• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) (Studi pada Kantor SAMSAT UPT Balige)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) (Studi pada Kantor SAMSAT UPT Balige)"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT)

(Studi pada Kantor SAMSAT UPT Balige)

OLEH:

CINDY M PARDEDE 080903050

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkatNya yang telah menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berpikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT UPT BALIGE”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari substansi penulisan. Hal ini karena penulis masih dalam tahap pembelajaran dan peningkatan pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak baik dari proses awal penulisan sampai penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

(3)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Drs. Ridwan Rangkuti, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis selama proses perkuliahan dan yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan banyak bekal ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan kepada penulis selama penulis menimba ilmu pengetahuan di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Administrasi Negara khususnya buat Kak Mega dan Kak Dian, yang telah membantu urusan administratif selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

(4)

yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, Mei 2013 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ……… viii

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 9

I.3 Tujuan Penelitian ... 9

I.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 9

I.5 Kerangka Teori ... 10

I.5.1 Kebijakan Publik ... 10

I.5.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 15

I.5.3 Pelayanan Publik …………..……… 27

I.5.4Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap dan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor ………. 33

I.6 Definisi Konsep ... 39

I.7 Definisi Operasional ... ... 40

I.8 Sistematika Penulisan ... 41

BAB II METODE PENELITIAN ... 43

II.1 Bentuk Penelitian ... 43

II.2 Lokasi Penelitian ... 43

II.3 Informan Penelitian ... 44

II.4 Teknis Pengumpulan Data ... 45

II.5 Teknis Analisa Data ... 46

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 49

III.1 Sejarah berdirinya ... 49

III.2 Struktur Organisasi ... 52

III.3 Visi, Misi, Dan tujuan Pembentukan ... 57

III.4 Jenis- Jenis Pelayanan dan Program Kerja ……… 58

(6)

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 64

IV.1 Karakteristik Informan ... 64

IV.2 Deskripsi Hasil Wawancara ... 68

IV. 3 Data Sekunder ……….. 87

BAB V ANALISA DATA ... 97

V.1 Implementasi Kebijakan Sistem Admistrasi Manunggal Satu Atap ... 97

BAB VI PENUTUP ... 110

VI.1 Kesimpulan ... 110

VI.2 Saran ... 112

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 4.2 Identitas Informan Berdasarkan Usia ... 66

Tabel 4.3 Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 66

Tabel 4.4 Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 67

Tabel 4.5 Distribusi jawaban Informan Menggunakan Jasa Pengurusan PKB dalam Satu tahun ... 68

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pelayanan Kantor SAMSAT Balige dalam Melayani Masyarakat ... ... 76

Tabel 4.7 Distrbusi Jawaban Informan Mengenai Standar Biaya yang Dikenakan Dalam Pengurusan PKB... 77

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Informan mengenai Standar Waktu dalam pengurusan PKB... …. 78

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Prosedur Antar Loket dalam Pengurusan PKB di Kantor SAMSAT Balige... 80

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Koordinasi Petugas Memberikan Pelayanan dalam Pengurusan PKB... 80

(8)

Balige………... 82 Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Sosialisasi

SAMSAT Balige Mengenai Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Kepada Masyarakat

... 83 Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Responsifitas

Petugas SAMSAT Balige Terhadap Keluhan Masyarakat... 84 Tabel 4.15 Distribusi Masyarakat Sikap Petugas dalam Memberikan

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1. Model Teori Donald S. Van dan Carl E. Van Horn ……… 21

Gambar I. 2. Model Teori George Edward III ………. 24

Gambar I. 3. Model Implementasi yang Digunakan ……… 27

Gambar II.1 Lokasi Penelitian ……… 44

Gambar II.2 Komponen Dalam Analisis Data ……….. 48

Gambar III.1 Mekanisme Pelayanan SAMSAT ……… 60

(10)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT UPT BALIGE Nama : Cindy M Pardede

NIM : 080903050

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S,

Inplementasi kebijakan merupakan wujud dar tahapan dari suatu kebijakan public yang sudah dirumuskan. Implementasi sistem administrasi manunggal satu atap merupakan terobosan pelayanan di bidang pajak kendaraan bermotor. Kantor SAMSAT Balige merupakan salah satu unit pelaksana teknis di daerah Toba Samosir, oleh sebab itu implementasi sistem administrasi manunggal satu atap dtuntut memberikan pelayanan yang maksimal. Namun sepertinya implementasi pelayanan pajak kendaraan bermotor tidak berjalan dengan lancar. Untuk menjawab permasalahan penelitian digunakan metode penelitian deskriftif dengan pendekatan kualtati. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik observasi serta dokumentas. Teknik penentuan informan untuk pegawai kantor SAMSAT Balige secara purposive yang selanjutnya berkembang dengan teknik snowball sedangkan untuk informan atau responden menggunakan teknik accidental. Proses analsis data yang dilakukan dengan mengelompokkan serta mengkombinasikan data yang diperoleh dan juga menetapkan serangkaian hubungan keterkaitan antara data tersebut. Sedangkan validitas data diuji melalui sumber data sehingga data yang disajikan merupakan data absah. Berdasarkan temuan data dilapangan menunjukkan bahwa implementasi pelayanan pajak kendaraan bermotor sudah diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari empat poin penting yakni menegenai struktur birokrasi yang sudah jelas dan terarah, sumber daya yang sudah terpenuhi, komunikasi yang baik serta respon pegawai terhadap terobisan pelayanan pajak kendaraan sudah baik. Namun dari segi fasilitas masih kurang, sumber daya manusia yang masih kurang kapasitas serta letak strategis kantor SAMSAT masih kurang.

