• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA BINJAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA BINJAI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

.5

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KOTA BINJAI

Berbagai arahan dan kebijakan di daerah tertuang dalam dokumen-dokumen perencanaan

pembangunan kabupaten/kota yang tentunya telah menampung inspirasi dari berbagai pihak serta

masyarakatnya sesuai situasi, kondisi dan isu-isu strategis yang berkembang pada masing-masing

daerah. Arahan dan kebijakan dalam dokumen perencaanaan daerah ini merupakan arahan strategi

pengembangan kota yang harus diintegrasikan guna mencapai keterpaduan rencana

pembangunan seperti yang diharapkan.

Sesuai konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun dengan

mengintegrasikan dokumen-dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat

pusat pada skala nasional, provinsi, hingga skala kawasan dan lingkungan di tingkat

kabupaten/kota. Sebagai dokumen perencanaan infrastruktur Bidang Cipta Karya didaerah maka

dokumen RPI2JM Kota Binjai memadukan arahan dan kebijakan strategis yang ada pada

dokumen-dokumen rencana pembangunan terkait Bidang Cipta Karya yang ada di Kota Binjai yaitu :

1.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Binjai 2011-2030;

2.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Binjai 2011-2015;

3.

Perda Bangunan Gedung;

4.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air minum (RI-SPAM);

5.

Strategi Sanitasi Kota;

6.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

7.

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP); dan

8.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kota (RTBL-KSK)

(2)

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Binjai

Tahun 2011-2030 ditetapkan pemerintah daerah Kota Binjai sebagai pedoman untuk:

a.

Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

b.

Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;

c.

Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunandalam wilayah kota;

d.

Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan Pemerintah, masyarakat dan

swasta;

e.

Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota; dan

f.

Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wolayah kota yang meliputi penetapan

peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan dalam

administrasi pertanahan.

RTRW Kota Binjai disusun dengan masa rencana hingga tahun 2030 dengan tujuan untuk:

Terwujudnya kegiatan pemukiman skala besar pusat perdagangan/jasa regional, dan kota industri

skala regional dan nasional yang aman, nyaman, berkelanjutan, produktif dengan pertumbuhan

ekonomi tinggi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk Kota Binjai.

1.

Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan secara

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup, dan

2.

Mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar sub pusat pelayan kota

(SPK) dan pusat-pusat pertumbuhan kota serta keseimbangan dan keserasian kegiatan

antar sektor.

5.1.1.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Binjai

Kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Binjai meliputi kebijakan dan strategi pengembangan

struktur ruang wilayah kota dan pola ruang wilayah kota.

Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota adalah meliputi:

a.

Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem Pusat-pusat Kegiatan Pelayanan Perkotaan;

b.

Kebijakan dan strategi Sistem Prasarana Wilayah

Sedangkan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kota dalam RTRW Kota Binjai

meliputi:

a.

Kebijakan dan strategi Pengembangan Kawasan Lindung;

b.

Kebijakan dan strategi Pengembangan Kawasan Dudi daya; dan

c.

Kebijakan dan strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kota (KSK).

Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota yang telah ditetapkan pemerintah

daerah Kota Binjai dalam RTRW Kota Binjai untuk Bidang Cipta Karya dapat diidentifikasi seperti

pada rincian dalam tabel berikut.

Tabel 5.1.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota

A.

Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem Pusat-usat Kegiatan Pelayanan Perkotaan.

Kebijakan Pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan secara terpadu, berhirarki, dan

saling berhubungan untuk mendukung penetapan Binjai oleh Pemerintah Pusat sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Mebidangro.

Strategi Kebijakan

1.Membanguan kawasan industri dengan skala pelayan regional dan nasional di Kecamatan

(3)

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kota

2.Mengembangkan pusat pusat perdagangan/jasa regional di Kota Binjai untuk melayani

penduduk Kota Binjai dan kota-kota disekitarnya;

3.Membagi wilayah kota menjadi 6 (enam) subpusat pelayana kota, selanjutnya dilakukan

pembagian fungsi-fungsi kegiatan kota keseluruh subpusat pelayanan kota;

4.Membangun pusat-pusat kegiatan pelayanan baru disetiap subpusat pelayanan kota secara

sinergis dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan pelayanan yang sudah ada;

5.Melengkapi prasarana dan sarana lingkungan serta fasilitas pelayananan umum disetiap hirarki pusat-puat kegiatan pelayanan; dan

6.Mengendalikan pemanfaatan ruang disetiap hirarki pusat-pusat kegiatan pelayanan melalui pelaksanaan ketetapan peraturan zonasi dan perizinan yang konsisten, serta pengenaan sanksi terhadap pemanfaatan yang tidak sesuai dengan RTRW Kota.

B.

Kebijakan dan strategi pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah, yang meliputi : sistem jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, serta sistem infrastruktur perkotaan.

Kebijakan Pengembangan dan peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana

wilayah kota yang meliputi jaringan transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, serta jaringan sumber daya air dan penyehatan lingkungan permukiman, secara terpadu dan merata ke seluruh bagian wilayah kota untuk menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah, pemerataan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Strategi Kebijakan

1. Peningkatan keterpaduan inter dan intra moda transportasi darat dan Kereta Api untuk mengantisipasi pertumbuhan pergerakan tranportasi dari waktu ke waktu, baik pertumbuhan internal di dalam wilayah kota maupun eksternal ke luar wilayah kota pada lingkup regional dan nasional.

2. Pengembangan sumber daya air bagi penyediaan air minum perkotaan melalui

pengembangan potensi sumber-sumber daya air.

3. Pelestarian sumber daya air permukaan dan air tanah yang ada di Kota Binjai

4. Pengembangan pelayanan penyediaan air minum perkotaan melalui peningkatan kapasitas

instalasi pengolahan, perluasan jaringan distribusi, dan peningkatan kualitas pelayanan ke arah sistem produksi air bersih siap minum, dan efisiensi sistem penyediaan/ sistem pelayanan air minum

5. Pengembangan sistem jaringan pengolahan limbah industri dalam rangka peningkatan

penyehatan lingkungan permukiman kota.

6. Pengembangan sistem jaringan pengolahan limbah rumah tangga dalam rangka peningkatan

penyehatan lingkungan permukiman kota.

7. Pengembangan sistem jaringan drainase air hujan, secara terpadu untuk seluruh wilayah kota dalam rangka penanggulangan banjir dan genangan, serta peningkatan penyehatan

lingkungan permukiman kota.

8. Pengendalian banjir terpadu dengan memperhatikan arah dan sistem drainase, pola daerah

aliran sungai, keberadaan danau buatan, dan adanya daerah rawan banjir/genangan.

9. Pengembangan sistem persampahan secara terpadu untuk seluruh wilayah kota dalam

rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman kota.

10.Peningkatan kapasitas dan mengembangkan sistem pelayanan energi, listrik, telekomunikasi dan informasi melalui diversifikasi teknologi dan sumber, perluasan jaringan pelayanan, dan peningkatan kualitas pelayanan

Tabel 5.2.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota

A.

Kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Lindung.

Kebijakan 1.Pelestarian, perlindungan dan pengelolaan kawasan lindung

2.Pengembangan ruang terbuka hijau kota untuk menunjang fungsi kawasan lindung

3.Pengelolaan kawasan pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan ruang terbuka hijau kota

4.Pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi Strategi

Kebijakan

1.Memulihkan fungsi kawasan lindung yang mengalami kerusakan dengan program reboisasi,

konservasi tanah dan air, serta upaya-upaya rehabilitasi

2.membangun kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk

(4)

sekurang-kurangnya 30 % (tiga puluh persen) dari luas kota

4.Mempertahankan fungsi, menata, mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain kegiatan pertanian dan perkebunan sebagai kawasan resapan air dan ruang terbuka hijau kota

5.Pemberian insentif bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah

6.Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai objek wisata budaya.

