• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI - DOCRPIJM f3645f8857 BAB VIBAB 6 PBL PERMUKIMAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI - DOCRPIJM f3645f8857 BAB VIBAB 6 PBL PERMUKIMAM"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Penanganan perumahan dan permukiman, pada hakekatnya llebih mendasarkan pada pengembangan kawasan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan. Elemen penanganannya lebih menekankan pada upaya mewujudkan kawasan perumahan dan permukiman yang layak huni ( livable ), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Unsur-unsur yang harus disediakan di kawasan permukiman, pada hakekatnya menekankan pada upaya penyediaan utulitas yang layak bagi penghuninya. Karena itu merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.

Penyediaan utilitas pada kawasan perumahan dan permukiman, tidak dapat serta merta menjadi tugas dan tanggungjawab masyarakat. Akan tetapi sebagai akibat fasilitas umum dalam skala besar, maka tindakan pemerintah menjadi penting untuk dilakukan, terutama dalam penyediaan berbagai jenis prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman. Dalam upaya mewujudkan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial, perlu direncanakan dengan baik agar tercipta keadanaan yang aman, nyaman, damai dan sejahtera.

6.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Lingkungan

(2)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

dan pengembangan bangunan diharapkan mampu menjadikan penghuninya betah bertempat tinggal dan hidup di kawasan permukiman tersebut. Tujuan dari penataan dan pengembangan ini pada dasarnya diarahkan untuk :

 Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman ( sarana dan prasarana dasar permukiman ).

 Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.

 Mengarahkan pertumbuhan wilayah.

 Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

Berdasarrkan tujuan tersebut diatas, tidak lain merupakan upaya untuk memecahkan berbagai permasalahan kawasan perumahan dan permukiman yang terjadi. Bahkan lebih jauh lagi, langkah-lankah yang akan ditempuh merupakan upaya memecahkan tantangan yang dihadapi dalam penataan kawasan perumahan dan permukiman maupun kawasan secara luas lainnya, yaitu :

 Mewujudkan amanat UUBG & PPBG: Semua Bangunan Gedung harus laik fungsi pada tahun 2010.

 Mencapai program MDGs: 50% kabupaten/kota di Indonesia bebas kumuh pada tahun 2015.

 Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

 Tersedianya perumahan tipe RSH, dan RUSUNAWA

 Terarahnya pertumbuhan wilayah.

 Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui pembangunan kawasan perumahan dan permukiman.

(3)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Grand Strategy 1 :

Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Sasaran

1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung

2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi

3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung

4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung

6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO

9000

8) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan

9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat propinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya;

10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung

11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran

Grand Strategy 2 : Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri

Tujuan :

(4)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 Sasaran :

1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh

2) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah

3) Terlaksananya pengelolaan RTH 4) Pemberdayaan komunitas

Grand Strategy 3 : Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi

Tujuan :

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Sasaran :

1) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis

2) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan

Grand Strategy 4 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk mewujudkan Arsitektur Perkotaan, dan pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung Yang Dilindungi dan Dilestarikan untuk Menunjang Kearifan Budaya Lokal

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras, dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sasaran :

(5)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Grand Strategy 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk menunjang Pembangunan Regional/Internasional yang berkelanjutan.

Tujuan :

Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar Internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara Internasional

Sasaran :

1) Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi danrekayasa arsitektur pada 5 lokasi melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun 2012. Ruang lingkup tata bangunan gedung dan lingkungan adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan, pembinaan, dan standarisasi teknis bangunan gedung termasuk pengelolaan gedung dan rumah negara, serta penataan kawasan/lingkungan. Pengertian penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

6.2. Penataan Bangunan

6.2.1. Permasalahan Penataan Bangunan

Dalam melaksanaan kegiatan penataan bangunan, juga dhadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya menjadikan spirit untuk dipecahkan agar tercipta kawasan perumahan, permukiman dan kawasan lainnya yang memenuhi standar kelayakan yang diharapkan. Permasalahan yang dihadapi tersebut antara lain ::

(6)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

3) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan. 4) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan BG di daerah;

5) Adanya kelembagaan BG yang belum efektif dan efisien;

6) Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan profesionalisme;

7) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan BG.

Pelaksanaan penataan pun tidak hanya menyangkut bangunan, akan tetapi juga menyangkut gedung dan rumah negara. Keberadaan gedung dan rumah negara, mempunyai arti penting dalam pelestarian kawasan, khususnya menyangkut cagar budaya. Nilai historis suatu gedung dan rumah negara, terletak pada nilai sejarahnya. Karena itu dalam pelaksanaan penataan juga mengalami berbagai permasalahan, antara lain :

1) Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien

3) Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Demikian pula penanganan pada lingkunggan, juga memiliki permasalahan tersendiri. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan lingkungan yang bersih, indah dan nyaman, perlu dilakukan penataan pada kawasan-kawasan permukiman yang tidak memiliki standart kualitas lingkungan yang memadai. Gambaran ini dicerminkan oleh permasalahan yang terjadi, yaitu :

1) Masih adanya permukiman kumuh

2) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

(7)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

4) Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll. kurang diperhatikan hampir di semua kota terutama kota metro dan besar.

Hal yang lebih penting lagi, adalah penanganan terhadap masyarakat itu sendiri. Permasalahan yang timbul biasanya berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Ketidak berdayaan masyarakat sangat menjadi kendala yang sering dihadapi dalam penataan kawasan perumahan dan permukiman. Permasalahan tersebut antara lain :

1) Jumlah penduduk miskin di perkotaan masih cukup banyak.

2) Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk peningkatan peran masyarakat.

3) Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan diwilayahnya.

Demikian pula dalam penataan kawasan, juga sering menjadi permasalahan crusial yang terus dihadapi. Pemberian izin lokasi, Kuasa Pertambangan, dan berbagai izin lainnya, sampai saat ini masih belum terakomodasi dan terlayani dengan baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya permasalahan yang timbul dari belum mantapnya dalam penataan ruang. Permasalahan tersebut adalah :

1) Belum adanya rencana penataan penggunaan ruang yang tepat dan ditetapkan secara hukum.

2) Tidak tepatnya alokasi penggunaan dalam penataan ruang.

3) Lambatnya penyelesaian proses penataan ruang akibat terbatasnya pendanaan di daerah.

