• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) (Studi pada Kantor SAMSAT UPT Balige)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) (Studi pada Kantor SAMSAT UPT Balige)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Peningkatan penggunaan transportasi oleh masyarakat Indonesia sangat

tinggi, dimana dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Hampir setiap hari kita

melihat semakin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang

bermunculan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang

terus meningkat dari tahun ke tahun yang berdampak pula akan kebutuhan alat

transportasi guna untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari.

Sampai dengan tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di seluruh

Indonesia telah mencapai lebih dari 20 juta yang 60% adalah sepeda motor

sedangkan pertumbuhan populasi untuk mobil sekitar 3-4% dan sepeda motor

lebih dari 4% per tahun (data dari Departemen Perhubungan). Banyaknya

pengguna kendaraan bermotor secara tidak langsung berkaitan dengan

penambahan pajak daerah dalam hal pajak kendaraan bermotor. Pemilik

kendaraan bermotor haruslah membayar pajak kendaraan bermotor.

(2)

Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang cukup strategis, karena

posisinya yang berada pada jalur pelayaran selat Malaka. Sumatera Utara

memiliki luas mencapai 71,680 Km atau sekitar 3,5 persen dari total luas

Indonesia. Secara umum, Sumatera Utara terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu

kawasan Pantai Barat, kawasan Dataran Tinggi, dan kawasan Pantai Timur.

Kawasan Pantai Timur pada umumnya lebih maju dibandingkan dengan Dataran

Tinggi apalagi daerah Pantai Barat.

Pembangunan diberbagai daerah di Indonesia khususnya di Provinsi

Sumatera Utara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara

khusus melalui peningkatan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah

sehingga lebih efisien dan efektif dalam merespon tuntutan masyarakat yang

sangat tinggi dengan berbagai karakteristik masing-masing.

Sebelum dilaksanakannya otonomi daerah, dilihat dari nilai proyek yang

dikerjakan, pembangunan yang dilaksanakan sebenarnya dapat dirasakan oleh

seluruh desa, namun sumber pembiayaan atau pendanaan masih didukung oleh

anggaran pemerintah pusat, sehingga daerah tidak dapat mengembangkan

daerahnya sendiri secara maksimal dan mandiri.

Berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan daerah, telah memberikan dampak yang sangat luas

terhadap pelaksanaan pemerintah di daerah, otonomi yang diberikan kepada

daerah merupakan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Pemberian otonomi berimplikasi menimbulkan kewenangan dan

kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah secara

(3)

dilaukan secara proporsional dan berkeadilan. Pemanfaatan sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan pada

kewenangan yang diberikan kepada daerah.

Dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

tersebut juga dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia

dilakukan berdasarkan 3 azas, yaitu: dekonsentrasi, desentralisasi, dan azas

pembantuan.

Azas dekonsentrasi yaitu wewenang pengelolaan pembangunan daerah

awalnya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, tetapi telah dilimpahkan

kewenangannya kepada kepada pemerintah daerah. Sedangkan desentralisasi itu

pada dasarnya adalah kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk

melaksanakan pembanguan didaerahnya sendiri. Selanjutnya azas pembantuan

adalah bahwa pemerintah daerah membantu melaksanakan tugas-tugas yang

dimiliki oleh pemerintah pusat didaerah, tetapi pembiayaan untuk melaksanakan

kegiatan tersebut ditanggung sendiri oleh pemerintah daerah.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat, berdasarkan ketentuan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah disebutkan bahwa pemerintah daerah dibekali berbagai

kewenangan untuk mengelola berbagai sumber pendapatan daerah, yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:

a. Pajak Daerah.

b. Hasil Retibusi Daerah

c. Laba Perusahaan Daerah

d. Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah

(4)

a. Dana Bagi Hasil

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus.

3. Lain-lain Pendapatan yang sah, yang terdiri dari:

a. Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbangan dari Pemerintah

b. Iuran Jasa Air.

Pemerintah daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah yang berasal

dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Berdasarkan hal tersebut jelas diketahui bahwa salah satu sumber

pendapatan daerah berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah pungutan daerah

menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah.

Dengan adanya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk

mengelola keuangan daerah secara tertib dan benar sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku, maka diharapkan seluruh objek penerimaan daerah, baik

berupa pajak, retribusi maupun berbagai penerimaan daerah lainnya yang sah

dapat dioptimalkan sehingga roda pemerintahan dan jalannya pembangunan dapat

terlaksana sesuai dengan program yang telah diterapkan oleh pemerintah daerah.

Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

memegang peranan penting dalam rangka membiayai urusan rumah tangga

daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

pembangunan. Dapat dikatakan penting karena tanpa pajak daerah maka otonomi

daerah tidak dapat terselenggara secara nyata dan bertanggung jawab. Oleh karena

(5)

pemikiran untuk meningkatkan pendapatan asli daerah terutama dari sektor pajak

daerah dan retribusi daerah.