(11)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) PADA KANTOR SAMSAT UPT BALIGE Nama : Cindy M Pardede

NIM : 080903050

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Dosen Pembimbing : Drs. M. Ridwan Rangkuti, M.S,

Inplementasi kebijakan merupakan wujud dar tahapan dari suatu kebijakan public yang sudah dirumuskan. Implementasi sistem administrasi manunggal satu atap merupakan terobosan pelayanan di bidang pajak kendaraan bermotor. Kantor SAMSAT Balige merupakan salah satu unit pelaksana teknis di daerah Toba Samosir, oleh sebab itu implementasi sistem administrasi manunggal satu atap dtuntut memberikan pelayanan yang maksimal. Namun sepertinya implementasi pelayanan pajak kendaraan bermotor tidak berjalan dengan lancar. Untuk menjawab permasalahan penelitian digunakan metode penelitian deskriftif dengan pendekatan kualtati. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik observasi serta dokumentas. Teknik penentuan informan untuk pegawai kantor SAMSAT Balige secara purposive yang selanjutnya berkembang dengan teknik snowball sedangkan untuk informan atau responden menggunakan teknik accidental. Proses analsis data yang dilakukan dengan mengelompokkan serta mengkombinasikan data yang diperoleh dan juga menetapkan serangkaian hubungan keterkaitan antara data tersebut. Sedangkan validitas data diuji melalui sumber data sehingga data yang disajikan merupakan data absah. Berdasarkan temuan data dilapangan menunjukkan bahwa implementasi pelayanan pajak kendaraan bermotor sudah diterapkan. Hal ini dapat dilihat dari empat poin penting yakni menegenai struktur birokrasi yang sudah jelas dan terarah, sumber daya yang sudah terpenuhi, komunikasi yang baik serta respon pegawai terhadap terobisan pelayanan pajak kendaraan sudah baik. Namun dari segi fasilitas masih kurang, sumber daya manusia yang masih kurang kapasitas serta letak strategis kantor SAMSAT masih kurang.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Peningkatan penggunaan transportasi oleh masyarakat Indonesia sangat

tinggi, dimana dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Hampir setiap hari kita melihat semakin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang bermunculan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang berdampak pula akan kebutuhan alat transportasi guna untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Sampai dengan tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di seluruh Indonesia telah mencapai lebih dari 20 juta yang 60% adalah sepeda motor sedangkan pertumbuhan populasi untuk mobil sekitar 3-4% dan sepeda motor lebih dari 4% per tahun (data dari Departemen Perhubungan). Banyaknya pengguna kendaraan bermotor secara tidak langsung berkaitan dengan penambahan pajak daerah dalam hal pajak kendaraan bermotor. Pemilik kendaraan bermotor haruslah membayar pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan data Dinas Pendapatan, pertumbuhan kendaraan bermotor

roda empat mencapai 13,09 persen, dimana pada periode Januari-Mei 2009

mencapai 79.266 unit kendaraan, sedangkan pada 2010 periode yang sama

sebanyak 89.642 unit kendaraan. Pertumbuhan kendaraan roda dua juga

meningkat 17,26 persen. Pada 2009 sebanyak 449.588 unit, dan 2010 587.206

(13)

Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang cukup strategis, karena posisinya yang berada pada jalur pelayaran selat Malaka. Sumatera Utara memiliki luas mencapai 71,680 Km atau sekitar 3,5 persen dari total luas Indonesia. Secara umum, Sumatera Utara terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Pantai Barat, kawasan Dataran Tinggi, dan kawasan Pantai Timur. Kawasan Pantai Timur pada umumnya lebih maju dibandingkan dengan Dataran Tinggi apalagi daerah Pantai Barat.

Pembangunan diberbagai daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara khusus melalui peningkatan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah sehingga lebih efisien dan efektif dalam merespon tuntutan masyarakat yang sangat tinggi dengan berbagai karakteristik masing-masing.

Sebelum dilaksanakannya otonomi daerah, dilihat dari nilai proyek yang dikerjakan, pembangunan yang dilaksanakan sebenarnya dapat dirasakan oleh seluruh desa, namun sumber pembiayaan atau pendanaan masih didukung oleh anggaran pemerintah pusat, sehingga daerah tidak dapat mengembangkan daerahnya sendiri secara maksimal dan mandiri.

Berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap pelaksanaan pemerintah di daerah, otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

(14)

dilaukan secara proporsional dan berkeadilan. Pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan pada kewenangan yang diberikan kepada daerah.

Dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah tersebut juga dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dilakukan berdasarkan 3 azas, yaitu: dekonsentrasi, desentralisasi, dan azas pembantuan.

