• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran pendamping PIA dalam membantu anak terlibat dalam perayaan ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran pendamping PIA dalam membantu anak terlibat dalam perayaan ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU ANAK TERLIBAT DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI ST. ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Florenciana Peni Bungan NIM : 121124050. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Karya ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menopang segala doa dan harapanku Keluarga yang selalu mendukung lewat jasmani dan rohani Tim Pendamping PIA dan Sekretariat Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta yang bersedia memberikan informasi untuk menunjang kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini Almamaterku Universitas Sanata Dharma dan para dosen yang telah memberikan ilmu dan cinta Sahabat-sahabat terdekat yang selalu memberikan dukungan, semangat, hiburan, dan nasehat-nasehat sampai saat ini.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana” (Amsal 19:21). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Judul skripsi PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU ANAK TERLIBAT DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI ST. ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA dipilih karena ketertarikan penulis pada peran pendamping PIA yang ada di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta terutama pada program Perayaan Ekaristi yang setiap bulannya diadakan oleh pendamping untuk anak-anak. Pada kenyataannya, setiap orang yang telah dibaptis secara Katolik berhak mengambil peran dalam Perayaan Ekaristi, tidak menutup kemungkinan pada anak-anak. Penanaman pemahaman sederhana harus dimulai sejak dini sehingga anak-anak dapat terbantu dalam pertumbuhan iman Katolik mereka. Salah satu bentuk penanaman sederhana tersebut adalah melibatkan anak dalam Perayaan Ekaristi. Hal ini tidak lepas dari peran seorang pendamping PIA. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana seharusnya peran pendamping dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi, apa yang menjadi penghambat dan pendukung para pendamping dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi, serta apa harapan pendamping ke depannya agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi. Untuk mengkaji masalah ini, diperlukan data dari para pendamping. Oleh karena itu, penulis melakukan observasi dan wawancara langsung kepada para pendamping. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, penulis mengkaitkannya dengan teori dari beberapa referensi buku. Hasil akhir menunjukkan bahwa sebagian besar peran pendamping telah dilaksanakan, meskipun ada satu peran yang sampai saat ini belum terlaksana karena faktor usia anak. Maka, sesuai dengan judul skripsi yang telah penulis tentukan dan untuk menunjang peran pendamping dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi, penulis menyusun program berupa pelatihan untuk para pendamping PIA di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta. Pelatihan ini berisi pemantapan spiritualitas para pendamping, pemahaman mengenai keterlibatan anak dalam Perayaan Ekaristi, penggunaan bahasa anak dalam Perayaan Ekaristi, dan penyegaran program pendamping PIA. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat membantu para pendamping dalam membantu anak terlibat pada saat Perayaan Ekaristi.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. The title of this undergraduate thesis is THE ROLE OF TEACHER OF CHILDREN CATECHESIS (PIA) IN HELPING THE CHILDREN TO INVOLVE TO EUCHARIST IN ST. ANTONIUS PADUA PARISH KOTABARU YOGYAKARTA has been chosen because of the writer’s interest to the role of the teachers of children catechesis (PIA) in St. Antonius Padua Parish Kotabaru Yogyakarta especially in the Eucharist program that is held every month by the teachers for the children. In fact, every person that has been baptized in Catholic has the right to take role in the Eucharist, including the children. The simple understanding catechesis must be started earlier so the children can be helped in developing their Catholic faith. One of the form of the simple catechesis is involving the children to the Eucharist. This is not separated from the role of a children catechesis (PIA) associate. The main problem in this undergraduate thesis is how should the role of the teachers in helping the children to involve to Eucharist, what the obstacles and supporters of the teachers in helping the children to involve to the Eucharist are, and also what the expectations of the associates in the future are, so the children would more involve to the Eucharist. For reviewing this problem, the data of the teachers are needed. Because of that, the writer did an observation and interview directly to the teachers. From the results of the interview, the writer connected it with the theory of some book references. The final result showed that the most teacher’s roles have been done, eventhough there still one role has not done because of the children’s age factor. Then, based on the tittle of the undergraduate thesis that has been chosen by the writer, and to support the role of the teachers in helping the children be involved to the Eucharist, the writer arranged a program of training for the children catechesis (PIA) teachers in St. Antonius Padua Parish Kotabaru Yogyakarta. This training included spirituality consolidation of the teachers, understanding of the children involvement in the Eucharist, the usage of the children language in the Eucharist, and the refreshment of the children catechesis (PIA) teachers program. With the existance of this program, it is expected that it could help the teachers in helping the children to involve to the Eucharist.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah Bapa karena berkat kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU ANAK TERLIBAT DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI ST. ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini bisa berhasil ditulis karena dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis dengan kesungguhan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ selaku dosen pembimbing utama dan juga sekaligus selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan, kritikan, serta mencurahkan pikiran pada penulisan skripsi ini.. 2.. Y. H. Bintang Nusantara SFK., M. Hum selaku dosen pembimbing kedua yang dengan sepenuh hati membimbing, mengarahkan penulisan skripsi ini, serta turut menuangkan gagasan-gagasan yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.. 3.. P. Banyu Dewa HS, S. Ag. M. Si selaku dosen penguji yang dengan penuh keramahan menyapa dan mendukung penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.. 5.. Staf perpustakaan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah melayani penulis dalam meminjamkan buku referensi yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. 