• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding BPTP Karangploso No. 02 ISSN: 1410-9905

PROSIDING

SEMINAR HASIL

PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KARANGPLOSO 2000

(2)

PENGKAJIAN TEKNIK PRODUKSI BENIH KEDELAI VARIETAS UNGGUL

(Assessment Of Technology For Seed Production Of Improved Soybean Varieties) C. Ismail, Al. Budijono, dan G. Kustiono

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso

ABSTRAK

Untuk mencukupi kebutuhan benih kedelai yang bermutu, diperlukan teknologi produksi benih kedelai varietas unggul.

Untuk itu dilakukan pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul pada musim kemarau 1999 di Pasirian, Lumajang, dengan menggunakan rancangan petak terpisah dengan empat ulangan. Perlakuan petak utama adalah empat varietas kedelai, yaitu; Wilis, Argo Mulyo, Bromo, dan Burangrang. Perlakuan anak petak adalah dua cara budidaya yakni teknologi input tinggi dan input rendah. Teknologi input tinggi terdiri dari; (1) Mulsa jerami padi sebanyak 5 t/ha;

(2) Bedengan berukuran 2,5 m; (3) Jarak tanam 40 cm x 10 cm (2 tanaman/lubang); (4) Penyiangan dua kali; (5) Pengendalian hama dan penyakit secara preventif; (6)Pemupukan 50 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha. Teknologi input rendah terdiri dari; (1) Tanpa mulsa; (2) Tanpa bedengan; (3) Jarak tanam 30 cm x 10 cm (2 tanaman/lubang); (4) Penyiangan satu kali; (5) Pengendalian hama dan penyakit secara pemantauan; dan (6) Tanpa pupuk. Luas anak petak 8 m x 12,5 m. Pengamatan data meliputi persentase tanaman tumbuh saat umur 10 hari setelah tanam, umur berbunga, umur masak, tinggi batang, jumlah tanaman dipanen, jumlah polong isi per batang, populasi tanaman, hasil biji dan ukuran biji. Varietas Burangrang, Bromo dan Argo Mulyo, hasilnya lebih tinggi dari pada varietas Wilis. Tinggi batang, polong per batang dan populasi panen menunjukkan respon positif terhadap teknologi input tinggi, tetapi ukuran biji tidak terpengaruh oleh cara tanam. Perlakuan dengan cara tanam teknologi input tinggi tidak berbeda dengan teknologi input rendah. Bahkan teknologi input rendah lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi input tinggi dengan B/C ratio sebesar 1,56. Varietas Burangrang, Bromo dan Argo Mulyo memiliki daya hasil tinggi dan kualitas bijinya bagus, sehingga dapat dipakai sebagai varietas anjuran bagi sentra produksi kedelai, sebagai alternatif varietas Wilis.

Kata kunci: Kedelai, teknologi input tinggi, teknologi input rendah

ABSTRACT

Technology for seed production of improved soybean varieties desperately needed due to lack of seed available at the farmers’level. One experiment was conducted at Pasirian, Lumajang in 1999 dry season using a split plot design with four replications. The main plot was soybean varieties including Wilis, Argo mulyo, Bromo, and Burangrang. The sub plot was level of production technology (high input technology and low input technology). The components of high input technology were; 1) Paddy mulching (5 t/ha), 2) Bed size (2.5 m), 3) Planting distance 40 cm x 10 cm, 2 plants/hill, 4) Intensive weeding (twice), 5) Intensive pest and desease protection, 6) Fertilization 50 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha. The components of low input technology were; 1) Without mulching, 2) Without bed, 3) Planting distance 30 cm x 10 cm, 2 plants/hill, 4) Wedding 1 times, 5) Sample pest and desease management, 6) Without fertilizer. Plot size was 8 m x 12,5 m. Variables observed were percentage of growth plant at 10 days after planting, flowering time, mature time, plant height, number of harvested plant, number of pod per plant, plant population, grain yield and grain size. The results indicated that the yield of improved variety (Argo Mulyo, Bromo, and Burangrang variety) is higher than Wilis variety.

Plant height, number of pod per plant and number of harvested plant were positive response to high input technology, but grain size was not affected by technique of planting. High input technology cannot increased seed yield. Bromo, Argo Mulyo and Burangrang varieties had a high yield and a good quality of grain, so these varieties can be alternative choice of Wilis variety for soybean production center.