B.

Kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Budidaya.

Kebijakan 1.Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya.

2.Pengembangan kegiatan budidaya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya

dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan sektor/subsektor unggulan yang mampu memberi nilai tambah ekonomi yang tinggi.

3.Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya

tampung lingkungan.

4.Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya di kawasan-kawasan di kawasan lindung dan

cadangan ruang terbuka hijau. Strategi

Kebijakan

1.Mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak; untuk kegiatan

permukiman sekitar kawasan industri.

2.Mencadangkan tanah bagi pengembangan kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara karena

memiliki nilai strategis nasional sebagai bagian dari pengembangan Mebidang-Ro. 3.Pemberian insentif bagi pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa skala

pelayanan regional dengan pemberian prasarana dasar secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian Kota Binjai.

4.Mencadangkan lahan untuk pengembangan kawasan pusat pemerintahan Kota Binjai di

Kecamatan Binjai Timur.

5.Mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak; untuk kegiatan

permukiman sekitar kawasan pusat pemerintahan.

6.Mencadangkan dan mepeningkatkan persediaan lahan kota bagi pengembangan fasilitas

pelayanan umum yang dikelola pemerintah melalui penyerahan sebagian dari setiap kawasan yang dikembangkan oleh pengembang kepada Pemerintah Kota Binjai untuk dijadikan areal pelayanan umum.

C.

Kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Strategis Kota (KSK).

Kebijakan 1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; untuk

mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, dan melestarikan warisan budaya.

2. Pengembangan kegiatan ekonomi regional dan konomi kota unggulan sebagai penggerak

utama kegiatan ekonomi kota.

3. Peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan identitas kota.

Strategi Kebijakan

1. Menetapkan Kawasan Pariwisata Binjai Selatan dan rencana kawasan hutan kota sebagai

kawasan strategis berfungsi lindung.

2. Melestarikan warisan budaya bangsa dengan menetapkan kawasan cagar budaya heritage di

beberapa bangunan tua yang terdapat di Kota Binjai.

3. Menyusun rencana rinci Kawasan Wisata Binjai Selatan.

4. Mengendalikan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis pariwisata pantai SB,

kawasan sekitar hutan kota dan kawasan sekitar waduk buatan yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.

5. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan wisata pantai SB, hutan kota dan sekitar

waduk buatan yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang

yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis.

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011 (analisis 2014)

(5)

5.1.2.

Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah kota disusun berdasarkan kebijakan dan strategi pengembangan

sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan, serta kebijakan dan strategi pengembangan

sistem jaringan prasarana wilayah.

Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi :

A.

Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan;

Meliputi pusat pelayanan kota fungsi primer, pusat pelayanan kota fungsi sekunder, sub pusat

pelayanan kota dan pusat lingkungan.

Sebagai penjabaran terhadap arahan lingkup lokasi perencanaan pada rencana struktur ruang

wilayah kota, Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan pada RTRW Kota Binjai dapat jelaskan melalui

tabel berikut.

Tabel 5.3.

Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan pada RTRW Kota Binjai

Wilayah

Perencanaan

Sistem Pusat Pelayanan Kota

Sub pusat

Binjai Utara

SPK-A

Pusat Kawasan Industri

Binjai Timur

SPK-B

Pusat Kegiatan

Binjai Barat

SPK-D

Pusat Kegiatan

Pendidikan Tinggi

-

Kecamatan

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011

B .

Rencana Sistem Jaringan Transportasi, yang meliputi;

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat; dan Rencana Jaringan Perkerataapian.

C .

Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan;

Merupakan rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik ditujukan untuk menambah daya

listrik dan meningkatkan kapasitas pelayanan dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan

sosial dan ekonomi di Kota Binjai, yaitu meliputi;

a.

Rencana Jaringan Tenaga Listrik; dan

b.

Rencana Jaringan Pipa Minyak dan Gas Bumi

D .

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi;

(6)

Pengendalian Banjir, dan Sistem Jaringan Irigasi.

F.

Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan;

Merupakan sistem jaringan infrastruktur perkotaan meliputi :

a.

Sistem Penyediaan Air Minum;

b.

Sistem Pengelolaan Air Limbah;

c.

Sistem Pengolahan Persampahan;

d.

Sistem Drainase;

e.

Penyediaan dan pemanfaatan prasaraan dan sarana jaringan jalan pejalan kaki;

f.

Jalur Evakuasi Bencana; dan

g.

Sistem Proteksi Kebakar

(7)

Gambar 5.2. Rencana Struktur Ruang, RTRW Kota Binjai 2011-2030

(8)

Berdasarkan strategi dan konsep dasar dari RTRW Kota Binjai, maka rencana pemanfaatan pola

ruang Kota Binjai dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu:

a.

Kawasan Lindung seluas kurang lebih 2.718 hektar (30,12 %); dan

b.

Kawasan Budidaya seluas kurang lebih 6.306 hektar (69,88 %).

A.

Kawasan Lindung

Kawasan Lindung yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Binjai adalah terdiri dari:

a.

Kawasan perlindungan setempat ;

b.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota;

c.

Kawasan cagar budaya;

d.

Kawasan rawan bencana alam;

Pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Binjai secara umum bertujuan untuk mencegah

timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang

memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan

lindung lainnya, serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.

Sasarannya adalah untuk:

Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai

budaya dan sejarah bangsa;

Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam.

Strategi dan kebijakan pengembangan Kawasan Lindung telah diuraikan sebelunya pada sub bab

Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Kota Binjai.

B .

Kawasan Budidaya

Jenis-jenis pemanfaatan pola ruang yang tercakup dalam kawasan budidaya perkotaan atau

kawasan terbangun kota yang akan dikembangkan di Kota Binjai meliputi :

a.

Kawasan Perumahan;

b.

Kawasan Perdagangan dan Jasa;

c.

Kawasan Perkantoran;

d.

Kawasan Industri;

e.

Kawasan Pariwisata;

f.

Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) kota;

g.

Kawasan Ruang Evakuasi Bencana;

h.

Kawasan peruntukan ruang bagi Sektor Informal;dan

i.

Kawasan peruntukan lainya (kawasan peruntukan bagi kegiatan fasilitas umum, kegiatan

pertanian, kegiatan perikanan, kegiatan penambangan migas dan kegiatan pertahanan

dan keamanan negara).

Strategi dan kebijakan pengembangan Kawasan Budidaya telah diuraikan sebelunya pada sub bab

Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Kota Binjai.

(9)

Tabel 5.4.

Rencana Fungsi Pengembangan Tiap SPK pada RTRW Kota Binjai

- Industri & Pergudangan - Minyak dan Gas - Perdagangan dan jasa

2

- Perumahan Skala Besar - Pusat Pemerintahan - Perdagangan dan Jasa - TPA

- Kawasan Militer - Kegiatan Transportasi (Terminal Terpadu)

- Perdagangan dan Jasa - Pendidikan tinggi

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011

(10)

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 - 2011

(11)

5.1.4.

Kawasan Strategis Kota (KSK) Kota Binjai

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) kepada Kota Binjai lebih ditujukan terhadap pengaruh

aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan, sedangkan yang berkaitan dengan aspek

ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas,

dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai adalah Kawasan

Perkotaan Mebidangro.

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai adalah Kawasan

Andalan Perkotaan Mebidangro.

Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan keamanan yang

diperuntukan bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan negara berdasarkan

geosrategic nasional yang terdapat dalam wilayah Kota Binjai adalah Kawasan Brimob dan

Arhanud SE-11BS di Kecamatan Binjai Timur.