Azas dekonsentrasi yaitu wewenang pengelolaan pembangunan daerah awalnya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, tetapi telah dilimpahkan kewenangannya kepada kepada pemerintah daerah. Sedangkan desentralisasi itu pada dasarnya adalah kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan pembanguan didaerahnya sendiri. Selanjutnya azas pembantuan adalah bahwa pemerintah daerah membantu melaksanakan tugas-tugas yang dimiliki oleh pemerintah pusat didaerah, tetapi pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut ditanggung sendiri oleh pemerintah daerah.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan ketentuan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disebutkan bahwa pemerintah daerah dibekali berbagai kewenangan untuk mengelola berbagai sumber pendapatan daerah, yaitu:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: a. Pajak Daerah.

b. Hasil Retibusi Daerah c. Laba Perusahaan Daerah

(15)

a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus.

3. Lain-lain Pendapatan yang sah, yang terdiri dari:

a. Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbangan dari Pemerintah b. Iuran Jasa Air.

Pemerintah daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Berdasarkan hal tersebut jelas diketahui bahwa salah satu sumber pendapatan daerah berasal dari pajak daerah. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran daerah.

Dengan adanya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah secara tertib dan benar sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka diharapkan seluruh objek penerimaan daerah, baik berupa pajak, retribusi maupun berbagai penerimaan daerah lainnya yang sah dapat dioptimalkan sehingga roda pemerintahan dan jalannya pembangunan dapat terlaksana sesuai dengan program yang telah diterapkan oleh pemerintah daerah.

(16)

pemikiran untuk meningkatkan pendapatan asli daerah terutama dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah.

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, pajak daerah terbagi dua, yaitu

1. Pajak Provinsi. 2. Pajak kabupaten kota.

Didalam Undang-undang No. 34 Tahun 2000, pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwasanya jenis pajak provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

Diantara sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pajak daerah yang cukup penting dan potensial adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) karena banyak menunjang pembiayaan daerah.

(17)

Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ).1

Sebelum dilakukan Sistem Administrasi Manuggal Satu Atap (SAMSAT) kegiatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dilakukan tersebut dilakukan tersendiri dikantor dinas pendapatan daerah provinsi dan cabang-cabang dinas, begitu juga dengan penyelesaian Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu lintas (SWDKLLJ) ditempat yang berbeda pula, sehingga hal ini tidak memberikan pelayaan yang baik bagi pemilik kendaraan bermotor, karena akan memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.

Keadaan seperti diatas dapat menjadi penghambat dalam usaha memberikan pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor, dan juga dapat menyebabkan masyarakat menjadi malas untuk mengurus pajak kendaraan bermotor dan menjadi penghambat dalam usaha meningkatkan penerimaan dari sekor PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ karena tidak adanya keseragaman baik dalam hal pengurusan, administrasi, maupun besarnya tarif dalam proses pengurusannya.

Salah satu tujuan pembentukan kantor bersama SAMSAT ini adalah untuk memudahkan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) serta untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ.

       1

(18)

Tugas pihak kepolisian adalah sebagai penyedia permohonan dan penerangan dengan rincian: menyediakan dan memberikan formulir permohonan pendaftaran sesuai dengan permintaan pemohon, memberikan penerangan mengenai kelengkapan persyaratan pendaftaran, membukukan semua formulir yang diterima, dikeluarkan dan sisanya setiap hari, mencatat nomor formulirdan kendaraan atau nama pemilik pada buku register formulir, memberi tanda atau paraf pada formulir permohonan untuk setiap permohonan yang telah memenuhi persyaratan, menerima kembali formulir yang rusak untuk diganti dengan yang baru, menerima pembayaran PNKB.

Tugas Dispenda adalah meneliti berkas yang diterima dari petugas kepolisian dan membubuhkan paraf atas kelengkapan persyaratan, meneruskan bekas kepada petugas kepolisian bagian registrasi dan permohonan, memberitahukan kepada petugas Kepolisian dan PT. Asuransi jasa raharja apabila ditemukan kekeliruan atau kekurangan persyaratan administrasi yang diperlukan.

Tugas PT. Asuransi Jasa Raharja adalah menerima dan meneliti berkas yang diterima dari petugas Dispenda, menetapkan SWDKLLJ dan dendanya yang harusdibayar oleh pemohon, membuktikan penetapan SWDKLLJ, dan meneruskan berkas tersebut kepada sub kelompok kerja pengetikan.

(19)

Dari 30 UPT SAMSAT yang ada di Sumatera Utara2 yang menjadi lokasi penelitian peneliti yakni kantor Bersama SAMSAT Balige. Kabupaten Toba Samosir memilik 16 kecamatan3, dimana tujuh sari 16 kecamatan ini jauh dari ibukota kabupaten. Berdasarkan pengamatan peneliti tingkat pertumbuhan pengguna kendaraan di Kabupaten Toba Samosir ini meningkat dimana pada tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor (masih ikut Kab. Samosir) sebanyak 17.487 unit dan pada tahun 2011 jumlah kndaraan bermotor (kab.Samosir sudah pisah) berjumlah 16.647.4 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dalam pelaksanaan pengurusan pajak kendaraan bermotor di kantor bersama SAMSAT Balige masih terdapat beberapa kekurangan yakni mengenai prosedur antar loket yang terkadang memakan waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan masih kurang efesien dalam hal waktu. Masih tidak mulusnya koordinasi tiga lembaga di dalam kantor bersama SAMSAT ini, sehingga memunculkan kesalahpahaman. Masih kurangnya sarana prasarana yang memadai di kantor tersebut. Selain itu masih kurangnya sumberdaya manusia untuk melayani masyrakat dengan begitu tingginya laju pertumbuhan kendaraan bermotor di Kab. Toba Samosir, dimana masih terdapatnya tenaga honorer yang berjumlah 12 orang di dispenda. Masalah juga terdapat dimasyarakat yakni masih kurangnya informasi mengenai prosedur dan mekanisme pembayaran PKB/ BBN-KB kendaraan yang dimiliki. Selain itu juga masyarakat masih kurang sadar akan pembayaran PKB/ BBN-KB tepat pada waktunya.

