• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Sejarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Sejarah"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 SEWON

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Yuslina Halawa NIM: 151314021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2019

(2)

1 ii

(3)

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 SEWON

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Yuslina Halawa 151314021

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal 26 Juli 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si ………

Sekretaris Dra. Theresia Sumini, M.Pd ………

Anggota Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd ………

Anggota Brigida Intan Printina, M.Pd ………

Anggota Dra. Theresia Sumini, M.Pd ………

Yogyakarta, 26 Juli 2019

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si

iii

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Orang tua saya “Nuruami Waruwu” dan keluarga besar saya yang telah memberi banyak dukungan serta doa yang tiada henti.

iv

(5)

MOTTO

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan Diberikan kepadamu; carilah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap Orang yang mencari mendapat dan setiap Orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.

(Lukas 11:9-10)

Kerja kerasmu hari ini akan menentukan hari esok dan masa yang akan datang.

(Yuslina Halawa)

v

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juli 2019

Yuslina Halawa 151314021

Yogyakarta, 26 Juli 2019

vi

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yuslina Halawa

NIM : 151314021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya ke internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Tanggal 26 Juli 2019 Yang Menyatakan,

Yuslina Halawa 26 Juli 2019

vii

(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 SEWON

Oleh Yuslina Halawa

151314021

Universitas Sanata Dharma

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan: (1) minat belajar sejarah siswa dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan (2) prestasi belajar sejarah siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin yang dilakukan dua siklus dengan tahapan- tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon yang berjumlah 34. Sedangkan objeknya adalah minat belajar siswa, model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan adalah observasi, kuesioner dan melalui teknik analisis data komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ada peningkatan prestasi belajar sejarah siswa dengan skor rata-rata pra siklus 75,03%, pada siklus I menjadi 78,28%, dan terjadi peningkatan lagi siklus II yaitu 81,77%. (2) ada peningkatan minat belajar sejarah siswa selama diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), berdasarkan hasil skor rata-rata yang diperoleh pada keadaan awal minat adalah 76,08% meningkat 82,81% pada siklus II. Ini bermakna bahwa model pembelajaran Numbred Head Together (NHT) sesuai diterapkan dalam pembelajaran sejarah, khususnya pada materi

“Akar-akar Nasionalisme di Indonesia”.

Kata Kunci: Minat Belajar, Prestasi Belajar dan Numbered Head Together (NHT)

viii

(9)

ABSTRACT

INCREASING THE INTEREST AND ACHIEVEMENT OF LEARNING HISTORY SUBJECT THROUGH THE COOPERATIVE LEARNING MODEL OF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) FOR GRADE XI IPS

STUDENTS OF SMA NEGERI 1 SEWON

By Yuslina Halawa

151314021

Sanata Dharma University

This study aims to increase: (1) students’ learning interest by implementing Numbered Head Together (NHT) learning model and (2) students’

achievement of learning history subejct after the implementation of Number Head Together (NHT) learning model.

The method used in this research is Classroom Action Research (CAR) of Kurt Lewin model which is done in two cycles through planning, implementation, observation, and the result of reflection. There are 34 grade XI IPS students of SMA Negeri 1 Sewon who are the subject of this research, while the object of this research is students’ interest, Number Head Together (NHT) learning model, and students’ achievement. The instruments used are oberservations, questionnaires and test. Data anlysis techique is used in this research.

The result of this study shows that (1) There is an increase of achievement in students’ learning history subject from the average score 75,03%, in the first to become, 78,28% then in the second cycle, and then 81,77%. (2) There is an increase of students’ interest in learning history subject by implementaing Number Head Together (NHT) learning model. Based on the result of the average score obtained from 76,08% to become 82,81% in the second cycle. It means that Number Head Together (NHT) model is suitable to applid in historical learning, especially on the material: “The Roots of Nationalism In Indonesia”

Keyword: Interest Learning, Learning Achievement And Number Head Together (NHT)

ix

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis patut mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan berkat yang sungguh luar biasa sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Peningkatan Minat Dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak membantu. Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd, M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

3. Drs. YR. Subakti M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan dukungan.

4. Brigida Intan M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah membantu dalam membimbing serta segala kasih kesabarannya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

x

(11)

5. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah banyak memberikan dukungan serta kemudahan bagi peneliti selama berproses di Program Studi Pendidikan Sejarah.

6. Seluruh Dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah banyak memberikan dukungan, melayani selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

7. Kepada Kepala sekolah, guru dan staf pegawai SMA Negeri 1 Sewon yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

8. Keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang telah bekerjasama dengan Beasiswa Nias Barat dan WR IV yang telah banyak memberikan tenaga dan perhatian kepada mahasiswa beasiswa kerjasama.

9. Kepada Ibu, abang dan adik serta keluarga besar yang telah banyak mendukung.

10. Kepada teman-teman angkatan 2015 yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya.

Yogyakarta, 26 Juli 2019 Penulis

Yuslina Halawa

xi

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Halaman Persetujuan ...ii

Halaman Pengesahan ...iii

Halaman Persembahan ...iv

Motto ...v

Pernyataan Keaslian Karya ...vi

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis ...vii

Abstrak ...viii

Abstract ...ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi...xii

Daftar Gambar ...xv

Daftar Tabel ...xvi

Daftar Lampiran ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Pemecahan Masalah... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5

G. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Kajian Teori... 7

1. Konsep Minat ... 8

2. Minat Belajar ... 10

3. Konsep Belajar ... 12

4. Konsep Sejarah ... 14

xii

(13)