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, pajak daerah terbagi dua, yaitu

1. Pajak Provinsi.

2. Pajak kabupaten kota.

Didalam Undang-undang No. 34 Tahun 2000, pasal 2 ayat 1 disebutkan

bahwasanya jenis pajak provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan

Diantara sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pajak

daerah yang cukup penting dan potensial adalah Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) karena banyak

menunjang pembiayaan daerah.

Pengelolaan pemungutan dan pengurusan pajak kendaraan bermotor

dilakukan pada satu kantor yang melibatkan beberapa unsur yang terkait didalam

pengelolaannya. Pemungutan pajak kenderaan bermotor yang dilaksanakan pada

satu kantor ini dikenal dengan istilah SAMSAT (sistem administrasi manunggal

satu atap), dimana didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara

Republik Indonesia (POLRI) yang mampunyai fungsi dan kewenangan dibidang

(6)

Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan

bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa

Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian sumbangan wajib dana

kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ).1

Sebelum dilakukan Sistem Administrasi Manuggal Satu Atap (SAMSAT)

kegiatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dilakukan tersebut

dilakukan tersendiri dikantor dinas pendapatan daerah provinsi dan

cabang-cabang dinas, begitu juga dengan penyelesaian Surat Tanda Nomor Kendaraan

(STNK) dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu lintas

(SWDKLLJ) ditempat yang berbeda pula, sehingga hal ini tidak memberikan

pelayaan yang baik bagi pemilik kendaraan bermotor, karena akan memerlukan

waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.

Keadaan seperti diatas dapat menjadi penghambat dalam usaha

memberikan pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor, dan juga dapat

menyebabkan masyarakat menjadi malas untuk mengurus pajak kendaraan

bermotor dan menjadi penghambat dalam usaha meningkatkan penerimaan dari

sekor PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ karena tidak adanya keseragaman baik

dalam hal pengurusan, administrasi, maupun besarnya tarif dalam proses

pengurusannya.

Salah satu tujuan pembentukan kantor bersama SAMSAT ini adalah untuk

memudahkan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) serta

untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam hal

pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ.

      

1

(7)

Tugas pihak kepolisian adalah sebagai penyedia permohonan dan

penerangan dengan rincian: menyediakan dan memberikan formulir permohonan

pendaftaran sesuai dengan permintaan pemohon, memberikan penerangan

mengenai kelengkapan persyaratan pendaftaran, membukukan semua formulir

yang diterima, dikeluarkan dan sisanya setiap hari, mencatat nomor formulirdan

kendaraan atau nama pemilik pada buku register formulir, memberi tanda atau

paraf pada formulir permohonan untuk setiap permohonan yang telah memenuhi

persyaratan, menerima kembali formulir yang rusak untuk diganti dengan yang

baru, menerima pembayaran PNKB.

Tugas Dispenda adalah meneliti berkas yang diterima dari petugas

kepolisian dan membubuhkan paraf atas kelengkapan persyaratan, meneruskan

bekas kepada petugas kepolisian bagian registrasi dan permohonan,

memberitahukan kepada petugas Kepolisian dan PT. Asuransi jasa raharja apabila

ditemukan kekeliruan atau kekurangan persyaratan administrasi yang diperlukan.

Tugas PT. Asuransi Jasa Raharja adalah menerima dan meneliti berkas

yang diterima dari petugas Dispenda, menetapkan SWDKLLJ dan dendanya yang

harusdibayar oleh pemohon, membuktikan penetapan SWDKLLJ, dan

meneruskan berkas tersebut kepada sub kelompok kerja pengetikan.

Kantor SAMSAT sebagai organisasi pelaksana tugas membuat atau

merancang konsepsi-konsepsi untuk memberdayakan segala kemapuan agar dapat

melaksanakan tugas pengutipan pajak kendaraan bermotor secara efektif, dimana

persyaratannya adalah keahlian aparatur, seperti kemampuan mengidentifikasi dan

mengelompokkan pekerjaan, menyiapkan personalia untuk menangani

pelaksanaan tugas-tugas, mengetahui wewenang dan tanggung jawab, serta

(8)

Dari 30 UPT SAMSAT yang ada di Sumatera Utara2 yang menjadi lokasi

penelitian peneliti yakni kantor Bersama SAMSAT Balige. Kabupaten Toba

Samosir memilik 16 kecamatan3, dimana tujuh sari 16 kecamatan ini jauh dari

ibukota kabupaten. Berdasarkan pengamatan peneliti tingkat pertumbuhan

pengguna kendaraan di Kabupaten Toba Samosir ini meningkat dimana pada

tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor (masih ikut Kab. Samosir) sebanyak

