i
PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING TIPE MIND MAPPING PADA MATERI
KEHIDUPAN AWAL MANUSIA INDONESIA (Sebuah Kajian Teoritis)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Maria Yosefina Nirmala NIM : 161314031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan terima kasih, saya persembahkan makalah ini kepada :
1. Kedua orang tua saya “Rikardus Galus dan Rosalia Jelimin”, adik-adik saya “Metildis Oktaviani Naung, Angela Syukur, Frederikus Tangkas dan Afli, Aflo yang selalu mendukung, mendoakan, dan mencintai tiada batas.
2. Kakek dan nenek saya “Stefanus Garu, Maria Luhur, Kasmirus Mia, dan Rosalia Daima” yang tiada hentinya memberikan motivasi hidup.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku dosen pembimbing dan saya anggap seperti ibu saya karena selain memberikan materi, beliau juga memberikan motivasi hidup untuk saya.
4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan untuk saya khususnya “Junaidi Jauhar” yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan kelancaran tugas akhir saya.
5. Keluarga besar saya suku rahong yang memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan makalah ini.
v MOTTO
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenagan. (Yesaya 41:10)
Jangan pernah menunda pekerjaan, apa yang anda mampu anda kerjakan sekarang, lakukan semampumu kemudian berdoalah, Tuhan yang mengurus
sisanya.
viii ABSTRAK
PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING TIPE MIND MAPPING PADA MATERI
KEHIDUPAN AWAL MANUSIA INDONESIA Maria Yosefina Nirmala
161314031
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2020
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua permasalahan pokok, yaitu : (1) pentingnya model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah, (2) contoh rancangan model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
Makalah ini disusun dengan menggunakan studi pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan semua jenis referensi seperti buku, tesis, skripsi, artikel, dan karya ilmiah. Sumber data primer yakni kurikulum 2013, silabus mata pelajaran sejarah dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sejarah. Sedangkan data sekunder yakni buku-buku yang berkaitan dengan model cooperative learning tipe mind mapping dan pembelajaran sejarah. Dalam penulisan makalah ini, analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa : (1) pentingnya model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah dapat menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis berdasarkan urutan waktu, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menerima berbagai informasi, meningkatkan motivasi belajar, serta menumbuhkan kreativitas pada siswa, (2) contoh rancangan model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah pada materi kehidupan awal manusia Indonesia yaitu pengembangan RPP yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kata Kunci : Model Cooperative Learning, tipe Mind Mapping, Pembelajaran Sejarah
ix
ABSTRACT
USING THE MIND MAPPING COOPERATIVE LEARNING MODEL IN HISTORY LEARNING WITH THE TOPIC INDONESIAN EARLY LIFE
Maria Yosefina Nirmala 161314031
Sanata Dharma University 2020
This paper aims to describe two key issue : (1) the importance of the mind mapping type in cooperative learning model for history learning, (2) an example of the mind mapping model design in history learning for the topic “the early life of Indonesian people”.
This paper is prepared using literature study which is carried out by collecting all types of references such as book, theses, articles, and scientific papers. The primary data sources are the 2013 curriculum, the history source syllabus and the history lesson plan. Meanwhile, the secondary data are books related to the type of cooperative learning model using mind mapping and history learning. In writing this paper, the data analysis used is descriptive qualitative.
The results of the writing show that : (1) the mind mapping type in cooperative learning model in history learning is important because it can describe historical events chronologically based on time sequences. It also improve critical thinking skills, receive various information, increase learning motivation, and foster creativity in students, (2) an example of a mind mapping type in cooperative learning model design in history learning for the topic the early life of Indonesian people is provided by, developing the RPP which consists of planning, implementation, and evaluation.
Keywords: Cooperative Learning Model, Mind Mapping Type, Historical Learning
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...………i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..………ii
HALAMAN PENGESAHAN………...………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………...………iv
HALAMAN MOTTO………v
LEMBAR PERSETUJUAN KEASLIAN KARYA………...………vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……….vii
ABSTRAK………...……viii ABSTRACT……….……..ix KATA PENGANTAR………x DAFTAR ISI……….xi BAB I PENDAHULUAN………...……1 A. Latar belakang………..…1 B. Rumusan masalah……….…8 C. Tujuan penulisan………..8 D. Manfaat penulisan………9 E. Sistematika penulisan……….…10
BAB II MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MIND MAPPING……….…11
xiii
A. Model pembelajaran cooperative learning………....11
B. Mind mapping………....19
C. Pembelajaran Sejarah………...………..23
D. Arti penting model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping. ………25
BAB III PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA MATERI KEHIDUPAN AWAL MANUSIA INDONESIA………..………..27
A. Langkah-langkah model cooperative learning tipe mind mapping…….27
B. Silabus………..…37
C. Contoh Rancangan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe mind mapping pada pembelajaran sejarah……….….…40
BAB IV KESIMPULAN………50
DAFTAR PUSTAKA……….53
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Rancangan Proses Pembelajaran………..….………29
Gambar II : Proses Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas….………30
Gambar III : Pembagian Kelompok………...…..31
Gambar IV : Contoh Mind Mapping Kelompok I………...32
Gambar V : Contoh Mind Mapping Kelompok II………...33
Gambar VI : Contoh Mind Mapping Kelompok III……….34
Gambar VII : Contoh Mind Mapping Kelompok IV………...35
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I : Langkah-langah Cooperative Learning………..……,…….18
Tabel II : Kategori Prestasi Siswa di Kelas………,……30
Tabel III : Silabus………37
Tabel IV : Kompetensi Dasar dan Indikator Sejarah untuk Kelas X….……….56
Tabel V : Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama……...58
Tabel VI : Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Kedua………61
Tabel VII : Penilaian Sikap………..75
Tabel VIII: Penilaian Keterampilan……….80
Tabel X : Lembar Jawaban Siswa Pilihan Ganda.. ……….………81
Tabel XI : Lembar Jawaban Siswa Esai………..81
Tabel XII: Rubrik Penilaian Pilihan Ganda………82
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlansung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini sering disebut interaksi pendidikan, yaitu saling mempengaruhi antara pendidik dengan peserta didik. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.1
Dalam pasal 1 Ayat (1) Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) dirumuskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan Negara.
