• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pakan Limbah Tauge Dan Suplementasi Omega-3 Terhadap Produksi Spermatozoa Domba Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pakan Limbah Tauge Dan Suplementasi Omega-3 Terhadap Produksi Spermatozoa Domba Garut"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Agricola, Vol 5 (2), September 2015, 133-142 p-ISSN : 2088 - 1673, e-ISSN 2354-7731 PENGARUH PAKAN LIMBAH TAUGE DAN SUPLEMENTASI OMEGA-3

TERHADAP PRODUKSI SPERMATOZOA DOMBA GARUT

Effect Of Feed Bean Sprout Waste And Supplementation Omega-3 On Production Spermatozoa Garut Rams

Nurcholis1, Raden Iis Arifiantini2, Mohamad Yamin3 Surel: cholissota@gmail.com

1Staf pengajar jurusan Peternakan Universitas Musammus, Merauke

2Staf pengajar Unit Rehabilitasi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 3

Staf pengajar Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the feeding effect of bean sprout waste and omega-3 to the spermatozoa production of garut rams. Twelve garut rams were divided into three groups of feeding; grass + concentrate (R1),bean sprouts waste + concentrate(R2) and bean sprouts waste + concentrate + omega-3 (R3). The semen were collected by using artificial vagina once a week. Semen evaluated macroscopically (volume, color, consistency and pH) and microscopically (mass movement, motility, viability, concentration, concentration per ejaculate and morphology of spermatozoa).The research was designed by using a completely randomized design (repeated measurement) and statistically analyzed using SAS 9.1 software. The results showed macroscopy no differences was found on microscopyc evaluation except for semen volume. Microscopyc evaluation showed that motility, viability and spermatozoa concentration as well as total number per ejaculete feed with R2dan R3were highger (P<0.05) than R1. However supplementation of omega-3 was no better than feed containing bean sprouts waste.

Key words: semen quality, bean sprouts waste, omega-3, garut ram

PENDAHULUAN

Domba garut merupakan domba lokal Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai domba unggulan penghasil daging ataupun untuk aduan. Domba garut jantan yang unggul jumlahnya terbatas dan harganya relatif mahal. Keunggulan domba garut di tempat asalnya didukung oleh faktor lingkungan yang ideal yaitu suhu 24-27oC dan pakan yang berkualitas baik. Namun pada ahir-ahir ini terjadi perubahan iklim dan cuaca yang mengakibatkan peningkatan suhu pada siang hari mencapai 33oC (BMKG, 2014), sehingga hal tersebut dapat berdampak terhadap penurunan produksi dan reproduksi. Reproduksi merupakan bagian terpenting dalam proses budidaya domba garut untuk menghasilkan bibit pejantan yang unggul. Proses budidaya yang tidak terarah dapat menurunkan sumber-sumber bibit berkualitas pada domba jantan.

Kualitas domba jantan salah satunya dapat diukur dengan memperhatikan kualitas semen segar. Menurut Arifiantini et al., (2006) pengujian kualitas semen yang sangat penting

(2)

(jumlah spermatozoa per ml) dan morfologi spermatozoa. Kualitas spermatozoa dalam semen segar salah satunya dipengaruhi oleh pakan. Kandungan pakan yang berkualitas baik akan memengaruhi kualitas semen domba.

Pakan domba garut pada umumnya adalah rumput lapang (Brachiaria humidicola) yang murah dan mudah diperoleh, namun memiliki komposisi nutrisi yang relatif rendah yaitu protein kasar (PK) 9.56% dan total digestible nutrien (TDN) 68.39%. Oleh karenanya untuk meningkatkan kualitas semen dibutuhkan pakan yang bernutrisi tinggi, murah dan mudah diperoleh sebagai pengganti rumput, salah satunya adalah limbah tauge berupa kulit kacang hijau. Limbah tauge merupakan limbah organik mengandung 63.35% air, 7.35% abu, 1.17% lemak, 13%-14% protein, 49.44% serat kasar dan 64.65% TDN (Rahayu et al., 2010). Selain itu per 100 g limbah tauge juga memiliki kandungan asam amino leusin 180 mg, metionin 34 mg dan argirin 200 mg (Departmen of Nutrition, National Food Institut, 2009). Plampona dan Roger (2004), melaporkan per 100 g limbah tauge mengandung vitamin C 13.2 mg, vitamin E 0.1mg, calsium 13 mg, dan Zn 0.41 mg.

