agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu penggunaan bahasa, intonasi suara, kontak mata dengan siswa, serta penggunaan joke-joke yang menyegarkan. c. Menghubungkan (Correlation)
Langkah korelasi adalah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap mata pelajaran, baik makna untuk memperbaiki maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan (Generalization)
dengan cara maping melalui pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
e. Penerapan (Aplication)
TAHAP
GURU SISWA
PERSIAPAN Mengkondisikan siswa
agar siap belajar dan memberikan sugest
positf
Mendengarkan keterangan guru
Menjelaskan materi
pelajaran penjelasan guruMendengarkan
4. Keunggulan, Kelemahan dan Cara Mengatasi Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Adapun keunggulan-keunggulan strategi pembelajaran ekspositori sebagai berikut:
a. Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran. b. Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa
cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. c. Siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu
materi pelajaran dan sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demontrasi)
d. Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Disamping memiliki keunggulan strategi pembelajaran ekspositori juga memiliki kelemahan, diantaranya:
a. Hanya dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan menyimak secara baik.
b. Strategi ini tidak dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
d. Keberhasilan strategi pembelajaran sangat tergantung kepada apa yang dimiliki oleh guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, komunikasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu proses pembelajaran tidak akan berhasil. e. Gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu
arah (one–way–communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, pula komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dalam upaya menanggulangi kelemahan-kelemahan yang ada pada strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:
a. Guru harus benar-benar mempersiapkan terhadap isi dari materi yang akan dibahas serta siswa juga dalam keadaan siap untuk menerima materi yang akan guru sampaikan.
b. Guru harus bisa memotivasi siswa untuk giat dalam belajar
c. Bahasa yang digunakan oleh guru harus komunikatif dengan intonasi suara yang baik
d. Guru harus pandai-pandai dalam mengelola kelas
L1
.
.
P p Q
d S
R A
r B
L2
D. GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN 1. Panjang Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran
Untuk menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam
dua lingkaran, kalian dapat menggunakan teorema Pythagoras.
Dari dua buah lingkaran L1 berpusat di P berjari-jari r (P, R) dan L2
berpusat di Q berjari-jari r (Q, r).
Dari gambar tersebut diperoleh :
jari-jari lingkaran yang berpusat di P = R;
jari-jari lingkaran yang berpusat di Q = r;
panjang garis singgung persekutuan dalam adalah AB = d;
jarak titik pusat kedua lingkaran adalah PQ = p.
Jika garis AB digeser sejajar ke atas sejauh BQ maka diperoleh garis SQ.
Garis SQ sejajar AB, sehingga ∠ PSQ = ∠ PAB = 90o (sehadap).
Perhatikan segi empat ABQS.
Garis AB//SQ, AS//BQ, dan ∠ PSQ = ∠ PAB = 90o.
Jadi, segi empat ABQS merupakan persegi panjang dengan panjang
AB = d dan lebar BQ = r.
4 cm 5 cm
.
.
M N
15 cm A
B teorema Pythagoras diperoleh :
QS2 = PQ2 – PS2
QS =
√
PQ2−PS2
QS =
√
PQ2−(R+r)2
Karena panjang QS = AB, maka rumus panjang garis singgung
persekutuan dalam dua lingkaran (d) dengan jarak kedua titik pusat p,
jari-jari lingkaran besar R, dan jari-jari lingkaran kecil r adalah
d =
√
PQ2−(R+r)2Contoh :
Dari gambar di atas, panjang jari-jari MA = 5 cm, panjang jari-jari NB = 4 cm
dan panjang MN = 15 cm. Hitunglah panjang garis singgung persekutuan
dalamnya.
Penyelesaian :
Diketahui : MA = 5 cm, NB = 4 cm, dan MN = 15 cm. Garis singgung
L2
2. Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar Dua Lingkaran
Untuk menentukan panjang garis singgung persekutuan dalam
dua lingkaran, kalian dapat menggunakan teorema Pythagoras.
Dari gambar tersebut diperoleh
jari-jari lingkaran yang berpusat di P = R (P, R);
jari-jari lingkaran yang berpusat di Q = r (Q, r);
panjang garis singgung persekutuan luar adalah AB = d;
jarak titik pusat kedua lingkaran adalah PQ = p.
Jika garis AB di geser sejajar ke bawah sejauh BQ maka diperoleh garis
SQ.
Garis AB sejajar SQ, sehingga ∠ PSQ = ∠ PAB = 90o (sehadap).
Perhatikan segi empat ABQS.
△ PQS siku-siku di titik S, Dengan menggunakan teorema Pythagoras
diperoleh :
QS2 = PQ2 – PS2
QS =
√
PQ2−PS2QS =
√
PQ2−(R−r)2Karena QS = AB = d, maka rumus panjang garis singgung persekutuan
luar dua lingkaran (d) dengan jarak kedua titik pusat p, jari-jari lingkaran
besar R, dan jari-jari lingkaran kecil r adalah
d =
√
PQ2−(R+r)2Contoh :
Diketahui (O, 14 cm) dan (P, 2 cm). Jika jarak OP = 20 cm. Berapakah
panjang garis singgung persekutuan luarnya?
