TUGAS AKHIR
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI
PERMUKIMAN KUMUH
(Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman
Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah Dan Kota
Oleh :
ZAINI MUSTHOFA I0606046
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’lamin, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga
Laporan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI PROGRAM RELOKASI
PERMUKIMAN (Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman Di Kelurahan
Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)” bisa terselesaikan. Laporan Tugas
Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh
gelar kesarjanaan sesuai dengan kurikulum pendidikan Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Berkaitan dengan telah diselesaikannya penyusunan tugas akhir ini maka
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dan ibu yang selalu berdoa dan mendukung dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
2. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku ketua Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan
selaku pembimbing Laporan Tugas Akhir yang selalu membimbing dan
mengarahkan sehingga tugas akhir ini selesai
4. Ibu Ir. Winny Astuti, MSc PhD selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran sehingga Laporan
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
5. Kakakku Muh. Shodiq yang terus memberikan dukungan dan semangat bagi
6. Ferry Agriyanto, Fatmawati Nurul Handayani K.W, Dwinta Nori Fitria dan
Vellisa Andreva R, terima kasih untuk kebersamaanya dikala sedih maupun
bahagia.
7. Teman-teman PWK UNS 2006 dan adik-adik angkatan. Terima Kasih untuk
semua dukungannya.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih sangat
jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis
harapkan dari berbagai pihak. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
dalam menambah pengetahuan. Amiiin…..
Surakarta, Januari 2011
commit to user
ii
PENGESAHAN
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN KUMUH
(Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman
Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)
Oleh :
ZAINI MUSTHOFA I0606046
Menyetujui, Surakarta, Januari 2011
Pembimbing Tugas Akhir
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ir. Winny Astuti, M.Sc, PhD Ir. GalingYudana, MT NIP. 19640711 199103 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Sutdi
Perencanaan Wilayah Dan Kota
Ir. Hardiyati, MT Ir. GalingYudana, MT NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan 1
Ir. Nugroho Djarwanti, MT NIP 1956112 198403 2 007
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
MOTTO
” Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara mu
dan orang-orang yang di beri ilmu pengatahuan beberapa derajat ”
( Al Mujadillah )
” Ilmu itu telanjang, pekaiannya adalah takwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu ”
“Ilmu di pelajari untuk diketahui, kemudian amalkanlah
Tetapi bukan untuk menyengsarakan orang lain
Namun untuk kesejahteraan seluruh umat manusia
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
MOTTO ... iii
1. Pengertian Perumahan dan Permukiman ... 9
2. Preferensi Terhadap Rumah dan Penilaian Lokasi Hunian ... 10
3. Faktor-faktor Dalam Pemilihan Lokasi Permukiman ... 12
B. Permukiman Kumuh dan Kebijakan Penataannya ... 13
1. Pengertian Permukiman Kumuh ... 13
2. Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh ... 15
C. Relokasi Permukiman ... 15
1. Pengertian Relokasi Permukiman ... 15
2. Prosedur Pelaksanaan Relokasi Permukiman ... 16
3. Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Pelaksanaan Relokasi Permukiman ... 17
4. Dampak Relokasi Permukiman ... 19
D. Konsep Evaluasi ... 22
2. Pendekatan Evaluasi ... 23
3. Manfaat Evaluasi ... 24
4. Jenis Dan Pelaksanaan Evaluasi ... 25
5. Kriteria Evaluasi ... 28
E. Fokus Evaluasi Program Relokasi Permukiman ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Jenis Penelitian ... 32
B. Pendekatan Penelitian ... 32
C. Metode Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data ... 33
1. Pengumpulan Data Primer ... 33
2. Pengumpulan Data Sekunder ... 36
D. Validasi Data ... 39
E. Metode Analisis Data ... 39
1. Metode Analisis Data Dalam Penelitian ... 39
2. Penjabaran Metode Analisis Pada Aspek Evaluasi Dalam Penelitian ... 40
a. Analisis Penilaian Efektifitas Program Relokasi ... 40
b. Analisis Penilaian Efisiensi Program Relokasi ... 42
c. Analisis Penilaian Dampak Relokasi ... 43
d. Analisis Penilaian Responsifitas Program Relokasi ... 45
F. Sintesa Penelitian ... 47
G. Variabel dan Indikator Penelitian ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM PROGRAM RELOKASI DI KOTA SURAKARTA ... 49
A. Gambaran Umum Kota Surakarta ... 49
1. Wilayah Administrasi Kota Surakarta ... 49
2. Kondisi Topografis Kota Surakarta ... 51
3. Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh Di Kota Surakarata ... 51
B. Gambaran Umum Program Relokasi Di Kota Surakarta ... 53
1. Latar Belakang Program Relokasi Di Kota Surakarta ... 53
2. Tujuan Dan Sasaran Program Relokasi ... 55
3. Kepanitiaan Pelaksana Program Relokasi di Kota Surakarta ... 55
4. Petunjuk Pelaksanaan Program Relokasi Di Kota Surakarta ... 57
BAB V GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI DI KELURAHAN PUCANGSAWIT KE KELURAHAN MOJOSONGO ... 60
A. Kondisi Permukiman Di Kelurahan Pucangsawit Sebelum Direlokasi (Kelompok Sasaran) ... 60
1. Lokasi Permukiman Sebelum Direlokasi ... 60
2. Kondisi Fisik Permukiman Sebelum Direlokasi ... 64
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 68
commit to user
ix
B. Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit Ke Kelurahan
Mojosongo Kota Surakarta ... 69
1. Peran Panitia Pelaksana Program Relokasi ... 69
2. Proses Pelaksanaan Program Relokasi di Kelurahan Pucangsawit ... 71
C. Kondisi Permukiman Paska Relokasi di Kelurahan Mojosongo (Kelompok Sasaran) ... 75
1. Lokasi Permukiman Relokasi ... 75
2. Kondisi Fisik Perumahan dan Prasarana Permukiman ... 79
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 81
BAB VI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN DI KELURAHAN PUCANGSAWIT ... 82
A. Evaluasi Efektifitas Program Relokasi ... 82
B. Evaluasi Terhadap Efisiensi Program Relokasi ... 83
1. Penilaian Kinerja Panitia Pelaksana Program Relokasi ... 84
a. Panitia Relokasi Tingkat Kota ... 84
b. Pokja Relokasi Tingkat Kelurahan ... 86
c. Pokja Relokasi Tingkat Kelompok (Subpokja) ... 87
d. Sintesa Penilaian ... 88
2. Penilaian Proses dan Mekanisme Pelaksanaan Program Relokasi ... 89
3. Sintesa Efisiensi Program Relokasi ... 93
C. Dampak dan Manfaat Program Relokasi Terhdap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman, Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 94
1. Dampak Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman ... 95
a. Kelayakan Rumah ... 95
b. Prasarana Lingkungan Permukiman ... 102
c. Aksesibilitas ... 107
d. Sintesa Dampak Terhadap Kondisi Fisik ... 109
2. Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 111
a. Pendapatan ... 111
b. Peluang Memperoleh Sumber Penghasilan... 117
c. Sintesa Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 120
3. Dampak Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat ... 122
a. Interaksi Dengan tetangga ... 123
b. Interaksi dengan Lingkungan Luar ... 125
c. Kehadiran Dalam Pertemuan Warga ... 126
d. Sintesa Dampak Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat ... 127
4. Rangkuman Dampak Relokasi ... 127
D. Evaluasi Terhadap Responsifitas Pelaksanaan Program Relokasi ... 128
1. Tingkat Kepuasan Terhadap Hasil Program Relokasi ... 128
3. Tingkat Kepuasan Terhadap Proses dan Mekanisme Pelaksanaan
Program Relokasi ... 134
4. Sintesa Tingkat Kepuasan Terhadap Pelaksanaan Program Relokasi ... 136
E. Sintesa Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit ... 137
BAB VII PENUTUP ... 140
A. Kesimpulan ... 140
B. Rekomendasi ... 143
a. Rekomendasi Perbaikan Pelaksanaan Program relokasi ... 143
b. Rekomendasi Penelitian Lanjutan ... 144
DAFTAR PUSTAKA ... 145
commit to user
iv ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN
PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN KUMUH
(Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)
Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan perumahan dan permukiman yang ada di Kota Surakarta. Sebagai upaya untuk mengatasi permaslahan tersebut maka pemerintah Kota Surakarta merelokasi permukiman kumuh yang berada pada lahan illegal bantaran sungai termasuk di permukiman kumuh bantaran di Kelurahan Pucangsawit yang sudah terbentuk secara organis dalam waktu yang lama.