Kawasan Starategis Kota (KSK) pada wilayah Kota Binjai ditetapkan dalam rangka pelaksanaan

kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan

strategis di Kota Binjai dengan maksud untuk menempatkan dan mengakomodir

kepentingan-kepentingan pembangunan Kota Binjai yang bersifat strategis yang meliputi :

a.

Pertumbuhan ekonomi;

b.

Peningkatan sosial budaya, terutama dalam peningkatan pelayanan publik; dan

c.

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

A.

Kawasan Strategis Berkaitan dengan Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan strategis yang didorong perkembangannya karena berkaitan dengan pertumbuhan

ekonomi kota ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional;

Memiliki potensi ekspor;

Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam pengembangan

pertumbuhan ekonomi kota;

Berdampak luas terhadap pengembangan regional, dan nasional;

Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi; dan

Memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi yang memadai.

Kawasan budidaya strategis di Kota Binjai yang perlu segera didorong perkembangannya meliputi :

1.

Kawasan Industri di Kecamatan Binjai Utara.

Pengembangan kawasan industri dan pergudangan ini merupakan pengakomodasian

terhadap pengembangan Metropolitan Mebidang-Ro, dan sekaligus upaya untuk

mengarahkan perkembangan industri Kota Binjai yang lebih tertata sejak dini. Kawasan

industri dan pegudangan ini dikembangkan sebagai Kawasan Industri yang diarahkan

terutama untuk industri non polutif.

2.

Kawasan Perdagangan dan Jasa di Pusat Kota, Pusat-pusat SPK dan di koridor jalan-jalan

utama kota.

Kawasan pusat kota yang direncanakan ini terletak pada kawasan / lingkungan yang relatif

telah terbangun, yang terdiri atas :

(12)

kegiatan yang telah menurun fungsi pelayanannya (eks toko-toko lama, eks perumahan

lama) dengan bangunan yang menurun kondisi / penampilannya.

Kegiatan perdagangan koridor adalah kegiatan perdagangan dan jasa, selaras dengan

kecenderungan atau trend yang ada dewasa ini, khususnya di sepanjang jalan Amir Hamzah

dan jalan menuju Medan. Kendati demikian pada koridor ini masih terdapat juga kegiatan

yang bukan merupakan kegiatan perdagangan dan jasa, seperti perkantoran, fasilitas sosial

(rumah sakit), dan hunian.

B .

Kawasan Strategis Berkaitan dengan Aspek Sosial Budaya

Penentuan kawasan strategis yang berkaitan dengan aspek sosial budaya khususnya dalam

peningkatan pelayanan umum dan identitas kota dengan kriteria :

Merupakan prioritas peningkatan pelayanan publik

Sarana peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap aparatur pemerintah,

kelembagaan pemerintah kota.

Sebagai landmark/ identitas kota

Kawasan strategis yang berkaitan dengan aspek pelayanan umum dan identitas kota adalah

Rencana pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai Timur yang

diarahkan pada kawasan eks HGU Kebun Tebu PTPN II sekitar Kecamatan Binjai Timur Kelurahan

Tenggu Rono meliputi area seluas 90,52 Ha.

C .

Kawasan Strategis Berkaitan dengan Aspek Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Dalam strategi pengelolaan kawasan lindung, ditetapkan kriteria kawasan strategis yang berkaitan

dengan aspek lingkungan hidup dengan fungsi sebagai berikut :

memberikan perlindungan lingkungan atau kawasan;

memiliki nilai strategis memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;

memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan dan mengantisipasi bencana banjir;

terdapat tuntutan politis pemerintah kota harus menyediakan ruang terbuka hijau sebesar

30 % dari luas wilayahnya;

memiliki peran ekonomi tinggi kalau dapat dikelola dengan baik;

kebutuhan pemberian identitas kota melalui pengembangan tanaman buah rambutan

Binjai.

Kawasan strategis berkaitan dengan aspek lingkungan adalah :

1.

Kawasan Pariwisata Alam Pantai SB (Sungai Bingei)

Pengembangan pariwisata pantai SB dan sekitarnya meliputi kegiatan wisata alam menikmati

pemandangan sungai, perkebunan kelapa sawit, dan danau buatan. Pengembangan pantai SB

dilengkapi dengan Kolam-kolam buatan sebagai pengendali banjir, penampungan air dan

sebagai wisata air.

2.

Kawasan Rencana pengembangan Bottanical Garden/ hutan kota di sekitar kawasan pusat

pemerintahan dan di Kawasan Wisata pantai SB.

Pengembangan Hutan kota berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, tangkapan air, juga

berfungsi untuk memperbaiki kualitas udara dan keindahan atau landscape kota. Hutan kota

dikembangkan juga sebagai obyek wisata dan pendidikan, sehingga hutan kota dapat

dikembangkan sebagai ”Botanical Garden”. Hutan kota ditanami dengan tanaman keras/

tahunan yang dapat menunjang estetika kota dan pelestarian/pengembangan tanaman

rambutan Binjai.

(13)

Pengembangan danau buatan sebagai kawasan rekreasi air ini adalah dalam rangka

peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) , pengendalian banjir, peningkatan resapan air kota,

dan sebagai cadangan air di musim kemarau. Pengembangan danau buatan diarahkan untuk

menunjang pengembangan taman rekreasi kota dan pendidikan aqua culture.

Tabel 5.5.

Kawasan Strategis Kota (KSK) berdasarkan RTRW Kota Binjai

Kawasan Strategis Kota (KSK)

Sudut Kepentingan

Lokasi/Batas Kawasan

1.

Kawasan Brimob dan Arhanudse

SE 11BS

Pertahanan dan

keamanan negara

Kecamatan Binjai Timur

2.

Kawasan Industri

Ekonomi

Kecamatan Binjai Utara

3.

Kawasan Perdagangan dan jasa

di Pusat Kota

Ekonomi

Kecamatan Binjai Utara

Koridor jalan-jalan utama kota

4.

Kawasan pengembangan Pusat

Pemerintahan

Sosial Budaya

Kecamatan Binjai Timur

5.

Kawasan pariwisata alam "Pantai

SB (Sei Bingei)"

Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup

Kecamatan Binjai Selatan

6.

Kawasan Bottanical Garden/

hutan kota

Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup

7.

Kawasan waduk-waduk buatan

di dekat Sungai Bingai

Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup

Kecamatan Binjai Utara

Sepanjang Sungai Bingai, Kec.

Binjai Selatan

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011 (analisis 2014)

(14)

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 - 2011

(15)

5.1.5.

Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Binjai

Perwujudan atas rencana struktur ruang ,rencana pola ruang dan penetapan KSK pada RTRW Kota

Binjai dituangkan dalam Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Binjai yang terdiri dari Indikasi

Program Utama, Indikasi Sumber Pendanaan, Indikasi Pelaksana Kegiatan, dan Waktu Pelaksanaan

sebagai berikut:

1.

Indikasi program utama pemanfaatan ruang meliputi :

a.

Indikasi program utama perwujudan struktur ruang;

b.

Indikasi program utama perwujudan pola ruang.

c.

Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis kota

2.

Indikasi sumber pendanaan terdiri dari dana Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kota, swasta dan masyarakat.

3.

Indikasi waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:

a.

Tahap pertama (tahun 2011

2016), diprioritaskan pada perencanaan dan penataan

kawasan strategis;

b.

Tahap kedua (tahun 2017

2021), diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan

pengembangan;

c.

Tahap ketiga (tahun 2022

2026), diprioritaskan pada pengembangan dan

pemantapan; dan

d.

Tahap keempat (tahun 2027

2031), diprioritaskan pada pemantapan.

Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksanaan kegiatan, dan waktu

pelaksanaan secara lengkap tercantum dalam Lampiran IV pada Perda RTRW Kota Binjai.

Sedangkan Indikasi Program Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan

struktur RTRW Kota Binjai khusunya bidang Cipta Karya dijelaskan pada Tabel 5.6

5.1.6.

Arahan Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona,

pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang, dan prosedur pelaksanaan pembangunan.

Arahan Peraturan Zonasi merupakan bagian dari Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Wilayah Kota Binjai dalam RTRW.

Fungsi Utama Peraturan Zonasi pada RTRW Koat Bainjai adalah:

1.

Sebagai instrumen pengendalian pembangunan, peraturan zonasi yang lengkap dapat

menjadi rujukan untuk perizinan, penerapan insentif/disinsentif, dan penertiban pemanfaatan

ruang.

2.

Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional, ketentuan dalam peraturan zonasi dapat

menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena

memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam

rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci.

3.

Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan, peraturan zonasi mencakup guna

lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan

Sedangka Tujuan Utama dan Manfaat Peraturan Zonasi adalah:

Tujuan Utama:

Menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai standar kualitas

lokal minimum (health, safety and welfare)

(16)

Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona

Manfaat:

Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai

Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik

Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat

Mendorong pengembangan ekonomi

Arahan Peraturan Zonasi yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Binjai serta yang terindikasi

terhadap pembangunan sarana dan prasarana Bidang Cipta Karya adalah sebagai adalah:

1.

Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota

(indikasi untuk Bidang Cipta Karya)

2.

Arahan Peraturan Zonasi sekitar Jalan Arteri

3.

Arahan Peraturan Zonasi sekitar Rel Kereta Api

4.

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

(indikasi untuk Bidang Cipta Karya)

5.

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

(indikasi untuk Bidang Cipta Karya)

6.

Penataan dan Pengaturan Bangunan

(indikasi untuk Bidang Cipta Karya)

7.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

(indikasi untuk Bidang Cipta Karya)

8.

Rencana Ketinggian Bangunan

Adapun rincian arahan peraturan zonasi untuk bidang Cipta Karya seperti dijelaskan pada tabel

berikut :

Tabel 5.6. Identifikasi Arahan Peraturan Zonasi berdasarkan RTRW Kota Binjai

Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota

Fungsi dan

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi

Fungsi Struktur Ruang : Pengendalian pusat pelayanan kota Pusat kegiatan

pengembangan pariwisata

a. Pusat kegiatan pariwisata adalah untuk kegiatan usaha jasa pariwisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata serta dilarang untuk kegiatan yang merusak lingkungan serta menggangu kenyamanan dan keamanan;

b. KDB paling tinggi sebesar 40%

c. KLB paling tinggi sebesar 1,0

d. KDH paling rendah sebesar 20%

e. Dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang antara lain tempat promosi dan

informasi, kuliner, toko-toko suvenir, sarana kesehatan, , ticketing, dan

f. Rancangan tata letak dan bangunan yang difungsikan sebagai pusat pariwisata harus menggunakan standar perencanaan kawasan wisata.

g. Rancangan tata letak kawasan wisata pantai SB menyediakan akses bagi publik terhadap objek wisata alam.

Fungsi Struktur Ruang : Jaringan transportasi

Jaringan jalan a. Zonasi untuk jaringan jalan terdiri dari zona ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang

pengawasan jalan;

b. Zona ruang manfaat jalan adalah untuk median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, lereng, ambang pengaman, trotoar, badan jalan, saluran tepi jalan , peletakan bangunan utilitas dalam tanah dan dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan;

c. Zona ruang milik jalan adalah untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan

jalur lalu lintas serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan dan dilarang untuk kegiatan-kegiatan yang di luar kepentingan jalan;

d. Zona ruang pengawasan jalan adalah untuk ruang terbuka yang bebas pandang dan

dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan; e. RTH pada zona ruang milik jalan minimal 20 %;

(17)

Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Kota

Fungsi dan

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi

menghindari persimpangan sebidang Fungsi Struktur Ruang : Jaringan sumber daya air

Jaringan sungai a. Zonasi jaringan sungai terdiri dari zona sempadan, zona manfaat dan zona penguasaan;

b. Zona sempadan sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah untuk mempertahankan

kelestarian fungsi sungai dan dilarang untuk membuang sampah, limbah padat dan atau cair dan mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha;

c. Zona manfaat sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah untuk mata air, sungai dan daerah sempadan yang telah dibebaskan;

d. Zona penguasaan sebagaimana dimaksud dalam butir a adalah untuk dataran banjir, daerah

retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan;

e. Pemanfaatan lahan di daerah sempadan adalah untuk kegiatan-kegiatan budidaya pertanian

dan kegiatan budidaya lainnya yang tidak mengganggu fungsi perlindungan aliran sungai; f. Zona penguasaan sebagaimana dimaksud dalam butir a persentase luas ruang terbuka

Fungsi Struktur Ruang : Jaringan prasarana dan sarana perkotaan Zonasi untuk sistem

penyediaan air minum (spam);

a. zonasi penyediaan air minum terdiri dari zona unit air baku; zona unit produksi; zona unit distribusi; zona unit pelayanan dan zona unit pengelolaan;

b. zona unit air baku adalah untuk bangunan penampungan air, bangunan

pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya;

c. zona unit produksi adalah untuk prasarana dan sarana pengolahan air baku menjadi air minum;

d. zona unit distribusi adalah untuk sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan;

e. zona unit pelayanan adalah untuk sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran;

f. zona unit pengelolaan adalah untuk pengelolaan teknis yang meliputi kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi dan pengelolaan nonteknis yang meliputi administrasi dan pelayanan;

g. persentase luas lahan terbangun pada zona unit air baku maksimal sebesar 20 %;

h. persentase luas lahan terbangun pada zona unit produksi maksimal sebesar 40 %;

i. persentase luas lahan terbangun pada zona unit distribusi maksimal sebesar 20 %;

j. unit produksi terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat

operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum;

k. limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka;

l. unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan jaminan kontinuitas pengaliran 24 jam per hari;

m.untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus

dipasang alat ukur berupa meter air yang wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.

Zonasi untuk sistem jaringan drainase

a. zona jaringan drainase terdiri dari zona manfaat dan zona bebas;

b. zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada zona manfaat jalan; c. zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang dapat mengganggu

kelancaran penyaluran air;

d. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.

Zonasi untuk sistem pengelolaan limbah;

a. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

b. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi pengolahan limbah;

(18)

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat;

d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %;

e. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran

manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;

f. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib dilengkapi

dengan system pembuangan air limbah setempat atau individual yang berjarak minimal 10 m dari sumur;

g. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system pembuangan air

limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu lingkungan, hingga satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat;

h. sistem pengolahan limbah domestic pada kawasan dapat berupa IPAL system konvensional

atau alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi modern. Zonasi untuk

Tempat penampungan sementara (TPS);

a.

zona TPS terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

b.

zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat peralatan angkutan

sampah;

c.

zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu penampungan dan

pengangkutan sampah sampai sejarak 10m dari sekeliling zona ruang manfaat;

d.

persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;

e.

dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan, gudang, tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container dan pagar tembok keliling;

f.

luas lahan minimal 100 m2 untuk melayani penduduk pendukung 2500 jiwa (1 RW).

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

a.

zona TPST terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

b.

zona ruang manfaat adalah untuk kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah;

c.

zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu pemrosesan sampah

sampai sejarak 10 m;

d.

persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;

e.

dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang pemilahan ( 30 m2),

pengomposan sampah organik ( 200 m2), gudang ( 100 m2), tempat pemindah sampah yang

dilengkapi dengan landasan container (60 m2) dan pagar tembok keliling;

f.

luas lahan minimal 300 m2 untuk melayani penduduk pendukung 30.000 jiwa (1 kelurahan).