6.2.2. Landasan hukum

Dalam menjalankan kegiatan penataan kawasan, perumahan dan permukiman tidak terlepas dari peraturan perundang-undangan yang melingkupinya. Landasan Hukum Dalam pelaksanaan program Penataan kawasan, perumahan dan Lingkungan ini meliputi :

(8)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya 5) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6) Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

7) Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara 8) Pedoman Teknis dan SNI di bidang penataan bangunan dan

lingkungan

6.3. Pencapaian Penataan Kawasan, Bangunan dan Lingkungan

Di Kabupaten Merangin program Penataan kawasan, bangunan dan lingkungan sampai saat ini belum banyak dilaksanakan. Program yang telah dilaksanakan meliputi :

1) Sebagian kecil penataan ruang.

2) Sudah adanya mekanisme perijinan dalam pembangunan bangunan gedung.

3) Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

4) Sudah adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat, terutama pada peningkatan kualitas permukiman kumuh.

6.3.1. Kebijakan, Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Merangin

(9)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan sesuai amanat UUBG dan undang-Undang penataan Ruang. Selain itu juga perlu dibuat program yang mengarah ke sasaran-sasaran tersebut.

6.4. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan 6.4.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan

Lingkungan di Kabupaten Merangin

Kabupaten Merangin merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Dalam perkembangan sistem kota-kota di Propinsi Jambi, Kabupaten Merangin ditetapkan sebagai kota dengan Hirarki II dengan skala pelayanan sub regional.

Tabel 4.1. Hirarki Kota-kota Di Provinsi Jambi No Hirarki Skala

Pelayanan

Kota

1. Hirarki I Regional Kota Jambi 2. Hirarki II sub-sub

regional

Kota Sarolangun, Muara Bulian, Muara Sabak, Muara Bungo, kuala Tungkal, Sungai Penuh, Muara Tebo dan Sengeti.

3. Hirarki III lokal Kota Rantau Panjang, Sungai Manau, Tabir Selatan, Muara Jernih, Ngaol, Perenak, Muara Siau, Jangkat, Rantau Suli, Pamenang, Pinang Merah, Tambang Mas dan Sungai Bulian.

Sumber : RTRW Kabupaten Merangin

Secara administrarif Kabupaten Merangin terdiri dari 24 Kecamatan. Berdasarkan hirarki kota-kota, terbagi atas 4 tingkatan pelayanan kota yang berbeda-beda. Berikut hirarki kota-kota di Kabupaten Merangin :

Orde 1 : Kecamatan Bangko

Orde 2 : Kecamatan Tabir ( Rantau Panjang ) dan Pamenang

Orde 3 : Kecamatan Sungai Manau, Muara Siau, Muara jernih, Tabir Ulu, dan Tabir Selatan

(10)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

pelayanan yang menyertai masing-masing orde tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel 6.2. Hirarkhi dan Potensi Kota di Kabupaten Merangin

Kota Orde Wilayah Pelayanan Fungsi Kota

Bangko I ▪ Kecamatan Bangko

▪ Pengembangan Industri kecil hasil pengolahan pertanian

▪ Permukiman Semi Perkotaan (Semi Urban)

Pamenang III ▪ Kecamatan Pamenang, pamenang Barat, Renah pamenang, dan ▪ Permukiman Semi Perkotaan

(Semi Urban) Tabir Selatan III ▪ Kecamatan tabir Timur

▪ Sebagian desa-desa di ▪ Permukiman Semi Perkotaan

(Semi Urban) ▪ Permukiman Semi Perkotaan

(Semi Urban) ▪ Permukiman Perdesaan (Rural) ▪ Pelayanan Transportasi

Muara Jernih IV ▪ Kecamatan Tabir Ulu ▪ Kecamatan Tabir Barat

▪ Pusat Pelayanan Ekonomi Dan Sosial Skala sub regional

▪ Pengembangan Industri pengolahan hasil pertanian ▪ Permukiman Perdesaan (Rural)

Sumber : RTRW Kabupaten Merangin

(11)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

permukiman/kampung tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman. Selain itu permukiman di Kabupaten Merangin terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier. Penggunaan lahan permukiman di Kabupaten Merangin adalah sebesar 4.235 Ha atau sekitar 0,79 % dari total lahan di Kabupaten Merangin. Sebagian besar penggunaan lahan untuk permukiman berada di kawasan kota seperti di Kecamatan Bangko dan Kecamatan tabir serta Kecamatan Pamenang.

6.4.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Penyelenggaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang ada masih bersifat pembangunan sesuai perencanaan yang sudah disusun. Pembangunan gedung biasanya dilakukan oleh Bidang Cipta Karya terutama untuk gedung pemerintah dan fasilitas umum. Untuk bangunan-bangunan umum baik yang dibangun oleh pemerintah maupun oleh pihak lain (masyarakat, swasta) belum ada pendataan kelayakan dna keandalan bangunan sesuai dengan apa yang diminta oleh Undang-undang Bangunan Gedung. Penyediaan fasilitas keselamatan bangunan seperti hidran kebakaran, akses jalan dan lain-lainnya belum pernah diteliti apakah sudah sesuai dengan standar teknis ataukah belum. Perlu adanya penilaian dna identifikasi keandalan bangunan terutama pada bangunan umum agar keselematan dan kenyamanan pengguna bisa terjamin.

(12)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Tuo Muara Maderas Kecamatan Jangkat, Rumah Tuo di Muara Siau Kecamatan Muara Siau, Rumah Tuo di Pamenang Kecamatan Pamenang dan Rumah Tuo di Pulau rengas Kecamatan Bangko Barat. Pada kawasan-kawasan permukiman tradisional tersebut belum pernah dilakukan program penataan maupun revitalisasi.

6.5. Permasalahan yang Dihadapi

6.5.1. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sasaran Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Kabupaten Merangin, khususnya Sasaran Penataan Bangunan adalah sebagai berikut :

1) Tersusunnya Perda Bangunan gedung

2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi

3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung

4) Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum 5) Terlaksananya pendataan bangunan gedung

6) Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung 7) Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000 8) Terlaksananya Sosialisasi, Fasilitasi, Pelatihan, Bantuan Teknis dan

Wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan

9) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat propinsi/kabupaten/kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya;

10) Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung

11) Terlaksananya Rencana Induk Kebakaran

Sedangkan Sasaran yang dilakukan dalam revitalisasai Kawasan dan Bangunan adalah sebagai berikut :

1) Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh

(13)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 3) Terlaksananya pengelolaan RTH

4) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis

5) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan

Demikian pula dalam upaya Pelestarian Bangunan dan Lingkungan juga mempunyai sasaran yang diharapkan, antara lain : 1) Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian

bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan

Sedangkan untuk Pengembangan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung, diambil sasaran pergram :

1) Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi danrekayasa arsitektur melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

Demikian pula dalam penataan kawasan, juga harus mempunyai sasaran crusial yang terus dicapai. Pemberian izin lokasi, Kuasa Pertambangan, dan berbagai izin lainnya, sampai ke depan harus mampu diakomodasikan dan terlayani dengan baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya permasalahan yang timbul dari belum mantapnya dalam penataan ruang. Oleh karena itu, sasaran yang diambil antara lain : 1) Tersedianya rencana penataan penggunaan ruang yang tepat dan

ditetapkan secara hukum.

