PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK PERISHABLE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR KADALUARSA
DAN PENGEMBALIAN (Studi Kasus di UKM Kue Nasywa)
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana
Oleh : IVONY
NIM : 140403088
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 1 8
PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK PERISHABLE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR KADALUARSA
DAN PENGEMBALIAN (Studi Kasus di UKM Kue Nasywa)
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana
Oleh :
IVONY NIM : 140403088
Disetujui Oleh :
Dosen Pembibing I, Dosen Pembimbing II,
Ikhsan Siregar, ST,M.Eng Rahmi M Sari, ST, MM(T)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 1 8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana ini dengan baik. Laporan tugas sarjana merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi Reguler S-1.
Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di UKM Kue Nasywa yang bergerak dalam bidang kuliner. Tugas Sarjana ini berjudul Pengendalian Persediaan Produk Perishable dengan Mempertimbangkan Faktor Kadaluarsa dan Pengembalian (Studi Kasus di UKM Kue Nasywa).
Besar harapan penulis penyusunan laporan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh sebab itu, penulis menerima secara terbuka setiap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan tulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat.
Medan, 20 Juli 2018 Penulis
Ivony
UCAPAN TERIMA KASIH
Pendidikan sarjana teknik yang penulis dapatkan selama bangku perkuliahan di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara hingga penyelesaian tugas sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik merupakan proses terintegrasi untuk menjadikan penulis sebagai lulusan yang terdidik, berguna dan memiliki integritas moral serta berakhlak dan mampu mencapai kehidupan yang lebih baik. Penulisan tugas sarjana ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah mengizinkan penulis untuk menempuh pendidikan sarjana dan memberikan dukungan baik dari segi moril, doa, maupun materil.
2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah mengizinkan pelaksanaan tugas sarjana.
3. Bapak Buchari, ST., M.Kes sebagai Sekretaris Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah menjadi panitera pada Seminar dan Sidang Tugas Sarjana.
4. Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng, Ibu Rahmi M Sari, ST, MM(T) dan Ibu Indah Rizkya Tarigan, ST, MT sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan masukan dalam penyelesaian laporan tugas sarjana.
5. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc selaku koordinator tugas sarjana yang telah memberi saran dan masukan untuk laporan tugas sarjana.
6. Ibu Khalida Syahputri, ST, MT dan Bapak Prof. Dr. Ir. Humala Lodewijk Napitupulu, DEA selaku kepala dan staff Laboratorium Komputasi yang telah memberi saran dan masukan untuk laporan tugas sarjana.
7. Bapak Selamet dari pihak UKM Kue Nasywa yang telah mengizinkan penulis untuk riset di UKM dan memberikan data yang mendukung penelitian tugas sarjana.
8. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan sebagai bekal dalam penulisan tugas sarjana.
9. Bang Tumijo, Bang Edi, Bu Ester, Bang Nurmansyah, Kak Dede, Kak Neneng, Kak Rahmaini, dan Kak Mia sebagai Staf pegawai Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu segala urusan administrasi dan peminjaman buku di perpustakaan.
10. Kevin Fan yang selalu mendampingi, memberikan motivasi, dukungan, nasihat dan saran kepada penulis yang menyadarkan penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bekerja keras sejak perkuliahan hingga proses penulisan tugas sarjana.
11. Christine Supratman, Kevin dan Eka Sahputra yang telah memberikan dukungan motivasi dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
12. Asisten-asisten Laboratorium Komputasi Fakultas Teknik USU yaitu Emmanuella Caroline P, Rista Fitria Sari, Josua Simanjuntak, Wandika A Syahputra, Andreasen PC, Reggy Nouvan HR, Saut Sejali Sauhur Hutapea, Orrick Tenzil, Putri Mukhidani Lubis, Rachel R Mariana dan Asisten Komputasi 2016 yang telah memberikan dukungan motivasi dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
13. Teman-teman ELASTIS yang merupakan teman-teman stambuk 2014 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara 14. Seluruh pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam
penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
ABSTRAK
Industri makanan merupakan industri dengan rantai pasok yang kompleks.
Produk makanan tertentu memiliki struktur rantai pasok yang berbeda dengan produk makanan lainnya. Industri makanan menghasilkan produk dengan karakteristik perishable (tidak tahan lama). Jika produk makanan disimpan terlalu lama, maka produk tersebut akan mengalami penurunan kualitas (kadaluarsa).
Dengan demikian, maka diperlukan persediaan optimal pada pihak agen agar jumlah produk kadaluarsa semakin sedikit. Persediaan adalah jumlah barang/
produk yang disimpan untuk menunjang kelancaran kegiatan produksi dan distribusi. Penelitian ini dilakukan di UKM Kue Nasywa. UKM Kue Nasywa adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Produk-produk di UKM Kue Nasywa adalah bolu bulat, bika ambon, karamel, lapis legit dan brownis.
Permasalahan di UKM Kue Nasywa adalah tingginya jumlah produk kadaluarsa sehingga menimbulkan besarnya potensi pendapatan yang hilang dan total biaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dan menganalisis jumlah persediaan optimum dengan meminimumkan total biaya. Dengan pendekatan Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh jumlah persediaan optimal pada produk perishable dengan meminimumkan total biaya.
Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan bahwa jumlah persediaan optimal optimal sebesar 86 unit pada produk bolu bulat, 172 unit pada produk bika ambon, 48 unit pada produk karamel, 95 unit pada produk lapis legit dan 10 unit pada produk brownis dengan frekuensi pengiriman sebesar 16 kali selama sebulan. Ini berarti bahwa dalam sekali pengiriman, pihak UKM akan mengirimkan jumlah produk sebesar jumlah persediaan optimal yang telah didapatkan dengan banyaknya pengiriman selama sebulan sebesar frekuensi pengiriman optimal yang didapatkan. Setelah melakukan perhitungan jumlah persediaan optimal, selanjutnya akan dihitunga besar total biaya yang digunakan pada UKM Kue Nasywa. Dari perhitungan didapatkan bahwa total biaya aktual sebesar Rp 57.775.371 dan total biaya usulan sebesar Rp 44.621.933 artinya total biaya usulan mengalami penurunan sebesar 22,77% dari total biaya aktual.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan EOQ maka didapatkan jumlah persediaan optimal dengan meminimalkan produk kadaluarsa dan total biaya yang dikeluarkan.
