• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOTEKNOLOGI JERAMI PADI MELALUI FERMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BIOTEKNOLOGI JERAMI PADI MELALUI FERMENT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pemanfaatan Hasil Sampingan Perkebunan sebagai Pakan Tambahan bagi Kambing Kacang terhadap Karkas serta Perbandingan Daging dan Tulang

Selama Penggemukan

(

T he Usage of Plant at ion by Product t o Kacang Goat on Carcass and also Meat

and Bone Comparison f or Fat t ening

)

Hasnudi, Yunilas, dan Freddy Marbun

Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

Abst ract : The obj ect i ves of t hi s r esear ch was t o t est t he usage pl ant at i on by pr oduct on concent r at e t o car cass wei ght , car cass per cent age, f at wei ght , and al so meat and bone compar i son of kacang goat f or f at t eni ng. The exper i ment was usi ng compl et el y r andomi zed desi gn (CRD) by t hr ee t r eat ment s and si x r epl i cat i ons, wher e t he t r eat ment was K1= concent r at e konvensi onal ; K2 = concent r at e pal m oi l by pr oduct , and K3 = Cacao by pr oduct , r espect i vel y. The exper i ment wer e obser ver car cass wei ght , car cass per cent age, f at wei ght , and al so meat and bone compar i son of kacang goat f or f at t eni ng.

The st at i st i c anal ysi s of t he r esear ch showed t hat t he t est r esul t of var i at i on i ndi cat ed t hat usage of concent r at e (oi l pal m by pr oduct and cacao by pr oduct ) at kacang goat not si gni f i canl y di f f er ent (P>0, 05) t o t he car cass wei ght (6, 00; 6, 22 and 5, 28, r espect i vel y), car cass per cent age (47, 25; 46, 90 and 43, 20, r espect i vel y) subcut an f at wei ght (135, 45; 125, 40 and 125, 40, r espect i vel y), i nt er muscul er f at wei ght (220, 5; 242, 8, and 208, 2, r espect i vel y), chanel +pel vi c f at wei ght (105, 3; 120, 4 and 95, 6, r espect i vel y) and al so meat and bone compar i son of kacang goat f or f at gr owt h.

Keywords: goat , concent r at e, car cass, f at and bone

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan hasil sampingan perkebunan sebagai pakan tambahan terhadap karkas serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama penggemukan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan yaitu: K1 = konsentrat konvensional, K2 = pakan hasil perkebunan kelapa sawit, K3 = pakan hasil perkebunan kakao. Parameter yang diamati adalah bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak, serta perbandingan daging dan tulang.

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa pemberian pakan tambahan dari hasil sampingan perkebunan (kelapa sawit dan kakao) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas (6,00; 6,22 dan 5,28), persentase karkas (47,25; 46,90 dan 43,20) bobot lemak sub-kutan (135,45;125,40 dan 125,40), bobot lemak intermuskuler (220,5;242,8, dan 208,2), bobot lemak ginjal+pelvis (105,3;120,4 dan 95,6), serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama penggemukan.

Kata Kunci: kambing, konsentrat, karkas, lemak, tulang

Pendahuluan

Latar Belakang

Perkembangan usaha penggemukan kambing potong di tanah air saat ini masih dikelola dengan cara tradisional. Perternakan kambing memiliki potensi yang besar seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan protein hewani untuk peningkatan gizi. Daging kambing merupakan salah satu daging yang

memiliki kandungan gizi yang tinggi dan rasa yang enak. Oleh karena itu permintaan akan daging ini semakin lama semakin meningkat terutama pada hari-hari besar.

(2)

tinggi sehingga bisa mencukupi kebutuhan ternak akan zat nutrisi. Saat ini, pakan tambahan yang biasa dipakai peternak dirasa cukup mahal. Sedangkan hijauan yang tersedia saat ini hanya memiliki kandungan protein yang rendah dan tingginya kadar serat kasar yang merupakan masalah yang utama.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dicari sumber pakan alternatif untuk mengganti pakan utama sebagai pelengkap tambahan yang mempunyai potensi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pakan alternatif yang dimaksud adalah limbah perkebunan yang terdiri dari bungkil inti sawit, lumpur sawit, daun sawit, kulit coklat, biji coklat, dan molases.

Sumatera Utara sebagai salah satu wilayah yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan pemanfaatan limbah perkebunan sebagai pakan tambahan untuk ternak.