Program relokasi permukiman diharapkan dapat memiliki dampak baik atau perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelum direlokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi kondisi fisik permukiman sosial maupun ekonomi masayarakat, sehingga dapat tercipta lingkungan permukiman baru yang berkelanjutan. Namun Kondisi masyarakat setelah menempati lokasi relokasi belum diketahui dengan jelas, sehingga perlu dilakukan studi evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan relokasi dan juga untuk mengetahui dampak relokasi dengan menilai perubahan yang terjadi yang meliputi aspek fisik, sosial, dan ekonomi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode diskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Sampel yang digunakana yaitu masyarakat yang direlokasi.
Hasil penelitian menunjukan relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit sudah sangat berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Relokasi juga berhasi dalam memberikan perubahan fisik permukiman yang lebih baik, Pada aspek ekonomi relokasi menimbulkan dampak yang buruk terhadap kondisi ekonomi masyarakat dan tidak berhasil dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Pada aspek sosial relokasi dinilai berhasil dalam mempertahankan kondisi sosial dan cenderung mengalami peningkatan. Masyarakat juga telah menilai sangat puas terhadap program relokasi
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat serta ruang lingkup penelitian tentang evaluasi terhadap pelaksanaan program relokasi permukiman kumuh di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta
A. Latar Belakang
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU No.4
tahun 1992). Perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan yang memberikan gambaran mengenai suatu ruang kegiatan berkehidupan dan
penghidupan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Selain sebagai tempat untuk bermukim, perumahan dan permukiman juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pembentukan kualitas hidup manusia, karena di dalamnya terdapat pembelajaran nilai-nilai kehidupan sehingga pembangunan perumahan dan permukiman berkaitan dengan peningkatan kelayakan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Hal ini juga telah diamanatkan dalam UUD 45 pasal 28 yang mendudukkan rumah sebagai hak setiap orang untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.
commit to user
diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota, sehingga berakibat pada munculnya perumahan dan permukiman kumuh.
Seperti yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia pada umumnya, Kota Surakarta sebagai kota besar dengan perkembangannya yang sangat pesat juga tidak terlepas dari permasalahan perumahan dan permukiman kumuh. Permukiman kumuh di Kota Surakarta biasanya dihuni oleh masyarakat miskin yang tidak mampu dalam mengakses perumahan yang layak. Ketidakmampuan masyarakat miskin dalam mengakses permukiman layak tersebut, menjadikan mereka memilih untuk bermukim pada lingkungan permukiman yang kumuh dengan sarana dan prasarana dasar kurang memadai, bahkan menempati lahan yang bukan menjadi haknya/illegal seperti yang dapat terlihat pada tanah kosong area PJKA, tanah negara yang terlantarkan, dan lahan bantaran sungai.
Sungai Bengawan Solo dan beberapa anak sungai yang melintasi Kota Surakarta dapat menjadi potensi menjadi fungsi drainase utama Kota Surakarta. Namun, dengan semakin berkembangnya kota telah menyebabkan
fungsi sungai telah mengalami perubahan yaitu munculnya permukiman-permukiman kumuh pada bantaran sungai. Kondisi ini lambat laun akan menganggu fungsi sungai sebagai area resapan.
kumuh di Kota Surakarta khususnya pada permukiman yang berada pada lahan yang bukan diperuntukkan untuk permukiman.
Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru (Yudhohusodo). Program relokasi di Kota Surakarta telah dilakukan sejak tahun 2008 dengan target memindahkan 1571 rumah. Lokasi yang mendapat program relokasi merupakan daerah bantaran Sungai Bengawan Solo dan anak Sungai Begawan Solo yang tersebar di 6 kelurahan yaitu Kel. Pucangsawit, Kel. Sewu, Kel. Semanggi, Kel Sangkrah, Kel. Joyosuran, Kel Jebres. Program relokasi di Kota Surakarta dilakukan dengan memberi bantuan hibah kepada masyarakat yang akan direlokasi sebesar Rp. 22,3 juta yang pelaksanaanya di atur dalam petunjuk teknis program relokasi Kota Surakarta.
Salah satu kelurahan yang melaksanakan program relokasi di Kota
Surakarta yaitu permukiman bantaran sungai di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kelurahan Pucangsawit merupakan kelurahan yang pertama dalam melaksanakan program relokasi ini. Sebelum direlokasi, permukiman bantaran sungai di Kelurahan Pucangsawit telah terbentuk secara organis dan dalam waktu yang cukup lama. Keberadaan serta kondisi komunitas yang telah lama melangsungkan kehidupannya pada permukiman bantaran menjadikan pelaksanaan program relokasi tidak mudah untuk dilakukan, namun demikian program relokasi tetap dilaksanakan.
commit to user
diharapkan dapat memiliki dampak baik atau perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelum direlokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi kondisi fisik permukiman sosial maupun ekonomi masayarakat, sehingga dapat tercipta lingkungan permukiman baru yang berkelanjutan(De Wet ;2002).