2) terwujudnya alokasi penggunaan dalam penataan ruang yang tepat lokasi, tepat kemampuan dan tepat produksi.

3) Terciptanya percepatan dalam penyelesaian penataan ruang daerah.

6.6. Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi tersebut maka permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang ada di Kabupaten Merangin meliputi : 1) Belum adanya implementasi aturan keselamatan, keamanan dan

(14)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 dan kenyamanan

2) Prasarana dan sarana hidran kebakaran masih kurang mendapat perhatian.

3) Masih belum optimalnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

4) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan BG di daerah;

5) Kelembagaan Bangunan Gedung yang belum efektif dan efisien; 6) Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam penerapan

profesionalisme;

7) Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan Bangunan Gedung.

8) Belum ada pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara. 9) Masih adanya permukiman kumuh

10) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

11) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

12) Masih kurangnya sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll.

13) Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk peningkatan peran masyarakat.

6.6. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

6.6.1. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

(15)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Dalam pasal Pasal 7 UUBG disebutkan bahwa persyaratan bangunan gedung meliputi :

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. (2) Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud

alam ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. (3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan angunan gedung.

(4) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat.

Sedangkan pada pasal Pasal 8 disebutkan :

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:

a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah,

b. status kepemilikan bangunan gedung, dan

c. izin mendirikan bangunan gedung, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung.

(3) Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan.

(16)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan beberapa persyaratan dan peraturan di dalam UUBG tersebut maka diperlukan adanya pengaturan dan pedoman dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Merangin. Mengingat beberapa kegiatan yang sampai saat ini belum dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Merangin berkaitan dengan pelaksanaan UUBG tersebut.

6.8. Rekomendasi

Berdasarkan kondisi yang ada serta permasalahan yang ada di Kabupaten Merangin berkaitan dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan serta dikaitkan dengan peraturan yang harus dipenuhi berkaitan dengan pelaksanaan UUBG maka perlu usulan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan :

• Penataan Bangunan Gedung

• Pendataan Bangunan Gedung dan Rumah Negara • Penataan Lingkungan

• Pemberdayaan Masyarakat

6.9. Program yang Diusulkan

6.9.1. Usulan dan Prioritas Program

Berdasarkan hasil analisa terhadap permasalahan yang dihadapi tersebut di atas, maka untuk memecahkannya diperlukan kegiatan secara bertahap dan berkesinambungan. Program dan kegiatan prioritas yang diusulkan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bangunan Gedung, usulan program dan kegiatan prioritas yang akan ditangani adalah sebagai berikut :

1) Penguatan kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung.

(17)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

• Peningkatan pemantapan kelembagaan BG

• Pengembangan sistim informasi BG dan arsitektur • Pelatihan-pelatihan teknis

2) Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIP2B).

3) Percontohan aksesibilitas bangunan gedung

4) Penyusunan rencana teknis perencanaan bangunan. • Penyusunan Rencana Induk Kebakaran (RIK) • Penusunan RTBL

• Penyusunan KASIBA/LISIBA

• Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung • Pendataan Bangunan Gedung

b. Gedung & Rumah Negara. Usulan program dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Rehabilitasi bangunan gedung negara

2) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara 3) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara

c. Penataan Lingkungan, program dan kegiatan prioritas yang diusulkan antara lain :

1) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh dan nelayan.

2) Dukungan prasarana dan sarana untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah.

3) Dukungan prasarana dan sarana untuk revitalisasi kawasan strategis.

4) Penyusunan rencana teknis lingkungan, menyangkut :

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

(18)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

d. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan, program dan kegiatan prioritas yang akan ditangani secara bertahap dan berkesinambungan antara lain :

1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket) 2) Replikasi

3) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (Blm) - Pnpm

e. Penataan kawasan, program dan kegiatan prioritas yang akan ditangani secara bertahap dan berkesinambungan mencakup :

1) Penyusunan RTRW

2) Penyusunan Rencana tata Ruang Strategis

3) Penyusunan rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan. 4) Penyusunan kawasan unggulan daerah

6.10. Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Dari usulan-usulan sebagaimana tertuang di atas, maka perlu dilakukan penajaman. Langkah ini dilakukan dalam rangka lebih memantapkan terhadap usulan yang menjadi prioritas penanganan. Usulan dan prioritas penanganan tersebut adalah sebagai berikut : a. Program Penataan Bangunan Gedung, usulan dan prioritas

program yang dilakukan antara lain :

1) Penguatan Kelembagaan Pengawasan Konstruksi Dan Keselamatan Bangunan Gedung, mencakup kegiatan :

• Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung • Peningkatan pemantapan kelembagaan BG • Pelatihan-pelatihan teknis

• Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan ranperda

• Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung • Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung • Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam

(19)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman Dan Bangunan (PIP2B), dengan usulan program prioritas menyangkut :

• Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung dalam rangka mendukung tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung di Merangin dna Singkut. • Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan

gedung

• Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan • Menyusun dan menyempurnakan program computer untuk

system informasi bangunan gedung • Melakukan pendataan bangunan gedung

• Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung

3) Percontohan Aksesibilitas Bangunan Gedung, dengan kegiatan meliputi :

• Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kota Bangko dan Rantau Panjang

• Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan

4) Program Penataan Gedung & Rumah Negara Program Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Penyusunan Rencana Teknis, dengan rencana program dan kegiatan antara lain :

▪ Rencana Induk Kebakaran (RIK),

▪ Penyusunan RTBL,

▪ Penyusunan KASIBA/LISIBA

▪ Bantuan teknis penyusunan RIK dalam mendukung skenario pengembangan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Kota Merangin dan Singkut.

▪ Membuat perda tentang pengamanan kebakaran

(20)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

b. Program Penataan Lingkungan , usulan dan prioritas program yang dilakukan antara lain :

1) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh, menyangkut kegiatan : • Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Kota bangko,

Rantau Panjang, pamenang, Pamenang Barat, Sungai Manau, Jangkat, Hitam Ulu, Perentak, Muara maderas dan Muara Jernih.

• Peningkatan kualitas PSD di Kota bangko, Rantau Panjang, pamenang, Pamenang Barat, Sungai Manau, Jangkat, Hitam Ulu, Perentak, Muara maderas dan Muara Jernih.

• Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana Investasi Fisik, DED, Rencana Pembiayaan

2) Dukungan Prasarana Dan Sarana Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Tradisional Dan Bersejarah, usulan dan prioritas program yang dilakukan antara lain :

• Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional di Tabir, bangko, Pulau rengas, Sungai manau, pamenang, Muara maderas dan Bangko.

• Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional tersebut.

• Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional.

(21)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

• Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis di Kawasan pusat perdagangan Kota Bangko dan Ranau Panjang serta Pamenang.

• Detail Architectural and Engineering Design (DAED) • Pembangunan fisik kawasan

4) Penyusunan Rencana Teknis - Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL), usulan dan prioritas program yang dilakukan antara lain :

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) 6 lokasi di kabupaten Merangin

• Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun RTBL nya

5) Penyusunan Rencana Teknis - Ruang Terbuka Hijau (RTH), usulan dan prioritas program yang dilakukan antara lain : • Perencanaan RTH pada kota ibukota kecamatan.

• Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

• Pengesahan Produk rancang bangun Ruang Terbuka Hijau (RTH)

c. Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan

Dalam upaya meningkatkan kualitas permukiman, harus adanya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan permukiman perkotaan. Prioritas program dan kegiatan partisipasi ini antara lain dilakukan melalui :

1) Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (Paket), usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan

• Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 700 unit rumah tiap tahun

(22)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

2) Replikasi Pemberdayaan Masyarakat, usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Pemberdayaan masyarakat

• Penyusunan Community Action Plan

3) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) – PNPM, usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain : • Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat

• Penyusunan Community Action Plan

• Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat

6.6. Pembiayaan Program dan Kegiatan

Dalam upaya mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, harus didukung oleh pendanaan yang memadai. Adapun struktur pembiayaan program dan kegiatan penataan bangunan akan dikelompokkan berdasarkan sifat kegiatannya sebagai berikut :

a. Kegiatan Pelatihan, Diseminasi, Sosialisasi dan Peningkatan Kelembagaan (Capacity Building), usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Diseminasi produk pengaturan bangunan gedung • Peningkatan pemantapan kelembagaan BG • Pelatihan-pelatihan teknis

• Melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam memenuhi ketentuan bangunan gedung

• Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pendataan bangunan gedung

• Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan

• Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan

(23)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 • gaji, upah

• bahan dan atk • perlengkapan kantor • perjalanan dinas • operasional kantor 2) Penyuluhan

3) Pelatihan 4) Sosialisasi

5) Pemberdayaan Masyarakat

b. Kegiatan Fasilitasi dan Penyusunan Kelembagaan, usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Fasilitasi dan Bantuan teknis penyusunan raperda

• Mempersiapkan kelembagaan yang menangani pendataan • Fasilitasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat

Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek:

• gaji, upah • bahan dan atk • perlengkapan kantor • perjalanan dinas • operasional kantor 2) Penyiapan kelembagaan 3) Penyusunan Raperda

4) Penyiapan Peraturan, standar dan pedoman

c. Kegiatan Penyusunan Raperda, usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Menyusun dan menyempurnakan perda bangunan gedung • Menetapkan Ranperda menjadi Perda Bangunan Gedung • Membuat perda tentang pengamanan kebakaran

(24)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 1) Administrasi proyek:

2) inventarisasi perda tentang bangunan

3) Inventarisasi sistem pengelolaan pembangunan

d. Kegiatan Bantuan Teknis, Penyusunan Perencanaan dan Community Action Plan, usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Bantuan teknis percontohan pendataan bangunan gedung • Bantuan teknis pembentukan sistem informasi bangunan gedung • Penyusunan program computer untuk system informasi bangunan

gedung

• Pendataan bangunan gedung

• Bantuan Teknis percontohan aksesibilitas di Kota Merangin dan Singkut

• Kegiatan pengendalian pengawasan pemenuhan persyaratan bangunan

• Bantuan teknis penyusunan RIK di Kota Merangin dan Singkut • Rencana Tindak (CAP) Pemberdayaan Masyarakat, Rencana

Investasi Fisik, DED,

• Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional di di Dusun Lubuk Kecamatan Bangko, Rantau Panjang, Pulau rengas, Sungai Manau, Perentak, Pamenang, Muara Maderas, Muara Siau dan Dusun Tuo.

• Detail Architectural and Engineering Design (DAED) dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional tersebut.

• Rencana tindak dalam Rencana Jangka Menengah Revitalisasi Kawasan Strategis

• Detail Architectural and Engineering Design (DAED)

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) 6 lokasi di Kota Merangin dan 1 lokasi masing-masing di ibukota Kecamatan

(25)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

• Bantek Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) • Pendataan Masyarakat Penerima Manfaat

Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek:

2) Survei dan Pengelolaan data: 3) Studi dan penelitian:

4) Studi pedoman pelaksanaan keselamatan bangunan 5) Studi pedoman pelaksanaan tertib pembangunan 6) Perencanaan, pengawasan dan pengendalian: 7) Perancangan fisik lingkungan dan bangunan

8) Pengawasan/pengendalian pembangunan gedung negara dan non negara

e. Kegiatan Pembangunan Fisik Kawasan, usulan dan prioritas kegiatan yang dilakukan antara lain :

• Penyediaan PSD di Kawasan Kumuh Perkotaan di Kota Merangin • Peningkatan kualitas PSD di Kota Merangin, Singkut, Pauh dan

Mandiangin

• Pembangunan fisik kawasan dalam rangka Revitalisasi Bangunan dan Lingkungan Tradisional.

• Pembangunan fisik kawasan Strategis

• Pembangunan Fisik Kawasan yang sudah disusun RTBL nya Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek:

2) Pertanahan: penyediaan tanah untuk bangunan darurat, penyediaan tanah untuk prasarana fisik lingkungan

3) Pembangunan:

4) Prasarana fisik lingkungan

5) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran 6) Perbaikan:

7) Rehabilitasi bangunan fasilitas fisik lingkungan

(26)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 9) Operasi dan pemeliharaan:

10) Prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran f. Kegiatan Penyaluran Bantuan, usulan dan prioritas kegiatan

yang dilakukan antara lain :

• Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni 700 unit rumah tiap tahun

• Bantuan peningkatan dan pembangunan PSD • Bantuan usaha kecil dan pelatihan ketrampilan

Untuk kelompok kegiatan tersebut struktur pembiayaannya meliputi : 1) Administrasi proyek:

• gaji, upah • bahan dan atk • perlengkapan kantor • perjalanan dinas • operasional kantor