Berdasarkan pengertian mengenai pendidikan tersebut ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana. Artinya pendidikan diselenggarakan secara matang, mantap, jelas, menyeluruh, lengkap dan sesuai dengan tujuan berdasarkan pemikiran yang objektif dan rasional. Pendidikan bukan sesuatu yang serta merta ada, dan bersifat
1
Nana Syaodih, Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, hlm. 3
tidak sengaja dan seenaknya. Untuk itulah pendidikan perlu didahului dengan perencanaan yang baik dan tertata.2
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh terpadu seimbang dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus karakter, dengan pendekatan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.3
Dalam Kurikulum 2013, ada tiga aspek yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir (pengetahuan, pemahaman, analisis) seorang terhadap suatu materi pembelajaran. Aspek afektif berkaitan dengan penyikapan, perasaan, minat, moralitas seseorang terhadap suatu materi pembelajaran. Aspek psikomotorik berkaitan dengan fungsi system syaraf, otot dan fungsi psikis. Sehingga wujudnya berupa kemampuan mencipta, berkreasi dan sejenisnya. Dengan demikian, Kurikulum 2013 menciptakan adanya
2
Hendra, Kurniawan. 2018. Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kurikulum 2013. Yogyakarta : Sanata Dharma University Press, hlm. 15
3
Muhammad, Nuh. 2013. Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offse, hlm.7
keseimbangan antara aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill).4
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan produktif untuk menjawab tantangan masa depan semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan inovatif serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik dan partisipasi warga sekolah.
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dalam pengertian ini pun tersirat adanya perubahan yang diharapkan terjadi pada peserta didik. Pendidikan itu memang sudah semestinya berdaya ubah. Perubahan yang diharapkan dari sebuah proses Pendidikan tentu lebih dari sekedar perubahan dari sebelumnya tidak tahu kemudian menjadi tahu, atau dari tidak bisa menjadi bisa.5
Dalam bahasa Inggris, kata “sejarah” (history) yang berarti masa lampau umat manusia. Sedangkan dalam bahasa Jerman “sejarah” (geschicht) berarti
4 E, Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : Yrama Widya, hlm. 6
5 Mahasiswa S2 PMat USD, d.k.k. 2018. Pendidikan yang Berdaya Ubah. Yogyakarta : www.penerbitgarudhawaca.com, hlm. x
sesuatu yang telah terjadi. Kedua kata itu dapat memberikan arti yang sesungguhnya tentang sejarah, yaitu sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Dengan demikian sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.6 Pembelajaran sejarah merupakan bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang sehingga siswa sadar bahwa dirinya merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional. Materi dalam pembelajaran sejarah ini mampu mengembangkan potensi siswa untuk lebih mengenal nilai-nilai bangsa yang diperjuangkan pada masa lampau, dipertahankan, dan disesuaikan untuk masa yang kini dan dikembangkan di masa yang akan datang, juga dalam sejarah dipaparkan mengenai berbagai peristiwa dan kejadian nyata yang yang telah terjadi di masa lampau, bukan karangan fiktif belaka, seperti kegigihan para pejuang melawan penjajah dalam mempertahankan harga diri bangsa.7
Menurut peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006, tujuan pembelajaran sejarah di SMA yaitu membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari (masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang), melatih daya kritis peserta didik untuk memahami
6
Badrika, I Wawan. 2006. Sejarah untuk SMA Jilid 1 Kelas X. Jakarta : Erlangga, hlm. 2 7
http://journal.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya diunduh pada tahun 2017 oleh Mustika Zahro, Sumardi dan Marjono
fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pedekatan ilmiah dan pendekatan keilmuwan, menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang juga menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Tujuan tersebut pada prinsipnya memiliki tujuan penting untuk membentuk dan mengembangkan tiga kecakapan peserta didik yaitu akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme.8
Sistem pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar mengajar tidak dapat sepenuhnya berpusat pada peserta didik seperti pada pendidikan terbuka, tetapi yang perlu dicermati adalah bahwa pada hakikatnya peserta didiklah yang harus belajar dan mengembangkan diri. Dengan demikian proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna bagi peserta didik. Pengajar perlu memberikan bermacam-macam suasana belajar dengan menerapkan model-model pembelajaran kreatif dan menarik yang memadai untuk materi yang diisajikan,
dan menyesuaikannya dengan kemampuan serta karakteristik peserta didik sebagai subjek-didik.9
Dalam mengimplementasikan pembelajaran sejarah pada kurikulum 2013, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang berusaha memunculkan peran belajar dari para siswa secara lebih aktif. Pada kurikulum 2013 ini, siswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran.10 Berdasarkan penelitian penulis saat magang masih ada siswa yang malas dalam belajar sejarah. Ada beberapa contoh yaitu ketika pembelajaran sejarah sedang berlangsung masih ada siswa yang sibuk cerita dengan teman sebangkunya, berdandan, dan bermain hp sehingga pembelajaran sejarah menjadi kurang efektif. Semua masalah yang ada tersebut sebagian besar dikarenakan kurang kreatifnya guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang kreatif, menarik dalam proses pembelajaran sejarah.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Tujuan dibentuknya kelompok untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Pembelajaran ini siswa muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
9
ibid. 5 10
https://www.neliti.com/id/publications/209919/pembelajaran-sejarah-berbasis-kurikulum-2013-di-sma-kotamadya-jakarta-timur diunduh pada tanggal 2 juli 2017
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Strategi pembelajaran mind mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Untuk membuat mind mapping, menulis gagasan utama di tengah halaman dan dari situlah, bisa membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata-kata kunci, konsep-konsep, fakta-fakta dan gambar-gambar. Mind mapping bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau tugas-tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep. Mind mapping bisa digunakan untuk membentuk, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, dan mengklarifikasi topik utama sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun.