Mineral Zn dapat digunakan oleh spermatozoa untuk mempertahankan integritas sel dan stabilisasi membran selnya sedangkan vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat melindungi membran spermatozoa dari oksidasi oleh radikal bebas. Membran spermatozoa selain dapat dilindungi oleh vitamin E, juga dapat dilindungi oleh omega-3 yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh atau polyunsaturated fatty Acid (PUFA) serta

eicosa pentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic Acid (DHA) sebagai pelindung membran

plasma. Towhidi et al., (2013) menyatakan pemberian PUFA dan α- tokoferol secara in vitro dapat melindungi spermatozoa domba saat proses kriopreservasi.

Mengingat jumlah domba jantan untuk bibit yang terbatas dan adanya potensi limbah tauge sebagai pakan ternak dan omega-3 dapat meningkatkan kualitas semen, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran limbah tauge sebagai pengganti rumput dan suplementasi omega-3 secara in vivo terhadap kualitas segar domba garut.

METODE Materi Penelitian

Sebanyak 12 ekor domba garut jantan umur ± 1,5 tahun dengan bobot badan 35-40 kg dan satu betina dewasa digunakan sebagai teaser (betina penggoda). Domba dikandangkan dalam kandang individu berukuran 1,5 x 0,75 m dan diadaptasikan dengan pemberian pakan rumput (Brachiaria humidicola) selama dua minggu sebelum perlakuan.

(3)

Prosedur Penelitian

Domba garut dibagi dalam tiga kelompok perlakuan pakan (Tabel 1), pemberian pakan berdasarkan 10% dari bobot badan dengan perbandingan 40% konsentrat dan 60% hijauan. Suplementasi omega-3 yang digunakan adalah Wild Salmon Oil (Tabel 2).

Tabel 1 Komposisi bahan pakan penelitian berdasarkan bahan kering

R1= Kosentrat + Rumput, R2= Kosentrat + limbah Tauge, R3= Kosentrat + Limbah Tauge+ omega-3

Tabel 2 Komposisi omega-3 per 1000 mg*

Komposisi Total

Wild salmon oil Vitamin E EPA** DHA** 1000mg 10 mg 90 mg/ 1000 mg 90 mg/1000 mg * Nature pristine ( Wild Salmon Oil) Diproduksi : Natural Factors Nutritiona products ** Eicosa Pentaenoic Acid ( EPA ) dan Docosahexaenoic Acid (DHA)

Koleksi semen

Koleksi semen dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, sebelum perlakuan semen yang dikoleksi dari domba yang diberi pakan rumput (Brachiaria humidicola), sedangkan setelah perlakuan semen yang dikoleksi dari domba yang diberi perlakuan pakan, koleksi semen dilakukan menggunakan vagina buatan dengan domba betina sebagai teaser pada pagi hari jam 06.00-08.00 WIB satu minggu sekali selama 1.5 bulan mengikuti satu siklus spermatogenesis.

Rancangan penelitian dan Analisa Data

Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (Repeated Measurement) dengan 4 ulangan. Data dianalisis menggunakan software SAS 9.1, pengujian perbedaan antar perlakuan menggunakan Least Square Means.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik makroskopis semen segar domba garut

Secara makroskopis semen segar domba garut sebelum dan sesudah perlakuan tidak menunjukkan perbedaan (P>0.05) pada warna dan konsistensi semen. Seluruh semen yang diperoleh berwarna kream dengan konsistensi yang kental, hal ini sesuai dengan Garner dan

Bahan pakan Perlakuan

R1(%) R2(%) R3(%)

Konsentrat 60 60 60

Rumput 40 -

-Limbah tauge - 40 40

(4)

Hafez, (2000) bahwa warna semen domba yang normal umumnya krem dengan konsistensi yang kental.