6.. Koordinator PIA Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogytakarta yang dengan rendah hati menerima dan memberi izin penulis untuk melakukan penelitian pada kategorial PIA.. 7.. Para pendamping PIA Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta yang meluangkan waktu dan kesempatan serta perhatian dan dukungan kepada. penulis. selama. menjalani. proses. penelitian. sampai. pada. penyelesaian skripsi ini. 8.. Sekertariat Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta yang bersedia memberikan informasi tertulis mengenai Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta.. 9.. Sahabat dan kenalan yang turut mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. 10.. Teman-teman angkatan 2012 yang telah berproses bersama penulis selama proses perkuliahan hingga saat ini.. 11.. Teman-temanku: Goan, Eli, Ayu, Catharina, Via, Keke, Santa, Kristina P, Andre, Sesil, Beni, Klaudius, Sr. Seles, dan Bro Al yang dengan setia mendukung, mengingatkan, memberi semangat, menemani dan membantu xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5 D. Metode Penelitian ................................................................................ 6 E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 7 BAB II. PIA DAN PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU ANAK TERLIBAT DALAM PERAYAAN EKARISTI ............................... 8 A. Dasar-dasar, Pengertian, dan Tujuan PIA ........................................... 8 1.. Dasar-dasar PIA ........................................................................... 8. 2.. Pengertian PIA ............................................................................. 13. 3.. Tujuan PIA ................................................................................... 14. B. Kegiatan PIA dan Ciri-ciri PIA ........................................................... 16 1.. PIA yang Menarik ........................................................................ 16. 2.. Ciri-Ciri PIA ................................................................................. 20. C. Sosok Pendamping PIA ...................................................................... 22 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.. Pendamping PIA adalah Penjalin Hubungan antar Pribadi .......... 22. 2.. Pendamping PIA Penuh Pengabdian dan Selalu Belajar ............. 23. 3.. Pendamping PIA Sabar namun Tegas .......................................... 23. 4.. Pendamping PIA Penuh Fantasi dan Kreatif ................................ 24. D. Pokok-Pokok Pemahaman Ekaristi bagi Anak ................................... 26 1.. Pengertian Perayaan Ekaristi ........................................................ 26. 2.. Makna Perayaan Ekaristi .............................................................. 28. 3.. Sikap-Sikap dalam Mengikuti Perayaan Ekaristi ......................... 30. 4.. Simbol serta Peralatan dan Perlengkapan dalam Perayaan Ekaristi ......................................................................................... 41. 5.. Petugas Perayaan Ekaristi ............................................................ 46. 6.. Warna Liturgi dan Masa Liturgi ................................................... 48. 7.. Pakaian Liturgi ............................................................................. 50. 8.. Peralatan atau Perlengkapan Lain yang Ada di dalam Gedung Gereja atau Kapel ......................................................................... 52. 9.. Peran Serta atau Keterlibatan Anak-Anak dalam Perayaan Ekaristi ......................................................................................... 54. E. Peran Pendamping PIA dalam Mengupayakan Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi ................................................................................. 56 1.. Pendamping Memberikan Pemahaman Sederhana Tentang Ekaristi ......................................................................................... 57. 2.. Pendamping Membantu Anak Memahami Sikap-Sikap selama Perayaan Ekaristi Berlangsung ..................................................... 58. 3.. Pendamping Membantu Anak untuk Ikut Berpartisipasi selama Perayaan Ekaristi Berlangsung ..................................................... 59. 4.. Pendamping Mengupayakan Terselenggaranya Perayaan Ekaristi bagi Anak ........................................................................ 59. 5.. Pendamping Bekerjasama dengan Orang Tua dan Pihak Gereja ........................................................................................... 60. BAB III. GAMBARAN UMUM PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU ANAK TERLIBAT DALAM PERAYAAN EKARISTI DI PAROKI ST. ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA ..... 62 A. Gambaran Umum Pendampingan PIA di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta .......................................................................... 62 1.. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Padua Kotabaru xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Yogyakarta ................................................................................... 62 2.. Gambaran Umum Kegiatan PIA di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta ................................................................... 80. B. Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta .......................................................................................... 82 1.. Rumusan Masalah ........................................................................ 82. 2.. Tujuan Penelitian .......................................................................... 83. 3.. Jenis Penelitian ............................................................................. 83. 4.. Variabel Penelitian ....................................................................... 84. 5.. Responden dan Sampel Penelitian ............................................... 85. 6.. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................. 85. 7.. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 87. 8.. Kisi-Kisi ....................................................................................... 87. 9.. Pedoman Wawancara ................................................................... 88. C. Hasil Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta .......................................................................... 89 1.. Hasil Penelitian melalui Observasi .............................................. 89. 2.. Hasil Penelitian melalui Wawancara ............................................ 93. D. Pembahasan Hasil Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta .......................................... 100 1.. Identitas Pendamping ................................................................... 100. 2.. Motivasi Menjadi Pendamping PIA ............................................. 101. 3.. Peran Pendamping ........................................................................ 104. 4.. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendamping dalam Menjalankan Peran ....................................................................... 112. 5.. Harapan Pendamping .................................................................. 115. E. Kesimpulan Hasil Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta .......................................... 117 BAB IV. USULAN PROGRAM .................................................................... 