• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SERANG. NOMOR 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg & NOMOR 185/Pdt.G/2021/PA.Srg DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH AL-SYATIBI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SERANG. NOMOR 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg & NOMOR 185/Pdt.G/2021/PA.Srg DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH AL-SYATIBI."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SERANG

NOMOR 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg & NOMOR 185/Pdt.G/2021/PA.Srg DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH AL-SYATIBI

Skripsi

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Syifa Ardhi Risya 11170440000054

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2021 M/1443 H

(2)
(3)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SERANG NOMOR 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg &

NOMOR 185/Pdt.G/2021/PA.Srg DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH AL-SYATIBI, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 November 2021 M/13 Rabi‟ul Akhir 1443 H . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Keluarga.

Jakarta, 15 November 2021 M Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A NIP.19760807 2003121001

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua : Dr. Mesraini, S.H., M.Ag. (….………)

NIP. 197602312003122001

Sekretaris : Ahmad Chairul Hadi, M.A. (……….)

NIP. 197205312007101002

Pembimbing : Dr. Rosdiana, M.A. (……….)

NIP. 196906102003122001

Penguji I : Dr. Mu’min Roup, M.A. (……….)

NIP. 197004161997031004

Penguji II : Sri Hadiyati, M.A. (……….)

NIP. 197102151997032002

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 16 September 2021

Syifa Ardhi Risya NIM: 11170440000099

(5)

iv ABSTRAK

Syifa Ardhi Risya, NIM 11170440000099. MEDIA SOSIAL SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SERANG. Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyah). Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.

Studi ini bertujuan untuk membandingkan putusan hakim dan menganalisa putusan media sosial yang menjadi alasan perceraian, mengetahui pertimbangan hakim serta menganalisis putusan nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan putusan nomor 185/Pdt.G/2020/PA.Srg dengan maslahah mursalah Imam Al-Syatibi.

Memiliki rumah tangga yang kekal, bahagia, harmonis menjadi keinginan semua orang. Dapat dipastikan tidak akan pernah ada yang berharap mengalami pertengkaran bahkan perpisahan. Hakikatnya, setiap pasangan selalu berusaha untuk mewujudkan tujuan perkawinan, namun dalam perjalanannya bagi sebagian pasangan sangat sulit mewujudkan itu, sehingga perceraian menjadi jalan terbaik menurut mereka. Islam maemandang perceraian sebagai sesuatu yang dibolehkan, tetapi hal ini dibenci Allah. Media sosial menjadi langkah awal terjadinya perceraian yang menyebabkan perselisihan dalam rumah tangga. Pasangan suami istri yang tidak mampu membatasi diri dan bijak menggunakan media sosial dapat membuka celah perselingkuhan hingga terjadi perceraian seperti yang terjadi di Pengadilan Agama Serang.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan bersifat deskriptif analitis. Sumber data primer yaitu putusan nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan putusan nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Kompilasi Hukum Islam dan wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Serang dan dokumentasi. Sumber data sekunder berupa, buku-buku, jurnal, skripsi, majalah. Teknik yang digunakan berupa wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Serang, studi pustaka dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu deskriptif analitis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gugatan dan permohonan cerai pada putusan tersebut telah memenuhi syarat formil dan materil berdasarkan ketentuan perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan. Menurut Hakim Pengadilan Agama Serang perceraian yang berangkat dari media sosial yang kemudian terjadi perselisihan dan percekcokan dalam rumah tangga adalah sub alasan baru yang termasuk dalam alasan kuat perceraian yakni perselisihan dan pertengkaran, sehingga alasan tersebut dapat diterima dan dilanjutkan sampai pada putusan.

Kata Kunci : Media Sosial, Perceraian, Pengadilan Agama Pembimbing : Dr. Hj. Rosdiana, M.A.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Selawat dan salam senantiasa kita junjungkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kia sebagai pengikutnya mendapatkan syafaatnya dihari akhir nanti.

Ucapan terima kasih penulis juga persembahkan kepada para pihak yang selama ini memberikan kontribusi bagi penulis sehingga dapat menuntaskan program jenjang S1 dan menyelesaikan karya ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari do‟a, bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ibu Prof.

Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis Lc. MA.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Program Studi Hukum Keluarga Ibu Dr. Hj.Mesraini, SH., M.Ag, yang telah memberikan penyemangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A.

4. Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan semangat semasa perkuliahan juga telah sangat membantu menyelesaikan skripsi penulis. Ibu Dr. Hj. Rosdiana, M.A terima kasih atas bimbingan, arahan, nasehat dan do‟a Ibu selama ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan yang bermanfaat untuk penulis dan semoga menjadi limpahan pahala yang tiada terputus.

6. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri

(7)

vi

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk studi kepustakaan.

7. Ketua Pengadilan Agama Serang Bapak Elvin Nailana, S.H., M.H. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Pengadilan Agama Serang.

8. Hakim Pengadilan Agama Serang, Ibu Dr. Hj. Idia Isti Murni, M.Hum terimakasih atas waktu, ilmu, wawasan yang telah ibu berikan kepada penulis.

9. Seluruh Panitera Pengadilan Agama Serang, Ibu Asri, Ibu Sofi, dan yang lainnya yang telah memberikan informasi dan wawasan kepada penulis.

10. Bapak dan Emak penulis, Bapak Rifa‟i dan Emak Sorayah terima kasih atas cinta kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis, memberikan dukungan serta doa restu yang selalu dipanjatkan dalam mengiringi setiap langkah penulis.

11. Tuan Guru K.H. Imaduddin Utsman dan Nyai Hj. Mahbubah dan seluruh dewan guru Ponpes Nahdlatul Ulum terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.

12. Teteh Sol, terima kasih telah sangat membantu dengan meminjamkan laptopnya, Bang Amrul, Mba Ekah, Ma Aji terima kasih atas do‟a dan dukungannya, serta seluruh keluarga besar Bani Sufyan dan Bani Masuri.

13. Teman-teman dekat dan kerabat, Mujizat, Bangir, Murjoy, Tompel, Faqih Tablo, Ajis Matin terima kasih atas motivasi, hujatan, hinaan, caci maki dan ketololannya. dan Camelia yang pernah meminjamkan laptopnya kepada Penulis.

14. Sahabat-sahabat HK C dan Istana Pergerakan, Dede, Jadid, Bocil, Habib, Kurnia, Diyaul, Hasbi, Padang, Haidar, Kholil, Keceng, Amir, Mulyana, Mahdi, Rendra, Arafi, Virgi, Akbar, Farez dan kawan-kawan angkatan Hukum Keluarga 2017.

15. Keluarga Besar Gerakan Aliansi Remaja Tegal-Cempaka Kresek 16. Sahabat-sahabat PAC GP. Ansor Kec. Kresek.

(8)

vii

17. Teman-teman angkatan 04 MA Nahdlatul Ulum, Kresek.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang turut serta memberikan dukungan sehingga dapat menyelesaikan skirpsi ini, yang tentunya tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga

(9)

viii

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan.