Volume semen segar pada awal penelitian berkisar antara 0.48 sampai dengan 0.60 ml. Setelah pemberian pakan volume semen meningkat antara 0.72±0.70 sampai dengan 0.85±0.35 ml (Tabel 3). Peningkatan volume semen terlihat pada domba-domba yang diberi pakan R2dan R3, tetapi tidak pada pakan R1. Volume semen domba garut tersebut merupakan nilai yang normal, sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez, (2000) yaitu antra 0.8-1.2 ml. Suplementasi omega-3 pada perlakuan R3ternyata tidak meningkatkan volume semen domba garut. Hal tersebut juga telah dilaporkan oleh Fair et al., (2014) penggunaan minyak ikan pada pakan domba tidak memengaruhi volume, konsistensi dan warna semen domba.

Tabel 3 Karakteristik makroskopis semen segar domba garut sebelum dan sesudah pemberian pakan yang berbeda*

Karakteristik Tahap Pakan

R1 R2 R3

Volume Sebelum 0.60±0.10a 0.60±0.07a 0.48±0.06a

Sesudah 0.72±0.70a 0.85±0.35b 0.85±0.17b

pH Sebelum 6.47±0.75a 6.40±0.21a 6.50±0.15a

Sesudah 6.80±0.19a 7.02±0.11b 7.10±0.05b Huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0.05) pada masing-masing parameter; R1konsentrat+rumput, R2konsentrat + limbah tauge, R3konsentrat + limbah tauge + omega-3. * pakan sebelum perlakuan menggunakan rumput (Brachiaria humidicola).

Peningkatan volume semen pada R2dan R3ini dapat dipahami karena kualitas protein pada pakan akan memengaruhi kerja dari hormon termasuk proses spermatogenesis dan aktifitas kelenjar asesoris sebagai penghasil plasma semen. Kebutuhan protein untuk domba dewasa dengan bobot badan lebih dari 30 kg, minimum sebesar 12.5%, limbah tauge mengandung 14% protein sehingga kebutuhan minimum telah terlampaui. Hal ini juga telah dilaporkan oleh Herdiawan et al., (2007) bahwa pemberian pakan pada domba priangan yang mengandung protein 14.7% dapat meningkatkan volume dan konsistensi semen serta gerakan massa spermatozoa.

Derajat keasaman (pH) semen domba garut sebelum perlakuan adalah 6.4 – 6.5, dan setelah perlakuan cenderung lebih basa yaitu 6.80 sampai dengan 7.10 (Tabel 3). Secara keseluruhan pH semen sebelum ataupun sesuadah perlakuan masih termasuk normal, karena menurut Garner dan Hafez, (2000) pH semen domba yang normal berkisar antara 5.9 –7.3. Karakteristik mikroskopis semen segar domba garut

Secara mikroskopis nilai gerakan massa domba-domba sebelum perlakuan menunjukkan nilai antara positif dua dan tiga (++ dan +++), setelah perlakuan menunjukkan nilai yang baik dengan nilai positif 3 (+++) yaitu menunjukkan gelombang masa spermatozoa

(5)

yang besar, tebal, banyak dan aktif bergerak, tetapi tidak terdapat perbedaan gerakan massa antar pakan yang diberikan.