122 A. Latar Belakang Penyusunan Program ................................................. 122 xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Tujuan Program ................................................................................... 123 C. Sekilas Pengertian Pelatihan ............................................................... 123 D. Usulan Kegiatan Pelatihan .................................................................. 124 1.. Tema Umum ................................................................................. 124. 2.. Tujuan Pelatihan ........................................................................... 124. 3.. Peserta .......................................................................................... 124. 4.. Tempat dan Waktu ....................................................................... 125. 5.. Bentuk Pelatihan .......................................................................... 125. 6.. Sumber Bahan .............................................................................. 125. 7.. Metode Pelatihan .......................................................................... 125. 8.. Sarana ........................................................................................... 125. 9.. Susunan Acara Pelatihan .............................................................. 126. 10. Rincian Usulan Program .............................................................. 128 BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 140 A. Kesimpulan ......................................................................................... 140 B. Saran .................................................................................................... 142 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 144 LAMPIRAN .................................................................................................... 145 LAMPIRAN 1 .......................................................................................... [1] LAMPIRAN 2 .......................................................................................... [2] LAMPIRAN 3 .......................................................................................... [10] LAMPIRAN 4 .......................................................................................... [11]. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT. : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. FC. : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, 22 November 1981. GS. : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam Dunia Modern, 7 Desember 1965. KGK. : Katekismus Gereja Katolik, Konstitusi Apostolik “Fidei Depositum” (Harta Pusaka Iman), 11 Oktober 1992. B. Singkatan Lain EKA. : Ekaristi Anak. KAS. : Keuskupan Agung Semarang. OMK. : Orang Muda Katolik. P1. : Pendamping 1. P2. : Pendamping 2. P3. : Pendamping 3. PAUD. : Pendidikan Anak Usia Dini. PIA. : Pendampingan Iman Anak. SD. : Sekolah Dasar. SJ. : Serikat Jesuit. TK. : Taman Kanak-kanak. WIB. : Waktu Indonesia Barat. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sakramen-sakramen mendatangkan rahmat oleh karena perbuatan menerima dan menerimakannya. Itulah arti aksioma teologis Latin, ex opere operato. Meskipun demikian, hasil sakramen-sakramen juga tergantung dari kondisi orang yang menerimanya (KGK 1128). Tanpa pembinaan alkitabiah yang memadai, orang dapat memandang sakramen-sakramen sebagai upacaraupacara Gereja belaka yang bagaimanapun juga mendatangkan rahmat – suatu pengertian yang menjadi landasan banyak orang meninggalkan Gereja serta memandang ajaran Gereja tentang sakramen-sakramen sebagai suatu ritualisme primitif atau malah perbuatan sihir. Ekaristi merupakan satu-satunya sakramen utama di mana Ekaristi sendiri adalah sumber dan puncak hidup serta perutusan Gereja atau dengan kata lain Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Sejak awal mula, Gereja tekun merayakan dan menghayati Ekaristi. Tidak hanya itu, dari waktu ke waktu Gereja semakin merenungkan, merefleksikan serta terus menggali makna dari Ekaristi itu sendiri. Setiap orang yang dibaptis secara Katolik hendaklah juga mengambil peran dalam perayaan Ekarisi. Tidak terkecuali dengan anak-anak. Justru penanaman pemahaman tentang Ekaristi harus dimulai dari anak-anak. Karena.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. denganpemahaman dini tersebut, anak-anak dapat terbantu dalam pertumbuhan iman Katolik mereka. Berbicara tentang usia dini, yaitu anak-anak zaman sekarang di mana mereka mengalami perubahan yang mempengaruhi kehidupan mereka baik secara langsung maupun tidak langsung. Anak-anak juga dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka seperti cara hidup, hubungan dengan orang lain, menghadapi permasalahan, hubungan dengan Tuhan, dan lain-lain. Semuanya membawa dampak dan pengaruh yang berbeda-beda terutama menyangkut iman mereka. Iman berakar dalam ajaran yang kokoh. Orang tidak bisa percaya tanpa mengetahui apa yang dipercayai. Maka anak-anak harus tahu ajaran Kristiani, agar sampai pada iman yang benar. Pengetahuan agama terutama mengenai perayaan Ekaristi menjadi kerangka bagi tumbuhnya iman. Hanya iman yang mempunyai obyek dapat dikomunikasikan dan dibela. Oleh sebab itu studi sistematik yang mendalam tentang ajaran agama sangat perlu untuk menghadapi. ancaman. yang. menghadang. anak-anak:. sentimentalisme,. aktivisme, dan formalisme. Selama ini, Paroki St. Antonius PaduaKotabaru Yogyakarta telah menerapkan pemahaman mengenai Ekaristi terhadap anak-anak. Hal ini dibuktikan dengan adanya perayaan Ekaristi khusus bagi anak-anak atau yang biasa disebut EKA (Ekaristi Anak) yang diadakan satu kali dalam sebulan. Petugasnya sendiri beragam dari setiap sekolah atau kelompok anak yang ada.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. di Yogyakarta. Hal ini juga dilakukan untuk menunjang pertumbuhan iman anak. Selain EKA, Paroki St. Antonius PaduaKotabaru Yogyakarta juga menyelenggarakan suatu kegiatan yang berhubungan langsung dengan iman anak itu sendiri, yaitu PIA (Pendampingan Iman Anak). Kegiatan ini juga menekankan pemahaman anak mengenai Ekaristi agar semakin mengimani Yesus Kristus lewat setiap perayaan Ekaristi. Tidak hanya itu, kegiatan PIA di Paroki St. Antonius PaduaKotabaru juga melaksanakan berbagai kegiatan agar iman anak semakin tumbuh dan berkembang seperti sekolah minggu setiap minggunya, kecuali minggu pertama. Dalam kegiatan tersebut, anak dibantu mengembangkan iman mereka melalui bacaan-bacaan yang dikemas unik sehingga dapat dengan mudah dimengerti anak, contohnya drama. Tetapi tidak semua anak di paroki ini yang bergabung, dan jelas pertumbuhan iman anak di paroki ini tidak dapat dilihat secara merata terutama dalam perwujudannya di lingkungan Gereja maupun masyarakat. Pada usia ini, anak-anak juga tentunya telah mengikuti berbagai persiapan untuk menerima Sakramen Inisiasi, khususnya Sakramen Ekaristi. Dalam hal ini, anak-anak diharapkan telah memahami pokok-pokok iman secara sederhana. Diharapkan pada usia ini, mulai timbul dalam diri mereka suatu kebanggaan sebagai anak-anak Katolik. Hal ini dapat dimulai dengan melibatkan diri dalam kegiatan menggereja di tingkat paroki, lingkungan, sekolah, maupun masyarakat secara luas..