5. Pembelajaran Sejarah ... 15

6. Pembelajaran Kooperatif ... 17

7. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ... 19

8. Prestasi Belajar Sejarah ... 22

9. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 23

B. Materi Pembelajaran ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian ... 29

C. Objek Penelitian ... 29

D. Variabel-variabel Penelitian ... 30

E. Definisi Operasional ... 30

F. Pengumpulan Data ... 31

G. Instrumen Penelitian ... 33

H.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 37

1) Permohonan Izin ... 37

2) Observasi ... 37

3) Menyusun Silabus ... 37

4) Menyusun RPP ... 37

5) Mempersiapkan Media Pembelajaran ... 37

6) Menyiapkan Instrumen Penelitian ... 37

I. Desain Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 39

1. Observasi Pra Siklus ... 43

2. Siklus I ... 47

a.Perencanaan siklus I ... 47

b. Tindakan I ... 48

c. Observasi kegiatan belajar ... 50

xiii

(14)

d. Refleksi siklus I ... 54

3. Siklus II ... 55

a. Perencanaan siklus I ... 55

b. Tindakan II... 55

c. Observasi kegiatan belajar ... 57

d. Refleksi siklus II ... 63

B. Komparasi Aktivitas Belajar, Minat dan Prestasi Belajar ... 64

1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa ... 64

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 65

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 66

2. Komparasi Minat Belajar Siswa ... 67

3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 69

a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 69

b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 72

C. Pembahasan ... 75

1. Minat Belajar Sejarah Siswa ... 75

2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

Daftar Pustaka ... 80

Lampiran ... 83

Dokumentasi ...155

xiv

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Diagram Minat Belajar Pra Siklus ... 44

Gambar II Diagram Prestasi Belajar Pra Siklus ... 47

Gambar III Diagram Prestasi Siwa Siklus I ... 53

Gambar IV Diagram Minat Siswa Siklus II ... 60

Gambar V Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 63

Gambar VI Diagram Komparasi Minat Pra Siklus & Siklus II ... 69

Gambar VII Diagram Komparasi Prestasi Pra Siklus & Siklus I ... 72

Gambar VIII Diagram Komparasi Prestasi Siklus I & Siklus II ... 75

xv

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: On Task ... 41

Tabel 2: Off Task ... 41

Tabel 3: Data Minat Pra Siklus ... 42

Tabel 4: Data Kriteria Minat Siswa Pra Siklus ... 43

Tabel 5: Data Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus ... 45

Tabel 6: Data Kriteria Prestasi Siswa Pra Siklus ... 46

Tabel 7: Data Kegiatan Kooperatif Siswa Pertemuan I Siklus I ... 50

Tabel 8: Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 52

Tabel 9: Data Kriteria Prestasi Siswa Siklus I ... 53

Tabel 10: Data Kegiatan Kooperatif Siswa Siklus II ... 58

Tabel 11: Data Minat Belajar Siswa Siklus II... 59

Tabel 12: Data Kriteria Minat Siswa Siklus II ... 60

Tabel 13: Data Prestasi Belajar Siklus II ... 62

Tabel 14: Komparasi Aktivitas Siswa Pra Siklus & Siklus I ... 65

Tabel 15: Komparasi Aktivitas Siswa Siklus I & Siklus II ... 68

Tabel 16: Komparasi Minat Belajar Siswa Pra Siklus & Siklus II ... 67

Tabel 17: Komparasi Tingkat Minat Siswa Pra Siklus & Siklus II ... 68

Tabel 18: Komparasi Prestasi Siswa Pra Siklus & Siklus I ... 70

Tabel 19: Komparasi Tingkat Prestasi Pra Siklus & Siklus I ... 71

Tabel 20: Komparasi Prestasi Siswa Siklus I & Siklus II ... 73

Tabel 21: Komparasi Tingkat Prestasi Siklus I & Siklus II ... 74

xvi

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Jadwal Penelitian ... 84

Surat Izin Penelitia Dari Kampus Universitas Sanata Dharma ... 85

Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ... 87

Silabus ... 88

RPP Siklus I ... 89

Materi Siklus I ... 98

Soal Tes Prestasi Siklus I ... 101

RPP Siklus II ... 106

Materi Siklus II ... 116

Soal Tes Prestasi Siklus II ... 119

Soal Tes Prestasi Siklus II ... 141

Lembar Observasi Lingkungan Sekolah ... 124

Instrumen Pbservasi Aktivitas Guru di Kelas ... 127

Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas ... 130

Kisi-kisi Minat Belajar Sejarah ... 131

Kuesioner Minat Belajar Sejarah ... 137

Uji Reliabilitas Alfa ... 142

Hasil Prestasi Belajar Siklus I ... 144

Hasil Prestasi Belajar Siklus II ... 145

Validitas Minat Belajar ... 146

Validitas Prestasi Belajar ... 151

xvii

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat manusia dari sejak kelahirannya terus mengalami perubahan- perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Manusia merupakan makluk hidup dengan memiliki akal budi serta memiliki potensi untuk terus melakukan pengembangan dalam hidupnya. Sifat pengembangan manusia menunjukkan dalam sisi tertentu misalnya sisi dinamis artinya perubahan terjadi terus menerus pada manusia. Salah satu pengembangan manusia yaitu dengan melalui pendidikan. Melalui pendidikan manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan dapat diwariskan. Tetapi bukan hanya sekedar untuk diwariskan namun bagaimana manusia itu menerapkan dalam watak maupun kepribadian. Nilai-nilai kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk bisa hidup berdampingan dengan sesama. Adanya upaya pendidikan melalui nilai-nilai kemanusian untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia itu sendiri.

Ki Hajar Dewantara berpendapat, bahwa pendidikan itu termasuk pengajaran bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna mengembangkan benih turunan dari bangsa itu, agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin.1 Dengan adanya pendidikan tentunya adanya ruang atau tempat yang dibutuhkan yaitu sekolah. Sekolah dalam hal ini, berperan sebagai wadah/tempat untuk

1 Djumhur, Sejarah Pendidikan, Bandung, 1959, hlm. 173.

(19)

menjalankan proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pendidikan juga dapat diperoleh dengan keluarga dan lingkungan masyarakatnya. Hal ini akan menjadi pengaruh bagi setiap individu yang mendapatkan pendidikan tersebut.

Sekolah pada dasarnya menjadi salah satu tempat atau lingkungan yang dapat membantu anak dalam mengembangkan karakternya. Hal ini akan menjadi faktor pembentukan atau pembinaan watak anak didik. SMA Negeri 1 Sewon telah mengalami banyak kemajuan baik pada bidang non akademik maupun akademik. Hal ini membuktikan bahwa setiap tahunnya SMA Negeri 1 Sewon ini meraih kejuaraan dengan memperoleh beragam piagam maupun penghargaan.