Tabel 4 Karakteristik mikroskopis semen segar domba garut sebelum dan sesudah pemberian pakan yang berbeda

Karakteristik Tahap Pakan

R1 R2 R3

Gerakan massa Sebelum 2.50±0.28a 2.75±0.50a 2.75±0.25a

Sesudah 3.00±0.00a 3.00±0.00a 3.00±0.00a

Motilitas (%) Sebelum 71.25±4.26a 72.50±1.44a 72.50±1.44a

Sesudah 73.75±1.25aA 80.00±0.00bB 81.25±1.25bB

Viabilitas (%) Sebelum 77.00±3.80a 78.50±0.95a 78.75±0.75a

Sesudah 79.25±1.10aA 83.75±1.31bB 86.80±1.00bB

Konsentrasi/ml Sebelum 3430±77.80a 3474±19.97a 3491±31.51a

Sesudah 3480±70.02aA 3657±49.17bB 3641±23.60bB

Konsentrasi perejakulat

Sebelum 1805±51.44a 1841±225.92a 2082±237.03a

Sesudah 2347±153.63bA 3178±424.85bB 3155±131.16bB Abnormalitas

Spermatozoa (%)

Sebelum 5.05±0.27a 4.00±0.57a 5.57±0.79a

Sesudah 2.50±0.09b 1.50±0.57b 2.32±0.16b

Huruf kecil berbeda yang mengikuti angka pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). Huruf besar berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). R1konsentrat+rumput, R2konsentrat + limbah tauge, R3konsentrat + limbah tauge + omega-3

Motilitas spermatozoa adalah gerakan spermatozoa yang maju ke depan. Motilitas spermatozoa domba garut sebelum perlakuan antara 71.25% sampai dengan 72.50%. Setelah pemberian pakan menunjukkan terdapat peningkatan nilai motilitas. Perbedaan mulai terlihat pada minggu ke tiga dan seterusnya, hal ini dapat diartikan bahwa pemberian limbah tauge mulai memperbaiki spermatozoa yang berada di epididimis.

Pada minggu ke lima motilitas spermatozoa pada domba yang diberi pakan R1lebih rendah dibandingkan dengan yang diberi pakan R2 dan R3 (P<0.05) tetapi tidak berbeda dibandingkan dengan motilitas spermatozoa sebelum perlakuan. Pada domba-domba yang diberi pakan R2 dan R3menunjukkan adanya peningkatan motilitas dari sebelum perlakuan dan setelah pemberian pakan, tetapi antar R2dan R3tidak berbeda artinya pemberian omega-3 dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya peningkatan motilitas spermatozoa.

Peningkatan motilitas spermatozoa pada R2 dan R3 ini dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan yang diberikan. Garner dan Hafez, (2000) menyatakan bahwa kandungan nutrisi pada pakan menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan motilitas spermatozoa. Nilai motilitas spermatozoa domba garut yang diberi ransum R2 dan R3 lebih tinggi dibandingkan dengan Yulnawati dan Herdis, (2009) yaitu 73±2.45%.

Pakan R2dan R3memiliki nutrisi lebih baik dari R1karena mengandung protein lebih tinggi dan adanya vitamin E yang berasal dari limbah tauge. Astuti et al., (2009) menyatakan pemberian 3 mg/ekor/ hari tepung kedelai kaya isofavon, serta Zn dan vitamin E pada tikus

(6)

jantan dapat meningkatkan motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Pemberian vitamin E dosis 100 mg/kg/hari juga dapat meningkatkan berat testis, jumlah spermatozoa serta motilitas spermatozoa tikus (Momeni et al., 2009). Limbah tauge juga memiliki kandungan asam amino arginin, defisiensi asam amino ini dapat menyebabkan gangguan proses spermatogenesis,menghambat metabolisme spermatozoa sehingga menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa. Asam amino arginin dapat melindungi membran plasma spermatozoa dari kerusakan akibat peroksidasi lipid dengan meningkatkan oksidasi nitrit (Husen et al., 2011).

Pakan R3yang disuplementasi omega-3 dalam penelitian ini tidak dapat meningkatkan motilitas spermatozoa. Hasil ini berbeda dengan laporan (Samadian et al., 2010), (Esmaeili

et al., 2012) dan (Jafaroghli et al., 2014), ketiga peneliti tersebut menyatakan pemberian

minyak ikan mengandung PUFA dapat meningkatkan motilitas spermatozoa domba 79.7% sampai dengan 82.68%.