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Dikatakan juga dalam salah satu nomor dokumen tentang Ekaristi, EucharisticumMysterium, yang dikeluarkan pada tanggal 26 Mei 1967 no. 13 tentang dampak perayaan Ekaristi pada kehidupan sehari-hari umat beriman dikatakan sebagai berikut: “Apa yang diterima umat dengan iman dan secara sakramental dalam perayaan Ekaristi, harus memberikan dampak nyata dalam tingkah laku mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka berusaha seluruh hidup mereka dengan gembira dan penuh rasa syukur ditopang oleh santapan surgawi, sambil turut serta dalam wafat dan kebangkitan Tuhan. Dengan demikian, setiap orang yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, haruslah penuh gairah ingin berbuat baik, menyenangkan Allah dan hidup pantas sambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apa yang diajarkan kepadanya, dan bertumbuh dalam kesalehan. Ia pun akan siap menjadi saksi Kristus dalam segala hal, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup manusia, agar dunia diresapi dengan semangat Kristus. Sebab tidak ada satu umat Kristiani pun dapat dibangun, kecuali kalau berakar dan berporos pada perayaan EkaristiMahakudus” (Suharyo, 2011: 11-12). Dari pengamatan inilah, penulis mengangkat judul penelitian “PERAN EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK KATEGORI PIA DI PAROKI ST. ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA” yang diwujudnyatakan dalam kehidupan menggereja dan masyarakat luas, khususnya anak-anak dari kelompok PIA sendiri. Dari penelitian yang akan dilakukan, penulis mengharapkan hasil yang maksimal yang nantinya juga berguna bagi Paroki St. Antonius PaduaKotabaru Yogyakarta khususnya bagi kelompok PIA..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan peran pendamping PIA dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta? 2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi pendamping PIA dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta 3. Apa harapan pendamping PIA agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru?. C. Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapat gambaran apakah pendamping PIA di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta berperan dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi dan sejauh mana peran tersebut dilaksanakan. 2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi pendamping PIA dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta. 3. Mendapat gambaran harapan pendamping PIA agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. D. Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2013:15). Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut (Sugiyono, 2013:14). Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi isntrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna (Sugiyono, 2013:15)..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari: BAB I.. Penulis menguraikan secara singkat gambaran umum penulisan Skripsi ini yang memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.. BAB II.. Penulis akan menguraikan tentang Dasar-dasar, Pengertian, dan Tujuan PIA; Kegiatan PIA dan Ciri-ciri PIA; Sosok Pendamping PIA; Pokok-pokok Pemahaman Ekaristi bagi Anak; serta Peran Pendamping PIA dalam Mengupayakan Anak Terlibat Dalam Perayaan Ekaristi. BAB III.. Penulis akan menguraikan tentang Gambaran Umum Pendampig PIA di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru, Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian, dan yang terakhir adalah Kesimpulan Hasil Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak Terlibat dalam Perayaan Ekaristi.. BAB IV.. Penulis akan merancang satu usulan program yang akan dilaksanakan sebagai sarana untuk menunjang peran pendamping dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi.. BAB V.. Penulis akan memberikan kesimpulan secara keseluruhan dan saran..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II PIA DAN PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU ANAK TERLIBAT DALAM PERAYAAN EKARISTI. A. Dasar-Dasar, Pengertian, Dan Tujuan PIA 1. Dasar-dasar PIA Sebagai orang Kristiani, kita telah dilahirkan kembali dari air dan roh maka kita sudah sepantasnya mendapatkan pendidikan Kristiani, di mana pendidikan tersebut bertujuan mematangkan pribadi manusia menjadi manusia yang sempurna sesuai dengan kepenuhan Kristus. Dalam hal ini, Konsili Vatikan II juga mengingatkan agar semua orang beriman menikmati pendidikan Kristiani, terutama yang muda yang merupakan harapan Gereja. Para orang tua seharusnya menyadari tugas mereka dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua perlu menciptakan suasana keluarga yang penuh cinta kasih kepada Allah dan sesama di mana setiap anggota keluarga menyembah dan mencintai Allah sesuai dengan iman yang diterima pada saat pembaptisan (Goretti, 1999:17). Konsili Vatikan II, khususnya dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani, menjelaskan bahwa para orang tua mengemban tugas mulia untuk mendidik anak-anak mereka, termasuk pendidikan iman. Dalam deklarasi tersebut juga sekaligus menegaskan bahwa tugas mendidik juga ada pada Gereja, karena Gereja wajib menuturkan jalan keselamatan kepada semua orang, makin memperkenalkan Kristus pada orang beriman. Oleh karena itu,.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. dalam hal ini para orang tua seharusnya bekerja sama dengan masyarakat dan umat beriman dalam mendidik anak-anak. Pengakuan dan penghargaan yang sekaligus bukti bahwa Gereja juga ikut ambil bagian dalam pendidikan anak tampak secara nyata dalam kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA). Istilah PIA bukan satu-satunya istilah, karena banyak paroki dan keuskupan yang memakai istilah lain seperti BIAK (Bina Iman Anak Katolik) dan Sekolah Minggu (Prasetya, 2008:7). Kehadiran anak di tengah keluarga merupakan karunia perkawinan yang paling luhur dan berarti bagi kesejahteraan suami istri dalam hidup berkeluarga. Pada dasarnya, perkawinan dan bentuk cinta kasih dari suami istri dibuktikan dengan adanya keturunan serta perhatian berupa pendidikan kepada keturunannya tersebut (GS 50). Anak juga merupakan mahkota terindah bagi sebuah keluarga. Menurut rencana Allah, pernikahan mendasari rukun hidup keluarga yang lebih luas sebab pernikahan itu sendiri dan cinta kasih suami istri tertuju kepada adanya keturunan dan pendidikan anak yang merupakan mahkota mereka (FC 14). Kelahiran anak-anak merupakan dambaan setiap pasangan suami istri dan sudah sepantasnya untuk disyukuri. Bersamaan dengan rasa syukur tersebut, orang tua diajak untuk menyadari hak dan kewajiban sebagai orang tua dalam mengupayakan pendidikan yang utuh, menyeluruh, dan penuh tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Orang tualah pendidik pertama dan utama. Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki, sebab berkesinambungan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain orang tua,.