• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERPEN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERPEN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 TAKALAR"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

1

CERPEN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Skripsi pada Jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Rina

NIM 10533766914

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JUNI 2018

(2)

KATA PENGANTAR

Allah SWT maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selasai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Haruna Daeng Tola dan Sendong Daeng Ngaga yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada Cece Daeng Sa‟bi dan Mona Daeng Rannu. Dr.A.Rahman Rahim, M.

(3)

Hum., dan Sakaria, S.Pd., M. Pd., pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesai.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Munirah, M.Pd., ketua program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh Dosen dan para staf pegewai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Sekolah, Guru, Staf SMA Negeri 8 Takalar, dan Ibu Hamneni Mansyur, SS., selaku guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuanganku Citrawani yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberikan pelangi dalam hidupmu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak

(4)

akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memeberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, Juni 2018

(5)

ABSTRAK

Rina. 2014. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Cerpen Dengan Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Takalar.Skripsi, Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universita Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 A. Rahman Rahim dan Pembimbing 2 Sakaria.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu (1)Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write, (2)Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write, (3)Bagaimanakah melakukan penilaian proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write. Penelitian ini bertujuan untuk(1) Mendeskripsikan tentang perencanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write, (2) Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write, (3) Mendeskripsikan penilaian proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( class Action Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksakan tindakan, observsi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabuten Takalar sebanyak 26 siswa.

Hasil pengamtan proses terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan peneliti yaitu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, pengamatan, dan refleksi. Peningkatan yang mencapai kategori baik ini di pengaruhi oleh adanya strategi Think Talk Write. Apabila strategi dalam kelas baik maka peningkatan belajar siswa akan bertambah. Pada aspek produk terdapat peningkatan yang sangat baik, dilihat dari tujuh aspek penilaian guru. Aspek yang dimaksud adalah aspek kesesuaian isi, aspek lafal, aspek ekspresi, aspek percaya diri dan aspek intonasi. Hasil evaluasi pratindakan mampu memperoleh nilai di atas standar ketuntasan minimal 75 hanya 5 siswa (19,23%) dan yang belum mencapai standar ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa (80,76%).Hasil evaluasi siklus I memperoleh standar ketuntasan manimal 75 (46,15%) sebanyak 12 siswa dan yang belum mencapai standar ketuntasan minimal (53,84%) sebanyak 14 siswa. Perolehan nilai pada siklus 2 adalah standar ketuntasan minimal 75 mencapai (88,46%) adalah 23 siswa dan 3 siswa belum mencapai atas standar ketuntasan minimal 75 mencapai (11,53%). Hal ini mengindikasikan bahwa startegi Think Talk Write sebagai upaya meningkatkan keterampilan keterampilan

(6)

menceritakan kembali isi cerpen dengan menerapkan startegi Think Talk Write siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Takalar sudah berhasil.

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto:

Jika kepandaianmu tidak sanggup untuk memukau dan meyakinkan seseorang

Maka buatlah dia bingung dengan ketidak tahuanmu

Persembahan:

Karya ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku

2. Keluarga yang memberi dukungan

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan pikiran dan perasaan. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, dalam pembelajaran siswa dilatih melalui keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu senada dengan pendapat Sujanto (1988:56), yang menyatakan bahwa pengajaran bahasa di sekolah terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Tujuan akhir keempat keterampilan tersebut dalam pembelajaran bahasa agar siswa mampu berkomunikasi.

Salah satu aktivitas komunikasi itu adalah berbicara. Berbicara merupakan salah satu kegiatan komunikasi dalam interaksi sosial melalui bahasa. Dalam komunikasi seseorang dituntut mampu menyampaikan pesan, kepada orang lain melalui paparan simbol grafis. Pada saat menyampaikan pesan seseorang dituntut mampu memilah, memilih, dan menyusun apa yang muncul dalam skemata menjadi topik yang dikemukakan dalam kalimat dan paragraf. Untuk mengembangkan topik, pembicara dapat mengemukakan gagasan, pendapat, perasaan, kemauan, keinginan, atau informasi dari hasil pengalaman atau pengetahuan dalam interaksi sosial (Syafi‟ie, 1988:48).

Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang menggunakan proses berpikir. Proses berpikir tersebut dilakukan dalam dua hal, yakni apa dan

(9)

bagaimana cara menyampaikan gagasan. Apa yang diceritakan harus berkaitan dengan gagasan atau materi yang akan dicerita, sedangkan bagaimana cara berbicara berkaitan dengan pengembangan gagasan. Proses menggali materi yang akan dicerita dilakukan melalui kegiatan pemilihan topik, pengumpulan bahan, perencanaan penataan cerita, penetapan tujuan berbicara, dan pengembangan gagasan.

Keterampilan berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa perlu dimiliki oleh siswa agar mampu berkomunikasi secara lisan. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis), ejaan, dan tanda baca dalam bahasa lisan (Puskur, 2002:2).

Standar isi mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia mengcakup komponen berbahasa dan kemampuan bersastra (Depdiknas, 2006). Standar kompetensi tersebut dikembangkan menjadi beberapa kompetensi dasar. Semua standar komptensi atau kompetensi dasar menekankan kemampuan siswa berbicara, baik kemampuan berbahasa maupun kemampuan bersastra. Hal ini diharapkan setelah mengikuti pembelajaran berbicara, siswa memiliki kemampuan berbicara yang memadai. Namun, harapan agar siswa memiliki kemampuan berbicara yang memadai masih belum tercapai. Oleh karena itu siswa dituntut menguasai aspek-aspek yang termuat dalam keterampilan menulis agar dapat

(10)

menuangkan gagasannya secara terpadu dalam bahasa yang dapat dimengerti pendengar.