Viabilitas spermatozoa domba garut sebelum perlakuan menunjukkan nilai 77.00% sampai dengan 78.75%, dan setelah pemberian pakan selama lima minggu menunjukkan adanya peningkatan nilai viabilitas pada domba-domba yang diberi pakan R2dan R3(P<0.05), tetapi peningkatan tersebut tidak terlihat pada domba-domba yang diberi pakan R1 (Tabel 4). Peningkatan nilai viabilitas mulai terlihat pada minggu ke tiga dan seterusnya. Domba yang diberi pakan R1 hanya meningkat 2% yaitu dari 77 menjadi 79.25%, peningkatan tersebut disebabkan pemberian pakan R1 kontrol mempunyai komposisi yang lebih baik dari sebelumnya yang hanya diberi pakan rumput lapang. Pada pakan R2 dan R3 peningkatan cukup tinggi antara 5 sampai 8%, hal ini disebabkan konsumsi pakan yang terdapat pada R2 dan R3mengandung protein yang lebih tinggi.

Dethan et al., (2010) menyatakan bahwa pakan yang memiliki kandungan protein tinggi mampu meningkatkan persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Tingginya protein tersebut dapat memengaruhi membran plasma spermatozoa, mengingat prinsip pengujian viabilitas berdasarkan permiabilitas membran plasma. Graham, (2001) melaporkan bahwa eosin nigrosin yang dipaparkan pada spermatozoa akan masuk ke dalam sel yang mempunyai permiabilitas membran yang tinggi, sebaliknya spermatozoa yang masih hidup akan mencegah atau memompa kembali eosin nigrosin yang dipaparkan sehingga spermatozoa tidak menyerap warna tersebut.

Selain protein, limbah tauge mengandung vitamin E serta Zn. Pemberian 35ppm Zn dalam pakan dapat meningkatkan motilitas, viabilitas dan konsentrasi spermatozoa sapi (Khumar et al., 2006). Peningkatan viabilitas spermatozoa pada R2 dan R3 tidak berbeda,

(7)

tetapi nilai peningkatan cenderung lebih tinggi, hal ini disebabkan omega-3 yang terdapat dalam pakan R3 memperbaiki membran plasma lebih baik dibandingkan dengan pakan R2. Manfaat omega-3 yang mengandung PUFA terhadap viabilitas spermatozoa, sudah dibuktikan oleh Esmaeili et al., (2012) Peneliti tersebut melaporkan viabilitas spermatozoa domba yang diberi minyak ikan lebih tinggi (81%) dibandingkan dengan minyak bunga matahari (77.5%). Selanjutnya ditambahkan oleh Talivani et al., (2007) fosfolipid dan PUFA diperlukan untuk mempertahankan integritas membran plasma spermatozoa.

Konsentrasi merupakan jumlah spermatozoa yang terkandung dalam satu mililiter semen, semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak sel spermatozoa yang dapat melakukan fertilisasi. Konsentrasi spermatozoa domba garut sebelum perlakuan adalah 3430 sampai dengan 3491x106 per ml. Setelah perlakuan menunjukkan nilai konsentrasi spermatozoa pada pakan R2 (3657±49.17 x106) dan R3 (3641±23.60 x106) lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan R1(3480±70.02x106)dan juga konsentrasi sebelum perlakuan.