Untuk mengetahui dan menilai keberhasilan dari pelaksanaan program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit maka dapat dilakukan melalui studi evaluasi. Dalam studi evaluasi sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana keberhasilan dari pelaksanaan dan hasil dari program relokasi, sehingga hasil dari evaluasi dapat menjadi masukan untuk perbaikan program di masa yang akan datang (William Dunn : 1994).
Bertolak dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan program relokasi permukiman kumuh di Kelurahaan Pucangsawit Kota Surakarta yang dapat dilihat melalui penelitian Evaluasi (Evaluasi Reaserch)
B. Rumusan Permasalahan
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah: “Sejauhmana Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman yang dilakukan di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta”
C. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Melakukan Penilaian Terhadap Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
2. Sasaran
Sasaran yang akan di capai dalam penelitian ini adalah :
1) Menilai pencapaian tujuan program relokasi di Kelurahan Pucangsawit (Efektifitas Program)
3) Menilai proses pelaksanaan relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta
4) Menganalisis dan mengkaji dampak relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta terhadap aspek fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat yang direlokasi
5) Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap program relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit
6) Menilai Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian evaluasi terhadap pelaksanaan program relokasi ini adalah di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres sebagai tempat asal dan Kelurahan Mojosongo sebagai lokasi yang dijadikan sebagai tempat tujuan relokasi.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup studi merupakan hal-hal yang menjadi pokok kajian studi. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluative Reaserch). Studi evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan studi evaluasi terhadap pelaksanaan program yang sudah dilaksanakan (ex-post
evaluation) untuk mengetahui keberhasilan program relokasi.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dibatasi untuk mengevaluasi pelaksanaan program relokasi dengan memfokuskan pada aspek sebagai berikut :
1) Efektifitas : Mengetahuai pencapaian hasil apakah sudah sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dalam program
commit to user
3) Kecukupan : Mengetahui apakah dampak dan manfaat dari program
4) Responsivitas : Mengetahui seberapa besar kepuasan masyarakat terhadap program
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah :
1) Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap konsep dalam menangani masalah permukiman kumuh khususnya untuk permukiman liar/squater
2) Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk memperbaiki program relokasi, sehingga mampu menghasilkan kebijakan yang optimal, efektif, efisien sesuai dengan tujuan pemerintah dan aspirasi masyarakat yang direlokasi permukimannya khususnya masyarakat miskin permukiman kumuh.
3) Bagi masyarakat, memberikan gambaran yang jelas bagi berbagai pihak
F. Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman di kelurahan
Pucangsawit
Kondisi Asal Pelaksanaan Relokasi Kondisi baru
Fisik Sosial Ekonomi Proses Pelaksana Fisik Sosial Ekonomi
Analisis dan Evaluasi Program Relokasi Permukiman
Efektifitas Program
Dampak/
Manfaat Program Responsifitas
Efisiensi Program
Keberhasilan Program Relokasi Permukiman
Kumuh Kesimpulan dan Rekomendasi
Relokasi Permukiman
Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta
KONDISI KOTA SOLO
v Perkembangan Kota yang Pesat
v Sarana dan prasarana dasar kurang memadai v Kondisi social ekonomi masyarakat kurang
mendukung v Keterbatasan lahan
Permukiman Kumuh
Kajian Teori
· Teori perumahan dan permukiman
· Relokasi permukiman · Konsep evaluasi
commit to user
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi teori-teori perumahan dan permukiman, kebijakan perumahan dan permukiman, relokasi permukiman serta teori tentang evaluasi kebijakan.
BAB III Metedologi Penelitian
Berisi tentang pendekatan penelitian, metodologi Penelitian dan Indikator-indikator yang digunakan dalam melakukan penelitian
BAB IV Gambaran Umum Program Relokasi Di Kota Surakarta
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum wilayah Kota Surakarta dan gambaran program relokasi di Kota Surakarta, latar belakang program relokasi dan petunjuk pelaksanaan program relokasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta
BAB V Gambaran Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan
Pucangsawit Kota Surakarta
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kondisi permukiman kumuh di Kelurahan Pucangsawit sebelum direlokasi, proses pelaksanaan relokasi di Kelurahaan Pucangsawit serta peran penitia pelaksana program dalam pelaksanaan program relokasi di Kelurahan Pucangsawit
BAB VI Evaluasi Program Relokasi Permukiman di Kelurahan
Pucangsawit Kota Surakarta
Berisi tentang analisis data untuk menjawab tujuan penelitian dengan menggunakan metode analisis evaluatif secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan indikator-indikator yang telah ditentukan.
BAB VII Kesimpulan dan Rekomendasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa kajian teoritis mengenai perumahan dan permukiman, program relokasi dalam upaya penanganan permukiman kumuh serta konsep evaluasi sebagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian.
A. Teori Perumahan dan Permukiman
1. Pengertian Perumahan dan Permukiman
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan juga di definisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, social, dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.
commit to user
1) Permukiman adalah suatu kawasan perumahan lengkap dengan sarana umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan, kepentingan dan kesadaran serta pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.
2) Permukiman memberikan ruang gerak, sumber tenaga dan pelayanan bagi peningkatan mutu kehidupan suatu kecerdasan warga penghuni, yang berfungsi sebagai ajang kegiatan sosial, budaya dan ekonomi.
3) Permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia untuk kepentingannya, yang merupakan hasil kegiatan manusia, dengan tujuan untuk bertahan hidup sebagai manusia agar hidup lebih mudah dan lebih baik, memberi rasa aman dan bahagia, dan mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan yang memberikan gambaran mengenai suatu ruang kegiatan berkehidupan dan penghidupan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Selain sebagai
tempat untuk bermukim, perumahan dan permukiman juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pembentukan kualitas hidup manusia, karena di dalamnya terdapat pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Sehingga pembangunan perumahan dan permukiman berkaitan dengan peningkatan kelayakan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
2. Preferensi Terhdap Rumah dan Penilaian Lokasi Hunian
Rumah mengemban fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Turner (1976) mengidentifikasikn 3 fungsi utama yang terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu :
1) Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity), yang diwujudkan pada kualitas hunian (the quality of shalter provide by
housing). kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar
2) Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan social, budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban keluarga. Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat tinggal. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan social dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.
3) Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan berupa kepemilikan rumah dan lahan.
Menurut Turner prioritas dari ketiga fungsi tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi/penghasilan masyarakat. Bagi masyarakat berpenghasilan sangat rendah, factor opportunity merupakan sifat yang sangat penting dan factor identity belum terpikirkan. yang utama adalah memperoleh kerja guna mendapatkan security pada tahap selanjutnya.