       2 

Sekilas info Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara dan Pergub Sumatera Utara No.44 tahun 2010

3

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kab. Toba Samosir 2010

4

(20)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan mengungkapkannya dalam bentuk skripsi dengan judul : “ Implementasi Kebijakan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) pada Kantor Bersama SAMSAT Balige”

I.2 Fokus Masalah dan Perumusan Masalah

Fokus masalah dari penelitian ini adalah mengenai implementasi kebijakan pelayanan SAMSAT dalam pengurusan Surat Pajak Kendaraan Bermotor (SPKB).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan , maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi kebijkan sistem adminitrasi manunggal satu atap pada kantor bersama SAMSAT Balige?”

I.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan sistem administrasi manunggal satu atap di kantor bersama Balige.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah: a. Manfaat Ilmiah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi tambahan bagi dunia pendidikan.

(21)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan kepada SAMSAT UPT Balige dalam rangka peningkatan pengmplementasian kebijakan sistem administrasi manunggal satu atap.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam hal mengaplikasikan ilmu.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubuingan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah yang penting. Teori adalah konsep konsep dan generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.5

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti.6

Berdasarkan uraian diatas maka, peneliti mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini.

I.5.1 Kebijakan Pubik

Pada dasarnya terdapat banyak batasan dan defenisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan public (public policy). Masing masing defenisi

      

5

Sugyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm 52 6

(22)

tersebut member penekanan yang berbeda beda. Perbedaan itu timbul karena masing- masing ahli mempunyai latar belakang yang beragam.

Menurut Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chose to do

or not to do). Sementara itu, istilah public dalam rangkaian kata public policy

mengandung tiga konotasi : pemerintah, masyarakat dan umum. Ini dapat dilihat dalam subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan public dari pemerintah. Kebijakan dari pemerintah yang dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya. Dalam dimensi lingkungan yang dikenai kebijakan, pengertian public disini adalah masyarakat.7

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan, berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya- sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun paea politis untuk memecahkan masalah masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan public merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukakn secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Sedangkan menurut Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung

      

7

(23)

maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyrakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu :8

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh poitisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan politik untuk mempengaruhi kehidupan masyrakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyrakat.

c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijkan yang mempengaruhi kehidupan masyrakat.

James Anderson mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, seperti berikut:

a. Public policy is purposive, goal- oriented behavior rather than

random or chance behavior. Setiap kebijakan harus ada tujuannya.

Artinya, pembuatan suatu kebijakan tidak boleh sekedar asal buat saja atau karena kebetulan ada kesempatan membuatnya. Bila tidak ada tujuan, tidak perlu ada tujuan.

b. Public policy consists of course of action rather than separate

discrete decision or actions performed by government officials.

      

8

(24)

Maksudnya, suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijkan lain, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakat, dan berorientasi pada pelaksanaan, interpretasi dan penegakan hokum.

c. Policy is what government do not what they say will do or what

they intend to do. Kebijakan adalah apa yang dilakukan

pemerintah, bukan apa yang diinginkan pemerintah.

d. Public policy may be either negative or positive. Kebijakan dapat

berbentuk negative atau melarang dan juga dapat berupa pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan.

e. Public policy is based on law and is authoritative. Kebijakan

didasarkan pada hokum, karena memiliki kewenangan untuk memaksa masyrakat untuk mematuhinya.

A. Tahapan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu bebrapa ahli politik menaruh minat untuk mengkaji kebijakan public membagi proses- proses penyusunan kebijakan public ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Berikut tahapan kebijkan public :9

      

9

Budi Winarno. 2002. Kebijakan PublikTeori dan Proses. Jakarta : Bumi Aksara, hlm 28

Penyusunan Agenda 

↓ 

→Formulasi Kebijakan  

(25)

a. Tahapan penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Apada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah- masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternative atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahapan perumusan kebijakan masing masing alternative bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Tahap adopsi kebijakan

(26)

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecah masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan- badan administrasi maupun agen- agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit- unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Evaluasi kebijakan

(27)

I.5.2 Implementasi Kebijakan Publik

A. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Mazmanian dan Sabatier10 yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah atau keputusan keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan / sasran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan/ mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejunlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesedian dilaksanakan keputusan tersebut oleh kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari out put tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan badan yang mengambil keputusan dan akhirnya perbaikan perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan perbaikan ) terhadap undang- undang/ peraturan yang bersangkutan.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut Tangkilisan11 adalah :

a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan

      

10

Solichib A. Wahab. 2004. Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara, hlm 64

11

(28)

b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain- lainnya.

Meter dan Horn (1975)12, mendefenisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirumuskan didalam kebijakan.

