BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Peningkatan penggunaan transportasi oleh masyarakat Indonesia sangat
tinggi, dimana dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Hampir setiap hari kita
melihat semakin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang
bermunculan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang
terus meningkat dari tahun ke tahun yang berdampak pula akan kebutuhan alat
transportasi guna untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
Sampai dengan tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di seluruh
Indonesia telah mencapai lebih dari 20 juta yang 60% adalah sepeda motor
sedangkan pertumbuhan populasi untuk mobil sekitar 3-4% dan sepeda motor
lebih dari 4% per tahun (data dari Departemen Perhubungan). Banyaknya
pengguna kendaraan bermotor secara tidak langsung berkaitan dengan
penambahan pajak daerah dalam hal pajak kendaraan bermotor. Pemilik
kendaraan bermotor haruslah membayar pajak kendaraan bermotor.
Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang cukup strategis, karena
posisinya yang berada pada jalur pelayaran selat Malaka. Sumatera Utara
memiliki luas mencapai 71,680 Km atau sekitar 3,5 persen dari total luas
Indonesia. Secara umum, Sumatera Utara terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu
kawasan Pantai Barat, kawasan Dataran Tinggi, dan kawasan Pantai Timur.
Kawasan Pantai Timur pada umumnya lebih maju dibandingkan dengan Dataran
Tinggi apalagi daerah Pantai Barat.
Pembangunan diberbagai daerah di Indonesia khususnya di Provinsi
Sumatera Utara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
khusus melalui peningkatan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah
sehingga lebih efisien dan efektif dalam merespon tuntutan masyarakat yang
sangat tinggi dengan berbagai karakteristik masing-masing.
Sebelum dilaksanakannya otonomi daerah, dilihat dari nilai proyek yang
dikerjakan, pembangunan yang dilaksanakan sebenarnya dapat dirasakan oleh
seluruh desa, namun sumber pembiayaan atau pendanaan masih didukung oleh
anggaran pemerintah pusat, sehingga daerah tidak dapat mengembangkan
daerahnya sendiri secara maksimal dan mandiri.
Berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah, dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, telah memberikan dampak yang sangat luas
terhadap pelaksanaan pemerintah di daerah, otonomi yang diberikan kepada
daerah merupakan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Pemberian otonomi berimplikasi menimbulkan kewenangan dan
kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah secara
dilaukan secara proporsional dan berkeadilan. Pemanfaatan sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan pada
kewenangan yang diberikan kepada daerah.
Dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
tersebut juga dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia
dilakukan berdasarkan 3 azas, yaitu: dekonsentrasi, desentralisasi, dan azas
pembantuan.
Azas dekonsentrasi yaitu wewenang pengelolaan pembangunan daerah
awalnya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, tetapi telah dilimpahkan
kewenangannya kepada kepada pemerintah daerah. Sedangkan desentralisasi itu
pada dasarnya adalah kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk
melaksanakan pembanguan didaerahnya sendiri. Selanjutnya azas pembantuan
adalah bahwa pemerintah daerah membantu melaksanakan tugas-tugas yang
dimiliki oleh pemerintah pusat didaerah, tetapi pembiayaan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut ditanggung sendiri oleh pemerintah daerah.
Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat, berdasarkan ketentuan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah disebutkan bahwa pemerintah daerah dibekali berbagai
kewenangan untuk mengelola berbagai sumber pendapatan daerah, yaitu:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
a. Pajak Daerah.
b. Hasil Retibusi Daerah
c. Laba Perusahaan Daerah
d. Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus.
3. Lain-lain Pendapatan yang sah, yang terdiri dari:
a. Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbangan dari Pemerintah
b. Iuran Jasa Air.
Pemerintah daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah yang berasal
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Berdasarkan hal tersebut jelas diketahui bahwa salah satu sumber
pendapatan daerah berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah pungutan daerah
menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah.
Dengan adanya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk
mengelola keuangan daerah secara tertib dan benar sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, maka diharapkan seluruh objek penerimaan daerah, baik
berupa pajak, retribusi maupun berbagai penerimaan daerah lainnya yang sah
dapat dioptimalkan sehingga roda pemerintahan dan jalannya pembangunan dapat
terlaksana sesuai dengan program yang telah diterapkan oleh pemerintah daerah.
Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
memegang peranan penting dalam rangka membiayai urusan rumah tangga
daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas
pembangunan. Dapat dikatakan penting karena tanpa pajak daerah maka otonomi
daerah tidak dapat terselenggara secara nyata dan bertanggung jawab. Oleh karena
pemikiran untuk meningkatkan pendapatan asli daerah terutama dari sektor pajak
daerah dan retribusi daerah.
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, pajak daerah terbagi dua, yaitu
1. Pajak Provinsi.
2. Pajak kabupaten kota.
Didalam Undang-undang No. 34 Tahun 2000, pasal 2 ayat 1 disebutkan
bahwasanya jenis pajak provinsi terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
Diantara sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pajak
daerah yang cukup penting dan potensial adalah Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) karena banyak
menunjang pembiayaan daerah.
Pengelolaan pemungutan dan pengurusan pajak kendaraan bermotor
dilakukan pada satu kantor yang melibatkan beberapa unsur yang terkait didalam
pengelolaannya. Pemungutan pajak kenderaan bermotor yang dilaksanakan pada
satu kantor ini dikenal dengan istilah SAMSAT (sistem administrasi manunggal
satu atap), dimana didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara
Republik Indonesia (POLRI) yang mampunyai fungsi dan kewenangan dibidang
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan
bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa
Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian sumbangan wajib dana
kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ).1
Sebelum dilakukan Sistem Administrasi Manuggal Satu Atap (SAMSAT)
kegiatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dilakukan tersebut
dilakukan tersendiri dikantor dinas pendapatan daerah provinsi dan
cabang-cabang dinas, begitu juga dengan penyelesaian Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK) dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu lintas
(SWDKLLJ) ditempat yang berbeda pula, sehingga hal ini tidak memberikan
pelayaan yang baik bagi pemilik kendaraan bermotor, karena akan memerlukan
waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Keadaan seperti diatas dapat menjadi penghambat dalam usaha
memberikan pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor, dan juga dapat
menyebabkan masyarakat menjadi malas untuk mengurus pajak kendaraan
bermotor dan menjadi penghambat dalam usaha meningkatkan penerimaan dari
sekor PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ karena tidak adanya keseragaman baik
dalam hal pengurusan, administrasi, maupun besarnya tarif dalam proses
pengurusannya.
Salah satu tujuan pembentukan kantor bersama SAMSAT ini adalah untuk
memudahkan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) serta
untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam hal
pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ.
1
Tugas pihak kepolisian adalah sebagai penyedia permohonan dan
penerangan dengan rincian: menyediakan dan memberikan formulir permohonan
pendaftaran sesuai dengan permintaan pemohon, memberikan penerangan
mengenai kelengkapan persyaratan pendaftaran, membukukan semua formulir
yang diterima, dikeluarkan dan sisanya setiap hari, mencatat nomor formulirdan
kendaraan atau nama pemilik pada buku register formulir, memberi tanda atau
paraf pada formulir permohonan untuk setiap permohonan yang telah memenuhi
persyaratan, menerima kembali formulir yang rusak untuk diganti dengan yang
baru, menerima pembayaran PNKB.
Tugas Dispenda adalah meneliti berkas yang diterima dari petugas
kepolisian dan membubuhkan paraf atas kelengkapan persyaratan, meneruskan
bekas kepada petugas kepolisian bagian registrasi dan permohonan,
memberitahukan kepada petugas Kepolisian dan PT. Asuransi jasa raharja apabila
ditemukan kekeliruan atau kekurangan persyaratan administrasi yang diperlukan.
Tugas PT. Asuransi Jasa Raharja adalah menerima dan meneliti berkas
yang diterima dari petugas Dispenda, menetapkan SWDKLLJ dan dendanya yang
harusdibayar oleh pemohon, membuktikan penetapan SWDKLLJ, dan
meneruskan berkas tersebut kepada sub kelompok kerja pengetikan.
Kantor SAMSAT sebagai organisasi pelaksana tugas membuat atau
merancang konsepsi-konsepsi untuk memberdayakan segala kemapuan agar dapat
melaksanakan tugas pengutipan pajak kendaraan bermotor secara efektif, dimana
persyaratannya adalah keahlian aparatur, seperti kemampuan mengidentifikasi dan
mengelompokkan pekerjaan, menyiapkan personalia untuk menangani
pelaksanaan tugas-tugas, mengetahui wewenang dan tanggung jawab, serta
Dari 30 UPT SAMSAT yang ada di Sumatera Utara2 yang menjadi lokasi
penelitian peneliti yakni kantor Bersama SAMSAT Balige. Kabupaten Toba
Samosir memilik 16 kecamatan3, dimana tujuh sari 16 kecamatan ini jauh dari
ibukota kabupaten. Berdasarkan pengamatan peneliti tingkat pertumbuhan
pengguna kendaraan di Kabupaten Toba Samosir ini meningkat dimana pada
tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor (masih ikut Kab. Samosir) sebanyak
17.487 unit dan pada tahun 2011 jumlah kndaraan bermotor (kab.Samosir sudah
pisah) berjumlah 16.647.4 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
dalam pelaksanaan pengurusan pajak kendaraan bermotor di kantor bersama
SAMSAT Balige masih terdapat beberapa kekurangan yakni mengenai prosedur
antar loket yang terkadang memakan waktu yang cukup lama, sehingga
mengakibatkan masih kurang efesien dalam hal waktu. Masih tidak mulusnya
koordinasi tiga lembaga di dalam kantor bersama SAMSAT ini, sehingga
memunculkan kesalahpahaman. Masih kurangnya sarana prasarana yang memadai
di kantor tersebut. Selain itu masih kurangnya sumberdaya manusia untuk
melayani masyrakat dengan begitu tingginya laju pertumbuhan kendaraan
bermotor di Kab. Toba Samosir, dimana masih terdapatnya tenaga honorer yang
berjumlah 12 orang di dispenda. Masalah juga terdapat dimasyarakat yakni masih
kurangnya informasi mengenai prosedur dan mekanisme pembayaran PKB/
BBN-KB kendaraan yang dimiliki. Selain itu juga masyarakat masih kurang sadar akan
pembayaran PKB/ BBN-KB tepat pada waktunya.
2 Sekilas info Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara dan Pergub Sumatera Utara No.44 tahun 2010
3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kab. Toba Samosir 2010 4
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dan mengungkapkannya dalam bentuk skripsi dengan
judul : “ Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) pada Kantor Bersama SAMSAT Balige”
I.2 Fokus Masalah dan Perumusan Masalah
Fokus masalah dari penelitian ini adalah mengenai implementasi kebijakan
pelayanan SAMSAT dalam pengurusan Surat Pajak Kendaraan Bermotor
(SPKB).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan , maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi kebijkan sistem
adminitrasi manunggal satu atap pada kantor bersama SAMSAT Balige?”
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak
dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan sistem
administrasi manunggal satu atap di kantor bersama Balige.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:
a. Manfaat Ilmiah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan
informasi tambahan bagi dunia pendidikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan kepada
SAMSAT UPT Balige dalam rangka peningkatan pengmplementasian
kebijakan sistem administrasi manunggal satu atap.
c. Manfaat Praktis
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam hal mengaplikasikan
ilmu.
I.5 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubuingan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah
yang penting. Teori adalah konsep konsep dan generalisasi hasil penelitian yang
dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.5
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir untuk memecahkan masalah,
perlu adanya pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu
kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah tersebut disoroti.6
Berdasarkan uraian diatas maka, peneliti mengemukakan beberapa teori,
pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam
penelitian ini.
I.5.1 Kebijakan Pubik
Pada dasarnya terdapat banyak batasan dan defenisi mengenai apa yang
dimaksud dengan kebijakan public (public policy). Masing masing defenisi
5
Sugyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm 52
6
tersebut member penekanan yang berbeda beda. Perbedaan itu timbul karena
masing- masing ahli mempunyai latar belakang yang beragam.
Menurut Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chose to do
or not to do). Sementara itu, istilah public dalam rangkaian kata public policy
mengandung tiga konotasi : pemerintah, masyarakat dan umum. Ini dapat dilihat
dalam subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek,
kebijakan public dari pemerintah. Kebijakan dari pemerintah yang dianggap
kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat
memaksa masyarakat untuk mematuhinya. Dalam dimensi lingkungan yang
dikenai kebijakan, pengertian public disini adalah masyarakat.7
Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan, berpendapat bahwa
kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah masalah publik atau
pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para
pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun paea politis untuk
memecahkan masalah masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan
public merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukakn secara terus menerus
oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan
secara luas.
Sedangkan menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas
pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung
7
maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyrakat. Dalam
pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari
tindakan pemerintah yaitu :8
a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh poitisi,
pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan
menggunakan kekuatan politik untuk mempengaruhi kehidupan
masyrakat.
b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada
level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan,
penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam
bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyrakat.
c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijkan
yang mempengaruhi kehidupan masyrakat.
James Anderson mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, seperti berikut:
a. Public policy is purposive, goal- oriented behavior rather than
random or chance behavior. Setiap kebijakan harus ada tujuannya.
Artinya, pembuatan suatu kebijakan tidak boleh sekedar asal buat
saja atau karena kebetulan ada kesempatan membuatnya. Bila tidak
ada tujuan, tidak perlu ada tujuan.
b. Public policy consists of course of action rather than separate
discrete decision or actions performed by government officials.
8
Maksudnya, suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari
kebijkan lain, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam
masyarakat, dan berorientasi pada pelaksanaan, interpretasi dan
penegakan hokum.
c. Policy is what government do not what they say will do or what
they intend to do. Kebijakan adalah apa yang dilakukan
pemerintah, bukan apa yang diinginkan pemerintah.
d. Public policy may be either negative or positive. Kebijakan dapat
berbentuk negative atau melarang dan juga dapat berupa
pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan.
e. Public policy is based on law and is authoritative. Kebijakan
didasarkan pada hokum, karena memiliki kewenangan untuk
memaksa masyrakat untuk mematuhinya.
A. Tahapan Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu bebrapa ahli politik
menaruh minat untuk mengkaji kebijakan public membagi proses- proses
penyusunan kebijakan public ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti
ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Berikut tahapan
kebijkan public :9
9
Budi Winarno. 2002. Kebijakan PublikTeori dan Proses. Jakarta : Bumi Aksara, hlm 28
Penyusunan Agenda
↓
→Formulasi Kebijakan
a. Tahapan penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada
agenda publik. Sebelumnya masalah masalah ini berkompetisi terlebih
dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Apada
akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus
kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama
sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut
ditunda untuk waktu yang lama.
b. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Masalah- masalah tadi didefenisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan
masalah tersebut berasal dari berbagai alternative atau pilihan
kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah
untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahapan perumusan
kebijakan masing masing alternative bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
c. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternative kebijakan yang ditawarkan oleh
para perumusan kebijakan, pada akhirnya salah satu alternative
kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
legislative, consensus antara direktur lembaga atau keputusan
d. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan elit, jika
program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program
kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecah masalah
harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan- badan
administrasi maupun agen- agen pemerintah ditingkat bawah.
Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit- unit administrasi
yang memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap
implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun
beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
e. Evaluasi kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yan telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah
mampu memecahkan masalh. Kebijkan public pada dasarnya dibuat
untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki
masalah yang dihadapi masyrakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-
ukuran atau criteria yang mebjadi dasar untuk menilai apakah
I.5.2 Implementasi Kebijakan Publik
A. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Menurut Mazmanian dan Sabatier10 yang dimaksud dengan implementasi
adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang
undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah atau keputusan keputusan
eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan
tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas
tujuan / sasran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan/
mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui
sejunlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang
undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan
oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesedian dilaksanakan keputusan tersebut oleh
kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari out
put tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan badan yang
mengambil keputusan dan akhirnya perbaikan perbaikan penting (atau upaya
untuk melakukan perbaikan perbaikan ) terhadap undang- undang/ peraturan yang
bersangkutan.
Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan
menurut Tangkilisan11 adalah :
a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna
program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat
dijalankan
10
Solichib A. Wahab. 2004. Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara, hlm 64
11
b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan
program kedalam tujuan kebijakan.
c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi
pelayanan, upah dan lain- lainnya.
Meter dan Horn (1975)12, mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu
maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang
dirumuskan didalam kebijakan.
Maka berikut ini adalah pengertian tentang implementasi kebijakan yang
sangat sederhana, yakni:
“Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang- undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif atau Instruksi
Presiden.13
Menurut Wibawa, Implementasi kebijakan merupakan pengejahwartakan
keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam undang
undang namun juga dapat berbentuk instruksi instruksi eksekutif yang penting
atau keputusan keputusan perundangan. Idealnya keputusan keputusan tersebut
menjelaskan masalah masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang
hendak dicapai dan dalam berbagai cara menggambarkan struktur proses
implementasi tersebut. Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan
12
Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 15
13
arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan
pemerintah.14
Menurut Subarsono15 implemntasi dari suatu program melibatkan upaya
upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrasi pelaksana agar
bersedia membrikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Menurut
Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan16, bahwa implementasi berkaitan dengan
berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program dimana posisi ini
badan badan eksekutif mengatur cara mengoganisir, menginterpretasikan dan
menerapkan kebijakan yang telah diseleksi sehingga mampu mengatur secara
efektif dan efisien sumber daya, unit unit dan teknik yang dapat mendukung
pelaksana program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah
dibuat.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implemntasi
kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan upaya pembuat
kebijakan untuk mempengaruhi perilaku pelaksanaan kebijakan, dimana
pelaksana kebijakan melakukan aktifitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya
akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan
itu sendiri. Jadi, tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan
dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang undangan atau kebijakan
ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk
output yang jelas dan dapat diukur. Dengan demikian, tugas implementasi
14
Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 15
A. G Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm 87
16
kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan tujuan kebijakan
mencapai hasil melalui aktifitas atau kegiatan dari program pemerintah.
B. Model- model Implementasi Kebijakan
Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program
menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan
tersebut. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu
berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi
kebijakan.
Sekalipun banyak dikembangkan model model yang membahas tentang
implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa
model implementasi kebijakan yang relative baru dan banyak mempengaruhi
berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli.
Berikut beberapa model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :
a. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn, yang disebut sebagai model proses implementasi kebijakan
Menurut Meter dan Horn ada enam variable yang mempengaruhi kinerja
implementasi17, yakni :
1. Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat
direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
17
multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen
implementasi.
2. Sumberdaya
Kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human
resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resource).
Dalam berbagai kasus Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk
kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas
aparat pelaksanaan.
3. Hubungan antar Organisasi
Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan
koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik agen pelaksana
Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur
birokrsi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam
birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu
program.
5. Kondisi sosial, politik dan ekonomi
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi
bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite
politik mendukung implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni :
a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;
b) kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan; dan
c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki
oleh implementor.
Gambar II.1. Model Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Sumber :Subarsono (2005 : 99)
Komunikasi antarorganisasi dan kegiatan pelaksanaan
Ukuran dan tujuan organisasi
Sumber daya
Lingkungan ekonomi dan politik Karakteristik badan pelaksana
Disposisi pelaksana
b. Model Edward18
George Edward II, menegaskan bahwa ada empat variable yang mempenagruhi
implementasi kebijakan publik :
1) Komunikasi
Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi
kebijakan, yakni:
a.Transmisi
Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus
menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk
pelaksananya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang
langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukana
keputusan-keputusan diabaikan atau seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan
yang dikeluarkan.
Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan
perintah-perintah implementasi. Pertama, pertentangan pendapat pelaksana dengan
pemerintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Hal ini terjadi karena
para pelaksana menggunakan keleluasaannya yang tidak dapat mereka elakkan
dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum. Kedua,
informasi melewati berlapis-lapis hirarki. Ketiga, persepsi yang efektif dan
ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu
kebijakan.
b.Konsistensi
Jika implementasi ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan
harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsurkejelasan,
18
tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah akan memudahkan para
pelaksana kebijakna menjalankan tugasnya dengan baik.
c.Kejelasan
Edwards mengidentifikasikan enam faktor terjadinya ketidakjelasan
komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan,
keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya
konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu
kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat pembuatan
kebijakan pengadilan.
2) Sumber Daya
Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif,
tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.
Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi
implementor, informasi, fasilitas dan sumber daya finansial.
3) Disposisi (kecendrungan atau tingkah laku)
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki
disposisi dengan baik, maka dia akan dapat menjalankan kabijakan dengan baik
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memilki
sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga menjadi efektif.
Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur
yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar
(standard operting procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap
implementasi dalam bertindak.
Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan
pengawasaan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Gambar 1.2 Model Teori George Edward III
Sumber Subarsono (2005 : 90)
C. Model Implementasi Kebijakan Yang Digunakan
Komunikasi
Struktur Organisasi
Sumberdaya
Disposisi
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model teori
implementasi George C.Edward yang dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:
1. Komunikasi
Persyaratan utama bagi implementasi kebijakan adalah bahwa mereka
yang harus mengimplementasikan suatu keputusan harus tahu apa yang
mereka harus kerjakan. Keputusan kebijakan dan peraturan implementasi
mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat sebelum bisa diikuti.
Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan dan komunikasi
mesti secara akurat pula diterima oleh para implementor. Aspek lain dari
komunikasi adalah konsistensinya, keputusan kontradiksi mengacaukan
dan membuat frustasi staf administrative dan memaksa kemampuannya
untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif. Petunjuk
implementasi juga harus jelas. Seringkali perintah yang disampaikan
kepada para implementor janggal dan tidak merincikan kapan dan
bagaimana sebuah program dilakukan, hal ini dapat menimbulkan hal yang
bertentangan dengan undang-undang.
2. Sumberdaya
Sumber daya adalah kritis bagi implementasi kebijakan yang efektif. tanpa
adanya sumberdaya, kebijakan yang ada diatas kertas bukan merupakan
kebijakan dalam praktek dan penyimpangan pun tetrjadi.
Keterampilan sebagaimana juga jumlahnya adalah sebuah karakteristik
penting dari staf untuk implementasi kebijakan. Kurangnya bangunan,
perlengkapan dan persediaan yang esensial serta batasan anggaran bisa
diuji. Hal ini pada gilirannya membatasi kualitas pelayanan dimana para
impelementor memberikan kepada publik.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga di dalam
pendekatan terhadap studi impelemtasi kebijakan public. Jika impelemtasi
adalah untuk melanjutkan secara efektif, bukan saja mesti para
implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk
melakukannya, melainkan mereka juga mesti berkehendak untuk
melakukan suatu kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
Bahkan jika sumberdaya yang cukup untuk mengimplentasikan sebuah
kebijakan itu ada dan para impelen tor tahu apa yang harus dikerjakan dan
ingin mengerjakannya, implementasi mungkin masih dicegah karena
kekurangan dalam struktur organisasi. Fragmentasi organisasional
mungkin merintangi koordinasi yang perlu untuk mengimplementasikan
dengan sukses sebuah kebijakan kompleks yang mensyaratkan kerjasama
banyak orang, dan mungkin juga memboroskan sumberdaya langka. Salah
satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
I.5.3 Pelayanan Publik
A. Pengertian Pelayanan Publik
Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,
menyebutkan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Secara sederhana pelayanan berarti melayani suatu jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat disegala bidang. Menurut KEPMENPAN 81/93, pelayanan
adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Ratminto19, pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan,
baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di
daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sementara menurut Kurniawan20, pelayanan
publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang ditetapkan.
Pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasaan
pelanggan dalam hal ini adalah masyarakat. Selain itu, membangun kesan yang
dapat memberikan citra positif dimata pelanggan karena jasa pelayanan yang
diberikan dengan biaya yang terkendali/ terjangkau bagi pelanggan (masyarakat)
yang membuat pelanggan terdorong/termotivasi untuk bekerja sama/berperan aktif
dalam pelaksanaan pelayanan yang baik.
Tujuan dari pelayanan publik adalah memuaskan dan atau sesuai dengan
keinginan masyarakat/pelanggan. Pada umumnya, untuk mencapai hal ini
diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Kualitas/mutu pelayanan adalah kesesuaian antara harapan dan
keinginan dengan kenyataan.
19
Ratminto dan Atik S. Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan (Pengembangan Model Konseptual Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal). Yogyakrta : Pustaka Belajar, hlm 5
20
Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai
abdi masyarakat. Asas pelayanan Publik adalah21:
a. Transparan
Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Kondisonal.
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektifitas.
d. Partisipatif.
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
e. Kesamaan Hak.
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama
gender dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberian dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
21
Pelayanan juga dapat diberi makna dalam kata respek. Respek dalam
kegiatan pelayanan dapat diartikan menghormati atau menghargai kepentingan
orang lain. Dengan demikian, maka dalam menyajikan pelayanan hendaknya
menambahkan sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang, dan itu adalah
ketulusan dan integritas.
Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani.
Pengakuan ini bukan dari aparatur tetapi dari customer/pelanggan dan dalam hal
ini adalah masyarakat.
Sementara itu, masyarakat sebagai pengguna jasa mempunyai hak hak
(pasal 18 UU no.25/ 2009 tentang Pelayanan Publik), yakni:
a. Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan
b. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan
c. Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan
d. Mendapat advokasi, perlindungan dan/ atau pemenuhan
pelayanan
e. Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak
sesuai dengan standar pelayanan
f. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki
pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai
dengan standar pelayanan.
g. Mengadukan pelaksanaan yang melakukan peyimpangan
standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan
h. Mengadukan pelaksanaan yang melakukan peyimpangan
standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan
kepada Pembina penyelenggara dan ombudsman.
i. Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan
tujuan pelayanan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur
pemerintah kepada publik didalam suatu oraganisasi atau instansi untuk
memenuhi kebutuhan penerima layanan publik/ masyarakat itu merasakan
kepuasan. Atau pada hakekatnya pelayanan publik merupakan pemberian layanan
prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur
pemerintah sebagai abdi masyarakat.
B. Bentuk Bentuk Pelayanan Publik
Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Adapun
kegiatan yang dilakukan oleh aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam
bentuk.
Menurut Moenir bentuk pelayanan ada tiga macam, yaitu22:
1. Pelayanan dengan lisan.
Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang
hubungan masyarakat, bidang pelayanan informasi, dan bidang-bidang lainnya
yang bertugas memberikan pejelasan atau keterangan kepada masyarakat
mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.
22
Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu:
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang
tugasnya
b. Mampu memberikan penjelesan mengenai apa saja yang diperlukan
dengan lancar, singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi
mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku dengan sopan dan ramah tamah.
d. Meski dalam keadaan sepi, tidak berbincang dan bercanda dengan
sesama pegawai karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan
melalaikan tugas.
2. Pelayanan melalui tulisan.
Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian
penjelasan kepada masyarakat dengan penerangan berupa tulisan suatu informasi
mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi.
Pelayanan melalui tulisan terdiri dua macam, yaitu:
a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi, dan yang sejenis
ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan
mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.
b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,
pemberitahuan, dan lain sebagainya.
Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam
bentuk perbuatan ataupun hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan
penjelasan secara lisan.
Dalam KEPMENPAN No. 63 TAHUN 2003, pelayanan publik dibagi
berdasarkan tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok pelayanan administratatif, yaitu bentuk pelayanan yang
menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh
masyarakat atau publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikasi
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
lain-lain. Dokumen-dokumen tersebut antara lain KTP, akte kelahiran,
buku pemilikan kendaraan bermotor, STNK, dan lain-lain.
2. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan publik, misalnya jaringan
telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.
3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan,
pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain.
I.5.4. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor
A. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang
a. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian
b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau
komponen-komponen secara teratur
Sedangkan sistem merupakan suatu totalitas himpunan dari bagian-bagian
yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu dalam suatu lingkungan.
Jadi, sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang saling
terkait antara yang satu dengan yang lain. Bagian atau anak cabang dari suatu
sistem menjadi induk dari bagian selanjutnya, begitulah seterusnya hingga bagian
yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan menganggu kestabilan sistem itu
sendiri secara keseluruhan.
Ada beberapa definisi administrasi, yaitu:
a. Suatu keseluruhan istilah yang meliputi banyak subjek yang semuanya
cenderung berprasangka kearah efesiensi perusahaan
b. Pelayanan-pelayanan manajemen atau pelayanan kantor perusahaan
c. Organisasi atau suatu kantor pusat suatu perusahaan yang mengawasi
sejumlah unit-unit produksi. Defensi ini dapat berlaku dalam jenis
kelompok perusahaan yang mempunyai beberapa seksi.
Didalam buku sistem administrasi negara repbublik Indonesia oleh Inu
Kencana Syafei23, ada beberapa pengertian administrasi menurut pendapat para
ahli, yaitu:
23
a. Menurut Herbert A. Simon, administrasi dapat dirumuskan sebagai
kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama
b. Menurut The Liang Gie, administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan
penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam
kerjasama mencapai tujuan tertentu
c. Menurut Sondang P. Siagian administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu
pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Menurut Hadari Nawawi, administrasi adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama kelompok manusia untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Stephen P. Robins administrasi adalah proses universal yang
berupa menyelesaikan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna bersama dan
melalui orang lain. Dalam setiap pengertian administrasi selalu ada 3 hal umum
yang dicakup yaitu sasaran-sasaran, sumber-sumber yang terbatas dan
orang-orang. Jadi administrasi dapat diartikan sebagai seluruh proses organisasi baik itu
organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta yang terdiri atas penentuan
tujuan dan pencapainnya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
secara berdaya guna melaui dan bersama orang-orang secara terkoordinasi dengan
menerapkan perencanaan, pembuatan keputusan dan perintah kerja, pemimpin
serta penguasaan.
Diantara pendapat para ahli tersebut, pada prinsipnya administrasi
mempunyai pengertian yang sama, yaitu antara lain:
b. Banyak orang
c. Untuk mencapai tujuan bersama
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau dalam
Bahasa Inggris one roof system, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk
untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang
kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung.
Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT) adalah pelayanan administrasi dalam
pengurusan kendaraan bermotor. Pelayanan pengurusan pajak kendaraan bermotor
dan bea balik nama diberikan oleh Dinas Pendapatan Provinsi, Asuransi
Kecelakaan Lalu Lintas oleh Jasa Raharja, sedangkan pengurusan surat-surat
kendaraan bermotor seperti BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), plat
nomor, dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) diberikan oleh kepolisian.
Namun dengan adanya SAMSAT, kesemuanya dapat dilayani dalam satu atap,
atau bahkan satu loket.
SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), dimana
didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI) yang mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi
dan identifikasi kendaraan bermotor, Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor
(BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).
Peningkatan pelayanan prima dikantor bersama SAMSAT adalah
merupakan kebutuhan organisasi untuk merespon tuntutan dan harapan
SAMSAT memberikan pelayanan yang baik dengan mengembangkan paradigma
kepemerintahan yang ditandai dengan adanya: transparansi, akuntabilitas,
penegakan hukum, profesionalisme, kesetaraan dan lain sebagainya.
B. Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Pajak adalah satu komponen pendapatan yang sangat penting bagi
perkembangan dan pembangunan bangsa. Di sini pajak digunakan untuk
pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat dalam
bentuk subsidi
Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih
beserta gandengnya yang digunakan dijalan umum, dan digerakkan oleh peralatan
teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah
sumber daya atau energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan yang
bersangkutan, tidak termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar. Pajak kendaraan
bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.
Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan
bermotor alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang atau
barang dijalan umum.
Dikecualikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan
dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh:
b. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga
internasional dengan asas timbal balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara
c. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah
Subjek pajak kendaran bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak
kendaraan bermotor adalah orang pribadi dan atau badan yang memiliki
kendaraan bermotor.
Sementara itu dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai
perkalian dari dua unsur pokok, yaitu:
a. Nilai jual kendaraan bermotor (diperoleh berdasarkan harga pasaran
umum atas suatu kendaraan bermotor)
b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut.
Setiap orang yang mempunyai kendaraan bermotor wajib memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak kendaraannya setiap tahun melalui kantor
samsat dimana kendaraan itu terdaftar.
Persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum menuju kantor samsat antara
lain :
• fotocopy BPKB,
• fotocopy STNK yang habis masa pajaknya,
• fotocopy KTP.
Kalau semua syarat ini dilengkapi maka nanti saat di kantor samsat tinggal
mengikuti prosedur yang ada. Penyelengaraan registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor dalam bentuk BPKB (Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor)
bagi masyarakat juga. Dalam perundang-undangan sebagaimana tercantum pada
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 pasal 175 PP No.44 Tahun 1993
disebutkan bahwa “sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah terdaftar
diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan
bermotor serta Tanda Nomor Kendaraan Bermotor”. Dengan adanya Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor dan Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor maka
pengurusan pajak kendaraan dapat dilakukan untuk mmenuhi peraturan sebagai
masyarakat wajib pajak.
I.5.5 Defenisi Konsep
Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri ciri yang berkaitan
dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain lain sejenis. Konsep
diciptakan dengan mengelompokkan objek objek atau peristiwa yang merupakan
cirri cirri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah
pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamankan persepsi tentang
apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat
mengaburkan tujuan penelitian.24
Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep konsep yang akan
digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang
melibatkan upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku
pelaksanaan kebijakan, dimana pelaksana kebijakan melakukan aktifitas
atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang
sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
24
2. Implementasi Kebijakan publik adalah suatu proses yang dinamis, dimana
pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga
pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan
atau kebijakan itu sendiri. Model implementasi kebijakan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Model George C.Edward yang dipengaruhi
oleh empat variabel, yaitu sebagai berikut:
a. Komunikasi
b. Sumberdaya
c. Disposisi Implementor
d. Struktur Birokrasi
I.5.6 Defenisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah
dirumuskan dalam bentuk indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari
suatu penelitian. Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam
pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang
dianalisis dari variabel tersebut. Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan
sistem administrasi di bawah satu atap diukur dengan indikator sebagai berikut:
1. Struktur Birokrasi, yag mencakup:
a. Standar Operating Procedures yang digunakan dalam pengurusan
pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu
b. Fragmentasi, yakni koordinasi oleh instansi terkait dalam pengurusan
pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu
atap.
2. Sumber daya, mencakup :
a. Sumber daya manusia yaitu jumlah pegawai yang terdapat dalam
pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi
manunggal satu atap, serta kompetensi yang dimiliki oleh masing
masing pegawai.
b. Sumber daya financial yaitu anggaran yang diperlukan
menyelenggarakan sistem administrasi manunggal satu atap.
c. Fasilitas yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sistem
administrasi manunggal satu atap.
3. Komunikasi, mencakup :
a. Sosialisasi terhadap masyarakat
b. Komunikasi vertical dan horizontal di instansi dalam pengurusan pajak
kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.
4. Disposisi, yang mencakup:
a. Tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi
manunggal satu atap.
b. Respon implementor terhadap kebijakan dalam pengurusan pajak
kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.
Bab ini memuat latar belakang, fokus masalah dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,
defenisi konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian, sejarah
singkat dan visi serta misi organisasi.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau
berupa dokumen yang akan di analisis.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan analisa data yang diperoleh pada saat penelitian
BAB VI : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari
hasil penelitian.