Key words: Soybean, high input technology, low input technology

(3)

PENDAHULUAN

Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur sekitar 34.000 t/tahun masih sulit dipenuhi. Saat ini baru terdapat tiga perusahaan benih kedelai, yakni PT. Kapas Indah (Sulawesi Tenggara), PT. Sang Hyang Seri dan PT. Patra Tani (Palembang) dengan produksi masing-masing sekitar 100 t/tahun. Kekurangan produksi perbenihan kdelai dikarenakan antara lain: (1) Pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat musim tanam yang tidak optimal; (2) Resiko kegagalan besar; (3) Petani kedelai pada umumnya petani kecil yang enggan membeli benih; (4) Benih yang tidak terjual dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak dapat dijual lagi sebagai benih; (5) Harga benih kedelai umumnya kurang menarik.

Menurut Sumarno (1994), syarat benih bermutu tinggi adalah; (1) Murni dan diketahui nama varietasnya; (2) Berdaya kecambah tinggi (>80%); (3) Mempunyai vigor yang baik, yakni tumbuh cepat dan serempak, serta kecambahnya sehat; (4) Bersih tidak tercampur biji rumput, kotoran atau biji tanaman lain; (5) Sehat, tidak menularkan penyakit, serta tidak terinfeksi cendawan yang menyebabkan busuknya kecambah; (6) Bernas, tidak keriput, tidak ada bekas gigitan serangga, serta telah benar-benar kering.

Rakitan teknologi sistem produksi benih kedelai di lahan sawah dan lahan tegal telah tersedia (1993). Sumarno et al,, (1998) menemukan bahwa pembuatan bedengan yang dibatasi oleh parit kecil berjarak 1 m hingga 3 m membuktikan dapat memperbaiki drainase tanah dan meningkatkan produksi kedelai, dibandingkan penanaman kedelai tanpa bedengan atau saluran drainase. Adisarwanto (1983) menunjukkan bahwa pemberian mulsa jerami 5 t/ha di atas permukaan tanah, sebagai penutup benih kedelai yang baru ditanam dapat meningkatkan hasil hingga 30% dibandingkan tanpa mulsa jerami.

Di samping itu, Harnowo et al. (1993) melaporkan bahwa perbanyakan benih kedelai pada musim kemarau II (Juli- Oktober) perlu penerapan paket teknologi maju, yang terdiri atas pemupukan lengkap (23 kg N + 37,5 kg P205 + 45 kg K20/ha), jarak tanam teratur, dan pembuatan bedengan selebar 3-4 m. Dengan teknologi ini produksi benih kedelai dapat ditingkatkan dari 1,4 t/ha menjadi 1,7 t/ha di Pasuruan, dan dari 0,9 t/ha menjadi 1,6 t/ha di Lombok Barat.

Hasil penelitian Ismail dkk, 1998, menjelaskan bahwa varietas Bromo dan Argo Mulyo menunjukkan daya hasil lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Wilis. Kedua varietas ini dapat menggantikan varietas Wilis terutama bila dikehendaki biji kedelai yang berukuran besar dengan warna kuning seragam, di samping itu penanaman kedelai dengan teknik maju dapat meningkatkan hasil biji, dibandingkan cara petani.

Tujuan pengkajian ini adalah diperolehnya teknik produksi benih kedelai varietas unggul spesifik lokasi. Adapun sasaran kegiatan ini adalah diperolehnya benih yang bermutu untuk ketersediaan benih bagi petani.

BAHAN DAN METODE

Pengujian ini menggunakan rancangan petak terpisah diulang 4 (empat) kali. Petak utama adalah empat varietas kedelai yaitu; (1) Wilis, (2) Argo Mulyo, (3) Bromo, dan (4) Burangrang (Tabel 1).

Anak petak adalah dua cara budi daya yaitu teknologi input tinggi dan teknologi input rendah (Tabel 2). Pengujian ini dilaksanakan di Pasirian, Lumajang, pada musim kemarau (MK) 1999.

Tabel 1. Empat varietas kedelai sebagai perlakuan petak utama pada pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul, Pasirian, MK 1999

Varietas Asal Keterangan

1. Wilis Varietas unggul 1983 Unggul Nasional

2. Argo Mulyo Varietas unggul1998 Unggul Nasional

3. Bromo Varietas Unggul1998 Unggul Nasional

4. Burangrang Varietas Unggul1999 Unggul Nasional

Luas anak petak 8 m x 12,5 m. Cara pengelolaan dan pemeliharaan tanaman yang merupakan anak petak seperti tertera pada Tabel 2. Percobaan musim kemarau diairi menurut keperluan, baik pada teknik input tinggi maupun pada teknik input rendah.