Kata kunci: Perishable, Kadaluarsa, Pengembalian Produk, EOQ
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR. ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH. ... iv
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Permasalahan ... I-4 1.3 Tujuan Penelitian ... I-4 1.4 Manfaat Penelitian ... I-5 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5 1.6 Sistematika Penulisa Laporan ... I-6
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1 Gambaran Umum Usaha ... II-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.2 Daerah Pemasaran ... II-1 2.3 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-2 2.4 Sistem Pengupahan ... II-2 2.5 Sitem Persediaan Aktual ... II-2
III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1 Persediaan ... III-1 3.2 Model Persediaan Economic Order Quantity ... III-5 3.3 Pengaturan Persediaan Agregat ... III-7 3.4 Persediaan Tidak Tahan Lama (Perishable) ... III-8 3.5 Total Cost ... III-10 3.6 Disagregasi... ... III-11
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1 4.3 Objek Penelitian ... IV-1 4.4 Variabel Penelitian ... IV-1 4.5 Kerangka Berpikir ... IV-2 4.6 Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-3
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.7 Pengumpulan Data ... IV-3 4.7.1.Sumber Data ... IV-3 4.7.2.Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.8 Metode Pengolahan Data ... IV-5 4.9 Analisis dan Diskusi ... IV-5 4.10 Kesimpulan dan Saran ... IV-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Analisis Situasi UKM ... V-1 5.1.2 Data yang Diperlukan ... V-5 5.2 Pengolahan Data ... V-12 5.2.1 Agregasi Demand ... V-12 5.2.2 Persediaan Optimal ... V-14 5.2.3 Total Cost ... V-15 5.2.4 Disagregasi ... V-17 5.2.5 Perbandingan Total Cost Aktual dan Usulan ... V-21
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1 Analisis Demand Agregat ... VI-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.2 Analisis Ukuran Lot Pengiriman ... VI-2 6.3 Analisis Total Cost ... VI-3 6.3.1.Analisis Total Cost Konsumen ... VI-3 6.3.2.Analisis Total Cost Produsen ... VI-5 6.3.3.Analisis Total Cost Aktual dan Usulan ... VI-6
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN 2.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-2 5.1. Jumlah Produk Kadaluarsa (Unit) ... V-2 5.2. Data Tepung dan Makanan Ternak dari Olahan Produk
Kadaluarsa (Kg) ... V-4 5.3. Harga Jual Produk dari UKM ... V-3 5.4. Rincian Produk di UKM Kue Nasywa ... V-6 5.5. Permintaan Produk Selama Sebulan ... V-9 5.6. Kebutuhan Tepung yang Digunakan ... V-10 5.7. Rincian Harga Jual Produk ... V-10 5.8. Variabel yang Digunakan ... V-11 5.9. Konversi Agregat ... V-12 5.10. Demand Agregat ... V-13 5.11. Ukuran Lot Pengiriman Produk Jadi ... V-14 5.12. Perhitungan Total Biaya ... V-16 5.13. Persentase Item ... V-18 5.14. Ukuran Lot Produk dalam Satuan Konversi ... V-19 5.15. Disagregasi Ukuran Lot Pengiriman ... V-19 5.16. Jumlah Produk pada Masing-masing Agen ... V-20 5.17. Perbandingan Total Biaya Aktual dan Usulan ... V-21 6.1. Perbandingan Total Cost Aktual dan Usulan ... VI-6
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Tampak Depan UKM Kue Nasywa ... II-1 4.1. Kerangka Berpikir ... IV-2 4.2. Blok Diagram ... IV-4 5.1. Jarak UKM ke Agen Sisingamaraja ... V-6 5.2. Jarak UKM ke Agen Jamin Ginting ... V-7 5.3. Jarak UKM ke Agen Stasiun Kereta Api ... V-7 5.4. Jarak UKM ke Agen Simpas Pos ... V-8 6.1. Model Persediaan ... VI-2 6.2. Grafik Total Cost Konsumen ... VI-4 6.3 Grafik Total Cost Produsen ... VI-5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, rantai pasokan makanan telah menjadi global dan konsumen menuntut ketersediaan produk segar sepanjang tahun.
Sumber dari masing-masing makanan ini membutuhkan rancangan rantai pasok untuk memasok konsumen dengan produk-produk segar berkualitas tinggi dengan meminimalkan keseluruhan biaya dan produk perishable. Meskipun ada upaya untuk mengoptimalkan rantai pasokan produk perishable, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sisa makanan tetap sangat tinggi dan diperkirakan sekitar 40- 50 persen (Rijpkema W A, 2013).
Berdasarkan harga tanggal kadaluarsa, maka dapat didefinisikan sebagai metode penentuan harga dimana harga produk perishable memiliki harga yang berbeda sesuai dengan tanggal kadaluarsanya. Pengecer sering mempertimbangkan harga tanggal kadaluarsa sebagai alat manajemen untuk meningkatkan permintaan dan produk perishable. Makanan dapat mengalami kadaluarsa dikarenakan 3 hal yaitu oksidasi alami, pengaruh mikroorganisme dan reaksi enzim pada makanan (Theotokis A, 2012).
Industri yang menghasilkan produk perishable mengalami deteriorasi atau penurunan nilai setelah waktu tertentu. Kualitas produk akan mengalami penurunan terhadap faktor waktu sampai kadaluarsa/rusak pada akhirnya. Bagi industri pengolahan makanan, waktu kadaluarsa merupakan masalah yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan produk jadi. Hal ini karena menyangkut masalah keamanan produk pada saat dikonsumsi. Bila produk disimpan dalam jangka waktu yang panjang maka produk tersebut akan mengalami kerusakan/
kadaluarsa sehingga produk tersebut akan dikembalikan ke produsennya (Indrianti N, 2001).
Penelitian ini akan dilakukan untuk mengurangi jumlah produk kadaluarsa yang terdapat di UKM Kue Nasywa yang menghasilan produk bika ambon, bolu bulat, karamel, lapis legit dan brownis. Jumlah produk kadaluarsa dapat mencapai 152 unit/ bulan pada produk bolu bulat, 120 unit/bulan pada produk bika ambon, 140 unit/bulan pada produk karamel, 148 unit/bulan pada produk lapis legit dan 52 unit/bulan pada produk brownis di UKM Kue Nasywa dengan jumlah produksi sebesar 6730 unit/bulan dan potensi pendapatan yang hilang sebesar Rp 16.328.000/ bulan. Jumlah produk kadaluarsa berkisar 9% dari jumlah produk yang diproduksi di UKM Kue Nasywa. Objek penelitian ini yaitu pada produk perishable yang berarti produk tidak tahan lama/ produk yang memiliki masa kadaluarsa yang singkat. Jenis persediaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persediaan single item eselon (produk dapat dikirimkan bilamana salah satu jenis produk selesai diproduksi tanpa harus menunggu kelima jenis produk selesai diproduksi).
Produk di UKM Kue Nasywa memiliki waktu kadaluarsa sebesar 3 hari untuk semua jenis produk, maka pada hari ke 4 produk tersebut akan dikembalikan agen ke pihak UKM pada saat pengiriman produk baru ke agennya.
Produk kadaluarsa yang dikembalikan oleh pihak agen masih memiliki nilai jual
sebagai tepung pada hari ke 4 dan makanan ternak pada hari ke 5. Oleh karena itu, pada perhitungan biaya kadaluarsa, harga jual produk kadaluarsa akan dijadikan pertimbangan dalam perhitungan tersebut untuk mengurangi total cost. Dengan demikian maka terdapat biaya kadaluarsa akibat produk perishable tersebut.
Produk yang telah dipesan oleh pihak agen akan langsung dikirimkan oleh pihak UKM ke pihak agen dengan menggunakan kendaraan bermotor dua milik pihak UKM dengan jumlah pengiriman aktual sebanyak 30 kali/bulan.
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Beberapa penelitian yang menggunakan metode EOQ adalah penelitian penentuan kebijakan pengiriman menggunakan model persediaan terintegrasi untuk perishable product dalam supply chain multi eselon oleh Singgih Saptadi. Penelitian ini dilakukan di TIKA Bakery. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kebijakan pengiriman bahan baku dari supplier ke produk menggunakan model persediaan terintegrasi untuk perishable product dalam satu rantai pasok multi eselon. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa frekuensi pengiriman bahan baku dari supplier ke produsen yaitu 16 kali pengiriman selama 20 hari dengan ukuran lot pengiriman sebesar 10.357 karung (Saptadi S, 2010).
Penelitian serupa juga dilakukan di rumah sakit kardinah dengan tujuan untuk menentukan jumlah persediaan optimum pada produk obat dengan meminimalkan jumlah obat kadaluarsa dan biaya persediaan. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah persediaan optimum sebesar 26 obat dengan total biaya Rp 33.805.00 (Puspitasari P, 2016).
Penelitian mengenai model persediaan pada produk yang mendekati masa kadaluarsa dalam mempertimbangkan diskon penjualan dan retur oleh Laila Nafisah. Penelitian ini dilakukan di supermarket kampus mirota. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu model persediaan untuk produk yang mendekati masa kadaluarsa dengan mempertimbangkan diskon penjualan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa waktu retur optimal yaitu sebesar 17,71 minggu dengan kuantitas produk yang diretur sebesar 158 unit dan kuantitas pemesanan optimal sebesar 11.024 unit (Nafisah L, 2016).