Sesuai dengan Permendikbud No. 53 tahun 2015, guru SMA Negeri 1 Sewon melaksanakan penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan keterampilan. Penilaian sikap terdiri atas jurnal, penilaian diri dan antar teman. Penilaian pengetahuan dalam bentuk tes lisan, tugas dan ulangan harian. Penilaian keterampilan terdiri atas penilaian unjuk kerja, projek, produk dan portofolio.

Peningkatan prestasi akademik di SMA Negeri 1 Sewon yakni pada kelulusan ujian 100% dan juga jumlah siswa yang diterima di PTN mencapai 50%, pencapaian siswa dalam kegiatan OSN sampai tingkat provinsi. Disamping itu meningkatnya prestasi non akademik yakni menjadi juara POPDA, POPWIL dan POPNAS, mendapat juara pada OOSN, mencapai kejurnas pada berbagai cabang olahraga dan masih banyak lagi.

Selain keberhasilan prestasi SMA Negeri 1 Sewon juga tidak dipungkiri dari kelemahan-kelemahan yang terdapat di SMA Negeri 1 Sewon sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru sejarah kelas XI IPS 1,

(20)

memberitahukan bahwa kurangnya ketertiban maupun kedisplinan yang terdapat pada siswa. Pada saat melakukan observasi peneliti mengamati siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti mendapatkan siswa yang masih keluar masuk kelas, main handphone yang tidak berkaitan dengan mencari sumber pembelajaran, dan mengantuk. Hal ini ketertarikan dalam mengikuti proses pembelajaran kurang diminati dapat dibuktikan hasil kuesioner minat belajar sejarah menunjukkan hasil atau skor rata- rata yaitu 76,08

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon, masih terdapat siswa yang belum tuntas KKM (kriteria ketuntasan minimal) dengan KKM 75, siswa dari jumlah 34 yang belum mencapai KKM sebanyak 15 dan yang tuntas 19. Berdasarkan data tersebut perlu diadakan perbaikan dengan mencoba menerapkan model pembelajaran. Untuk itu, peneliti menggunakan model pembelajaran yang tepat dan kreatif dalam mengatasi permasalahan yang ada. Model pembelajaran yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif dengan type Numbered Head Together (NHT). Model ini bertujuan agar dapat mengatasi permasalahan yang ada untuk meningkatkan minat serta prestasi belajar sejarah siswa. Numbered Head Together merupakan model pembelajaran bagian dari kooperatif yang menguji kemampuan siswa untuk siap sedia dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini bisa memicu siswa untuk terlibat aktif dan mampu bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

(21)

Melalui penerapan model ini, siswa diharapkan mampu memiliki pengalaman belajar dan kreatifitas bekerjasama, berpikir kritis dan bertanggungjawab dalam kelompoknya. Pemahaman untuk mengikuti pembelajaran sangat penting demi kecakapannya dalam bekerja sama pada kelompok. Model Numbered Head Together (NHT) memiliki keunikan tersendiri karena suasana pembelajarannya menjadi kondusif dan menyenangkan.

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memiliki kelebihan yaitu dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh dimana siswa yang pandai dapat membantu temannya yang kurang pandai, melatih siswa dalam meningkatkan keterampilan salah satunya komunikasi melalui jalannya diskusi kelompok dan waktu yang cukup banyak siswa dapat memanfaatkannya untuk berpikir dalam menjawab soal-soal yang telah diberikan. Berdasarkan kelebihan dari model pembelajaran NHT dapat memecahkan permasalahan yang ada pada kelas XI IPS 1 Sewon. Hal ini juga dapat meningkatkan minat dan prestasi pembelajaran sejarah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan pada penelitian ini, yaitu:

1. Minat belajar sejarah masih rendah 2. Pretasi belajar sejarah masih rendah

3. Penerapan metode pembelajaran sejarah yang kurang menarik

(22)

C. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 Sewon?

E. Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada, pemecahan masalah yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran sejarah.

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

(23)

2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini akan memudahkan serta memperbaiki pembelajaran di dalam kelas dan serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat bagi guru, sebagai alternatif bagi guru serta membantu guru dalam guna mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang efektif dan efesien.

3. Manfaat bagi siswa, meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

4. Manfaat bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penelitian tindakan kelas. Selain itu juga dapat mengembangkan model- model pembelajaran yang kreatif dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.

(24)

7 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Konsep Minat

Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu, minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.2

Minat merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang dalam memperoleh suatu pencapaian serta ketertarikan suatu kegiatan bahan ajar.

Dengan begitu minat akan menimbulkan rasa suka akan suatu bahan ajar maka dapat mempermudah suatu bahan ajar yang akan dipelajari. Namun dalam minat juga jika dihubungkan dalam bahan ajar masih terdapat beberapa bagian dari bahan ajar yang menarik minat. Maka cara mengatasinya dapat dilakukan dengan cara memilih terlebih dahulu bagian-bagian yang disukai atau yang mudah untuk dipelajari.

Menurut Ahmad Susanto3 minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Minat yang berasal dari pembawaan

Minat dalam hal ini timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah.

b. Minat yang timbul dari luar

2 H. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hlm.

192.

3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, Prenademedia Group, Jakarta, 2015,hlm.60

(25)

Minat ini ditimbulkan karena adanya pengaruh dari luar diri individu yang timbul seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan.

Maka dengan adanya minat dapat dengan mudahnya memahami suatu bahan ajar untuk dipelajari serta mudah dicermati karena adanya suatu keinginan untuk dipelajari. Di lingkungan pendidikan salah satu penyebab umum berkurangnya minat pada anak didik di sekolah adalah konsep sekolah yang tidak realistis. Artinya ada anggapan bahwa sekolah hanya untuk tempat bermain namun kesempatan untuk belajar sesuatu hal yang menarik sangat penting untuk ditelaah. Peran seorang guru dalam mengajarkan sesuatu hal kepada peserta didik adalah kesempatan yang baik untuk lebih membuka wawasan bagi peserta didik serta memiliki ketertarikan tersendiri dalam meminatinya. Interaksi atau timbal balik guru dan peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsunya proses belajar mengajar.4 Rendahnya rasa minat terhadap anak didik ditandai dengan munculnya berbagai faktor salah satunya rasa kebosanan sehingga prestasi yang menurun, keinginan membolos, perilaku mengganggu di kelas yang tidak mendukung kegiatan pembelajaran.