Disamping memperhatikan fungsi rumah, penentuan preferensi
tempat tinggal sebagai dasar pembuatan keputusan juga harus memperhitungkan nilai rumah yang ada disesuaikan dengan kebutuhan individu, lokasi dan akses kepada masyarakat dan tempat-tempat lain, biaya sewa dan kemudahan untuk dipindahkan, serta privacy dan kenyamanan (Turner, 1976)
Beberapa pendapat lain yang berkaitan dengan penilaian lokasi hunian telah di kemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah :
commit to user
b) Rees dalam Yeaters (1980) berpendapat bahwa terdapat empat elemen yang mempengaruhi keputusan orang atau sebuah keluarga dalam menentukan lokasi tempat tinggal, yaitu :
(1) Posisi keluarga dalam lingkup sosial, yang mencakup status sosial ekonomi (pendidikan, penghasilan, pekerjaan)
(2) Lingkup perumahan yang mencakup nilai dan kualitas rumah (3) Lingkup komunitas
(4) Lingkup fisik atau lokasi rumah
3. Faktor-Faktor Dalam Pemilihan Lokasi Permukiman
Dalam pembangunan perumahan dan permukiman ada beberapa fungsi-fungsi yang dibutuhkan sebagai lingkungan tempat tinggal, fungsi tersebut meliputi antara lain:
a) Memenuhi tempat bernaung/berlindung
b) Memenuhi fungsi keamanan ; aspek lokasi terhadap akses keamanan
c) Memenuhi fungsi membina keluarga ; aspek prasarana dan sarana
d) Memenuhi fungsi aksesibilitas; aspek aksesibilitas e) Memenuhi fungsi efisiensi; aspek ekonomis
f) Memenuhi fungsi simbolik ;aspek nilai lingkungan
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta karya dalam pedoman perencanaan permukiman di sebutkan bahwa lokasi permukiman yang layak adalah sebagai berikut :
a) Tidak terganggu oleh polusi b) Tersedia air bersih
c) Mempunyai aksesibilitas yang baik
d) Mudah dan aman dalam mencapai tempat kerja e) Tidak berada dibawah permukaan air setempat f) Mempunyai kemiringan rata-rata
a) Lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat yang dapat memberikan pekerjaan
b) Memiliki status kepemilikan lahan dan rumah
c) Bentuk dan kualitas bangunan rumah yang memenuhi standar d) Harga Rumah yang dapat terjangkau oleh pendapatan.
Mengenai kualitas perumahan, dari aspek fisik pengertian rumah layak menurut SK menteri PU No.20/kpts/1986 tentang Pedoman Teknik Rumah Sederhana Tidak Bersusun dijelaskan bahwa persyaratan rumah sederhana yang layak antara lain adalah luas lantai maksimal 36 m², tersedia listrik, air bersih, lantai rumah diberi perkerasan untuk memudahkan pembersihan dan mengurangi kelembaban, bahan penutup dinding minimal anyaman bambu yang dipasang setinggi 90 cm dari muka lantai, rangka atap dari kuda-kuda dan gorden kayu, kaso dan reng boleh dari bamboo, penutup atap dari asbes gelombang, seng gelombang atau genteng sederhana, luas kapling minimal 54 m².
B. Permukiman Kumuh dan Kebijakan Penataanya
1. Pengertian Permukiman Kumuh
commit to user
memprihatinkan, yang diantaranya ditunjukkan dengan kondisi lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat, tidak tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan yang memadai. Menurut Muhadjir Darwin permukiman kumuh diartikan sebagai permukiman yang padat dan tidak teratur serta tidak memiliki sarana prasarana yang memenuhi syarat yang layak untuk tempat tinggal baik fisik, kesehatan maupun social.
Permukiman kumuh/slum terjadi karena ketidakmampuan penduduk pada kawasan permukiman untuk merubah lingkungannya kearah yang lebih baik sehingga terjadi penurunan kualitas. Permukiman kumuh dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Squater Settelment adalah permukiman kumuh yang berada pada lahan yang illegal atau liar.
b) Slum Area adalah permukiman kumuh yang berada pada lahan legal dengan kualitas lingkungan fisik sarana dan prasarana yang
rendah dan cenderung menurun.
Permukiman kumuh dapat di lihat berdasarkan ciri sebagai berikut : 1) Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2) Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaa ruang- ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
3) Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4) Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:
b) Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW.
c) Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar.
5) Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen. Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
6) Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal.
2. Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh
Dalam upaya untuk mengatasi permsalahan perumahan dan
permukiman kumuh dapat dilakukan dengan dua cara (Khomarudin, 1992, yaitu :
1) Mengembangkan daerah permukiman baru, yaitu dengan membangun rumah-rumah sesuai dengan kebutuhan penduduk. Upaya ini dapat dilakukan dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) termasuk relokasi.
2) Memperbaiki lingkungan permukiman yang sudah ada sehingga memenuhi persyaratan untuk kehidupan yang layak.
C. Relokasi Permukiman
1. Pengertian Relokasi Permukiman
commit to user
Menurut Hudohusodo relokasi dilakukan terhadap permukiman lokasi permukiman yang tidak diperuntukkan bagi perumahan atau lokasi permukiman yang rawan terhadap bencana atau bahkan yang terkena bencana. Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru.
2. Prosedur Pelaksanaan Relokasi
Program relokasi atau resettlement merupakan program yang dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat cermat. Bank Dunia (1999) merekomendasikan bahwa sebelum memutuskan rencana relokasi perlu mempersiapkan kerangka rencana atau kerangka kebijakan permukiamn kembali secara matang. Program relokasi dikembangkan atas dasar partisipatif, sehingga keputusan pemukiman kembali dibuat sendiri oleh masyarakat.
Ridho (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu :
1) Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi dalam rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut 2) Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali
respon, aspirasi warga dan peran serta masrakat dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksanakannya program.
3) Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga
3. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Pelaksanaan Relokasi
Permukiman
Dalam pelaksanaan relokasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Perlunya koordinasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan evaluasi
Masalah relokasi adalah masalah yang kompleks karena menyangkut tiga hal, yakni kebutuhan dasar manusia akan tanah dan tempat tinggal, ketersediaan tanah/areal untuk relokasi, dan jaminan untuk dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi masyarakat yang dipindahkan, kesempatan untuk berperan serta dalam program relokasi semenjak tahap awal dan keyakinan yang kuat bahwa program akan berjalan baik dan berhasil sesuai dengan harapan dapat diperoleh bila masyarakat yakin bahwa program ini dikoordinasikan dengan baik, disertai dengan akses informasi bagi masyarakat.