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tingginya produk kadaluarsa dan biaya pengembalian sehingga akan dicari jumlah persediaan yang optimum dengan mempertimbangkan faktor kadaluarsa dan pengembalian.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan menganalisis pengendalian persediaan produk akhir dengan meminimalkan total cost. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dan menganalisis jumlah persediaan optimal pada agen 2. Menentukan dan menganalisis total cost pada agen
3. Menentukan dan menganalisis total cost pada produsen
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kompetensi dalam mengobservasi, menganalisis dan mengevaluasi terhadap suatu permasalahan dengan menerapkan ilmu teknik industri.
b. Menghitung jumlah persediaan optimal pada produk perishable 2. Bagi Perusahaan
a. Suatu bahan pertimbangan dalam menyediakan jumlah persediaan pada produk akhir
b. Memperkirakan total biaya minimum persediaan produk akhir 3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
a. Mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.
b. Sebagai referensi bagi penelitian yang akan dilakukan di waktu yang akan datang yang berhubungan dengan persediaan dalam suatu perusahaan.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan dalam penelitian ini adalah Jenis model persediaan yang digunakan adalah model persediaan single item eselon.
Asumsi dalam penelitian ini adalah:
1. Produk kadaluarsa dikembalikan ke pihak UKM pada hari ke 4 pagi pada saat pengantaran produk ke agen
2. Biaya yang dibahas dalam total cost meliputi biaya penyimpanan produk jadi, biaya penerimaan produk jadi, biaya pemesanan produk, biaya kadaluarsa dan biaya pengiriman produk jadi.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab I hingga Bab VII.
Dalam Bab I diuraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian.
Dalam Bab II diuraikan tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah singkat dari UKM Kue Nasywa, lokasi perusahaan, daerah pemasaran, proses produksi, dan proses bisnis perusahaan.
Dalam Bab III diuraikan teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan berhubungan dengan metode EOQ dan model persediaan produk perishable.
Dalam Bab IV diuraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, blok diagram prosedur penelitian,
pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis pemecahan masalah, serta kesimpulan dan saran.
Dalam Bab V diuraikan data-data yang dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan permasalahan penelitian, baik data primer maupun data sekunder, serta bagaimana data-data tersebut diolah untuk memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan permasalahan tersebut.
Dalam Bab VI diuraikan analisis terhadap hasil dari pengolahan data dan diskusi terhadap pemecahan masalah dalam penelitian.
Dalam Bab VII diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari diskusi pemecahan masalah, serta saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Gambaran Umum Usaha
Usaha kecil dan menengah (UKM) Kue Nasywa didirikan pada tahun 2012 oleh Bapak Selamet. UKM Kue Nasywa berlokasi di Jalan Medan Binjai Km 10 Gg Damai No 240, Desa Paya Geli, Deli Serdang, Sumatera Utara. UKM ini menghasilkan beberapa macam produk kue yaitu bolu bulat, bika ambon, karamel, lapis legit dan brownis. Tampak depan UKM Kue Nasywa dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber: UKM Kue Nasywa
Gambar 2.1. Tampak Depan UKM Kue Nasywa
2.2. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran adalah tempat penjualan produk yang telah diproduksi oleh UKM. Agen-agen yang dijadikan daerah pemasaran di UKM Kue Nasywa yaitu agen jamin ginting, agen sisingamaraja, agen stasiun kereta api dan agen simpang pos.
2.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja di UKM Kue Nasywa sebanyak 10 orang dengan jam kerja sebesar 8 jam/ hari. Berikut dapat dilihat jumlah tenaga kerja di UKM Kue Nasywa pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja pada UKM Kue Nasywa
No Tenaga Kerja Jumlah
1. Pekerja Tetap 5
2. Pekerja Tidak Tetap 5
Total 10
Sumber : UKM Kue Nasywa
2.4. Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan yang dilaksanakan di UKM Kue Nasywa yaitu sistem pengupahan yang dilakukan setiap hari kepada pekerja tetap dan pekerja tidak tetap. Untuk pekerja tetap dan pekerja tidak tetap, gaji yang diterima berupa gaji pokok dan gaji lembur. Gaji yang diterima oleh setiap pekerja yaitu sebesar Rp 50.000/ hari.
2.5. Sistem Persediaan Aktual
Sistem persediaan aktual yang berada di UKM Kue Nasywa selalu dikirimkan produk jadi ke setiap agen setiap hari tanpa mempertimbangkan biaya pengiriman yang akan ditanggung oleh pihak UKM. Persediaan selalu dikirimkan setelah memproduksi produk yang diminta oleh pihak agen. Jumlah persediaan produk yang optimal pada industri makanan sangatlah penting dikarenakan masa kadaluarsa pada industri makanan relatif pendek yaitu sebesar 3 hari. Pada saat
produk melewati masa kadaluarsanya, maka produk tidak dianjurkan untuk dikonsumsi kembali akibat kualitas produk yang semakin menurun. Setelah masa kadaluarsa mencapai 3 hari, pihak UKM memiliki kebijakan dalam mengelola produk tersebut sehingga produk tersebut tetap memiliki harga jual walaupun harga jual olahan produk kadaluarsa lebih rendah daripada produk yang belum kadaluarsa. Produk kadaluarsa yang telah mencapai 4 hari akan diolah menjadi tepung dengan harga 24% dari harga produk. Sedangkan produk kadaluarsa yang telah mencapai hari ke 5 akan diolah kembali menjadi makanan ternak yang memiliki harga jual 7% dari harga produk.. Produk kadaluarsa yang terdapat pada agen akan dikembalikan kepada pihak UKM pada saat melakukan pengiriman produk baru ke agen. Pihak UKM mengirimkan sebanyak 250 unit produk dengan sekali pengiriman pada setiap agen sehingga menimbulkan besarnya biaya distribusi yang harus dikeluarkan oleh pihak UKM. Dengan demikian, maka diperlukan untuk menentukan jumlah persediaan optimal sehingga pihak UKM dapat meminimisasikan total cost yang dikeluarkan.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Persediaan
Menurut Hadiguna (2009), persediaan didefinisikan sebagai sejumlah barang yang disimpan untuk menunjang kelancaran kegiatan produksi dan distribusi. Persediaan juga dapat berwujud barang yang disimpan dalam keadaan menunggu atau belum selesai dikerjakan.Persediaan bisa menjadi sumber konflik di antara bagian-bagian yang berbeda dalam perusahaan.Hal ini disebabkan masing-masing bagian mempunyai peranan yang berbeda dalam penggunaan persediaan. Pada dasarnya persediaan akan mempermudah jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang dan menyampaikannya pada konsumen.
Menurut Rangkuti (2004), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.
2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen.
Menurut Ginting (2007), persediaan yang disimpan perusahaan dapat saja rusak sebelum digunakan. Selain itu perusahaan juga harus menanggung biaya- biaya yang timbul akibat adanya persediaan tersebut.Biaya yang timbul tersebut
diantaranya biaya pesan dan biaya simpan. Menurut Pujawan (2005), karena tingkat keusangan dan tingkat kesulitan penyimpanan tiap barang berbeda-beda maka biaya simpan bervariasi antara satu jenis barang dengan jenis yang lainnya.
Namun secara umum biaya simpan per tahun berkisar antara 20% - 35% per tahun dari nilai barang yang disimpan. Artinya, kalau suatu perusahaan memiliki persediaan dengan nilai rata-rata 10 milyar maka biaya simpan setahun sekitar 2 – 3.5 milyar.Angka sebesar ini sering tidak disadari karena bagian terbesar biaya simpan (yang berupa biaya modal) tidak tercatat dalam laporan akuntansi.
Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah, kemudian dijual kembali.
Menurut Fogarty (1991), persediaan (inventory) meliputi semua jenis barang ataupun bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi dan distribusi.
Bahan baku (raw material), part-part komponen, barang setengah jadi dan barang jadi adalah bagian dari persediaan, sama halnya dengan berbagai macam pemasok yang merupakan bagian dari produksi dan distribusi proses. Pengertian persediaan secara umum adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih atau belum dalam proses pengerjaan atau proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan jadi atau proses yang terdapat di dalam suatu perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
Persediaan muncul karena tidak adanya jaminan pasokan akan mampu memenuhi permintaan baik dari aspek kuantitas dan waktu. Adanya tingkat yang berbeda antara yang tersedia dengan yang dibutuhkan memunculkan persediaan.
Tersine (1994) mengemukakan empat faktor fungsi dari persediaan, yaitu:
1. Faktor Waktu, meliputi jadwal produksi, pemesanan barang, pengiriman barang dari pemasok atau waktu pengiriman, inspeksi barang, produksi dan pengiriman produk ke konsumen.
2. Faktor Diskontinuitas, menjadwalkan banyak operasi dalam tingkat kinerja yang diinginkan meliputi operasional pengeceran, distribusi, pergudangan, produksi dan pembelian.
3. Faktor Tidak Tentu, yakni fokus pada peristiwa yang tak terduga yang dapat mengubah jadwal awal yang telah direncanakan. Meliputi prakiraan permintaan, cakupan variabel produksi, peralatan rusak, menunggu pengiriman dan kondisi alam yang berubah.
4. Faktor Ekonomi, memperoleh keuntungan dari berbagai alternative pengurangan biaya (Bahauddin A, 2017).
Cara untuk menjelaskan tujuan persediaan dapat dilihat dari pengenalan klasifikasi persediaan. Berdasarkan utilitas, persediaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1. Working stock 2. Safety stock 3. Anticipation stock 4. Pipeline stock
5. Decoupling stock 6. Psychic stock
Working stock adalah persediaan yang diusahakan dan diadakan sebelum persyaratan sehingga pemesanan dapat dilakukan dalam ukuran yang banyak dan bukan berdasarkan kebutuhan. Lot sizing dilakukan untuk meminimalkan pemesanan dan menahan biaya sehingga mencapai diskon kuantitas atau memenuhi syarat untuk tarif angkut yang menguntungkan. Secara umum, jumlah rata-rata persediaan di tangan yang dihasilkan dari ukuran lot merupakan organisasi working stock.
Safety stock adalah persediaan yang disimpan sebagai cadangan untuk melindungi dari ketidakpastian pasokan dan permintaan. keselamatan rata-rata persediaan terhadap jumlah stok yang disimpan selama siklus pengisian ulang sebagai perlindungan terhadap kehabisan stok.
Anticipation stock adalah persediaan yang dibangun untuk mengatasi permintaan musiman puncak, persyaratan yang tidak menentu atau kekurangan dalam kapasitas produksi. Itu disediakan atau diproduksi di muka persyaratan dan habis selama periode permintaan puncak untuk menjaga tingkat tingkat produksi dan menstabilkan tenaga kerja.
Pipeline stock adalah persediaan yang dimasukkan dalam transit untuk memungkinkan waktu yang diperlukan untuk menerima material pada ujung input, mengirim material melalui proses produksi dan mengirim barang pada akhir output. Secara eksternal, pipeline stock adalah persediaan pada truk, kapal
dan kereta api atau dalam pipa literal. Secara internal, pipeline stock digunakan pada saat sedang diproses, menunggu untuk diproses atau dipindahkan.
Decoupling stock adalah persediaan yang diakumulasikan antara aktivitas atau tahapan yang bergantung untuk mengurangi kebutuhan untuk operasi yang sepenuhnya disinkronkan. Itu mengisolasi satu bagian dari sistem dari yang berikutnya untuk memungkinkan masing-masing untuk beroperasi lebih mandiri.
Dengan demikian, bertindak sebagai pelumasan untuk sistem distribusi produksi pasokan yang melindunginya terhadap gesekan yang berlebihan
Psychic stock adalah persediaan tampilan ritel yang dibawa untuk merangsang permintaan dan bertindak sebagai penjual diam. itu akan mengurangi item yang dilihat dan dipertimbangkan untuk dibeli. Rak penuh meningkatkan penjualan dengan memamerkan pelanggan sebanyak mungkin dan memungkinkan menciptakan visibilitas produk yang lebih besar. Stockout dapat menyebabkan hilangnya penjualan dan kehilangan pelanggan. sementara kategori saham lain mendukung operasi biaya rendah, persediaan psikis adalah kategori yang menghasilkan pendapatan. Ini berkaitan dengan penciptaan pendapatan melalui penciptaan permintaan yang minimisasi biaya yang berorientasi pasokan (Tersine R J, 1994).
3.2. Model Persediaan Economic Order Quantity
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model klasik yang pertama kali diperkenalkan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan metode Wilson dikarenakan pada tahun 1934. Metode EOQ
dikembangkan oleh Wilson (Sofyan, 2013). Kuantitas pesanan ekonomis atau EOQ adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang menimbulkan biaya persediaan tahunan. (Carter, 2012). Jumlah pesanan ekonomis merupakan metode yang akan membantu manajemen dalam mengambil keputusan agar pengadaan investasi dalam perusahaan tidak berlebihan dan tidak akan terjadi kekurangan dengan jumlah yang optimal.
Terdapat beberapa asumsi dalam metode EOQ menurut Heizer dan Render (2011), yaitu:
1. Jumlah pembelian tetap.
2. Lead time konstan.
3. Barang yang dipesan selalu tersedia.
4. Tidak ada diskon.
5. Biaya melakukan pemesanan dan biaya menyimpan persediaan merupakan biaya variabel dalam waktu tertentu.
6. Pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari stock out Unsur metode EOQ menurut Arman Hakim Nasution (1995) adalah biaya pemesanan, biaya penyimpanan, jumlah kebutuhan bahan per tahun, dan jumlah kuantitas bahan setiap kali pemesanan. Rumus pemesanan secara optimal (EOQ) adalah sebagai berikut (Nasution A H, 1995):
Q = ……….(1)
Dimana:
Q = Jumlah persediaan optimal D = Total kebutuhan bahan k = Biaya pemesanan h = Biaya penyimpanan
3.3. Pengaturan Persediaan Agregat
Persediaan agregat harus dilihat dari kontribusi strategisnya terhadap tujuan organisasi. Legitimasi berasal dari seberapa efektifnya melayani tujuan organisasi dalam mendukung strategi organisasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam konteks ini, persediaan adalah persyaratan fungsional dikarenakan dua alasan. Yaitu persediaan adalah aset lancar dan aset jangka pendek dalam mengejar tujuannya.
Hasil persediaan membentuk kebijakan dan prosedur manajemen berkenaan dengan operasi suatu organisasi. Kebijakan dan prosedur ini berasal dari ekspektasi eksternal tentang permintaan produk dan pasokan material serta membentuk kendala internal seperti kapabilitas yang tersedia, kapasitansi dan sumber daya keuangan. Hubungan dalam rantai logistik tidak independen sehingga perubahan satu dapat menyebabkan perubahan pada yang lain. Efisiensi berdasarkan pengoptimalan lokal yang dapat menghasilkan efisiensi pulau terisolasi yang tidak efisien secara global untuk seluruh rantai logistik. Jumlah efisiensi lokal tidak perlu diterjemahkan ke dalam efisiensi agregat untuk sistem
total. Optimasi hanya terjadi pada hasil dalam optimasi global dari keseluruhan rantai logistik.