Hal ini dalam pembelajaran sejarah tentunya sangat membutuhkan kekreatifan seorang guru jalannya proses pembelajaran yang tentunya dapat menarik minat para peserta didik untuk mempelajari sejarah. Dengan begitu dibutuhkan metode ataupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru yang bisa memunculkan keaktifan peserta didik di kelas.

4 Supardi, Sekolah efektif:Konsep Dasar dan Praktinya, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2013, hlm. 90.

(26)

Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.5 Minat ini sangat berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar karena seseorang murid akan menaruh minatnya tergantung pada pengalaman-pengalaman yang di perolehnya. Misalnya saja kehidupan oleh lingkungan sekitar dan keluarga. Timbulnya minat dan perhatian siswa dimana pelajaran itu akan sangat menarik bagi murid jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan nyata. Pengajaran yang menarik harus dipertimbangkan minat pribadi siswa. Memang ini tidak mudah dilakukan, namun setidak-tidaknya memberikan ruang yang mampu menarik minat dan perhatian kepada siswa.

Minat sebagai salah satu faktor yang penting pada kegiatan belajar siswa.

Adanya suatu ketertarikan dalam diri siswa maka pembelajaran akan semakin diminatinya, sebaliknya jika rasa ketertarikan sama sekali tidak muncul maka hasil belajar siswa akan berdampak negatif. Maka dengan adanya minat siswa dapat melihat dan memperluas pandangannya untuk memenuhi tuntutan keinginan belajarnya.

Di sekolah perlunya suatu minat yang sangat erat dalam kegiatan belajar.

Dengan adanya minat maka ini menjadi suatu fondasi yang bisa memberikan perhatian kepada orang di sekitarnya. Terutama bagi siswa minat akan mempengaruhi sikap serta tindakannya selama proses belajar di lingkungan sekolah.

5 Kurk Singer, Membina Hasrat Belajar Di Sekolah, Bandung , Remaja Karya CV, hlm. 78.

(27)

2. Minat Belajar

a) Pengertian Minat Belajar

 Minat adalah keinginan yang terus menerus yang ada untuk memperhatikan sesuatu. Minat dapat ditimbulkan dari semangat dalam melakukan kegiatan agar tujuan dari kegiatan tersebut dapat tercapai.

 Minat adalah perhatian yang mengandung suatu perasaan.

Sehingga minat menentukan sikap seseorang untuk terlibat aktif atau tidaknya dari suatu kegiatan.

 Minat adalah kecenderungan yang dimiliki seseorang yang biasanya mempunyai perasaan senang.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan yaitu:

1) Minat mempunyai hubungan yang erat dengan keinginan atau kemauan pada suatu aktifitas.

2) Perasaan senang juga menentukan setiap individu dalam memilih, memperhatikan suatu keadaan.

3) Minat adalah kecenderungan jiwa yang sifatnya aktif.

Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Fathurrohman yang dikutip oleh Sulistyorini6 belajar adalah suatu

6Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 174

(28)

kegiatan yang menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja.

Jadi minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan beberapa gejala yang ada pada diri seseorang, seperti; perasaan, keinginan, perasaan suka melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain minat belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui partisipasi dan keaktifan dalam belajar.

b) Aspek-aspek Minat Belajar

Minat yang telah diperoleh melalui adanya suatu proses belajar dikembangkan melalui proses menilai suatu objek yang kemudian menghasilkan suatu penilaian-penilaian tertentu terhadap objek yang menimbulkan minat seseorang. Minat memiliki dua aspekyaitu7:

1) Aspek Kognitif

Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif ini didasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari oleh seseorang.

2) Aspek Afektif

Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep dari kognitif, artinya dari sikap atau objek yang menimbulkan minat sehingga aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasi tindakan seseorang.

c) Indikator Minat Belajar

Ada beberapa indikator yang memiliki minat belajar yang tinggi. Hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas.

1) Perhatian dalam belajar

7Jhptump-a-herawahyus-817-2-babii.pdf.

(29)

Perhatian merupakan konsentrasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu kegiatan yang diamati dengan mengesampingkan kegiatan yang lain. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek serta berusaha memperhatikan penjelasan dari gurunya.

2). Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Artinya tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. Jadi minat adalah keinginan atau kemauan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu aktifitas tertentu.

3. Konsep Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh seseorang dengan mengalami suatu perubahan. Perubahan akan terjadi dengan melalui interaksi lingkungan dalam berlangsungnya suatu kehidupan seseorang tersebut.

Perubahan-perubahan itu akan semakin terlihat bila dipandang dengan tingkah laku.

Menurut Schunk yang dikutip oleh Teguh Triwiyanto8 belajar merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya.

Dalam kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri dapat terjadi dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya

8 Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2014, hlm. 15.

(30)

perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.9

Menurut Gagne yang dikutip oleh Muhammad Rahman10 belajar adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Maka dalam belajar ada tiga unsur pokok yakni : a. Proses

b. Perubahan Perilaku c. Pengalaman.

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas peran seorang guru hal ini ditandai dengan menyiapkan perencanaan dan persiapan. Sebagai guru yang intensional dengan menggunakan berbagai metode pengajaran, pengalaman, penugasan, dan bahan untuk memastikan bahwa anak-anak mencapai semua jenis sasaran kognitif, mulai dari pengetahuan, penerapan hingga kreativitas. Menurut John Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif. Dengan teori tabularasanya, Lock menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Dari pandangan yang menjadi dasar tentang hakikat manusia itu, memunculkan aliran belajar behavioristik-elementeristik.11

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenademia Group, Bandung, 2006, hlm. 112.