6.12. Rencana Pengembangan Permukiman

Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Merangin memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Pada wilayah perdesaan arah pengembangan dijabarkan menurut program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah wilayah diantaranya yaitu:

a. Program Pengembangan Perumahan

Dalam upaya menyediakan perumahan yang layak huni, aman, nyaman, adil dan berkesejahteraan, diperlukan adanya dukungan terhadap berbagai penyediaan prasarana dan sarana perumahan. Penyediaan yang diperlukan antara lain :

1) Penydiaan PSD bagi Kawasan RSH a. Target:

o Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat

(27)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

o Sesuai dengan RUTR dan Renstra Pemerintah Daerah. o Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan

Lisiba BS

o Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi

PNS,TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah

o Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan

yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah

o Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah

dengan Bapertarum, khususnya yang sudah ada progres pembangunan rumah ± 60%.

b. Penanganan :

o Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan

permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI.

o Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang

menghubungkan kawasan baru

c. Kontribusi Pemerintah Daerah:

o Menyediakan dana pendamping

o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali

2) Penyediaan PS dalam rangka penanganan bencana a. Target:

o Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan

prasarana dan sarana dasar permukimannya.

o Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media

(28)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 b. Penanganan:

o Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar

permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana

o Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana

dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana.

c. Kontribusi Pemerintah Daerah:

o Menyediakan dana pendamping

o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali

a. Program Pengendalian Kota-kota Besar dan Metropolitan

Dalam upaya mewujudkan kawasan perkotaan yang layak huni, maka perlu dilakukan pengendalian agar tetap seimbang denggan daya dukung lahannya. Upaya memaksimalkan fungsi ruang ini dilakukan melalui :

1) Pengembangan Fungsi Kawasan a. Target:

o Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur

sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

o Lingkungan permukiman sebagai trip distributions

(distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur utama perkotan.

o Pengembangan kawasan permukiman yang tidak

terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.

(29)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 b. Penanganan:

o Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian

Kota besar dan Metropolitan

o Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman

Perkotaan

o Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan Melalui

Peremajaan Kawasan Perkotaan c. Kontribusi Pemerintah Daerah:

o Menyediakan dana pendamping

o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali

b. Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Dalam upaya mewujudkan kawasan perumahan yang sesuai standart yang diinginkan, maka perlu adanya pemberdayaan pada kawasan perumahan tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain : 1) Penyediaan PS permukiman di pulau kecil dan terpencil

a. Target:

o Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam

akses menuju kawasan lainnya.

o Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam

hal sosial budaya maupun ekonomi.

o Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat

terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

b. Penanganan:

o Bantuan teknis berupa:

▪ Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil

▪ Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah kota/kabupaten sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

(30)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat

o Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam

rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan Rencana Tindak

c. Kontribusi Pemerintah Daerah:

o Menyediakan dana pendamping

2) PS Kawasan Eks Transmigrasi a. Target:

o Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam

upaya mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati

o Review minimal setahun sekali

o Pengembangan meningkatkan PS di kawasan transmigrasi

yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina) b. Penanganan:

o Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks

transmigrasi dan identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di kawasan eks transmigrasi.

o Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana

dasar permukiman, dilaksanakan dalam rangka mendukung program Dep. Transmigrasi

3) Pengembangan PS Kawasan Agropolitan a. Target:

o Kawasan pertanian yang terdiri dari kota pertanian dan

desa – desasentra produksi pertanian dan desa penyanggah yang ada sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri.

(31)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

o Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang

pembangunan kawasan Agropolitan c. Kontribusi Pemerintah Daerah

o Menyediakan dana pendamping

o Daftar lokasi yang disahkan oleh Bupati o Review minimal setahun sekali

4) Program Peningkatan PS Perdesaan

Dalam upaya meningkatkan kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pedesaan, juga harus didukung oleh penyediaan Prasarana dan sarana yang memadai. Untuk itu pada kawasan diperlukan :

1) Peningkatan infrastruktur skala kawasan (eks. Dpp/ktp2d) a. Target:

o Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah

penduduk miskin lebih dari 35%

o Kawasan-kawasan diperdesaan yang potensial

berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya

o Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang

punya kaitan erat terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )

o Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih

besar dari Desa sesuai data PODES/BPS.

o Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran

Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

o Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan ; tidak

rawan bencana, strategis

o Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif. o Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.

b. Penanganan:

o Bantuan Teknis berupa:

o Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa

(32)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

o Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal

untuk dapat menyusun perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri

o Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan

potensi ekonomi lokal, bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.

o Bantuan Fisik berupa bantuan PS kawasan sesuai

dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dari DPP ke desa-desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.

o Peningkatan PS desa pusat pertumbuhan diarahkan pada

Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi ”Kegiatan Ekonomi Perdesaan”.

c. Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

11.13. Profil Pembangunan Permukiman

Sistem Permukiman di Kabupaten Merangin terbentuk secara alami, dimana permukiman/kampung tempat masyarakat tinggal terdapat di pusat-pusat kecamatan yang saling berkumpul membentuk sebuah kelompok permukiman. Selain itu permukiman di Kabupaten Merangin terbentuk mengikuti jaringan jalan yang ada secara linier. Mata Pencaharian penduduk Kabupaten Merangin yang kebanyakan adalah petani menyebabkan permukiman terbentuk secara menyebar sesuai dengan petak-petak lahan yang diusahakan.

(33)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

kemudian diikuti oleh kecamatan Bangko sebanyak 72.349 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduknya sebesar 92 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Sungai tenang dengan 12.761 jiwa, dimana tingkat kepadatan penduduknya hanya 16 jiwa/km2.

Penggunaan lahan permukiman di Kabupaten Merangin merupakan penggunaan lahan yang memiliki luasan paling kecil yaitu hanya sebesar 2.976 Ha atau sekitar 0,39 % dari total lahan di Kabupaten Merangin. Berbeda dengan data yang diperoleh dari dinas pertanian dimana jumlah lahan yang diperuntukkan bagi pekarangan/permukiman adalah sebesar 12.813 Ha atau sekitar 1.61% dari total penggunaan lahan. Perincian penggunaan lahan permukiman di setiap kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 6.2. Perbandingan Luas dan Ketinggian Kecamatan Dalam Kabupaten Merangin Tahun 2007

Jumlah 766.900 173.616 125.664 296.547 172.063 % Luas Kabupaten 100,00 22,61 16,36 38,62 22,41 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2007

(34)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Merangin dan Kecamatan Pelawan Singkut serta Mandiangin. Jumlah pekarangan dan permukiman tersebut termasuk penggunaan untuk fasilitas sosial dan umum. Sehingga jika diasumsikan bahwa luas penggunaan lahan untuk fasilitas umum dan sosial adalah 40% dari luas lahan permukiman, 60% lahan sisanya adalah penggunaan murni utk permukiman dan pekarangan. Jumlah rumah tangga di Kabupaten Merangin pada tahun 2007 adalah 112.904 rumah tangga dengan rata-rata beranggotakan 4 orang (dari RP4D tahun 2007). Kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga terbesar adalah kecamatan Pamenang sebesar lebih kurang 18.745 rumah tangga, sedangkan kecamatan yang memiliki rumah tangga sedikit adalah kecamatan Sungai tenang sebanyak 3.214 rumah tangga.