Kelemahan berbicara yang dialami siswa perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk menggairahkan dunia berbicara yang selama ini hampir pudar, perlu disadarkan kembali arti penting berbicara bagi siswa.Bernerd Percy (dalam Nursisto, 1999: 6 ) mengungkapkan sekurang-kurangnya ada enam manfaat berbicara yaitu: (1) sarana untuk pengungkapan diri, (2) sarana untuk memahami sesuatu, (3) sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan dan rasa harga diri, (4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling, (5) sarana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat, (6)sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan mempergunakan bahasa. Bila dari serangkaian manfaat berbicara di atas dikaitkan dengan kemampuan pokok yang harus ada setiap siswa, yaitu membaca, berbicara, dan berhitung, tampaklah bahwa di antara tiga kemampuan itu, berbicara merupakan keterampilan yang punya andil besar bagi peradaban dunia. Dengan memiliki keterampilan berbicaraakan mampu memberikan reaksi positif terhadap perkembangan lingkungan yang selalu dinamis.

Berdasarkan hal di atas, pembelajaran di kelas perlu mengikuti paradigma pembelajaran yang berkembang dan efektif. Guru harus menginovasi strategi pembelajaran yang dapat memacu semangat berbicara siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya

(11)

keterampilan berpikir siswa (penalaran, dan komunikasi) dalam mengembangkan gagasan memecahkan adalah pembelajaran berbasis strategi Think Talk Write.

Pembelajaran berbasis strategi Think Talk Write membantu siswa untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pada pembelajaran berbasis strategi Think Talk Write, kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan strategi pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis (Sanjaya, 2008: 48).

Strategi pembelajaran berbasis strategi Think Talk Write dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada strategi ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan cerpen dan siswa mampu mengembangkan ide yang membutuhkan kerjasama di antara siswa. Dalam strategi pembelajaran ini, guru memandu siswa menguraikan rencana menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Menurut Arends (dalam Trianto, 2010: 8), pembelajaran berbasis strategi Think Talk Write merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengfokuskan siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan

(12)

maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirin, dan percaya diri. Strategi pembelajaran ini juga mengacu pada strategi pembelajaran yang lain, seperti “pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction)”, “pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction),” “belajar autentik (authentic learning),” dan “pembelajaran bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan (anchored instruction)” Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2010: 32).

Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, peneliti merasa perlu menggunakanpenerapan strategi pembelajaran berbasis strategi Think Talk Write untuk meningkatan kemampuan menceritakan kembali isi cerpen dan akan lebih memberikan manfaat karena mampu memberikan reaksi positif terhadap perkembangan lingkungan sekitar yang dinamis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write?

3. Bagaimana melakukan penilaian proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write?

(13)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah seperti yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan dan mendeskripsikan penggunaan strategi Think Talk Write sebagai upaya peningkatan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar.

Tujuan umum penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tentang perencanaan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menceritakan kembali isi

cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write.

3. Mendeskripsikan penilaian proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terkait, baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dan tinjauan kepustakaan tentang pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen.

(14)

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan strategi pembelajaran. Selain itu, memperkaya dan memberikan dukungan terhadap teori-teori strategi pembelajaran, khususnya pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, dapat dijadikan strategi untuk mempercepat proses pemahaman dalam menceritakan kembali isi cerpen .

2. Bagi guru, dapat dijadikan salah satu strategi pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan strategi Think Talk Write.

3. Bagi peneliti lanjut, memperkaya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write sebagai upaya peningkatkan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis

Tinjauan teoritis yang diuraikan dalam penelitian ini merupakan landasan teori yang dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian. Pembahasan pada tinjauan pustaka ini meliputi: (1) berbicara, (2) pengertian cerpen, (3) strategi Think Talk Write.

1. Pengertian Berbicara

Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan hal ini dikemukakan oleh Fadillah (2012:161). Strategi pembelajaran ialah suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu. Dalam pendidikan penggunaan Strategi pembelajaran sangat diperlukan, sebab dapat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Terkait Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ada beberapa Strategi yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Strategi-Strategi ini sudah disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik anak usia dini. Salah satu Strategi yang dapat digunakan yaitu bercerita.

Bercerita menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian disekelilingnya. Berbagai

(16)

macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat berdasarkan pengalaman yang diperoleh.

Tokoh lain berpendapat bercerita adalah sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain menurut Bachtiar (2005:10). Sedangkan Strategi bercerita merupakan salah satu pemberian rangsangan pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita secara lisan.

Moeslichatoen (2004:157), bahwa Strategi bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakanpun harus menarik dan mengundang perhatian tetapi tidak terlepas dari tujuan pembelajaran anak usia dini. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PAUD Stra tegi bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberi kete rangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai aspek pada anak.

Pendapat lain dikemukakan oleh Fadlillah (2012:172), Strategi bercerita adalah Strategi yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian atau peristiwa tersebut disampaikan melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang unik. Strategi bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur yang membedakan antara bercerita dengan Strategi penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya.

(17)

Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwaStrategi bercerita adalah salah satu strategi pembelajaran dimana p enyampaiannya melalui tutur kata secara lisan dengan menceritakan kisah atau suatu peristiwa dan informasi tanpa meninggalkan tujuan dari pembelajaran tersebut.

2. Tujuan bercerita

Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi ceritayang disampaikan lebih baik. Menurut Moeslichatoen (2004:170) tujuan kegiatan bercerita bagi anak adalahsebagai berikut :

1. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dankeagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

2. Anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita.

3. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikanoleh orang lain.

4. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya. 5. Anak dapat menjawab pertanyaan.

6. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yangdidengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan,diperhati kan, dilaksanakan dandiceritakannya pada orang lain.

(18)

Pendapat lain dikemukakan Abdul Aziz (2002:64), bahwa ada tujuan dari bercerita yaitu untuk menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang baik, menambah pengetahuan anak.Berdasarkan uraian diatas maka Strategi bercerita bertujuan untuk melatih anakberkomunikasi dengan baik, mendengarkan apa yang disampaikan dengan seksama, mengerti pesan dari cerita dan mampu menambah wawasan dan pengetahuan secara luas.

3. Fungsi Bercerita

Bercerita dapat menjadikan suasana belajar menyenang kan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh anak.Tampubolon (1991:50) menjelaskan bahwa bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah memberikan stimulasi pada aspek perkembangan anak.