Tabel 2: Pengelolaan tanaman kedelai dengan teknologi input tinggi dan input rendah, sebagai perlakuan anak petak pada percobaan pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul, Pasirian, 1999

Komponen Input tinggi Input rendah

1. Mulsa Jerami 5 T/ha 0

2. Bedengan Ukuran 2,5 m 0

(4)

3. Jarak tanam 40 x 10 cm (2 tan/lubang) 30 x 10 cm (2 tan/lubang)

4. Penyiangan 2 kali 1 kali

5. Pengendalian hama dan penyakit

Preventif Pemantauan

6. Pemupukan 50 kg Urea+50 kg SP-36+50 kg KCl/ha Tanpa pupuk

Data yang diamati meliputi persentase tanaman tumbuh saat 10 hari setelah tanam, umur berbunga, umur matang polong kuning, tinggi batang saat panen, jumlah tanaman dipanen, jumlah polong isi per batang sebanyak 5 tanaman sample, populasi tanaman per m2 saat panen dan kemudian dikonversikan menjadi populasi tanaman per ha, hasil biji kering per petak dan ukuran biji yang dinyatakan dengan bobot 100 biji. Analisis data menggunakan program M-stat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Pengkajian teknik produksi benih kedelai verietas unggul di Pasirian Lumajang,, pada musim kemarau 1999 menunjukkan bahwa produksi benih kedelai yang ditanam dengan teknologi input tinggi hasilnya mencapai 1,08t/ha, tidak berbeda nyata dibandingkan dengan produksi benih kedelai yang ditanam dengan teknologi input rendah yang hasilnya mencapai 1,04 t/ha. Tidak responnya varietas kedelai yang diuji terhadap masukan teknologi maju kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jarak tanam, yang mengakibatkan selisih produksi antara ke dua cara penerapan teknologi dipengaruhi oleh jumlah tanaman per hektar.

Empat varietas yang diuji ternyata varietas Burangrang menghasilkan benih tertinggi yaitu sebesar 1,35 t/ha, Argo Mulyo sebanyak 1,14 t/ha, varietas Bromo sebanyak 0,89 t/ha, dan varietas Wilis menghasilkan sebanyak 0,84 t/ha (Tabel 3).

Hal tersebut menunjukkan bahwa ke empat varietas yang diuji tidak respon terhadap masukan teknologi maju.

Interaksi antara varietas dan cara tanam tidak nyata, memberikan indikasi bahwa tidak terdapat perbedaan preferensi dari masing-masing varietas yang diuji terhadap kualitas lingkungan. Hal ini juga berarti bah44wa ke empat varietas kedelai yang diuji tidak memiliki adaptasi spesifik terhadap kualitas lingkungan tertentu. Responsi semua varietas yang diuji terhadap lingkungan yang kualitasnya baik (teknik input tinggi) terlihat hampir sama, yaitu rata-rata sebesar 104%, dengan kisaran 96% hingga 111%.

Di antara ke empat varietas yang diuji, varietas Wilis menunjukkan respon hasil terhadap teknologi maju (input tinggi) yang terbesar yakni sebesar 111% atau peningkatan hasil 11% dibanding hasil pada cara budi daya input rendah.

Sedangkan, varietas Burangrang menunjukkan respon hasil terhadap cara budi daya maju (input tinggi) sebesar 108%, varietas Bromo sebesar 100% dan varietas Argo Mulyo sebesar 96%.

Tabel 3. Hasil benih dan sifat agronomik lainnya dari 4 varietas kedelai dengan dua cara tanam, percobaan pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul, Pasirian, MK 1999

Varietas

Hasil biji kering (t/ha) Responsi Teknologi

(%)

Tanaman dipanen (batang/ha)

A 1) B 2) 3) A 1) B 2)

1. Wilis 0,89 0,80 111 443.500 622.000

2. Argo Mulyo 1,12 1,16 96 491.500 645.500

3. Bromo 0,89 0,89 100 413.500 584.500

4. Burangrang 1,41 1,30 108 476.000 626.000

5. Rata-rata 1,08 1,04 104 456.100 619500

(5)

Varietas (V) ** * Teknologi (T) TN **

Interaksi (TxV) TN TN BNT 5% 0,166 4.346,0 Koefisien keragaman (%) 14,25 6,71 Keterangan; 1) A = Cara tanam Input Tinggi seperti tertera pada Tabel 2

2) B = Cara tanam Input Rendah seperti tertera pada Tabel 2

*** = Nyata dan sangat nyata masing-masing pada peluang < 5% dan < 1%, berdasarkan sidik ragam

TN = Tidak nyata; BNT = Beda nyata terkecil.

Responsi Teknologi = Hasil Input Tinggi Hasil Input Rendah

Penerapan cara tanam teknologi maju berpengaruh nyata terhadap tinggi batang, jumlah polong per batang, dan ukuran biji yang diukur dengan berat 100 biji (Tabel 4).

Perbedaan antara varietas untuk tinggi batang, polong per batang, bobot 100 biji dan banyaknya tanaman dipanen tampak konsisten pada dua cara budidaya, terbukti tidak terdapatnya interaksi antara cara budi daya dan varietas untuk sifat-sifat tersebut. Varietas Bromo, Argo Mulyo dan Burangrang memiliki sifat khusus, yakni ukuran bijinya termasuk besar dibandingkan dengan ukuran biji varietas Wilis.

Keragaan mutu benih yang ditunjukkan adanya daya kecambah benih selama lima bulan setelah panen, terlihat bahwa cara budi daya yaitu teknologi input tinggi hanya berpengaruh nyata terhadap daya kecambah pada bulan ke lima setelah panen. Tetapi pada bulan pertama, ke dua, dan ke tiga setelah panen di antara varietas tidak berpengaruh terhadap daya kecambah benih atau yng berpengaruh hanya pada daya kecambah benih yang diuji pada bulan ke empat dan ke lima (Tabel 5).

Tabel 4. Sifat agronomik varietas kedelai, ditanam dengan cara input tinggi Dan input rendah, Percobaan pengkajian teknik produksi benih Kedelai varietas unggul, Pasirian, MK 1999.

Varietas Tinggi batang (cm) Polong/batang Bobot 100 biji (gr)

A B A B A B

1. Wilis 56 62 30 23 9 9

2. Argo Mulyo 45 40 25 20 11 10

3. Bromo 51 50 26 27 12 11

4. Burangrang 58 50 26 22 13 12

Rata-rata 53 47 27 23 11 10

Varietas (V) ** TN **

Teknologi (T) * * *

Interaksi (TxV) TN TN TN

BNT 5% 4,42 3,51 0,802

Koefisien keragaman (%) 9,92 18,16 12,81

Keterangan;

1) A = Cara tanam Input Tinggi seperti tertera pada Tabel 2 x 100%

(6)

2) B = Cara tanam Input Rendah seperti tertera pada Tabel 2

*,** = Nyata dan sangat nyata masing-masing pada peluang < 5% dan < 1%, berdasarkan sidik ragam TN = Tidak nyata; BNT = Beda nyata terkecil

Benih varietas Wilis yang berukuran biji kecil, relatif lebih tahan lama disimpan yaitu disimpan selama lima bulan setelah panen berdaya kecambah 81%. Ini berarti bahwa penyimpanan benih kedelai pada kondisi kadar air awal penyimpanan sebesar 10%, hanya dapat bertahan selama empat bulan. Daya kecambah benih kedelai varietas Wilis yang disimpan selama empat bulan sebesar 88%, varietas Argo Mulyo sebesar 86%, varietas Bromo sebesar 85%, dan varietas Burangrang sebesar 83%.

Tabel 5. Daya kecambah benih kedelai selama 5 bulan penyimpanan, Pasirian, MK. 1999.