Tangerang, 16 September 2021

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Kajian Pustaka Kajian Studi Terdahulu. ... 5

H. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian ... 8

2. Pendekatan Penelitian ... 9

3. Teknik Pengumpulan Data ... 9

4. Sumber Bahan Hukum ... 10

5. Analisis Data... 11

6. Teknik Penulisan ... 11

I. Sistematika Penulisan ... 11

(11)

x

BAB II GAMBARAN UMUM PERCERAIAN, MEDIA SOSIAL,

MASLAHAH MURSALAH ... 13

A. Pengertian Perceraian ... 13

1. Hukum Perceraian ... 14

2. Akibat Perceraian ... 15

3. Sebab Perceraian... 16

4. Macam-macam Perceraian ... 17

B. Media Sosial ... 19

1. Macam-macam Media Sosial ... 20

2. Dampak Media Sosial ... 22

C. Teori Maslahah Mursalah Al-Syatibi ... 22

1. Teori Maslahah Mursalah ... 22

2. Maslahah Murslaha Menurut Syara‟ ... 24

3. Macam-macam Maslahah Mursalah ... 24

BAB III TINJAUAN PUTUSAN NOMOR 2879/Pdt.G/2O2O/PA.Srg dan NOMOR 185/Pdt.G/PA.Srg... 26

A. Duduk Perkara Putusan Nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg ... 26

1. Pertimbangan Hukum ... 27

B. Duduk Perkara Putusan Nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg ... 28

1. Pertimbangan Hukum ... 29

BAB IV ANALISIS PUTUSAN DARI PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH AL-SYATIBI ... 32

A. Perceraian Akibat Perselingkuhan Melalui Media Sosial ... 32

B. Analisi Perceraian Akibat Media Sosial Perspektif Maslahah Mursalah Al- Syatibi ... 40

BAB V KESIMPULAN ... 45

A. Simpulan ... 45

(12)

xi

B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA ... 47 Lampiran-Lampiran ...

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Media sosial menjadi langkah awal terjadinya perceraian pasangan suami istri.

Sarana komunikasi melalui media sosial sangat efektif digunakan untuk saling berbagi kepada orang lain. Media sosial seperti dua mata pedang yang bisa saja menguntungkan dengan mengambil manfaatnya, pun sebaliknya bisa saja membahayakan hubungan yang menyebabkan kehadiran orang ketiga, pria idaman lain atau wanita idaman lain. Tak terlepas terhadap pasangan suami istri yang tidak mampu membatasi kebebasan media sosial, hingga menjadikan hubungan pasangan suami istri mengarah kepada perselisihan bahkan perceraian.

Yang terjadi di Pengadilan Agama Kelas Serang, sepanjang tahun 2020 tercatat sebanyak 2978 perkara cerai talak dan cerai gugat. Serta mengalami kenaikan pada tahun 2021 yang tercatat sebanyak 3091 perkara cerai talak dan cerai gugat. Perselisihan, pertengkaran dan perselingkuhan akibat media sosial, kehadiran orang ketiga turut serta menyumbangkan angka perkara sebanyak 92 perkara atau 9% dari jumlah perkara yang disebabkan perselingkuhan yaitu total 1013. Sedangkan, pada tahun 2021 perselisihan dan perselingkuhan akibat media sosial berjumlah 116 atau 11% dari total perkara perselisihan yaitu 1051.1 Rata-rata gugatan cerai dilayangkan pihak istri yang tercatat sebanyak 2519 tahun 2021 dan 2347 tahun 2020, sedangkan permohonan cerai yang diajukan pihak suami tercatat 572 tahun 2021 dan 631 tahun 2020.

Banyak faktor yang melatar belakangi kasus perceraian. Salah satu faktor yang dijadikain fokus dalam pembahasan ini adalah faktor media sosial. Dalam media sosial, kita terhubung dengan siapapun, bahkan seluruh dunia. Seseorang dapat berbagi apapun dengan yang lain. Keadaan menimbulkan ekspresi kesenangan tersendiri. Media sosial adalah jembatan komunikasi bagi penggunanya. Contohnya seperti Twitter, Instagram, Facebook, Whatsapp, Telegram dan lain lain yang merupakan jejaring sosial. Kita dapat bertemu secara visual dan komunikasi dengan siapapun. Media Sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pegguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi,

1 Buku Laporan Jumlah Perkara Perceraian Pengadilan Agama Serang Tahun 2020 dan 2021

(14)

2

bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, membentuk ikatan sosial secara virtual.2 Social Networking merupakan salah satu ajang untuk bersosialisasi di dunia maya yang sebenarnya sudah lama menjadi tren, dengan saling bertukar pendapat atau komentar, mencari teman, saling mengirim e-mail, saling memberi penilaian, saling bertukar file dan yang lainnya.3 Di era digital sekarang ini, perkembangan jejaring sosial sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, bahkan jejaring sosial turut mempengaruhi pada perkara perceraian karena perselingkuhan dan pertengkaran terus menerus.

Perceraian akibat pengaruh media sosial disebebakan karena pasangannnya tidak mampu membatasi diri dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga menimbulkan kecurigaan antar pasangan suami istri. Kemudahan mengakses tanpa batasan yang baik tentu menciptakan masalah terlebih bagi pasangan suami istri yang seharusnya menghabiskan waktu bersama keluarga. Sering terjadi pasangan suami atau istri tidak saling mengobrol dalam satu tempat, justru sibuk dengan ponselnya. Tidak ada rasa kepedulian dapat memicu rasa tersinggung dan rasa tidak dihargai. Jika hal ini dibiasakan dapat mengganggu stabilitas keharmonisan dalam rumahtangga. Penggunaan media sosial dapat berdampak positif maupun negatif tergantung penggunanya. Ketika suami atau isteri yang menggunakannya media sosial dengan positif maka dapat menjadi alat komunikasi efektif antara pasangan suami isteri. Sedangkan penggunaan media sosial secara negatif akan dapat mendatangkan malapetaka yang dapat menghancurkan rumah tangga dengan hadirnya orang ketiga.

Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami isteri dengan keputusan pengadilan dan ada cukup alasan bahwa diantara suami isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai hubungan suami isteri. Putusnya perkawinan oleh suami atau istri atau atas kesepakatan kedua-duanya apabila hubungan mereka tidak lagi memungkinkan untuk tercapainya tujuan perkawinan. Pada umumnya perceraian dianggap tidak terpuji, akan tetapi bila keadaan mereka menemui jalan buntu untuk dapat memperbaiki hubungan yang retak antara suami dan istri, maka pemutusan perkawinan atau perceraian menjadi hal yang wajib. Timbulnya perselisihan tidak hanya dikarenakan oleh pihak wanita atau pihak laki-laki saja, akan tetapi dikarenakan oleh sikap egoisme masing masing individu. Oleh karena itu, perceraian dapat dilakukan apabila dengan

2 Dr. Ruli, Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2018), h. 11.

3 Bambang Cahyono Al-Jadi, Asyiknya Pakai Facebook Panduan Lengkap, (Yogyakarta:

Moncer Publisher, 2009), h. 1.

(15)

3

alasan yang kuat dengan hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia yang dituangkan di dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Perceraian merupakan gejala sosial yang menunjukkan suatu kecenderungan tertentu yang bisa meningkatkan laju perceraian. Seperti halnya perkawinan, berusaha menghindarkan sebab-sebab terjadinya perpecahan dalam rumah tangga.4

Perkawinan merupakan sunnah rasul yang sudah umum dilakukan oleh sebagian besar manusia khususnya umat Islam. Islam sangat menganjurkan ikatan perkawinan yang kuat dan langgeng bersama pasangannya. Perkawinan merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya, tidak hanya sekadar hawa nafsu, karena seseorang yang telah berumah tangga berarti ia telah menjalankan syari‟at Islam. Islam membenci untuk meninggalkan perkawinan akibat perceraian, karena dalam perkawinan tedapat banyak manfaat. Jalinan suci antara pria dan wanita dalam pernikahan merupakan ikatan yang mulia sehingga memberi tempat yang aman dan terlindungi untuk menyalurkan hasrat seseorang.5 Perkawinan bukan hanya dipertalikan ikatan lahir suami istri saja, tetapi juga ikatan batin.