Pemyelesaian :
Diketahui : r1 = 14 cm
r2 = 2 cm
OP = 20 cm
d = OP2 – (r 1 – r2)2
=
√
OP2−(r1– r2)2
=
√
202−(14−2)2E. Perbandingan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) Dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori Pada Materi Pokok Garis Singgung Lingkaran
Dalam strategi think-talk-write (TTW) tidak hanya mengembangkan kemampuan matematik anak tetapi juga kemampuan komunikasi baik verbal maupun tulisan. Strategi ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah, siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada siswa untuk dipecahkan. Tugas berikutnya dari guru adalah membimbing belajar siswa dalam rangka pemecahan masalah.
Berikut ini akan diberikan gambaran tentang proses pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi think-talk-write (TTW) pada sub materi pokok garis singgung persekutuan dua lingkaran yang terdiri dari garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.
a. Pendahuluan
Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa Guru
serta membagikan Lembar Kerja Siswa(LKS) yang akan dipecahkan siswa tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.
Siswa
Pada kegiatan ini siswa menjawab pertanyaan guru terkait materi pelajaran sebelumnya, mengamati dan memperhatikan informasi atau penjelasan yang disampaikan oleh guru kemudian berkumpul dengan kelompok sesuai dengan pembagian guru.
b. Kegiatan Inti
Tahap I : Tahap Berpikir (Think) Guru
Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa dalam kelompok untuk membaca referensi dan membuat catatan terkait materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta penyelesaian masalah dalam LKS yang telah dibagikan.
Siswa
Tahap II : Tahap Berbicara (Talk) Guru
Pada tahap ini guru mengkondisikan kelas untuk setting diskusi baik dalam kelompok dan diskusi antar kelompok, guru menjadi moderator merangkap motivator yang mengatur jalannya diskusi antar kelompok untuk membahas hasil bacaan dan catatan pada tahap sebelumnya serta penyelesaian masalah yang ada pada LKS.
Siswa
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas hasil bacaan dan catatan tentang materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran serta mencari penyelesaian permasalahan yang ada di LKS.
Tahap III : Tahap Menulis (Write) Guru
Pada tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa untuk menuliskan materi kembali dan solusi dari permasalahan yang ada di LKS sesuai dengan bahasa sendiri secara individual.
Siswa
c. Penutup Guru
Pada kegiatan ini guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran Siswa
Pada kegiatan ini siswa mencatat PR
Berbeda jika dibandingkan dengan strategi pembelajaran ekspositori, pada strategi ini proses pembelajaran ditekankan pada komunikasi verbal. Dalam strategi ini guru mempresentasikan bahan pelajaran. Siswa mendapatkan materi jadi bukan dikonstruksi sendiri.
Dalam pembelajaran Matematika Materi Pokok Garis singgung Lingkaran yang dilaksanakan dengan strategi Ekspositori kita dapat menerapkannya dengan beberapa langkah:
a. Persiapan (Preparation) Guru
Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran sebelumnya (membahas PR), memotivasi siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
Siswa
b. Kegiatan Inti
Tahap Penyajian (Presentation) Guru
Guru memberikan penjelasan tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran.
Siswa
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Tahap Menghubungkan (Correlation)
Guru
Guru mengaitkan materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dengan kehidupan siswa.
Siswa
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanyakan hal yang tidak dimengerti.
Tahap Menyimpulkan (Generalization) Guru
Siswa
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
Tahap Penerapan (Application) Guru
Guru memberikan soal terkait materi garis singgung persekutuan dua lingkaran serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan sendiri kemudian dibahas secara klasikal.
Siswa
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru kemudian secara bergantikan membahas soal ke depan kelas.
c. Penutup Guru
Pada kegiatan ini guru memberikan PR dan mengakhiri pelajaran Siswa
Tabel 2.1
Perbandingan Strategi TTW dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi TTW Strategi Ekspositori
1. Peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari tahap berpikir, berbicara, dan menulis
2. Prinsip komunikasi verbal diterapkan oleh siswa selaku penyampai pesan
3. Pengetahuan dibangun oleh konstruksi siswa dari hasil bacaan, diskusi, dan tulisan
4. Kemampuan didasarkan atas hasil bacaan, diskusi, dan tulisan 5. Tujuan akhir pembelajaran
adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa 6. Keberhasilan pembelajaran
dilihat mulai dari proses dan hasil belajar (tes)
7. Interaksi dominan antar siswa
1. Peser
rhasilan pembelajaran dilihat hanya dari hasil tes
7. Inter
aksi dominan antara siswa dengan guru
Atas dasar pembahasan komparatif konsepsional (teoritis) diatas maka dapat
peneliti tegaskan bahwa strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) lebih baik
dalam memotivasi siswa dalam pembelajaran dibandingkan strategi pembelajaran