10 Muhammad Rahman dan Sofan Amri, Model Pembelajarn “ARIAS” (Assurance, Relavance, Interest, Assessment, Satisfaction) : Terintegritas Dalam Teori dan Praktik Untuk Menunjang Penerapan Kurikulum 2013. Jakarta, Prestasi Pustaka, 2014, hlm. 40.

11 op.cit. hlm 113.

(31)

4. Konsep Sejarah

Sejarah sebagai suatu realita peristiwa, kejadian yang berkaitan dengan perilaku dan pengalaman hidup manusia di masa lampau adalah suatu realita yang obyektif, artinya suatu peristiwa yang benar-benar terjadi apa adanya.12

Beverley Southgate menyatakan sejarah adalah suatu studi masa lampau, suatu studi yang hasilnya secara ideal suatu penyajian masa lalu sebagai mana adanya. Dan sebagai suatu studi yang memiliki poin yang nyata tidak hanya dinikmati adanya, tetapi juga secara moral berguna di dalam pengajaran.13

Ciri sejarah sebagai studi yaitu manusia dalam konteks waktu bukan hanya masa lalu saja, karena kehidupan manusia berada dalam kehidupan manusia lainnya atau masyarakat. Selain itu kejadian masa lalu manusia yang dapat memberikan pelajaran pada masa kini dan masa yang akan datang. Sejarah memiliki setiap makna atau nilai. Mendengar kata sejarah kita bisa belajar dari masa lalu, dari masa lalu itulah sejarah memberikan pelajaran atau dapat dipetik dari kehidupan pada masa lalu itu.

Belajar sejarah adalah belajar pada kehidupan manusia dalam konteks waktu. Artinya waktu dalam sejarah itu sendiri tidak hanya masa lalu belaka, akan tetapi juga untuk masa sekarang atau masa yang akan datang. Dimana peristiwa yang terjadi pada masa lalu menjadi suatu pembelajaran untuk dipahami pada masa kini dan masa yang akan datang.

12Dwi Susanto, Pengantar Ilmu Sejarah, Goverment Of Indonesia (GoI) and Islamic Development Bank (IDB), Surabaya, hlm . 7.

13Agus Mulyana, Pengantar Ilmu Sejarah Dan Reaksi Terhadap Imperialisme, Universitas Pendidikan Indonesia, hlm. 4.

(32)

5. Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang ada serta dipelajari oleh siswa ditingkat sekolah menengah atas. Dengan belajar maka guru memiliki kreatifitas dalam menarik perhatian siswa untuk meminati pelajaran tersebut.

Dalam konteks pembelajaran sejarah bukan hanya sebagai proses untuk mentrasfer suatu ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk lebih memahami atau mendalami identitas bangsa yang sesungguhnya melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Namun dalam pengajaran sejarah, masih terdapat atau memakai metode serta strategi mengajar yang kurang menarik bagi anak didik sehingga menimbulkan kebosanan dan tidak aktif dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

Dengan timbulnya suatu anggapan banyak orang bahwa dalam belajar sejarah yang paling ditonjolkan dalam belajarnya adalah menghafal. Hal inilah yang menimbulkan kebosanan untuk mempelajari atau meminati pelajaran sejarah selama ini. Padahal untuk lebih jelasnya jika dipahami lebih rintis bahwa belajar sejarah itu adalah hal yang sangat menyenangkan dimana kita belajar dari masa lalu, masa kini untuk masa yang akan datang.

Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa sekarang dengan mengkaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi basis topik pembelajaran sejarah. Kemampuan melakukan konstruksi ini harus dikemukakan secara kuat agar pembelajaran tidak terjerumus dalam pembelajaran yang bersifat konservatif. Kontekstualitas sejarah harus kuat

(33)

mengemuka dan berbasis pada pengalaman pribadi para siswa. Apalagi sejarah tidak akan terlepas dari konsep waktu, kontinyuitas dan perubahan.14

Strategi pembelajaran juga mempengaruhi berbagai faktor salah satunya perencanaan yang dilakukan oleh seorang pendidik dimana adanya suatu planning untuk mengatur kegiatan antara peserta didik. Tujuannya agar pendidik atau media maupun sumber belajar dapat tercapai. Konsep inilah yang hendaknya menjadi komponen untuk mendukung proses pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, media dan sumber belajar.

Dengan demikian untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran sejarah hendaknya sebagai pendidik atau guru dapat memakai metode serta strategi belajar yang bisa menimbulkan ketertarikan anak didik serta minat dalam pelajaran sejarah. Strategi mengajar dalam hal ini yaitu membantu agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret maka strategi mengajar sangat diperlukan dan juga sesuai dengan kebutuhan serta situasi anak didik.15 Maka dengan model pembelajaran yang digunakan dapat mendapat nilai serta hasil belajar yang baik dan mudah terjadinya hubungan timbal balik antara pendidik dan anak didik.

Selain itu pembelajaran sejarah juga harus peka terhadap perkembangan peserta didik yakni perkembangan zaman. Hal ini sejarah bisa bercerita tentang kehidupan masa lalu. Artinya banyak yang mengandung nilai-nilai fakta sejarah yang akan disampaikan dengan fakta sejarah sehingga peserta didik mengikuti

14https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/PARADIGMA

%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf (diunduh, pada hari minggu, 22 Oktober 2017, pukul 19:40).

15 Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme Dalm Pendidikan. Yogyakarta, Kanisius, 1997, hlm. 69.

(34)

alurnya dan membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme suatu bangsa.

Strategi pembelajaran sejarah digunakan untuk memunculkan rasa ketertarikan setiap peserta didik. Sejarah bukan sekedar kebekuan penghafalan saja tetapi disini guru diharapkan memiliki kreatifan agar peserta didik tidak jenuh dalam belajar sejarah. Hal inilah yang menjadi suatu tantangan oleh pendidik dalam mengajarkan sejarah. tujuan pembelajaran sejarah agar bisa membangkitkan serta mengembangkan semangat kebangsaan, menyadarkan anak tentang Pancasila dan UUD 1945 dan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Adapun tujuan pembelajaran sejarah terhadap anak didik yakni:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang waktu dan tempat dimana hal inilah yang menjadi suatu proses dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

b. Melatih daya kritis peserta didik agar mampu memahami fakta-fakta sejarah secara benar.

c. Menumbuhkan pemahaman terbentuknya suatu bangsa bahwa semuanya itu butuh perjuangan dan proses yang sangat berharga.

d. Menumbuhkan rasa kesadaran diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa cinta akan tanah air.

6. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif ini sangat sering kita jumpai pada saat pembelajaran berlangsung, dimana pembelajaran ini bentuknya sama dengan kerja kelompok .Tentu dalam kerja kelompok ini juga anggota kelompok diharapkan saling bertukar gagasan atau sharing agar suatu permasalahan dapat dipecahkan bersama sesuai obyek yang dikaji. Menurut Slavin yang dikutip oleh Rusman16

16Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesional Guru, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 201

(35)

pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Dengan demikian model Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.17 Terjadinya pembelajaran kooperatif (cooperative learning) anak didik secara tidak langsung diberi kesempatan untuk saling bekerja sama dalam mengerjakan suatu tugas dan pokok permasalahan yang diberikan oleh guru. Belajar kooperatif ini juga dapat mendorong keaktifan siswa dengan timbulnya interaksi yang secara terbuka kepada anggota kelompok. Jadi kelompok ini yang tadinya ada siswa yang kurang aktif di kelas dalam tanya jawab pada saat pembelajaran berlangsung. Dari sinilah terbentuk sedikit demi sedikit kemampuan siswa tersebut untuk bisa melatih diri dalam menyampaikan ide atau gagasannya.

Sebagai model pembelajaran sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, maka pembelajaran kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.18

Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar

17 Ibid, hlm. 202.

18 H.Isjoni, Pembelajaran Koopeartif:Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, ,Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2009. hlm. 45.

(36)

berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.19

7. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran sangat mendukung dalam kegiatan proses belajar siswa. Model pembelajaran ini nantinya yang bisa terarahkan siswa dalam menjalankan tugasnya yang diberikan oleh guru. Menggunakan model pembelajaran yang bervariasi hal ini akan membuat peserta didik timbul daya ketertarikan dalam proses pembelajaran tersebut. Sebagai calon guru yang produktifitas mencoba untuk menerapkan model pembelajaran yakni Numbered Head Together (NHT). Hal ini setiap guru juga tentunya sangat mengharapkan hasil belajar siswanya tidak rendah serta setiap ilmu pengetahuan yang diajarkan dapat dimengerti oleh siswanya.

Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana harapannya dapat mendorong siswa lebih aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Dalam pembelajaran kooperatif tentunya yang paling diutamakan adalah adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dimana siswa akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang telah ditentukan atau disampaikan oleh guru.

Menurut Lie yang dikutip oleh Destiyandani 20 pengertian NHT atau Kepala Bernomor adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan

19Op.cit. hlm. 242.

(37)

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga dapat mendorong minat siswa dalam meningkatkan semangat untuk bekerjasama. Tidak tertutup kemungkinan juga pada mata pelajaran lain model pembelajaran ini sangat efektif untuk bisa dipakai dalam berlangsunya pembelajaran di kelas yang diajar oleh guru.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan atau persiapan yang dilakukan pada saat model ini di pakai yakni:

1) Dalam penomoran guru mampu mengelompokkan menjadi 8 kelompok yang anggotanya 3 sampai 4. Dalam penomoran pun setiap siswa memiliki nomor yang beragam.

2) Setiap pertanyaan yang diajukan sama disetiap masing-masing kelompok.

Pertanyaan tersebut telah dibagikan pada setiap kelompok berupa LKS.

3) Pemecahan masalah artinya siswa diharapkan mampu berpikir logis dalam menemukan jawaban sesuai pertanyaan atau soal yang telah dibagikan oleh guru. Guru juga tidak terlepas untuk menemani siswanya dan membantu setiap kesulitan yang dihadapi.

4) Dalam langkah terakhir ini adalah pemberian jawaban dimana guru memanggil salah satu nomor secara acak pada setiap kelompok. Siswa yang nomornya terpanggil diminta untuk melaporkan hasil kerjasama atau diskusi kelompok.

Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu:

a) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh dimana siswa yang pandai dapat membantu temannya yang kurang pandai.

b) Melatih siswa dalam meningkatkan keterampilan salah satunya komunikasi melalui jalannya diskusi kelompok.

c) Dalam waktu yang cukup banyak siswa dapat memanfaatkannya untuk berpikir dalam menjawab soal-soal yang telah diberikan.

d) Setiap siswa menjadi siap menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan oleh guru.

Selain kelebihan dalam model pembelajaran NHT, adapun kekurangannya yaitu setiap nomor yang dipanggil oleh guru tidak semua anggota kelompok

(38)

mendapatkan kesempatan untuk menjawab. Hal ini memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi karena ada diskusi kelompok dan diskusi kelas.

Dalam proses pembelajaran satu hal yang sangat diharapkan yakni keaktifan siswa dalam menerima pelajaran yang diperoleh dari guru, jadi keaktifan guru juga tidak menghilang artinya siswa yang lebih ditekankan keaktifannya dimana guru sebagai fasilitator bagi siswanya. Dengan demikian guru mendampingi, menuntun, memantau, mangamati kegiatan siswa selama pembelajaran.

Dari paparan diatas dapat diamati bahwa adanya peranan seorang guru juga peranan siswa dalam pembelajaran. Anak didik ikut berpatisipasi langsung dalam pembelajaran dimana siswa diharapkan dapat menganalisis suatu pokok permasalahan serta dapat memecahkan problem yang akan dikaji. Agar semuanya dapat terarah dalam mencapai suatu tujuan antara siswa dan guru, maka guru perlu menggunakan strategi atau model pembelajaran yang tepat. Setelah itu tugas guru juga dapat menumbuhkan minat para siswanya agar siswa dapat terdorong dalam mempelajari mata pelajaran sejarah.

Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang bisa merangkup dorongan siswa serta membantu dalam memecahkan suatu pokok permasalahan yang ada. Dalam pembelajaran, siswa juga dituntut agar saling membantu satu sama lain dengan kata lain bekerja sama dalam kelompok.