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

a.

zona TPA terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;

b.

zona ruang manfaat adalah untuk pengurugan dan pemrosesan akhir sampah;

c.

zona ruang penyanggah dilarang untuk kegiatan yang mengganggu pemrosesan sampah

sampai sejarak 300 m untuk perumahan, 3 km untuk penerbangan, dan 90 m untuk sumber air bersih dari sekeliling zona ruang manfaat;

d.

persentase luas lahan terbangun sebesar 20 %;

e.

dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa lahan penampungan, sarana dan

peralatan pemrosesan sampah, jalan khusus kendaraan sampah, kantor pengelola, tempat parkir kendaraan, tempat ibadah, tempat olahraga dan pagar tembok keliling;

f.

menggunakan metode lahan urug terkendali;

g.

tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media

lingkungan secara aman;

h.

lokasi dilarang di kawasan perkotaan dan kawasan lindung.

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Fungsi dan

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi

Sempadan Sungai a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,mengganggu kesuburan dan keawetan

tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;

(19)

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Fungsi dan

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi

c. kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai dan dasar sungai, serta mengganggu aliran air.

Sempadan Danau/Waduk

a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan dan

keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau

c. kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya, dan daerah tangkapan air kawasan yang bersangkutan.

Ruang terbuka hijau kota

a. zona ruang terbuka hijau adalah untuk RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH pengamanan sumber air baku/mata air, dan rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi ruang terbuka hijau;

b.proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 % yang terdiri dari 20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

c. pendirian bangunan dibatasi untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya, dan bukan bangunan permanen;

d.ruang terbuka hijau di kota memiliki luas paling sedikit 343 (tiga ratus empat tiga) ha, dengan bentuk satu hamparan, atau jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan.

Kawasan Cagar Budaya

a. zona cagar budaya terdiri dari zona mintakat inti, zona mintakat penyangga, dan mintakat pengembang;

b. zona mintakat inti adalah untuk lahan situs; dan dilarang melakukan kegiatan yang mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan, dan mencemari benda cagar budaya; c. zona mintakat penyangga di sekitar situs adalah untuk kegiatan yang mendukung dan

sesuai dengan bagi kelestarian situs; serta dilarang untuk kegiatan yang dapat mengganggu fungsi cagar budaya;

d. zona mintakat pengembangan adalah untuk kegiatan untuk sarana sosial, ekonomi, dan budaya, serta dilarang untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip pelestarian benda cagar budaya dan situsnya;

e. di kawasan cagar budaya dilarang untuk menyelenggarakan:

1) kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa peninggalan sejarah;

2) pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat setempat.

f. persentase luas lahan terbangun untuk zona mintakat inti dan penyangga maksimum 40 %,dan untuk zona mintakat pengembang maksimum 50 %.

Kawasan Rawan Bencana Alam (Banjir)

a. zona kawasan rawan bencana banjir terdiri dari zona tingkat kerawanan tinggi, zona tingkat

kerawanan menengah/sedang, dan zona tingkat kerawanan rendah;

b. zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi A di sempadan sungai adalah untuk kegiatan pertanian, kegiatan pariwisata terbatas; dilarang untuk budidaya dan kegiatan yang dapat fungsi sempadan sungai.

c. zona tingkat kerawanan menengah untuk tipologi B adalah untuk kegiatan perumahan, transportasi, pariwisata, pertanian, perkebunan, perikanan, hutan kota/rakyat/produksi, dan dilarang untuk kegiatan industri.

d. zona tingkat kerawanan rendah tipologi C adalah untuk kegiatan budidaya, dilarang untuk

kegiatan industri;

e. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan menengah untuk tipologi B

maksimum 40 %;

f. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan rendah untuk tipologi C maksimum 60 %. Penerapan prinsip terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya;

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Fungsi dan

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi

Kawasan Perumahan

a. zonasi kawasan perumahan terdiri dari zona perumahan dengan kepadatan tinggi; zona perumahan dengan kepadatan sedang; dan zona perumahan dengan kepadatan rendah;

(20)

Pemanfaatan Ruang

kepadatan bangunan 51-100 unit per ha;

c. zona perumahan dengan kepadatan sedang adalah untuk pembangunan rumah dan

perumahan dengan kepadatan bangunan 26-50 unit per ha;

d. zona perumahan dengan kepadatan rendah adalah untuk pembangunan rumah dengan tipe

rumah taman dengan kepadatan bangunan ≤25 unit per ha;

e. intensitas kawasan untuk lingkungan kepadatan tinggi dituangkan dalam rencana detail.

f. intensitas kawasan untuk lingkungan kepadatan sedang dituangkan dalam rencana detail.

g. intensitas kawasan untuk lingkungan kepadatan rendah dituangkan dalam rencana detail.

h. prasarana dan sarana minimal perumahan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM)

bidang perumahan;

i. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai peruntukkannya pada kawasan perumahan dan tidak memiliki izin harus ditertibkan paling lambat 3 tahun;

j. kegiatan-kegiatan lain yang tidak sesuai peruntukkannya pada kawasan perumahan dan memiliki izin harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin;

k. kawasan perumahan yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti ketentuan AMDAL.

Perdagangan Dan Jasa

a. zonasi kawasan perdagangan dan jasa terdiri dari zona perdagangan dan jasa pelayanan kota, serta zona perdagangan dan jasa lokal;

b. zona perdagangan dan jasa pelayanan kota adalah untuk kegiatan perdagangan besar dan eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan;

c. zona perdagangan dan jasa lokal adalah untuk kegiatan perdagangan eceran, jasa

keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan dan perumahan kepadatan menengah dan tinggi;

d. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa pelayanan kota adalah maksimal KDB

40 % dan minimal KDH 30 %;

e. intensitas ruang untuk kawasan perdagangan dan jasa lokal adalah maksimal KDB 50 % dan

minimal KDH 30 %;

f. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti sarana pejalan kaki yang

menerus, sarana peribadatan dan sarana perparkiran, sarana kuliner, sarana transportasi umum, ruang terbuka; serta jaringan utilitas;

g. memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat;

h. kegiatan hunian kepadatan menengah dan tinggi diizinkan di kawasan ini maksimum 10 % dari total luas lantai;

i. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan langsung dengan

kawasan lindung;

j. pusat perdagangan dan jasa bernuansa Internasional serta berupa pola superblock (mix use);

k. sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata bangunan dan tata lingkungan;

kestabilan struktur serta keselamatan;

l. kawasan perdagangan dan jasa yang merupakan lahan reklamasi wajib mengikuti ketentuan

AMDAL;

m. kawasan perdagangan dan jasa wajib dilengkapi dengan RTBL;

n. kegiatan industri yang memiliki izin dan berada pada kawasan perdagangan dan jasa, harus

menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin;

o. kegiatan industri yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.