Perbedaan nilai konsentrasi spermatozoa pada domba-domba yang diberi pakan R2dan R3disebabkan oleh pakan yang mengandung limbah tauge. Limbah tauge yang mengandung protein dan asam amino arginin sebanyak 200 mg/100g (Departmen of Nutrition, National Food Institut, 2009) dapat memperbaiki proses spermatogenesis sehingga konsentrasi spermatozoa yang diejakulasikan meningkat. Asam amino arginin pada tikus putih dapat meningkatkan jumlah spermatozoa dengan cara menghambat inhibitor glikolisis spermatozoa sehingga meningkatkan aktivitas metabolik hingga delapan kali lipat (Mayasari, 2005). Secara umum nilai konsentrasi spermatozoa pada semua perlakuan pakan yang diberikan ini termasuk baik, karena konsentrasi normal pada domba berkisar antara 2000 sampai dengan 3000x106(Garner dan Hafez, 2000) dan pada domba garut 3242±535 106(Herdis, 2005).

Konsentrasi spermatozoa per ejakulat merupakan jumlah total spermatozoa dalam satu kali ejakulasi, dapat dihitung dengan cara mengalikan volume semen yang diejakulasikan dengan konsentrasi spermatozoa per ml. Konsentrasi spermatozoa per ejakulat pada penelitian ini sebelum perlakuan berkisar antara 1805 sampai dengan 2082 x106, setelah perlakuan pakan, total konsentrasi spermatozoa per ejakulat meningkat antara 2347 sampai dengan 3178 x106.

Domba-domba yang diberi pakan R2 dan R3, menunjukkan total konsentrasi per ejakulat yang lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan R1. Hal ini disebabkan konsentrasi per ml meningkat disertai juga dengan peningkatan volume semen, sehingga total konsentrasi menjadi lebih tinggi, tetapi tidak terdapat perbedaan antara antara domba-domba yang diberi pakan R2 dan R3. Perbedaan konsentrasi per ejakulat antara pakan R2 dan R3 dibandingkan R1 disebabkan

(8)

pada omega-3. Alizadez et al.,(2014) melaporkan bahwa domba yang disuplementasi minyak ikan mengandung EPA dan DHA memberikan efek positif terhadap total konsentrasi spermatozoa selama pemberian satu sampai dua bulan.

Morfologi spermatozoa adalah bentuk spermatozoa terdiri atas morfologi spermatozoa yang normal dan abnormal. Spermatozoa yang abnormal (abnormalitas spermatozoa) yang diamati dalam penelitian adalah abnormalitas primer dan sekunder. Abnormal primer merupakan kelainan spermatozoa yang berasal dari proses sprematogenesis (Chenoweth, 2005) sedangkan kelainan sekunder biasanya terjadi pada saat pembuatan preparat saat evaluasi semen seperti kepala terlepas dari ekor (Rizal dan Herdis, 2008). Abnormalitas spermatozoa sebelum perlakuan cukup rendah yaitu hanya 4.00 sampai dengan 5.57%. Setelah perlakuan, jumlah spermatozoa yang abnormal menurun (P<0.05) hanya sebesar 1.5 sampai dengan 2.5% dan tidak ada perbedaan jumlah abnormalitas spermatozoa antar perlakuan pakan yang diberikan (Tabel 4). Jumlah abnormalitas spermatozoa pada penelitian ini sangat bagus mengingat abnormalitas spermatozoa pada domba menurut Garner dan Hafez, (2000) berkisar antara 5 sampai dengan 20%. Rendahnya nilai spermatozoa dalam penelitian ini kemungkinan karena pakan yang diberikan sangat bagus sehingga mendukung proses spermatogenesis dan pematangan spermatozoa dalam epididymis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pakan yang mengandung limbah tauge dapat meningkatkan volume semen, motilitas, viabilitas, konsentrasi spermatozoa per ml dan konsentrasi spermatozoa total per ejakulat. Penambahan omega-3 pada pakan limbah tauge hanya memperbaiki viabilitas tetapi tidak pada parameter kualitas semen yang lain. Meningkatnya konsentrasi spermatozoa total perejakulat menyebabkan jumlah betina yang bisa dilayani jika dilakukan dengan teknik inseminasi buatan akan meningkat, dengan kata lain pemberian limbah tauge bisa meningkatkan produktivitas dan reproduksivitas domba garut.