Varietas

Daya kecambah benih kedelai pada penyimpanan bulan ke

1 2 3 4 5

A B A B A B A B A B

1. Wilis 99 99 97 95 92 91 89 88 81 81

2. Argo Mulyo 99 99 97 95 92 91 87 85 79 77

3. Bromo 98 99 95 95 91 91 85 85 78 75

4. Burangrang 98 98 96 95 91 91 84 83 76 74

Rata-rata 98 98 96 95 91 91 86 85 78 77

Varietas (V) TN TN TN * **

Teknologi (T) TN TN TN TN *

Interaksi (TxV) TN TN TN TN TN

BNT 5% - - - 0,964 1,566

Koefisien keragaman (%) 7,30 9,70 7,60 12,90 18,30

Keterangan;

1) A = Cara tanam Input Tinggi seperti tertera pada Tabel 2 2) B = Cara tanam Input Rendah seperti tertera pada Tabel 2

*** = Nyata dan sangat nyata masing-masing pada peluang < 5% dan < 1%, berdasarkan sidik ragam TN = Tidak nyata; BNT = Beda nyata terkecil.

Di antara ke empat varietas yang diuji menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap mutu benih atau daya kecambah benih pada bulan ke lima, dan menunjukkan perbedaan yang nyata pada bulan ke empat. Hal ini disebabkan adanya ukuran benih dari ke empat varietas tersebut berbeda. Varietas Wilis berukuran lebih kecil (9 gram per 100 butir) dari pada varietas Argo Mulyo (11 gper 100 butir), Bromo (12 gram per 100 butir), dan Burangrang (13 gram per 100 butir).

Analisis Ekonomi

Ditinjau dari biaya produksi menunjukkan bahwa keuntungan ekonomis usaha tani produksi benih kedelai dengan menggunakan teknologi input tinggi mencapai Rp.2.695.000,- per ha, sedangkan dengan menggunakan teknologi input rendah keuntungan ekonomis usaha tani produksi benih kedelai sebesar Rp. 3.155.000/ha. Rasio antara keuntungan dan biaya pada penerapan teknologi input rendah (1,56) lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan teknologi input tinggi (1.00). Perlakuan input rendah ternyata dapat menurunkan biaya produksi per kg dari Rp.2.500,-/kg benih pada perlakuan input tinggi menjadi Rp.1.950,-/kg pada perlakuan input rendah. Mahalnya biaya produksi pada perlakuan input tinggi tersebut disebabkan oleh biaya pupuk, pestisida, pembuatan bedengan, pemberian mulsa jerami, penyiangan, dan pengendalian hama (Tabel 6).

(7)

Tabel 6. Analisis ekonomi percobaan pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul, Pasirian, MK.

1999

Kegiatan dan sarana Input tinggi Input rendah

Unit/ha Nilai/ha (000)

unit/ha Nilai/ha (000) Sarana:

1. Benih 40 kg 200,0 60 kg 180,0

2. Pupuk Urea 50 kg 50,0 - -

Pupuk SP-36 50 kg 65,0 - -

Pupuk KCl 50 kg 75,0 - -

3. Pestisida 15 lt 300,0 10 lt 150,0

Jumlah 695,0 320,0

Tenaga kerja

1. Pemberian jerami 20 HOK 160,0 - -

2. Pembuatan bedengan 25 HOK 200,0 10 HOK 80,0

3. Tanam 15 HOK 200,0 30 HOK 240,0

4. Pemupukan 10 HOK 80,0 - -

5. Penyiangan 25 HOK 200,0 15 HOK 120,0

6. Pengairan 10 HOK 80,0 10 HOK 80,0

7. Pengendalian hama 15 HOK 120,0 10 HOK 80,0

8. Panen 40 HOK 320,0 40 HOK 320,0

9. Prosesing hasil 30 HOK 240,0 30 HOK 240,0

10.Sortir benih 50 HOK 400,0 45 HOP 360,0

Jumlah 2.000,0 1.520,0

Total biaya 2.695,0 2.020,0

Hasil benih 1.078,0 - 1.035,0 -

Pendapatan - 5.390,0 - 5.175,0

Keuntungan/ha - 2.695,0 - 3.155,0

Biaya produksi/kg - 2,5 - 1.95

B/C - 1,0 - 1,56

Catatan:

Harga benih kedelai sebesar Rp. 5.000,-/kg HOK = hari orang kerja tenaga pria

(8)

KESIMPULAN

1. Penanaman kedelai untuk produksi benih ternyata penggunaan teknologi input rendah masih lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi input tinggi, dengan nilai B/C ratio sebesar 1,56, dan keuntungan mencapai Rp. 3.155.000,-

2. Atas dasar hasil dan analisis ekonomi maka teknologi input rendah masih lebih baik untuk dikembangkan.

3. Varietas Burangrang, Bromo, dan Argo Mulyo, menunjukkan daya hasil lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Wilis. Ketiga varietas ini dapat menggantikan varietas Wilis terutama bila dikehendaki biji kedelai yang berukuran besar dengan warna kuning seragam.

SARAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Secara ekonomis pengadaan benih kedelai varietas unggul lebih menguntungkan dengan menggunakan teknologi input rendah, terutama untuk wilayah di sekitar daerah Pasirian, sedangkan untuk sentra-sentra produksi kedelai lainnya di Jawa Timur masih perlu diadakan pengkajian untuk mengetahui respon varietas terhadap cara tanam dan lingkungan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Saudara Hadi Santosa sebagai pelaksana pengkajian di lapang.

PUSTAKA

Adisarwanto, T. 1983. Influence of planting method and mulching on yield of Soybean in the day season following rice.

Proceeding Ist international Symp. on soybean in Tropical and Sub Tropical System. AVRDC. Taiwan.

Harnowo, D. N. Saleh, Marwoto, A. Harsono dan Purwanto, 1993. Perakitan teknologi sistem produksi benih kedelai di lahan sawah dan tegal. Laporan hasil penelitian ARM 1992/1993. Balittan Malang. Hal. 1-17.

Ismail, C., G. Effendi, dan G. Kustiono, 1998. Pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul. Prosiding seminar hasil penelitian/pengkajian BPTP Karangploso Tahun 1999.

Manshuri, A.G., M. Rachmad, Suwono dan A. Rahmiana, 1984. Perbaikan cara budi daya kedelai di lahan tegal jenis tanah Latosol dan tipe agroklimat C2. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Malang Hal. 28-31.

Sumarno dan Widiati, 1985. Produksi dan teknologi benih kedelai, P.407-428. Dalam S. Somaatmadja, dkk. (Eds).

Kedelai. Puslitbangtan Bogor.

Sumarno, Z.Arifin, C. Ismail, S. Nurbanah, dan N. Pangarso, 1998.Rakitan Teknologi Budidaya Kedelai. Monograf Rakitan Teknologi. BPTP Karangploso. 1998. Hal:37-51.

Gambar

Tabel 1.  Empat varietas kedelai sebagai perlakuan petak utama pada pengkajian teknik produksi benih kedelai  varietas unggul, Pasirian, MK 1999
Tabel 3.  Hasil  benih  dan  sifat  agronomik  lainnya  dari  4  varietas  kedelai  dengan  dua  cara  tanam,  percobaan  pengkajian teknik produksi benih kedelai varietas unggul, Pasirian, MK 1999
Tabel 4.  Sifat  agronomik  varietas  kedelai,  ditanam  dengan  cara  input  tinggi  Dan    input    rendah,    Percobaan   pengkajian  teknik produksi benih Kedelai varietas unggul, Pasirian, MK 1999
Tabel 5.  Daya kecambah benih kedelai selama 5 bulan penyimpanan, Pasirian, MK. 1999.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diseminasi media cetak (Liptan dan Brosur) telah diterima oleh penyuluh di tingkat lapangan, walaupun jumlah yang diterima di masing-masing Balai Informasi dan Penyuluhan

Gapoktan di wilayah Prima Tani Kabupaten Cilacap, pada tahun 2007 sedang mengembangkan usaha pengolahan tortila Pada umunya produk olahan yang dihasilkan belum banyak

Dengan adanya inovasi teknologi dan dukungan kelembagaan yang dilakukan di laboratorium agribisnis Prima Tani Malang serta respon yang tinggi dari pelaku

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem usahatani konservasi terpadu yang menggunakan tanaman pagar, bokasi dengan pola tanam yang diperbaiki mampu menekan

Dengan tidak dilanjutkannya pengkajian SUP Pamelo jeruk pada tahun anggaran 2000 mengakibatkan apa yang telah dicapai selama ini, terutama untuk pengkajian SUP jeruk nipis Perak

Arief (2001) berpendapat bahwa perhutanan sosial merupakan suatu kegiatan kehutanan yang melibatkan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan dengan tujuan meningkatkan

significanlty different at 5 % level of LSD). Hasil analisa statistik terhadap produksi bunga per ha ada perbedaan yang nyata. Rakitan teknologi budidaya madya menghasilkan

bassiana 3 kali selama periode pembentukan buah, pengendalian penyakit karat daun dan anrtraknose dengan pemangkasan bagian tanaman yang terserang, aplikasi fungisida