17.487 unit dan pada tahun 2011 jumlah kndaraan bermotor (kab.Samosir sudah

pisah) berjumlah 16.647.4 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,

dalam pelaksanaan pengurusan pajak kendaraan bermotor di kantor bersama

SAMSAT Balige masih terdapat beberapa kekurangan yakni mengenai prosedur

antar loket yang terkadang memakan waktu yang cukup lama, sehingga

mengakibatkan masih kurang efesien dalam hal waktu. Masih tidak mulusnya

koordinasi tiga lembaga di dalam kantor bersama SAMSAT ini, sehingga

memunculkan kesalahpahaman. Masih kurangnya sarana prasarana yang memadai

di kantor tersebut. Selain itu masih kurangnya sumberdaya manusia untuk

melayani masyrakat dengan begitu tingginya laju pertumbuhan kendaraan

bermotor di Kab. Toba Samosir, dimana masih terdapatnya tenaga honorer yang

berjumlah 12 orang di dispenda. Masalah juga terdapat dimasyarakat yakni masih

kurangnya informasi mengenai prosedur dan mekanisme pembayaran PKB/

BBN-KB kendaraan yang dimiliki. Selain itu juga masyarakat masih kurang sadar akan

pembayaran PKB/ BBN-KB tepat pada waktunya.

      

2 Sekilas info Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara dan Pergub Sumatera Utara No.44 tahun 2010

3

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kab. Toba Samosir 2010 4

(9)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dan mengungkapkannya dalam bentuk skripsi dengan

judul : “ Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) pada Kantor Bersama SAMSAT Balige”

I.2 Fokus Masalah dan Perumusan Masalah

Fokus masalah dari penelitian ini adalah mengenai implementasi kebijakan

pelayanan SAMSAT dalam pengurusan Surat Pajak Kendaraan Bermotor

(SPKB).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan , maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi kebijkan sistem

adminitrasi manunggal satu atap pada kantor bersama SAMSAT Balige?”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak

dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan sistem

administrasi manunggal satu atap di kantor bersama Balige.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:

a. Manfaat Ilmiah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan

informasi tambahan bagi dunia pendidikan.

(10)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan kepada

SAMSAT UPT Balige dalam rangka peningkatan pengmplementasian

kebijakan sistem administrasi manunggal satu atap.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam hal mengaplikasikan

ilmu.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubuingan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah

yang penting. Teori adalah konsep konsep dan generalisasi hasil penelitian yang

dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.5

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir untuk memecahkan masalah,

perlu adanya pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu

kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah tersebut disoroti.6

Berdasarkan uraian diatas maka, peneliti mengemukakan beberapa teori,

pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam

penelitian ini.

I.5.1 Kebijakan Pubik

Pada dasarnya terdapat banyak batasan dan defenisi mengenai apa yang

dimaksud dengan kebijakan public (public policy). Masing masing defenisi

      

5

Sugyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm 52

6

(11)

tersebut member penekanan yang berbeda beda. Perbedaan itu timbul karena

masing- masing ahli mempunyai latar belakang yang beragam.

Menurut Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chose to do

or not to do). Sementara itu, istilah public dalam rangkaian kata public policy

mengandung tiga konotasi : pemerintah, masyarakat dan umum. Ini dapat dilihat

dalam subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek,

kebijakan public dari pemerintah. Kebijakan dari pemerintah yang dianggap

kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat

memaksa masyarakat untuk mematuhinya. Dalam dimensi lingkungan yang

dikenai kebijakan, pengertian public disini adalah masyarakat.7

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan, berpendapat bahwa

kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-

sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah masalah publik atau

pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para

pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun paea politis untuk

memecahkan masalah masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan

public merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukakn secara terus menerus

oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam

masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan

secara luas.

Sedangkan menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas

pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung

      

7

(12)

maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyrakat. Dalam

pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari

tindakan pemerintah yaitu :8

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh poitisi,

pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan

menggunakan kekuatan politik untuk mempengaruhi kehidupan

masyrakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada

level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan,

penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam

bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyrakat.

c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijkan

yang mempengaruhi kehidupan masyrakat.

James Anderson mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, seperti berikut:

a. Public policy is purposive, goal- oriented behavior rather than

random or chance behavior. Setiap kebijakan harus ada tujuannya.

Artinya, pembuatan suatu kebijakan tidak boleh sekedar asal buat

saja atau karena kebetulan ada kesempatan membuatnya. Bila tidak

ada tujuan, tidak perlu ada tujuan.

b. Public policy consists of course of action rather than separate

discrete decision or actions performed by government officials.

      

8

(13)

Maksudnya, suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari

kebijkan lain, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam

masyarakat, dan berorientasi pada pelaksanaan, interpretasi dan

penegakan hokum.

c. Policy is what government do not what they say will do or what

they intend to do. Kebijakan adalah apa yang dilakukan

pemerintah, bukan apa yang diinginkan pemerintah.

d. Public policy may be either negative or positive. Kebijakan dapat

berbentuk negative atau melarang dan juga dapat berupa

pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan.

e. Public policy is based on law and is authoritative. Kebijakan

didasarkan pada hokum, karena memiliki kewenangan untuk

memaksa masyrakat untuk mematuhinya.

A. Tahapan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena

melibatkan banyak variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu bebrapa ahli politik

menaruh minat untuk mengkaji kebijakan public membagi proses- proses

penyusunan kebijakan public ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti

ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Berikut tahapan

kebijkan public :9

      

9

Budi Winarno. 2002. Kebijakan PublikTeori dan Proses. Jakarta : Bumi Aksara, hlm 28

Penyusunan Agenda 

↓ 

→Formulasi Kebijakan  

(14)

a. Tahapan penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Sebelumnya masalah masalah ini berkompetisi terlebih

dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Apada

akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus

kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama

sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut

ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah- masalah tadi didefenisikan

untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan

masalah tersebut berasal dari berbagai alternative atau pilihan

kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah

untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahapan perumusan

kebijakan masing masing alternative bersaing untuk dapat dipilih

sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternative kebijakan yang ditawarkan oleh

para perumusan kebijakan, pada akhirnya salah satu alternative

kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

legislative, consensus antara direktur lembaga atau keputusan

(15)

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan elit, jika

program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program

kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecah masalah

harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan- badan

administrasi maupun agen- agen pemerintah ditingkat bawah.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit- unit administrasi

yang memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap

implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun

beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Evaluasi kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yan telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah

mampu memecahkan masalh. Kebijkan public pada dasarnya dibuat

untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki

masalah yang dihadapi masyrakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-

ukuran atau criteria yang mebjadi dasar untuk menilai apakah

(16)

I.5.2 Implementasi Kebijakan Publik

A. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Mazmanian dan Sabatier10 yang dimaksud dengan implementasi

adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang

undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah atau keputusan keputusan

eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan

tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas

tujuan / sasran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan/

mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui

sejunlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang

undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan

oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesedian dilaksanakan keputusan tersebut oleh

kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari out

put tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan badan yang

mengambil keputusan dan akhirnya perbaikan perbaikan penting (atau upaya

untuk melakukan perbaikan perbaikan ) terhadap undang- undang/ peraturan yang

bersangkutan.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan

menurut Tangkilisan11 adalah :

a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna

program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat

dijalankan

      

10

Solichib A. Wahab. 2004. Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara, hlm 64

11

(17)

b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan

program kedalam tujuan kebijakan.

c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, upah dan lain- lainnya.

Meter dan Horn (1975)12, mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu

maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang

dirumuskan didalam kebijakan.

Maka berikut ini adalah pengertian tentang implementasi kebijakan yang

sangat sederhana, yakni:

“Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses

melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang- undang,

Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif atau Instruksi

Presiden.13

Menurut Wibawa, Implementasi kebijakan merupakan pengejahwartakan

keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam undang

undang namun juga dapat berbentuk instruksi instruksi eksekutif yang penting

atau keputusan keputusan perundangan. Idealnya keputusan keputusan tersebut

menjelaskan masalah masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang

hendak dicapai dan dalam berbagai cara menggambarkan struktur proses

implementasi tersebut. Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan

      

12

Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 15

13

(18)

arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan

pemerintah.14

Menurut Subarsono15 implemntasi dari suatu program melibatkan upaya

upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrasi pelaksana agar

bersedia membrikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Menurut

Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan16, bahwa implementasi berkaitan dengan

berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program dimana posisi ini

badan badan eksekutif mengatur cara mengoganisir, menginterpretasikan dan

menerapkan kebijakan yang telah diseleksi sehingga mampu mengatur secara

efektif dan efisien sumber daya, unit unit dan teknik yang dapat mendukung

pelaksana program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah

dibuat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implemntasi

kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan upaya pembuat

kebijakan untuk mempengaruhi perilaku pelaksanaan kebijakan, dimana

pelaksana kebijakan melakukan aktifitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya

akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan

itu sendiri. Jadi, tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan

dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang undangan atau kebijakan

ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk

output yang jelas dan dapat diukur. Dengan demikian, tugas implementasi

      

14

Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 15

 A. G Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm 87 

16

(19)

kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan tujuan kebijakan

mencapai hasil melalui aktifitas atau kegiatan dari program pemerintah.

B. Model- model Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program

menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan

tersebut. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu

berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi

kebijakan.

Sekalipun banyak dikembangkan model model yang membahas tentang

implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa

model implementasi kebijakan yang relative baru dan banyak mempengaruhi

berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli.

Berikut beberapa model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :

a. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn, yang disebut sebagai model proses implementasi kebijakan

Menurut Meter dan Horn ada enam variable yang mempengaruhi kinerja

implementasi17, yakni :

1. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat

direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi

      

17

(20)

multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen

implementasi.

2. Sumberdaya

Kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human

resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resource).

Dalam berbagai kasus Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk

kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas

aparat pelaksanaan.

3. Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan

koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan

kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur

birokrsi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam

birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu

program.

5. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana

kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi

(21)

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite

politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni :

a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;

b) kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan; dan

c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor.

Gambar II.1. Model Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Sumber :Subarsono (2005 : 99)

Komunikasi antarorganisasi dan kegiatan pelaksanaan

Ukuran dan tujuan organisasi

Sumber daya

Lingkungan ekonomi dan politik Karakteristik badan pelaksana

Disposisi pelaksana

(22)

b. Model Edward18

George Edward II, menegaskan bahwa ada empat variable yang mempenagruhi

implementasi kebijakan publik :

1) Komunikasi

Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi

kebijakan, yakni:

a.Transmisi

Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus

menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk

pelaksananya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang

langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukana

keputusan-keputusan diabaikan atau seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan

yang dikeluarkan.

Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan

perintah-perintah implementasi. Pertama, pertentangan pendapat pelaksana dengan

pemerintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Hal ini terjadi karena

para pelaksana menggunakan keleluasaannya yang tidak dapat mereka elakkan

dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum. Kedua,

informasi melewati berlapis-lapis hirarki. Ketiga, persepsi yang efektif dan

ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu

kebijakan.

b.Konsistensi

Jika implementasi ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan

harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsurkejelasan,

      

18

(23)

tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah akan memudahkan para

pelaksana kebijakna menjalankan tugasnya dengan baik.

c.Kejelasan

Edwards mengidentifikasikan enam faktor terjadinya ketidakjelasan

komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan,

keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya

konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu

kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat pembuatan

kebijakan pengadilan.

2) Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif,

tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.

Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi

implementor, informasi, fasilitas dan sumber daya finansial.

3) Disposisi (kecendrungan atau tingkah laku)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki

disposisi dengan baik, maka dia akan dapat menjalankan kabijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memilki

sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses

implementasi kebijakan juga menjadi efektif.

(24)

Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur

yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar

(standard operting procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementasi dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan

pengawasaan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.2 Model Teori George Edward III

Sumber Subarsono (2005 : 90)

C. Model Implementasi Kebijakan Yang Digunakan

Komunikasi

Struktur Organisasi

Sumberdaya

Disposisi

(25)

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model teori

implementasi George C.Edward yang dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

1. Komunikasi

Persyaratan utama bagi implementasi kebijakan adalah bahwa mereka

yang harus mengimplementasikan suatu keputusan harus tahu apa yang

mereka harus kerjakan. Keputusan kebijakan dan peraturan implementasi

mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat sebelum bisa diikuti.

Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan dan komunikasi

mesti secara akurat pula diterima oleh para implementor. Aspek lain dari

komunikasi adalah konsistensinya, keputusan kontradiksi mengacaukan

dan membuat frustasi staf administrative dan memaksa kemampuannya

untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif. Petunjuk

implementasi juga harus jelas. Seringkali perintah yang disampaikan

kepada para implementor janggal dan tidak merincikan kapan dan

bagaimana sebuah program dilakukan, hal ini dapat menimbulkan hal yang

bertentangan dengan undang-undang.

2. Sumberdaya

Sumber daya adalah kritis bagi implementasi kebijakan yang efektif. tanpa

adanya sumberdaya, kebijakan yang ada diatas kertas bukan merupakan

kebijakan dalam praktek dan penyimpangan pun tetrjadi.

Keterampilan sebagaimana juga jumlahnya adalah sebuah karakteristik

penting dari staf untuk implementasi kebijakan. Kurangnya bangunan,

perlengkapan dan persediaan yang esensial serta batasan anggaran bisa

(26)

diuji. Hal ini pada gilirannya membatasi kualitas pelayanan dimana para

impelementor memberikan kepada publik.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga di dalam

pendekatan terhadap studi impelemtasi kebijakan public. Jika impelemtasi

adalah untuk melanjutkan secara efektif, bukan saja mesti para

implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk

melakukannya, melainkan mereka juga mesti berkehendak untuk

melakukan suatu kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Bahkan jika sumberdaya yang cukup untuk mengimplentasikan sebuah

kebijakan itu ada dan para impelen tor tahu apa yang harus dikerjakan dan

ingin mengerjakannya, implementasi mungkin masih dicegah karena

kekurangan dalam struktur organisasi. Fragmentasi organisasional

mungkin merintangi koordinasi yang perlu untuk mengimplementasikan

dengan sukses sebuah kebijakan kompleks yang mensyaratkan kerjasama

banyak orang, dan mungkin juga memboroskan sumberdaya langka. Salah

satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya

(27)

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi

I.5.3 Pelayanan Publik

A. Pengertian Pelayanan Publik

Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,

menyebutkan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.

Secara sederhana pelayanan berarti melayani suatu jasa yang dibutuhkan

oleh masyarakat disegala bidang. Menurut KEPMENPAN 81/93, pelayanan

adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi

(28)

maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Ratminto19, pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan,

baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di

daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Sementara menurut Kurniawan20, pelayanan

publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan

tata cara yang ditetapkan.

Pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasaan

pelanggan dalam hal ini adalah masyarakat. Selain itu, membangun kesan yang

dapat memberikan citra positif dimata pelanggan karena jasa pelayanan yang

diberikan dengan biaya yang terkendali/ terjangkau bagi pelanggan (masyarakat)

yang membuat pelanggan terdorong/termotivasi untuk bekerja sama/berperan aktif

dalam pelaksanaan pelayanan yang baik.

Tujuan dari pelayanan publik adalah memuaskan dan atau sesuai dengan

keinginan masyarakat/pelanggan. Pada umumnya, untuk mencapai hal ini

diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

masyarakat. Kualitas/mutu pelayanan adalah kesesuaian antara harapan dan

keinginan dengan kenyataan.

      

19

Ratminto dan Atik S. Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan (Pengembangan Model Konseptual Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal). Yogyakrta : Pustaka Belajar, hlm 5

20

(29)

Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada

masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai

abdi masyarakat. Asas pelayanan Publik adalah21:

a. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Kondisonal.

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima

pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektifitas.

d. Partisipatif.

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

e. Kesamaan Hak.

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama

gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberian dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

      

21

(30)

Pelayanan juga dapat diberi makna dalam kata respek. Respek dalam

kegiatan pelayanan dapat diartikan menghormati atau menghargai kepentingan

orang lain. Dengan demikian, maka dalam menyajikan pelayanan hendaknya

menambahkan sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang, dan itu adalah

ketulusan dan integritas.

Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila pelayanan yang diberikan

kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani.

Pengakuan ini bukan dari aparatur tetapi dari customer/pelanggan dan dalam hal

ini adalah masyarakat.

Sementara itu, masyarakat sebagai pengguna jasa mempunyai hak hak

(pasal 18 UU no.25/ 2009 tentang Pelayanan Publik), yakni:

a. Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan

b. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan

c. Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan

d. Mendapat advokasi, perlindungan dan/ atau pemenuhan

pelayanan

e. Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk

memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak

sesuai dengan standar pelayanan

f. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki

pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai

dengan standar pelayanan.

g. Mengadukan pelaksanaan yang melakukan peyimpangan

standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan

(31)

h. Mengadukan pelaksanaan yang melakukan peyimpangan

standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan

kepada Pembina penyelenggara dan ombudsman.

i. Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan

tujuan pelayanan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur

pemerintah kepada publik didalam suatu oraganisasi atau instansi untuk

memenuhi kebutuhan penerima layanan publik/ masyarakat itu merasakan

kepuasan. Atau pada hakekatnya pelayanan publik merupakan pemberian layanan

prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur

pemerintah sebagai abdi masyarakat.

B. Bentuk Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas

menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Adapun

kegiatan yang dilakukan oleh aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam

bentuk.

Menurut Moenir bentuk pelayanan ada tiga macam, yaitu22:

1. Pelayanan dengan lisan.

Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang

hubungan masyarakat, bidang pelayanan informasi, dan bidang-bidang lainnya

yang bertugas memberikan pejelasan atau keterangan kepada masyarakat

mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

      

22

(32)

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada

syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang

tugasnya

b. Mampu memberikan penjelesan mengenai apa saja yang diperlukan

dengan lancar, singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi

mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku dengan sopan dan ramah tamah.

d. Meski dalam keadaan sepi, tidak berbincang dan bercanda dengan

sesama pegawai karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan

melalaikan tugas.

2. Pelayanan melalui tulisan.

Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian

penjelasan kepada masyarakat dengan penerangan berupa tulisan suatu informasi

mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi.

Pelayanan melalui tulisan terdiri dua macam, yaitu:

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi, dan yang sejenis

ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan

mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberitahuan, dan lain sebagainya.

(33)

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam

bentuk perbuatan ataupun hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan

penjelasan secara lisan.

Dalam KEPMENPAN No. 63 TAHUN 2003, pelayanan publik dibagi

berdasarkan tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok pelayanan administratatif, yaitu bentuk pelayanan yang

menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh

masyarakat atau publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikasi

kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan

lain-lain. Dokumen-dokumen tersebut antara lain KTP, akte kelahiran,

buku pemilikan kendaraan bermotor, STNK, dan lain-lain.

2. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan publik, misalnya jaringan

telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan,

pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain.

I.5.4. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

A. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang

(34)

a. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian

b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau

komponen-komponen secara teratur

Sedangkan sistem merupakan suatu totalitas himpunan dari bagian-bagian

yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai

suatu tujuan tertentu dalam suatu lingkungan.

Jadi, sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang saling

terkait antara yang satu dengan yang lain. Bagian atau anak cabang dari suatu

sistem menjadi induk dari bagian selanjutnya, begitulah seterusnya hingga bagian

yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan menganggu kestabilan sistem itu

sendiri secara keseluruhan.

Ada beberapa definisi administrasi, yaitu:

a. Suatu keseluruhan istilah yang meliputi banyak subjek yang semuanya

cenderung berprasangka kearah efesiensi perusahaan

b. Pelayanan-pelayanan manajemen atau pelayanan kantor perusahaan

c. Organisasi atau suatu kantor pusat suatu perusahaan yang mengawasi

sejumlah unit-unit produksi. Defensi ini dapat berlaku dalam jenis

kelompok perusahaan yang mempunyai beberapa seksi.

Didalam buku sistem administrasi negara repbublik Indonesia oleh Inu

Kencana Syafei23, ada beberapa pengertian administrasi menurut pendapat para

ahli, yaitu:

      

23

(35)

a. Menurut Herbert A. Simon, administrasi dapat dirumuskan sebagai

kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama

b. Menurut The Liang Gie, administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan

penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam

kerjasama mencapai tujuan tertentu

c. Menurut Sondang P. Siagian administrasi adalah keseluruhan proses

pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu

pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Menurut Hadari Nawawi, administrasi adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama kelompok manusia untuk

mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Stephen P. Robins administrasi adalah proses universal yang

berupa menyelesaikan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna bersama dan

melalui orang lain. Dalam setiap pengertian administrasi selalu ada 3 hal umum

yang dicakup yaitu sasaran-sasaran, sumber-sumber yang terbatas dan

orang-orang. Jadi administrasi dapat diartikan sebagai seluruh proses organisasi baik itu

organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta yang terdiri atas penentuan

tujuan dan pencapainnya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia

secara berdaya guna melaui dan bersama orang-orang secara terkoordinasi dengan

menerapkan perencanaan, pembuatan keputusan dan perintah kerja, pemimpin

serta penguasaan.

Diantara pendapat para ahli tersebut, pada prinsipnya administrasi

mempunyai pengertian yang sama, yaitu antara lain:

(36)

b. Banyak orang

c. Untuk mencapai tujuan bersama

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau dalam

Bahasa Inggris one roof system, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk

untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang

kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung.

Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap (SAMSAT) adalah pelayanan administrasi dalam

pengurusan kendaraan bermotor. Pelayanan pengurusan pajak kendaraan bermotor

dan bea balik nama diberikan oleh Dinas Pendapatan Provinsi, Asuransi

Kecelakaan Lalu Lintas oleh Jasa Raharja, sedangkan pengurusan surat-surat

kendaraan bermotor seperti BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), plat

nomor, dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) diberikan oleh kepolisian.

Namun dengan adanya SAMSAT, kesemuanya dapat dilayani dalam satu atap,

atau bahkan satu loket.

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), dimana

didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik

Indonesia (POLRI) yang mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi

dan identifikasi kendaraan bermotor, Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas

Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor

(BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Peningkatan pelayanan prima dikantor bersama SAMSAT adalah

merupakan kebutuhan organisasi untuk merespon tuntutan dan harapan

(37)

SAMSAT memberikan pelayanan yang baik dengan mengembangkan paradigma

kepemerintahan yang ditandai dengan adanya: transparansi, akuntabilitas,

penegakan hukum, profesionalisme, kesetaraan dan lain sebagainya.

B. Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.

Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya

produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Pajak adalah satu komponen pendapatan yang sangat penting bagi

perkembangan dan pembangunan bangsa. Di sini pajak digunakan untuk

pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat dalam

bentuk subsidi

Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih

beserta gandengnya yang digunakan dijalan umum, dan digerakkan oleh peralatan

teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah

sumber daya atau energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan yang

bersangkutan, tidak termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar. Pajak kendaraan

bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan

kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan

bermotor alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang atau

barang dijalan umum.

Dikecualikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan

dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh:

(38)

b. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga

internasional dengan asas timbal balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara

c. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah

Subjek pajak kendaran bermotor adalah orang pribadi atau badan yang

memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak

kendaraan bermotor adalah orang pribadi dan atau badan yang memiliki

kendaraan bermotor.

Sementara itu dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai

perkalian dari dua unsur pokok, yaitu:

a. Nilai jual kendaraan bermotor (diperoleh berdasarkan harga pasaran

umum atas suatu kendaraan bermotor)

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan

pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut.