KESIMPULAN

Pemberian pakan limbah tauge pengganti rumput dan suplementasi omega-3 sama-sama dapat meingkatkan produktivitas spermatozoa semen segar domba garut, akan tetapi suplementasi omega-3 tidak lebih baik dari pakan yang mengandung limbah tauge tanpa omega-3.

DAFTAR PUSTAKA

Alizadez, A., V. Esmaeili, A. Shahverdi, L. Rashidi. 2014. Dietary Fish Oil can change Sperm Parameters and FattyAcid Profiles of Ram Sperm during Oil

(9)

ConsumptionPeriod and after Removal of Oil Source. Cell Journal(Yakhteh), 16 (3): 289-298

Arifiantini, R.I., T. Wresdiyati, E.F. Retnani. 2006. Pengujian morfologi spermatozoa sapi bali (Bos Sondaicus) Menggunakan pewarnaan "williams" J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 (2)

Arfiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Yusuf T.L editor. Bogor (ID):IPB Press

Astuti S., D. Muchtadi, M. Astawan, B. Purwanta dan T. Wresdiyati. 2009. Kualitas Spermatozoa Tikus yang Diberi Tepung Kedelai Kaya Isoflavon, Seng (Zn) dan

Vitamin E. Media Peternakan 32 (1): 12-21.

[BMKG] Badan Meterorologi Klimatoligi dan Geofisika. 2013. Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan November 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Januari sampai mei 2013. http://www.bogor.go.id/berkas-unggah/2012/12/Prak-Jabar-Januari-2013-B.pdf (2 september 2014)

Chenoweth, P.J. 2005. Genetic Sperm defect. Theriogenology 64 : 457–468.

Dethan, A.A., Kustono, H. Hartadi. 2010. Kualitas dan kuantitas sperma kambing Bligon jantan yang diberi pakan rumput gajah dengan suplementasi tepung darah. Buletin Peternakan. 34(3) : 145-153.

Esmaeili, V., A.H. Shahverdi, A.R. Alizadeh, H. Alipour, M.Chehraz. 2012. Saturated, omega-6 and omega-3 dietary fatty acid effects on the characteristics of fresh, frozen–

thawed semen and blood parameters in rams. Journal Andrologia (20): 1–8.

Fair, S., D.N. Doyle, M.G. Diskin, A.A. Hennessy, D.A. Kenny. 2014. The effect of dietary n

− 3 polyunsaturated fatty acids supplementation of rams on semen quality and

subsequent quality of liquid stored semen. Theriogenology (81): 210–219.

Garner, D.L. andE.S.E. Hafez. 2000.Spermatozoa and seminal plasma. In Reproduction in Farm Animals.Hafez, E.S.E. andB. Hafez (ed). 7th.Lippincot Williams and Wilkins, Philadelphia.

Graham, J.K. 2001. Assessment of sperm quality. Proceendings of the anual convention of the AAEP-2001. (47): 302-305.

Herdiawan, I., A. Semali, Sajimin. 2007. Pengaruh pemberian tiga jenis leguminosa herba (stylosanthes hammata, clitoria ternate dan lab-lab purpureus) terhadap kualitas semen domba Priangan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Herdis., M.R Toelihere, I. Supriatna, B. Purwantara, R.T.S. Adikara. 2005. Optimalisasi Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries) melalui Penambahan Maltosa ke dalam Pengencer Semen Tris Kuning Telur. Media Kedokteran Hewan 21 (2):2005 Husen, R.H., M.O. Ahmed, S.M. Muhammed. 2011. Effec of L. Argirin Vitamin E and their

combinations on sperms morphology in Albino male mice. J.Al-Nahrain University : 14(2) : 137-143.