Sebagai suatu perikatan yang kokoh, perkawinan dituntut untuk menghasilkan kemaslahatan yang kompleks, bukan sekedar penyaluran kebutuhan biologis semata.6 Perkawinan harus mampu menghasilkan tujuan yang telah digariskan dalam al-Qur‟an, yaitu menciptakan kasih sayang dan ketentraman.

Perkawinan merupakan jalan untuk menyalurkan naluri manusia yang memenuhi nafsu syahwatnya yang telah mendesak agar terjaga kemaluan dan kehormatannya, jadi perkawinan adalah kebutuhan fitrah dan diibaratkan sebagai suatu ikatan yang sangat kokoh yang tak mungkin terlepas begitu saja, akan tetapi sekuat apapun ikatan itu pasti mempunyai kelemahan yang terkadang menjadikannya terurai. Terurainya ikatan itulah kemudian disebut dengan perceraian. Dalam perjalanannya tidak semua ikatan antara suami dan isteri itu kokoh tak terlepaskan. Ikatan itu seringkali terlepas ditengah jalan karena tidak mampu menahan terpaan cobaan sehingga ikatan itu berakhir dengan perceraian. Jelas terlihat dari paparan hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan di atas bahwa perkawinan itu sendiri bukanlah hal yang remeh, akan tetapi perkawinan

4 Harismudah Abd Al-Ati, Family Stucture in Islam Terjemah Anshari Thayib, Keluarga Muslim (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h. 286.

5 Imam Al Hakim, Memikat Hati Suami (Surakarta: Penerbit Insan Kamil, 2009), h. 14

6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), h. 189

(16)

4

merupakan ikatan kokoh yang mengandung hikmah dan tujuan yang sangat besar sehingga itu seakan tidak dapat terlepas dengan mudah begitu saja.

Pasal 116 KHI menyatakan pengajuan perceraian harus memenuhi syarat dan alasan yang kuat untuk dijadikan sebagai motif perceraian. Maksudnya, para pihak yang berperkara sudah melakukan salah satu alasan perceraian. Hukum Islam membenci terjadinya perceraian sekalipun tidak dilarang. Dari pasal 116 KHI tersebut juga secara tidak langsung menginginkan hubungan pasangan suami istri tetap berjalan harmonis agar teciptanya kerukunan rumhatangga dan tujuan perkawinan. Perceraian merupakan jalan alternatif yang terakhir yang boleh dilakukan oleh suami-istri apabila ikatan perkawinan tersebut tidak dapat dipertahankan lagi.7 Alasan-alasan kuat untuk perceraian seperti salah satu pasangan melakukan perbuatan zina, salah satu pasangan pergi meninggalkan selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin, salah satu pihak mendapat hukuman pidana (penjara), salah satu pihak melakukan kekerasan dalam rumahtangga, salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit, terjadi perselisihan terus menerus, salah satu pihak melakukan perjudian, salah satu pihak murtad.

Allah Swt telah menetapkan talak sebagai obat untuk perselisihan rumah tangga ketika obat selain daripada itu tidak menyembuhkan. Agama Islam membolehkan suami istri bercerai dengan alasan-alasan tertentu, meskipun perceraian itu dimakruhkan.

Sebabnya adalah karena akibat perceraian tidak hanya diamali oleh pasangan suami istri, tetapi juga kepada anak dan keluarga dua belah pihak. Al-Qur‟an telah menggambarkan terkait situasi kehidupan suami istri yang menunjukkan adanya keretakan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada perceraian. Keretakan dan pertengkaran tersebut berawal dari tidak berjalannya aturan-aturan hukum nash terhadap kehidupan rumah tangga suami istri dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban suami istri, padahal telah dilakukan cara untuk menyatukan kembali, namun menemui jalan buntu. Sehingga, alternatif terakhir yang dipilih ialah perceraian yang sulit dihindarkan.8

Diketahui dari pasal 161 KHI faktor media sosial ini tidak termasuk alasan kuat perceraian, namun perkara ini tetap di lanjutkan di Pengadilan Agama Serang. Teori maslahah mursalah Al-Syatibi menjadi pijakan pada penanganan perkara ini. Teori maslahah adalah teori yang mencari kemanfaatan serta menghindari timbulnya

7 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: Inar Grafika, 2006), h. 73.

8 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 190.

(17)

5

kerusakan. Penggunaan maslahah mursalah sebagai metode penetapan hukum memang terjadi perdebatan ulama, namun mayoritas ulama menyepakati maslahah mursalah adalah salah satu metode penetapan hukum yang dibolehkan disertai dengan pengetatan terhadap syarat-syarat dan ruang lingkupnya, agar metode maslahah mursalah ini bersesuaian dengan aturan yang terdapat pada nash Al-Qur‟an, hadis, dan Ijma‟. Artinya meskipun media sosial bukan termasuk alasan kuat perceraian, tetapi menimbulkan keretakan bahkan dapat menimbulkan kekerasan dalam rumahtangga maka jalan kemaslahatannya adalah perceraian.

Dalam hukum Islam dan perundang-undangan jarang sekali ditemukan kata atau teks berupa perselingkuhan, apalagi perselingkuhan melalui media sosial. Hal ini mengindikasikan terhadap penegak hukum untuk memutuskan apakah seseorang telah melakukan perselingkuhan melalui media sosial atau tidak dengan bukti-bukti yang kuat atau dengan pengkuan pelaku itu sendiri.

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, menjadi keharusan penelitian terhadap media sosial yang menjadi alasan percerain suami istri yang menimbulkan harmonisasi rumahtangga menjadi rusak bahkan perselingkuhan dengan wanita idaman lain (WIL) seperti yang terjadi pada putsan di Pengadilan Agama Serang. Dari kasus- kasus tersebut inilah yang membuat Penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah proposal skripsi dengan judul “Media Sosial Sebagai Alasan Perceraian Pada Putusan Di Pengadilan Agama Serang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang masih umum, penulis dapat menyusun identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Media sosial digunakan sebagai alasan dan dasar perceraian

2. Pengaruh media sosial terhadap perceraian di Pengadilan Agama Serang 3. Faktor-faktor media sosial menjadi pemicu perceraian

4. Pandangan hukum islam terhadap media sosial sebagai alasan perceraian

C. Pembatasan Masalah

(18)

6

Untuk lebih memudahkan penulis dalam penelitian ini agar tidak terjadi kesimpang-siuran dan melebar, selanjutnya dalam membahas peramasalahan secara spesifik, jelas, dan lugas, maka peneliti merasa perlu membatasi masalah hanya pada dua putusan yaitu putusan nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg & putusan nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg yang menjadi fokus penelitian.

D. Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi dan membatasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah media sosial yang digunakan sebagai alasan percerain. Untuk mempermudah penulis dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah pokok, yaitu:

1. Bagaimana putusan Pengadilan Agama Serang nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg terkait perceraian akibat perselingkuhan melalui media sosial?

2. Bagaimana putusan Pengadilan Agama Serang nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan putusan nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg dalam perspektif teori maslahah mursalaha Al-Syatibi?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis terangkan sebelumnya, maka dapat dipahami bahwa tujuan yang ingin penulis capai adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan alasan-alasan kuat yang termasuk syarat perceraian

b. Memberikan pengetahuan dasar hukum hakim dalam menyelesaikan perkara media sosial sebagai alasan perceraian di Pengadilan Agama Serang

c. Memberikan pengetahuan analisis perceraian akibat media sosial dalam pandangan maslahah mursalah

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibagi sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

(19)

7

a. Memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu terhadap penelitian.