Kawasan Pariwisata a. zonasi kawasan pariwisata terdiri dari zona usaha jasa pariwisata; zona objek dan daya tarik wisata dan zona usaha sarana pariwisata;

b. zona usaha jasa pariwisata adalah untuk jasa biro perjalanan wisata; jasa agen perjalanan wisata; jasa pramuwisata; jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran; jasa impresariat; jasa konsultan pariwisata, dan jasa informasi pariwisata;

c. zona objek dan daya tarik wisata adalah untuk objek dan daya tarik wisata alam; objek dan daya tarik wisata budaya; dan objek dan daya tarik wisata minat khusus;

d. zona usaha sarana pariwisata adalah untuk penyediaan akomodasi; makan dan minum; angkutan wisata; sarana wisata tirta; dan kawasan pariwisata;

e. persentase KDB pada zona usaha jasa pariwisata maksimal sebesar 60 % dan RTH 20%;

f. persentase KDB pada zona objek dan daya tarik wisata maksimal sebesar 20 % dan RTH 40

(21)

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Fungsi dan

Pemanfaatan Ruang Arahan Peraturan Zonasi

g. persentase KDB pada zona usaha sarana pariwisata maksimal sebesar 60 % dan RTH 20 %;

h. prasarana dan sarana minimal meliputi telekomunikasi, listrik, air bersih, drainase , pembuangan limbah dan persampahan; WC umum, parkir, lapangan terbuka, pusat perbelanjaan skala lokal, sarana peribadatan dan sarana kesehatan; persewaan kendaraan, ticketing, money changer;

i. memiliki akses yang terintegrasi dengan terminal;

j. perubahan zona pariwisata dimungkinkan untuk tujuan perlindungan lingkungan;

k. pembangunan objek dan daya tarik wisata alam dapat memanfaatkan zona sempadan sungai

dan kawasan sekitar waduk buatan dengan memperhatikan arahan peraturan zonasinya; l. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada kawasan pariwisata, harus

menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3 tahun.

Sumber : Laporan Akhir RTRW Kota Binjai

Indikator arahan penzoningan adalah ditentukan seperti dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 5.7. Indikator dan Deskripsi Arahan Penzoningan Kawasan pada RTRW Kota Binjai

No Sub Katagori / Pemanfaatan R1 R2 R3 JK JP I RTH SP CB WA

A Hunian I I I T T T - - T T

B Komersial T T T I T B - - T T

C Jasa Komersial T T T I T B - - T T

D Perkantoran T T T I I T - - T T

E Institusi T T T T T T - - T T

F Industri T T T - T I - - T -

H Ruang Terbuka Hijau I I I I I I I I I I

I Pertanian - B B B B B B B - B

J Peternakan - - B - - - B B - T

K Pariwisata B B B T T T I I I I

Deskripsi Indikator arahan penzoningan kawasan :

I : Penggunaan lahan atau kategori penggunaan lahan diizinkan sesuai dengan rencana pemanfaatan

ruang kawasan utamanya

T : Penggunaan lahan dizinkan secara Terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat berupa standar pembangunan minimum, pembatasan kegiatan, atau peraturan tambahan lainnya.

B : Penggunaan lahan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk

penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting terhadap kawasan sekitarnya / wilayah yang lebih luas.

- : Penggunaan lahan atau kategori penggunaan lahan tidak diizinkan.

Sumber : Laporan Akhir RTRW Kota Binjai

(22)

Sumber : Laporan Teknis RTRW Kota Binjai, Perda No.12 - 2011

(23)

5.1.7.

Indikasi Arahan RTRW Kota Binjai terhadap Kebijakan dan Program Bidang Cipta

Karya

A.

Identifikasi Arahan RTRW terkait Kebijakan Bidang Cipta Karya

Dari arahan dan kebijakan dalam RTRW Kota Binjai yang telah dituangkan dalam Rencana Struktur

Ruang dan rencana Pola Ruang serta Kawasan Strategis Kota Binjai yang telah ditetapkan,

selanjutnya dapat di identifikasi arahan-arahan terkait Bidang Cipta Karya yaitu rencana-rencana

pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman seperti dirincikan pada tabel berikut.

Tabel 5.8. Arahan RTRW Kota Binjai terkait Kebijakan Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Bidang Cipta Karya Arahan Lokasi Pengembangan Identifikasi

Sektoral

(1) (2) (3) (4)

A.

Kawasan Lindung Seluas ± 2.718 ha. (30,12 %)

A.1. Kawasan RTH Kota 1. Taman RT (Rukun Tetangga) Dalam lingkup satu RT ( radius 250 m²) PBL

2. Taman RW (Rukun Warga) Dalam lingkup satu RW (radius 1250 m²) PBL 3. Taman Lingkungan Pusat kelurahan dan kawasan permukiman PBL 4. Taman Kota Kecamatan Binjai Kota dan pusat-pusat SPK PBL

5. Hutan Kota SPK Binjai selatan PBL

6. Jalur Hijau Kota Sempadan sungai, rel kereta api, sempadan jalan, bahu dan median jalan, di kawasan-kawasan perdagangan dan jasa, kawasan-kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata dan rekreasi, kawasan perumahan, serta kawasan-kawasan kegiatan utama kota lainnya

PBL

7. Jalur Sempadan Rel Kereta Api Di sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) meter dari as rel kereta api.

PBL

8. Zona Penyangga Hijau (Green Belt)

a. Ruas-ruas jalan arteri dan kolektor pada

sisi terluar dari Ruang Milik Jalan (Rumija); b. Sekeliling kawasan industri dan lokasi

industri; c. Sekeliling TPA

PBL

9. Tempat Pemakaman Umum /TPU (seluas ± 70 ha.)

a. Pada lokasi-lokasi TPU yang telah ada;

b. Pada lokasi TPU sesuai Perda. PBL

10. RTH lainnya Pada luar bangunan sesuai aktifitas/fungsinya dan menurut KDB kawasan perkotaan.

PBL

A.2. Kawasan Cagar Budaya (seluas ± 5,9 ha.)

Kawasan Pusat Kota Bersejarah Pada masing-masing lokasi Cagar Budaya PBL

Stasiun Kereta Api Kota Binjai PBL

Kantor Walikota Binjai PBL

Pengadilan Lama Kota Binjai PBL

Pengadilan Lama Kota Binjai PBL

Masjid Raya Kota Binjai serta

Kelenteng Setia Budha PBL

Kawasan rumah-rumah tua Pasar Tavip dan Jalan HOS. Cokroaminoto PBL A.3. Kawasan Rawan

Bencana Alam

Kawasan Rawan Banjir Sepanjang aliran Sungai Bungai dan Sungai Mencirim;

Kecamatan Kota ( kws. Perdagangan, jasa & permukiman kumuh);

Kecamatan Binjai Utara (kws. Migas);

Kecamatan Binjai Barat (kws. permukiman)

PLP Kawasan Rawan Bencana

Kebakaran

B.

Kawasan Budi Daya Seluas ± 6.306 ha. (69,88 %)

B.1. Kawasan Perumahan Perumahan kepadatan tinggi Kecamatan Binjai Kota dan Kecamatan Binjai Barat

Bangkim Perumahan kepadatan sedang Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai

(24)

(1) (2) (3) (4) Perumahan kepadatan rendah Kecamatan. Binjai Selatan

B.2. Kawasan

Perdagangan Dan Jasa

Kawasan Perdagangan dan Jasa SPK Pusat Kota dan di koridor jalan-jalan

utama kota __

Kawasan Perdagangan setingkat Kecamatan

SPK di setiap kecamatan di Kota Binjai

__

Kawasan Perdagangan setingkat Kelurahan dan Lingkungan

Pusat-pusat kelurahan dan di lingkungan permukiman/perumahan sebagai pengembangan kawasan yang tidak terjangkau oleh kawasan perdagangan dan jasa.