Berdasarkan data Perkebunan Sumatera Utara (1998), menyebutkan bahwa daerah yang mempunyai perkebunan paling luas adalah Kabupaten Deli Serdang yaitu seluas 61.550,43 ha untuk perkebunan sawit, 20.370,90 ha untuk perkebunan coklat, dan 11.665,92 ha perkebunan tebu. Kemudian diikuti daerah Langkat, Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Labuhan Batu.

Ketersediaan yang cukup sepanjang tahun mempunyai nilai gizi cukup baik untuk ternak ruminansia karena kemampuan ternak ruminansia untuk mencerna serat kasar yang terkandung dalam bahan limbah perkebunan cukup baik tanpa pengolahan lebih lanjut. Daun sawit memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi yaitu 32,55% diikuti lumpur sawit yaitu 16%. Dan kandungan serat kasar terendah adalah bungkil sawit yaitu 10,50%. Sementara untuk kandungan protein, tertinggi adalah bungkil sawit yaitu 15,40% sedangkan lumpur sawit dan daun sawit sama yaitu 13%. Akan tetapi, kulit coklat memiliki kandungan serat kasar yang tinggi yaitu 33,10% sedangkan protein rendah yaitu sekitar 5,16%. Kemampuan ternak ruminansia untuk mencerna serat kasar membuat bahan ini tidak perlu diolah lebih lanjut.

Berdasarkan pemikiran di atas penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian seberapa besar pemanfaatan lumpur sawit, bungkil inti sawit, daun sawit, pelepah sawit, kulit buah kakao dan kulit biji kakao terhadap bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak, serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama penggemukan.

Bahan dan Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Perternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang tiga bulan mulai bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain: • Kambing kacang jantan lepas sapih sejumlah

18 ekor dengan X = 12,4 dan sd = 1,22

• Perbandingan rumput lapangan dengan

konsentrat adalah 75% : 25% • Konsentrat, terdiri dari:

- K1: pakan konvensional yang terdiri dari

dedak, bungkil kelapa, tepung jagung, molases, ultra mineral, garam, dan urea. - K2: pakan hasil sampingan perkebunan

sawit yang terdiri dari bungkil inti sawit, lumpur sawit, daun dan pelepah sawit, molases, ultra mineral, garam, dan urea. - K3: pakan hasil sampingan perkebunan

kakao yang terdiri dari kulit buah kakao, kulit biji kakao, tepung jagung, molases, ultra mineral, garam, dan urea.

• Obat-obatan seperti: obat cacing (Kalbazen), anti-bloat untuk obat kembung, terramycin (salep mata), dan vitamin.

• Air minum

Alat yang digunakan antara lain: • Kandang 18 unit beserta perlengkapannya • Tempat pakan dan minum

• Timbangan bobot hidup dan bobot karkas berkapasitas 50 kg dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan

• Ember

• Sapu

• Goni plastik • Pisau • Alat tulis • Alat penerangan

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan:

K1 = pakan konvensioanal

K2 = pakan hasil sampingan perkebunan sawit

K3 = pakan hasil sampingan perkebunan coklat

Menurut Hanafiah, (2000) model matematis yang digunakan adalah:

Yij = μ + τ + ε

Parameter Penelitian

(3)

dalam (selain ginjal), alat reproduksi, dan ekor.

b. Persentase karkas; yaitu bobot karkas segar dibagi dengan bobot tubuh kosong dikali seratus persen. Bobot tubuh kosong adalah bobot potong dikurangi isi saluran pencernaan.

c. Bobot lemak; yang diperoleh dari lemak subkutan, lemak intermuskuler, serta lemak ginjal dan pelvis.

d. Perbandingan antara daging dan tulang; Perbandingan daging dan tulang didapat dari karkas yang telah dibuang lemaknya kemudian dibandingkan antara daging dan tulangnya dalam persen.

Perbandingan daging =

%

Perbandingan tulang =

%

• Persiapan kandang; kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan.

• Pengacakan kambing; kambing yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 ekor, penempatan kambing dengan sistem pengacakan. Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot awal.

• Pemberian pakan dan air minum; pakan yang diberikan atas hijauan berupa rumput lapangan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan berupa rumput lapangan yang telah dilayukan dan diberikan pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan pada pagi hari pada jam 08.00 WIB dan sore hari pada jam 16.00 WIB. Sebelum dilaksanakan penelitian diberi waktu untuk beradaptasi selama seminggu dengan konsentrat percobaan sedikit demi sedikit. • Pemberian air minum dilakukan secara

ad libitum; air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih. • Pemberian obat-obatan; pada awal ternak

kambing masuk kandang diberikan obat cacing (masa adaptasi) dengan dosis 1

cc/5 kg bobot badan. Sedangkan obat-obatan yang lain diberikan berdasar kebutuhan bila ternak sakit.