2. Manfaat Praktis

a. Menjelaskan hasil penelitian dalam pemikiran untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan topik penelitian.

G. Kajian Pustaka 1. Kajian Terdahulu

Disini penulis akan menguraikan secara singkat tentang penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah pengaruh media sosial khususnya terkait masalah yang akan diteliti. Berikut adalah yang dapat ditemukan oleh penulis sejauh berkenaan dengan masalah-masalah yang akan diteliti, diantaranya adalah: Aulia Nur Syifa, Eti Hayati (2020)9 membahas upaya dalam mencegah perceraian yang dipengaruhi oleh media sosial dalam perspektif sosiologis untuk meningkatkan ketahanan keluarga. Menurut penulis jurnal pencegahan dapat dilakukan dengan dukungan pihak keluarga, pengadilan, kemenag wilayah hukumnya, dan masyarakat. Ketahanan keluarga meliputi pemahaman tentang pentingnya menggunakan media sosial yang sewajarnya dan menghindari perselingkuhan. Intsansi atau lembaga terkait didorong untuk mampu bekerja sama dalam memberikan edukasi kepada pasangan calon perkawinan agar tidak terjadi perceraian yang diakibatkan oleh media sosial. Menurut penulis, hal ini sangat penting untuk menekan angka perceraian, sedangkan peredaan dengan karya ilmiah penulis yakni menekankan secara khusus pada perceraian akibat perselingkuhan melalui jejaring sosial facebook dan SMS.

Muthmainnah Baso (2012)10, membahas tentang perkembangan perceraian yang terjadi akibat teknologi informasi dan komunikasi di Pengadilan Agama Makassar. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian karena teknologi informasi dan komunikasi di Pengadilan Agama Makassar. Salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perceraian adalah kurang dewasanya pasangan suami istri

9 Aulia Nursyifa, Eti Hayati, Upaya Pencegahan Perceraian Akibat Media Sosial dalam Perspektif Sosiologis (Pamulang, Jurnal Pendidikan Humanis Vol 5, No 2, 2020), h. 147.

10 Muthmainnah Baso, Skripsi Dampak Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Peningkatan Jumlah Kasus Perceraian Di Pengadilan Agama Makassar, (UIN Alauddin Makassar, 2012)

(20)

8

dalam menyikapi kasus ini, serta akibat gagap teknologi pasangan suami istri yang kemudian menciptakan perselisihan dalam rumahtangga, sedangkan penulis dalam karya ilmiah ini lebih secara khusus pada perselingkuhan yang menyebabkan ketidakharmonisan rumah tangga yang berujung pada perceraian. Sementara Ahmad Zayad Najahi (2019)11 membahas tentang pandangan hukum islam terhadap dampak media sosial yang meningkatkan angka peceraian di Pengadilan Agama Lamongan pada tahun 2016 dan menggunakan sosial media dalam perkawinan, sehingga bisa menjadi kendali agar tidak lagi meningkatnya perceraian dikarenakan media sosial. Hukum islam tidak melarang menggunakan media sosial selagi digunakan kepada hal-hal yang bermanfaat dan tidak mendatangkan kemafsadatan. Menggunakan media sosial sesuai porsinya, justru lebih memudahkan dalam hal komunikasi, silaturrahmi yang akan mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi pengguna. Karya ilmiah ini menekankan pada aspek kebijakan menggunakan media sosial yang baik dan benar, sedangkan penulis penelitian ini secara khusus pada perceraian akibat media sosial. Sementara Muhammad Lutfi (2012)12 membahas tentang dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam menyelesaikan perkara perselingkuhan melalui jejaring sosial WhatsApp sebagai alasan perceraian di Pengadilan Agama Yogyakarta. Dalam skripsinya, penulis memberikan penelitian terhadap prosedur penyelesaian perkara dan dasar hukum putusan hakim atas kasus perceraian yang diakibatkan melalu media sosial Whatsapp dalam nomor perkara No.0121/Pdt.G/2017/PA.Yk. Analisis yang dilakukan penulis yaitu secara normatif dan yuridis dan tinjauan hukum islam dengan pendekatan kepada peraturan dan Undang- undang yang berlaku dalam Hukum Acara di Pengadilan Agama. Karya ilmiah tersebut membahas penyelesaian perkara perceraian melalui jejaring sosial Whatsapp di PA Yogyakarta, akan tetapi perbedaan dari karya ilmiah penulis terlihat pada nama jejaring sosial yang penulis teliti yaitu Facebook dan SMS serta tempat dan nomor perkara penelitian juga berbeda yaitu di Pengadilan Agama Serang dengan No.2879/Pdt.G/2020/Pa.Srg.

11 Ahmad Zayad Najahi, Skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap dampak Media Sosial Dalam Meningkatnya Angka Perceraian Di Pengadilan Agama Lamongan Tahun 2016, (UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2019)

12 Muhamad Lutfi Hakim, Skripsi Perselingkuhan Melalui Jejaring Sosial Whatsapp sebagai Alasan Perceraian (UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2018)

(21)

9

Herman Susanto (2019)13, membahas tentang media sosial mengkonstruksi pemikiran melalui informasi yang memuat perubahan gaya hidup, dan dipublikasikan, sehingga terbentuk paradigma baru tentang realitas. Relevansinya terhadap tingkat perceraian terletak pada perubahan pemikiran masyarakat, kebebasan bereskpresi, membuat kreatifitas. Serta membahas upaya pencegahan perceraian akibat media sosial yaitu menambah pemahaman ilmu agama dan kearifan lokal, mengontrol diri bermedia sosial dan menjalankan kewajiban rumah tangga, lembaga pendidikan dan pemerintah harus mempunyai program yang mengarah kepada pendidikan keluarga. Perbedaan dengan karya ilmiah penulis ini adalah lebih secara khusus membahas perceraian akibat media sosial facebook dan SMS.

Dari hasil penelaahan beberapa literatur di atas, maka penelitian ini berbeda dengan karya tulis atau hasil penelitian yang sudah ada. Penelitian ini menekankan pada media sosial yang menjadi alasan percerain pada putusan di Pengadilan Agama Serang, pertimbangan hukum hakim terhadap penyelesaian perkara perceraian yang berangkat dari media sosial yang terjadi di Pengadilan Agama Serang dan analisis perspektif teori maslahah.

2. Teori Kenseptual

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami tema penelitian, maka perlu dijelaskan secara konseptual dari judul penelitian diatas, sebagai berikut:

a. Media Sosial

Media sosial adalah media dalam jaringan (daring), pengguna dapat terhubung satu sama lain (poeple connected) untuk berkomunikasi, jejaring sosial, berbagi, berinovasi, berekspresi dalam lingkup audio visual & virtual. Media sosial merupakan alat komunikasi yang dipakai seseorang untuk terjalin dengan orang lain. Media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.14

13 Herman Susanto, Tesis Konstruksi Media Sosial Dan Relevansinya Terhadap Tingkat Perceraian, (IAIN Palopo, Sulawesi Selatan, 2019)

14 Michael Haenlein, “Users Of The World Unite The Challenges And Opportunities Of Sosial Media.”Science Direct 53, no.1 (2010):59

(22)

10 b. Perceraian

Penceraian yaitu putusnya ikatan perkawinan oleh suami dan istri yang sah dengan adanya suatu permasalahan dalam internal keluarga yang diakui secara hukum. Perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku.15

c. Pengadilan Agama

Pengadilan Agama yaitu badan peradilan khusus untuk orang yang beragama islam, memeriksa dan memutus perkara perdata tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Maslahah Mursalah

Maslahah Mursalah yaitu sesuatu yang mendatangkan manfaat dan menghilangkan bahaya dengan mewujudkan tujuan-tujuan syari‟ah natara lain:

1. Menjaga agama 2. Menjaga jiwa 3. Menjaga keturunan 4. Menjaga akal 5. Dan menjaga harta

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.16

2. Pendekatan Penelitian

15 Erna, Pendekatan Perceraian dari Perspektif Psikologi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1999), h. 15.

