BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Conveyor
Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan berkelanjutan.
Dalam kondisi tertentu, conveyor banyak dipakai karena mempunyai nilai ekonomis dibanding transportasi berat seperti truk dan mobil pengangkut.
Conveyor dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak mempunyai fleksibilitas saat lokasi barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah barang yang masuk tidak kontinyu.
Conveyor mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan karakteristik barang yang diangkut. Jenis-jenis conveyor tersebut antara lain :
2.1.1. Conveyor Modular
Conveyor modular merupakan suatu sistem conveyor yang penumpu utama barang yang ditransportasikan adalah modular. Bentuk dan spesifikasi modular bermacam-macam sesuai dengan fungsionalnya. Produsen modular yang terkenal antara lain, intralox, abasit, rexnoth, unichain, Habasit dll.Produsen tsb
akan memberikan rekomendasikan jenis dan tipe modular yang sesuai. Material modular juga bermacam-macam dari polyatielen, acetal dsb.
Gambar 2.2 : Conveyor Modular
Sumber : toyotaequipmenblog – Sistem Conveyor
2.1.2. Belt Tramp Conveyor
Permukaan konveyor jenis ini sengaja dibuat dengan bentuk cekungan ini dimaksudkan agar matrial yang di bawa tidak tumpah,Jenis ini biasanya di pakai untuk mengangkut material dengan bentuk serbuk atau pun bongkahan,misalnya saja kedelai,beras,dan batu bara. Belt yang di pakai pada jenis ini adalah khusus dan harus kuat ada beberapa brand yang memproduksi belt jenis ini dan umum di pakai adalah continental belt Berdasarkan pearancangan belt conveyor dibedakan
menjadi stationery dan portable,Biaya total sistem conveyor meliputi:(1)biaya pemasangan sistem,(2)akses biaya transportasi pemasangan dan pelayanan sistem,(3)biaya pemeliharaan,penggantian,perbaikan (4)biaya bahan
Gambar 2.3 : Belt Tramp Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.1.3. Table Top Chain
Biasanya dipakai pada industry pengemasan minuman ,otomotif,dll.
Matrial yang di gunakan adalah acetal dan ada juga yang steinless steel. Jenisnya juga bermacam-macam sesuai dengan fungsional rekomendasi dari produsen.
Gambar 2.4 : Table Top Chain Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.1.4. Wire Mesh Conveyor
Conveyor yang menggunakan wire mesh (anyaman kawat ) sebagai belt, ini di maksud agar bisa diaplikasikan pada sistem oven conveyor karena wire ( biasanya dari material sus 304/316 ) agar tahan panas atau dengan tujuan lain.Lazimnya kontruksinya dirrangkai dengan rantai yang nantinya akan melewati sprocket penggerak serta batang rod sebagai penguat.
Gambar 2.5 : Wire Mesh Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.1.5. Conveyor Roller
Conveyor ini adalah conveyor yang paling umum digunakan.Lintasan geraknya tersusun dari beberapa tabung (roll) yang tegak lurus terhadap arah
lintasannya dimana plat datar yang ditempatkan untuk menahan beban akan bergerak sesuai dengan arah putaran roll. Conveyor ini bias digerakkan dengan rantai atau belt, ataupun dengan menggunakan gaya gravitasi tetapi harus juga diperhitungkan kemiringan maksimumnya.
Gambar 2.6 : Roller Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.1.6. Conveyor Slat
Conveyor jenis ini mirip dengan wire mesh hanya anyaman kawat diganti dengan strip plate yang dimensinya di sesuaikan dengan keperluan.Biasanya di pakai untuk memindahkan barang yang terbuat ferro lazim digunakan di industry otomotif. Bisa juga di aplikasikan pada sistem oven conveyor karena tahan panas.
Gambar 2.7 : Slat Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.1.7. Screw Conveyor
Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk halus atau bubur adalah conveyor sekrup (screw conveyor) Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight.
Gambar 2.8 : Screw Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.1.8. Conveyor Belt
Belt conveyor adalah conveyor powered paling sering digunakan karena mereka yang paling fleksibel. Produk disampaikan langsung pada sabuk sehingga baik teratur dan tidak teratur berbentuk objek, besar atau kecil, ringan dan berat, dapat diangkut dengan sukses. Sistem hanya menggunakan premium kualitas tertinggi belting produk, yang mengurangi meregangkan sabuk dan hasil dalam pemeliharaan kurang untuk penyesuaian ketegangan. Belt conveyor dapat digunakan untuk mengangkut produk dalam garis lurus atau melalui perubahan elevasi atau arah.