Pemotongan Ternak Kambing

Untuk pengambilan data karkas, diambil sampel dari masing-masing perlakuan yaitu:

K1 = 2 ekor yaitu K1R1 dan K1R4

K2 = 2 ekor yaitu K2R3 dan K2R5

K3 = 2 ekor yaitu K3R2 dan K2R6

Maka jumlah ternak kambing yang dipotong sebanyak 6 ekor.

Pemotongan ternak kambing dilakukan menurut syariat Islam setelah dipuasakan selama 24 jam. Pemotongan ternak dilakukan dengan memotong vena j ugul ar i s, oesophagus dan t r achea (dekat tulang rahang bawah), agar terjadi pengeluaran darah sempurna. Darah yang keluar ditampung dan ditimbang (bobot darah). Ujung oesophagus diikat agar isi rumen tidak keluar, kepala dilepas kemudian ditimbang (bobot kepala), kaki depan dan belakang dilepas dan ditimbang (bobot kaki) setelah sebelumnya kulit kaki diambil dan ditimbang, ekor dilepas dan ditimbang (bobot ekor), kulit dilepas dan ditimbang (bobot kulit).

Setelah organ tubuh bagian dalam dikeluarkan seperti hati, limpa, jantung, paru-paru, trakhea, alat pencernaan, empedu kecuali ginjal, ditimbang (bobot organ tubuh bagian dalam). Bobot karkas segar adalah bobot yang diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah dipuasakan (bobot potong) dengan bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), alat reproduksi, dan ekor (Soeparno, 1998 ).

Setelah diperoleh bobot karkas, karkas dimasukkan dalam alat pendingin pada suhu 20C selama 24 jam untuk diuraikan keesokan harinya agar lemak mudah didapat.

Hasil dan Pembahasan

(4)

Tabel 1. Pemanfaatan hasil sampingan perkebunan sebagai pakan tambahan bagi kambing kacang terhadap karkas serta perbandingan daging dan tulang selama penggemukan

Parameter Perlakuan

K1 K2 K3

Bobot Karkas (kg/ekor) 6,00 tn 6,22 tn 5,28 tn

Persentase karkas (%) 47,25 tn 46,90 tn 43,20 tn

Bobot Lemak (g/ekor)

Bobot Lemak Subkutan 135,45 tn 125,4 tn 125,4 tn

Bobot Lemak Intermuskuler 220,5 tn 242,8 tn 208,2 tn

Bobot Lemak Ginjal + Pelvis 105,3 tn 120,4 tn 95,6 tn

Perbandingan daging dan tulang (%)

Persentase daging 65,5 64,8 65,6

Persentase tulang 34,5 35,2 34,4

Keterangan: tn = tidak nyata

Tabel 2. Analisis keragaman bobot karkas kambing kacang selama penggemukan

SK DB JK KT F hit F Tabel

0. 05 0. 01

Perlakuan 2 0,99 0,49 3,13tn 9,55 30,81

Galat 3 0,47 0,16

Total 5 1,46

KK = 6,86%

tn = tidak berbeda nyata

Tabel 3. Analisis keragaman persentase karkas kambing kacang selama penggemukan

SK DB JK KT F hit F Tabel

0. 05 0. 01

Perlakuan 2 20,14 10,07 3,63tn 9,55 30,81

Galat 3 8,32 2,77

Total 5 28,47

KK = 6,63%

tn = tidak berbeda nyata

Bobot karkas

Bobot karkas adalah bobot yang diperoleh dari pengurangan bobot tubuh setelah dipuasakan (bobot potong) dengan bobot nonkarkas yaitu bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), alat reproduksi, dan ekor.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tersebut terhadap bobot karkas, maka dilakukan analisis keragaman bobot karkas seperti terlihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa dengan pemberian pakan konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao terhadap kambing kacang jantan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap bobot karkas. Ini berarti bahwa dengan pemberian ketiga konsentrat tersebut menghasilkan bobot karkas

yang sama, walaupun secara angka bobot karkasnya berbeda antar-perlakuan. Hal ini disebabkan oleh nilai nutrisi yang terkandung dari masing-masing konsentrat tidak jauh berbeda terutama pada kandungan protein.

Tidak berbedanya pengaruh dari ketiga macam pakan tersebut, juga disebabkan karena bobot potong yang tidak nyata. Hal ini didukung oleh pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang diperoleh, maka semakin tinggi pula bobot karkas, persentase karkas, dan bobot lemak yang didapat.

Persentase Karkas

Persentase karkas diperoleh dari bobot karkas dibagi bobot tubuh kosong dikali seratus persen. Hasil penelitian persentase karkas yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

sampingan perkebunan sawit, dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tersebut terhadap persentase karkas, maka dilakukan analisis keragaman persentase karkas seperti terlihat pada Tabel 3.

Dari hasil analisis ragam di atas, dapat dilihat bahwa pemberian konsentrat konvesional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit, dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas kambing kacang jantan.

Faktor yang menyebabkan tidak nyatanya persentase karkas tersebut adalah adanya hubungan antara pakan yang dikonsumsi dengan persentase karkas yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan pendapat Devendra (1977) yang menyatakan bahwa persentase karkas yang diperolah dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi oleh ternak.

Selain itu, bobot potong juga mempengaruhi persentase karkas di mana bobot potong dalam penelitian ini tidak berbeda nyata antar-perlakuan. Moran (1997) disitasi Agus (1998) menyatakan persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak pedaging, karena sangat erat hubungannya dengan bobot hidup di mana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkas meningkat.

Lemak

Bobot lemak diperoleh setelah pemisahan daging dengan lemak setelah terlebih dahulu didinginkan selama 24 jam. Lemak yang didapat kemudian ditimbang.

Untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian pakan konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan sawit dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tersebut terhadap lemak, maka dilakukan analisis keragaman lemak seperti terlihat pada Tabel 4, 5, dan 6.

Dari hasil analisis keragaman dapat dilihat bahwa pemberian pakan konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit, dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao tidak berpengaruh nyata ( P>0,05 ) terhadap bobot lemak subkutan, bobot lemak intermuskuler, dan bobot lemak ginjal + pelvis. Hal ini disebabkan oleh bobot tubuh masih sebanding dengan lemak yang didapat. Dari hasil penelitian mengenai pertambahan bobot badan terhadap ketiga pakan ini didapat hasil yang tidak nyata juga. Hal ini didukung oleh pendapat Herman (1993) yang menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang diperoleh maka semakin tinggi pula bobot karkas, persentase karkas, dan bobot lemak yang didapat.

Tabel 4. Analisis keragaman bobot lemak subkutan kambing kacang selama penggemukan

SK DB JK KT F hit F Tabel

0. 05 0. 01

Perlakuan 2 134,67 67,33 0,12tn 9,55 30,81

Galat 3 1755,11 585,04

Total 5 1889,78

KK = 18,79%

tn = tidak berbeda nyata

Tabel 5. Analisis keragaman bobot lemak intermuskuler kambing kacang selama penggemukan

SK DB JK KT F hit F Tabel

0. 05 0. 01

Perlakuan 2 1234,29 617,14 0,68tn 9,55 30,81

Galat 3 2733,53 911,81

Total 5 3967,82

KK = 12,90%

tn = tidak berbeda nyata

Tabel 6. Analisis keragaman bobot lemak ginj al dan pelvis kambing kacang selama penggemukan

SK DB JK KT F hit F Tabel

0. 05 0. 01

Perlakuan 2 624,76 312,38 0,68tn 9,55 30,81

Galat 3 704,06 234,69

Total 5 1382,82

KK = 14,30%

(6)

Perbandingan Daging dan Tulang

Perbandingan daging dan tulang didapat setelah pemisahan daging dari tulang. Kemudian dibandingkan antara daging dan tulangnya.

Dari Tabel 14 kita dapat melihat bahwa perbandingan daging yang tinggi terdapat pada K3 yaitu 65,6% dan yang terendah terdapat

pada K1 yaitu 64,8%. Berdasarkan pendapat

Herman (1984), persentase daging kambing kacang adalah 60% sedangkan persentase tulangnya adalah 30%. Menurut Wardojo (1993) bahwa persentase daging dalam karkas sebesar 75%. Jadi, hasil yang didapat dari penelitian ini tidak jauh berbeda. Sementara itu, selain karena pengaruh bobot potong dan pertambahan bobot badan yang tidak nyata dalam penelitian ini, perbedaan persentase daging dan tulang pada masing-masing perlakuan disebabkan juga oleh faktor genetis dan sifat-sifat fisiologis ternak selama ternak hidup sehingga mempengaruhi bobot daging dan tulangnya.

Kesimpulan

Kesimpulan

Pemberian pakan konvensional, pakan hasil sampingan perkebunan kelapa sawit, dan pakan hasil sampingan perkebunan kakao memberikan hasil yang sama pada bobot karkas, persentase karkas, bobot lemak, serta perbandingan daging dan tulang kambing kacang selama penggemukan.

Daftar Pust aka

Agus, H. 1998. Perbaikan Produksi dan Komposisi Karkas Domba Lokal Jantan Dengan Ransum Pellet dan Rumput Lapangan, Fakultas Perternakan, IPB, Bogor.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.

Dahan, M.M. 1991. Goat Carcas and Evaluation of Meat Quality, Processing and Preservation In Goat Husbandry and Breeding In The Tropic. Eds. J.M. Danandam, S.Sivaraj, T.K.Mukherje and O.Horst. Germany Foundation for International Development.

Devendra, C. 1977. Utilization of Feedingstuff from Palm Oil. P.16. Malaysian Agricultural Research and Development Institute Serdang, Malaysia.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University, Yogyakarta.

Hanafiah, K.A. 2000. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Herman, R. 1984. Produksi Daging dan Sifat Karkas Kambing Kacang. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Kecil, Bogor 22-23 November 1983.

Herman, R. 1993. Perbandingan Pertumbuhan, Komposisi Tubuh dan Karkas Antara Domba Priangan dan Ekor Gemuk. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hutagalung and Jalaludin. 1982. Feeds For Farm Animal From The Oil Palm. Serdang, Malaysia.

Kartadisastra. H.R. 1997. Penyediaan dan Pegelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Lubis, B. 1987. Komposisi Inti dan Minyak Inti dari Buah Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan. Volume 2. Hal. 11.

Murtidjo,B.A. 1993. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Natasasmita. A. 1997. Pertumbuhan Komposisi Tubuh Pada Ternak. Program Pasca-sarjana IPB, Bogor.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminan. UI Press, Jakarta.

Prayitno dan Darmoko. 1994. Prospek Industri Bahan Baku Limbah Padat Kelapa Sawit di Indonesia. Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan SUMUT.

Pulungan, H. 1989. Pertumbuhan Dan Perkembangan Komponen Karkas Ditinjau Dari Bobot Hidup Pada Domba Jantan Lokal. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Pusat Pengembangan Investasi dan AMDAL, 1998. Kajian Pemanfaatan Komoditi Limbah Kakao Untuk Pengembangan Agroindustri Berwawasan Lingkungan.

Setiadi, B., I. Inounu. 1991. Beternak Kambing Domba Sebagai Ternak Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

(7)

Sosroamidjojo, S.M. dan Soeradji. 1978. Perternakan Umum. Penerbit CV. Yasaguna, Jakarta.

Statistik Perkebunan Indonesia, 1998. Luas Areal dan Produksi Perkebunan di Indonesia. Deptan Dirjenbun, Jakarta.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi 1. Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Perternakan IPB, Bogor.

Venzinhet, A. and M. Frudhon. 1975. Evolution of Various Adipose in Growing Rabbits and Sheep. Anim. Prod.20: 363-370.

Wardojo. 1993. Agroindustri Sapi Potong. PT Insanmitra Satya Mandiri, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Pemanfaatan hasil sampingan perkebunan sebagai pakan tambahan bagi kambing kacang terhadap karkas serta perbandingan daging dan tulang selama penggemukan
Tabel 6. Analisis keragaman bobot lemak ginjal dan pelvis kambing kacang selama penggemukan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antioksidan daun Psidium guajava L terhadap Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) tipe minor dengan parameter ukuran kadar

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenterie yang dilakukan secara

Hipotesis penelitian yang diajukan yaitu diduga gaya belajar, motivasi, lingkungan ,dan intelectuall skill berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa S1 Akuntansi dalam

mawaddah warraohamah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan bimbingan penyuluhan agama Islam dan keharmonisan keluarga. Pada

Dari analisa Palinspastic sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa method tersebut memperlihatkan bagaimana proses pembentukan thrust berlangsung dan implikasinya terhadap

Gbr 15 Tampilan Plant Pada Window Maker Pada tampilan plant yaitu pada gambar 15 ditampilkan posisi termokopel sehingga ketika program dijalankan animasinya akan berkedip. untuk