16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum, (Jakarta:

Kencana, 2017), h. 12.

(23)

11

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian inimerupakan pendekatan deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual, dan akurat.17

3. Bahan Hukum Penelitian

Data adalah bahan keterangan tentang suatu obyek penelitian yang diperoleh dalam penelitian. Data utama yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Putusan Putusan Pengadilan Agama Serang Nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan Putusan Nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg. Adapun penjabaran sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer

Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab penelitiannya.18 Bahan hukum primer yang digunakan penulis pada penelitian ini yaitu:

a. Putusan Pengadilan Agama Serang Nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan Putusan Nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg tentang gugatan dan permohonan perceraian.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah menadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang- Undang Perkawinan.

d. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

e. Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Serang mengenai putusan tersebut.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti hanya untuk mendukung peneliti dalam melakukan penelitian.19 Oleh karena itu, umumnya data sekunder dalam

17 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2014), h.42.

18 Istijanto, Riset Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 32.

19 Mukti Fajar dan Yulianto Ahamad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris

(24)

12

keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera, dan salah satu ciri dari data sekunder tidak terbatas oleh waktu maupun tempat,20 yaitu:

1. Buku-buku ilmiah.

2. Jurnal 3. Skripsi 4. Artikel

5. Majalah dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah proses diperolehnya data dari sumber data dari penelitian yang dimaksud. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik, antara lain:

a. Studi Kepustakaan (Library Research), yaitu untuk memperoleh landasan teori yang ada kaitannya dengan judul yang sedang dibahas oleh peneliti. Dimana penelitian yang dlakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena secara apa adanya.

b. Wawancara kepada narasumber yang berkompeten dalam memberikan pandangan terkait penelitian ini yaitu wawancara dengan Dr. Hj. Idia Isti Murni, M.Hum. sebagai Hakim mengenai bahan hukum primer.

c. Dokumentasi yaitu mempelajari data yang berbentuk dokumen, antara lain putusan Pengadilan Agama Serang Nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan putusan Nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisi kualitatif, berupa kata-kata lisan atau tulisan serta data tentang pengaruh media sosial terhadap perceraian di Pengadilan Agama Serang. Metode kualitatif lebih menekankan kepada kebenaran berdasakan sumber-sumber hukum dan doktrin yang ada, bukan dari segi kuantitas kesamaan data yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan dengan melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai proses pemeriksaan saksi di pengadilan, serta (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2015), h. 43.

20 Istijanto, Riset Sumber Daya Manusia, h. 27.

(25)

13

pemaparan mengenai pertimbangan hakim dalam meringankan dan memberatkan terdakwa dalam putusannya.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan Fakultas Syari‟ah &

Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2017.

I. Sistematika Penulisam

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan, skripsi ini dibagi atas lima bab yang saling berkaitan satu sama lain. Berikut adalah susunan pembahasan dalam penelitian ini:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, sebagai perbandingan dengan skripsi yang akan diteliti serta rancangan sistematika penelitian.

BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG PERCERAIAN, MEDIA SOSIAL, DAN TEORI MASLAHAH MURSALAH AL- SYATIBI.

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan kerangka konseptual penelitian dan juga kerangka teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini yaitu teori maslahah mursalah Imam As-Syatibi.

BAB III : TINJAUAN PUTUSAN NOMOR 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg DAN NOMOR 185/Pdt.G/2021/PA.Srg

Dalam bab ini akan menguraikan data yang ditemukan penulis, terutama bagaimana bagaimana pertimbangan hukum yang

(26)

14

digunakan hakim dalam memutuskan perkara dan amar putusan tersebut.

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN NO. 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg DAN PUTUSAN NOMOR 185/Pdt.G/2021/PA.Srg

PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH AL-SYATIBI

Dalam bab ini penulis akan mengkaji putusan, dasar hukum hakim, dan analisis putusan nomor 2879/Pdt.G/2020/PA.Srg dan nomor 185/Pdt.G/2021/PA.Srg dilandaskan teori maslahah Imam As- Syatibi.

(27)

14 BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PERCERAIAN, MEDIA SOSIAL DAN MASLAHAH MURSALAH

A. Pengertian Perceraian

Kata talaq berasal dari bahasa arab yang berarti melepaskan ikatan. Lafadz talaq adalah masdar dari kata tallaqa – yutalliqu – tatliqon. Kata ini semakna dengan kata thaliq yang bermakna al-irsal dan at-tarku yaitu melepaskan dan meninggalkan.1 Abu Zakariya dalam kitabnya Fathul Wahab mengatakan, thalaq adalah melepaskan ikatan nikah dengan menggunakan lapadz thalaq.2 Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) istilah thalaq diartikan sebagai ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusannya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131.

Ikatan perkawinan harus dijaga dengan maksimal sekalipun sering terjadi percekcokan dalam rumahtangga. Perceraian memang tidak diharamkan dalam islam, hanya saja termasuk perbuatan halal namun dibenci. Apabila seorang suami dan seorang istri tidak dapat hidup bersama dengan bahagia dan bila perkawinan mereka tidak lagi membawakan kasih sayang, maka Allah tidak memaksakan suami maupun istri untuk tetap bertahan dalam suatu perkawinan yang kacau. Allah menganjurkan hendaknya ditunjuk seorang penengah (hakam) dari pihak suami isteri itu masih dapat melanjutkan ikatan perkawinan mereka, akan tetapi bila perundingan untuk merukunkan tidak berhasil dan bila mereka tidak mungkin hidup bersama kembali, maka barulah mereka boleh bercerai.3

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 4

الله قفوي احلاصا اديري نا اهلهأ نم امكحو هلهأ نم امكح اوثعباف امهنيب قاقش متفخ ناو اريبخ اميلع ناك الله نا امهنيب

1 Drajat, Zakiyah Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 60

2 Zakariya, Abu, Fathul Wahab (Jakarta: Tinta Mas, 1982). Juz II h. 72

3 Nakamura, Hisako, Perceraian Orang Jawa, Studi Tentang Pemutusan Perkawinan di Kalangan Orang Islam Jawa, Penerjemah H. Zaini Ahmad Noeh, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), h. 31.

(28)

15

Artinya: “ Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakamdari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS. An Nisa 4:35)

1. Hukum Perceraian

Hidup dalam hubungan perkawinan itu merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul juga yang dikehendaki oleh agama islam. Tetapi, sebaliknya melepaskan diri dari ikatan perkawinan itu merupakan menyalahi aturan sunnah Allah dan sunnah Rasul juga menyalahi kehendak Allah yang menciptakan rumahtangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dalam fikih dijelaskan mengenai dasar hukum perceraian yang dibagi menjadi beberapa bagian:

a) Wajib

Perceraian dapat dihukumi wajib apabila perselisihan antara suami isteri, sedangkan kedua hakim yang mengurus perkaranya sudah memandang perlu keduanya bercerai (tidak dapat rukun kembali)4

b) Sunnah

Apabila suami tidak membayar nafkah dan melakukan kewajibannya, atau istri tidak menjaga kehormatan dirinya dan telah diberi nasehat tetapi tidak diacuhkannya.

c) Haram

Haram (Bid‟ah) dalam dua keadaan. Pertama, menjatuhkan thalaq sewaktu isteri dalam keadaan haid. Kedua, menjatuhkan thalaq dalam keadaan sewaktu suci yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu.5

d) Makruh

Yakni jika tidak ada suatu alasan yang benar, sekaligus Nabi Saw menghalalkan thalaq. Karena thalaq seperti ini akan merusak perkawinan yang mengandung

4 Said, Ahmad Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988), h. 40.

5 Yunus, Mahmud, Hukum Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta:PT. Hidakarya Agung, 1995), h. 113

(29)

16

kebaikan-kebaikan. Dikatakan makruh juga apabila dijatuhkan kepada isteri yang baik, jujur dan dapat dipercaya.

e) Mubah

Yaitu thalaq karena suatu sebab, misalnya sikap isteri buruk dan tidak dapat diharapkan adanya kebaikan.

2. Akibat Perceraian

Ketika pasangan suami istri sudah sangat sulit disatukan kembali atau sudah bulat untuk bercerai tentu tidak semudah dalam waktu singkat, membutuhkan pemikiran yang matang dan pemikiran yang panjang. Tidak hanya kedua belah pihak, tetapi juga majelis hakim ikut mengingatkan tentang segala konsekuensinya jika mereka benar-benar bercerai. Bahkan, pada dasarnya proses perceraian memang seharusnya dipersulit agar perceraian itu tetap tidak terjadi.6 Akibat putusnya perkawinan karena perceraian telah diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 atau Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam dalam pasalnya yang berbunyi:

a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

Pada pasal 41 menyebutkan orang tua wajib memelihara dan mendidik anak untuk kepentingan anak tersebut. Ayah yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan itu dan dapat juga ibu membantu apabila ayah tidak mampu dalam memelihara anak sebagaimana pada ayat 2. Mantan suami juga wajib memberikan biaya hidup atau menentukan suatu kewajiban bagi mantan istri seperti pada ayat 3.

b. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Sementara Pasal 149 KHI memberikan perincian jika perkawinan putus karena thalaq, maka bekas suami wajib memberikan mut‟ah kecuali qobla dukhul kepada bekas isterinya baik berupa uang atau benda. Pada saat istri dalam masa iddah, suami memberi nafkah, makan atau pakaian, kecuali bekas isteri telah jatuh thalaq ba‟in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil. Suami juga harus melunasi mahar yang terhutang seluruhnya

6 Ramluyo, Muhammad Idris, Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analisis dari UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI Edisi II (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), h. 99

(30)

17

dan separuh apabila Qobla al-Dukhul. Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.

Pasal 150 KHI menyebutkan mantan suami berhak melakukan ruju‟ isterinya yang masih dalam masa iddah. Dan istri yang dalam masa iddah wajib menjaga diri untuk tidak menerima pinangan orang lain seperti yang tertuang pada pasal 151 KHI. Namun, istri tidak berhak mendapatkan nafkah iddah ketika ia melakukan nusyuz. Terkait dengan Pasal 156 KHI menjelaskan anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh:

1. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibunya 2. Ayah

3. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah 4. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan

5. Wanita-wanita dari kerabat sedarah garis samping dari ibu

6. Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah

Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayahatau ibunya. Pengadilan dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin kepentingan anak. Biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tangungan ayah sampai anak tersebut dewasa. Bialaman terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak. Dan Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.

3. Sebab-Sebab Perceraian

Suatu perceraian dapat terjadi karena sebab-sebab dan cukup alasan tertentu.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana perubahan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa pasal 39 perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang setelah mediasi tidak berhasil serta harus ada alasan dalam gugatan dan permohonan cerai.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 19 menyebutkan alasan-alasan perceraian yaitu, zina, pemabuk, penjudi, pemadat, meninggalkan pihak lain dua tahun tanpa alasan,

(31)

18

mendapat hukuman penjara lima tahun atau lebih, terjadi kekerasan, terjadi perselisihan, dan terdapat cacat badan (aib).

Merujuk pada Kompilasi Hukum Islam pasal 116 terdapat delapan macam alasan yang hampir sama dengan Peraturan Pemerintah di atas yaitu dengan perbedaan suami melanggar ta‟lik talak dan murtad (keluar dari agama islam).

Orang murtad yaitu orang yang keluar dari agam Islam, baik memeluk agama Yahudi, Nasrani atau yang lain atau sama sekali tidak beragama, haram bagi isterinya yang masih beragama Islam.7 Dalam KHI pasal 134 bahwa: “gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116 huruf f, dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri tersebut.

4. Macam-Macam Perceraian

Macam-macam perceraian dalam hukum islam, antar lain:

a.

Talak

Talak berarti melepas atau mengurai tali pengikat, seperti tali pengikat perkawinan.8 Talak ialah memutus ikatan perkawinan dengan suatu kalimat atau lafadz. Talak dilakukan oleh suami dengan perkataanna yang melepas atau meninggalkan kepada istri, baik secara jelas maupun sindiran.

b. Khulu‟

Khulu‟ ialah penyerahan harta yang dilakukan oleh istri untuk menebus dirinya dari ikatan suaminya.9 Menurut ulama fiqih, khulu‟ adalah istri memisahkan diri dari suaminya dengan ganti rugi kepadanya. Menurut para fuqaha, khulu kadang dimaksudkan makna yang umum, yakni perceraian dengan disertai sejumlah harta sebagai iwadh yang diberikan oleh isteri kepada suami untuk menebus diriagar terlepas dari ikatan perkawinan, baik dengan kata khulu‟, mubara‟ah maupun talak.

7 Tholib, Muhammad, 15 Perceraian dan Penanggulangannya, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1997), h.

179

8 Supriatna, Fatma Amilia, Yasin Baidi, Fiqh Munakahat II, (Yogyakarta: Akademik Uin Sunan Kalijaga, 2008), h. 19

9 Magniyah Jawwad, Muhammad, Fiqih Lima Madzhab (Jakarta: Lentera, 2010), h. 456

(32)

19 c. Ila‟

Ila‟ ialah sumpah seorang suami yang dapat melakukan persetubuhan untuk tidak menyetubuhi istrinya tanpa batas waktu atau selama empat bulan lebih. Seorang suami yang bersumpah untuk tidak menyentuh isterinya secara mutlak atau lebih dari empat bulan. Ditujukan untuk menyakiti isteri, menyakiti kehormatan isteri, dan merendahkan istri. Lebih dari itu juga berpisah tempat tidur, menaruh kebencian, dan tidak memberi hak-haknya sesuai yang disyaratkan.

d. Li‟an

Li‟an ialah sumpah dengan redaksi tertentu yang diucapkan suami bahwa isterinya telah berzina atau ia menolak bayi yang lahir dari isterinya sebagai anak kandungnya, dan kemudian sang isteri pun bersumpah bahwa tuduhan suaminya yang dialamatkan kepada dirinya itu bohong.10

e. Zhihar

Zhihar menurut etimologi berasal dari kata Zhahru yang berarti punggung.

Tindakan menyamakan dalam dhihar adalah dengan maksud untuk mengharamkan hubungan antara suami istri. Dhihar terjadi manakala seorang suami ingin mengharamkan istrinya dengan mengucapkan kalimat,"Kamu seperti punggung ibu saya". Maksudnya bahwa saya menyatakan bahwa istri saya itu haram bagi saya sebagaimana haramnya punggung ibu saya bagi saya. Dhihar adalah salah satu bentuk perceraian pada masa Arab jahiliyyah. Sebagaimana mana halnya dengan illa‟, maka dhihar dilakukan oleh suami yang tidak menyukai istrinya lagi, oleh karena suami tidak berani untuk mengatakan kata talak kepada istrinya.

f. Syiqaq

Syiqaq mengandung arti perselisihan, percekcokan atau keretakan. menurut istilah fiqih, syiqaq berarti perpecahan/perselisihan yang terjadi antara suami istri yang telah berlarut-larut sehingga dibutuhkan perhatian khusus terhadapnya. Syiqaq

10 Zaidan Abdul, Karim, Al-Mufasꜙhal Fie Ahkami Al-mar`ah Wa Al-bait Al-muslim Fi Al-shari‟ah Al- islamiỹah (Muassasah Risalah Beirut), h. 320

(33)

20

adalah krisis memuncak yang terjadi antara suami istri sedemikian rupa, sehingga antara suami istri terjadi pertentangan pendapat dan pertengkaran, menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan dan kedua pihak tidak dapat mengatasinya.11

g. Fasakh

Fasakh adalah rusak atau putusnya perkawinan di sebabkan sesuatu yang diketahui berupa kekurangan atau cacat tertentu pada pasanganya setelah akad perkawinan. Fasakh berarti mencabut atau menghapus, maksudnya ialah perceraiaan yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap berat oleh suami atau isteri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami isteri dalam mencapai tujuannya.12

Apabila terdapat aib atau cacat yang membolehkan khiyar di antaranya:

Tiga berada dalam kedudukan suami istri yaitu: gila, penyakit kusta dan supak.

Dua cacat yang hanya terdapat dalam laki-laki yaitu: „unah (lemah tenaga persetubuhannya), impoten.

Tiga hal yang berasal dari perempuan yaitu tumbuh tulang dalam kemaluan yang menghalangi persetubuhan, tumbuh kemaluan dan tumbuh daging dalam kemaluan, atau terlalu basah yang mencederai hubungan suami istri.13

B. Hikmah Perceraian

Perceraian memang jalan terakhir dari sebuah hubungan rumah tangga yang rusak. Akan tetapi, pihak-pihak yang bercerai tidak bisa begitu saja melepaskan ikatan yang telah mereka buat, apalagi jika ada anak. Pertimbangan yang benar-benar matang harus dipikirkan agar perceraian mereka tidak memberi dampak buruk bagi anak. Akibat perceraian yang telah diatur oleh Undang-Undang hendaknya bisa menjadi bahan pikiran bagi pasangan suami isteri agar tidak mudah melakukan perbuatan yang dibenci Allah swt tersebut. Terdapat 2 hikmah yang dapat penulis sampaikan. Pertama, sebagai ujian

11 Ghazali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana Group, 2006), h. 241

12 Mukthar Kamal, Azas-azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 212

13 Slamet Abidin, Aminuddin, Fiqih Munakahat (Bandung : CV Pustaka Setia,1999), h. 74

(34)

21

kesabaran dalam menghadapi problematika kehidupan rumah tangg. Perceraian merupakan pintu rahmat yang dibuka bagi semua orang, agar masing-masing suami dan isteri dapat membenahi kesalahan yang dilakukannya, dan memulai kehidupan baru dengan orang baru yang dipilihnya menurut kriteria-kriteria yang cocok, yang seharusnya memperkecil kerugian, memperbanyak keuntungan dan memetik pelajaran dari pengalaman masa lalu. Kedua, sebagai jalan keselamatn dari kesengsaraan. Solusi bagi kesalahan-kesalahan manusia serta menyelamatkannya dari hal buruk yang lebih berbahaya dan kerusakan yang lebih parah. Ulama menyepakati kebolehan perceraian, karena barangkali kondisi antara suami dan isteri telah rusak, sehingga mempertahankan perkawinan mengakibatkan kerusakan yang total, dimana suami dipaksa memberi nafkah dan tempat tinggal, hubungan rumah tangga menjadi tidak baik, serta permusuhan yang berlarut-larut.

C. Media Sosial

Media sosial adalah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual lainnya. Semua itu merupakan bentuk media sosial yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat dunia. Masyarakat dunia sekarang terangkum dalam komunitas social networking yaitu dengan mudah terhubung dengan siapapun, bersosialisasi di dunia maya yang sebenarnya sudah lama menjadi tren, dengan saling bertukar pendapat atau komentar, mencari teman, saling mengirim e-mail, saling memberi penilaian, saling bertukar file dan yang lainnya.14

Media sosial ialah fitur berbasis website yang dapat membentuk jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah komunitas. Pada media sosial kita dapat melakukan berbagai bentuk pertukaran, kolaborasi, dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan visual maupun audiovisual. Contohnya seperti twittwer, facebook, blog, forsquare, dan lainnya.15 Menurut Van Dijk media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas

14 Nasrullah, Ruli, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018), h. 11.

15 Puntoadi, Danis, Menciptakan Penjualan Melalui Media Sosial, (Jakarta: PT. Elex Komputindo, 2011), h. 1

(35)

22

maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media sosial adalah alat komunikasi yang memiliki banyak fitur canggih seperti pesan yang terkirim bersfiat cepat, bertatap muka secara visual, bahkan berbagi berkas kepada pengguna lain.

a. Macam-macam Media Sosial

Perkembangan teknologi telah mampu menciptakan penemuan baru di abad ini yaitu macam-macam media sosial dengan masing-masing karakternya. Media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat antara lain:

a. Facebook

Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang penggunanya dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Berbagai fitur yang dimiliki oleh facebook dapat berdiri sendiri dalam bentuk aplikasi, seakan-akan facebook adalah sebuah sistem operasi seperti windows dan berbagai fitur facebook adalah aplikasi independen yang bisa berbagi data dengan sistem operasi seperti microsoft word16.

Berikut fitur-fitur yang ada dalam media sosial facebook:

1. Mencolek

Poke adalah aplikasi untuk mencolek seseorang. Berguna untuk menunjukan ketertarikan anda pada orang tersebut, atau menunjukan anda sedang membuka halaman profil teman anda.

2. Photos

Photos adalah tempat dimana anda dapat melihat berbagai gambar atau foto yang dimuat di facebook, baik oleh anda sendiri atau oleh teman-teman anda di facebook.

Aplikasi photos mengelompokkan gambar yang dimuat di facebook kedalam foto album.

16 Setiawan, Dirgayuza, Panduan Praktis Mengoptimalkan Facebook (Jakarta: Midia Kita, 2009), h. 44

(36)

23 3. Notes

Notes adalah aplikasi blogging di facebook. Kita bisa bebas menuliskan apa yang anda inginkan sekaligus membagikannya dengan teman-teman anda.

4. Marketplace

Marketplace adalah aplikasi iklan baris di facebook. Kita dapat melihat iklan yang diminati oleh semua orang dari network tempat kita bergabung.

5. Events

Events adalah aplikasi di facebook untuk menciptakan, mengikuti dan menemukan berbagai cara baik yang diciptakan sendiri, teman anda maupun orang lain.

6. Video

Video adalah tempat memuat video atau dokumentasi audio visual.

b. Whatsapp

WhatsApp merupakan aplikasi yang dirancang untuk mempermudah komunikasi di tengah perkembangan teknologi saat ini. WhatsApp merupakan bagian dari media sosial yang memudahkan dan memungkinkan semua penggunanya dapat berbagi informasi.