__

Kawasan Perdagangan informal Lokasi pusat-pusat perdagangan, Lokasi Sky Cross, pusat kota, pusat SPK kota, dan pusat-pusat perdagangan kecamatan

__

B.3. Kawasan Perkantoran

Kawasan perkantoran pemerintahan kota

Komplek kantor Walikota, komplek DPRD, kantor Kejaksaan Negeri dan bangunan pemerintahan lainnya yang sudah ada; dan

Lokasi pusat pemerintahan Kota Binjai

__

Lingkup wilayah kerja kelurahan

__

Kawasan perkantoran swasta Pusat kota Kecamatan Binjai Kota; dan

Koridor jalan-jalan utama kota __ B.4. Kawasan Industri Zona industri / industrial estate Kecamatan Binjai Utara __

Sentra industri kecil/ sentra industri kerajinan

Lokasi permukiman penduduk yang berdekatan dengan kawasan-kawasan pariwisata

__

Sentra industri makanan Lokasi permukiman penduduk yang berdekatan dengan kawasan-kawasan pariwisata

__

B.5. Kawasan Pariwisata a. Lokasi-lokasi wisata yang telah ada antara lain:

Kecamatan Binjai Selatan

 Lokasi kawasan pariwisata

Pantai SB (seluas ± 70 ha.) PBL

 Lokasi wisata kolam renang

Great Wall dan Tirta Renim PBL

 Lokasi wisata buatan taman

kota PBL

 Lokasi wisata kuliner Jalan A. Yani PBL

 Lokasi wisata sejarah di

Gedung Dewan Kesenian PBL

 Lokasi Gedung Olahraga (GOR)

Kecamatan Binjai Selatan

__

b. Kawasan pengembangan wisata air dan river front.

Sungai Bingai yang membelah Kota Binjai

c. Lokasi pengembangan Sky Cross

Kecamatan Binjai Kota

__

d. Lokasi pengembangan wisata kuliner Pasar Kaget

Kecamatan Binjai Kota

PBL

e. Kawasan pengembangan cagar budaya

Lokasi pengembangan cagar budaya

PLP

f. Kawasan pengembangan wisata pertanian (Botanical Garden)/ lahan pertanian kebin rambutan Binjai (seluas ± 628

Kecamatan Binjai Selatan

(25)

Arahan Pola Ruang Bidang Cipta Karya Arahan Lokasi Pengembangan Identifikasi

Ruang terbuka non hijau pelataran parkir

Pemerintahan Kota Binjai di Kecamatan Binjai Timur,

Pusat perdagangan dan jasa di Kecamatan Binjai Kota,

Pusat-pusat pemerintahan tingkat kecamatan dan kelurahan

__

Ruang terbuka non hijau lapangan

upacara __

Ruang terbuka non hijau lapangan

bermain __

Ruang terbuka non hijau lapangan

olah raga/stadion __

B.7. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana

Kawasan ruang evakuasi bencana pengembangan pusat

pemerintahan Lokasi peruntukan bagi kegiatan evakuasi bencana

PBL

Kawasan ruang evakuasi bencana Lapangan Merdeka dan RTH lainnya

PBL

B.8. Kawasan Peruntukan Ruang Bagi Sektor Informal

Sky Cross di Jalan Sudirman dan

Jalan Ahmad Yani; Kecamatan Binjai Kota PBL

Pasar Kaget malam hari Kecamatan Binjai Kota PBL

Pusat perdagangan

Lokasi peruntukan sektor informal

PBL Koridor jalan kawasan

perdagangan PBL

B.9. Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan bagi fasilitas umum kota

Pusat-pusat primer kegiatan pelayanan perkotaan

Kawasan peruntukan fasilitas

umum kecamatan Subpusat pelayanan kota __

Kawasan peruntukan fasilitas

Subpusat pelayanan kota E di Kecamatan

Binjai Selatan __

Kawasan peruntukan bagi kegiatan perikanan

Sungai Bingai, Sungai Mencirim, Sungai

Bangkatan dan di danau-danau buatan __ Kawasan peruntukan bagi

kegiatan penambangan migas Kecamatan Binjai Utara __

Kawasan peruntukan bagi kegiatan pertahanan dan keamanan negara

Kecamatan Binjai Timur __

Arahan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya Arahan Lokasi Pengembangan

(1) (2) (3) (4)

1. Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan

1.1. Pusat pelayanan kota fungsi primer

1. Pusat perdagangan dan jasa Kecamatan Binjai Kota __ 2. Pusat kawasan industri dan

penambangan minyak dan gas Kecamatan Binjai Utara __ 3. Pusat kegiatan transportasi Kecamatan Binjai Timur __ 4. Pusat kegiatan pertahanan dan

keamanan Kecamatan Binjai Timur __

5. Pusat kegiatan pendidikan tinggi

Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai

Barat __

1.2. Pusat pelayanan kota fungsi sekunder

1. Pusat perdagangan dan jasa Kecamatan Binjai Kota __

2. Pusat pemerintahan kota Kecamatan Binjai Timur __

3. Pusat pelayanan wisata Kecamatan Binjai Selatan __ 1.3. Subpusat

pelayanan kota

(26)

(1) (2) (3) (4)

6. Subpusat pelayanan kota F __

1.4. Pusat lingkungan Pelayanan tersier maupun pusat pelayanan lingkungan

Seluruh kelurahan-kelurahan yang ada di Kota

Binjai berdasarkan berdasarkan RDTR Kota __ 2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi*

3. Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan* 4. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi* 5. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

5.1. Wilayah Sungai*

5.2. Sistem jaringan air baku untuk air minum yang menggunakan sistem air permukaan

Sungai Mencirim, Sungai Bingai, Sungai

Bangkatan, dan sungai-sungai kecil lainnya AM 5.3. Sistem

pengendalian banjir

1. Sistem pengendalian banjir dengan pembuatan jaringan

drainase Kecamatan Binjai Utara dan Kecamatan Binjai Selatan

PLP

2. Sistem pengendalian banjir dengan pembuatan kolam retensi

PLP

5.4. Sistem jaringan irigasi * __

6. Rencana Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan 6.1. Rencana Sistem

Penyediaan Air Minum

1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan perpipaan a. Peningkatan dan

pengoptimalan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtasari di Sungai Bingai menjadi 850 liter/detik

b. Meningkatkan cakupan

pelayanan masing-masing PDAM yang ada sekarang mencapai 83 % pada Tahun 2030 untuk Sambungan Langsung/Sambungan Rumah (SL/SR)

c. Membangun prasarana air

bersih Kran Umum (KU) dan Hidran Umum (HU) untuk masyarakat yang sulit dijangkau PDAM dan untuk daerah yang kondisi air tanahnya buruk. d. Rencana penggunaan

sumber air baku dari Sungai Bangkatan dengan base flow sebesar 300 liter/detik dan Sungai Mencirim dengan base flow sebesar 500 liter/detik

 Kecamatan Binjai Utara

 Kecamatan Binjai Kota

 Kecamatan Binjai Timur, dan

 Kecamatan Binjai Barat

AM

2. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Jaringan bukan perpipaan

Kecamatan Binjai Selatan AM

6.2. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah

1. Sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di

Kecamatan Binjai Timur PLP

2. Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat

Pengembangan kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat, dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat

(27)

Arahan Pola Ruang Bidang Cipta Karya Arahan Lokasi Pengembangan Identifikasi Sektoral

(1) (2) (3) (4)

3.Sistem pengelolaan air limbah

industri* __

6.3. Rencana Sistem Pengolahan Persampahan

1.Rencana sistem pengolahan persampahan TPS

Lingkungan perumahan dan pusat-pusat

kegiatan untuk setiap unit PLP

2.Rencana sistem pengolahan persampahan TPST

Pusat lingkungan/kelurahan untuk setiap unit

PLP

3.Rencana sistem pengolahan persampahan TPA

Ditetapkan di Kelurahan Mencirim Kecamatan Binjai Timur dengan menggunakan metode controlled landfill pada tahap 5 (lima) tahun pertama dan dilanjutkan dengan metoda sanitary landfill.