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. orang lain juga mempunyai peran asali dan utama dalam mendidik anak, namun tidak dapat diambil alih sepenuhnya oleh orang lain tersebut (FC 36). Pembahasan lebih mengenai pendidikan iman anak terjadi dalam kegiatan PIA. Pendidikan anak sejak dini sangat membantu keberadaan dan kehidupan anak-anak di masa depan, baik menyangkut kehidupan pribadi, sosial, beriman, maupun panggilan hidupnya. Dokumen Konsili Vatikan II dalam Gravissimum Educationis, pasal 3 menyatakan bahwa orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, sehingga terikat kewajiban yang amat berat untuk mendidik mereka. Maka orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik anak yang pertama dan utama. Orang tua berkewajiban menciptakan lingkup keluarga yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak. Melalui keluargalah akhirnya anak lambat-laun berintegrasi dalam masyarakat manusia dan umat Allah. Dalam dokumen Apostolicam Actuositatem, pasal 11 juga menegaskan bahwa suami istri harus bekerja sama dengan rahmat dan menjadi saksi iman bagi anak-anak mereka dan orang lain. Kerja sama itu dalam bentuk kata-kata maupun teladan untuk membina anak dalam hidup kristiani dan kerasulan. Di sini, orang tua tidak dapat menghindar dari kenyataan bahwa diri dan hidupnya tidak dapat dilepaskan dari pengamatan anak-anaknya sendiri karena masa kanak-kanak merupakan saat di mana anak menyerap seluruh pengalaman serta peristiwa yang terjadi di sekitarnya terutama dari diri dan hidup orang tuanya.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. sendiri. Dengan meniru pola tertentu, pola tersebut akan tertanam terus dalam hidup anak (Prasetya, 2008:19). Anak-anak. memerlukan. tempat. penyemaian. yang. khusus. dan. berkesinambungan, yaitu keluarga, untuk mengembangkan kepribadian dan iman serta kehidupan menggereja anak. Anak-anak harus disiapkan dengan pendidikan kepribadian dan iman yang baik serta memadai demi kehidupan anak tersebut di masa depan. PIA merupakan salah satu tempat untuk penyemaian tersebut. Kalau anak-anak berkembang kepribadian serta imannya, maka buah yang dapat dirasakan dan dipetik di kemudian hari adalah anak diharapkan menjadi pribadi yang matang serta beriman dewasa dan mendalam (Prasetya, 2008:21). Sebagai orang Katolik, pendidikan iman anak sangat penting dan mendesak untuk diperhatikan dan dilakukan baik itu oleh Gereja maupun orang tua. Melalui kegiatan PIA, orang tua sangat berharap bahwa anak mereka dibantu untuk mengembangkan kepribadian serta pemahaman mengenai ajaran Gereja, bahkan sampai tataran pengembangan iman. PIA hanyalah salah satu wadah untuk membina iman anak namun buka satu-satunya. Melalui kegiatan PIA, anak-anak diajak untuk mengembangkan kepribadian dan keimanannya secara bertahap dan bertanggung jawab (Prasetya, 2008:24). Kegiatan PIA sendiri harus didasari atas pemahaman dan kesadaran dari tiap orang tua untuk pengembangan iman anak mereka. Dengan kata lain, orang tua harus mendukung penuh kegiatan PIA. Bentuk dukungan yang paling konkret adalah menyertakan anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan PIA.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. serta jika anak-anak mereka sudah beranjak remaja bahkan dewasa diharapkan bisa terlibat menjadi pendamping PIA (Prasetya, 2008:25). Dalam buku Formatio Iman Berjenjang yang diterbitkan oleh Keuskupan Agung Semarang memaparkan bahwa pandangan anak mengenai agama pada usia ini masih bersifat terpisah-pisah, antropormofis (konkret) belum mampu memikirkan yang bersifat abstrak. Meskipun sudah mengikuti kepercayaan dari orang tua, anak cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara literal. Mereka dapat mempercayai pandangan tentang Tuhan dan tokoh-tokoh dalam. Kitab. Suci. seperti. yang. dibaca. atau. dikisahkan. orang. tua/guru/pendamping. Anak-anak masih cenderung percaya bahwa Allah itu adil dalam memberikan sesuatu yang pantas bagi manusia. Dalam usia ini, anak diharapkan mengikuti proses persiapan penerimaan Sakramen Inisiasi, khususnya Sakramen Ekaristi. Anak diharapkan sudah memahami pokok-pokok iman secara sederhana. Diharapkan pula dalam usia ini anak mulai bangga sebagai orang Katolik. Menumbuhkan iman secara alami pada usia dini secara terstruktur melalui pendampingan iman yang menyapa aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pendekatan yang digunakan adalah pengajaran sederhana seperti nyanyian, gerak dan lagu, cerita, dll. Untuk itu dibutuhkan pendamping PIA yang bisa mendampingi anak menurut silabus yang telah ditentukan. Pendamping bisa orang tua, guru, atau tim pendamping PIA. Perhatian orang tua juga turut menjadi faktor kunci sukses perkembangan iman anak..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. 2. Pengertian PIA Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae (CT 18) menegaskan bahwa katekese adalah “pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam imam, khususnya menyampaikan ajaran Kristen pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (Rukiyanto, 2012:59). Dengan demikian, katekese dapat diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam hidup sehari-hari. Pembinaan iman ini diberikan baik untuk anak-anak, kaum muda, maupun orang dewasa. Usaha pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi umat ini merupakan tanggung jawab Gereja yang penting (Rukiyanto, 2012:59). Anak-anak yang lahir dalam keluarga Katolik pada umumnya telah menerima sakramen baptis sejak bayi dan orang tua memegang peran utama dalam pendampingan dan perkembangan iman anak. Tidak hanya dalam lingkup keluarga, namun iman juga tumbuh dan mekar di dalam lingkup jemaat beriman, maka dari itu diadakanlah kegiatan pendampingan iman anak, untuk melengkapi pendampingan iman yang telah terjadi di lingkup keluarga dan tentunya bekerja sama dengan pihak orang tua. Kegiatan ini biasa diadakan pada hari Minggu dan biasa juga disebut dengan istilah “Sekolah Minggu”. Namun, kegiatan ini tidak perlu harus terjadi pada hari Minggu saja namun bisa dilaksanakan pada hari lain..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Istilah “sekolah” pada umumnya terkesan dengan pertemuan yang formal, sehingga terkadang muncul gagasan yang berhubungan dengan sekolah formal. Dengan istilah “sekolah” pun terkadang terkesan membosankan bagi anak, sehingga memberi dampak yang kurang menyenangkan bagi anak. Maka dari itu, muncullah istilah PIA (Pendampingan Iman Anak). Kegiatan ini pada awalnya adalah kegiatan yang sifatnya menampung anak-anak kecil selama orang tua mereka mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Jadi, dengan kata lain, PIA (Pendampingan Iman Anak) dapat diartikan sebuah kegiatan bagi anak-anak (di luar kewajiban orang tua untuk mengembangkan iman anak di dalam keluarga) usia dini untuk membantu mengembangkan iman mereka dengan berbagai macam kegiatan dalam kelompok PIA tersebut.. 3. Tujuan PIA Dalam Konsili Vatikan II, khususnya di dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani ditegaskan bahwa orang tua mengemban tugas mulia untuk mendidik putra dan putri mereka termasuk dalam hal iman, karena orang tua merupakan pendidik pertama dan utama pagi anak-anak mereka. Tentu dalam hal ini, orang tua juga dibantu oleh masyarakat dan Gereja. Masih dalam Deklarasi tentang Pendidikan Kristiani, artikel 3 menyatakan bahwa tugas mendidik juga ada pada Gereja, bukan saja karena Gereja dianggap oleh masyarakat sebagai instansi (kelompok) yang mampu mendidik, akan tetapi.