WhatsApp akan mempermudah penggunanya untuk menyampaikan suatu informasi secara lebih cepat dan efektif. Jadi WhatsApp dapat memberikan keefektifitasan dalam berkomunikasi, berinteraksi dengan mudah dan cepat terutama dalam menyampaikan informasi pembelajaran.17 Fitur-fitur yang dimiliki media sosial Whatsapp foto, video, audio, maps, status, video call, chatting, grup, emoticon.

c. Line

Line adalah sebuah aplikasi pengirimpesan instan gratis yang dapat digunakan pada berbagai platform seperti smartphone, tablet dan komputer. Tetapi line juga bisa dibilang aplikasi media sosial karena didalamnya terdapat beberapa fitur time line sebagai tempat yang berguna untuk membuat status, foto, video, dan juga informasi yang lainnya. Line juga bisa melakukan voice call dan juga video call secara gratis. Negara yang dari dulu sampai sekarang masih mengembangkan line sampai sebagus ini adalah negara Jepang.

17 Afnibar, Dyla Fajhriani, “Pemanfaatan Whatsapp Sebagai Media Komunikasi Antara Dosen Dan Mahasiswa Dalam Menunjang Kegiatan Belajar,” Al-Munir 11, no. 1 (2020): 73

(37)

24 d. Instagram

Semenjak kemunculannya Instagram pada 2010 di Apple Store, aplikasi ini langsung diburu oleh pengguna Apple. Berdiri pada tahun 2010 perusahaan Burbn Inc, merupakan sebuah teknologi startup yang hanya berfokus kepada pengembangan aplikasi untuk telepon genggam. Terbukti pada akhir desember 2010 pengguna instagram telah mencapai 1 juta pengguna dan pada juni 2011 telah mencapat 5 juta pengguna dengan total 150 juta photo pada bulan agustus 2011.18 Instagram berasal dari kata insta dan gram, “insta” yang berasal dari kata instant dan “gram” yang berasal dari “telegram”, dapat disimpulkan dari namanya yang berarti menginformasikan atau membagikan foto kepada orang lain dengan cepat. Instagram adalah aplikasi layanan berbagi foto yang memungkinkan pengguna untuk berfoto dan memberi filter lalu menyebarluaskannya dimedia sosial seperti facebook, twitter,dan lainnya. Fitur-fitur media sosial instagram seperti pengikut, unggahan, foto efek, arroba (@), hastag, tanda suka dan komentar.

e. Twitter

Twitter adalah suatu layanan social networking yang termasuk dalam kategori mikroblogging. Pada maret 2006 mulai berdirinya twitter yang didirikan oleh Jack Dorsey, Evan williams dan Biz Stone. Konsep awal dari twitter adalah sebuah sistem yang pengguna dapat untuk mengirimkan pesan yang dapat disebarkan ke semua teman.

Dengan melakukan diskusi dan koreksi di sistem tersebut, maka saat ini twitter telah berkembang menjadi layananjejaring sosial yang memiliki fitur untuk menerbitkan posting singkat atau status serupa dengan SMS yang bisa diakses di Internet. Fitur-fitur yang terdapat pada media sosial twitter berupa Beranda yang menampilkan konten keselurhan, Profil pengguna, pengikut (followers), mengikuti orang lain (following), pesab langsung atau direct message, mention yaitu balasan dari percakapan, tagar (hashtag) untuk mencari topik tertentu, dan topik hangat (trending topic) yaitu opik yang sedang banyak dibicarakan banyak pengguna dalam suatu waktu yang bersamaan.

18 Ayu, Eryta, Aplikasi Instagram Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Online Shop (Surabaya: UPN Veteran Jawa Timur, 2013), h. 27.

(38)

25 b. Dampak Media Sosial

Dampak positif media sosial adalah Memduahkan berinteraksi dengan orang banyak, memperluas pergaulan, tanpa terbatas jarak dan waktu, kemudahan informasi, biaya lebih murah 19. Dampak negatif media sosial adalah menjauhkan orang-orang dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka menurun, kecanduan internet, rentan terhadap pengaruh buruk, masalah privasi, menimbulkan konflik.

Penggunaan media sosial yang baik akan berdampak pada hal-hal baik, juga sebaliknya penggunaan media sosial yang tidak baik akan menimbulkan hal tidak baik dalam kehidupan sosial, bahkan dalam hubungan rumahtangga.

D. Biografi Singkat Al-Syatibi

Abu Ishak Ibrahmin bin Musa bin Muhammad Allakhami Al-Gharnahi lahir di Granda, Spanyol pada tahun 730 Hijriyah dan wafat pada 790 Hijriyah. Nama Al-Syatibi sendiri disandarkan pada tempat kelahiran ayahnya yaitu di Sativa, sebelah timur Andalusia Spanyol. Bani Ahmar sebagai pemegang kekuasaan penuh Granada pada saat itu telah banyak mengangkat ulama yang kurang kompeten dalam bidang dewan fatwa.

Sehingga, banyak terjadi kekeliruan dan dipenuhi khurafat serta bid‟ah. Ketika dewan fatwa melakukan perkumpulan malam hari yang diisi dengan kegiatan dzikir teriring suara-suara keras lalu menari-nari setelahnya, Al-Syatibi mengharamkan hal itu.

Menurutnya, kegiatan seperti itu termasuk perbuatan bathil sebab tidak dipraktikkan oleh Rasulullah dan pengikutnya.

Al-Syatibi dengan keberaniannya menentang penguasa saat itu dengan meluruskan dan mengembalikan bid‟ah ke sunnah dengan pendekatan nash. Oleh karena itu, beliau memberikan perhatiannya dalam menentukan hukum islam melalui maqashid syari‟ah. Al-Syatibi disebut sebagai Bapak maqashid syari‟ah karena beliaulah orang pertama sekaligus peletak dasar ilmu maqashid syari‟ah. Al-Syatibi ialah ulama yang mumpuni di berbagai bidang ilmu, yaitu ilmu ushul fikih dan ilmu fikih, tasawuf, serta ilmu nahwu. Karangan-karangan yang ditulis oleh beliau ialah

19 Sugeng, Anang Cahyono, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia,” Publiciana 9, no.1 (2016):153

Referensi

Dokumen terkait

“ Pemimpin perubahan adalah mereka yang bisa menjadi teladan (role model) untuk perubahan; yang bersedia. memberi dukungan, otorisasi, dan bimbingan kepada orang lain

Basisdata digunakan untuk menyimpan informasi atau data yang terintegrasi dengan baik di dalam komputer Untuk mengelola database diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut DBMS

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada partikel SiC yang dilapisi dengan MgAl2O4 berdasarkan variable konsentrasi ion logam dapat di ambil kesimpulan

Hal ini menunjukkan dengan pemberian dosis pupuk Urea 30 g, Sp-36 30 g dan KCl 30 g sudah dapat mencukupi ketersedianya unsur hara pada tanah, sehingga peningkatan dosis tidak

Berdasarkan hasil perhitungan secara simultan, dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang terdiri dari gaya kepemimpinan instruksi, gaya kepemimpinan konsultasi, gaya

Permasalahan dalam pekerjaan statis dapat timbul dikarenakan postur yang tidak sesuai atau posisi diam/tetap dalam jangka waktu yang lama ketika kegiatan kerja dengan postur

Dalam musyawarah yang dihadiri oleh Kepala Desa Wates, Kepala Desa Undaan Lor, serta beberapa warga yang tergabung dalam kelompok tani tersebut salah satunya menghadirkan

Pada penelitian ini untuk proyek risiko tinggi juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade Setiawan, dkk karena dia menyebutkan bahwa pelaksanaan