Sejumlah besar unit fisik persediaan mensyaratkan bahwa persediaan dikalsifikasi menjadi kategori yang lebih sedikit dengan relatif homogen untuk tujuan control. Kompleksitas dan keragaman persediaan dibuat lebih mudah dikelola dengan menerapkan prosedur yang serupa untuk setiap kategori. Setiap jenis sistem kontrol persediaan yang dipilih akan berdampak pada semua kegiatan organisasi lainnya (Tersine R J, 1994).
3.4. Persediaan Tidak Tahan Lama (Perishable)
Model persediaan produk yang tidak tahan lama merupakan model persediaan dimana perhitungan persediaannya tidak hanya berkurang karena permintaan saja tetapi juga karena kerusakan. Model yang digunakan ini mengacu pada model economic order quantity (EOQ) dimana kondisi dari sistemnya memiliki permintaan yang konstan dan produk mengalami kerusakan secara eksponensial. Beberapa bentuk kerusakan produk tersebut antara lain direct spoilage (membusuk), physical depletion (habis secara fisik) untuk cairan yang mudah menguap, atau deterioration (kemunduran) untuk komponen elektronik.
Pada beberapa penelitian deteriorating inventory memfokuskan pada material ”yang secara kontinyu kehilangan massanya atau utilisasinya pada saat disimpan”, misalnya seperti cairan yang mudah menguap (bensin, alkohol, dll), zat radioaktif, bank darah, bahan makanan, dan komponen elektronik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa semua item dengan segera akan memburuk dengan
nilai konstan yang sama pada semua item dan kemudian mempunyai ciri-ciri seperti variasi waktu eksponensial demand atau mempertimbangkan inflasi dan nilai waktu dari uang pada fungsi tujuan total biaya.
Deteriorating disebut sebagai material yang menyusut pada penyimpanan yang mengarah pada kerusakan secara fisik seperti membusuk atau menguap. Penelitian yang lain menggunakan definisi deterioration yang sama dan meneliti performansi dari kebijaksanaan inventory (Q,r) pada inventory yang mengalami kerusakan secara kontinyu eksponensial, mempunyai demand yang acak, dan mempunyai lead time pemesanan yang positif.
Setelah mendapatkan Q optimal maka selanjutnya didapatkan ukuran lot pengiriman dan total biaya minimum yang dapat dikeluarkan oleh suatu perusahaan (Rau H, 2003).
Interval waktu (t) = ………(2)
Ukuran lot pengiriman (qB) = …………...(3) Total pengiriman produk jadi (QB) = qB x n………..(4) Dimana:
T = siklus perencanaan n = frekuensi pengiriman
D = permintaan produk selama sebulan
=laju kerusakan produk jadi pada konsumen
3.5. Total Cost
Dalam menentukan total cost terdapat beberapa variabel- variabel yaitu sebagai berikut (Rau H, 2003) :
Total biaya konsumen = biaya pemesanan + biaya penerimaan produk jadi + biaya penyimpanan produk jadi pada konsumen + biaya kadaluarsa pada konsumen
= + FB x + x HB X +
[ – D x t] x PB x ………(5) Total biaya produsen = biaya setup + biaya pengiriman produk jadi +
biaya penyimpanan produk jadi pada produsen + biaya kadaluarsa pada produsen
= + x n + x x ((P x t x np)- nqB)
x ………(6)
Total cost = total biaya konsumen + total biaya produsen Dimana:
A = biaya pemesanan
FB = biaya penerimaan produk jadi HB = biaya penyimpanan produk jadi
PB = biaya kadaluarsa produk jadi pada konsumen SP = biaya setup pada produsen
FP = biaya pengiriman pada produsen
PP = biaya kadaluarsa produk jadi pada produsen
= laju kerusakan produk jadi pada produsen D = jumlah kebutuhan produk
3.6. Disagregasi
Pada perencanaan produksi tidak dibahas produk yang diproduksi secara rinci melainkan dalam bentuk agregat, yaitu suatu satuan yang mempresentasikan kumpulan beberapa produk. Agar rencana tersebut dapat di implementasikan hal yang perlu dilakukan disagregasi dalam jumlah produksi masing-masing produk item.
Proses disaagregasi dengan menggunakan metode cut and fit ini relatif lebih sederhana dibandingkan dengan menggunakan metode lainnya. Rumus yang digunakan dalam disagregasi dengan metode cut and fit adalah sebagai berikut (Saptadi S,2010):
y =
% Item = x 100%
Dimana :
y = Hasil peramalan disagregasi item
% Item = Presentasi kebutuhan masing-masing item
Demand Agregat = Agregat plan hasil pengolahan data rencana produksi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di UKM Kue Nasywa. Waktu Penelitian dilakukan mulai April sampai Juli 2018.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mengumpulkan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian mengenai status terakhir dari subjek penelitian.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah produk kue di UKM Kue Nasywa.
4.4. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Moh.
Nazie, 2005). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen
a. Biaya- biaya yang digunakan meliputi biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
b. Permintaan produk selama sebulan c. Laju kerusakan produk
Variabel-variabel ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah persediaan optimal
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel tersebut adalah jumlah persediaan optimal dan total cost.
4.5. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti melalui pendefinisian dan uraian dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Berikut adalah kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
Permintaan produk Permintaan produk
Laju kerusakan produk Laju kerusakan produk
Jumlah persediaan optimal
Jumlah persediaan optimal Total CostTotal Cost
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir
Definisi operasional adalah penjelasan sistematis dari konsep dan variabel yang membentuk kerangka berpikir. Operasional berkaitan erat dengan identifikasi terhadap elemen pengukur nilai setiap variabel. Jumlah persediaan optimal adalah pengambilan keputusan tentang penyesuaian banyaknya produk yang dikirimkan ke setiap agen agar meminimisasi total cost yang dikeluarkan.
Kualitas pelaksanaan tersebut dapat dilihat dan diukur dari tingkat dan relevansi biaya-biaya yang digunakan, permintaan produk dan laju kerusakan produk.
4.6. Blok Diagram Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.
4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data waktu kadaluarsa pada produk di UKM
2. Data tingkat persediaan, jumlah produk pengembalian dan biaya yang terkait persediaan misalnya biaya kerusakan, , biaya distribusi, biaya penyimpanan, dll.
4.7.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif (wawancara) dan kuantitatif (data perusahaan).
Studi Pendahuluan 1. Sistem Persediaan Produk 2. Metode EOQ
Studi Literatur
Teori Persediaan, Metode EOQ, Persediaan Produk Perishable
Kesimpulan dan Saran Mulai
Pengumpulan Data Data Primer
Pengolahan Data 1. Mengidentifikasi sistem persediaan di UKM Kue
2. Mengidentifikasi parameter-parameter penting dalam sistem persediaan produk perishable
3. Menentukan dan menganalisis jumlah persediaan yang optimal 4. Menentukan dan menganalisis total biaya pada konsumen 5. Menentukan dan menganalisis total biaya pada produsen 6. Menentukan dan menganalisis total cost usulan
7. Menentukan dan menganalisis total cost aktual
Analisis dan Diskusi
Selesai
Gambar 4.2. Blok Diagram
4.8. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi parameter-parameter penting dalam sistem persediaan produk perishable.
2. Dilakukan perhitungan dan analisis jumlah persediaan optimal untuk mengurangi jumlah produk yang rusak/ kadaluarsa.
3. Dilakukan perhitungan dan analisis total biaya pada konsumen 4. Dilakukan perhitungan dan analisis total biaya pada produsen 5. Dilakukan perhitungan dan analisis total cost usulan
6. Dilakukan perhitungan dan analisis total cost aktual
4.9. Analisis dan Diskusi
Analisis merupakan proses menguraikan masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian dan kemudian dicari solusi untuk menyelesaikannya. Analisis dan diskusi yang dilakukan pada pengolahan data diantaranya adalah dilakukan perbaikan atas model persediaan produk perishable.