Dalam Pemanfaatan model cooperative learning tipe mind mapping ini pada pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA), diharapkan dapat memotivasi siswa dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Mind Mapping sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah. Karena terdapat banyak kerangka berpikir mengenai sebuah konsep sejarah. Metode mind mapping ini membantu siswa dalam belajar karena dalam kegiatan belajar ini, siswa juga aktif dalam bekerjasama dengan satu kelompok.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas mengenai pembelajaran sejarah dengan menggunakan model cooperative learning tipe mind mapping pada materi kehidupan awal manusia Indonesia. Penulis juga berharap
agar dapat membantu guru sejarah dalam memotivasi dan menyampaikan materi pembelajaran sejarah agar pembelajaran sejarah menjadi efektif dan diminati oleh siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya sebagai berkut :
1. Mengapa model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping penting untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah?
2. Bagaimana contoh rancangan model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah pada materi kehidupan awal manusia Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan pentingnya model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah.
2. Mendeskripsikan contoh rancangan model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak sebagai berikut :
1. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma
Penulisan ini dapat memberikan kelengkapan pustaka khususnya pada karya tulis yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa terutama mengenai penulisan tentang pembelajaran sejarah dengan menggunakan model cooperative learning tipe mind mapping pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah kepustakaan prodi pendidikan sejarah, khususnya materi tentang pembelajaran sejarah dengan menggunakan model cooperative learning tipe mind mapping pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
3. Bagi Pembaca
Penulisan ini dapat menambah wawasan, pengetahuan serta informasi mengenai pembelajaran sejarah dengan menggunakan model cooperative learning tipe mind mapping pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
4. Bagi Penulis
Penulisan ini akan menambah wawasan pengetahuan dan sebagai pedoman pembuatan karya ilmiah serta menjadi sarana untuk menerapkan model
pembelajaran sejarah berbasis cooperative learning tipe mind mapping yang telah penulis dapatkan selama duduk di bangku kuliah untuk dipraktikan di dunia nyata.
E. Sistematika Penulisan
Makalah yang berjudul “Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping Pada Materi Kehidupan Awal Manusia Indonesia” memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah tujuan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Penjelasan mengenai pentingnya model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah.
Bab III : Pembahasan mengenai contoh rancangan model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
Bab IV : Kesimpulan mengenai pentingnya model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah dan contoh rancangan model cooperative learning tipe mind mapping dalam pembelajaran sejarah pada materi kehidupan awal manusia Indonesia.
BAB II
PENTINGNYA MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MIND
MAPPING DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
A. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakang. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan bermanfaat bagi kehidupan bersama.11
Menurut Anita Lie yang dikutip oleh Isjoni dan Arif Haji Ismail pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberikan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakannya bahwa pembelajaran cooperative hanya berjalan kalau sudah
11
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm. 58
terbentuk suatu kelompok yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-5 orang saja.
Dengan berkelompok, siswa mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktikkan sikap dan prilaku pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka. Selanjutnya dalam Stahl yang dikutip oleh Isjoni dan Arif Haji Ismail mengatakan model pembelajaran ini berangkat dari pendapat yang berasaskan dalam kehidupan masyarakat “belajar bersama” atau capailah yang lebih baik secara bersama-sama. Sehingga dengan kebersamaan dalam belajar, akan dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan perolehan pencapaian tujuan pembelajaran.
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena mereka menganggap telah biasa menggunakan. Dalam Abdulhak yang dikutip oleh Isjoni dan Arif Haji Ismail menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif dapat memberikan efektivitas yang dapat memberikan motivasi dan sikap belajar serta pencapaian dalam mata pelajaran sejarah.
2. Unsur Penting dan Prinsip Utama Cooperative Learning
Menurut Johnson & Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai tanggung jawab terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terdapat dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok
Belajar kooperatif tidak akan berlansung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin yang dikutip oleh Trianto, adalah sebagai berikut :
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.12
3. Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut Arends yang dikutip oleh Ali Mudlofir dan Fatimatur Rusydiyah, pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar.
b) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang dimiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
12
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 60
c) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.13
4. Karakteristik Cooperative Learning
Karakteristik dasar dari model pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran secara Tim
Pembelajaran kooperatif menonjolkan kelompok dibandingkan dengan keberhasilan individu. Sukses tidaknya pembelajaran dapat diukur dari sejauh mana kelompok mampu menghasilkan yang terbaik. Inilah yang menuntut setiap siswa dalam sebuah kelompok saling mendukung, memberi motivasi dan menambahkan antara yang satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam cooperative learning, kelompok terdiri dari latar belakang yang berbeda mulai dari bahasa, jenis kelamin, dan .kemampuan akademik.