Pembangunan perumahan telah dilakukan oleh Pemerintah dan pihak swasta yang diperuntukkan bagi pegawai negeri dan perumahan umum sebanyak 523 unit rumah sederhana dan sedang berjalan pada tahun 2008 dibangun pula sebanyak 102 unit rumah. Apabila dibandingkan dengan dengan jumlah penduduk yang berjumlah 299.468 jiwa maka dengan asumsi bahwa satu kepala keluarga memiliki satu rumah maka dapat dihitung luas rumah dan pekarangan yang dimiliki oleh setiap keluarga. Hasil perhitungan rata-rata penggunaan lahan oleh setiap keluarga untuk permukiman dan permukiman dapat dilihat pada tabel 6.2. berikut.

Tabel 6.3. Perbandingan Luas Ruman dan Penduduk Dalam Kabupaten Merangin Tahun 2007

No Kecamatan Luas ( Ha )

Perbandingan Luas

bangunan Jumlah KK Rata-rata Luas Rumah Perban-dingan 1 Bangko 69.700

(35)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

8 Jangkat 176.600 9 Pamenang 66.500

Jumlah 766.900 % Luas Kabupaten 100,00

Dari tabel 6.2. tersebut di atas, menunjukkan bahwa jumlah penggunaan lahan yang cukup luas untuk sebuah keluarga yang rata-rata beranggotakan 4 orang. Biasanya luasan ini dipergunakan bagi masyarakat untuk bertani di area pekarangannya berupa pertanian lahan kering atau palawija dan tanaman buah-buahan.

Sistem permukiman di Kabupaten Merangin selama ini berada di pusat-pusat kota kecamatan dan mengikuti pola jaringan jalan atau akses sungai. Disanalah berkelompoknya pembangunan permukiman. Melihat dari keadaan yang terjadi di Kabupaten Merangin masih memiliki permukiman/ kawasan desa tertinggal seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.4. Daftar Desa Tertinggal di Kabupaten Merangin

No Kecamatan Nama Desa 6. Desa Bathin Pengambang 6. Desa Datuk Nan Duo

16. Desa Pulau Salak Baru

(36)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

5. Desa Ladang Panjang

V. Tiang Pumpung 1. Desa Tanjung Gagak

2. Desa Teluk Kecimbung 3. Desa Pulau Lintang

4. Desa Lamban Sigatal 5. Desa Lubuk Napal 6. Desa Pangidaran 6. Desa Kasang Melintang 8. Desa Pangkal Bulian 9. Desa Batu Kucing

VII. Pangkalan Jambu 1. Desa Lubuk Jering

2. Desa Dusun Baru

(37)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Dari tabel 6.4. terlihat masih banyaknya kawasan/desa tertinggal. Ini disebabkan akses untuk ke desa tersebut masih kurang. Seperti pada kecamatan Pelawan, jaringan jalan yang ada untuk kedesa sekitar hanya berupa jalan aspal dan tanah dengan kondisi kurang baik, yang terparah adalah desa Sungai merah yang kondisi jalannya tidak bisa dilalui apabila musim hujan. Dan juga Desa Lubuk sayak yang tidak dapat dijangkau melalui jalan darat karena jembatan yang menghubungkan Desa tersebut rusak sehingga tidak dapat dilalui. Untuk Kecamatan Limun, Kondisi jalan antar desa berupa jalan aspal dan tanah yang berlobang, dengan sifat tanah yang ada di daerah Kabupaten sebagian besar adalah tanah lembek, maka jalan tanah tentunya tidak berada dalam kondisi yang baik apalagi pada musim hujan. Sehingga sebagian desa yang akses jalannya berupa jalan tanah tidak dapat dilalui.

Adanya pertumbuhan penduduk secara langsung akan mempengaruhi jumlah lahan terbangun untuk permukiman. Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,11 % secara langsung akan meningkatkan luas penggunaan lahan untuk permukiman. Untuk itu perlu disiapkan lahan untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk tersebut. Dengan menggunakan asumsi bahwa setiap rumah tangga membutuhkan lahan permukiman seluas 500 m2 maka dengan data

pertumbuhan jumlah rumah tangga dapat diketahui proyeksi kebutuhan lahan permukiman pada tahun 2010. Proyeksi kebutuhan akan lahan permukiman dapat dilihat pada tabel 6.5. berikut.

Dari proyeksi tersebut diketahui bahwa hingga tahun 2010 diperlukan tambahan lahan seluas 502 Ha untuk kawasan permukiman atau sekitar 17,83 %. Sehingga jika dijumlahkan dengan luas lahan permukiman yang ada saat ini diketahui bahwa jumlah lahan permukiman tahun 2010 seluas 2815 Ha. Tingkat pertumbuhan guna lahan permukiman terbesar diperkirakan akan terjadi di Kecamatan Singkut sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terjadi.

(38)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Penggunaan lahan terbangun yang masih sedikit memberikan kesempatan yang cukup luas bagi pengembangan kawasan permukiman. Adanya kesempatan untuk mengembangkan kawasan permukiman tidak berarti menjadikan pembangunan kawasan permukiman berjalan secara sembarangan dan tidak teratur. Pengembangan kawasan permukiman tetap harus mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip penataan ruang seperti mengikuti ketentuan kemiringan lereng, ketentuan teknis bangunan, kebebasan dari bencana banjir, bukan di kawasan lindung, memiliki aksesibilitas dan kedekatan dengan jaringan jalan dan lain sebagainya. Arahan pengembangan kawasan permukiman sebaiknya diarahkan di pusat-pusat kecamatan dan terhubung dengan jaringan jalan.

6.13.1. Aspek Pendanaan

(39)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

perumahan dan permukiman dan kawasan, seperti yang tercantum dalam alokasi pengeluaran pembangunan Kabupaten Merangin tahun 2009 - 2013.