Peranan penting yang harus dicapai juga siswa dapat meningkatkan pemahaman dalam kecakapan saat pelajaran berlangsung baik individu maupun kelompok.

Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses

(39)

pembelajaran yang memiliki dampak positif terhadap minat dan prestasi belajar sejarah siswa.

8. Prestasi Belajar Sejarah

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinterkasi dengan lingkungannya.21 Belajar adalah hal memperoleh kebiasaan, pengetahuan sikap.22 Dengan belajar, seseorang akan menghasilkan ide, gagasan baru yang sejalan dengan apa yang ia peroleh selama belajar. Belajar identik dengan seseorang yang sedang berpikir tentang apa yang ingin mereka ketahui, karena dengan rasa ingin tahu maka rasa ingin tahu tersebut seseorang akan melakukan aktivitas untuk berpikir.

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “prestasi” dan

“belajar”. Pada setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).23 Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.24

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu atau kelompok.25 Sutratinah Tirtonegoro mengartikan prestasi belajar sebagai penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk, simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan

21 L. Crow & A. Crow. Psycologi Pendidikan, Terj. Abd Rachman Abror (Yogyakarta: Nur Cahaya, hlm.

275.

22 Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, hlm. 2

23 Moh. Zaiful Rosyid Mustajab & Aminol Rosid Abdullah. Prestasi Belajar, Pamekasan, Literasi Nusantara, 2019, hlm. 5.

24 Muhammad Fathurrahman & Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Teras, 2012, hlm. 118.

25 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya, Usaha Nasional, 1994, hlm. 19.

(40)

hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.26 Selain itu, Muhibbin Syah berpendapat bahwa prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program pengajaran. Indikator prestasi belajar adalah pengungkapan hasil belajar yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Ranah yang dimaksud adalah adalah ranah cipta, rasa dan karsa.27

Setelah beberapa penjelasan dari atas maka dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan pembelajaran yang disertai perubahan yang telah dicapai oleh seseorang atau siswa. Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi dalam prestasi belajar siswa, yaitu:28

a) Faktor Internal faktor yang berasal dari diri siswa

Faktor internal ini adalah faktor yang datangnya dari diri siswa berupa faktor psikologis (minat, bakat, intelegensi, emosi, kelelahan dan cara belajar) b) Faktor Eksternal yang berasal dari luar diri siswa

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri siswa yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkunga sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam.

9. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru atau seseorang peneliti yang dilakukan dikelas. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di

26 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya, Jakarta, Bina Aksara, 2001, hlm. 43.

27 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1995, hlm. 141.

28 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hlm. 55.

(41)

kelas.29 Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan setelah pengamatan seorang guru sehari-hari di kelas. Masalah ini pun akan dapat ditemukan setelah guru mengamati pada saat proses pembelajaran. Setelah guru menemukan masalah hal ini dalam pemilihan metode yang dapat memecahkan permasalahn yang dihadapi guru dikelas.

Penelitian tindakan kelas dapat mengarah pada peningkatan pribadi dan sosial. Gagasan tentang perubahan sosial melekat dalam proses kelompok individu yang berkomitmen untuk mengubah cara mereka berpikir dan bertindak.

Dengan bekerja bersama, praktisi individual dapat menjadi agen perubahan yang dinamis yang dapat menghasilkan perubahan sosial skala besar. Penelitian tindakan adalah bentuk penelitian pribadi, tetapi selalu dilakukan secara kolaboratif karena melibatkan individu-individu yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.30

Pemilihan penelitian tindakan kelas adalah salah satu alasan bagi seorang guru maupun peneliti, betapa pentingnya penelitian ini dilakukan. Kesadaran sejak awal kalau sudah menyadari adanya permasalahn dengan praktik belajar mengajar maka kita juga menyadari betapa pentingnya permasalahan itu untuk segera mungkin dipecahkan. Usaha atas kesadaran untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran yang kita praktikan itulah, kita disarankan untuk melakukan penelitian tindakan kelas.31 Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh melalui PTK yaitu:

29 Suharsimi Arikanto, Suhardjono & Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara, 2007, hlm.

2.

30 Suwarsih Madya, Teori dan Praktik: Penelitian Tindakan, Bandung, ALFABETA cv, 2007, hlm. 21.

31 Susilo, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta, Pustaka Book Publisher, 2007, hlm. 15

(42)

a) Inovasi pembelajaran

b) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c) Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.32

Sedangkan salah satu alasan Penelitian tindakan kelas menjadi satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah:

1. Pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekadar trial and error

2. Menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam pembelajaran 3. Tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni mengajar

4. Guru sebagai peneliti

5. Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru 6. Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan 7. Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan.33

B. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dalam penelitian ini diambil dari:

Kompetensi Dasar:

3.8 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia dan pengaruhnya pada masa kini. Materi pokok dalam pembelajaran adalah Akar-akar Nasionalisme.

3.9 Menganalisis akar-akar demokrasi di Indonesia dan perkembangannya pada masa kini. Materi pokok dalam pembelajaran adalah Akar-akar demokasi di Indonesia dan perkembangannya pada masa kini.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tentunya hal yang diutamakan adalah keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, peran sebagai pendidik juga dituntut untuk menjadi fasilitator bagi siswa. Guru

32 Ibid, hlm. 18.

33 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 51

(43)

diharapkan selalu memantau kegiatan siswa selama proses pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar sejarah di sekolah titik fokusnya hanya dalam penghafalan materi. Hal ini yang sering timbul pembelajaran sejarah membosankan, yang mengakibatkan minat dan prestasi belajar sejarah rendah.

Oleh sebab itu, untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Model ini menuntut siswa untuk breperan aktif dalam proses pembelajaran yang memiliki dampak positif terhadap minat dan prestasi belajar sejarah siswa. Dengan model ini siswa juga berusaha untuk meningkatkan kecakapan individu dan kelompok.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, minat dan hasil belajar siswa akan meningkat melalui penggunaan Model Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran sejarah.