Maka berikut ini adalah pengertian tentang implementasi kebijakan yang sangat sederhana, yakni:

“Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang- undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif atau Instruksi Presiden.13

Menurut Wibawa, Implementasi kebijakan merupakan pengejahwartakan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam undang undang namun juga dapat berbentuk instruksi instruksi eksekutif yang penting atau keputusan keputusan perundangan. Idealnya keputusan keputusan tersebut menjelaskan masalah masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara menggambarkan struktur proses implementasi tersebut. Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan

      

12

Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 15 13

(29)

arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.14

Menurut Subarsono15 implemntasi dari suatu program melibatkan upaya upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrasi pelaksana agar bersedia membrikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Menurut Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan16, bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program dimana posisi ini badan badan eksekutif mengatur cara mengoganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi sehingga mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksana program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implemntasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku pelaksanaan kebijakan, dimana pelaksana kebijakan melakukan aktifitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Jadi, tahapan implementasi merupakan peristiwa yang berhubungan dengan apa yang terjadi setelah suatu perundang undangan atau kebijakan ditetapkan dengan memberikan otoritas pada suatu kebijakan dengan membentuk output yang jelas dan dapat diukur. Dengan demikian, tugas implementasi

      

14

Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 15

 A. G Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm 87 

16

(30)

kebijakan sebagai suatu penghubung yang memungkinkan tujuan tujuan kebijakan mencapai hasil melalui aktifitas atau kegiatan dari program pemerintah.

B. Model- model Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Untuk menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan.

Sekalipun banyak dikembangkan model model yang membahas tentang implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa model implementasi kebijakan yang relative baru dan banyak mempengaruhi berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli.

Berikut beberapa model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :

a. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn, yang disebut sebagai model proses implementasi kebijakan

Menurut Meter dan Horn ada enam variable yang mempengaruhi kinerja implementasi17, yakni :

1. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terstruktur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi

      

17

(31)

multiinterprestasi dan mudah menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.

2. Sumberdaya

Kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human

resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resource).

Dalam berbagai kasus Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksanaan.

3. Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrsi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

(32)

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni :

a) respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;

b) kognisi, yaitu pemahamannya terhadap kebijakan; dan

[image:32.595.86.562.409.693.2]

c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Gambar II.1. Model Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Sumber :Subarsono (2005 : 99)

Komunikasi antarorganisasi dan kegiatan pelaksanaan

Ukuran dan tujuan organisasi

Sumber daya

Lingkungan ekonomi dan politik Karakteristik badan pelaksana

Disposisi pelaksana

(33)

b. Model Edward18

George Edward II, menegaskan bahwa ada empat variable yang mempenagruhi implementasi kebijakan publik :

1) Komunikasi

Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni:

a.Transmisi

Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksananya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang langsung sebagaimana tampaknya. Banyak sekali ditemukana keputusan-keputusan diabaikan atau seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan.

Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah-perintah implementasi. Pertama, pertentangan pendapat pelaksana dengan pemerintah yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan. Hal ini terjadi karena para pelaksana menggunakan keleluasaannya yang tidak dapat mereka elakkan dalam melaksanakan keputusan-keputusan dan perintah-perintah umum. Kedua, informasi melewati berlapis-lapis hirarki. Ketiga, persepsi yang efektif dan ketidakmauan para pelaksana untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu kebijakan.

b.Konsistensi

Jika implementasi ingin berlangsung efektif, maka perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Walaupun perintah tersebut mempunyai unsurkejelasan,       

18

(34)

tetapi bila perintah tersebut bertentangan maka perintah akan memudahkan para pelaksana kebijakna menjalankan tugasnya dengan baik.

c.Kejelasan

Edwards mengidentifikasikan enam faktor terjadinya ketidakjelasan komunikasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut adalah kompleksitas kebijakan, keinginan untuk tidak menganggu kelompok-kelompok masyarakat, kurangnya konsensus mengenai tujuan kebijakan, masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan baru, menghindari pertanggungjawaban kebijakan, dan sifat pembuatan kebijakan pengadilan.

2) Sumber Daya

Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif, tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, informasi, fasilitas dan sumber daya finansial.

3) Disposisi (kecendrungan atau tingkah laku)

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi dengan baik, maka dia akan dapat menjalankan kabijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memilki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi efektif.

(35)

Struktur birokrasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operting procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementasi dalam bertindak.

[image:35.595.103.568.325.606.2]

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasaan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1.2 Model Teori George Edward III

Sumber Subarsono (2005 : 90)

C. Model Implementasi Kebijakan Yang Digunakan Komunikasi

Struktur Organisasi

Sumberdaya

Disposisi

(36)

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model teori implementasi George C.Edward yang dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:

1. Komunikasi

Persyaratan utama bagi implementasi kebijakan adalah bahwa mereka yang harus mengimplementasikan suatu keputusan harus tahu apa yang mereka harus kerjakan. Keputusan kebijakan dan peraturan implementasi mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat sebelum bisa diikuti. Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan dan komunikasi mesti secara akurat pula diterima oleh para implementor. Aspek lain dari komunikasi adalah konsistensinya, keputusan kontradiksi mengacaukan dan membuat frustasi staf administrative dan memaksa kemampuannya untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif. Petunjuk implementasi juga harus jelas. Seringkali perintah yang disampaikan kepada para implementor janggal dan tidak merincikan kapan dan bagaimana sebuah program dilakukan, hal ini dapat menimbulkan hal yang bertentangan dengan undang-undang.