6.13.2. Sasaran

Adapun Sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pemukiman diarahkan pada:

1. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat perkotaan dengan sasaran penyediaan permukiman bercirikan perkotaan dan rehabilitasi permukiman masyarakat

2. Penyediaan dan pemugaran/rehabilitasi permukiman masyarakat pedesaan dengan sasaran penyediaan permukiman di perdesaan yang sehat dan layak huni.

6.13.3. Analisis Permasalahan dalam Permukiman dan Rekomendasi

Dari permasalahan yang timbul di kawasan permukiman, menjadikan dasar untuk dapat memberikan pemecahannya. Diantaranya adalah :

1. Kualitas permukiman

Permukiman yang ada di Kabupaten Merangin sebagian besar adalah permukiman tumbuh yang dibangun oleh masyarakat setempat dan pendatang dimana hanya mengikuti pola yang sudah ada. Sehingga permukiman terjadi berkelompok sesuai dengan kondisi daerah yang ditempati. Keadaan ini membuat kurangnya perhatian tentang penataan kawasan, sehingga tidak beraturannya penempatan bangunan yang akan berdampak kualitas lingkungan permukiman yang kurang baik.

2. Lokasi permukiman tersebar dan berkelompok

(40)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

adalah bermata pencaharian pertanian, maka permukiman masyarakat pada umumnya terletak disekitar tanah pertanian. Selain itu permukiman pada umumnya terletak disepanjang akses transportasi baik darat maupun sungai.

3. Permukiman padat dan kumuh

Kawasan kumuh adalah kawasan di mana rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Di Kabupaten Merangin dengan kondisi kepadatan pada daerah tertentu berpotensi terjadinya kawasan kumuh, apabila kurang perhatian dari pihak terkait dalam hal ini pihak pemerintah.

4. Ketersediaan rumah kurang

Dengan pertumbuhan penduduk kabupaten Merangin 2,41% setiap tahun. Memberikan gambaran bahwa kebutuhan perumahan juga akan meningkat. Seperti diproyeksikan bahwa kebutuhan lahan permukiman untuk tahun 2010 meningkat sampai 17,83% dari luas lahan peruntukan fasilitas umum dan Sosial. Dilihat dari proyeksi kebutuhan rumah bagi penduduk Kabupaten Merangin ini, masih dibutuhkan banyak pembangunan perumahan baik untuk dikawasan kota Merangin maupun untuk kota Kecamatan.

5. Keterbatasan lahan

(41)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 6. Belum adanya rumah susun sewa

Pembangunan perumahan di Kabupaten Merangin dilakukan oleh masyarakat secara swadaya dan oleh Developer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pihak perumnas belum di mulai.

Berdasarkan kondisi yang ada serta permasalahan pembangunan permukiman yang ada di Kabupaten Merangin dan dikaitkan dengan peraturan yang harus dipenuhi maka perlu usulan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan :

• Penataan permukiman perkotaan

• Identifikasi permukiman padat dan kumuh • Penataan Lingkungan kawasan permukiman

• Penataan dan pembangunan permukiman perdesaan yang layak huni.

11.14. Usulan Pembangunan Permukiman

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk memecahkan permasalahan yang timbul harus dilakukan pemecahan masalahan melalui peluncuran program dan kegiatan. Oleh karena itu, program dan kegiatan yang dipilih diusulkan untuk mendapatkan alokasi pendanaan. Usulan Rencana dan Program tersebut merupakan rencana investasi Infrastruktur Permukiman (bidang PU/Cipta Karya) yang diramu dan dimasukkan dalam RPIJM Kabupaten Merangin 2009 – 2013. Adapun usulan tersebut adalah :

a. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan, pada dasarnya diarahkan untuk mendukung :

i) pengembangan kawasan agropolitan,

ii pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Desa Pusat Perturnbuhan (DPP),

iii) penyediaan infrastruktur bagi desa tertinggal dan terpencil, b. Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh melalui:

(42)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

ii) penataan dan perbaikan lingkungan permukiman (NUSSP), iii) peremajaan kawasaan kumuh/nelayan,

c. Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, melalui :

 penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan jalan lingkungan) untuk pengembangan kawasan perumahan RSH bagi PNS/TNI-POLRI/pekerja,

 pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA), dan

 penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil/pulau kecil/kawasan perbatasan,

d. Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota, meliputi

o Sistem Penyediaan (prasarana dan sarana) Air Minum,

o Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat dan sistem

SANIMAS,

o Pengelolaan Persampahan dan Drainase, dan

o Penataan Revitalisasi kawasan/lingkungan/bersejarah di perkotaan,

e. Pengembangan Kawasan Permukiman, termasuk penyediaan infrastruktur pendukungnya baik melalui Peremajaan Kawasan di dalam Kota, maupun untuk pengembangan/perluasan permukiman kota dan kawasan ekonomi perbatasan,

f. Pembinaan teknis bangunan gedung, penataan bangunan dan lingkungan untuk memenuhi standar keselamatan dan keamanan bangunan gedung.

11.14.1. Sistem PSD Permukiman Yang Diusulkan

(43)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

1. Cakupan Kumuh Sedang. Adapun usulan kegiatan pembangunan yang disampaikan meliputi :

a. Perbaikan Lingkungan Permukiman, dengan kegiatan sebagai berikut :

 Peningkatan PS Lingkungan Permukiman

 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan

(NUSSP)

 Penyediaan PS Air Minum bagi kawasan kumuh/nelayan

 Pembangunan PS Air Limbah Percontohan Skala

Komunitas (Sanimas)

b. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan sebagai berikut:

• Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (PNPM - P2KP)

2. Cakupan Kumuh Berat, dengan kerangka usulan mencakup : a. Peningkatan Fungsi Kawasan, dengan kegiatan sebagai berikut:

o Pengembangan Rusunawa

o Peremajaan Kawasan

6.14.2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan Perkotaan ( NUSSP )

Struktur Kegiatan

• Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum

• Sub Fungsi : Pemberdayaan Komunitas Permukiman • Program : Pemberdayaan Komunitas Permukiman

• Pelaksana : Satker Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman

Tujuan Kegiatan

(44)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 Kriteria Penanganan

• Kota metropolitan dan besar serta Kota-kota yang berfungsi strategis (Ibu Kota ropinsi/Kabupaten/Kota atau kota-kota yang mempunyai fungsi khusus).

• Kondisi lingkungan permukiman masuk kategori kumuh berat atau sangat kumuh (langka sarana dan prasarana namun telah ada jaringan jalan lokal walaupun belum diperkeras).

• Kepadatan penduduk antara 250 - 750 jiwa per Ha. • Lebih dari 60% rumah tidak layak huni.