Pendapat diatas menegaskan bahwa bercerita dapat membantu mengoptimalkan kemampuan mengungkapkan bahasa, dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata, melatih merangkai kalimat

(19)

sesuai tahap perkembangannya, dan selanjutnya anak dapat mengekspresikan dirinya.

4. Manfaat Bercerita

Bercerita dalam kegiatan pengajaran anak di TK mempunyai beberapa manfaat yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004:168) tujuan pendidikan TK antara lain:

a. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.

b. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.

c. Anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor yang dimiliki oleh anak.

e. Melatih anak untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis, sehingga anak kreatif dalam melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengar.

f. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembang kan dimensi perasaan anak.

(20)

g. Melatih daya serap anak. h. Melatih daya pikir anak. i. Melatih daya konsentrasi anak.

Berdasarkan penjelasan tersebut ada banyak manfaat dari bercerita. Makadari itu bercerita dijadikan salah satu referensi dalam pemilihan Strategi pembelajaran pada anak usia dini, karena banyak nilai positif yang terkandung.

5. Macam-Macam Bercerita

Ada beberapa macam teknik bercerita yang dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004:158-160) yang dapat dipergunakan antara lain sebagai berikut :

a. Membaca langsung dari buku cerita

b. Bercerita degan menggunakan ilustrasi gambar dari buku c. Menceritakan dongeng

d. Bercerita dengan menggunakan papan flannel e. Bercerita dengan menggunakan media boneka f. Dramatisasi suatu cerita

g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan

Berdasarkan penjelasan tokoh tersebut, macam-macam metode bercerita dapat dijadikan salah satu pilihan, sehingga penggunaan Strategi ini tidak membosankan bagi anak.

6. Pengertian cerpen

Cerpen adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang kehidupan manusia lewat tulisan pendek.

(21)

cerpen juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja.Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2001:10).

Menurut Priyatni (2010: 126) cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel. Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek (Suyanto, 2012:46).

7. Struktur Cerpen

Cerita pendek dibangun oleh unsur-unsur yang saling terpadu. Unsur-unsur tersebut adalah tokoh (dan penokohan), alur, latar, gaya bahasa, dan sudut pandang (Suyanto, 2012:46).

a. Tokoh Tokoh adalah pelaku cerita.

Tokoh tidak selalu berwujud manusia, tapi bergantung pada siapa atau apa yang diceritakannya dalam cerita. Watak atau karakter adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut. Adapun penokohan atau perwatakan adalah cara pengarang

(22)

menamplikan tokoh-tokoh dan watakwataknya dalam suatu cerita.

b. Alur dan Pengaluran

Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berkaitan karena hubungan sebab akibat. Adapun pengaluran adalah urutan teks. Dengan menganalisis urutan teks ini, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita tersebut.

c. Latar

Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Suyanto, 2012:50). Latar dalam peristiwa dapat diklasifikasikan menjadi: 1) latar tempat, yaitu latar yang berupa lokasi tempat terjadinya peristiwa; 2) latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa cerita; 3) latar sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai yang ada di tempat peristiwa tersebut. Latar merupakan salah satu unsur intrinsik cerpen yang dapat menghidupkan cerita karena tanpa latar yang cocok cerpen tersebut tidak hidup.

d. Gaya Bahasa

Dalam menyampaikan cerita, setiap pengarang ingin ceritanya mempunyai daya sentuh dan efek yang kuat bagi pembaca. Oleh karena itu, sarana karya prosa adalah bahasa.

(23)

Bahasa akan diolah semaksimal mungkin oleh pengarang dengan memaksimalkan gaya bahasa sebaik mungkin. Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan bahasa seseorang pengarang untuk mencapai efek estetis dan kekuatan gaya ungkap.

e. Penceritaan

Penceritaan atau sering disebut juga sudut pandang (point of view) dilihat dari sudut mana pengarang (narator) bercerita, terbagi menjadi 2, yakni penceritaan intern dan penceritaan ekstern. Penceritaan intern adalah pencerita yang hadir di dalam teks sebagai tokoh. Cirinya adalah dengan memakai kata ganti aku. Penceritaan ekstern bersifat sebaliknya, ia tidak hadir dalam teks (berada di 13 luar teks) dan menyebut tokoh-tokoh dengan kata ganti orang ketiga atau menyebut nama. f. Tema

Tema adalah ide atau gagasan yang ingin disampaikan pengarang dalam ceritanya. Dalam sebuah tulisan, sudah pasti mengandung tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang dibuat. Jika diibaratkan sebuah rumah, tema merupakan fondasinya. Tema merupakan hal utama yang dilihat oleh pembaca. Apabila temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan

(24)

tersebut dan menarik minat pembaca. Tema ini akan diketahui setelah seluruh unsur prosa fiksi itu dikaji.

8. Strategi Think Talk Write

Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untukmengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya strategipembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Strategi dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupunstrategi itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya.

Strategi pembelajaran merupakan rencana pendidikan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang semenarik mungkin dalam menyajikan suatu materi kepada siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu Strategi pembelajaran, agar ter-capailah tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2014: 51) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Strategi pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajarandi kelompok maupun tutorial (Suprijono, 2011: 46). Sejalan dengan pendapat diatas, strategi pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yangdigunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

(25)

pembelajaran di kelas ataupembelajaran dalam tutorial. Fungsi strategi pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51). Strategi mengajar merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik pembelajaran dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar (Sagala, 2010: 176). Salah satu tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi Bahasa Indonesia siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi Bahasa Indonesia siswa adalah strategi pembelajaran Think Talk Write.

Strategi ini diterapkan pada pembelajaran pada dasarnya mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan hasil yang didapat selama pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ansari (2012: 84) yang menyatakan bahwa secara garis besar strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write diterapkan untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah (Think), selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya

(26)

(Talk) untuk menyelesaikan masalah tersebut sebelum menulis (Write). Dalam tahap talk disebutkan bahwa siswa berbicara dan membagi ide dengan temannya.