2) Pemilihan Areal Relokasi
Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu (tempatnya yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil.
commit to user
tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan, dan diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat.
3) Hak masyarakat yang akan dipindahkan
Kepada masyarakat, disampaikan informasi tentang calon lokasi dan diberi kesempatan untuk meninjau lokasi yang sudah dibangun sebelum secara resmi diserahkan. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menentukan pilihannya secara bebas.
4) Kelengkapan fisik lokasi pemukiman kembali
Jika pilihan sudah ditetapkan, lokasi pemukiman kembali harus dilengkapi dengan:
a) Akses jalan yang layak; b) Saluran drainase; c) Penyediaan air bersih; d) Sambungan listrik;
e) Fasilitas umum, antara lain fasilitas pendidikan, tempat usaha, tempat ibadah, pasar, lapangan olahraga, fasilitas kesehatan;
f) Kemudahan transportasi.
5) Bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan
Masalah relokasi berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan sosial budaya, di samping masalah pemulihan kondisi psikologis. Oleh karena itu, berkaitan dengan bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan agar dikonsultasikan dengan masyarakat yang akan dipindahkan agar sesuai dengan keinginan penghuni.
6) Status hak atas tanah
7) Dukungan terhadap pemulihan tingkat kehidupan masyarakat
Relokasi memerlukan dukungan faktor nonfisik di samping ketersediaan dan kelengkapan sarana fisik. Secara ekonomis untuk melanjutkan atau memulai kehidupan baru, diperlukan berbagai kemudahan atau bantuan, antara lain:
a) Bantuan kredit untuk memulai atau melanjutkan kembali usaha b) Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang usaha
atau pekerjaan baru
c) Pembukaan lapangan kerja baru
d) Bantuan untuk pindah dan fasilitas transportasi.
4. Dampak Relokasi Permukiman
Dampak sosial adalah perubahan dalam kondisi kehidupan orang-orang yang terjadi bersama dengan suatu kebijakan yang baru, program atau proyek. Problem inti dari relokasi adalah kehilangan masyarakat atas mata pencaharian serta penurunan kemampuan potensial mereka akibat dari pemindahan tersebut. Ketika suatu komunitas terpaksa untuk pindah
maka system produksi yang sudah ada menjadi berkurang. Banyak pekerjaan, lahan yang bernilai, serta asset pendapatan yang hilang. Kelompok kekerabatan serta jaringan sosial informal yang tercerai berai. Resiko yang paling sering dihadapi oleh penduduk bantaran sungai yang permukimannya harus dipindahkan adalah kehilangan lahan, kehilangan pekerjaan, kehilangan hunian, kehilangan terhadap akses produksi dan disartikulasi komunikasi.
Asian Development Bank (ADB) mengemukakan beberapa dampak negaitif yang mungkin dapat timbul oleh program relokasi yang tidak direncanakan secara matang dalam pembangunan perkotaan yaitu :
commit to user
3) Kultur budaya dan kegotongroyongan yang sudah ada di masyarakat dapat menurun.
4) Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan social dan kemiskinan.
Senada dengan hal tersebut World Bank melihat dampak negatif yang mungkin timbul bagi penduduk yang dipindahkan adalah :
1) Kehidupan penduduk dapat terkena akibat atau dampak yang mengakibatkan penderitaan. Banyak mata pencaharian dan kekayaan hilang. mata rantai antara produsen dan konsumen seringkali terputus. 2) Jaringan sosial informal yang merupakan bagian dari system
pemeliharaan kehidupan sehari-hari menjadi rusak
3) Organisasi setempat dan perkumpulan formal dan informal lenyap karena berubahnya anggota mereka. Masyarakat dan otoritas tradisional dapat kehilangan pemimpin mereka.
4) Efek kumulatif adalah rusaknya sistem social dan ekonomi setempat.
Menurut De Wet (2002), hasil yang diharapkan dari proses relokasi adalah agar kondisi masayarakat yang direlokasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelum terjadi relokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu agar pada lokasi permukiman yang baru dapat tumbuh menjadi permukiman yang nyaman. kondisi yang lebih baik tersebut meliputi: tingkat pendapatan, keberagaman sumber pendapatan, status dan jaminan di lokasi yang baru, akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar.
Ada 5 kategori nilai-nilai yang di inginkan oleh masyarakat yang dipindahkan (migran) menurut De jong (1987) adalah :
§ Kemakmuran (Wealth) yang berisikan banyak factor yang berkaitan
§ Kenyamanan (Comfort), dapat dilihat sebagai tujuan untuk mencapai
kondisi hidup maupun pekerjaan yang lebih nyaman, termasuk di dalamnya adalah perumahan yang lebih baik, lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan, pekerjaan yang lebih baik, keadaan yang lebih sehat.
§ Stimulasi, berkaitan dengan kegiatan yang menyenangkan, seperti
hiburan dan rekreasi sebagai bentuk kegiatan yang yang dapat mengurangi kejenuhan dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru
§ Afiliasi, mengacu pada nilai seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hubungannya dengan migrasi maupun sebagai hasil dari migrasi tersebut. Berafiliasi dengan pihak lain dapat pula menjadi factor yang menfasilitasi pencapaian tujuan personal dalam migrasi.
§ Moralitas, terkait dengan nilai serta system keyakinan yang menentukan cara hidup yang baik maupun buruk, seperti norma agama. Nilai moral dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku
seseorang maupun masyarakat, tergantung tingkat komitmen dari individu.
Relokasi bukan hanya suatu proses pemindahan orang-orang dari suatu lokasi, akan tetapi juga memindahkan perilaku dan identitas-identitas dari orang-orang tersebut. Menurut Finsterbusch (1981), individu-individu atau masyarakat merasakan dampak sosial dari suatu kebijakan dalam 5 kategori, yaitu :
1) Secara ekonomi, sebagai pekerja yang kehilangan atau mendaptkan penghasilan maupun pekerjaan.
2) Secara lingkungan, sebagai penduduk yang habitatnya di ubah atau disita
commit to user
5) Secara psikologi, sebagai individu yang mengalami stress, ketakutan, perampasan dll
Kebanyakan lokasi untuk relokasi berada di pingiran kota (Urban
fringe), sehingga kemampuan mencari pekerjaan seringkali menurun saat
orang hidup pada daerah yang terisolir. Mereka yang direlokasi seringkali menghadapi masalah terkait dengan pencairan serta perjalanan yang ditempuh menuju ke tempat kerja mereka. Beberapa dari mereka akhirnya keluar dari lokasi relokasi untuk kembali ke daerah pusat kota yang dekat dengan tempat kerja mereka.