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. terutama karena Gereja wajib menuturkan jalan keselamatan kepada semua orang, makin memperkenalkan Kristus kepada orang beriman. Dari uraian di atas, maka tujuan utama dari kelompok PIA itu sendiri adalah membantu orang tua Kristiani dalam usaha mendampingi anak-anak yang sedang berkembang menuju masa remaja, di dalam iman dan di dalam kepribadian mereka. Selain tujuan utama, kelompok PIA sebagai salah satu sarana pastoral Gereja juga mempunyai tujuan lain yang mendukung tujuan utama, yaitu menciptakan iklim yang baik bagi anak-anak yang sedang berkembang menuju ke masa remaja; memungkinkan mekarnya benih iman yang sedang tumbuh di dalam pribadi anak; meningkatkan dan memperdalam pemahaman agama Kristiani ke arah penghayatan iman yang nyata sesuai dengan perkembangan jiwa anak dengan mengacu pada sikap dan pribadi Yesus; menghidupkan penghayatan iman anak melalui komunikasi iman dengan orang lain, teman sebayam dan di dalam peristiwa-peristiwa yang dijumpai; meningkatkan dan memperdalam pemahaman anak tentang ibadat ke arah penghayatan yang menyentuh hati; membantu persiapan anak untuk menerima komuni pertama; memupuk sikap kerja sama, saling menolong, saling menghargai, dan sikap kritis menanggapi sesuatu; meningkatkan bakat atau keterampilan anak; menumbuhkan harga diri yang sehat dan wajar; menumbuhkan dan meningkatkan. sikap. kepedulian. terhadap. penderitaan. orang. lain;. menumbuhkan keterlibatan di dalam menciptakan suasana yang baik bagi semua orang; menumbuhkan sikap rukun dan gembira di dalam kehidupan;.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. serta menumbuhkan sikap senang membaca dan mempelajari Kitab Suci. Rumusan-rumusan tujuan tersebut sifatnya “terbuka’, artinya tidak mengikat dan dapat diperkembangkan.. B. Kegiatan Pia Dan Ciri-Ciri Pia 1. PIA yang Menarik Kegiatan PIA bukanlah kegiatan yang bersifat mengikat dengan tata tertib, melainkan kegiatan yang santai, bercirikan gembira dan partisipatif. Ketiga aspek (suasana, kegiatan, dan pendamping) tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut. Selain santai dan menyenangkan, pendampingan juga diharapkan bersifat mendalam dan utuh. Pendalaman dan keutuhan pengetahuan yang berkaitan dengan Yesus Kristus dan Kerajaan Allah hendaknya ditempatkan sebagai bagian integral dari seluruh proses pendampingan agar anak-anak mampu memahami isi pengetahuan secara benar. Buah yang diharapkan adalah anak mampu hidup menggereja dan memasyarakat sehingga anak tidak merasa asing dengan kehidupan Gereja dan masyarakatnya (Prasetya, 2008:36). PIA sebagai wadah mengembangkan kepribadian dan iman bagi anak dapat terjadi melalui pengenalan Kitab Suci, Liturgi Gereja, Ajaran Gereja, hidup menggereja, hidup bermasyarakat, dan sebagainya. Bahan yang akan dipikirkan dan yang mau disampaikan dalam kegiatan PIA hendaknya ditempatkan dalam kerangka berpikir demi menjaga kedalaman dan keutuhan.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. materi. Bahan ini dikemas sederhana dan disesuaikan dengan pola pikir anak sehingga mudah dipahami (Prasetya, 2008:37). Pengenalan Kitab Suci hendaknya sudah ditanamkan sejak dini pada diri anak dengan menyesuaikan perkembangan usia dan daya pikir anak. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memperkenalkan Kitab Suci kepada anak. Yang pertama, tahap perkembangan anak-anak baru memasuki tahap pengertian spontan, sehingga Kitab Suci dikenalkan melalui cerita. Kedua, pengenalan ini hendaknya disajikan secara sederhana, dengan menggunakan contoh visual dan diperagakan secara kreatif (Prasetya, 2008:38). Lewat liturgi, anak-anak diperkenalkan dengan perayaan-perayaan iman yang dilangsungkan dalam kebersamaan. Anak-anak diajak memahami imannya secara sederhana, misalnya mengenal susunan perayaan Ekaristi, benda-benda yang digunakan dalam Ekaristi, warna liturgi, tahun liturgi, harihari besar Katolik, dan petugas liturgi. Karena anak-anak cenderung suka dengan hal-hal yang konkret, maka pengenalannya dapat menggunakan contoh, gerak, sikap, alat peraga, dan sebagainya (Prasetya, 2008:38). Ajaran Gereja yang diajarkan bukan bersifat teologis semata, tetapi berupa pengertian sederhana yang dapat dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai keutamaan kristiani. Keutamaan kristiani ini dapat dilakukan dengan mengenalkan sikap dan semangat santo-santa yang dijadikan nama baptisnya (Prasetya, 2008:39). Dalam proses pendampingan, anak-anak diajak mulai membuka diri dan hati untuk menerima orang lain, khususnya yang ada di sekitar Gereja. Selain.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. itu, anak-anak diajak untuk menyadari dirinya sebagai anggota Gereja. Anakanak juga diperkenalkan dengan orang-orang yang termasuk anggota Gereja (Prasetya, 2008:40). Dalam hidup bermasyarakat, anak-anak mengenal masyarakat adalah teman-teman sebayanya. Anak-anak perlu didampingi untuk mengenal dan bergaul dengan teman-temannya yang berbeda dalam berbagai hal. Tidak hanya mengenal, tetapi anak juga diajak untuk menghargai perbedaan tersebut. Anak-anak didampingi untuk membangun sikap dan semangat keterbukaan (inklusif) terhadap keragaman yang ada (Prasetya, 2008:41). Dalam proses pendampingan, sarana merupakan segala hal yang dapat dipakai sebagai alat bantu untuk menunjang tujuan proses pendampingan. Ada berbagai macam sarana yang dapat digunakan, yaitu sarana gambar, sarana audio, sarana audio-visual, sarana gerak dan sarana tiruan benda-benda (Prasetya, 2008:44). Dalam melaksanakan kegiatan PIA, pendamping dapat memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang tepat dan sederhana tetapi menarik, menyenangkan, dan sungguh membantu anak untuk mengembangkan kepribadian dan iman anak. Melalui metode yang ada, anak-anak diharapkan merasa kerasan dan bahagia mengikuti kegiatan PIA. Dalam pemilihan metode, pendamping diharapkan mempertimbangkan beberapa unsur, di antaranya metode ekspresi, metode populer, metode dinamika kelompok, metode eksplorasi dan simulasi, serta metode naratif (Prasetya, 2008:46)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. Pengelolaan kegiatan PIA mempunyai fungsi yang sangat strategis bagi perkembangan anak-anak. Jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat tercipta suasana kegiatan yang kurang menarik, kurang mandala, dan bahkan tidak efektif. Beberapa hal yang harus dikelola dengan benar antara lain pengelolaan isi yang menyangkut bahan yang akan disampaikan dalam proses pendampingan, dan pengelolaan suasana yang menyangkut suasana yang mau dibangun selama proses pendampingan agar menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Pengelolaan isi dan suasana dalam kegiatan PIA sungguh akan menjadi maksimal dan optimal serta menghasilkan buah yang berkelimpahan kalau pendamping peka dengan situasi yang ada, jumlah anak yang datang, perbedaan usia atau jenjang pendidikan, dan sebagainya (Prasetya, 2008:48). Di samping pengelolaan isi dan suasana, pendamping perlu juga memperhatikan pengelolaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Yang. pertama. adalah. pengelolaan. awal. yang. menyangkut. tempat. pendampingan, key person yang harus dihubungi, metode dan sarana yang digunakan, serta catatan administrasi yang disiapkan. Yang kedua adalah pengelolaan tengah yang menyangkut pendamping, jadwal dan pembagian tugas yang jelas, serta upaya pendamping agar kegiatan ini berjalan terus dan berkesinambungan. Yang ketiga adalah pengelolaan lanjut yang menyangkut pelaksanaan. pendampingan. memonitor. pendampingan,. memonitor. pendampingan meliputi suasana hati, harapan, dan motivasi anak-anak di setiap pertemuan, perkembangan hidup pribadi dan iman anak, serta tanggapan orang tua terhadap kegiatan PIA (Prasetya, 2008:49)..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. 2. Ciri-ciri PIA Berbicara mengenai kegiatan PIA tidak terlepas dari suasana kelompok yang sekaligus menjadi ciri khas dari pertemuan PIA. Jika sungguh-sungguh menginginkan kelompok PIA sebagai wadah pertumbuhan dan penyadaran iman anak. berikut beberapa suasana yang dapat diciptakan oleh pendamping: a) Gembira Suasana gembira pada umumnya sangat melekat pada diri dan sifat anak-anak terutama saat berkumpul dengan teman sebaya mereka. Maka kelompok. PIA. harus. mengusahakan. terbentuknya. suasana. yang. menyenangkan, menggembirakan, dan menarik sehingga anak merasa betah dan menimbulkan rasa ingin selalu bertemu, berkumpul lagi dengan temantemannya. Ada berbagai kegiatan yang bisa menciptakan suasanya yang menggembirakan, misalnya bernyanyi, gerak dan lagu, bercerita, dll. Dengan begitu, warta gembira yang disampaikan juga dirasakan oleh anak sebagai sesuatu yang menggembirakan. b) Bebas Beriman berarti bebas. Dalam membantu anak menyadari imannya, maka harus didukung oleh suasana yang membebaskan. Anak-anak harus merasa bahwa kehadiran mereka bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan, melainkan karena keinginan mereka sendiri untuk hadir. c) Bermain Jika ingin mengadakan permainan, hendaknya ditinjau dari umur anak-anak yang mengikuti kegiatan, apalagi umur 4-10 tahun memang.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. merupakan masa aktifnya anak terutama dalam bermain dan itu tidak dapat dipisahkan dari hidup anak-anak. Dengan bermain, kreativitas seorang anak dapat berkembang, dari segi sosial meningkat, dan wawasan menjadi luas. d) Mendalam Setelah bermain, pendamping dapat mengajak anak-anak untuk melihat kembali perasaan-perasaan yang muncul selama bermain, alasan perasaan muncul dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain pendamping mengajak anak untuk merefleksikan permainan tersebut. e) Beriman Kehidupan Kristiani berarti kehidupan yang pola pribadinya berpusat pada Yesus Kristus. Dengan memperkenalkan pribadi Yesus, anak diajak untuk semakin membentuk hidupnya sesuai dengan kehendak Yesus atau dengan kata lain hidup anak diharapkan menjadi seperti kehidupan Yesus sendiri. f) Menjemaat Beriman sendiri dapat dilaksanakan pribadi maupun bersama-sama, dengan kata lain, beriman tumbuh di dalam hidup bersama dengan orang lain. Dengan kegiatan yang dilaksanakan dalam kelompok PIA, anak-anak diharapkan terlatih untuk hidup bersama. Anak diajak untuk mampu berkomunikasi, menjumpakan pengalamannya sendiri dengan pengalaman teman sebayanya. Pengalaman ini juga nantinya akan membawa anak aktif terlibat dalam Gereja..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. C. Sosok Pendamping PIA Dalam dekrit Kerasulan Awam dikatakan, “Gereja dilahirkan untuk menyebarkan Kerajaan Kristus di seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa. Dengan demikian semua manusia mengambil bagian dalam penebusan yang menyelamatkan dan lewat mereka seluruh dunia benar-benar diarahkan kepada Kristus”. Sesuai dengan dekrit di atas, maka ada beberapa hal. yang harus. diperhatikan jika menjadi pendamping atau pembina PIA sebagai penyebar Kerajaan Kristus terutama bagi anak-anak. Hal tersebut adalah sebagai berikut:. 1. Pendamping PIA adalah penjalin hubungan antar pribadi Beriman adalah menjalin hubungan dengan Allah dan semua orang. Maka, seorang pendamping PIA sudah sepantasnya mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan. Hubungan ini juga harus nampak dalam kehidupan sehari-hari pendamping. Dalam mendampingi anak-anak seorang pendamping harus menghargai pribadi tiap anak dan percaya pada anak. Dengan demikian hubungan hati akan timbul. Hubungan antar anak dengan pendamping maupun anak dengan anak lain akan berkembang. Selain itu, kegembiraan anak juga akan mempererat hubungan yang menyenangkan. Warta gembira bukan lagi sekedar kata-kata, namun menjadi nyata, menggembirakan, langsung dirasakan oleh anak-anak. Pendamping akan mencintai anak-anak sebagaimana Tuhan mencintai dirinya..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. 2. Pendamping PIA penuh pengabdian dan selalu belajar Semangat pengabdian seperti yang Yesus laksanakan harus juga dimiliki oleh seorang pendamping PIA. Pelayanan kepada siapa saja dan tanpa pamrih dengan sendirinya akan menimbulkan kegembiraan. Dalam kelompok PIA, sikap ‘pengabdian’ itu hendaknya dirasakan juga oleh anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa di mana anak senang meniru orang lain. Perilaku dari seorang pendamping merupakan cermin bagi anak-anak. Anak-anak percaya kepada pendamping, sehingga kepribadian pendamping sering menjadi pedoman bagi anak-anak. Untuk melaksanakan pengabdian, seorang pendamping perlu memahami anak-anak dampingannya. Pendamping harus terus belajar tentang apa yang ada dalam diri tiap anak dampingannya. Dengan demikian, ia dapat dengan mudah diterima dan disenangi oleh anak-anak.. 3. Pendamping PIA sabar namun tegas Mendampingi memang membutuhkan kesabaran, terutama mendampingi anak-anak. Sering kali seorang pendamping merasa putus asa saat menghadapi anak-anak. Dari sikap putus asa itu tidak jarang menimbulkan tindakan kurang sabar. Selain sikap sabar, seorang pendamping juga perlu memiliki sikap tegas yang muncul dari pribadi yang berwibawa dan bijak, karena bila pendamping ‘membiarkan’ anak-anak begitu saja, kegiatan akan menjadi tidak terarah. Anak-anak tidak akan takut pada pendamping yang bijak, bahkan mereka akan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. merasa tertolong, namun jika pendamping kurang tegas, maka anak menjadi tidak hormat kepada pendamping.. 4. Pendamping PIA penuh fantasi dan kreatif Anak-anak tidak hanya akan senang dengan pendamping tetapi juga senang mendatangi pertemuan karena setiap pertemuannya selalu ada hal-hal baru yang dipelajari. Maka, sebagai seorang pendamping harus kreatif dan penuh fantasi yang didukung oleh sikap ‘terbuka’ terhadap anak-anak. Dengan sikap yang terbuka tersebut, maka pendamping dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak-anak dan yang terutama pendamping dapat membantu anak mengembangkan iman mereka. Selain hal-hal tersebut, seorang pendamping PIA juga mempunyai beberapa tugas yang tidak kalah penting dalam segi komunikasi iman. Tugas pendamping PIA di sini ialah ikut serta dengan setiap orang beriman di dalam kegiatan komunikasi iman. Dalam hal ini, kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan kelompok PIA. Pendamping PIA diharapkan mau dan berani mengembangkan prinsip dalam mewartakan Kabar Gembira bagi anak-anak. Pewartaan akan berguna jika dalam diri hidup pendamping sendiri terdapat aneka keutamaan hidup yang dapat dicontohkan kepada anak-anak. Keutamaan hidup yang diharapkan tumbuh di dalam diri seorang pendamping PIA antara lain adalah pertama, pendamping PIA adalah orang beriman, terbuka akan kehadiran dan sapaan Allah serta mau menanggapi tanggapan Allah, baik bagi dirinya maupun anak-.