Ansari, 2012: 90) adapun peranan dan tugas guru dalam usaha menjadikan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write lebih efektif, yaitu: (a) mengajukan pertanyaan dan tugas menantang untuk siswa agar siswa berpikir aktif dalam pembelajaran; (b) mendengarkan serta memahami ide-ide yang dikemukakan oleh siswa baik secara lisan maupun tulisan; (c) mem-berikan serta membimbing siswa dalam menggali materi yang akan dipelajari dalam diskusi; (d) memonitor dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan; (e) mendorong siswa untuk berpartisipasi.

Strategi pembelajaran strategi Think Talk Write memiliki kelebihan. Menurut Ansari (2012: 88) kelebihan dari Strategi pembelajaran Think Talk Write adalah:

1. Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi mem-bicarakan tentang penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompoknya.

2. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.

3. Strategi ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkungan

(27)

belajar. Guru menjadi monitoring dan menilai partisipasi siswa terutama dalam diskusi.

Langkah-langkah pembelajaran yang diperkenalkan Ansari, 2012: 90) adalah:

1. Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang di dalamnya memuat masalah atau soal Bahasa Indonesia terkait materi yang sedang dipelajari untuk dikerjakan oleh siswa dan didalamnya disertai petunjuk serta prosedur pelaksanaannya. 2. Siswa membaca teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang

diberikan kemudian membuat catatan kecil secara individu (Think) untuk selanjutnya dibawa ke forum diskusi.

3. Siswa menyampaikan apa yang telah didapatkan pada tahap Think kemudian berdiskusi dengan teman sekelompoknya membahas catatan yang telah dibuat masing-masing anggota (Talk).

4. Dari hasil diskusi, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka ke dalam diskusi (Write) sebagai hasil diskusi kolaborasi.

5. Pembelajaran diakhiri dengan membuat refleksi dan kesimpulan dari materi yang telah dipelajarinya. Sebelumnya dipilih satu atau beberapa siswa se-bagai perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya sedangkan kelompok yang lain memberi tanggapan.

(28)

Berdasarkan uraian di atas diperoleh karakteristik dari strategi pembelajaran koo-peratif tipe Think Talk Write adalah: (1) siswa berpartisipasi langsung dalam pembelajaran; (2) setiap siswa secara aktif melakukan eksplorasi suatu konsep; (3) memadukan pengetahuan awal siswa yang dimiliki dengan informasi yang diterima; (4) strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dibangun oleh kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis.

Menurut Suyatno (2009: 25) kelebihan-kelebihan strategi Think Talk Write diantaranya sebagai berikut:

1. Strategi Think Talk Write dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

2. Strategi pembelajaran Think Talk Write dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.

(29)

Selain kelebihan di atas, strategi pembelajaranThink Talk Write menurut Suyatno (2009: 52) memiliki kekurangan diantaranya sebagai berikut:

1. Strategi Think Talk Write adalah strategi pembelajaran baru di sekolah sehingga siswa belum terbiasa belajar dengan langkah-langkah pada strategi Think Talk Write oleh karena itu cenderung kaku dan pasif.

2. Kesulitan dalam mengembangkan lingkungan sosial siswa. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe

Think Talk Write dapat membantu siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuan-nya sendiri, dapat mengkomunikasikan pemikirannya dengan temannya, dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis dengan demikian siswa dapat saling membantu dan saling bertukar pikiran sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik.

Menurut Nurinayantoro (2008: 36-37), strategi

pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan salah satu pelajaran yang menyenangkan, rileks, dan menarik yang dapat mengembangkan pemahaman siswa mengenai materi atau konsep yang dia pelajari. Berdasarkan pendapat tersebut, dengan dilakukannya pembelajaran secara

(30)

berkelompok diharapkan timbul semangat siswa untuk lebih aktif dalam mengungkapkan pendapat. Belajar dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil akan lebih disukai siswa, hal ini dikarenakan siswa akan lebih nyaman untuk memahami konsep yang diberikan melalui pemecahan masalah yang dilakukan dengan temannya. Dengan demikian, strategi pembelajaraan kooperatif tipe Think Talk Write merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan menulis dengan kegiatan belajar yang menyenangkan, rilexs, dan menarik sehin gga dapat mengembangkan pemahaman siswa mengenai materi atau konsep yang ia pelajari.

Menurut Deporter (1992:179) bahwa Think Talk Write adalah pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian teribat secara aktif dalam diskusi kelompok dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Strategi pembelajaran Think Talk Write melibatkan 3 tahap penting yang harusdikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu:

(31)

1. Think (Berpikir)

Dalam tahap ini, siswa membaca materi ataupun soal-soal Bahasa Indonesia pada lembar kerja siswa yang diberikan guru. Setelah membaca, siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai materi atau soal yang diberikan. Proses berpikir (Think) akan terlihat saat siswa membaca masalah kemudian menuliskan apa yang diketahui dan tidak diketahui serta berusaha memikirkan penyelesaian masalah tersebut.

2. Talk (berbicara atau berdiskusi)

Tahap talk memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentanghasil penyelidikan pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa berkomunikasidengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, berbagi strategi, dan membuat definisi. Ansari (2008: 86) mengungkapkan “Talk” penting dalam Bahasa Indonesia,karena proses Talking sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam Bahasaguna meningkatkan pemahaman Bahasa, membentuk ide, serta membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar Bahasa. Sesuai dengan penjelasan di atas, berbicara atau berdiskusi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

(32)

Berdiskusi dapat memacu siswa untuk berkomunikasi dan mengonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan dengan temannya sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Write (menulis)

Pada tahap ini siswa menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja yang disediakan.Tulisan ini dapat berupa landasan konsep yang digunakan, keterkaitan denganmateri sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh. Slavin (2008:255) mengemukakan bahwa dengan meminta siswa menuliskan apa yang telah dipelajari, mereka akan lebih mudah untuk memahami dan mengingatnya. Selainitu melalui kegiatan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa diharapkan dapat memahami bahwa bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan ide. Pada tahap ini siswa dapat belajar melakukan komunikasi bahasa Indonesia secara tertulis. Siswa diminta menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi mengenai permasalahan yang diberi kan. Setelah berdiskusi, siswa akan memperoleh ide baru untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga apa yang dituliskan siswa pada tahap ini kemungkinan berbeda dengan yang ditulis siswa pada catatan individu (pada tahap Think).

(33)

Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi pembelajaran Think Talk Write sebagaimana yang dikemukakan oleh Ansari (2008: 90), yaitu mengajukan pertanyaan dan tugas yang melibatkan siswa aktif berpikir, menyimak ide yang dikemukakan siswa baik secara lisan maupun tulisan, mempertimbangkan apa yang digali siswadalam diskusi, serta menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi. Berikut ini adalah desain strategi pembelajaran Think Talk Write yang dimodifikasi Ansari (2008:89)

B. Penelitian yang Relevan

Adapun Penelitian yang relavan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Saifuddin yang berjudul”peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tangerang Selatan”.

2. Penerapan Model Tgt (Teams-Games-Tournaments) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara SiswaKelas X-B SMA Ma‟arif Pandaan-Pasuruan.

3. Estu Winantu Unturoaji yang berjudul”peningkatan keterampilan menyusun teks cerpen dengan strategi Think Talk Write Dan Teknik Meneruskan Cerita Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII A SMPN 1 Wonosobo”

(34)

C. Kerangka Pikir

Pada SMA Negeri 8 Takalar masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Pada kurikulum tersebut sangat mudah penerapannya. Namun, ditinjau dari segi kemampuan siswa SMA Negeri 8 Takalar khususnya kelas XI. IPA 1 sangatlah kurang akan hal kemampuan mengelola materi pelajaran. Dari masalah yang telah tampak maka seorang guru hendak mengatur kelas dengan baik dan menggunakan strategi-strategi yang dapat mengembangkan motivasi belajar sisswa.

Setiap sekolah memunyai beberapa pelajaran. Namun, penelti hanya ingin meneliti satu mata pelajaran Bahasa Indonesia terhusus kelas XI IPA 1. Adanya kesenjangan guru yang tampak pada kelas tersebut. Dilihat dari hal tersebut maka guru hendak berusaha lebih keras lagi. Pada pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan Berbahasa yakni keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara.

Pada penelitian ini, penelti ingin menelti satu keterampilan berbahasa yakni tentang keterampilan berbicara. Pada keterampilan berbicara terdapat Standar Kompetensi pada materi menceritakan kembali isi cerpen. Dilihat dari hal tersebut, peneliti masih ingin mengetahui sejauh mana penegtahuan siswa dengan keterampilan menceritakan kebali isi cerpen.

Pada penelitian ini, peneliti ingin melakukan siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 2 ini, akan digunakan apabila siklus I tidak berhasil. Pada

(35)

Siklus 2, akan merefleksi hal-hal yang masih kurang atau lebih pada siklus I. sehingga, akan lebih meningkatkan kemampuan siswa kelas XI IPA 1 dalam menceritakan kembali isi cerpen menggunakan strategi Think Talk Write.

Penerapan strategi Think Talk Write akan lebih meningkatkan kemampuan siswa. Pada penerapan strategi strategi Think Talk Write ini, maka akan menganalisis perkembangan-perkembangan yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara khususnya menceritakan kembali isi cerpen. Dari proses penerapan strategi strategi Think Talk Write dan proses analisis maka akan mendapatkan temuan yang dapat disimpulkan oleh peneliti.

(36)

Gambar: 2.1. Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Jika stretegi pembelajaran menggunakan Think Talk Write, maka keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Takalar meningkat.

Mendengar membaca berbicara menulis

Menceritakan kembali isi cerpen

Strategi Think Talk Write

Analisis

Temuan

Siswa Kelas XI IPA 1 KTSP

2006

Siklus N

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar bertujuan untuk menerapkan strategi Think Talk Writesebagai upaya peningkatkan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif kuantitatif. Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini didasarkan pada data alamiah berupa kata-kata dalam mendeskripsikan objek yang diteliti. Penelitian kualitatif dapat dilihat dari karakteristik penelitian yang dilakukan Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2010) mengemukakan bahwa ada lima karakteristik yang melekat pada penelitian kualitatif yaitu (1) bersifat naturalistik, (2) datanya bersifat deskriptif, (3) lebih mengutamakan proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara induktif, dan (5) makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini dirancang dengan penelitian tindakan sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write pada pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar. Menurut Mulyasa (2009: 88) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu cara memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, karena guru merupakan orang yang paling tahu segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara logis dan sistematis, serta jujur dalam pelaporannya akan menjadi masukan yang sangat berharga untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran yang secara langsung akan berdampak terhadap perbaikan manajemen sekolah secara keseluruhan.

(38)

khususnya dan pendidikan pada umumnya yang hasilnya akan memberikan masukan bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, melalui tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas, yakni kompetensi dasar menceritakan kembali isi cerpen. Dalam konteks pembelajaran, penelitian ini dilaksanakan sebagai upaya tindakan perbaikan terhadap kenyataan rendahnya nilai dan partisipasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen.

Menurut Lewis yang dikutip Syamsuddin (2006) mengemukakan bahwa langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi: (1) mengidentifikasi gagasan atau

permasalahan umum (2) melakukan

pengecekan di lapangan, (3) membuat perencanaan umum,( 4) mengembangkan tindaka n pertama, (5) mengimplementasikan tindakan pertama; (6) mengevaluasi; (7) merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua, dan seterusnya.

Penelitian ini secara aplikatif dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 8 Takalar. Kolaboratif tersebut meliputi ketujuh langkah yang disebutkan di atas. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar. Tahun pelajaran 2018. Lokasi penelitiannya adalah SMA Negeri 8 Takalar.