• Luas kawasan antara 20 sampai 40 Ha.

• Pemerintah Kota/Kabupaten menyediakan dana pendamping in cash dengan besaran sesuai dengan kapasitas fiskal masing- masing kota (KMK No. 358/2003), serta sanggup menyediakan dana pendamping in kind dan BOP untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.

Lingkup Kegiatan

1. Bantuan Teknis berupa:

 Fasilitasi penyusunan Strategi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kota/Kabupaten yang berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah.

 Fasilitasi penyusunan Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) serta pembentukan Badan Koordinasi Pengendalian Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (BKP4D)

 Peningkatan kapasitas dan peran pemerintah daerah dalam menangani lingkungan permukiman kumuh perkotaan yang ada di wilayahnya

 Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal di dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan kualitas huniannya.

(45)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

 Bantuan Fisik berupa peningkatan prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang berbasis pada NUP (Neighborhood Upgrading Plan) yang disusun dengan partisipasi dan aspirasi masyarakat.

 Bantuan kredit mikro perumahan untuk perbaikan/pembangunan baru perumahan masyarakat di lingkungan pemukiman kumuh yang disalurkan melalui lembaga keuangan lokal.

Indikator Output

• Luas Kawasan kumuh yang ditangani (ha).

• Jumlah KK miskin penerima manfaat serta yang mendapat akses kredit mikro perumahan.

• RP4D dan BKP4D yang dibentuk pada kota/kabupaten sasaran

Indikator Outcome

 Berkurangnya luas kawasan kumuh (Ha) dan terpenuhinya kebutuhan akan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

 Meningkatnya tingkat kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap sektor permukiman khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

 Tersusunnya Rencana Pengembangan Perumahan dan Permukiman di daerah yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sektor perumahan dan permukiman setiap tahunnya, dan terwujudnya keterpaduan dengan sektor lainnya serta berbagai sumber pendanaan yang ada.

Penyediaan PS AM bagi kawasan Kumuh/Nelayan

Struktur Kegiatan

(46)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

• Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

• Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum

Tujuan Kegiatan

Penyediaan air minum di kawasan kumuh/nelayan. Kriteria Penanganan

• Kawasan kumuh perkotaan/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai.

• Lahan sudah tersedia.

Lingkup Kegiatan

• Pembuatan Rencana Teknis • Pembuatan IPA Sederhana • Pembuatan sumur bor • Pengadaan pompa • Pengadaan HU atau TA • Monitoring dan Evaluasi

Indikator Output

• Jumlah unit terbangun

Indikator Outcome

• Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh air minum dengan mudah.

• Berkurangnya jumlah kawasan kumuh/nelayan yang tidak memiliki SPAM yang memadai.

• Keberlanjutan pemanfaatan SPAM terbangun.

Kegiatan Pembangunan Air Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS)

Struktur Kegiatan

(47)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

• Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah

• Pelaksana : Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan PL

Tujuan Kegiatan :

Pengembangan kegiatan pembangunan air limbah skala komunitas yang berbasis masyarakat.

Kriteria Penanganan:

 Kawasan kumuh perkotaan yang masih rendah tingkat sanitasinya.

 Diusulkan oleh pemerintah daerah dan kesanggupan untuk mengembangkannya di lokasi yang lain.

 Sudah termasuk dalam RPJM Daerah.

 Lahan sudah tersedia.

 Memerlukan pendampingan kepada masyarakat pengguna. Biaya SANIMAS tiap lokasi diperkirakan Rp. 400 juta, dengan pembiayaan berasal dari berbagai sumber, yaitu PemerintahanPusat (27%), Pemerintah Kabupaten/Kota (55%), Donor/LSM (16%) dan masyarakat (2%). Biaya O&M sepenuhnya ditanggung masyarakat.

Lingkup Kegiatan:

Fasilitasi pembuatan Rencana Teknis

Fasilitasi pembangunan septic tank komunal,

septictank individual, pengadaan jamban. (lihat DIPA)

Monitoring dan Evaluasi

Indikator Output

• Jumlah unit terbangun.

Indikator Outcome

• Banyaknya jumlah jiwa yang memperoleh pelayanan air

limbah.

(48)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

• Meningkatnya derajat kesehatan lingkungan dan

masyarakat.

Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP - PNPM)

Struktur Kegiatan

• Fungsi : Perumahan dan Fasilitas Umum

• Sub Fungsi : Pemberdayaan Komunitas Permukiman • Program : Pemberdayaan Komunitas Permukiman

• Pelaksana : Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan (33 Satker) Tujuan Kegiatan

Mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia yang dilaksanakan oleh masyarakat dan didukung oleh pemerintah daerah dan kelompok peduli, serta pihak terkait secara mandiri dan berkelanjutan.

Kriteria Penanganan

• Kecamatan urban/perkotaan yaitu jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai data PODES/BPS.

• Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%

• Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

• Pemda siap menyediakan dana pendamping.

• Khusus untuk program PAKET, Pemda telah menyiapkan SPKD (Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) yang di susun oleh KPKD (Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah) melalui komunitas belajar perkotaan dan PJM Pronangkis kota yang telah mengakomodasikan PJM Pronangkis (Program Penanganan Kemiskinan) Kelurahan yang di susun oleh BKM

Lingkup Kegiatan

1. Bantuan teknis berupa:

Gambar

tabel dibawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula dengan karya yang akan dibuat, penulis berusaha menggambarkan ciri khasnya dengan menciptakan kreativitas dalam membuat karya seni grafis cetak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan petani untuk usahatani bunga potong krisan dengan menghitung semua biaya yang dikeluarkan

Peran BAnk Dunia dan IMF dalam Perekonomian Indonesia Dulu dan Sekarang.. A, Era Baru Kebijakan

digunakan sebagai acuan penelitian hasil belajar teori menggunakan data hasil nilai pengetahuan mata pelajaran PJOK dengan materi bab sepakbola menendang bola

SPAM (Stupid pointless Annoying Message) yang berarti e-mail sampah atau email yang tidak kita butuhkan.,merupakan kata yang sering didengar.Sebenarnya email yang

zat yang terdapat dalam air cucian beras bilasan ketiga merupakan konsentrasi yang dianggap cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman seledri sehingga menghasilkan

(b) Dodol “Ibu Maemunah” tidak memiliki identitas visual yang memperlihatkan ciri khas atau membedakan dirinya dengan produsen dodol lainnya, baik dalam logo dan

Maka dapat disimpulkan bahwa para penentang terhadap sabda raja Yogyakarta jika ditinjau dari perspektif Islam adalah penganut ulama klasik, di mana mereka memiliki