4.10. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan metode dan analisis yang dilakukan, kesimpulan yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan jumlah persediaan produk perishable dengan memperhatikan faktor kadaluarsa dan pengembalian.
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Analisis Situasi UKM
Produk yang dihasilkan oleh UKM Kue Nasywa akan dijual ke agen- agen kue yang telah melakukan pemesanan kepada pihak UKM maupun langsung kepada konsumen. Pemesanan produk dapat melalui via telepon. Produk yang telah dipesankan oleh agen-agen tersebut akan dikirimkan langsung kepada agen tersebut dengan menggunakan kendaraan sendiri dengan jumlah pengiriman sebanyak 30 kali/bulan. Produk yang dihasilkan dari UKM dapat dikembalikan oleh pihak agen apabila produk tersebut mengalami kerusakan atau produk telah kadaluarsa. Produk tersebut nanti akan ditukar kembali dengan produk sejenis yang baru diproduksi. Pihak UKM mendapatkan keluhan akan produk kadaluarsa maupun kerusakan sebesar 612 unit/ bulan. Permintaan produk setiap agen pada pihak UKM berkisar 40% pada agen jamin ginting, 20% agen sisingamaraja, 15%
agen stasiun kereta api dan 25% agen simpang pos.
Berikut dapat dilihat pada Tabel 5.1. jumlah produk kadaluarsa pada UKM Kue Nasywa.
Tabel 5.1. Jumlah Produk Kadaluarsa (Unit)
Produk Hari ke -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bolu bulat - - - 5 6 7 5 6 5 6 4 6 5 6 5 7 5 5 7 5 5 6 7
Bika ambon - - - 3 4 4 3 5 3 4 4 5 4 3 4 5 4 5 6 5 5 4 4
Karamel - - - -
Lapis legit - - - -
Brownis - - - -
Tabel 5.1. Jumlah Produk Kadaluarsa (Unit) (Lanjutan)
Produk Hari ke-
24 25 26 27 28 29 30 Total
Bolu bulat 6 5 6 5 5 5 7 152
Bika ambon 6 5 5 4 6 5 5 120
Karamel - - - -
Lapis legit - - - -
Brownis - - - -
Sumber: UKM Kue Nasywa
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah produk kadaluarsa tertinggi terdapat pada produk bolu bulat sebesar 152 unit per bulan. Data tepung dan makanan ternak yang dihasilkan pada produk kadaluarsa dapat dilihat pada Tabel 5.2. dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa rata-rata tepung dan makanan ternak tertinggi terdapat pada produk olahan bika ambon. Harga jual produk yang terus menurun dengan akibat bertambahnya waktu dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Harga Jual Produk dari UKM
Produk Hari 1 2 3 4 5 6
Bolu bulat
% Harga
Jual 100% 100% 100% 24% 7% 0%
Produk Bolu bulat
Bolu bulat
Bolu bulat
Tepung Kanji
Makanan Ternak
Harga Jual 21.000 21.000 21.000 5.000 1.500 0
Bika ambon
% Harga
Jual 100% 100% 100% 21% 6% 0%
Produk Bika ambon
Bika ambon
Bika ambon
Tepung Kanji
Makanan Ternak
Harga Jual 31.000 31.000 31.000 6.500 1.950 0
Karamel
% Harga
Jual 100% 100% 100% 21% 5% 0%
Produk Karamel Karamel Karamel Tepung Kanji
Makanan Ternak
Harga Jual 28.000 28.000 28.000 6.000 1.500 0
Lapis legit
% Harga
Jual 100% 100% 100% 20% 6% 0%
Produk Lapis legit
Lapis legit
Lapis legit
Tepung Kanji
Makanan Ternak
Harga Jual 28.000 28.000 28.000 5.500 1.650 0
Brownis
% Harga
Jual 100% 100% 100% 23% 7% 0%
Produk Brownis Brownis Brownis Tepung Kanji
Makanan Ternak
Harga Jual 26.000 26.000 26.000 6.000 1.800 0
Sumber: Pengumpulan Data
Tabel 5.2. Data Tepung dan Makanan Ternak dari Olahan Produk Kadaluarsa (Kg)
Produk Pengamatan hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bolu bulat 1,0 1,0 0,9 1,0 1,0 1,0 1,1 1,1 1,0 0,8 0,9 1,2 1,1 1,2 1,0 0,9 1,0 0,8 1,0 0,9 1,0 1,1 1,1 Bika ambon 1,3 1,3 1,3 1,3 1,4 1,3 1,2 1,4 1,3 1,2 1,3 1,2 1,3 1,4 1,3 1,3 1,4 1,3 1,4 1,2 1,3 1,3 1,2
Karamel - - - -
Lapis legit - - - -
Brownis - - - -
Tabel 5.2. Data Tepung dan Makanan Ternak dari Olahan Produk Kadaluarsa (Kg) (Lanjutan)
Produk Pengamatan hari ke-
24 25 26 27 28 29 30 Rata-rata
Bolu bulat 1,0 1,2 1,2 0,8 0,8 0,9 0,9 1,00
Bika ambon 1,3 1,3 1,3 1,3 1,2 1,3 1,4 1,30
Karamel - - - -
Lapis legit - - - -
Brownis - - - -
Sumber: UKM Kue Nasywa
Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa harga jual produk di UKM Kue Nasywa akan terus mengalami penurunan sesuai dengan lamanya waktu produk.
Persenan harga jual setiap produk didapatkan dari banyaknya tepung dan makanan ternak yang dihasilkan dalam produk tersebut. Misalnya, olahan produk bika ambon dapat menghasilkan tepung sebesar 1,3 kg maka didapatkan persen dari harga jual tepung pada bika ambon yaitu sebesar 21% dari harga produk bika ambon. Demikian juga dengan olahan produk bika ambon yang dapat menghasilkan makanan ternak sebesar 1,3 kg maka didapatkan persen dari harga jual makanan ternak pada bika ambon yaitu sebesar 6% dari harga produk bika ambon. Demikian juga persen harga jual pada produk lainnya di UKM Kue Nasywa. Produk kue ini memiliki waktu kadaluarsa selama 3 hari. Pada hari ke 4, agen akan mengembalikan produk ke pihak UKM sehingga pihak UKM akan mengolah produk kadaluarsa tersebut menjadi tepung dan makanan ternak sehingga produk tersebut dapat memiliki nilai jual agar tidak merugikan pihak UKM terlalu banyak.
Dengan demikian maka akan dicari jumlah produk optimal yang dihasilkan oleh pihak UKM agar banyaknya produk kadaluarsa akan berkurang.