SMA Negeri 8 Takalar dipilih sebagai lokasi penelitian berdasarkan beberapa alasan, yakni (1) kemampuan menceritakan kembali isi cerpen siswa masih rendah, (2) SMA Negeri 8 Takalar bersifat terbuka dan mau menerima pembaharuan dalam proses belajar mengajar, (3) kepala sekolah dan guru bidang studi bersedia untuk berkolaborasi

(39)

peneliti untuk memperkenalkan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen pada siswa SMA Negeri 8 Takalar melalui strategi Think Talk Write. Prosedur kerja dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut:

(40)

Rencana Tindakan ke-n

Gambar 3.1 Bagan Alur PTK

strategi Think Talk Write Masalah Pembelajaran Menceritakan kembali isi

cerpen. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Observasi Pelaksanaan Tindakan Siklus I Refleksi Observasi Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan Tindakan Siklus II Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus II Simpulan Belum Berhasil Berhasil

(41)

Untuk memudahkan pemahaman tentang penelitian yang dilakukan, perlu dikemukakan definisi operasional penelitian sebagai berikut.

1. Penerapan adalah penggunaan suatu strategi dalam pembelajaran di kelas.

2. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang untuk memadukan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat direfleksikan dalam berfikir dan bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

3. Strategi adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

4. Pembelajaran berbicara adalah proses, cara, dan perbuatan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide gagasan, pendapat, pikiran, dan perasaan dalam bentuk cerita.

5. Pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Objek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar tahun ajaran 2018. Jumlah 26 orang siswa yang terdiri atas 8 laki-laki dan 18 perempuan.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Takalar dengan subjek penelitian, yaitu, siswa kelas XI IPA I pada SMA Negeri 8 Takalar sebanyak 26 orang.

(42)

perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan (observasi) dan (5) refleksi. Prosedur-prosedur tersebut dilaksanakan dalam tindakan yang berdaur ulang (siklus).Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus kegiatan, yaitu:

1. Siklus I (pertama) dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. 2. Siklus 2 (kedua) dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

Secara lebih rinci prosedur pengumpulan data penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: a. Siklus 1

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran di sekolah terteliti. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018 di SMA Negeri 8 Takalar. Dalam studi awal dilakukan observasi (pengamatan) terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas dan hasil menceritakan kembali isi cerpen. Untuk memperkuat hasil observasi, juga diadakan wawancara dengan guru dan beberapa orang siswa.

Dari pengamatan tersebut, peneliti memperoleh data pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write di kelas XI IPA SMA Negeri 8 Takalar, hasilnya tidak optimal. Guru belum menunjukkan inovasi-inovasi yang signifikan sebagai wujud pembelajaran yang kontekstual, sehingga suasana pembelajaran masih monoton dan berkembang secara tidak dinamis. Suasana pembelajaran yang monoton menimbulkan kejenuhan siswa dan ketidakantusiasan mengikuti materi pelajaran bahasa Indonesia, siswa kadang-kadang mengerjakan pekerjaaan lain, ketika pelajaran bahasa Indonesia, dan prestasi pelajaran bahasa Indonesia rendah. Selain itu kurangnya kemauan siswa dalam berbicara. Siswa menganggap berbicara adalah pekerjaan yang sulit dan susah.

Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa guru masih menghadapi masalah dalam menetapkan strategi dalam pembelajaran berbicara untuk meningkatkan kreativitas siswa.

(43)

dengan guru Bahasa Indonesia untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen.

2. Perencanaan Tindakan

Setelah diadakan studi pendahuluan, maka disusunlah rencana tindakan sebagai upaya mengatasi masalah dalam pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen. Tindakan yang digunakan adalah menceritakan kembali isi cerpen untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen. Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Menyusun rencana pembelajaran yang terdiri atas (1) menentukan standar kompetensi materi, (2) merumuskan kompetensi dasar materi pelajaran, (3) merumuskan tujuan pembelajaran dalam menceritakan kembali isi cerpen, (4) memilih dan menetapkan materi yang disajikan di kelas, (5) merencanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen menggunakan strategi Think Talk Write, (6) menentukan media yang akan digunakan di kelas, (7) menyusun rencana evaluasi pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen.

2. Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu pedoman pengamatan, tes hasil belajar, dan wawancara.

3. Diskusi pemantapan dengan guru kolaborator untuk meyamakan persepsi dan menjelaskan tentang penerapan menceritakan kembali isi cerpen, juga pemaparan peran masing-masing kolaborator dalam pelaksanaan tindakan.

4. Melaksanakan simulasi untuk melatih para guru sebagai kolaborator dalam penerapan tindakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran menggunakan strategi Think Talk Write.

(44)

Setelah semua perangkat pembelajaran disusun, maka pelaksanaan tindakan sebagai realisasi atas rencana pembelajaran dilakukan sekaligus dengan pengamatan (observasi). Penerapannya dilaksanakan secara bergantian antara peneliti dan guru mata pelajaran di sekolah tersebut. Ketika guru mengajar, maka guru bahasa Indonesia sebagai kolaborator bertindak sebagai pengamat atau sebaliknya, ketika guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengajar maka peneliti bertindak sebagai pengamat dan sebagai peneliti.

Pelaksanaan tindakan merupakan tahap aplikasi dari perencanaan tindakan yang telah disusun. Pada tahap ini guru dan peneliti melaksanakan proses pembelajaran di kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar dengan menggunakan strategi Think Talk Write. Pertemuan pertama pada siklus 1 untuk menggunakan strategi Think Talk Write, khususnya pada tahap penggalian ide dengan pembahasan yang mengetengahkan contoh cerpen. Pada pertemuan kedua, guru memfokuskan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen menggunakan strategi Think Talk Write. Selanjutnya pada pertemuan ketiga dilanjutkan dengan, guru memfokuskan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen, penyajian (publikasi) dan siswa ditugasi untuk menulis cerpen yang telah didiskusikan sesuai dengan gagasannya. Untuk mengakhiri siklus I dilakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap hasil kerja siswa dalam pertemuan ketiga.