Meskipun warga yang direlokasi diberikan tawaran berupa lahan dan perumahan di lokasi yang telah ditentukan, sebagaian besar dari mereka menghadapi masalah yang lebih besar.Lapangan pekerjaan dan aktifitas income hampir tidak ada. fasilitas air bersih yang rendah, fasilitas listrik yang terbatas. Transportasi yang ada dilokasi tersebut jarang dan dengan ongkos yang sukar untuk mereka sanggupi.
D. Konsep Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Menurut istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk mengetahui nilai yang telah dicapai oleh suatu kebijakan atau program dan memberikan sumbangan terhadap apa yang harus dilakukan. Evaluasi juga dilaklukan untuk mengetahui seberapa besar usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan seberapa besar hasil yang telah di dapatkan.
Menurut William N. Dunn, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian
(assesment). Evalusi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang
keputusan mengenai program, keefektifan pelaksanaan program dan keberlanjutan program (Patton, 2001).
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya evaluasi program dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program. Jawaban tersebut merupakan dasar untuk mengambil keputusan mengenai keberlanjutan program apakah diteruskan, dihentikan atau diperbaiki. Sehingga dalam evaluasi tidak hanya menjawab apa yang terjadi, mengapa dan bagaimana akan tetapi juga menghadirkan jawaban tentang apa yang sebaiknya dilakukan.
Secara umum alasan dilaksanakannya evaluasi program yaitu :
§ Pemenuhan ketentuan dan peraturan pelaksanaannya.
§ Mengukur efektivitas dan efesiensi program.
§ Mengukur pengaruh, efek sampingan program.
§ Akuntabilitas pelaksanaan program.
§ Alat mengontrol pelaksanaan program.
2. Pendekatan Evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi, menurut Dunn (1994) terdapat tiga pendekatan, yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik nilai sistemnya, yaitu :
1) Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah suatu pendekatan evaluasi yang bersandarkan pada informasi/data yang bersifat self-efident (dapat terbukti sendiri) dan tidak controversial, juga tidak dikaitkan secara spesifik dengan system nilai seseorang/sekelomok orang, dan tanpa berusaha mengetahui manfaat nilai tersebut terhadap suatu kelompok atau individu.
commit to user
3) Decision Theoretic Evaluation (DTE) adalah suatu pendekatan evaluasi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil kebijakan/program yang secara eksplisit dinilai oleh beberapa macam pelaku kebijakan.
Evaluasi yang digunakan dalam studi ini adalah evaluasi dalam tingkatan program, dengan menggunakan pendekatan evaluasi formal dan dilakukan setelah program selesai dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Penggunaan pendekatan evaluasi formal dilakukan dengan asumsi penilaian evaluasi didasarkan bahwa tujuan dan pelaksanaan diumumkan secara formal sebagai ukuran yang tepat untuk menilai program.
3. Manfaat Evaluasi
Dalam keperluan jangka panjang dan untuk keperluan keberlanjutan
(sustainable) suatu program, evaluasi sangat diperlukan. Karena dengan
evaluasi maka kebijakan-kebijakan dalam program kedepan akan lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berikut adalah beberapa manfaat perlunya evalusi :
1) Untuk mengetahui tingkat evektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh kebijakan mencapai tujuannya
2) Mengetahui keberhasilan dari suatu kebijakan atau program.
3) Memahami aspek akuntabilitas public. Dengan melakukan penilaian kinerja kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada public sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah
4) Menunjukkan kepada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Dengan evaluasi maka maka dapat diketahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan dan program
4. Jenis dan Pelaksanaan Evaluasi
Secara umum pelaksanaan evalusi dibagi atas tiga jenis yaitu : 1) Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante evaluation)
Dalam tahap perencanaan evaluasi digunakan dalam rangka untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakikat dari peramasalahan itu sendiri.
2) Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going evaluation)
Pada tahap ini, evaluasi di pandang sebagai suatu kegiatan untuk melakukan analisis untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan di bandingkan dengan rencana. Evaluasi melihat sejauhmana program masih dapat mencapai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.
3) Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post evaluation)
commit to user
·Dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan
·Untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya
· Dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan
· Untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
·Dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana ·Untuk menilai efisiensi
(keluaran dan hasil kebutuhan) dari suatu program
Sumber :Wiliiam Dunn (1994)
Dari ketiga jenis pelaksanaan evaluasi tersebut, evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi dilakukan pada saat program reloaksi yang telah selesai dilakukan (Ex-post Evaluation).
Dimana penelitian ini nantinya akan menilai tingkat keberhasilan dari program relokasi permukiman yang dilaksanakan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta. Evaluasi dilakukan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program
Didalam melakukan evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post
evaluation) terdapat beberpa metode. Patton membedakan kedalam 5
a) Before and after Comparisons
Metode ini adalah membandingkan kondisi sebelum sebuah kebijakan atau program diimplementasikan dengan kondisi setelah kebijakan atau program diimplementasikan untuk melihat apakah kebijakan atau program tersebut memberikan perubahan atau tidak. Perbedaaan kondisi sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan atau program tersebut merupakan hasil dari diimplementasikannya kebijakan atau program tersebut.
b) With-and-without comparisons
Membandingkan antara kelompok yang terkena kebijakan atau program dengan yang tidak terkena kebijakan baik dalam kondisi sebelum dan sesudah terkena program
c) Actual Versus planned performance Comparisons
Membandingkan antara target yang ingin dicapai pada periode tertentu dengan target yang dapat tercapai pada periode yang telah ditentukan. Perbandingan ini menghasilkan penjelasan perbedaan
yang dihasilkan dari target yang dicapai dengan yang seharusnya baik yang disebutkan dalam program maupun non-program
d) Experimental (controlled) models
Membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diimplementasikannya kebijakan atau program antara kelompok yang terkena kebijakan atau program dengan kelompok control yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok yang terkena kebijakan atau program yang dipilih secara acak
e) Quast experimental models
Digunakan untuk mengatasi hambatan yang ditemui apabila menggunakan model eksperimental yang sulit diterapkan pada kehidupan nyata. Pendekatan model Quasi-eksperimental
commit to user
sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Pendekatan ini membandingkan individu yang terkena program dan yang tidak terkena program tidak secara acak.
Metode evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Before and after Comparisons dimana dalam penelitian ini dilakukan
analisis perbandingan antara kondisi sebelum dilakukan program dengan setelah dilaksanakan program untuk melihat perubahan pada kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat pasca relokasi permukiman yang sudah dilaksanakan.