2. Sumberdaya

Sumber daya adalah kritis bagi implementasi kebijakan yang efektif. tanpa adanya sumberdaya, kebijakan yang ada diatas kertas bukan merupakan kebijakan dalam praktek dan penyimpangan pun tetrjadi.

(37)

diuji. Hal ini pada gilirannya membatasi kualitas pelayanan dimana para impelementor memberikan kepada publik.

3. Disposisi

Disposisi atau sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga di dalam pendekatan terhadap studi impelemtasi kebijakan public. Jika impelemtasi adalah untuk melanjutkan secara efektif, bukan saja mesti para implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk melakukannya, melainkan mereka juga mesti berkehendak untuk melakukan suatu kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

(38)

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi Disposisi

Struktur Birokrasi

I.5.3 Pelayanan Publik

A. Pengertian Pelayanan Publik

Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, menyebutkan yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

(39)

maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Ratminto19, pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara menurut Kurniawan20, pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.

Pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasaan pelanggan dalam hal ini adalah masyarakat. Selain itu, membangun kesan yang dapat memberikan citra positif dimata pelanggan karena jasa pelayanan yang diberikan dengan biaya yang terkendali/ terjangkau bagi pelanggan (masyarakat) yang membuat pelanggan terdorong/termotivasi untuk bekerja sama/berperan aktif dalam pelaksanaan pelayanan yang baik.

Tujuan dari pelayanan publik adalah memuaskan dan atau sesuai dengan keinginan masyarakat/pelanggan. Pada umumnya, untuk mencapai hal ini diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Kualitas/mutu pelayanan adalah kesesuaian antara harapan dan keinginan dengan kenyataan.

      

19

Ratminto dan Atik S. Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan (Pengembangan Model Konseptual Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal). Yogyakrta : Pustaka Belajar, hlm 5

20

(40)

Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Asas pelayanan Publik adalah21:

a. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisonal.

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif.

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak.

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberian dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

      

21

Riawan Tjandra. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Daerah dalam Pelayanan Publlik.

(41)

Pelayanan juga dapat diberi makna dalam kata respek. Respek dalam kegiatan pelayanan dapat diartikan menghormati atau menghargai kepentingan orang lain. Dengan demikian, maka dalam menyajikan pelayanan hendaknya menambahkan sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang, dan itu adalah ketulusan dan integritas.

Kualitas pelayanan berhasil dibangun apabila pelayanan yang diberikan kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani. Pengakuan ini bukan dari aparatur tetapi dari customer/pelanggan dan dalam hal ini adalah masyarakat.

Sementara itu, masyarakat sebagai pengguna jasa mempunyai hak hak (pasal 18 UU no.25/ 2009 tentang Pelayanan Publik), yakni:

a. Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan b. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan

c. Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan

d. Mendapat advokasi, perlindungan dan/ atau pemenuhan pelayanan

e. Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan

f. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan.

(42)

h. Mengadukan pelaksanaan yang melakukan peyimpangan standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan kepada Pembina penyelenggara dan ombudsman.

i. Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada publik didalam suatu oraganisasi atau instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima layanan publik/ masyarakat itu merasakan kepuasan. Atau pada hakekatnya pelayanan publik merupakan pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

B. Bentuk Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam bentuk.

Menurut Moenir bentuk pelayanan ada tiga macam, yaitu22: 1. Pelayanan dengan lisan.

Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan masyarakat, bidang pelayanan informasi, dan bidang-bidang lainnya yang bertugas memberikan pejelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

      

22

(43)

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu:

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya

b. Mampu memberikan penjelesan mengenai apa saja yang diperlukan dengan lancar, singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku dengan sopan dan ramah tamah.

d. Meski dalam keadaan sepi, tidak berbincang dan bercanda dengan sesama pegawai karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

2. Pelayanan melalui tulisan.

Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerangan berupa tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi.

Pelayanan melalui tulisan terdiri dua macam, yaitu:

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi, dan yang sejenis ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan, dan lain sebagainya.

(44)

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk perbuatan ataupun hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan penjelasan secara lisan.

Dalam KEPMENPAN No. 63 TAHUN 2003, pelayanan publik dibagi berdasarkan tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok pelayanan administratatif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikasi kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan lain-lain. Dokumen-dokumen tersebut antara lain KTP, akte kelahiran, buku pemilikan kendaraan bermotor, STNK, dan lain-lain.

2. Kelompok pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain.

I.5.4. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) dan Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

A. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)

(45)

a. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian

b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur

Sedangkan sistem merupakan suatu totalitas himpunan dari bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam suatu lingkungan.

Jadi, sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Bagian atau anak cabang dari suatu sistem menjadi induk dari bagian selanjutnya, begitulah seterusnya hingga bagian yang terkecil. Rusaknya salah satu bagian akan menganggu kestabilan sistem itu sendiri secara keseluruhan.

Ada beberapa definisi administrasi, yaitu:

a. Suatu keseluruhan istilah yang meliputi banyak subjek yang semuanya cenderung berprasangka kearah efesiensi perusahaan

b. Pelayanan-pelayanan manajemen atau pelayanan kantor perusahaan c. Organisasi atau suatu kantor pusat suatu perusahaan yang mengawasi

sejumlah unit-unit produksi. Defensi ini dapat berlaku dalam jenis kelompok perusahaan yang mempunyai beberapa seksi.