4. Pengamatan (Observasi)

Proses observasi yang dilakukan dalam hal ini adalah mendokumentasikan pengaruh tindakan yang diberikan selama proses pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar, melalui strategi Think Talk Write, yaitu pengamatan terhadap kondisi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

(45)

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpul dan dianalisis. Dari analisis tersebut peneliti dapat melihat dan merefleksi apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar. Hal-hal yang dianggap kurang, diperbaiki dan yang sudah baik dipertahankan untuk kegiatan selanjutnya.

b. Siklus 2

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus 2 ini merupakan hasil refleksi dari siklus I. Oleh karena itu, langkah-langkah yang akan dilakukan relatif sama dengan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan kenyataan yang telah ditemukan di lapangan.

1. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, secara kolaboratif dirancanglah tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Menyusun rencana pembelajaran yang terdiri atas (1) menentukan standar kompetensi materi, (2) merumuskan kompetensi dasar materi pelajaran, (3) merumuskan tujuan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write, (4) memilih dan menetapkan materi yang disajikan, (5) merencanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write, (6) menentukan media yang digunakan, dan (7) menyusun rencana evaluasi pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen. 2. Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu pedomanpengamatan,

tes hasil belajar, wawancara, rambu-rambu analisis data proses pelaksanaan bagi guru dan siswa, dan pedoman penilaian karangan siswa.

(46)

setiap pertemuan dapat tuntas pada pertemuan itu sehingga tidak ada siswa yang memperbaiki tugasnya setelah diperiksa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus 2 adalah mengulangi kembali tahapp-tahap pada siklus I sambil mengadakan perbaikan atau penyempurnaan sesuai hasil yang diperoleh pada siklus I.

3. Pengamatan (Observasi)

Proses observasi yang dilaksanakan pada siklus 2 mengikuti teknik observasi pada siklus I.

4. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil tersebut peneliti merefleksi diri dengan melihat kegiatan-kegiatan yang dilakuakan. Dari hasil analisis dapat membuat simpulan strategi pembelajaran yang dilakukan selama dua siklus.

F. Pemeriksaan keabsahan data

Penelitian ini menggunakan pemeriksaan keabsahan data dengan ketekunan pengamatan, trianggulasi, dan pengecekan teman sejawat (Moleong, 2010:175). Ketekunan pengamatan dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara rinci dan berkesinambungan selama proses pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunakan strategi Think Talk Write. Kegiatan ini dilakukan agar data yang diperlukan dapat diidentifikasi, dipilih, dan diklasifikasikan.

Pengamatan dengan tekun dan teliti memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk memperoleh data yang sebenarnya. Selain itu, dengan ketekunan pengamatan

(47)

pengamatan dapat diperoleh deskripsi hasil yang akurat.

Pengecekan keabsahan data yang kedua dalam penelitian ini adalah trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu ( Moleong, 2010: 277). Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tringgulasi metode. Trianggulasi metode adalah mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data atau pengecekan derajat kepercayaan sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2010: 280).

Trianggulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh. Trianggulasi metode dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Dengan demikian, trianggulasi metode dalam penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil tes belajar dan hasil wawancara.

Pengecekan teman sejawat dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan sejawat (Moleong,2010). Pengecekan teman sejawat dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian dengan kolaborator. Pemilihan teman sejawat dari kolaborator ini dilakukan dengan memperbandingkan (1) memiliki wawasan tentang penelitian tindakan kelas, dan (2) mampu berkolaborasi dengan peneliti.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Proses analisis data mengikuti langkah-langkah berikut:

(48)

Kegiatan menelaah data yang telah terkumpul berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan, dan dokumen. Kegiatan menelaah data dilaksanakan dengan melakukan proses transkripsi hasil observasi, data nilai/hasil belajar siswa maupun hasil wawancara. Data yang telah ditranskripsikan dikelompokkan dengan masalah penelitian.

2. Tahap Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, pengabtrasian data mentah menjadi informasi bermakna (Hasriati, 1999:15). Reduksi data dilakukan dengan meringkas data dalam satuan-satuan informasi sesuai dengan masalah penelitian.

3. Tahap Penyajian Data

Menyajikan data atau memaparkan data. Penyajian data dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis berdasarkan kategorinya sehingga memungkinkan peneliti menarik kesimpulan.

4. Tahap Penyimpulan Data

Penyimpulan data dilakukan dengan menafsirkan makna sesuatu fenomena yang terjadi selama tindakan berlangsung. Sebelum dilakukan penyimpulan akhir, terlebih dahulu dilakukan penyimpulan sementara. Penyimpulan sementara yang dilakukan peneliti diikuti dengan pengecekan keabsahan data, yaitu dengan ketekunan pengamatan, trianggulasi metode, dan pengecekan teman sejawat. Selanjutnya, peneliti menarik kesimpulan akhir setelah pengecekan keabsahan data melalui ketekunan data, trianggulasi metode, dan pengecekan teman sejawat mendukung kesimpulan sementara.

Agar penganalisisan data mudah dilaksanakan, maka peneliti menyusun rammbu-rambu analisis proses pembelajaran dan rammbu-rambu-rammbu-rambu analisis hasil pembelajaran keterampilan menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunkan strategi Think Talk

(49)

analisis proses kegiatan guru dan analisis proses aktivitas siswa selama pembelajaran keterampilan menceritakan kembali isi cerpen. Selanjutnya, rambu-rambu analisis hasil pembelajaran keterampilan menceritakan kembali isi cerpen dijabarkan dalam bentuk format analisis hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan argumentasi setelah menggunkan strategi Think Talk Write. Format ini digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan pada setiap siklus.