2. Berlandaskan Manajemen Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan kontrol. Model ini mempunyai perencanaan yang matang agar proses belajar mengajar berlansung terarah. Dalam proses pelaksanaan ini, sudah ada langkah-langkah praktis, mulai dari tanggung jawab kelompok, tugas guru dan kontrol.
13
Mudlofir, Ali dan Rusydiyah, Evi Matur. 2016. Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktik. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm. 83
3. Hasrat Bekerja Sama
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok diwajibkan bekerja sama antara yang satu dengan yang lain. Guru tidak hanya mengatur tugas dan tanggung jawab setiap kelompok, akan tetapi memberikan motivasi pada siswa agar mampu bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Pada pembelajaran kooperatif, siswa harus mempunyai keterampilan untuk bekerja sama. Meskipun, pada dasarnya siswa belum mempunyai keterampilan, tetapi guru perlu mendorong dan membantu untuk melihat agar siswa mampu bekerja sama dalam kelompok.
5. Manfaat Cooperative Learning
Manfaat pada pembelajaran cooperative learning yaitu :
a. Mengurangi kecemasan yang diciptakan oleh situasi kelas yang baru dan asing yang dihadapi peserta didik.
b. Mengembangkan sikap siswa-guru yang positif.
c. Menciptakan suasana belajar dimana peserta didik merasa dihormati dan terhubung satu sama lain.
d. Menciptakan sistem dukungan sosial yang kuat
e. Meningkatkan respon sosial yang positif, mengurangi kekerasan dalam peraturan apa pun, menghilangkan rasa takut dan menyalahkan serta kepercayaan diri, keramahan dan consensus (kesepakatan).
f. Mendorong interaksi siswa di semua tingkat
g. Membantu kelompok mayoritas dan minoritas di kelas belajar untuk bekerja satu sama lain
h. Membentuk suasana kerja sama dalam membantu sekolah
i. Memfokuskan perhatian pada prestasi kelompok maupun individu j. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
k. Mendorong tingkat kinerja yang lebih tinggi
l. Mengembangkan keterampilan siswa berkomunikasi lisan
m. Meningkatkan ketekunan siswa dan kemungkinan berhasil menyelesaikan tugas.
6. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning a) Kelebihan Cooperative Learning
1. Melatih peserta didik dalam kelas multikultural yang saling menghargai dalam perbedaan.
2. Melatih peserta didik dalam bekerja secara team work, bertanggung jawab secara individu dan kelompok.
3. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri, tidak selalu tergantung pada guru.
4. Melatih untuk berpikir kritis dan menerima tanggapan dari kelompok lain mengenai materi.
b) Kekurangan Cooperative Learning
1. Memerlukan periode waktu yang lama untuk menghasilkan kemandirian dan keterampilan peserta didik dalam melakukan kerja berbasis team work.
2. Peserta didik yang kurang mampu dalam belajar akan menjadi penghambat dalam team work, karena mereka kurang mampu beradaptasi dengan teman yang lain.
3. Apabila guru tidak dapat membagi kelompok kooperatif secara heterogen, maka hasil pembelajaran tidak akan berimbang antara kelompok satu dengan yang lain.
7. Langkah-langah Cooperative Learning
Tahap Aktivitas Peserta Didik Aktivitas Guru Kegiatan Pendahuluan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran, perlengkapan pembelajaran dan
memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.
Peserta didik menyimak secara baik.
Kegiatan Inti
2. Menyampaikan materi Guru menyajikan materi kepada peserta didik.
Peserta didik menyimak. 3. Mengorganisasikan peserta
didik ke dalam bentuk kelompok
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok. Peserta didik membagi dan menemukan kelompoknya. 4. Membantu dan
membimbing peserta didik belajar, bekerja dalam kelompok
Guru membantu atau membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mereka mengerjakan tugas.
Peserta didik bekerja dalam kelompok.
5. Evaluasi atau memberi umpan balik
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masing-masing kelompok dan mempresentasikan hasil kerja mereka. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, meminta tanggapan, dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh kelompok lain. Kegiatan Penutup
6. Kesimpulan materi Guru memberikan kesimpulan materi yang diajarkan, dan meminta kepada tanggapan peserta didik mengenai nilai-nilai dan saran dari materi tersebut.
Peserta didik menyampaikan nilai-nilai serta saran terhadap materi yang sudah mereka dapatkan.
B. Mind Mapping
1. Pengertian Mind Mapping
Mind mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap pembelajar untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari, atau merencanakan tugas baru. Pemetaan pikiran merupakan cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum mulai menulis. Meminta pembelajar untuk membuat peta pikiran memungkinkan mereka mengidentifikasikan dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan.
Pemetaan pikiran adalah pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisir, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini lebih jauh mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak. Cara ini juga menenangkan, menyenangkan dan kreatif.
Pemetaan pikiran membantu pembelajar mengatasi kesulitan, mengetahui apa yang hendak ditulis, serta bagaiman mengorganisasi gagasan, sebab teknik ini membantu pembelajar menemukan gagasan, mengetahui apa yang ditulis
pembelajar, serta bagaimana memulainya. Peta pikiran sangat baik untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal.14
2. Ciri-ciri Mind Mapping
Menurut Dahar yang dikutip oleh yang dikutip oleh Erman, mengemukakan ciri-ciri mind mapping sebagai berikut :
a) Mind mapping atau peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep atau proposisi-proposisi suatu bidang studi. Dengan menggunakan peta konsep siswa dapat melihat bidang studi itu dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
b) Mind mapping merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.
c) Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain.
3. Karakteristik Mind Mapping
Model pembelajaran mind mapping memiliki berbagai karakteristik, Swadarma menyatakan bahwa terdapat tujuh karakteristik pokok dari mind mapping. Karakteristik tersebut meliputi :
a) Kertas, menggunakan kertas putih polos berorientasi landscape.
b) Warna, menggunakan spidol warna-warni dengan jumlah warna sekitar 2-7 warna, sehingga disetiap cabang berbeda warna.
c) Garis, menggunakan garis lengkung yang bentuknya mengecil dan pangkal.
d) Huruf, pada cabang utama yang dimulai dari central image menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf sama panjang.
e) Keyword, menggunakan kata kunci yang dapat mewakili pesan yang ingin disampaikan.
f) Key image, menggunakan kata bergambar yang memudahkan untuk mengingat.
14
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 105
g) Struktur, tema besar ditempatkan di tengah kertas kemudian beri garis memencar ke segala arah untuk sub tema dan keterangan lainnya. 4. Manfaat Mind Mapping
1) Meransang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis
Dengan mengamati dan mencari informasi kreatifitas untuk membuat mind mapping mampu meransang bekerjanya otak. Otak kanan dan otak kiri menerjemahkan informasi yang ditangkap, otak kanan yang bersifat emosi, imajinasi, kreatifitas dan seni sedangkan otak kiri yang bersifat rasional, verbal dan numerik saling bersinergi untuk mencerna informasi.
2) Mengembangkan sebuah ide
Ketika kelompok dibentuk siswa saling bertukar ide untuk mencapai ide yang disepakati oleh semua anggota kelompok, siswa diberikan sebuah materi lalu harus menentukan ide untuk menjadi ide pokok yang akan dibahas maka perlunya mengembangkan sebuah ide yang menarik agar menghasilkan sesuatu yang menarik.
3) Meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa
Dalam pembelajaran siswa terbiasa dengan menggunakan mind mapping tentu akan membuat siswa akan merasa senang karena selain mengandalkan kreativitas tetapi juga keaktivan siswa sehingga senang ketika mengikuti pembelajaran.
4) Meningkatkan daya ingat
Penggunaan mind mapping dengan mengingat materi yang dituangkan dalam peta dengan menggunakan berbagai gambar dan garis yang salin terhubung dengan mampu meningkatkan daya ingat siswa.
5) Informasi mudah dipahami
Catatan yang dibuat mudah dipahami oleh orang lain apalagi oleh penulis, mind mapping harus menentukan hubungan apapun yang terdapat antar komponen mind mapping tersebut. Hal tersebut menjadi lebih mudah memahami dan menyerap informasi dengan mudah.
5. Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping 1) Kelebihan Mind Mapping
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran
c. Proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis. e. Dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas
f. Dapat melihat detailnya tanpa kehilangan benang merah antar topik g. Terdapat pengelompokan informasi
h. Proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan gambar, warna dan lain-lain
i. Mudah mengingatnya karena penanda visualnya.
2) Kelemahan Mind Mapping
a. Hanya siswa aktif yang terlibat b. Tidak seluruh siswa belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan
6. Langkah-langkah Mind Mapping
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.
b) Guru memberikan materi kepada peserta didik dan masing-masing kelompok mengerjakan dengan baik dan kreatif.
c) Kelompok mendiskusikan materi yang telah diberikan oleh guru dan masing-masing kelompok memastikan tiap anggota dapat mengerjakan dengan benar.
d) Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok agar mempresentasikan hasil kerja mereka.
e) Kelompok memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi mereka.
f) Kelompok memberikan kesimpulan terhadap materi yang mereka paparkan dan guru juga memberikan penguatan terhadap materi yang dijelaskan oleh peserta didik.
C. Pembelajaran Sejarah
1. Pengertian Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran sejarah adalah proses internalisasi nilai-nilai peristiwa masa lalu, berupa asal-usul, silsilah, pengalaman kolektif dan keteladanan pelaku sejarah. Pembelajaran sejarah dirancang untuk membentuk pribadi yang arif dan bijaksana, Karena itu pembelajaran sejarah menuntut desain yang akan menghasilkan kualitas output yang meliput pemahaman peristiwa seperti bangsa, meneladani kearifan, dan sikap bijak pelaku sejarah.
Meneladani kearifan dan sikap bijak adalah proses pembentukkan karakter dalam pembelajaran sejarah. Peneladanan kearifan dan sikap bijak akan diperoleh melalui kegiatan pendalaman peristiwa sejarah, termasuk di dalamnya proses relasi-relasi sosial budaya, social ekonomi, dan social politik antarpelaku dan kelompok dalam masyarakat. Pendalaman itu akan mendorong peserta didik memahami prilaku saling menghormati (self-respect), bersaudara (human brotherhood), kesamaan social (social equality), melindungi (security of life), bersikap adil (justice), dan mendorong masyarakat untuk berpendidikan (education).15
15
Garvey, Brian dan Krug, Mary. 2015. Model-model Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah. Yogyakarta : Ombak, hlm. ix
2. Prinsip Pembelajaran Sejarah
Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip:
1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman. Kendatipun sejarah bercerita tentang kehidupan pada masa lalu, bukan berarti sejarah tidak bias diajarkan secara kontekstual. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan benar dan sesuai dengan fikiran peserta didik akan mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dan persatuan.
2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai. Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah, akan tetapi yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat didalamnya sehingga si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman niali tersebut.
3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreatifitas dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan pembelajaran yang terjadi seringkali dikarenakan rendahnya kreatifitas pembelajaran sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan siswa dalam belajar sejarah.
Dari ketiga hal tersebut dapat dipahami bahwa tantangan guru dalam mengajarkan sejarah menjadi tidak mudah. Pengajar harus memahami betul apa tujuan, karakteristik dan sasaran pembelajaran sejarah. Pengajar juga harus memahami visi dan misi pendidikan sehingga sejarah yang diajarkan dapat memberi pencerahan dan landasan berpikir dalam bersikap bagi peserta didik pada zamannya.
3. Tujuan Pembelajaran Sejarah
Menurut Moh. Ali yang dikutip oleh Heri Susanto pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan :
a. Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan.
b. Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan.
c. Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia.
d. Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita sepanjang masa itu.
D. Arti penting model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning siswa memungkinkan dapat menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis berdasarkan urutan waktu, meraih kecemerlangan dalam belajar, disamping itu juga dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial. Bentuk keterampilan dimaksud seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain dan bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi kelompok buli perilaku yang menyimpang dalam kehidupan di dalam kelas. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun bisa juga berperan sebagai guru bagi rekan sebayanya.
Dalam Sharan yang dikutip oleh Isjoni dan Muhamad Arif mengemukakan, siswa yang belajar dengan menggunakan jenis pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena dibantu dari rekan sebaya. Pembelajaran kooperatif juga menghasilkan kemampuan akademik, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menerima berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.16
Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat meransang pemikiran dan mengembangkan kognitif serta mempengaruhi tingkah laku siswa, namun model dan gaya pengajaran yang kurang bervariasi tidak membangkitkan motivasi siswa. Dengan demikian, dalam pembelajaran sejarah perlu menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping. Karena model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping lebih mengarahkan peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif untuk mengkaji setiap pertistiwa yang terjadi pada masa lampau. Pada sejarah terdapat banyak kejadian-kejadian yang mewajibkan siswa untuk mengetahui sehingga siswa harus menghafal. Dengan menggunakan mind mapping akan memudahkan siswa untuk belajar sejarah karena mind mapping merupakan cara belajar kreatif yang membuat siswa mengingat banyak informasi.
Penggunaan mind mapping dengan alat peraga memberikan pengaruh positif dalam keaktifan peserta didik saat kegiatan pembelajaran dan meningkatkan minat, motivasi dan pemahaman materi pelajaran yang lebih baik. Mind mapping membantu penulisan esai atau tugas-tugas yang berkaitan dengan penguasaan konsep. Mind mapping merupakan strategi ideal untuk kemampuan “pemikiran peserta didik”. Mind mapping membentuk, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, sehingga peserta didik bisa mengerjakan tugas banyak sekalipun.17
16
Isjoni dan Muhamad Arif. 2008. Model-model Pembelajaran Muktahir. Yogyakarta : Pustaka Belajar, hlm. 157
17
BAB III
CONTOH RANCANGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH PADA MATERI
KEHIDUPAN AWAL MANUSIA INDONESIA
A. Langkah-langkah model cooperative learning tipe mind mapping
Menurut Rudi Hartono langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping, antara lain :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Dalam tahap ini, guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk siap belajar.
b. Guru menyajikan materi
Pada langkah ini, guru menjelaskan pokok-pokok materi pembelajaran. Guru memaparkan materi dengan menggunakan power point, ceramah, tanya-jawab sesuai dengan kenyamanan guru. Tujuan dari penjelasan materi ini adalah agar siswa mempunyai gambaran tentang materi pelajaran sebelum masuk ke langkah pembentukkan kelompok menjadi sebuah tim.
c. Pembentukkan kelompok
Setelah menjelaskan dan memberikan gambaran umum materi pelajaran kepada siswa, guru mengorganisasikan siswa menjadi beberapa kelompok. Dalam kelompok tersebut terdiri dari 4-5 orang pada satu kelompok. Kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan skill, agama, ras dan daerah. Hal ini bertujuan agar siswa bisa saling bekerjasama dan terjadi peningkatan relasi dan interaksi dengan beragam latar belakang. Dalam mengerjakan materi yang dibagikan oleh guru, setiap kelompok menggunakan mind
mapping. Pembagian tugas setiap kelompok pada materi kehidupan awal manusia Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Kelompok I membahas tentang kehidupan awal manusia Indonesia pada bidang kepercayaan.
2) Kelompok II membahas tentang kehidupan awal manusia Indonesia pada bidang sosial.
3) Kelompok III membahas tentang kehidupan awal manusia Indonesia pada bidang budaya.
4) Kelompok IV membahas tentang kehidupan awal manusia Indonesia pada bidang ekonomi.
5) Kelompok V membahas tentang kehidupan awal manusia Indonesia pada bidang teknologi.
d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Pada saat kelompok sudah mengerjakan tugas atau materi yang diberikan oleh guru dengan menggunakan mind mapping, maka langkah selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja dari kelompok masing-masing. Ketika satu kelompok maju untuk presentasi, kelompok yang lain menyimak dan wajib memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap kelompok yang presentasi.18
e. Guru memberikan penguatan kembali terhadap materi yang sudah dipresentasikan oleh siswa
18
Rudi, Hartono. 2013. Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Yogyakarta : DIVA Press, hlm. 110
Tahap berikutnya, ketika semua kelompok sudah mempresentasikan hasil diskusi yang mereka paparkan, guru memberikan penguatan kembali materi tersebut. Tujuannya agar siswa dapat mengingat kembali ataupun masih ada beberapa yang belum paham ketika dijelaskan sesama siswa. Akan tetapi ketika dijelaskan ulang oleh guru, mereka bisa pahami materi yang sudah dijelaskan.
f. Kesimpulan dan penutup
Setelah guru menjelaskan materi tersebut, guru meminta kepada semua siswa untuk menyampaikan kesimpulan serta nilai yang didapatkan. Pada kesempatan ini, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi tahu kekurangan guru dalam mengajar dan meminta solusi dari mereka.