(10)

Jafaroghli, M., H.A. Benemar, M.J. Zamiri, B. Khalili, A. Farshad,A.A. Shadparvar. 2014. Effects of dietary n−3fatty acids and vitamin C on semen characteristics, lipid

composition of sperm and blood metabolites in fat-tailed Moghani rams. Animal Reproduction Science. (147): 17–24

Khumar, N., R.P. Vermaa, L.P. Singha, V.P. Varshneyb, R.S. Dass. 2006. Effect of different

levels and sources of zinc Supplementation on quantitative and qualitative Semen attributes and serum testosterone level in Crossbred cattle (Bosindicus × Bostaurus) bulls.Reprod. Nutr.46 :663–675.

Mayasari, Y.R. 2005. Efek pemberian kedelai (Soya max) terhadap jumlah sperma tikus putih (Rattus norvegicus) yang diasapi rokok putih. J. Kedokteran YARSI : 13(3) : 273-80. Momeni., R. Hamid, Mehranjan, S. Malek, M.H. Abnosi, Mahmoodi, and Monireh. 2009.

Effects of vitamin E on sperm parameters and reproductive hormones in developing rats treated with para-nonylphenol. Iranian Journal of Reproductive Medicine 7 (3):111-116.

Plampona G- Roger. 2004. Foods that Heal. Safeliz, editor Spaind (ES) madrid.

Rahayu, S.D., D.S. Diapari, Wandito, Ifafah WW. 2010. Survey potensi ketersediaan limbah tauge sebagai pakan ternak alternatif di Kodya Bogor. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rizal, M., Herdis, A. Boediono, A.A. Selamet dan Yulnawati. 2006. Peranan Beberapa Jenis Gula dalam Meningkatkan Kualitas Semen Beku Domba Garut. JITV 11 (2)

Tavilani, H., M. Doosti, K. Abdi, A. Vaisiraygani and H.R. Joshaghani. 2006. Decreased polyunsaturated and increased saturated fatty acid concentration in spermatozoa from asthenozoospermic males as compared with normozoospermic males. Journal Compilation Andrologia (38): 173–178.

Towhidi, A., S. Zeinoaldini, R. Ardebili, N.D. Davachi, A.H. Nasiri. 2013. Combined n-3 Fatty Acids and α-Tocopherol Supplementation Improved the Ovine Sperm Cryosurvival. Iranian Journal of Biotechnology. 2013 Autumn; 11(4): 238-43. DOI: 10.5812 / ijb.14469.

Yulnawati dan Herdis. 2009. Kualitas semen cair domba garut pada penambahan sukrosa dalam pengencer tris kuning telur. JITV 1 : 45-49.

Gambar

Tabel 2  Komposisi omega-3 per 1000 mg*
Tabel 3 Karakteristik makroskopis semen segar domba garut sebelum dan sesudah pemberian pakan yang berbeda*
Tabel 4 Karakteristik mikroskopis semen segar domba garut sebelum dan sesudah pemberian pakan yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan yang sama, tetapi pemberian pakan dilakukan dua kali dengan pagi diberi konsentrat dan sore diberi limbah tauge serta

Domba garut jantan dengan umur dibawah 1 tahun (I 0 ) dipelihara secara intensif dengan perlakuan jenis pakan yang berbeda yaitu R1 (konsentrat dan rumput lapang) dan

Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan taraf limbah udang yang berbeda pada domba lokal jantan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa domba Garut dengan pemberian pakan limbah tauge memiliki bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot karkas dan persentase karkas yang

pada domba garut menghasilkan nilai pH, warna semen, konsistensi semen, gerakan massa spermatozoa, motilitas spermatozoa, viabilitas spermatozoa, cytoplasmic droplet yang

Kualitas daging domba garut dan ekor tipis muda yang diberi ransum limbah tauge pada umur yang sama secara umum tidak memiliki perbedaan pada peubah seperti pH, DMA,

Kesimpulan dari penelitian ini, limbah tauge dan kangkung kering memiliki palatabilitas yang baik dan tidak berpengaruh nyata terhadap respon fisiologis domba

Performa domba garut dengan pemberian pakan limbah tauge dan kangkung kering sebagai hijauan pengganti rumput tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan