• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kreativitas pendamping dalam pendampingan iman anak di paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kreativitas pendamping dalam pendampingan iman anak di paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan Yogyakarta."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN YOGYAKARTA. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari pengamatan penulis terhadap Pendampingan Iman Anak yang selama ini sangat memprihatinkan. Kegiatannya yang dilakukan monoton dan pendampingnya yang kurang memanfaatkan sarana prasarana, sehingga anak-anak menjadi bosan dan malas mengikuti kegiatan PIA. PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk memperdalam iman dan membantu anak semakin masuk dan terlibat dalam hidup menggereja. Bertitik tolak dari kenyataan, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pendamping PIA supaya memiliki banyak kreativitas. Kreativitas memiliki banyak manfaat bagi pendamping, seperti pendamping diajak kreatif dalam memilih lagu dengan menggunakan gerakan, atau pendamping mengajak anak untuk membuat karya seperti doa kemudian dihias. Dengan begitu pendamping diharapkan untuk lebih aktif dan kreatif lagi dalam mendampingi Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Persoalan pokok skripsi ini, bagaimana meningkatkan pelaksanaan pendampingan Iman Anak secara kreatif, sehingga anak tidak merasa bosan. Anak diajarkan bagaimana cara bersosialisasi dan berdinamika dengan teman seiman supaya anak tidak minder. Anak semakin percaya diri dan lebih terlibat dalam hidup menggereja. Menanggapi permasalahan di atas, penulis menggunakan buku-buku dan sumber lain yang relevan serta diperkaya refleksi pribadi. Data mengenai kreativitas pendamping dan keikutsertaan anak dalam Pendampingan Iman Anak diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan perlu ditingkatkan.

(2)

This undergraduate thesis entitled FACILITATOR CREATIVITY IN CHILDREN FAITH FORMATION AT ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN PARISH YOGYAKARTA. This tittle is selected based on the author’s observation towards the children faith formation which is extremely concerning. The children faith formation activity is monotonous and the facilitator is using less infrastructure, so children become bored and lazy to follow. Children faith formation is one form of Church kerygma to faith deepen and help the children to be more participate and involved the church life. Based on the fact, this thesis is mean to help children faith formation facilitators to have a lot of creativity. The facilitators will gain more benefits of the creativity, for example in choosing songs and movement or making a prayer and then decorated it. Therefore the facilitator is expected to be more active and creative in facilitating children faith formation at St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish.

The main issue of this undergraduate thesis is how to improve the implementation children faith formation creatively, so that children does not feel bored. The children are taught to sosialize and interact with their friends in faith so they do not feel inferior. The children are being more confident and involed in the church life. Responding to the issue above, the author used a literature study and any other resources which where relevant and also enriched with personal reflection. Data about the creativity for the facilitators and children participation in children faith formation are obtained through direct observations and interviews. The results showed that the implementation of children faith formation in St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish needs to be improved.

(3)
(4)

i

KREATIVITAS PENDAMPING DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA

NANGGULAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Theresia Sri Rahayu NIM: 111124018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Tuhan Yesus yang telah mendampingiku sampai dapat menyelesaikan skripsi ini, Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan,

(8)

v MOTTO

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Judul skripsi KREATIVITAS PENDAMPING DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN YOGYAKARTA. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari pengamatan penulis terhadap Pendampingan Iman Anak yang selama ini sangat memprihatinkan. Kegiatannya yang dilakukan monoton dan pendampingnya yang kurang memanfaatkan sarana prasarana, sehingga anak-anak menjadi bosan dan malas mengikuti kegiatan PIA. PIA merupakan salah satu bentuk karya pewartaan Gereja untuk memperdalam iman dan membantu anak semakin masuk dan terlibat dalam hidup menggereja. Bertitik tolak dari kenyataan, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pendamping PIA supaya memiliki banyak kreativitas. Kreativitas memiliki banyak manfaat bagi pendamping, seperti pendamping diajak kreatif dalam memilih lagu dengan menggunakan gerakan, atau pendamping mengajak anak untuk membuat karya seperti doa kemudian dihias. Dengan begitu pendamping diharapkan untuk lebih aktif dan kreatif lagi dalam mendampingi Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Persoalan pokok skripsi ini, bagaimana meningkatkan pelaksanaan pendampingan Iman Anak secara kreatif, sehingga anak tidak merasa bosan. Anak diajarkan bagaimana cara bersosialisasi dan berdinamika dengan teman seiman supaya anak tidak minder. Anak semakin percaya diri dan lebih terlibat dalam hidup menggereja. Menanggapi permasalahan di atas, penulis menggunakan buku-buku dan sumber lain yang relevan serta diperkaya refleksi pribadi. Data mengenai kreativitas pendamping dan keikutsertaan anak dalam Pendampingan Iman Anak diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan perlu ditingkatkan.

(12)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled FACILITATOR CREATIVITY IN CHILDREN FAITH FORMATION AT ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN PARISH YOGYAKARTA. This tittle is selected based on the author’ s observation towards thechildren faith formation which is extremely concerning. The children faith formation activity is monotonous and the facilitator is using less infrastructure, so children become bored and lazy to follow. Children faith formation is one form of Church kerygma to faith deepen and help the children to be more participate and involved the church life. Based on the fact, this thesis is mean to help children faith formation facilitators to have a lot of creativity. The facilitators will gain more benefits of the creativity, for example in choosing songs and movement or making a prayer and then decorated it. Therefore the facilitator is expected to be more active and creative in facilitating children faith formation at St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish.

The main issue of this undergraduate thesis is how to improve the implementation children faith formation creatively, so that children does not feel bored. The children are taught to sosialize and interact with their friends in faith so they do not feel inferior. The children are being more confident and involed in the church life. Responding to the issue above, the author used a literature study and any other resources which where relevant and also enriched with personal reflection. Data about the creativity for the facilitators and children participation in children faith formation are obtained through direct observations and interviews. The results showed that the implementation of children faith formation in St. Maria Tak Bercela Nanggulan Parish needs to be improved.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kasih karena rahmat dan kasih-Nya, skripsi dengan judul KREATIVITAS PENDAMPING DALAM MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI NANGGULAN YOGYAKARTA ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan untuk Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis dengan penuh rasa syukur mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam menuangkan gagasan sehingga penulis dapat termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) dan dosen penguji kedua, yang telah memberikan semangat dan nasehat kepada penulis dalam mempertanggung jawabkan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

3. Y. H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang selalu memberikan dorongan penulis.

(14)

xi

5. Semua dosen-dosen PAK, yang sudah membantu penulis dalam menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.

6. Pastor Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan yang mengijinkan dan mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Para pendamping Iman Anak Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan yang sudah memberikan semangat, dan membantu sebagai narasumber sehingga penelitian dapat terselesaikan dengan lancar.

8. Bapak F. Suwandi dan Ibu Martha Musirah, selaku orangtua penulis yang selalu mendampingi, memberi kasih sayang dan membantu penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

9. Kakak tersayang Y. Teguh Susanto dan Adek tersayang V. Angelia, Om dan Tante yang selalu menghibur penulis.

10. Laurentinus Anang, Maria Jajar A, Agnes Jajar A, Yustinus Tyasmanto, Stefani Bui, Willibrodus Bayu P, Agnes Fajar Uly, Agnes Shinta yang tidak henti-hentinya memberikan harapan, motivasi, bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2011 terima kasih atas canda tawanya dan dukungannya, semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN ...xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan... 5

D. Manfaat Penulisan... 5

E. Metode Penulisan... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. KREATIVITAS PENDAMPING BAGI KETERLIBATAN ANAK DALAM MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK ... 8

A. Pendampingan Iman Anak ... 8

1. Pendampingan ... 8

a. Pendampingan yang Total dan Integral ... 8

b. Metode Pendampingan ... 9

c. Tujuan Pendampingan ... 10

d. Dasar Pendampingan ... 11

2. Iman... 12

(17)

xiv

b. Pengertian Iman Kristiani ... 13

3. Anak ... 15

a. Anak di dalam Keluarga ... 15

b. Anak-anak Zaman Sekarang ... 16

4. Mengenal Ciri-ciri Pendampingan dalam Pendampingan Iman Anak ... 17

a. Gembira ... 17

b. Bebas ... 18

c. Bermain ... 18

d. Mendalam ... 19

e. Beriman ... 19

f. Menjemaat ... 20

5. Rangkuman Pendampingan Iman Anak ... 21

B. Kreativitas Pendamping ... 23

1. Kreativitas ... 23

2. Pendamping ... 23

a. Pengertian Pendamping ... 23

b. Ciri Khas Pendamping ... 25

c. Spiritualitas Pendamping ... 25

3. Manfaat Pendampingan Kreatif bagi Anak ... 26

4. Mengenal Macam-macam Kreativitas ... 27

a. Gerak Lagu ... 27

b. Bercerita ... 27

c. Permainan ... 28

d. Alat Peraga ... 29

e. Aktivitas Seni ... 29

5. Keterlibatan Anak ... 30

a. Keterlibatan dalam Hidup Umat ... 30

b. Paguyuban Anak ... 31

(18)

xv

BAB III. PENELITIAN TENTANG KREATIVITAS PENDAMPING

DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK ... 34

A. Gambaran Umum Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 34

1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 34

2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 38

a. Visi ... 38

b. Misi ... 38

3. Gambaran Kegiatan Pendampingan Iman Anak (Pia) di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan ... 38

B. Metodologi Penelitian ... 39

1. Latar Belakang Penelitian ... 40

2. Rumusan Permasalahan ... 41

3. Tujuan Penelitian ... 41

4. Manfaat Penelitian ... 42

5. Jenis Penelitian ... 42

6. Variabel Penelitian ... 43

7. Instrumen Penelitian ... 44

8. Responden Penelitian ... 45

9. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

10. Teknik Analisis Data ... 46

C. Laporan Hasil Penelitian Kreativitas Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan ... 46

1. Kreativitas Pendamping dalam Pelaksanaan PIA ... 47

a. Kreativitas Pendamping PIA ... 47

b. Pentingnya Kreativitas dalam Pendampingan PIA ... 48

c. Kepentingan Pendamping PIA di Paroki ... 48

d. Ciri-ciri Pendampingan PIA yang Sudah Dilaksanakan di Paroki ... 49

e. Pelaksanaan Pendampingan dalam Segi Waktu ... 50

f. Peranan Iman secara Umum bagi Anak Usia Dini ... 50

(19)

xvi

a. Keterlibatan Anak dalam Hidup Menggereja ... 51

b. Keterlibatan Anak dalam Pendampingan PIA ... 52

c. Paguyuban yang ada di Paroki ... 52

3. Kendala yang dialami dalam Pendampingan Iman ... 53

a. Kendala bagi Orangtua ... 53

b. Kendala bagi Pendamping ... 54

c. Harapan untuk Kegiatan PIA ... 54

D. Pembahasan Hasil Penelitian Kreativitas Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan ... 56

1. Kreativitas Pendamping dalam Pelaksanaan PIA ... 56

a. Kreativitas Pendamping ... 56

b. Pentingnya Kreativitas dalam PIA ... 57

c. Pentingnya Pendamping PIA di Paroki ... 57

d. Ciri-ciri Pendampingan PIA yang Sudah Dilaksanakan di Paroki ... 58

e. Waktu Pelaksanaan Pendampingan dari Segi Waktu ... 58

f. Peranan Iman secara Umum bagi Anak Usia Dini ... 59

2. Keterlibatan Anak dalam Mengikuti Kegiatan ... 60

a. Keterlibatan Anak dalam Hidup Menggereja ... 60

b. Keterlibatan Anak Mengikuti Pendampingan Iman ... 61

3. Kendala dalam Pendamping Iman ... 62

a. Kendala yang Dialami Orangtua ... 62

b. Kendala yang Dialami Pendamping ... 62

c. Harapan untuk Kegiatan PIA ... 63

E. Kesimpulan Penelitian ... 63

F. Hal-hal yang Mendukung dan Menghambat Penelitian ... 66

BAB IV.USULAN PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PENDAMPINGAN IMAN ANAK YANG KREATIV DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN ... 67

A. Latar Belakang sebagai peningkatan kualitas pendamping ... 67

(20)

xvii

C. Usulan Program ... 69

D. Bentuk Program ... 70

E. Matriks Program ... 71

F. Contoh Satuan Persiapan Program ... 74

BAB V. PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 80

1. Bagi Gereja ... 80

2. Bagi Pendamping Pendampingan Iman Anak ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

Daftar Tabel Variabel ... 43

LAMPIRAN ... 83

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Tanda Bukti Penelitian ... (2)

(21)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

DV: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965

EN: Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember 1975.

(22)

xix

HP : Handphone

Komkat : Komisi Kataketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Mgr : Monsignor/Monsiyur

OMK : Orang Muda Katolik PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini PIA : Pendampingan Iman Anak RO : Responden Orangtua RP : Responden Pendamping SD : Sekolah Dasar

SJ : Serikat Jesus SP : Satuan Pertemuan St : Santo/Santa

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugas dan kewajiban Gereja yang utama adalah mewartakan kabar keselamatan dan suka cita kepada semua orang, seperti yang diajarkan Yesus kepada para rasul “...Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu “ (Mat 28:19-20), Tugas perutusan ini merupakan tanggung jawab Gereja dalam melaksanakan tugas mengajar yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh para rasul.

Sabda Yesus yang berbunyi “Biarlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku...” (Mat 19:14), Yesus menghendaki anak-anak dekat dengan-Nya. Gereja juga mengikuti Sabda-Nya dengan mewujudkannya melalui kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA). Kegiatan ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal keselamatan dan dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara Pendampingan Iman Anak (PIA) seperti berdoa bersama, memuji Tuhan dengan cara bernyanyi bersama, membaca Kitab Suci, mendengarkan cerita, menggambar, permainan, mewarnai gambar, melipat kertas, perlombaan dan masih banyak lagi. Semua kegiatan itu diajarkan untuk membantu anak menemukan nilai-nilai imannya sendiri.

(24)

mendampingi seluruh kegiatan PIA. Peran pendamping dalam kegiatan PIA begitu besar, terutama dalam mendampingi iman anak. Iman harus diajarkan sejak dini, supaya anak dapat mengembangkan imannya secara penuh. Pendamping PIA bertugas mendampingi anak untuk mengenal Kristus dan mengajarkan perbuatan yang mendasar bagaimana perbuatan baik dan buruk. Sehingga iman anak dapat berkembang secara agama Katolik(Komkat KWI, 2008:19-25).

Pendampingan Iman Anak yang utama dan pertama adalah orangtua. Dalam pelaksanaannya, orangtua bekerja keras secara sinergis dan seimbang dengan para Pendampingan Iman Anak di sekolah, di paroki dan di masyarakat. Pendampingan Iman Anak harus memperhatikan martabat dan hak-hak anak (Bagiyowinadi, 2009:196).

(25)

Tantangan zaman anak sering kali dipandang sebagai harapan bagi bangsa.

Mereka menjadi tumpuhan Gereja di masa depan. Mereka sedang dalam proses

perkembangan, mereka sedang membangun identitas diri. Perkembangan zaman memberi

tantanganyang tidak sedikit bagi perkembangan anak dan remaja. Beberapa persoalan

masa sekarang yang ikut mempengaruhi perkembangan anak. Dampak negatif kemajuan

teknologi yang dimonitori oleh media komunikasi mempunyai pengaruh yang besar pada

perkembangan anak. Di satu pihak berkembangnya media komunikasi memberikan

banyak peluang untuk pengembangan anak, seperti kemudahan untuk mengakses data

yang diperlukan untuk belajar. Di lain pihak media komunikasi menghadirkan arus-arus

baru pada anak seperti konsumerisme, hedonisme dan materialisme. Hadirnya media

komunikasi sering juga berakibat pada kurangnya personalnya relasi anak dan orangtua,

ataupun anak menjadi terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Pada saat seperti ini

komunikasi personal yang ditandai dengan perjumpaan digantikan dengan komunikasi

melalui media yang lebih mementingkan efektivitas dari pada sisi personal (Nota

Pastoral, 2008:17-18)

Dari pengalaman selama mendampingi PIA di Paroki Nanggulan, penulis menemukan banyak kendala. Kendala yang penulis rasakan adalah ketika diadakan Pendampingan Iman Anak sepulang dari misa banyak orangtua yang langsung mengajak pulang, di sini terlihat bila orangtua kurang memperhatikan kebutuhan rohani anak tersebut. Selain itu rata-rata pendamping juga ibu-ibu dan orang muda jarang mendampingi, sehingga anak bosan bila harus mendengarkan ibu-ibu tanpa ada selingan. Kreativitas pendamping sangat dibutuhkan dalam mendampingi anak agar anak dapat mengembangkan potensinya dan dapat lebih mudah mengenal Tuhan.

(26)

pendamping diadakan. Kadang pula modul-modul, buku panduan, buku teknik permainan, buku cerita bergambar dan lagu baru untu anak yang belum di kembangkan di Gereja karena semuanya terbatas. Kita semua para pendamping pasti memiliki kreativitas masing-masing pula. Tetapi semua itu keterbatasan karena kita tidak mempunyai imajinasi mulai dari hal yang terkecil terlebih dahulu seperti memanfaatkan kertas untuk membuat pesawat terbang (Bagiyowinadi, 2009:108).

Pastor Paroki Nanggulan saat ini Pastor Contantinus Hadianta Pr membantu memberikan saran bagi orangtua agar anaknya dilibatkan dalam Pendampingan Iman Anak. Karena bagaimana pun juga orangtua akan mengikuti apa yang dikatakan pastornya untuk kebaikan bersama. Karena bila Pastor Paroki Nanggulan tidak ikut dalam sosialisasi, umat pasti tidak menghiraukan iman anaknya, mereka akan menekankan kepada anaknya supaya belajar di rumah saja. Ini adalah salah satu kendala juga agar pastor Paroki Nanggulan juga memperhatikan orangtua yang memiliki anak usia dini (4-10 tahun) agar apa yang akan dicapai ke depan berhasil. Sebenarnya pastor Paroki Nanggulan, pengurus Gereja dan orangtua yang memiliki anak usia 4-10 tahun dapat bekerjasama agar terinformasikan dengan baik. Dan juga sebagai orangtua dalam Gereja Katolik juga harus diberi pengarahan dan gambaran apa yang saat ini dibutuhkan oleh anak dan apa gunanya pendamping PIA, agar mereka mempunyai gambaran akan Pendampingan Iman Anak itu penting bagi mereka.

(27)

MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI ST. MARIA TAK BERCELA NANGGULAN YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas pendamping PIA? 2. Bagaimana pelaksanaan PIA di Nanggulan?

3. Usaha apa yang di butuhkan agar pendamping Kreatif di dalam PIA di Paroki Nanggulan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penulisan sebagai beriku:

1. Mendiskripsikan kreativitas pendamping PIA. 2. Mendiskripsikan pelaksanaan PIA di Nanggulan.

3. Mengusulkan model pendampingan yang kreatif di Paroki Nanggulan.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan pemaparan tujuan di atas, manfaat-manfaat yang dapat diambil sebagai berikut:

(28)

2. Supaya Pendampingan Iman Anak ini tetap ada di setiap lingkungan dan berjalan dengan baik.

3. Bagi pendamping menjadi sebuah motivasi, dan menggerakkan hati setiap orangtua akan pentingnya Pendampingan Iman Anak.

4. Agar pendamping semakin kreatif dan membuat anak-anak semakin semangat dalam kegiatan PIA.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Untuk mengumpulkan data digunakan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan wawancara pendamping dan orang tua PIA yang ada di Paroki Nanggulan Yogyakarta. Selain itu penulis juga mengembangkannya dengan bantuan buku-buku pendukung.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(29)

BAB III metode penelitian, tujuan penelitian, instrumen penelitian, responden, waktu pelaksanaan, variabel, laporan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB IV berisikan usulan program sebagai upaya mengembangkan kreativitas pendamping dan minat anak dalam mengikuti PIA.

(30)

BAB II

KREATIVITAS PENDAMPING BAGI KETERLIBATAN ANAK DALAM MENGIKUTI PENDAMPINGAN IMAN ANAK

A. Pendampingan Iman Anak 1. Pendampingan

Pendampingan adalah tindakan atau proses pelaksanaan formatio iman di tengah umat. Dalam proses itu ada semacam kurikulum, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, tujuan, bahan pendampingan, dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendampingan untuk pencapaian tuhuan pendampingan tersebut.

a. Pendampingan yang Total dan Integral

(31)

selalu bernilai kateketis, yakni mengantar umat pada perkembangan iman. Yang dimaksud bernilai kateketis adalah kegiatan paroki, entah liturgi, gerakan persekutuan umat,ataupun pelayanan sosial umat mempunyai peranan yang pokok dalam pengembangan iman umat. Perkembangan iman umat bukan hanya buah karya katekese melainkan juga seluruh kegiatan inti Gereja, entah liturgi, persekutuan, ataupun pelayanan Gereja (Dewan Karya Pastoral 2014: 56).

b. Metode Pendampingan

Metode yang memiliki arah bagi pengembangan dan penghayatan iman adalah metode yang meliputi selebrasi, edukasi, refleksi, dan aksi.

1) Selebrasi: bentuk-bentuk pendampingan yang bersifat merayakan iman, misalnya dengan mengadakan perayaan Ekaristi Kaum Muda (EKM), festival budaya dan iman, dan perayaan-perayaan lain yang bersifat devosional. Harapannya, melalui perayaan iman, umat semakin didukung dan dikembangkan penghayatan imannya.

(32)

Tujuan metode edukasi ini agar orang Katolik semakin memahami imannya.

3) Refleksi: bentuk-bentuk pendampingan yang bersifat memperdalam penghayatan dan sikap iman, entah dengan rekoleksi, sarasehan, dan pertemuan-pertemuan berkelanjutan, misalnya kegiatan rekoleksi pasutri, sarasehan Kitab Suci, dan temu-temu renewell yang bersifat semakin mengakrabkan dan mempererat. Refleksi lebih dilakukan untuk kepentingan tindak lanjut dan memperdalam hal-hal yang belum tersentuh dari pendampingan yang bersifat edukatif.

4) Aksi: bentuk-bentuk pendampingan yang bersifat konkret, ada tindakan nyata, dan berdampak sosial secara langsung, misalnya pembuatan “demplot” (demo plot) untuk pertanian organik, penanaman dan reboisasi,

dan bedah rumah warga yang tidak mampu. Pada intinya, pendamping yang bersifat aksi lebih mengutamakan tindakan nyata dan proses belajar iman melalui pengalaman langsung (Dewan Karya Pastoral, 2014: 57-58).

c. Tujuan Pendampingan

(33)

Tujuan, aims, purposes, objectives,goals, tergets pendampingan adalah titik yang diarah dan hendak dicapai lewat usaha pendampingan.

Tujuan pendamping memberi tekanan khusus kepada latihan metode dan melatih kecakapan. Dengan demikian pendamping yang dibayangkan tidak bermaksud sekedar memuaskan keingin tahu, tetapi pengembangan daya pikir, daya cari, daya menyampaikan ilmu, pengetahuan dan informasi, tetapi juga kecakapan untuk mengembangkan ilmu, menambah pengetahuan, dan mendapatkan informasi baru. Pendamping yang dibayangkan tidak hanya mengarah kepada akumulasi ilmu pengetahuan dan informasi, tetapi kemampuan untuk mencari dan mengolah lebih lanjut. Pendampingan yang dibayangkan tidak hanya membekali para muda-mudi dengan isi, tetapi ketrampilan mendapatkan dan mengolah isi yang baru. Pendamping tidak hanya bertujuan menyajikan bahan untuk dipelajari, tetapi juga sikap dan kemampuan bagaimana cara belajar. Singkatnya pendamping yang dibayangkan bukan sekedar memberi “ikan untuk

dimakan”, “kail untuk menangkap ikan”. Bukan hanya “belajar untuk mempelajari

sesuatu”, tetapi “belajar bagaimana cara belajar dan belajar lebih lanjut”

(Mangunhardjana; 1986:27-28).

d. Dasar Pendampingan

(34)

pendidikan tidak cukup lagi kalau hanya memberi ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkembangkan kecakapan ability, ketrampilan, Iskills, dan sikap, attitudes, bahkan spiritualitas, spirituality, kepada para belajar, agar dapat terus-menerus belajar selama hidup. Jadi pendidikan, harus memusatkan perhatian pada usaha untuk menyediakan bahan pelajaran dan membantu pengembangan hal-hal yang dituntut agar orang dapat belajar selama hidup. Pendidikan menjadi jembatan antara sumber-sumber ilmu pengetahuan dan para pelajar, dengan tujuan agar pada waktunya para pelajar dapat menemukan sumber-sumber sendiri dan mampu mengambil manfaat dari sana (Mangunhardjana;1986:39-40).

2. Iman

Iman adalah hubungan antara manusia dengan Allah yang menuju pada keselamatan manusia. Bagi manusia iman menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya, karena iman menunjuk kita ke arah yang lebih baik, sehingga dibutuhkan pengalaman iman dalam hidup manusia, maka dari itu kita perlu mengetahui:

a. Pengertian Iman Secara Umum

(35)

dengan Allah yang hidup di mana terjadi suatu penerimaan akan kehadiran Allah dan penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidup kita.

Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah: orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran. Menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah (Amalorpavadas, 1972: 17).

Beriman di sini berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Manusia akan mencapai iman yang mendalam ketika manusia membangun komitmen dan berserah diri seutuhnya kepada Allah. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya adalah kehendak-Nya. Apabila manusia membiasakan diri untuk berdoa dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah maka hidupnya akan semakin terarah pada kebaikan dan akan senantiasa beroleh keselamatan. Maka dapat disimpulkan: seseorang dikatakan beriman bila percaya, berkomitmen, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga ia akan senantiasa hidup seturut kehendak-Nya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

b. Pengertian Iman Kristiani

(36)

1) Iman sebagai Jawaban Manusia terhadap Wahyu Allah

Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah memulai perantara para nabi. Dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan, akhirnya Allah mengutus Putra-Nya (DV, art 4).

Allah telah membuktikan kasih-Nya yang begitu besar dengan melaksanakan janji-Nya melalui wahyu yang telah menjadi sejarah untuk keselamatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Allah menentukan manusia untuk datang kepada Allah sebagai jawaban tawaran untuk peroleh keselamatan dari Allah. Jawaban manusia tersebut dilaksanakan melalui kepercayaan tentang kebenaran wahyu Allah dalam diri Yesus.

Iman diungkapkan, dijalani dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk suatu sikap yang lebih baik, lebih adil dan damai. Dengan demikian terbentuk rasa persaudaraan yang berdasarkan cinta kasih Allah.

2) Iman sebagai Penyerahan Diri Manusia kepada Allah

(37)

manusia wajib membalas kebaikan yang datang dari Allah melalui ketaatan iman dengan menyerahkan diri sepenuhnya. Kepada Allah (DV, art 4). Hendaknya segala tindakan dan perilaku yang dilakukan manusia mencerminkan sebagai anak-anak Allah (Konsili Vatikan II, 1993: 318).

Manusia yang dengan suka rela memberikan dirinya kepada Allah sebagai pernyataan iman dan kepercayaannya. Konsili Vatikan II, yaitu Dokumen tentang “Wahyu Ilahi” DV,art 5 yang berbunyi :

“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan Iman”(Rom,16:26; lih Rom1:5; 2Kor 10:5-6) demikian manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan , “ketaatan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan “ dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya.

3. Anak

a. Anak di dalam Keluarga

Anak mengalami pengaruh dan keadaan yang melingkupinya. Entah lingkup kota, pedesaan, mereka dikelilingi orangtua, saudara-saudari, kakek nenek, teman-teman dan semua yang ada di sekitarnya. Anak-anak juga dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka cara hidup mereka, hubungan mereka dengan satu dan yang lain, dalam menghadapi masalah, masyarakat sekelilingnya, dan hubungan dengan Tuhan sekali pun. Semua membawa dampak dan pengaruh yang berbeda.

(38)

untuk membedakan anak-anak yan mengikuti Kristus dari mereka yang tidak mengikuti Kristus (Komkat KWI, 2006:48).

b. Anak –anak Zaman Sekarang

Saat ini anak-anak hidup di dunia yang sibuk dan penuh persaingan. Informasi dan teknologi melaju dengan cepat, sehingga hidup manusia cenderung juga berputar dengan sangat cepat. Anak-anak mudah menjadi bosan, terkadang kehilangan arah, tertekan, mudah berprasangka dan sulit mencari pertimbangan. Mereka memang lebih berani berpendapat, berkreasi, lebih cerdas, lebih cepat bertindak. Tetapi mereka juga lebih sering mengalami keputus asaan, depresi, dan kebosanan. Oleh sebab itu di hadapan anak orangtua harus selalu berusaha hidup dengan benar, sehingga memberi pengharapan kepada generasi masa kini yang sedang tumbuh dalam era budaya yang cenderung menuju kehancuran (Komisi KWI, 2006:45).

(39)

khusus, misalnya kemanusiaan karena sikapnya yang “asal menang” serakah,

menindas, tidak jujur, dsb.

Kemajuan teknologi mulai memupuk sifat individualisme dalam diri anak. Rasa kekeluargaan terancam. Anak mulai acuh tak acuh pada urusan orang lain. Urusanmu urusanmu, urusanku-urusanku. Uruslah urusanmu sendiri. Jangan kita saling mengganggu. Karena itu, orangtua hendaknya membantu anak-anak agar mereka mampu mengatasi egoisme mereka. Kemajuan teknologi mengakibatkan persaingan yang kurang sehat. Mereka saling membanggakan dirinya sendiri, kekayaan sendiri, kelebihannya sendiri, tanpa memperhatikan bela rasa anak lain (Komkat KWI, 2006:24).

4. Mengenal Ciri-ciri Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak

Dalam mendampingi anak-anak mengikuti PIA, pendamping harus memahami ciri khas Pendampingan Iman Anak. Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan sekolah formal. Perbedaannya lebih kepada suasananya yang diciptakan dalam Pendampingan Iman Anak. Maka dari itu pendamping harus memperhatikan 6 ciri yang khas yaitu:

a. Gembira

(40)

bersama teman-teman menggembirakan. Pendamping perlu berusaha sekuat tenaga, membuat suasana supaya tidak membosankan. Menyanyi bersama, bermain bersama-sama, mendengarkan cerita, berdoa bersama, itu semua menyenangkan dan menggembirakan. Dengan demikian warta gembira Yesus Kristus juga akan dirasakan oleh mereka sebagai yang menggembirakan, sebab beriman memang menggembirakan (Sugiarti, 1999: 18-19)

b. Bebas

Kebebasan merupakan unsur terpenting untuk beriman. Pendamping kelompok PIA ingin membantu anak-anak menyadari iman yang telah mereka miliki, maka suasana yang “ mem-bebaskan” perlu dipunyai oleh kelompok ini. Unsur keterpaksaan perlu dibuang jauh-jauh. Jika di sekolah anak-anak selalu merasa diabsen, kiranya di dalam kelompok PIA anak-anak perlu merasa bahwa kehadiran mereka tidak dipaksa (karena absen), melainkan karena mau dan senang hadir. Dengan suasana yang demikian, anak dijauhkan dari rasa gelisah, takut. Yang sering membuat anak gelisah dan takut ialah ujian, absensi, dan nilai. Memang hal tersebut ada maknanya sendiri di dalam lingkungan sekolah, namun di dalam sekolah PIA bukan pada tempatnya. Pengikutnya pada kelompok PIA hendaknya suasana yang menyenangkan, simpatiknya pendamping dan suasana kebebasan yang dapat dirasakan (Sugiarti, 1999:19).

c. Bermain

(41)

Bermain merupakan aktivitas yang mendatangkan rasa puas. Dengan bermain, kreativitas juga berkembang. Sosialisasi meningkat, wawasan menjadi lebih luas. Pikiran, perasaan, kehendak keterampilan, sikap yang baik diperkembangkan.

Kegiatan bermain dapat dipikirkan kembali, direfleksikan, dan dikaitkan dengan Pendampingan. Dengan refleksi, anak dapat melihat arti, maksud dari permainan bagi diri mereka sendiri dan bagi teman-temannya yang akhirnya akan membantu anak membentuk sikap dan pribadinya (Sugiarti, 1999:19).

d. Mendalam

Kegiatan atau permainan yang dilaksanakan di dalam kelompok PIA perlu terpilih, perlu diseleksi. Pendampingan perlu memilih kegiatan yang akhirnya dapat dilihat bersama secara mendalam, tidak sekedar bermain. Setelah satu permainan atau kegiatan selesai dilaksanakan, pedampingan bersama anak-anak kelihat kembali perasaan-perasaan tersebut, mengapa gembira, mengapa kecewa dst. Merefleksikan pengalaman seperti itu perlu di dalam Pendampingan anak (Sugiarti, 1999:19).

e. Beriman

(42)

bertumpu pada Yesus Kristus. Maka perhatianYesus perlu makin menjadi perhatian anak-anak. Keprihatinan dan wawasan Yesus perlu makin menjadi keprihatinan dan wawasan anak-anak. Misalnya perhatian Yesus secara khusus kepada orang-orang yang menderita, terlupakan dan miskin, perlu makin menjadi perhatian anak-anak, beriman berarti makin mengikuti Yesus secara penuh (Sugiarti, 1999:19).

f. Menjemaat

(43)

Beberapa ciri suasana kelompok tersebut perlu diketahui oleh para pendamping, sehingga tujuan dan arah yang ingin dicapai dapat lebih jelas. Dan perlu ada kesan dan pengalaman, bahwa kegiatan kelompok PIA memang khas, bermakna, lain dari pada kelompok di sekolah (Sugiarti, 1999:20).

5. Rangkuman Pendampingan Iman Anak

Pendampingan Iman anak sangat diperlukan bagi anak untuk perkembangan iman anak sendiri. Kata pendampingan juga di sini menjelaskan bahwa seseorang pendamping tidak boleh menggiring sesuai selera mereka tetapi mendampingi dalam kehidupannya sambil memberi kesaksian tentang kehadiran Allah. Banyak manfaat yang kita dapat yaitu kita dapat menemukan pengetahuan atau informasi baru, data memecahkan masalah dalam diri kita atau pun dalam pekerjaan, sehingga kita mendapatkan hal baru dan dapat kita perbaiki.

(44)

harus kita lakukan untuk lebih memperdalam iman. Anak jaman dahulu dengan anak jaman sekarang sangat berbeda, anak jaman sekarang banyak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka, hubungan mereka satu dengan yang lain dan hubungan dengan Tuhan. Pendampingan Iman Anak ialah proses dan usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak muda agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah.

Gereja memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak yang suatu saat menjadi penerus Gereja. Iman anak perlu dipupuk mulai dari dini kegiatan ini dikenal dengan nama Pendampingan Iman Anak (PIA). Kegiatan PIA adalah suatu bentuk pendampingan untuk membimbing dan mengembangkan hidup anak terutama anak katolik yang sudah maupun yang belum dibaptis. Kegiatan PIA ini dilatar belakangi oleh Gereja yang melihat bahwa anak-anak merupakan masa depan Gereja yang nantinya akan menjadi generasi penerus Gereja. Mengingatkan masa depan Gereja sangat ditentukan oleh pendampingan generasi muda yang dipersiapkan sejenak masa anak-anak mereka.

(45)

B. Kreativitas Pendamping 1. Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Sesungguhnya apa yang diciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Seperti pengalaman kita selama sekolah atau pun pengalaman pendamping selama ini kami perbarui dengan gerakan membuat sendiri atau pun diganti sedikit agar dapat menarik (Munandar, 2004: 47).

Kreativitas dengan melahirkan/ menciptakan sesuatu yang sama sekali baru, barang kali trlalu sulit. Namun kita bisa melakukan inovasi dengan memperhatikan 3 (3N) langkah yaitu: Niten mengamati dan memperhatikan, artinya mau mempelajari polanya, unsur-unsurnya, niru mencontoh dari yang sudah ada, tetapi tidak berhenti sampai disini, karena bila sama persis tidak ada bedanya dengan menyalin/mencontoh persis, nambahi memberikan nilai tambah dan hal-hal yang menurut kita perlu dimasukan.

2. Pendamping

a. Pengertian Pendamping

Pendamping berasal dari kata dasar “damping”. Menurut kamus besar

(46)

arti kata “mendampingi” dalam pendamping diartikan sebagai “menyertai” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 234).

Pendamping sebagai pendamping di sini menjelaskan bahwa untuk mencegah kita mengarahkan dan “memaksakan kehendak”. Pendamping adalah seorang pendamping, yang karenanya tidak boleh mengarahkan ke arah yang sesuai selera kebutuhannya sendiri tetapi mendampingi dalam menelusuri kehidupannya dengan masalah dan tantangannya sambil memberi kesaksiannya tentang kehadiran dan kedekatan Allah sebagai pendamping utama. Dengan belajar dari kisah Emaus (Luk 24:13-35), seorang pendamping berjalan dengan seiring dengan kaum muda menggumuli masalah mereka, dengan bertanya dan mendengarkan penuh perhatian dan kesadaran menjelaskan dan membuka pikiran mereka pada saat yang tepat dan akhirnya mempertemukan mereka dengan pribadi Kristus sendiri.

(47)

b. Ciri Khas Pendamping

Pendamping mempunyai ciri khas bahwa seseorang yang didampingi atau mendapatkan pendamping merupakan pribadi yang bebas dan berdiri sendiri. Mereka bukanlah penerimaan pasif yang dapat menerima materi dan menelan mentah-mentah apa yang diberikan oleh pendamping. Tetapi pendamping harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan kekeluargaan sehingga tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta. Kesejajaran berarti tidak ada batasan dan bawahan, sehingga terjadi kesetaraan, kerjasama, dan kebersamaan yang harmonis antara pendamping dan yang didampingi. Selain itu, pendamping merupakan alat yang dapat menolong peserta dalam mengembangkan potensi mereka, sehingga orang lain dapat tumbuh dan mengembangkan potensi yang dimiliki dengan baik (Mayerof, 1993: 53).

c. Spiritualitas pendamping

Menjadi saksi Injil, menjadi pendamping PIA berarti siap menjadi saksi iman, terlebih bagi anak-anak yang kita dampingi. Kesaksia itu ditujukan pertama-tama melalui sikap, kata-kata, dan perilaku kita yang selaras dengan ajaran Kristus sendiri. Tentu kita berpikir untuk mendampingi anak-anak baru nanti bila kita sudah “sempurna”., karena sepanjang waktu kita akan berjuang

(48)

3. Manfaat Pendamping Kreatif bagi Anak

Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal (Guilford, 1957:154). Di sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, dan pemikiran yang logis atau penalaran yaitu kemapuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Pemikiran kreatif perlu dilatih, karena membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan.

Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Ini tampak sekali jika kita mengamati anak-anak yang sedang asik bermain dengan balok-balok kayu atau bahan-bahan permainan konstruktif lainnya. Dari wawancara dengan tokoh-tokoh yang telah mendapat penghargaan karena berhasil menciptakan suatu yang bermakna, yaitu para ilmuwan dan ahli penemu, ternyata kepuasan amat berperan. Kepada mereka ditanyakan: apakah yang mendorong mereka sehingga tanpa pamrih memberikan begitu banyak waktu dan tenaga sehingga sering juga mengorbankan kehidupan yang mewah agar menciptakan sesuatu, kebanyakan dari mereka menjawab “Karena hal itu memberikan kepuasan pribadi yang tak terhingga” (Biondi,

(49)

4. Mengenal Macam-macam Kreativitas

Sebagai pendamping PIA harus memiliki kreativitas agar anak tidak bosan. Dalam mengikuti kegiatan anak akan semangat untuk hadir dalam PIA. Kegian PIA, pasti tidak jauh dari kegiatan bernyanyi menggunakan gerak dan lagu, bercerita menggunakan bahasa sederhana, permainan supaya tidak bosan, alat peraga, dan aktivitas seni (Bagiyowinadi, 2009: 98-105).

a. Gerak Lagu

Suasana gembira di PIA sungguh dirasakan ketika nyanyian didendangkan, apalagi bila diiringi dengan musik. Hanya saja nyanyian itu perlu disertai gerakan, diikuti oleh anak-anak, sehingga suasana menjadi hidup. Gerak lagu ini bisa diciptakan sendiri, tetapi dengan tetap memperhatikan keterkaitannya dengan syair/kata-kata yang dinyanyikan. Dilain pihak pemilihan lagu sedapat mungkin disesuaikan dengan tema pertemuan. Setidaknya ada lagu pembukaan untuk menggembirakan suasana, lalu dibagian aktivitas bisa dimasukan lagu (baru) yang mendukung pesan Injil yang diwartakan.

b. Bercerita

(50)

membuat pendengar ingin tahu kelanjutannya. Tanpa konflik atau persoalan, cerita terasa datar dan kurang menarik. Dalam hal itu sebenarnya disebut kisah, bukan cerita dalam arti sesungguhnya. Tentu cerita untuk anak-anak tidaklah sepelik seperti novel atau cerita detektif untuk dikonsumsi orang dewasa.

Cerita yang menarik tentunya juga perlu disampaikan dengan cara yang menarik pula. Maka seorang pendamping yang hendak bercerita pasti menguasai detail urutan-urutan ceritanya dan mencoba menyampaikannya dengan kata-kata sendiri (jadi tidak terpancang pada teks di buku cerita). Cerita juga dibawakan dengan penuh penghayatan, dengan intonasi dan kalau bisa seperti dalang dengan suara yang berbeda-beda saat mengucapkan langsung si tokoh cerita. Sangat baik bila penyampaian cerita didukung dengan alat peraga yang sesuai seperti boneka.

c. Permainan

(51)

d. Alat Peraga

Alat peraga sangat mendukung kegiatan Pendampingan Iman Anak. Sebab dengan alat peraga itu, anak-anak tidak hanya mendengarkan suara pendamping, tetapi melihat alat peraganya, bahkan mungkin ikut memegang dan mempraktekkan alat peraga itu. Dengan demikian ingatan anak menjadi lebih kuat dibandingkan sekedar mendengarkan. Selain itu, dengan alat peraga cerita ataupun Firman Tuhan dapat disampaikan dengan lebih menarik.

Alat peraga bisa boneka atau VCD panggung boneka bisa gambar kubus, koran dan majalah. Saat bercerita pendamping dapat sambil menunjukan gambarnya. Kiranya semua gambar/foto ini perlu ditempel pada kertas ukuran tertentu sehingga bisa disimpan dengan baik dan sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Bisa juga membuat kostum dari koran bekas, membuat kotak pasir dengan ukuran tertentu, dari pasir itu bisa dibentuk sungai, jalan, bukit dan ditancapi dengan model rumah, orang, binatang, dsb. Tentu pendamping juga terampil menggunakan alat peraga.

e. Aktivitas Seni

(52)

Hal yang sangat niscaya pernah dilakukan anak-anak ketika mereka menampilkan bakat dan talenta mereka dalam bentuk tablo, tarian, drama, vocal group, yang ditampilkan dalam acara paroki, visualisasi sengsara Tuhan, atau misa anak-anak. Praktis beberapa minggu mereka harus berlatih dan barangkali juga acara bina iman mereka “tergusur” dengan jadwal latihan atraksi itu. Aktivitas seni sebagai persiapan untuk dipersembahkan dalam misa anak-anak atau pun cara lain, perlu dilihat sebagai ungkapan iman mereka juga untuk memuliakan Tuhan dengan seluruh tubuh (bdk. 1Kor 6:20). Melalui aktivitas seni itu mereka juga mau mengkomunikasikan iman mereka dengan mensyukuri anugerah talenta yang telah mereka terima dan kembangkan. Dan untuk ini semua peran serta pendamping, terlebih yang memiliki minat dan bakat di bidang seni sangatlah diharapkan.

5. Keterlibatan Anak

a. Keterlibatan dalam Hidup Umat

(53)

b. Paguyuban Anak

Melalui paguyuban-paguyuban seperti PIA, putra-putri altar, serta wadah kegiatan anak yang lain, belajar untuk membangun Gereja sebagai persekutuan. Paguyuban-paguyuban itu tidak sekedar menjadi tempat mereka menerima pengajaran dan pendampingan dari umat yang lebih dewasa, tetapi juga menjadi kesempatan untuk terlibat dalam pengembangan iman pribadi mereka. Mereka dapat mengekspresikan iman mereka dengan cara-cara yang menyentuh hati mereka. Mereka mulai merasakan diikutsertakan sebagai anggota paguyuban, ketika suara mereka didengarkan, ketika mereka dilibatkan dalam perencanaan kegiatan, paguyuban ini juga menjadi kesempatan bagi mereka untuk terlibat sebagai pendamping bagi adik-adik yang lebih kecil (Nota Pastoral, 2008: 37-38).

Keikutsertaan dalam tugas misi Gereja juga dapat dimulai melalui paguyuban ini. Serikat anak misioner misalnya mengajak anak sejak awal mengembangkan semangat missioner di lingkungan mereka. Mereka terlibat dalam karya misi Gereja, baik melalui doa-doa, melalui sikap hidup sehari-hari maupun melalui pengumpulan derma bagi anak lain yang membutuhkan. Dengan menjadi saksi iman di tengah-tengah mereka ikut serta dalam tugas perutusan Gereja.

6. Rangkuman Kreativitas Pendamping bagi Keterlibatan Anak

(54)

menyenangkan dan kekeluargaan sehingga tercipta kesejajaran antara pendamping dan peserta. Tujuan pendamping dapat membantu seseorang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, informasi, sikap, perbuatan, dan sikap perilaku hidup. Banyak manfaatnya bagi pendamping yang memiliki kreativitas, karena dalam kehidupan belajar mengajar kreativitas merupakan kebutuhan manusia. Sistem kebutuhan manusia mempengaruhi kreativitas dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan diri. Orang yang sehat mental, yang bebas dari hambatan-hambatan dapat mewujudkan diri sepenuhnya.

Kreativitas dalam kehidupan kita tidak perlu hal yang baru, tetapi gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya yang diperbarui atau ditambahkan supaya menjadi hal yang menarik. Tentunya sebagai seorang pendamping. Pendamping bertujuan untuk membantu seseorang dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hidup pribadi dalam kebersamaan dengan orang lain dan peran dalam masyarakat. Tujuan pendamping juga membantu seseorang meningkatkan kualitas pribadinya dengan memberikan sesuatu yang positif dan bermanfaat.

(55)

anak-anak untuk berkreasi dengan cara membuat kerajinan tangan seperti, anak membuat layang-layang sendiri dengan menghias sesuai dengan tema.

(56)

BAB III

PENELITIAN TENTANG KREATIVITAS PENDAMPING DALAM PENDAMPINGAN IMAN ANAK

A. Gambaran Umum Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

Pada bab ini, penulis akan membahas gambaran umum umat tentang Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Pendampingan Iman Anak di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan penulis mengadakan penelitian sederhana dengan menggunakan wawancara tersruktur. Penelitian ditujukan kepada pendamping dan orangtua anak. Selanjutnya akan diuraikan mengenai Pendampingan Iman Anak yang terjadi di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan, Keuskupan Agung Semarang dan pembahasan hasil penelitian.

1. Sejarah Singkat Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

(57)

mengherankan jumlah umat Katolik semakin bertambah dan semakin menuntut perhatian secara khusus. Hal ini dibaca oleh Romo FX. Satiman, SJ dan dikuatkan oleh Romo J. Prenthaler, SJ untuk diwujudkan dengan membuat suatu pusat pelayanan yang ditandai dengan mendirikan bangunan Gereja di Nanggulan (1936). Sejarah juga menunjukkan kuatnya kerelaan tokoh-tokoh pendahulu dalam mewujudkan munculnya Gereja di Nanggulan. Gagasan awal untuk mendirikan gedung Gereja ini muncul dari pemikiran Bapak Sebastianus Sutodimedjodi wilayah Nanggulan. Gagasan ini ternyata didukung oleh seluruh umat Nanggulan pada waktu itu. Gayung bersambut, ternyata gagasan itu mendapat tanggapan yang baik dari Romo Prenthaler, SJ. selaku Romo Kepala Paroki Boro. Pada tahun 1934, Romo Prenthaler, SJ. menugasi Romo F.X. Satiman, SJ., Romo pembantu Paroki Boroyang memang bertugas di wilayah Nanggulan hampir 5 tahun untuk membeli sebidang tanah di kawasan Nanggulan.

Sebelum membeli tanah yang dimaksud, Romo F.X. Satiman, SJ. membahasnya bersama Bapak Sutodimedjo, Mbah Pait, serta Bapak Setrodrono. Beliau minta ijin kepada Ndara Wedana Kawedanan Nanggulan seorang pribumi, namun keinginan Beliau ditolak. Untuk itu Beliau menjawab (kira-kira begini), ”Saya orang pribumi, mengapa saya tidak diperbolehkan membeli dan memiliki

tanah di negeriku sendiri?” Merasa diperlakukan kurang adil, maka Bapak

(58)

tersebut dengan memberi surat untuk dibawa ke Gubernur Adam. Pada tahun 1935 keinginan memiliki sebidang tanah untuk gedung Gereja di kawasan Nanggulan terkabulkan. Bapak Adi Asmoro putera Bapak Setrodrono dengan suka rela menyediakan tanahnya di Karang seluas 4.000 meter persegi dengan harga 34 gelo. Status tanah tersebut atas nama Gereja Katolik Boro. Bapak Adi Asmoro bertempat tinggal dekat Kawedanan Nanggulan (kini Kecamatan Nanggulan). Tidak lama kemudian di atas tanah tersebut didirikan brak untuk pembangunan gedung Gereja. Namun, berhubung belum ada ijin dari pemerintah kolonial Belanda, brak tersebut buru-buru dibongkar. Hambatan perijinan ini timbul karena pihak pemerintah kolonial Belanda lebih cenderung pada penyebaran Agama Kristen Protestan. Masalah yang dihadapi ini kemudian oleh Romo F.X. Satiman, SJ. dilaporkan kepada Romo Strater, SJ. di Gereja Kota Baru.Atas laporan ini kemudian Romo F. Strater, SJ. berkenan membantu menguruskan ijin pendirian gedung Gereja dari pemerintah kolonial Belanda, dan beliau berhasil memperoleh ijin untuk mendirikan gedung Gereja Katolik di Pedukuhan Karang.

(59)

Gereja yang berdiri di Karang ini diberi nama Gereja Katolik Santa Perawan Maria Tak Bercela. Gedung gereja ini diberkati oleh Bapa Uskup Mgr. P.J. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia (Keuskupan Batavia) pada tanggal 5 Juli 1936. Ekaristi pemberkatan ini dihadiri oleh 1.500 umat. Sedangkan peringatan Santa Pelindungnya, Santa Perawan Maria Tak Bercela jatuh pada tanggal 8 Desember. Paroki ini memiliki 4 wilayah yaitu wilayah Kembang yang memiliki 5 lingkungan, wilayah Giripurwo memiliki 4 lingkungan, wilayah Wijimulyo memiliki 5 lingkungan, wilayah Jatisrono memiliki 5 wilayah dan 1 Stasi Santa Maria Fatima Pelem Dukuh.

(60)

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

Penulis mengutip visi dan misi ini dari buku program kerja paroki dan rancangan anggaran penerimaan biaya angsuran inventasi Paroki St. Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan.

a. Visi

Umat Allah Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan, dalam bimbingan Roh Kudus semakin menjadi persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah agar semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

b. Misi

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sedang berjuang menuju tata hidup bersama yang baru, adil, demokratis dan damai sejahtera, umat Paroki Nanggulan terlibat secara aktif membangun habitus baru berdasarkan semangat Injili dengan beriman mendalam dan tangguh.

3. Gambaran Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan

(61)

mengerti apa maksud dari kegiatan tersebut. Guru pertama dan utama anak adalah orangtua, dan bila anak tidak berkembang dalam iman itu dikarenakan kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan iman anaknya. Tidak hanya itu, setiap lingkungan harusnya mendukung kegiatan tersebut dengan cara memberi masukan, perhatian, dan dorongan agar yang remaja mau mendampingi adik-adiknya. Dalam kenyataan yang saya alami, sama sekali kurang adanya perhatian dari lingkungan dan pengurus lingkungan sehingga anak yang tidak dilatih sejak dini iman dan mentalnya susah dikembangkan karena anak tidak mempunyai kepercayaan diri.

Sebagai pendamping PIA tidak harus orang yang pintar dalam segala hal, tetapi niat dan kerelaan dalam diri sudah cukup untuk menjadi pendamping. Dengan demikian kegiatan PIA akan berjalan baik dengan seiring berjalannya waktu, karena jika ada kemauan pasti ada jalan. Seperti membaca buku dan mendapat masukan dari orang yang berpengalaman, sedikit demi sedikit pasti ada kemajuan dalam kegiatan tersebut. Tidak sengaja pula kita juga akan mencoba berfikir kreatif. Tetapi kemauan itu tidak berkembang di Paroki kami dan kegiatan ini mulai fakum kembali.

B. Metodologi Penelitian

(62)

variabel penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan teknik analisis data.

1. Latar Belakang Penelitian

Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan tanggung jawab seluruh orangtua dalam keluarga karena orangtua yang memulai pendidikan dari awal untuk anaknya. Sehingga dapat dilanjutkan untuk memupuk iman anak di Gereja melalui pendamping. Pendamping PIA bertugas untuk mendampingi seluruh kegiatan PIA, peran pendamping dalam kegitaan PIA begitu besar, terutama dalam mendampingi iman anak yang sedang berkembang saat ini terutama di Paroki Nanggulan. Iman harus diajarkan sejak dini, supaya anak dapat mengembangkan imannya secara penuh. Pendamping PIA bertugas mendampingi anak untuk mengenal Kristus dan mengajarkan perbuatan yang mendasar bagaimana perbuatan baik dan buruk.

(63)

Pastor Paroki Nanggulan perlu membantu memberikan saran bagi orangtua agar anaknya dilibatkan dalam Pendampingan Iman Anak. Sebagai umat Kristiani kerjasama antara Pastor paroki dan orang tua perlu ditingkatkan agar dapat memberikan perhatian secara khusus pada anak-anak yang adalah masa depan Gereja. Maka dengan demikian anak-anak akan mendapatkan pendampingan serta arahan akan masa depan imannya yang nantinya akan menjadi bekal bagi kelangsungan hidupnya di kemudian hari. Ini adalah salah satu kendala juga agar pastor Paroki Nanggulan juga memperhatikan orangtua yang memiliki anak usia dini agar apa yang akan dicapai ke depan berhasil.

2. Rumusan Permasalahan

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apa saja persoalan yang dihadapi pendamping dalam Pendampingan Iman Anak?

b. Bentuk kreativitas macam apa yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pendamping?

c. Harapan apa yang diinginkan para pendamping guna mengembangkan kreativitas dalam Pendampingan Iman Anak demi perkembangan iman anak?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

(64)

b. Menemukan bentuk-bentuk kreativitas yang diperlukan untuk mendampingi iman anak.

c. Mengetahui harapan para pendamping dalam rangka peningkatan/ pengembangan kreativitas dalam Pendampingan Iman Anak.

4. Manfaat Penelitian

a. Menentukan peta dinamika pelaksanaan PIA baik untuk paroki dan orangtua beserta permasalahannya.

b. Membantu pendamping meningkatkan efektifitas pendamping. c. Menjaga kontinyuitas Pendampingan Iman Anak.

5. Jenis Penelitian

(65)

berproses bersama responden di mana penelitian diadakan dan menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.

6. Variabel Penelitian

Aspek-aspek yang akan diteliti yakni berhubungan dengan kreativitas Pendamping Iman Anak dan keterlibatan anak dalam mengikuti Pendampingan Iman Anak di Paroki Santa Maria Tak Bercela Nanggulan.

Tabel

Variabel Penelitian

No Variabel Indikator

(1) (2) (3)

1 Kreativitas pendamping dalam Pendampingan Iman Anak.

a. Memahami iman anak secara umum. b. Pentingnya Pendampingan Iman

Anak.

c. Manfaat Pendampingan Iman Anak yang kreatif.

d. Mengenal ciri-ciri pendamping dalam Pendampingan Iman Anak. e. Kreativitas pendamping dan

pendalaman iman anak.

f. Keterbatasan pendamping dalam proses Pendampingan Iman Anak. g. Harapan akan proses Pendampingan

Iman Anak. 2 Keterlibatan anak dalam

mengikuti Pendampingan Iman Anak.

a. Keterlibatan dalam pengembang iman.

b. Paguyuban anak yang ada.

(66)

7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data. Pada penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan wawancara terstruktur yang berupa rancangan pertanyaan. Sebelum melakukan wawancara penulis sudah melakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data secara sistematik terhadap gejala yang tampak dari objek penelitian. Penulis melakukan pengamatan langsung dalam arti bahwa observer berada bersama objek yang diselidiki terjadi atau berlangsungnya peristiwa (Nawawi, 1985: 100).

Dalam wawancara, pertanyaan-pertanyaan interaktif yang disusun hanya sebagai acuan untuk mencapai tujuan penelitian sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut. Subjek penelitian dalam wawancara ini adalah para pendamping dan orangtua anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Hasil wawancara akan direkam dengan menggunakan alat bantu Handpone (Hp), supaya penulis dapat berkonsentrasi pada proses wawancara.

(67)

8. Responden Penelitian

Jumlah keseluruhan pendamping PIA dan orangtua ± adalah 100 orang. Penulis mengambil responden 5 pendamping dan 10 orangtua anak dari jumlah pendamping dan orangtua yang ada secara keseluruhan di paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan. Jadi jumlah sampel dari penelitian ini ada 15 responden. Pengambilan sampelnya dilakukan dengan sampel bertujuan atau purposive sample.

Tujuan saya mengambil 5 pendamping yang aktif adalah untuk membantu saya dalam penelitian supaya lebih akurat di lapangan. Sedangkan 10 orangtua yang saya ambil adalah orangtua yang mempunyai anak seumuran SD dan TK yang tidak terlalu aktif dalam pendampingan iman. Sehingga penulis mengerti penyebab atau masalah yang dihadapi anak ataupun pendamping di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

Purposive sample atau sample bertujuan adalah tehnik pengumpulan

sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014: 68). Purposive sample didasarkan atas informasi yang mendahului tentang keadaan populasi dan informasinya tidak diragukan lagi (Sutrisno Hadi, 2014: 191).

9. Tempat dan Waktu Penelitian

(68)

10. Teknik Analisis Data

Moleong (2011: 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber yakni wawancara. Setelah mendapat data, penulis mengadakan redaksi data dengan melakukan abstraksi. Abstrak merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Selanjutnya penulisan mengkategorisasikan serta melakukan koding. Sebagai tahap terakhir, penulisan melakukan pemeriksaan data kembali setelah itu menafsirkan data dan memaknai dalam bentuk teori yang sesungguhnya berdasarkan hasil penelitian (Moleong, 2011:247).

C. Laporan Hasil Penelitian Kreativitas Pendamping dalam Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan

Pada bagian ini akan dilaporkan hasil penelitian wawancara dan pembahasan yang akan disajikan secara berurutan bertitik tolak pada variabel penelitian yang diungkap seperti tercantum pada tabel di atas.

Jumlah responden yang penulis wawancarai berjumlah 15 orang. Diantaranya, responden orangtua (RO)10 orang (60%) yang mempunyai anak TK-SD. Responden pendamping (RP) 5 orang (40%) yang ada di Paroki.

(69)

berkunjung ke rumah-rumah responden secara bergilir. Durasi wawancara ± 15 menit–25 menit.

Pada bagian ini akan disampaikan laporan hasil penelitian kreativitas pendamping bagi keterlibatan anak dalam mengikuti Pendampingan Iman Anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan menurut pertanyaan wawancara terstruktur berdasarkan variabel-variabel penelitian yang diungkap.

1. Kreativitas Pendamping dalam Pelaksanaan PIA

Variabel ini mencakup beberapa pertanyaan yang berfungsi untuk mendapatkan gambaran bagaimana iman anak di Paroki St. Maria Tak Bercela Nanggulan.

a. Kreativitas Pendamping PIA

[image:69.595.86.514.238.624.2]
(70)

menjadi senang dan semangat dalam mengikuti kegiatan PIA. Di rumah, anak juga dapat bercerita dengan orangtuanya selama kegiatan.”

Tetapi dari sisi yang diungkapkan oleh pendamping RP12 “bahwa sebetulnya saya selaku pendamping sudah mempunyai bekal dalam kreativitas. Tetapi, karena kurang dukungan atau kesadaran dari pendamping lain maka, pendamping mengalami kesulitan dalam proses pendampingini.”

b. Pentingnya Kreativitas dalam Pendamping PIA

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat manfaat kreativitas bagi pendamping, (RO1 yang dikuatkan oleh RO2, RO3, RO4, RO5, RO6, RO7, RO9, RO10, RP11, RP12, RP13, RP14 dan RP15) semua menjawab ada manfaatnya. Banyak alasan yang diungkapkan sehingga dapat menjadi masukan kepada pendamping paroki.

Kreativitas sangat penting, seperti yang diungkapkan oleh RO3 “penting untuk anak, supaya semakin aktif dalam hidup menggereja, dalam kegiatan menjadi gembira.”

Anak dapat belajar dan bermain bersama teman sebayanya yang seiman (saling berkomunikasi). Anak juga dapat terhindar dari kejenuhan pada saat pertemuan/ kegiatan.

c. Kepentingan Pendamping PIA di Paroki

(71)

RO6, RO10, RP11, RP12, RP13). Banyak orangtua yang setuju di Paroki, karena mereka sudah mempercayakan anaknya kepada pendamping paroki. Tujuan utama orangtua adalah supaya anaknya dapat rajin ke Gereja bertemu dengan teman yang seiman dari berbagai wilayah dan imannya semakin bertumbuh sesuai dengan perkembangan anak.

Seperti yang diungkapkan oleh RO5 “sangat penting sekali, karena sebagai orangtua pasti mendukung perkembangan anaknya sampai remaja. Anak juga lebih mendalami imannya sejak dini dengan agama yang dianut. Karena di sekitar desa tempat tinggal mayoritas beragama muslim. Sehingga dengan adanya PIA, membantu orangtua dalam menguatkan imannya, dan anak tidak minder bila berada di luar lingkungan Gereja.”

d. Ciri-ciri Pendamping PIA yang Sudah Dilaksanakan di Paroki

(72)

e. Pelaksanaan Pendamping dalam Segi Waktu

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar orangtua dan pendamping menjawab belum maksimal RO2, didukung oleh RO4, RO5, RO7, RP12, RP14, RP13. Karena Pendampingan Iman Anak pada zaman sekarang ini sedang mengalami kemacetan dengan berbagai alasan sehingga waktu yang dipergunakan belum maksimal, dan kurangnya pendamping yang mau ikut terlibat aktif dalam mendampingi, khususnya yang muda.

Menurut RO2 “waktu yang dipergunakan belum maksimal, karena pengadaan PIA bersamaan dengan perayaan Ekaristi di Gereja. Sehingga, orangtua menjadi tidak nyaman untuk mengikuti perayaan Ekaristi dan cemas terhadap anak-anak mereka. Sebetulnya semua dapat dikendalikan jika orangtua sedang mengikuti perayaan Ekaristi. Dengan mendampingi untuk mengikuti tata cara perayaan Ekaristi di dalam Gereja. Tetapi tergantung dari orangtua, bisa atau tidak dalam mengajarkan anak dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Alasannya supaya anak dapat terlibat dalam perayaan Ekaristi. Dari berbagai pendapat yang penulis terima, hal ini dapat menjadi masukan bagi pendamping di Paroki. Karena tanpa adanya pendapat dari umat, kegiatan ini pasti tidak akan berjalan dan tidak akan tahu apa yang harus diperbaiki.”

f. Peranan Iman secara Umum bagi Anak Usia Dini

(73)

Gambar

gambar santo-santa, permainan, meruncing seperti membuat kerajinan tangan,

Referensi

Dokumen terkait