Tabel 3.1. Format analisis hasil pembelajaran keterampilan menceritakan kembali isi cerpen dengan menggunkan strategi Think Talk Write siklus I dan 2

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Mampu (nilai 75≥ ) 2 Tidak mampu (nilai 75≤)

Jumblah 26 100

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berkaitan dengan penyajian data hasil penelitian, maka hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) hasil penelitian dan (2) pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini dipaparakan hasil penelitian tentang penggunaan strategi Think Talk Write dalam meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada sisiwa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar. Hasil penelitian tersebut diperoleh dari kegiatan observasi, pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen. Disamping itu dipaparkan juga hasil evaluasi

(50)

dengan pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write . Paparan hasil penelitian diawali dengan penggambaran hasil tes pratindakan, perencanaan tindakan, proses pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi terhadap hasil tindakan. Tahapan kegiatan penelitian diawali dengan observasi terhadap subjek penelitian, selanjutnya dilanjutkan dengan wawancara terhadap guru dan siswa. Selanjutnya sosialisasi penggunaan strategi Think Talk Write pada pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Untuk memperkuat data tentang ketidakmampuan siswa menceritakan kembali isi cerpen, dilakukan tes pratindakan menceritakan kembali isi cerpen. Setelah tes pratindakan dilaksanakan, kegiatan berikutnya adalah berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia menyusun perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen.

1. Deskripsi hasil tes pratindakan

Penelitian diawali dengan tes pratindakan yang dilaksanakan oleh peneliti sebelum memberikan tindakan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh siswa dalam menceritakan kembali isi cerpen sebelumnya. Tes pratindakan dilaksanakan dalam bentuk tes lisan untuk memperkuat hasil studi pendahuluan peneliti. Pelaksanaan tes pratindakan dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan awal siswa terhadap kemampuan penguasaan keterampilan menceritakan kembali isi cerpen. Penguasaan keterampilan berbicara tersebut.

Setelah tes pratindakan dilakukan, selanjutnya peneliti bersama guru kolaborator melaksanakan simulasi pembelajaran penggunaan strategi Think Talk Write dalam menceritakan kembali isi cerpen yang diawali dengan mengucapkan salam, menyapa siswa

(51)

informasi tentang materi pembelajaran dan langkah-langkah dalam penggunaan strategi Think Talk Write, mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 5 siswa tiap kelompok, membantu siswa yang mengalami hambatan belajar, dan memberikan penghargaan atau penguatan bagi siswa atau kelompok yang kemampuan keterampilan berbicaranya telah memenuhi standar menceritakan kembali isi cerpen.

Adapun hasil kemampuan menceritakan kembali isi cerpen siswa tampak pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil evaluasi pratindakan

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Mampu (nilai 75≥ ) 5 19,23%

2 Tidak mampu (nilai 75≤) 21 80,76%

Jumblah 26 100

Hasil evaluasi pratindakan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada siswa SMA Negeri 8 Takalar masih rendah. Hal ini dinyatakan karena yang mampu memperoleh nilai di atas standar ketuntasan minimal 75 hanya 5 siswa (19,23%) dan yang belum mencapai standar sebanyak 21 siswa (80,76%). Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan menceritakan kembali isi cerpen pada siswa SMA Negeri 8 Takalar belum memadai disebabkan oleh kurangnya motivasi, semangat belajar, serta strategi yang diterapkan oleh guru kurang inovatif.

(52)

a. Perencanaan tindakan

Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah persiapan proses belajar mengajar dalam bentuk program rencana pembelajaran dan rencana kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, guru, dan siswa.

Kegiatan peneliti, yaitu (1) rancangan pelaksanaan pembelajaran, (2) berkolaborasi dengan guru menyusun rencana pembelajaran, (3) membantu guru melaksanakan pembelajaran di kelas, (4) berkolaborasi dengan guru di kelas melakukan tes siklus I, dan (5) menganalisis hasil tes siklus I.

Kegiatan guru, meliputi (1) bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran, (2) melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan petunjuk dalam rencana pembelajaran, (3) guru bersama peneliti melakukan tes siklus I, (4) menilai tes hasil siklus I, (5) memberikan umpan balik tentang hasil tes siswa, (6) memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok yang kompetensinya memenuhi standar.

Kegiatan siswa, meliputi (1) mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran (menceritakan kembali isi cerpen dengan strategi Think Talk Write), (3) menerima umpan balik dari guru. Pengamatan dilakuakn dengan mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sebelumnya, rencana tindakan dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi Think Talk Writepada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 8 Takalar dilakukan identifikasi awal tentang tentang kesulitan, pengalaman, dan hambatan yang dialami siswa dalam proses belajar. Identifikasi yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru meliputi empat hal berikut ini.

1. Mengidentifikasi kesulitan yang terkait dengan proses pembelajaran menceritakan kembali isi cerpen pada siswa SMA Negeri 8 Takalar.

Gambar

Tabel 3.1.  Format  analisis  hasil  pembelajaran  keterampilan  menceritakan  kembali  isi  cerpen  dengan  menggunkan  strategi  Think  Talk  Write  siklus I dan 2
Tabel 4.2 Aktivitas siswa pada pertemuan pertama
Tabel 4.3 Aktivitas Siswa pada Pertemuan Kedua
Tabel 4.4 Aktivitas Siswa pada Pertemuan Ketiga
+5

Referensi

Dokumen terkait

TE is the level of technical efficiency, while Zij are factors affecting the technical efficiency which consists of 10 variables, namely: age, sex farmers, education,

198.951.000,00.- (Seratus Sembilan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Paluh Satu Ribu Rupiah) Termasuk. PPN

Tabel 4.17 Tabel korelasi Tegangan Otot dan Tinggi Badan Posisi Duduk Pada Posisi

juga memberikan pemahaman pada siswa tentang dunia kerja; (4) fasilitas lain selain sebagai tempat praktek dengan adanya kemampuan sekolah untuk memanfaatkan peralatan yang

REMEDIASI PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI UNTUK

Berdasarkan dari latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana besamya pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal di

Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalamkelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada.Lembaga tersebut juga institusi atau pranata, sedangkan

3 DESA NAGA HUTA KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN NAGA HUTA SIANTAR MARIMBUN PEMATANG SIANTAR SUMATERA UTARA Kandidat Careworker... SIMPANG III