Didalam buku sistem administrasi negara repbublik Indonesia oleh Inu Kencana Syafei23, ada beberapa pengertian administrasi menurut pendapat para ahli, yaitu:

       23

(46)

a. Menurut Herbert A. Simon, administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama

b. Menurut The Liang Gie, administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu

c. Menurut Sondang P. Siagian administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Menurut Hadari Nawawi, administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Stephen P. Robins administrasi adalah proses universal yang berupa menyelesaikan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna bersama dan melalui orang lain. Dalam setiap pengertian administrasi selalu ada 3 hal umum yang dicakup yaitu sasaran-sasaran, sumber-sumber yang terbatas dan orang-orang. Jadi administrasi dapat diartikan sebagai seluruh proses organisasi baik itu organisasi pemerintahan maupun organisasi swasta yang terdiri atas penentuan tujuan dan pencapainnya dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia secara berdaya guna melaui dan bersama orang-orang secara terkoordinasi dengan menerapkan perencanaan, pembuatan keputusan dan perintah kerja, pemimpin serta penguasaan.

Diantara pendapat para ahli tersebut, pada prinsipnya administrasi mempunyai pengertian yang sama, yaitu antara lain:

(47)

b. Banyak orang

c. Untuk mencapai tujuan bersama

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau dalam Bahasa Inggris one roof system, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung.

Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) adalah pelayanan administrasi dalam pengurusan kendaraan bermotor. Pelayanan pengurusan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama diberikan oleh Dinas Pendapatan Provinsi, Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas oleh Jasa Raharja, sedangkan pengurusan surat-surat kendaraan bermotor seperti BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), plat nomor, dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) diberikan oleh kepolisian. Namun dengan adanya SAMSAT, kesemuanya dapat dilayani dalam satu atap, atau bahkan satu loket.

SAMSAT (Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap), dimana didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

(48)

SAMSAT memberikan pelayanan yang baik dengan mengembangkan paradigma kepemerintahan yang ditandai dengan adanya: transparansi, akuntabilitas, penegakan hukum, profesionalisme, kesetaraan dan lain sebagainya.

B. Pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Pajak adalah satu komponen pendapatan yang sangat penting bagi perkembangan dan pembangunan bangsa. Di sini pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk subsidi

Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengnya yang digunakan dijalan umum, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah sumber daya atau energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan yang bersangkutan, tidak termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar. Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang atau barang dijalan umum.

Dikecualikan sebagai objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh:

(49)

b. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga internasional dengan asas timbal balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara

c. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah

Subjek pajak kendaran bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi dan atau badan yang memiliki kendaraan bermotor.

Sementara itu dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok, yaitu:

a. Nilai jual kendaraan bermotor (diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor)

b. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut.

Setiap orang yang mempunyai kendaraan bermotor wajib memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak kendaraannya setiap tahun melalui kantor samsat dimana kendaraan itu terdaftar.

Persyaratan yang harus dipersiapkan sebelum menuju kantor samsat antara lain :

• fotocopy BPKB,

• fotocopy STNK yang habis masa pajaknya, • fotocopy KTP.

(50)

bagi masyarakat juga. Dalam perundang-undangan sebagaimana tercantum pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 pasal 175 PP No.44 Tahun 1993 disebutkan bahwa “sebagai bukti bahwa kendaraan bermotor telah terdaftar diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor serta Tanda Nomor Kendaraan Bermotor”. Dengan adanya Buku Pemilik Kendaraan Bermotor dan Surat Tanda Nomor Kendaraan bermotor maka pengurusan pajak kendaraan dapat dilakukan untuk mmenuhi peraturan sebagai masyarakat wajib pajak.

I.5.5 Defenisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain lain sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek objek atau peristiwa yang merupakan cirri cirri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamankan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.24

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan upaya pembuat kebijakan untuk mempengaruhi perilaku pelaksanaan kebijakan, dimana pelaksana kebijakan melakukan aktifitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

       24

(51)

2. Implementasi Kebijakan publik adalah suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau kebijakan itu sendiri. Model implementasi kebijakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model George C.Edward yang dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu sebagai berikut:

a. Komunikasi b. Sumberdaya

c. Disposisi Implementor d. Struktur Birokrasi

I.5.6 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian. Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang dianalisis dari variabel tersebut. Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan sistem administrasi di bawah satu atap diukur dengan indikator sebagai berikut:

1. Struktur Birokrasi, yag mencakup:

a. Standar Operating Procedures yang digunakan dalam pengurusan

(52)

b. Fragmentasi, yakni koordinasi oleh instansi terkait dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

2. Sumber daya, mencakup :

a. Sumber daya manusia yaitu jumlah pegawai yang terdapat dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap, serta kompetensi yang dimiliki oleh masing masing pegawai.

b. Sumber daya financial yaitu anggaran yang diperlukan menyelenggarakan sistem administrasi manunggal satu atap.

c. Fasilitas yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sistem administrasi manunggal satu atap.

3. Komunikasi, mencakup :

a. Sosialisasi terhadap masyarakat

b. Komunikasi vertical dan horizontal di instansi dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap. 4. Disposisi, yang mencakup:

a. Tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

b. Respon implementor terhadap kebijakan dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor pada sistem admnistrasi manunggal satu atap.