Gambar 2.9 : Belt Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
Dalam aplikasi tertentu mereka juga dapat digunakan untuk akumulasi statis atau karton. Secara umum, filosofi ini panggilan untuk pembersih sabuk yang: Sejauh maju (sebagai dekat dengan debit conveyor). Dirancang untuk meminimalkan risiko untuk sabuk, sambatan, dan bersih sendiri.Merupakan bentuk yang juga umum digunakan dalam suatu industri. Material yang aka dipindahkan diletakkan di atas permukaan belt dan diangkut sepanjang lintasannya.Belt yang digunakan harus kuat dan panjang dan tidak terputus (merupakan loop yang kontinu). Belt-nya didukung oleh frame yang juga didukung oleh roll atau pulley.
2.2. Sistem keselamatan Kerja Pada Conveyor
Prosedur keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi operator dari kecelakaan dan melindungi mesin dari kerusakan, baik pada saat operasi dan maintenance.
Program keselamatan kerja pada conveyor meliputi :
2.2.1. Melaksanakan Prosedur Lockout dan Tagout
Gambar 2.10 : Lockout Prosedur Sumber : http : //www. safetyfirstsolutions.com
Lockout : Usaha mengisolasi peralatan listrik, mesin dan alat dengan energi yang tersimpan didalamnya agar tidak menimbulkan kecelakaan pada saat pemasangan, perawatan dan perbaikan
Gambar 2.11 : Tagout Prosedur Sumber : http : // www.ges-electronic.com
Tagout : Pemberian tanda pada peralatan listrik, mesin dan alat yang menjelasakan peralatan dalam keadaan perawatan dan perbaikan.
Prosedur ini di jelaskan untuk memastikan mesin tidak dihidupkan atau di jalankan ketika dilakukan prosedur perawatan dan perbaikam.
2.2.2. Mengenakan Alat Pengaman Diri
Jenis-jenis alat pengaman yang standart adalah :
a. Sepatu Pengaman ( safety boots )
Gambar 2.12 : Sefaty boots Sumber : http : //www. cat.com
Sepatu pengaman ( safety boots ) merupakan salah satu alat penunjang untuk keselamatan kerja, sepatu ini juga telah dirancang khusus untuk meminimalisir resiko yang di timbulkan oleh kecelakaan kerja.
b. Topi Pengaman ( Hard Hat )
Topi Pengaman ( Hard Hat ) atau biasa kita sebut Helm Merupakan alat pelindung kepala, Alat ini biasanya digunakan pada saat pemasangan. Alat ini sangat penting digunakan untuk keselamatan kepala dari pekerja.
Gambar 2.13 : Hard Hat
Sumber : http : //www. safetyfirstsolutions.com
c. Penutup Telinga ( Ear Plugs )
Penutup Telinga ( ear plugs ) merupakan alat yang digunakan untuk keselamatan telinga anda dari gangguan pendengaran, biasanya penutup telinga ini digunakan pada situasi kerja yang berisik, dan biasanya digunakan pada kondisi kerja yang menghasilkan suara ultrasonic yang bisa merusak fungsi indra pendengaran.
Gambar 2.14 : Ear plug
Sumber : http : //www. safetyfirstsolutions.com d. Sarung Tangan
Sarung tangan merupakan alat untuk melindungi tangan dari gesekan, dari benda – benda tajam pada saat kerja.
Gambar 2.15 : Sarung tangan Sumber : caterpilla e. Masker
Masker sangat berguna untuk mengurangiatau mengilngkan partikel- partikel debu yang terdapat pada udara agar tidak terhirup oleh kita.
Gambar 2.16 : masker
Sumber : http : //www. safetyfirstsolutions.com
f. Kacamata Pengaman ( Safety glasses )
Kacamata pengaman ( safety glasess ) sangat dibutuhkan untuk mencegah masuknya debu, kerikil, dan serpihan-serpihan besi pada saat proses pemasangan.
Gambar 2.17 : Kacamata Pegaman Sumber : http : //www. safetyfirstsolutions.com
2.2.3. Melaksanakan Hosekeeping
Hosekeeping adalah kegiatan untuk menjaga kebersihan tempat kerja.
Hosekeeping jika dilaksanakan dengan baik, maka pekerja akan dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan membuat pekerja lebih nyaman.
Kegiatan yang termasuk hosekeeping :
a. Menjaga tempat kerja selalu bersih dan teratur, missal alat – alat (tools) berada pada tempatnya dengan benar, sampah dibuang pada tempatnya, dsb.
b. Merawat alat-alat kerja dengan baik sehingga pekerja bisa gunakan dengan efektif. Jangan gunakan peralatan yang dalam keadaan kurang baik atau rusak. Pengguna alat yang tidak benar ketika melakukan perawatan conveyor dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan conveyor dan meningkatkan down-time.
c. Selalu meningkatkan tempat kerja dalam keadaan bersih dan teratur.
2.3. Metode Desain Pahl and Beitz
Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah perancangan selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk.
Kedua kegiatan tersebut dilakukan dua orang atau dua kelompok orang dengan keahlian masing-masing, yaitu perancangan dilakukan oleh tim perancang dan pembuatan produk oleh tim kelompok pembuat produk.
Pahl dan Beitz mengusulkan cara merancang produk sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya; Engineering Desaign : A Systematic Approach. Cara merancang Pahl dan Beitz tersebut terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang masing- masing terdiri dari beberapa langkah. Keempat fase tersebut adalah :
1. Perencanaan dan penjelasan tugas 2. Perancangan konsep produk
3. Perancangan bentuk produk (embodiment design) 4. Perancangan detail
Sebenarnya langkah-langkah dalam keempat fase proses perancangan diatas tidaklah perlu dikelompokkan dalam 4 fase secara kaku, sebab seperti misalnya, pada langkah pada fase perancangan detail (fase ke-4) cara pembuatan komponen produk sudah diperlukan detail dan banyak lain contohnya seperti itu.
Setiap fase proses perancangan berakhir pada hasil fase, seperti fase pertama menghasilkan daftar persyaratan dan spesifikasi perancangan. Hasil setiap fase tersebut kemudian menjadi masukan untuk fase berikutnya dan menjadi umpan balik untuk fase yang mendahului. Perlu dicatat pula bahwa hasil fase itu sendiri setiap saat dapat berubah oleh umpan balik yang diterima dari hasil fase-fase berikutnya.
Gambar 2.1 : Diagram Alir Perancangan Menurut Pahl And Beitz Sumber : http://clp33.blogspot.com
2.3.1. Perencanaan Proyek dan Penjelasan Tugas
Tugas fase ini adalah menyusun spesifikasi produk yang mempunyai fungsi khusus dan karakteristik tertentu yang memenuhi kebutuhan customer.
Produk ini dengan fungsi khusus dan karakteristik tertentu tersebut merupakan olahan hasil survei bagian fungsional atau sesuai sistim conveyor yang akan
dibuat . Fase pertama tersebut perlu diadakan untuk menjelaskan secara lebih detail sebelum produk tersebut dikembangkan lebih lanjut.
Pada fase ini dikumpulkan semua informasi tentang semua persyaratan atau requirement yang harus dipenuhi oleh produk dan kendala-kendala yang merupakan batas-batas untuk produk. Hasil fase ini adalah spesifikasi produk yang dimuat dalam suatu daftar persyartan teknis. Fase perencanaan produk tersebut baru dapat memberikan hasil yang baik, jika fase tersebut memperhatikan kondisi pasar, keadaan perusahaan dan ekonomi negara.
Pada perencanaan proyek dibuat jadwal kegiatan dan waktu penyelesaian setiap kegiatan dalam proses perancangan.
2.3.2. Perancangan Konsep Produk
Berdasarkan spesifikasi produk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi tersebut. Konsep produk tersebut merupakan solusi dari masalah perancangan yang harus dipecahkan. Beberapa alternativ konsep produk dapat ditemukan.
Konsep produk biasanya berupa gambar skets atau gambar skema yang sederhana, tetapi telah memuat semua.
Beberapa alternatif konsep produk kemudian dikembangkan lebih lanjut dan setelah dievaluasi. Evaluasi tersebut haruslah dilakukan beberapa kriteria khusus seperti kriteria teknis, kriteria ekonomis dan lain-lain. Konsep produk yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi produk, tidak diproses lagi dalam fase-fase berikutnya, sedangkan dari beberapa konsep produk
yang memenuhi kriteria dapat dipilih solusi yang terbaik. Mungkin terjadi, ditemukan beberapa konsep produk terbaik yang dikembangkan lebih lanjut pada fase-fase berikutnya.
Dari diagaram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase perancangan konsep produk terdiri dari beberapa langkah
2.3.3. Perancangan Bentuk (Embodiment Desaign)
Dari diagram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase perancangan bentuk terdiri dari beberapa langkah, yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah langkah-langkah pada fase perancangan konsep produk.
Pada fase perancangan bentuk ini, konsep produk “diberi bentuk”, yaitu komponen-komponen konsep produk yang dalam gambar skema atau gambar skets masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk, sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut secara bersama menyusun bentuk produk, yang dalam geraknya tidak saling bertabrakan sehingga produk dapat melakukan fungsinya. Konsep produk yang sudah digambarkan pada preliminary layout, sehingga dapat diperoleh beberapa preliminary layout.
Preliminary layout masih dikembangkan lagi menjadi layout yang lebih baik lagi dengan meniadakan kekurangan dan kelemahan yang ada dan sebagainya. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap beberapa preliminary layout yang sudah dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kriteria teknis,kriteria ekonomis dan lain-lain yang lebih ketat untuk memperoleh layout yang terbaik yang disebut definitive layout.
Definitive layout telah dicek dari segi kemampuan melakukan fungsi produk, kekuatan, kelayakan finansial dan lain-lain.
2.3.4. Perancangan Detail
Pada fase perancangan detail, maka susunan komponen produk, bentuk, dimensi, kehalusan permukaan, material dari setiap komponen produk ditetapkan.
Demikian juga kemungkianan cara pembuatan setiap produk sudah dijajagi dan perkiraan biaya sudah dihitung. Hasil akhir fase ini adalah gambar rancangan lengkap dan spesifikasi produk untuk pembuatan; kedua hal tersebut disebut dokumen untuk pembuatan produk.
2.4. Komponen Belt Conveyor
Secara umum Conveyor belt memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
Gambar 2.18 : Conveyor Sumber : Dokumen Pribadi
2.4.1. Belt
Belt, Jenis textile belt terdiri dari camel hair, cotton ( woven atau sewed ), duck cotton, dan rubberized textile belt. Belt Conveyor harus memenuhi persyaratan : tidak menyerap air ( low hygroscopicity ), kekuatan tinggi, ringan, pertambahan panjang spesifik rendah ( low specific elongation ), fleksibelitas tinggi, lapisan tidak mudah lepas ( hight resistivity to ply sparation ), dan tahan lama ( long service life )
2.4.2. Frame Conveyor
Frame conveyor merupakan bagian conveyor yang sangat penting. Frame conveyor biasa di sebut juga body conveyor. Untuk conveyor modular biasanya frame terbuat dari plate, Square tube, angel bar, Almunium profile
2.4.3. Leg Suport ( kaki conveyor )
Leg support atau sering di sebut kaki conveyor merupakan bagian conveyor yang berfungsi sebagai penumpu semua baban yang ada dari conveyor.
Leg Suport harus di buat dengan memperhitungkan berat beban bagian-bagian conveyor itu sendiri dan produk yang di angkat.
2.4.4. Idler
Idler berfungsi sebagai penyangga belt bersama sheet steel runway.
Terutam untuk memindahkan muatan curah. Berdasarkan lokasi, idler dibedakan atas upper idler ( untuk mencegah belt slip / sobek karna bebelok dari pulley ) dan lower idler ( untuk mennyangga belt dan muatan ).
Gambar 2.19 : Idler roller Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 70
2.4.5. Unit Penggerak
Pulley penggerak merupalan bagian conveyor yang berfungsi menarik belt pada conveyor. Pulley juga biasa disebut Roller drive karna Roller pada sistem ini sedikit berbeda dengan roller pada conveyor jenis yang lain. Roller pada sistem roller conveyor didesain khusus agar cocok dengan kondisi barang yang ditransportasikan, misal roller diberi lapisan karet, lapisan anti karat, dan lain sebagainya. Sedangkan roller pada sistem jenis yang lain didesain cocok untuk sabuk yang ditumpunya.
Gambar 2.20 : Susunan Penggerak Belt Conveyor Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 71
2.5. Rumus dan Perhitungan
Dalam melakukan perancangan penulis menggunakan rumus dan perhitungan terkait dengan metode perancangan
Gambar 2.21 : Diagram untuk Perhitungan Belt Conveyor Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 78
2.5.1. Rumus Menentukan Lebar Belt
Karna material berbentuk satuan (unit load), maka :
Gambar 2.22 : Dimensi Bahan Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 78 B = b + ( 2 x a ) ………….. ( 2.1 )
Keterangan :
B : Lebar Belt ( mm ) b : Lebar Product ( mm )
a : Jarak Product dengan bibir belt ( mm )
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 78
2.5.2. Kapasitas Belt Conveyor
Berikut ini rumus perhitungan kapasitas maksimal pada belt conveyor :
a. Kapasitas Belt Conveyor Maksimal
Zmax = Z.K’ ……… (2.2)
Q = .
……...
(2.3)Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 78
b. Jarak antara product rata – rata
α =
………
(2.4)Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 87
Keterangan :
Q : Kapasitas Belt Conveyor Maksimal ( ton / jam ) Z : Jumlah produk per jam ( pcs / jam )
K’ : Koefisien ketidak beraturan pengisian yang di izinkan Zmax : Jumlah Produk maksimal per jam ( bale / jam )
α : Jarak produk rata – rata ( m )
v : Kecepatan yang diharapkan ( m / detik ) 2.5.3. Beban Tiap Satuan Panjang
a. Berat material (q)
q =
…………
( 2.5 )Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 79
b. Berat Belt (qb)
Tabel 2.1 Rekomendasi Tebal Cover Rubberized Textile Belt
Load Characteristic Material Cover Thickness (mm)
Loaded side Return side
A. Bulks loads
Granular and powdered Grain, coal dust 1.5 1
non abrasive
Fine-Gradied and s mall sand, foundry sand
lumped, abrasive medium cement, crushed stone 1.5 to 3.0 1
and heavy weight coke
(a'<60mm : y < 2 ton / m3)
medium - lumped, slightly Coal, peat briquetes 3 1
abrasive, medium
and heavy weight
(a'<60mm : y < 2 ton / m3)
Ditto Abrasive Gravel, clinker, stone 4.5 1.5
ore, rock salt
Large, lumped abrasive Manganese ore, brown 6 1.5
heavy weight iron ore
(a'>160mm : y > 2 ton /
M3)
B.Unit Loads
Light loads in paper and Parcels, packages, book 1 1
cloth packing
Load in soft containers bags, bales, packs 1.5 to 3 1
Load in hard containers
weighing up to 15 kg Boxes, barrels, baskets 1.5 to 3 1
Ditto weighing over 15 kg 1.5 to 4.5 1 to 1.5
Untared loads machine parts, ceramics 1.5 to 6 1 to 1.5
asticles, building elements
Sumber : Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 72
Tabel 2.2 Tabel Rekomendasi Lapisan Belt
Lebar Belt (mm) 300 400 500 650 800 1200 1600 1800 2000
Minimum dan
3 - 4 3 - 5 3 - 6 3 - 7 4 - 8 5 - 10 6 - 12 8 - 12 3 - 4 maksimum jumlah
lapisan (plies)
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 68
Dipilih belt berdasarkan tabel 2.2 dan tebal cover pada sisi beban dan pada sisi roll pembawa berdasarkan tabel 2.1.
Qb = 1,1.B.(1,25.i + δ1 + δ2) ……. ( 2.6 )
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 79
Keterangan :
q : Berat material ( kg / m ) G : Berat satuan ( kg ) α : Jarak antar product ( m )
δ1 : Tebal cover pad sisi beban (mm)
δ2 : Tebal cover pad sisi roll pembawa (mm)
2.5.4. Berat idler rotaring part (Gp) dengan asumsi Ø 48mm :
Gp ≈ 10.B + 3 ……….. ( 2.7 )
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 79
Keterangan :
Gp : Berat Rotaring part ( kg )
2.5.5. Berat idler rotaring part pada sisi atas (q’p) dan bawah (q”p)
q’p = ……….. ( 2.8 )
q’’p =
……….. ( 2.9 )
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 79
Keterangan :
q’p : Berat Idler rotaring pada sisi atas q’’p : Berat Idler rotaring pada posisi bawah
2.5.6. Tarikan belt, dengan mengabaikan gesekan pada deflecting roller a dan b dan jumlah roller, maka :
a. Tarikan S1 pada titik 1, dimana belt meninggalkan pulley penggerak = S1 b. Tarikan S2 pada titik 2 :
Tabel 2.3 Tahanan Belt Terhadap Roller bearing
Characteristics of Factor w' for idlers
the oprating condition Flat Trough
Operation in clean, dry
0,018 0,02
premiseses in absence of abrasive dust
Opration in heated
0,022 0,025
premises of a limited amount of abrasive dust normal air humidity
0,035 0,04
Operation in unheated premises out of doors large amount of abrasive dust exessipe mosture or other factors present adversely effecting the operation of the bearing
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 77
S2 = S1 + W1.2 = S1 +( qp + q”p) L.W’ ……. (2.10) Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 79
Dengan W’ adalah factor gesek idler pada roller bearing (tabel 2.3)
c. Tarikan S3 Pada titik 3 :
Tahanan gesek pada pulley (sprocket atau drum) berkisar 5 – 7 % sehingga
S3 = 1.07 . S2……. (2.10) Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 79
d. Tarikan pada titik 4, dihitung dengan material jatuh di ujung tail pulley (S”4)
S’’4 = S3 + W”3.4 + Wpl ……… ( 2.11 ) Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 80
e. Tegangan Efektif Belt
Se = Smax – Smin……….. (2.12) Sumber : Zainuri ; 2006 ; hal 81
Keterangan :
Se : Tegangan Efektif Belt Smax : Tegangan Maksimal Belt Smin : Tegangan Minimum Belt
2.5.7. Faktor Keamanan Kekuatan Belt
Sf =
………(2.13)
Keterangan :
Sf : Faktor Keamanan
Kt : Kekuatan Tarik Belt ( Lihat tabel data sheet)
2.5.8. Tarikan Belt Teoritis (St)
Dari hokum Euler, Belt Tidak akan slip pada pulley jika :
∗
Dimana :
St tegangan keras dan Stl adalah tegangan kendor
α sudut sentuh belt pada pulley, radian ( 1 rad ≈ 57,3 )
e ≈ 2,718
μ factor gesek pulley penggerak dimana besarnya :
μ = 0.1, » Pulley besi tuang atau baja, lingkungan basah, kotor μ = 0.15 » Pulley kayu, lingkungan basah, kotor
μ = 0.2 » Pulley besi tuang atau baja, udara lembab dan kotor μ = 0.3 » Pulley besi tuang atau baja, udara kering, berdebu μ = 0.35 » Pulley kayu, udara kering, berdebu
μ = 0.4 » Pulley karet , udara kering, berdebu
2.5.9. Tarikan Pulley (Wdr)
Jika pulley berfungsi sebagai roda gigi pengencang dan penggerak conveyor, maka besar tahanan 3 – 5 % dari jumlah tegangan. Sehingga :
Wdr ≈ 0.03 ( S4 – S1 ) …….. ( 2.14 )
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 81
2.5.10. Tegangan Efektif Pulley
Wo = S4 – S1 – Wdr …… ( 2.15 )
Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 81
2.5.11. Daya Motor Listrik
Misal penggerak terdiri dari : Motor listrik, flexible coupling ( ŋ = 0.98 ), Reducer terdiri dari tiga pasang spur gear wheel ( ŋ = 0.96 ), equalizing coupling ( ŋ = 0.97 ), dan bearing pengerak pulley ( ŋ = 0.95 ), maka :
Rumus I
N =
ŋ
……….
( 2.16 )Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 81 Rumus II
N = . .
. ŋ
……….
( 2.17 )Sumber : Zainuri, 2006 ; hal 81 Kererangan :
N : Daya motor (KW)
V : Kecepatan belt conveyor ( m/s )
2.6. Sistematika Penelitian
Berikut ini diagram alir sistematika penelitiannya,
m
NO
MULAI
Pengambilan data berupa :
1. Pengambilan data spesifikasi.
2. Pengambilan data pada kinerja conveyor
Perancangan ulang :
1. Melakukan perancangan ulang berdasarkan metode palh and beitz 2. Menghitung kapasitas gear motor
berdasarkan kapasitas
Rancan Selesai Perbandingan Rancangan
Dengan Spesifikasi awal