5.1.2. Data yang Diperlukan
Produk yang dihasilkan di UKM Kue Nasywa yaitu bolu bulat, bika ambon, karamel, lapis legit dan brownis. Kapasitas produk yang dihasilkan per hari di UKM Kue Nasywa dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Rincian Produk di UKM Kue Nasywa
Produk Kapasitas
(Unit)
Bolu bulat 50
Bika Ambon -
Karamel -
Lapis Legit -
Brownis -
Jumlah -
Sumber: Pengumpulan Data
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kapasitas terbesar di UKM Kue Nasywa terdapat pada produk bika ambon. Agen-agen yang terkait dengan penjualan kue di UKM Kue Nasywa yaitu daerah jamin ginting, sisingamaraja, stasiun kereta api dan simpang pos. Jarak UKM ke agen sisingamaraja dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 5.1. Jarak UKM ke Agen Sisingamaraja
Dari Gambar 5.1. dapat dilihat bahwa jarak dari UKM Kue Nasywa ke agen sisingamaraja yaitu sebesar 11,2 km dengan memakan waktu selama 19 menit. Jarak UKM Kue Nasywa ke agen jamin ginting dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 5.2. Jarak UKM ke Agen Jamin Ginting
Dari Gambar 5.2. dapat dilihat bahwa jarak dari UKM Kue Nasywa ke agen jamin ginting yaitu sebesar 14 km dengan memakan waktu selama 34 menit. Jarak UKM Kue Nasywa ke agen stasiun kereta api dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 5.3. Jarak UKM ke Agen Stasiun Kereta Api
Dari Gambar 5.3. dapat dilihat bahwa jarak dari UKM Kue Nasywa ke agen stasiun kereta api yaitu sebesar 12,6 km dengan memakan waktu selama 37 menit. Jarak UKM Kue Nasywa ke agen simpang pos dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 5.4. Jarak UKM ke Agen Simpang Pos
Dari Gambar 5.4. dapat dilihat bahwa jarak dari UKM Kue Nasywa ke agen simpang pos yaitu sebesar 14,5 km dengan memakan waktu selama 36 menit. Permintaan produk bolu bulat, bika ambon, karamel, lapis legit dan brownis selama sebulan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Permintaan Produk Selama Sebulan (Unit)
Periode Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bolu
bulat 45 47 46 45 46 47 45 44 43 47 46 45 46 43 44 46 43 45 45 47 47 46 47 bika
ambon 90 92 90 90 91 91 89 88 91 90 91 89 92 92 91 90 91 89 91 88 91 92 91
karamel - - - -
lapis
legit - - - -
brownis - - - -
Total - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Tabel 5.5. Permintaan Produk Selama Sebulan (Unit) (Lanjutan)
Periode Hari ke-
24 25 26 27 28 29 30
Bolu bulat 45 43 43 44 47 44 43
bika ambon 92 89 90 92 92 91 88
karamel - - - -
lapis legit - - - -
brownis - - - -
Total - - - -
Sumber: Pengumpulan Data
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah permintaan paling tinggi ditunjukkan pada hari ke 2 dan hari ke 6. Tabel 5.6. menunjukkan kebutuhan tepung yang digunakan dalam pembuatan 1 unit produk di UKM Kue Nasywa.
Tabel 5.6. Kebutuhan Tepung yang Digunakan
Produk Kebutuhan Tepung/ Unit
Bolu Bulat 0,25 kg
Bika Ambon
- Karamel
- Lapis Legit
- Brownis
-
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kebutuhan tepung minimal terdapat pada produk brownis yang nantinya akan dijadikan sebagai faktor konversi dalam perhitungan permintaan agregat. Rincian harga jual produk pada UKM Kue Nasywa dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Rincian Harga Jual Produk
Produk Harga Jual ke Agen (Rp)
Harga Jual ke Konsumen (Rp)
Bolu Bulat 21.000 23.000
Bika Ambon - -
Karamel - -
Lapis Legit - -
Brownis - -
Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa harga jual tertinggi dari sisi agen maupun konsumen terdapat pada produk bika ambon. Variabel- variabel yang akan digunakan dalam menghitung total cost yang digunakan pada produk di UKM Kue Nasywa akan dijelaskan pada Tabel 5.8
Tabel 5.8. Variabel yang Digunakan
Variabel Keterangan
Biaya pemesanan (A) Rp 1.500/ pemesanan/ hari Laju kerusakan (
0,38
Demand (D) 17.099 unit brownis
Siklus Perencanaan (T) 1 bulan
Frekuensi pengiriman (n) 16 kali/ bulan
Biaya penerimaan produk jadi pada
konsumen (FB) Rp 0
Biaya simpan produk jadi per unit
pada konsumen (HB) -
Biaya kadaluarsa produk jadi per unit
pada konsumen (PB) -
Biaya setup produk jadi pada produsen - Biaya pengiriman produk jadi pada
produsen (FP) -
Produksi produk jadi (P) -
Biaya simpan produk jadi per unit
pada produsen (HP) -
Biaya kadaluarsa produk jadi per unit
pada produsen (PP) -
Laju kerusakan pada produsen (
-
Sumber: Pengumpulan Data
Variabel-variabel pada tabel di atas akan membantu dalam melakukan pengolahan data untuk mencari persediaan optimal maupun total biaya minimum.
5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Agregrasi Demand
Berikut merupakan konversi agregrat demand yang dapat dilihat pada Tabel 5.9 (Saptadi S,2010).
Tabel 5.9. Konversi Agregat
Produk Kebutuhan
Tepung/ Unit Konversi
Bolu Bulat 0,25 kg 2,5
Bika Ambon - -
Karamel - -
Lapis Legit - -
Brownis - -
Sumber: Pengolahan Data
Dari data di atas maka akan dihitung demand agregat pada bolu bulat di hari pertama. berikut merupakan salah satu contoh perhitungan demand agregat.
Demand bolu bulat hari 1 = demand x konversi
= 45 unit x 2,5
= 112,5 unit
Pada Tabel 5.10 akan dilihat hasil perhitungan demand agregat selama 30 hari pada kelima produk di UKM Kue Nasywa.
Tabel 5.10. Demand Agregat (Unit Brownis)
Periode Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bolu bulat 112,5 117,5 115 112,5 115 117,5 112,5 110 107,5 117,5 115 112,5 115 107,5 110
Bika Ambon - - - -
Karamel - - - -
Lapis legit - - - -
Brownis - - - -
Total
Permintaan - - - -
Tabel 5.10. Demand Agregat (Unit Brownis) (Lanjutan)
Periode Hari ke-
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
Bolu bulat 115 107,5 112,5 112,5 117,5 117,5 115 117,5 112,5 107,5 107,5 110 117,5 110 107,5 3385
Bika Ambon - - - -
Karamel - - - -
Lapis legit - - - -
Brownis - - - -
Total
Permintaan - - - -
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.10 maka dapat dilihat bahwa jumlah permintaan produk jadi dalam satuan agregat berjumlah 17.099,3 unit brownis.
5.2.2. Persediaan Optimal
Berikut merupakan contoh perhitungan ukuran lot pengiriman produk jadi.
Interval waktu (t) = = = 1 Ukuran lot pengiriman (qB) =
=
= 20.802 unit brownis Total pengiriman produk jadi (QB) = qB x n
= 20.802 x 1
= 20.802 unit brownis
Tabel 5.11 menunjukkan hasil perhitungan ukuran lot pada produk jadi Tabel 5.11. Ukuran Lot Pengiriman Produk Jadi
Frekuensi Interval waktu
Ukuran lot pengiriman produk jadi (Unit Brownis)
Total pengiriman produk jadi (Unit
Brownis)
1 1,000 20.802 20.802
2 0,500 9.416 18.831
3 0,333 6.076 18.229
4 0,250 4.484 17.938
5 0,200 3.553 17.766
6 - - -
| - - -
| - - -
| - - -
| - - -
100 - - -
Dari Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa Ukuran lot pengiriman produk jadi minimal terdapat pada frekuensi pengiriman ke 100 sedangkan ukuran lot pengiriman produk jadi maksimal terdapat pada frekuensi pengiriman pertama.
Frekuensi diartikan sebagai jumlah pengiriman yang dilakukan selama sebulan sedangkan interval waktu adalah jarak waktu antara pengiriman pertama dengan pengiriman berikutnya.
5.2.3. Total Cost
Total cost adalah total biaya yang dikeluarkan oleh pihak konsumen (agen) maupun produsen (UKM). Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan total cost usulan.