Gambar I : Rancangan Proses Pembelajaran
Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua
1. Menjelaskan materi 2. Pembagian kelompok 3. Diskusi kelompok dan
dibuat dalam bentuk peta konsep/ mind mapping 4. Presentasi kelompok 1-3
1. Guru Menjelaskan kembali materi pada pertemuan
2. Presentasi kelompok 4-5 3. Penilaian
Gambar II : Proses Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas
Gambar II : Proses Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas
Tabel kategori prestasi siswa di kelas
Prestasi Siswa Jumlah Siswa
A 8 B 9 C 8 Keterangan : A : Sangat Pandai B : Pandai C : Cukup Pandai
Mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok dan wajib menanggapi hasil diskusi ketika ada kelompok yang prentasi
Mengumpulkan hasil diskusi yang telah dipresentasikan dalam bentuk peta konsep/ mind
mapping
Guru menjelaskan kembali materi yang sudah
dipresentasikan oleh siswa agar lebih dipahami lagi oleh siswa
Guru menjelaskan pengantar materi sejarah kelas X KD 3.10
Membagikan siswa dalam 4-5 kelompok dan memberikan tugas untuk dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Hasil diskusi dibuat dalam bentuk peta konsep /mind mapping
Gambar IV : Pembagian Kelompok Siswa di Kelas
Gambar III : Pembagian Kelompok A C C A B A B B B C C A C A B B B C B A A B C A C Kelompok I Kelompok V V Kelompok IV Kelompok III Kelompok II
B. Silabus
Dalam penulisan makalah ini, peneliti menggunakan silabus sejarah kelas X. Akan tetapi lebih difokuskan pada Kompetensi Dasar 3.10. Kerangka dari silabus 3.10 adalah sebagai berikut :
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Model Pembelajaran Alokasi Waktu Penilaian Sumber Belajar 3.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini 4.10 Menarik kesimpulan dari hasil analisis mengenai keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi, serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini dalam bentuk
Kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini Aspek kepercayaan Aspek sosial budaya Aspek ekonomi Aspek teknologi Membaca buku teks/melihat gambar/ menonton video/film, dan/atau mengamati situs-situs yang terkait kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaa, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini Membuat dan mengajukan pertanyaan/ Tanya jawab /berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami/ informasi tambahan yang 3.10.1 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi dan teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa perundagian dan bercocok tanam 3.10.2 Mendeskripsikan keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini 3.10.3 Mengidentifikasikan bukti-bukti peninggalan manusia praaksara Indonesia Cooperative Learning tipe Mind Mapping 6 x 45 menit 2 kali pertemuan Penilaian pengetahuan meliputi 10 soal pilihan ganda dan 5 soal essay Penilaian keterampilan meliputi rubrik artikel sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Mata Pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas X : Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku siswa Mata Pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas X :Jakarta:
tulisan dan/atau media lain ingin diketahui/atau sebagai klarifikasi mengenai kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini
Mengumpulkan data dari berbagai sumber terkait pertanyaan mengenai kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini Menganalisis dan menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan mengenai kehidupan awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa Internet
manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini Menyajikan hasil analisis dalam bentuk tulisan dan/atau media lain berupa kesimpulan mengenai kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini
C. Contoh Rancangan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe mind mapping pada pembelajaran sejarah
Dalam rancangan model pembelajaran cooperative learning tipe mind mapping pada pembelajaran sejarah dijabarkan langkah-langkah dalam penyusunan perangkat pembelajaran dan tujuan pembelajarannya.
Langkah-langkah pembelajaran (Sintaks) harus mengintegrasikan aspek-aspek pembelajaran yang meliputi:
1.) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK); karakter yang diperkuat terutama 5 karakter yaitu Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong-royong, dan Integritas.
2.) Literasi (GLS tahap ketiga yakni pembelajaran literasi)
3.) Keterampilan 4C (Creative, Critical Thinking, Communicative, dan Collaborative)
4.) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS)19 Langkah-langkah rancangan pembelajaran sebagai berikut : 1. Perencanaan
Dalam hal ini guru atau pendidik melakukan perencanaan untuk persiapan rancangan pembelajaran Sejarah di kelas. Pada kegiatan untuk persiapan dalam membuat rancangan tersebut tahap yang dilakukan oleh pendidik adalah sebagai berikut:
1) Menentukan Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar (KD) merupakan konten atau kompetensi yang terdiri atas pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) yang bersumber pada kompetensi Inti (KI) yang harus dikuasai oleh peserta didik.20 Dalam penelitian ini, peneliti memberikan contoh rancangan dari kelas X SMA
19
Hendra Kurniawan, 2018. Literasi dalam Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : Gava Media, hlm. 172
20 Novan, Ardy Wiyani. 2014. Desain Pembelajaran Pendidikan: Tata Rancangan Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, hlm 108
semester II dengan menggunakan Kompetensi Dasar (KD) sejarah 3.10 dari mata pelajaran sejarah, yang terdiri dari aspek pengetahuan dan keterampilan:
KD 3.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi dan teknolog
KD 4.10 Menarik kesimpulan dari hasil analisis mengenai keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi dalam bentuk artikel sejarah populer.