Setiap orang yang mempunyai kendaraan bermotor wajib memenuhi

kewajibannya untuk membayar pajak kendaraannya setiap tahun melalui kantor

samsat dimana kendaraan itu terdaftar.

Persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum menuju kantor samsat antara

lain :

• fotocopy BPKB,

• fotocopy STNK yang habis masa pajaknya,

• fotocopy KTP.

Kalau semua syarat ini dilengkapi maka nanti saat di kantor samsat tinggal

mengikuti prosedur yang ada. Penyelengaraan registrasi dan identifikasi

kendaraan bermotor dalam bentuk BPKB (Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor)

(39)

bagi masyarakat juga. Dalam perundang-undangan sebagaimana tercantum pada

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 pasal 175 PP No.44 Tahun 1993

disebutkan bahwa “sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah terdaftar

diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan

bermotor serta Tanda Nomor Kendaraan Bermotor”. Dengan adanya Buku

Pemilik Kendaraan Bermotor dan Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor maka

pengurusan pajak kendaraan dapat dilakukan untuk mmenuhi peraturan sebagai

masyarakat wajib pajak.

I.5.5 Defenisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri ciri yang berkaitan

dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain lain sejenis. Konsep

diciptakan dengan mengelompokkan objek objek atau peristiwa yang merupakan

cirri cirri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah

pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamankan persepsi tentang

apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat

mengaburkan tujuan penelitian.24

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep konsep yang akan

digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang

melibatkan upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku

pelaksanaan kebijakan, dimana pelaksana kebijakan melakukan aktifitas

atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang

sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

      

24

(40)

2. Implementasi Kebijakan publik adalah suatu proses yang dinamis, dimana

pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga

pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan

atau kebijakan itu sendiri. Model implementasi kebijakan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Model George C.Edward yang dipengaruhi

oleh empat variabel, yaitu sebagai berikut:

a. Komunikasi

b. Sumberdaya

c. Disposisi Implementor

d. Struktur Birokrasi

I.5.6 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah

dirumuskan dalam bentuk indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari

suatu penelitian. Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam

pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang

dianalisis dari variabel tersebut. Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan

sistem administrasi di bawah satu atap diukur dengan indikator sebagai berikut:

1. Struktur Birokrasi, yag mencakup:

a. Standar Operating Procedures yang digunakan dalam pengurusan

pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu

(41)

b. Fragmentasi, yakni koordinasi oleh instansi terkait dalam pengurusan

pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu

atap.

2. Sumber daya, mencakup :

a. Sumber daya manusia yaitu jumlah pegawai yang terdapat dalam

pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi

manunggal satu atap, serta kompetensi yang dimiliki oleh masing

masing pegawai.

b. Sumber daya financial yaitu anggaran yang diperlukan

menyelenggarakan sistem administrasi manunggal satu atap.

c. Fasilitas yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sistem

administrasi manunggal satu atap.

3. Komunikasi, mencakup :

a. Sosialisasi terhadap masyarakat

b. Komunikasi vertical dan horizontal di instansi dalam pengurusan pajak

kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

4. Disposisi, yang mencakup:

a. Tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi

manunggal satu atap.

b. Respon implementor terhadap kebijakan dalam pengurusan pajak

kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

(42)

Bab ini memuat latar belakang, fokus masalah dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,

defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian, sejarah

singkat dan visi serta misi organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau

berupa dokumen yang akan di analisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan analisa data yang diperoleh pada saat penelitian

BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari

hasil penelitian.

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar

Gambar II.1. Model Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Gambar 1.2 Model Teori George Edward III

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan Psikologis yang diukur dengan variabel sikap dan sosialisasi politik memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku memilih kader PDI Perjuangan Kota Surakarta pada

Berbeda dengan Indrayani, campur kode menurut Achmad dan Alek ialah peristiwa penggunaan dua buah kode bahasa atau lebih oleh penutur dengan salah satu kode yang

Pertama , hasil pada asal sampel darah dan metode pemeriksaan; Kedua, jadwal menyusui dini sangat berpengaruh pada kadar gula darah; Ketiga, 72% bayi baru lahir mempunyai satu

Bahan ini diperoleh dari proses sintesa kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (fermentasi) bahan

Dari keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, siswa dan pengamatan langsung dari peneliti, dapat diketahui bahwa guru akidah akhlak menjalankan perannya

Tempat/Tanggal lahir : Pangkalpinang, 12 Agustus 1992. Jenis Kelamin

Berapakah batas deteksi, faktor Nernst, jangkauan pengukuran, akurasi, presisi dan koefisien selektivitas elektroda selektif berbasis karbon nanopori / molecularly imprinted

yang terpisah antara upah biasa dan upah lembur (lamp.8). Departemen Personalia diharapkan lebih meningkatkan pe -. ngendalian intern untuk menghitung dan meneliti