5. Kriteria Evaluasi
Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan/program maka perlu dibutuhkan adanya indikator/kriteria. Didalam melakukan suatu evaluasi terdapat beberapa kriteria yang dijadikan sebagai penilaian, kriteria tersebut yaitu (Dunn, 1994) :
1) Efektifitas
Kriteria penilaian ini berkenaan dengan apakah suatu
program/kegiatan mencapai hasil/ tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain efektifitas merupakan penilaian apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2) Efisiensi
Penilaian kriteria ini selalu dikaitkan dengan jumlah usaha yang dikeluarkan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.
3) Kecukupan
Penilaian kriteria ini berdasarkan kepada seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan, yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan dampak dan manfaat dari program yang dilakukan.
4) Responsifitas
kelompok tertentu. Pengukuran ini dilakukan melalui survey target group.
5) Ketepatan
Kriteria ketepatan ini berhubungan dengan rasionalitas substantive untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program tersebut memberikan hasil yang bernilai atau bermanfaat.
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Evaluasi
Sumber :Wiliiam Dunn (1994
E. Fokus Evaluasi Relokasi Permukiman
Berdasarkan tinjauan teori yang telah di uraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam konteks perumahan dan permukiman program relokasi merupakan program yang dilakukan dengan cara memindahkan lokasi permukiman ke lokasi permukiman yang baru. Program relokasi ini dilakukan karena lokasi permukiman tidak diperuntukkan bagi perumahan atau lokasi permukiman yang rawan terhadap bencana atau bahkan yang terkena bencana. Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan
bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru.
No Kriteria Pertanyaan Evaluasi
1 Efektifitas Apakah tujuan yang diinginkan tercapai ?
2 Efisiensi Berapa banyak usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan ?
3 Kecukupan Seberapa jauh hasil telah tercapai memberikan
dampak dan manfaat?
4 Responsivitas Apakah hasil dari kebijakan/program dapat
memuaskan mereka ?
5 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai benar-benar bermanfaat
commit to user
Relokasi permukiman merupakan program yang dipandang sebagai pilihan terakhir dalam upaya melakukan penataan permukiaman, hal ini terkait dengan dampak yang sering ditimbulkan oleh program relokasi, yakni :
1) Perumahan, struktur dan system masyarakat, hubungan masyarakat dapat terganggu
2) Sumber-sumber pendapatan termasuk pendapatan dan mata pencaharian dapat hilang
3) Kultur budaya dan kegotongroyongan yang ada dalam masyarakat dapat menurun
4) Pada lokasi permukiman yang baru, kemungkinan terjadi merosotnya kesejahteraan masyarakat akibat penyesuaian terhadap mata pencaharian mereka.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai pengelolaan program, keluaran, manfaat, dan dampak dari program program yang telah selesai dilaksanakan, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program selanjutnya.
Dari uraian diatas maka fokus evaluasi dalam penelitian pelaksanaan reloaksi permukiman ini adalah :
1) Evaluasi terhdap efektifitas dalam mencapai tujuan program relokasi 2) Evaluasi terhadap efisiensi program relokasi untuk menilai kinerja
pelaksana program dan proses pelaksanaan (implementasi) program relokasi
3) Evaluasi terhadap damapak mprogram relokasi untuk mengetahui perubahan kondisi permukiman pasca direlokasi yang meliputi kondisi fisik sosial dan ekonomi masyarkat (dampak program).
4) Evaluasi terhadap responsifitas untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat (kelompok sasaran) terhadap program relokasi.
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai metode yang dilakukan dalam penelitian. Metode penelitian ini terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan sampling penelitian, metode analisis serta indikator yang di gunakan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian dari masing-masing metode tersebut
A. Jenis Penelitian
Bertolak dari permsalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini termsauk dalam penelitian terapan, yaitu penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah dengan tujuan utntuk digunakan bagi keperluan tertentu (Nazir, 1988). Dalam penelitian ini akan mengkaji dan mengevaluasi
pelaksanaan program relokasi yang dilaksanakan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta, karena program relokasi yang telah selasai dilaksanakan ini belum pernah dilakukan evaluasi secara komprehensif sehingga belum diketahui keberhasilan dari program tersebut. Kajian dan evaluasi ini akan bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai input dalam pelaksanaan program yang sama dimasa yang akan datang maupun sebagai bentuk alternative penanganan permukiman kumuh di Kota Surakarta
B. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan evaluasi adalah metode diskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990: 64), metode diskrptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggunakan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Pada metode diskriptif peneliti menyajikan data-data penelitian dan menganalis temuan-temuan yang ada serta memberikan tinjauan kritis.
Penelitian ini akan mengambarkan dan menjelaskan tentang proses maupun hasil dari program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba untuk menilai keberhasilan program berdasarkan data yang diperoleh.
C. Metode Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data
Metode Pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian (Burhan Bungin, 2005). Sedangkan menurut Ridwan (2008), metode pengumpulan data adalah
teknik atau cara yang di gunakan peneliti untuk mengumpulkan data.
Dalam melakukan penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey primer dengan observasi (pengamatan) maupun dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
a. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhdap unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian, Nawami (1991).
commit to user
masyarakat pada permukiman yang mendapatkan bantuan program relokasi.
b. Wawancara/interview
Wawanacara adalah suatu cara pangumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui hal-hal dari narasumber secara lebih mandalam (in depth interview) tentang pelaksanaan maupun hasil dari program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta
Teknik wawancara dilakukan dengan wawancara semi tersetruktur. Wawancara semi tersetruktur dilakukan dengan menggunakan daftar wawancara sebagai panduan wawancara, namun pertanyaan yang ada dapat berkembang sesuai dengan kondisi saat wawancara terjadi. Penentuan responden wawancara dilakukan dengan metode Purposive
Sampling. Metode ini dilakukan karena peneliti menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan
sesuai dengan tujuan penelitian. Responden dalam wawancara meliputi pihak pelaksana program relokasi permukiman kumuh di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Tabel 3.1
c. Kuesioner/angket
Penyebaran kuesioner dilakukan kepada masyarakat penerima program relokasi. Sedangkan kuesioner yang disebarkan ke warga masyarakat menggunakan pertanyaan yang bersifat tertutup dan terbuka, dengan pengambilan data yang dilakukan sekali namun diajukan pertanyaan yang sama sebanyak dua kali yang menggambarkan kondisi sebelum terkena program dan kondisi setelah dilakukan program. Jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternative jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan terbuka untuk memperoleh penjelasan/alasan dari pilihan jawaban.
Pengumpulan data melalui kuesioner ini dilakukan untuk memperoleh data dari masyarakat yang direlokasi untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kondisi permukimannya sekarang setelah direlokasi maupun kondisi permukimannya sebelum direlokasi untuk yang meliputi kondisi fisik permukiman, sosial dan ekonomi
masyarakat. Kuosioner juga digunakan untuk menanyakan kepada masyarakat terhadap kepuasan mereka akan program relokasi yang dilakukan.