2) Menentukan Indikator
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pada Kompetensi Dasar yang baik menurut Martinus Yamin adalah sebagai berikut: (1) memuat ciri-ciri tujuan pembelajaran yang akan diukur. (2) ada suatu kata kerja operasional yang dapat diukur. (3) berkaitan erat dengan materi pembelajaran yang hendak disampaikan. (4) mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. (5) memuat setidaknya 3 hingga 5 butir indikator. (6) setiap indikator dapat dijadikan sebagai soal. Indikator pencapaian kompetensi (IPK) pada KD 3.10 yaitu :
Pada aspek pengetahuan
3.10.1 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa perundagian dan masa bercocok tanam.
3.10.2 Mendeskripsikan keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini.
3.10.3 Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan manusia praaksara Indonesia. Pada aspek keterampilan
4.10.1 Membuat artikel sejarah mengenai kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini.
3) Menentukan Materi
Hal yang selanjutnya perlu diperhatikan oleh guru adalah menentukan materi pembelajaran. Dalam menentukan materi tersebut harus berdasarkan fakta, konsep, prosedur pembelajaran yang relevan sesuai dengan KD yang dudah ditentukan yaitu Kompetensi Dasar (KD) 3.10 kelas X dengan materi pokok kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi.
Materi pokok meliputi:
1. Kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi
a) Perkembangan kehidupan manusia Indonesia pada masa pra-aksara dalam segala bidang.
b) Keterkaitan kehidupan awal manusia praaksara dengan kehidupan masa kini.
4) Alokasi Waktu
Pada penelitian ini, fokus pada mata pelajaran sejarah yang dalam satu minggu mengadakan pertemuan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran selama 3 jam. Dalam kurikulum 2013 alokasi waktu untuk jenjang SMA/SMK = 45 menit. Banyaknya alokasi waktu atau jumlah jam pelajaran ditentukan oleh kompleksitas materi yang harus dikembangkan guru untuk setiap KD-nya.21 Kompetensi Dasar (KD) yang dipakai 3.10 menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi dan 4.10 menarik kesimpulan dari hasil analisis mengenai keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia pada aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi, serta pengaruhnya dalam kehidupan masa kini dalam bentuk artikel sejarah serta dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Maka alokasi waktu untuk menempuh KD 3.10 ini 270 jam.
5) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan arah atau sasaran dari suatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tujuannya harus jelas dan lengkap, yakni meluputi unsur siswa (Audiens), perilaku yang diharapkan (Behavior), kondisi atau cara belajar siswa (Condition), dan tingkat pencapaiannya, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif (Degree). Oleh karena itu, rumusan tujuan pembelajaran sering dinyatakan dengan ABCD (Audiens, Behavior, Condition, Degree)22 Adapun contoh tujuan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
21
Ibid, 113 22 Ibid, hlm 146
Aspek pengetahuan:
1. Melalui kegiatan membaca, mengamati gambar ataupun vidio mengenai materi dan berdiskusi, peserta didik mampu menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia.
2. Melalui kegiatan berdiskusi peserta didik mampu mendeskripsikan keterkaitan kehidupan awal manusia Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan masa kini.
3. Melalui kegiatan presentasi peserta didik mampu mengidentifikasikan bukti-bukti peninggalan manusia praaksara Indonesia respon bangsa Indonesia dengan penuh percaya diri, jelas bertanggung jawab dan mudah dipahami oleh guru dan peserta didik lainnya.
Aspek keterampilan:
1. Melalui kegiatan membuat artikel sejarah, peserta didik mampu menyajikan informasi mengenai kehidupan awal manusia Indonesia.
6) Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang akan digunakan adalah Cooperative Learning tipe Mind Mapping dengan pendekatan saintifik dan metode ceramah bervariasi, diskusi, presentasi serta tanya jawab. Harapannya melalui model ini siswa lebih aktif dalam bekerjasama dengan cara mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan mereka juga berasal dari agama, ataupun ras yang berbeda. Adapun tujuannya agar siswa yang memiliki kemampuan akademik yang cerdas dapat menjadi pengajar bagi teman-temannya yang memiliki kurang cerdas, bisa berdinamika dengan baik dan mewujudkan siswa yang kreatif.
7) Media Pembelajaran
Dalam proses pelajaran di kelas sangatlah penting guru menggunakan media pembelajaran. Peneliti menggunakan media pembelajaran power point berdasarkan materi pokok dari KD 3.10 yang sudah ditentukan. Untuk membuat peserta didik semakin paham dengan materi yang dijelaskan maka peneliti memaparkan gambar serta video berkaitan dengan kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi. Untuk mendukung media tersebut maka harus menyiapkan alat-alat pembelajaran berupa Laptop, LCD, dan speaker.
8) Sumber belajar
Dalam rancangan ini, sumber belajar yang digunakan yakni : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku Guru Mata Pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas X: Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku siswa Mata Pelajaran Sejarah (Peminatan) kelas X : Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan bisa memakai sumber internet sesuai dengan materi tentang kehidupan awal manusia Indonesia.
9) Lampiran
Dalam lampiran ini terdapat pula instrumen pendukung yaitu instrumen sikap, pengetahuan, keterampilan, soal, bobot atau skor dan uraian materi, tujuannya sebagai pedoman bagi pendidik dalam menilai peserta didik dan memberikan materi pembelajaran. Pada contoh rancangan pembelajaran diberikan contoh instrumen sikap kebudayaan dan kreatif karena sesuai dengan materi,