PLP

6.4. Rencana Sistem Drainase

1.Jaringan drainase makro (utama) berupa saluran terbuka dan/atau saluran tertutup

DAS Belawan dan DAS Wampu

PLP

2.Jaringan drainase mikro (lokal) berupa saluran terbuka dan/atau saluran tertutup yang saling melengkapi dan terpadu dengan sistem jaringan sungai dan pengendalian banjir serta sistem jaringan drainase jalan yang melayani daerah drainase di kawasan permukiman, industri, perdagangan, dan perkantoran.

Sub. D. Paya Robah, Sub. D. Limau Sundai, Sub. D. Sinembah, Sub. D. Cengkeh Turi, Sub. D. Pujidadi, Sub. D Tanah Merah, Sub. D. Binjai Estate, Sub. D Rambung, Sub. D. Kebun Lada, Sub. D. Amir Hamzah, Sub. D. Tunggurono, Sub. D. Gajahmada, Sub. D. Juanda, Sub. D. Nangka, dan Sub. D. Sumber Mulyo.

PLP

1.Peningkatan kualitas di ruas-ruas jalan yang sudah terdapat fasilitas pejalan kaki (terutama di jalan-jalan di sekitar pusat kegiatan, salah satunya di kawasan pusat kota)

a. Kawasan perdagangan di Kecamatan Binjai Kota;

b. Kawasan perdagangan di setiap subpusat pelayanan kota;

c. Kawasan perdagangan di koridor jalan-jalan utama kota;

d. Kawasan pemerintahan di Kecamatan Binjai Timur;

e. Kawasan pertahanan dan keamanan di Kecamatan Binjai Timur;

f. Kawasan pendidikan tinggi di Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan Binjai Barat; g. Kawasan industri di Kecamatan Binjai Utara;

dan

h. Kawasan wisata di Kecamatan Binjai Selatan.

PBL 2.Pengembangan kelengkapan

fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas yang memiliki trotoar namun belum dilengkapi dengan kelengkapan fasilitas pejalan kaki (lampu jalan, bangku, kotak sampah, zebra cross, dan jembatan penyeberangan) 3.Pengembangan fasilitas pejalan

kaki di ruas-ruas jalan yang hanya memiliki trotoar pada satu sisi jalan saja

4.Penyediaan fasilitas pejalan kaki di ruas-ruas jalan yang sama sekali belum memiliki fasilitas trotoar dan kelengkapan lainnya.

6.6. Rencana Jalur Evakuasi Bencana PBL

6.7. Rencana Sistem Proteksi Kebakaran (diatur dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Binjai)

PBL

Arahan Penataan dan Pengaturan Bangunan:

Pengaturan luas terbangun atau Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

No. Komponen kegiatan Besaran KDB (%)

1 Fasilitas pendidikan 45 – 60

2 Fasilitas kesehatan 40

3 Fasilitas peribadatan 40 – 60

(28)

(1) (2) (3) (4)

4 Fasilitas perdagangan 60 – 90

5 Fasilitas perhubungan 30

6 RTH (taman kota) 0 – 30

7 Fasilitas perumahan Dikaitkan dengan tipologi kepadatan unit lingkungan masing – masing

Pengaturan Rencana penentuan/pengaturan Ketinggian Bangunan melalui Koefisien Luas Banguna (KLB) di arahakan pada kawasan :

a. Kawasan peruntukan kegiatan fasilitas umum dan fasilitas pelayanan sosial.

b. Kawasan peruntukan kegiatan ekonomi yang mencakup kegiatan perdagangan dan jasa. Keterangan : *) adalah arahan non Bidang Cipta Karya

Sumber : RTRW Kota Binjai, Perda No.12 Tahun 2011 (analisis 2014)

B .

Identifikasi Arahan RTRW terkait Program Bidang Cipta Karya

Arahan pemanfaatan ruang terhadap indikasi program utama pada RTRW kota Binjai selanjutnya

dapat di indikasikan usulan-usulan strategis program pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya sebagai arahan pengembangan kota dalam skala kawasan. Sedangkan arahan bagi instansi

pelaksana di daerah terhadap kegiatan-kegiatan program bidang keciptakaryaan mengacu pada

empat sektor Bidang Cipta Karya yaitu : Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan

Lingkungan, Pengembangan Air Minum, dan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.

Identifikasi indikasi program pada RTRW Kota Binjai untuk Bidang Cipta Karya seperti dirincikan

pada tabel berikut.

Tabel 5.9.

Identifikasi Program RTRW Kota Binjai terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta

Karya

Usulan Program Utama Lokasi

Merupakan KSK (ya/tidak)

Sumber

Pendanaan Instansi Pelaksana

Identifikasi Sektoral

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penataan ruang pusat primer Kawasan Industri Binjai

Penyusunan Peraturan Zonasi Kecamatan Binjai

Kota Ya APBD Tata Ruang Kota (RDTR)

(29)

Usulan Program Utama Lokasi

Merupakan KSK (ya/tidak)

Sumber

Pendanaan Instansi Pelaksana

Identifikasi

Pelestarian sumber mata air, pengendalian sumber air tanah dalam dan daerah resapan air

Kawasan Lindung, Perumahan dan Industri

Ya APBD Dns.PU, Bappeda, Dns.

Lingkungan Hidup PLP

Pelestarian sumber mata air dan konservasi daerah resapan air

Seluruh wilayah Kecamatan Kota Binjai

Tidak APBD, Bantuan Pusat/prov.i

Penyediaan pasokan air baku Seluruh wilayah Kota

Binjai Tidak APBD, Investor PDAM AM

Perbaikan jaringan pipa air bersih yang ada secara bertahap dan meningkatkan

tangki septik komunal Tidak APBD, Investor PDAM PLP

Meningkatkan sarana dan prasarana untuk operasi dan pemeliharaan pengelolaan air limbah

Seluruh Kota Binjai

Tidak APBD Dns.Pu, DLHPE PLP

Saluran limbah, sambungan rumah, interseptor, serta pipa utama dikembangkan di limbah ke aluran terbuka dan yang langsung ke sungai

Seluruh Kota Binjai

Tidak APBD Dns.Pu, DLHPE PLP

Mewajibkan pembuatan instalasi Pengolah Limbah Setempat untuk kegiatan industri, rumah sakit, hotel dan restoran sebelum dibuang ke badan perairan.

Bappeda, Dns.Pu PLP

Pembuatan saluran drainase tersier di sisi kiri dan kanan rus jalan lingkungan dipadukan dengan drainase sekunder dan utama pada tempat-tempat yang belum terlayani.

Gambar

Gambar 5.1. Alur Singkrosisasi Acuan dan Kebijakan Rencana Pembangunan Daerah
Tabel 5.2.
Gambar 5.2. Rencana Struktur Ruang, RTRW Kota Binjai 2011-2030
Gambar 5.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.. b) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan berupa kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan non

Dalam konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa

Untuk itu dibuat matriks program pembangunan yang diarahkan SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas di Kampung Bugis dan Tanjung Unggat , selanjutnya matriks

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode pendekatan sebagai berikut : Pelakasanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kota Surakarta Tahun 2014 V-82 Rencana peningkatan kualitas permukiman Kota Surakarta terbagi menjadi beberapa segmen kawasan penanganan seperti

yang terbangun pada kawasan yang tidak sesuai dengan fungsinya Penataan Bangunan dan Lingkungan RTBL KSK Kawasan Permukiman Prioritas Kota Maros. Menata kawasan pasar

Kawasan prioritas Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat Kota Kabupaten Deli Serdang merupakan arahan Dokumen RUTRK Kecamatan Lubuk

o Ketinggian maksimum 100 (seratus) meter di luar kawasan perkotaan. Terkait dengan rencana infrastruktur telekomunikasi dan informasi, berupa pembangunan menara BTS