(53)

Bab ini memuat latar belakang, fokus masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian, sejarah singkat dan visi serta misi organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan di analisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan analisa data yang diperoleh pada saat penelitian BAB VI : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari hasil penelitian.

(54)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi25, ciri pokok dari penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah-masalah-masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan intrepretasi rasional.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengemukakan gejala/keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan intrepretasi. Metode penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan realitas secara kontekstual, interpretasi terhadap fenomena yang menjadi perhatian peneliti dan memahami perspektif partisipan terhadap masalah pelayanan jasa tansportasi kreta api . Oleh karena itu dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari realitas dan mengintepreasi suatu fenomena mengenai pelayanan SAMSAT dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor.

II.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah kantor SAMSAT UPT Balige Jl.Somba Debata No.1 Balige Toba Samosir.

      

25

(55)
[image:55.595.100.306.70.481.2]

Gambar II.1 : Lokasi Penelitian

II.3. Informan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif- kualitatif sehingga penentuan subjek penelitian dalam bentuk informan. Menurut Hendarso dalam Usman26 menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan unuk membuat generalisasi dari hasil penelitian sehingga subjek penelitian telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja.

Dalam menentukan informan dapat dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan       

26

(56)

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.27

Berdasarkan uraian di atas, maka informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Informan kunci, yang terdiri dari : 1) Kepala UPT Samsat

2) Pegawai DISPENDA dan staf 3) Kanit Regident dan staf 4) Staf PT. Jasa Raharja

2. Informan utama, yaitu masyarakat yang menggunakan atau terlibat dalam pelayanan SAMSAT UPT Balige.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data skunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

a. Wawancara Mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,       

27

(57)

dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.28

b. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.29

2. Teknik Pengumpulan Data Skunder

Teknik pengumpulan data skunder adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara :

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catata atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian seperti laporan tahunan dari UPT SAMSAT Balige sendiri, dari website resmi UPT ini.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literature, internet, data statistik dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

II.5. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Teknis analisa data kulitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data       

28

Burhan M. Bungin,. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 108

29

(58)

yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, dan menyusunnya kedalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.30

Proses analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, kuisioner (alat tambahan) dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. Data yang diperoleh dari UPT. SAMSAT maupun literature yang berkaitan dengan pelayanan administrasi dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor dikumpulkan unutk memenuhi kebutuhan penelitian. Data tersebut akan membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi yang mencukupi untuk menganilisis implementasi pelyanan SAMSAT.

2. Reduksi data

Reduksi data dilakukan untuk pemilihan dan pemilihan data yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan masalah ataupun tema penelitian. Data direduksi dengan tujuan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan proses pengimplementasian pelayanan SAMSAT. Data wawancara, kuisioner, dan dokumentasi laporan hasil kerja juga akan mendukung analisis data sehingga akan cukup berimbang antara hasil analisis dengan dukungan data yang terpercaya. Data yang diperlukan merupakan data yang berkaitan dengan pengimplementasian pelayanan SAMSAT dalam pengurusan pajak kendaraan bermotor.

      

30

(59)

Pengumpulan data  Pengumpulan data 

3. Penyajian data

Penyajian data merupakan upaya penyusunan data yang sudah dikumpulkan dan sudah direduksi untuk dianalisis dan diolah oleh peneliti menjadi suatu informasi yang menjawab pertanyaan penelitian. Data yang telah dikumpulkan dari penelitian di lapangan akan dianalisis secara kualitatif dan deskriptif. Analisis secara kualitatif merupakan analisis data dengan cara mengelompokkan dan menyeleksi secara sistematis data primer diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan teori teori yang diperoleh dari studi kepustakaan, sehingga dapat diperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti.

4. Kesimpulan

[image:59.595.111.500.537.786.2]

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan meyimpulkan temuan yang diperoleh dari lapangan dan memberikan informasi yang sesuai. Sehingga bisa disimpulkan bagaimana implementasi kebijakan pelayanan SAMSAT dalam rangka mewujudkan pelayanan public yang baik.

Gambar II.2. Komponen dalam Analisis Data

Penyajian data 

Reduksi data 

(60)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

III.1 Sejarah Berdirinya

Kantor bersama SAMSAT yang sering disebut juga Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Balige berdiri sejak tahun 1980-an. Dulunya UPT Balige merupakan induk dari Kabupaten Tapanuli Utara yang bertemp

Gambar

Gambar II.1. Model Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Gambar 1.2 Model Teori George Edward III
Gambar II.1 : Lokasi Penelitian
Gambar II.2. Komponen dalam Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dany Risdiyanto, D0112017, “ KUALITAS PELAYANAN DI KANTOR SAMSAT (SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP) KABUPATEN WONOGIRI” Skripsi, Program Studi Ilmu

pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.. g) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Sistem.. Administrasi Manuggal Satu Atap (SAMSAT) Medan

Tampilan Sistem Informasi Pemberitahuan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Berbasi Short Message Service (SMS) Gateway pada Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap

DAFTAR WAWANCARA TENTANG PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI UPT SATUAN ADMINISTRASI1. MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) MEDAN UTARA

Azza Kurniawati, D0113016, “ Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Kabupaten Kediri

Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara”.. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, dalam pelaksanaan pengurusan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada kantor bersama Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

Kehandalan (Reliability), dalam kualitas pelayanan administratif di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kabupaten Jeneponto dikategorikan