(44)

Kerangka berpikir akan dipaparkan sebagai berikut:

Gambar I: Bagan Kerangka Berpikir penelitian

Guru belum menggunakan model pembelajaran Numbered

Head Together

Partisipasi dan prestasi belajar sejarah peserta didik masih rendah.

Tindakan yang dilakukan guru

Guru menerapakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Kondisi Akhir

Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan Minat dan Prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon.

SIKLUS II

Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) diterapkan dalam kelompok besar yang

terdiri dari 6-8 orang SIKLUS I

Pembelajaran Numbered Head Together diterapkan dalam kelompok yang kecil terdiri

dari 4-5 orang.

Pembelajaran Sejarah

(45)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Penerapan Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon.

2. Penerapan Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Sewon.

(46)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yakni penelitian tindakan kelas (PTK) Model Kemmis dan Mc Taggart dengan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, pengetahuan, pengamatan, dan refleksi.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Alamat Jl. Parangtritis KM.5, Tarudan, Bangunharjo, Sewon, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II (Genap) tahun ajaran 2019/2020 yaitu pada bulan April 2019. Waktu penelitian akan disesuaikan dengan kalender pendidikan di sekolah.

3. Subjek penelitian

Penelitian tindakan kelas ini melibatkan seluruh peserta didik kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Sewon.

C. Objek Penelitian

Penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan tujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah siswa.

(47)

D. Variabel-variabel Penelitian

Variabel yang di akan diteliti dalam penelitian ini ada 2 yakni Variabel bebas dan Variabel terikat:

a. Variabel Bebas (X) : Model Pembelajaran Cooperative Learning b. Variabel Terikat (Y) : Minat dan Prestasi belajar sejarah

Prestasi Belajar Sejarah E. Definisi Operasional

Definisi yang diambil oleh peneliti, yakni sebagai berikut:

1) Minat belajar

Minat adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu. Secara umum minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Menurut Horlock minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.34 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih dan melakukan aktivitas karena adanya perhatian dan rasa senang.

Minat semakin bertambah jika kegembiraan atau perasaan senang pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, maka pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan daripada bila mereka merasa bosan. Jika anak didik tidak memperoleh kegembiraan pada suatu kegiatan, mereka hanya akan berusaha seperlunya

34 Elisabeth Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, Jakarta, Erlangga, 1978, hlm 114

(48)

saja. Akibatnya, prestasi mereka jauh lebih rendah dari kemampuan mereka.35

2) Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang selama proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.36

Prestasi belajar yang dimaksudkan adalah hasil (penguasaan) yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.37 Perubahan akan proses belajar yang telah dialami oleh siswa maka akan berdampak pada hasil yang diperoleh oleh siswa tersebut.

F. Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data yaitu sebagai berikut:

a) Siswa

Untuk mendapatkan nilai minat belajar dan hasil prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan berupa hasil nilai.

b) Dokumen

35 Elisabeth Hurlock, ibid.

36 https://eprints.uny.ac.id/8915/3/bab%202%20-08402244030.pdf. Di unduh tanggal 3 Agustus 2019.

37 Moh.Zaiful Rosyid, Mustajab & Aminol Rosid Abdullah, op. cit.

(49)

Sebelum dilaksanakan penelitian laporan nilai siswa sebelumnya sudah diperoleh oleh peneliti serta berbagai foto kegiaan belajar siswa selama proses pembelajaran pada saat penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah salah satu cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, tes hasil belajar, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan untuk melihat kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan sebelum peneliti melakukan siklus I & II. Instrumen observasi terlampir di halaman 128.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan minat belajar maupun prestasi belajar siswa. Peneliti melakukan wawancara kepada guru pengampu mata pelajaran sejarah. Instrumen wawancara terlampir di halaman.

c. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum maupun sesudah diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Tes hasil belajar siswa ini

(50)

sebagai alat tesnya adalah soal-soal pilihan ganda serta soal pada saat diskusi belajar berlangsung. Tes terlampir di halaman 107.

d. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data nilai ulangan harian siswa sebelum diterapkannya model Numbered Head Together (NHT) serta dengan mengumpulkan foto-foto selama proses penelitian terutama pada saat pembelajaran berlangsung.

G. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner Minat Belajar

Kuesioner minat belajar digunakan untuk mengetahui seberapa tingkat minat siswa dalam belajar. Kuesioner ini digunakan sebelum menerapkan model pembelajaran dan sesudah siklus II. Dalam penentuan skor menggunakan skal likert yang terdiri dari empat kategori. Pada pernyataan positif, pilihan jawaban yang disediakan yaitu: “Sangat Setuju”

(SS) dengan skor 4, “Setuju” (S) skor 3, “Tidak Setuju” (ST) skor 2 dan

“Sangat Tidak Setuju” (STS) skor 1. Sebaliknya pada pernyataan yang negatif yakni “Sangat Setuju” (SS) dengan skor 1, “Setuju” (S) skor 2,

“Tidak Setuju” (TS) skor 3 dan “Sangat Tidak Setuju” (STS) skor 4.

Untuk menentukan indeks persentase minat maka dihitung melalui rumus berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam teori Fungsional struktural ini memang mengabaikan perubahan sosial tetapi tidak mengabaikan kondisi sosial yang sakit atau abnormal (diz-.. Dalam konteks

Dalam hal itu beberapa kali ada petentangan di daerah Raba (dekat kecamatan Menjalin), pada waktu itu pada hari jumat suci dengan mengadakan upacara adat dan panatang saya bilang

Hal tersebut tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah direncanakan, dikarenakan oleh beberapa hal seperti dapat dilihat dari hasil wawancara

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan (action). Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan pengamatan terahdap aktifitas belajar

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, penyertaan, dan kasih sayang-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan

Mendeskripsikan contoh rancangan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual yang bermuatan pendidikan karakter sebagai sarana pembelajaran sejarah untuk

Usulan-usulan topik bimbingan belajar ini bermaksud untuk membantu siswa kelas IX SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2019/2020 yang memiliki tingkat minat

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan evaluasi dalam bentuk penilaian pengetahuan dengan memberikan lima butir soal esai sesuai dengan materi pelajaran