Total biaya konsumen = biaya pemesanan + biaya penerimaan produk jadi + biaya penyimpanan produk jadi pada konsumen + biaya kadaluarsa pada konsumen
= + FB x + x HB X + [ – D x t] x PB x
= + 0 x + x
202X + [ – 17.099 x 1] x 21.320
x
= Rp 85.488.457
Total biaya produsen = biaya setup + biaya pengiriman produk jadi +
biaya penyimpanan produk jadi pada produsen + biaya kadaluarsa pada produsen
= + x n + x x ((P x t x np)- nqB) x
= + x 1 + x x
((19.170 x 1 x 1)- 1 x 15.255) x
= Rp -
Tabel 5.12 menunjukkan hasil perhitungan total biaya minimum.
Tabel 5.12. Perhitungan Total Biaya Frekuensi Total Biaya
Konsumen (Rp)
Total Biaya Produsen
(Rp) Total (Rp)
1 85.488.457 - 85.488.457
2 39.999.014 7.239.738 47.238.752
3 26.094.788 19.994.425 46.089.213
4 19.362.177 26.183.882 45.546.059
5 15.390.861 29.845.521 45.236.382
6 - - -
| - - -
| - - -
| - - -
100 - - -
Dari Tabel 5.12 dapat disimpulkan bahwa total biaya minimum yaitu sebesar Rp 44.621.933 dengan total biaya konsumen sebesar Rp 4.726.954 dan total biaya produsen sebesar Rp 44.621.933 dengan frekuensi pengiriman
sebanyak 16 kali pengiriman/ bulan dan interval waktu 0,063 bulan serta ukuran lot sebesar 1.081 unit brownis.
5.2.4. Disagregasi
Berikut akan dijelaskan perhitungan disagregasi pada produk di UKM Kue Nasywa.
%Item bolu bulat = x 100%
= x 100%
= 19,8%
%Item bika ambon = x 100%
= x 100%
= 50,8 %
%Item karamel = x 100%
= x 100%
= 11%
%Item lapis legit = x 100%
= x 100%
= 17,5%
%Item brownis = x 100%
= x 100%
Tabel 5.13 menunjukkan rekapitulasi persentase item produk di UKM Kue Nasywa
Tabel 5.13. Persentase Item
Produk Persentase
Bolu bulat 0,198
Bika ambon 0,508
Karamel -
Lapis legit -
Brownis -
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa produk dengan persentase item terendah terdapat pada produk brownis sedangkan produk dengan persentase item tertinggi terdapat pada produk bika ambon. Berikut akan dihitung pengiriman ukuran lot produk dalam satuan konversi.
Total pengiriman produk = persentase x total pengiriman lot produk jadi
= 0,198 x 17.304
= 3.425 unit brownis
Ukuran lot pengiriman = persentase x ukuran lot pengiriman produk jadi
= 0,198 x 1.081
= 214 unit brownis
Tabel 5.14 menunjukkan rekapitulasi perhitungan pengiriman ukuran lot produk dalam satuan konversi
Tabel 5.14. Ukuran Lot Produk dalam Satuan Konversi Produk Total pengiriman produk
jadi (Unit Brownis)
Ukuran lot pengiriman (Unit Brownis)
Bolu bulat 3.425 214
Bika ambon 8.789 549
Karamel - -
Lapis legit - -
Brownis - -
Jumlah - -
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.14 dapat dilihat bahwa ukuran lot pengiriman terendah terdapat pada produk brownis dengan ukuran sebesar 10 unit. Berikut akan dihitung disagregasi ukuran lot pengiriman produk jadi
Ukuran lot pengiriman bolu bulat = ukuran lot pengiriman / konversi
= 214 / 2,5
= 86 unit
Tabel 5.15 menunjukkan hasil perhitungan disagregasi ukuran lot pengiriman Tabel 5.15. Disagregasi Ukuran Lot Pengiriman
Produk Konversi Ukuran lot pengiriman
(Unit)
Bolu bulat 2,50 86
Bika ambon 3,20 172
Karamel - -
Lapis legit - -
Brownis - -
Jumlah -
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.15 dapat dilihat bawa jumlah ukuran lot pengiriman setelah didisagregasi yaitu sebesar 409 unit. Jumlah masing-masing unit produk pada masing-masing agen akan dilihat pada Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Jumlah Produk pada Masing-masing Agen
Produk Agen Jumlah
(Unit)
Ukuran Pengiriman
(Unit)
Frekuensi
Total Pengiriman
(Unit)
Bolu bulat
jamin ginting 34
86
16 544
Sisingamaraja 17 16 272
- - - -
- - - -
Bika ambon
- -
-
- -
- - - -
- - - -
- - - -
Karamel
- -
-
- -
- - - -
- - - -
- - - -
Lapis legit
- -
-
- -
- - - -
- - - -
- - - -
Brownis
- -
-
- -
- - - -
- - - -
- - - -
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa total pengiriman tertinggi terdapat pada agen jamin ginting dengan produk bika ambon sebanyak 1104 unit/ bulan.
5.2.5. Perbandingan Total Cost Aktual dan Usulan
Berikut merupakan perhitungan total cost aktual di UKM Kue Nasywa.
Total cost konsumen = A + FB + HB + PB
= Rp 135.000 + Rp 0 + Rp 26.129.098 + Rp 852.800
= Rp 27.116.898 Total cost konsumen = SP + FP + HP + PP
= Rp 30.000 + Rp 783.333 + Rp 29.072.340 + Rp 772.800
= Rp 30.658.473
Total cost aktual = total cost konsumen + total cost produsen
= Rp 27.116.898 + Rp 30.658.473
= Rp 57.775.371
Dari perhitungan total biaya aktual dan usulan, maka dapat dilihat perbandingan antara total biaya aktual dan usulan pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Perbandingan Total Biaya Aktual dan Usulan Total Biaya Aktual Total Biaya Usulan
Rp 57.775.371 Rp 44.621.933
Sumber: Pengolahan Data
Dari Tabel 5.17 dapat dilihat bahwa total biaya usulan lebih murah dibandingkan dengan total biaya aktual. Ini disebabkan karena dalam perhitungan total biaya usulan digunakan model persamaan yang mempertimbangkan jumlah produk kadaluarsa, biaya kadaluarsa dan frekuensi pengiriman minimum pada setiap agen agar total biaya yang dikeluarkan seminimum mungkin.
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Demand Agregat
Demand adalah permintaan produk jadi dari pihak agen ke pihak UKM selama ebulan sedangkan demand agregat adalah demand yang telah dikonversikan ke dalam satuan produk yang sama agar mudah dalam melakukan perhitungan jumlah persediaan optimal. Dari ke 5 produk yang diproduksi oleh pihak UKM, produk yang paling diminati oleh para konsumen adalah produk bika ambon sedangkan produk yang paling kecil peminatnya adalah produk brownis.
Ini dapat dilihat dari jumlah demand yang diminta agen ke pihak UKM selama sebulan. Faktor konversi adalah faktor numerik yang harus dikalikan atau dipakai untuk membagi suatu besaran yang diungkapkan dalam suatu satuan untuk mengungkapkan besaran dalam satuan lainnya. Faktor konversi produk brownis digunakan sebagai acuan dasar dalam menentukan faktor konversi pada produk lainnya dikarenakan kebutuhan akan tepung pada produk brownis lebih kecil dibandingkan dengan produk lainnya sehingga satuan dalam demand agregat adalah unit brownis. Dengan demikian didapatkan bahwa nilai faktor konversi dari bolu bulat sebesar 2,5, bika ambon 3,2 , karamel 2,5, lapis legit 2 dan brownis 1. Dari faktor konversi tersebut maka akan dihitung demand agregat dengan mengalikan faktor konversi dengan demand. Demand agregat dilakukan untuk mempermudah perhitungan dalam segala jenis produk yang family sehingga dapat