Penarikan sampel dalam questioner dilakukan dengan menggunakan metode random sampling untuk mengetahui keberhasilan program relokasi yang dilakukan di kelurahan Pucangsawit dengan mengambil secara acak pada warga yang direlokasi sebagai objek untuk melakukan penilaian. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, jumlah populasi telah diperhitungkan lebih dulu. Jumlah populasi yang digunakan adalah jumlah Kepala Keluarga (KK) penerima program relokasi di Kelurahan Pucangsawit yang sudah menempati lokasi baru dalam kurun waktu tertentu yaitu sebanyak 268.
commit to user
=
{( . ²) + 1}
n = Jumlah sampel
N = Populasi masyarakat penerima program
d = Tingkat reabilitas (100% - d = tingkat kepercayaan) Dengan tingkat kepercayaan 90 % maka d = 10 %
Dengan menggunakan rumus solvin tersebut maka sampel
responden yang akan di ambil adalah sebanyak 68 KK. Jumlah sampel responden tersebut didistribusikan berdasarkan rasio penerima manfaat relokasi di beberapa tempat lokasi relokasi
Tabel 3.2
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi Populasi Sample
Ngemplak sutan 112 25
Sabrang lor 18 7
Solo elok/Kedungtungkul 94 20
Debegan 36 13
Mipitan 8 3
Jumlah 268 68
Sumber :Hasil Analisis,2010
2. Pengumpulan Data Sekunder
Tabel 3.3
Kebutuhan Data Penelitian
Tujuan Sasaran Data Sumber Data
Teknik
- Kebijakan tentang
perumahan dan
- Petunjuk Pelaksanaan
program relokasi
- Pelaksanaan relokasi di
kelurahan pucangsawit
- Data-data lapangan
38
- proses dan mekanisme
- Bapermas
- Kelurahan
- Pokja
- Wawancara Deskriptif
Kualitatif
- Interaksi masyarakat
- Partisipasi masyarakat
Ekonomi
- Pendapatan
- Peluang mendapatkan
sumber penghasilan
- Persepsi masyarakat
tentang program
D. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh peneliti sesuai dengan kenyataan di lokasi penelitian dan untuk membuktikan apakah penjelasan yang diberikan tentang deskripsi permasalahan yang sebenarnya atau tidak. Ada empat macam jenis trianggulasi yang bisa digunakan dalam sebuah penelitian kualitatif. Pertama, trianggulasi sumber, digunakan untuk menggali data yang sama melalui sumber-sumber yang berbeda. Kedua, trianggulasi metode, yaitu suatu metode menggali data yang sama dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Ketiga, trianggulasi peneliti, yaitu jenis reliabilitas yang mengacu pada data yang didapat dari peneliti yang lain yang telah diuji validitasnya. Keempat, trianggulasi teori, yaitu cara mencapai reliabilitas dengan cara membandingkan perspektif teori yang berbeda untuk menjelaskan data-data yang berbeda.
Penelitian evaluasi ini menggunakan bentuk trianggulasi sumber, yaitu menggali data yang sama melalui sumber-sumber yang berbeda. Trianggulasi
sumber yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan beberapa data dari berbagai sumber yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Hal itu dilakukan demi mendapatkan reliabilitas data yang valid.
E. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis Data Dalam Penelitian
Analisis data adalah suatu upaya untuk mengurai menjadi bagian-bagian (Decomposition), sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa ditangkap secara lebih terang maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkarannya (Moelong,2001). Analisis data dalam penelitian ini merupakan analisis evaluatif yang dilakukan dengan metode analiais kualitatif dan kuantitatif:
commit to user
prilaku yang diamati (Moelong, 2001). Model analisis deskriftif ini dilakukan untuk menganalisis data-data hasil wawancara dan juga observasi lapangan yang selanjutnya di interpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
b. Analisis Diskriptif Kuantitaif
Metode analisis Diskriptif kuantitaif digunakan untuk menganalisis kuesioner. Melalui kuesioner tersebut akan diketahui dampak dan manfaat program relokasi bagi warga penerima program serta untuk melihat tingkat keberhasilan program dengan melihat bagaimana respon masyarakat akan program tersebut.
Analisis diskriptif kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan untuk menilai keberhasilan program relokasi yang dilaksanakan di Kelurahan Pucangsawit berdasarkan indikator dan tolak ukur yang telah ditentukan. Metode pembobotan digunakan untuk memperoleh skala ordinal yang nantinya akan digunakan untuk menilai keberhasilan program relokasi. Dalam melakukan metode
pembobotan digunakan teknik skala pengukuran linkert.
Penjabaran skala linkert dalam penelitian dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program relokasi. Penjabaran skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Sangat Berhasil = 5 ( 81 % -100 %) Berhasil = 4 (61 % - 80 % ) Cukup Berhasil = 3 (41 % - 60 % ) Kurang berhasil = 2 ( 21 % - 40% ) Tidak berhasil = 1 ( 0 % - 20 % )
2. Penjabaran Metode Analisis Pada Aspek Evaluasi
Berikut adalah penjelasan metode analisis pada setiap kriteria penilaian Evaluasi.
a. Analisis Penilaian Efektifitas Program Relokasi
tetapkan dalam program. Tujuan dari program relokasi di Kota Surakarta adalah untuk memindahkan rumah yang berada di bantaran ke lokasi permukiman yang aman dan layak. Program relokasi dinilai efektif apabila tujuan dari program tercapai yaitu terpindahkanya permukiman yang berada di bantaran ke lokasi permuikiman yang lebih aman.
Analisis dilakukan dengan diskriptif kualitatif untuk menjelaskan ketercapaian dari program relokasi. Data yang digunakan untuk melakukan analisis adalah data observasi lapangan dengan didukung oleh data sekunder dan wawancara. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan maka digunakan Skala Pengukuran linkert sebagai berikut :
Sangat Berhasil = 5 ( 81 % -100 %) Berhasil = 4 (61 % - 80 % ) Cukup Berhasil = 3 (41 % - 60 % ) Kurang berhasil = 2 ( 21 % - 40% ) Tidak berhasil = 1 ( 0 % - 20 % )
Gambar 3.1
Skema Analisis Penilaian Efektifitas Pelaksanaan Program Relokasi Tujuan dan Sasaran
Program Relokasi Di Kota Surakarta
Pelaksanaan Program Relokasi di Kelurahan Pucangsawit
Ketercapaian Tujuan dan Sasaran Program
Sangat Berhasil = 5 (81%-100%)
Berhasil = 4 (61%-80%)