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. anak dampingannya. Kedua, pendamping PIA mempunyai intimitas dengan yang Ilahi, mampu mengenal pribadi Allah dan Yesus Kristus secara personal. Ketiga, pendamping PIA terbuka pada karya Roh Kudus, menyadari sepenuhnya bahwa dasar yang utama kegiatan ini adalah Roh Kudus yang hadir dan berkarya dalam diri pendamping maupun anak-anak yang didampingi.. Keempat,. pendamping. PIA. menyadari. panggilan. dan. perutusannya, menyadari bahwa menjadi pendamping PIA bukan semata-mata karena keinginan diri sendiri, melainkan Allah yang memanggil dan mengutus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada anak-anak. Kelima, pendamping PIA bersemangat melayani, melayani anak-anak dengan penuh kerendahan hati. Keenam, pendamping PIA rela berkorban, rela berkorban demi kepentingan anak-anak dampingannya baik itu dari segi waktu, tenaga, pikiran, dan lain sebagainya. Serta yang ketujuh, pendamping PIA mau belajar terusmenerus, mempunyai niat dan kemauan untuk belajar dan belajar terus dalam segala. hal. agar. dirinya. berkembang. dan. karyanya. dapat. dipertanggungjawabkan (Prasetya, 2008:29). Mengingat kegiatan PIA sangat strategis sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan kepribadian serta iman anak, maka pendamping PIA harus memenuhi kualifikasi sebagai pendamping, di antaranya adalah, yang pertama, pengetahuan atau pemahaman iman Katolik yang mencukupi. Kedua, kemampuan dan keterampilan mempersiapkan, mengolah, serta menggunakan metode yang kreatif dan menarik. Ketiga, kemampuan dan keterampilan mencari, membuat, dan menggunakan sarana yang inovatif. Keempat,.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. kemampuan. mengelola. pendampingan.. Dan. yang. terakhir. adalah. berpenampilan menarik, semangat, serta mampu menciptakan suasana mesra antara dirinya dengan anak-anak dampingan (Prasetya, 2008:30). Kegiatan PIA hendaknya ditempatkan dalam suasana dan semangat tim kerja karena pendamping bekerja sama dengan orang lain dalam tim. Selain itu, mereka dapat membantu dengan saling memperkaya, saling meneguhkan, saling berbagi tugas dalam proses pendampingan dan dapat mengembangkan ide yang lebih kreatif dan inovatif (Prasetya, 2008:32). Pendamping PIA diharapkan mengembangkan sikap dan semangat mau bekerja sama dengan berbagai pihak. Kerja sama yang harus dibangun dan dilakukan antara lain bekerja sama dengan orang tua agar mereka mau menyertakan anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan PIA, bekerja sama dengan Pastor paroki serta pengurus dewan, bekerja sama dengan pengurus lingkungan dan stasi, serta bekerja sama antar pendamping PIA (Prasetya 2008:33).. D. Pokok-Pokok Pemahaman Ekaristi Bagi Anak 1. Pengertian Perayaan Ekaristi a) Misa Misa adalah keseluruhan dari Perayaan Ekaristi. Kata misa diambil dari kata-kata bahasa Latin yang diucapkan imam pada akhir Perayaan Ekaristi, yaitu Ite missa est!, yang berarti “Pergilah, kalian diutus!”. Kata.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. misa juga berkaitan dengan kata mittere yang berarti mengutus. Jadi, arti kata misa lebih kepada perutusan kita (Martasudjita, 2006:7). b) Ekaristi Kata ekaristi juga digunakan untuk menyebut keseluruhan Perayaan Ekaristi. Kata ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia, yang berarti pujian atau syukur. Jadi, arti kata ekaristi merujuk pada apa yang kita lakukan dalam Misa, yaitu memuji, bersyukur, dan berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-Nya (Martasudjita, 2006:7). Perayaan Ekaristi bukanlah sembarang perayaan. Perayaan Ekaristi adalah Perayaan Syukur. Syukur tidak berarti berterimakasih, tetapi pernyataan rasa kagum-hormat-kegembiraan dan kebahagiaan. Syukur pertama-tama bukan karena anugerah yang telah diterima, melainkan karena kebaikan Tuhan. Jadi dalam perayaan pesta Gereja, bukanlah kegembiraan yang dangkal karena kita berhubungan dengan misteri Agung, misteri karya penyelamatan (Ardhi, 1993:10). Martasudjita (2006:8), dalam bukunya mengenai Ekaristi yang diperuntukkan bagi anak-anak menjelaskan bahwa keduanya (Misa dan Perayaan Ekaristi) sama, dua kata tersebut diperbolehkan untuk digunakan. Kata Misa ditujukan bahwa kita diutus untuk membawa kasih Tuhan yang kita alami saat Perayaan Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan Perayaan Ekaristi ditujukan bahwa apa yang kita rayakan itu merupakan pujian atau syukur, bersyukur karena Tuhan telah menebus kita dan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. membebaskan kita dari dosa dan maut dengan cara wafat dan bangkit dari wafat.. 2. Makna Perayaan Ekaristi Ekaristi sering disebut sebagai sumber dan puncak hidup umat Kristiani. Perayaan Ekaristi menjadi sumber hidup karena dari Perayaan Ekaristi mengalir rahmat yang kita perlukan dan dengan rahmat ini kita sebagai umat Allah menjadi kuat dalam menghadapi kehidupan kita. Sedangkan Perayaan Ekaristi dikatakan sebagai puncak hidup karena seluruh kehidupan kita sebenarnya bertujuan untuk. mengabdi dan memuliakan Tuhan dan wujud. nyatanya serta puncaknya adalah saat Misa Kudus (Martasudjita, 2006:8). Perayaan Ekaristi diimani Gereja sebagai: a) Pusat pertemuan umat beriman yang diketuain iman (PO 5). Perayaan Ekaristi sungguh dibangun oleh persekutuan umat; b) Pusat dan puncak keseluruhan hidup umat beriman (CD 30). Iman Gereja terungkap secara nyata dalam Perayaan Ekaristi; c) Sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (LG 11); d) Pusat dan puncak pewartaan sabda dan penginjilan (PO 5); e) Pusat sakramen-sakramen. Semua sakramen mengalir dari Perayaan Ekaristi dan menuju ke Ekaristi. Sakramen-sakramen lain merupakan syarat, persiapan dan konsekuensi dari sakramen Ekaristi. Jadi, Perayaan Ekaristi tidak hanya menduduki tempat yang istimewa di antara sakramen-sakramen lain, melainkan sebagai pusat dan puncaknya..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. Dalam Perayaan Ekaristi, umat mengenangkan karya penyelamatan Allah. Karya penyelamatan sudah mencapai kepenuhannya pada Yesus Kristus. Kristus yang menyerahkan diri di kayu salib dan wafat telah dibangkitkan oleh Allah Bapa. Umat pun telah diselamatkan tetapi belum sampai pada kepenuhannya. Karya Allah ini “belum selesai”dan juga belum lewat. “Kepenuhannya”- Kedatangan-Nya kita rindukan. Kerinduan hati umat ini menjadi dasar pengenangan akan karya penyelamatan Allah (Ardhi, 1993:18). Wafat dan kebangkitan Kristus adalah inti pokok karya penyelamatan Allah. Karya penyelamatan ini yang kita kenang dalam Perayaan Ekaristi. Dalam wafat-Nya, Kristus menyatakan kesatuan-Nya dengan umat manusia. Dengan kebangkitan-Nya Kristus masuk ke dalam kemuliaan Bapa. Karena kesatuan dengan manusia, maka kemuliaan-Nya mempunyai arti bahwa di dalam Kristus, umat manusia diterima Allah (Ardhi, 1993:20). Dalam Perayaan Ekaristi, Yesus adalah imam dan korban. Yesus sebagai korban secara sakramental seperti terjadi dalam perjamuan terakhir. Yesus sebagai imam secara sakramental, seperti nyata dalam kata-kata konsekrasi. Korban kita adalah persetujuan, keputusan untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup kita. Kita (seluruh umat) mau setia kepada-Nya sampai nafas terakhir, bukan hanya di gereja tetapi dalam seluruh hidup kita. Kehendak Allah menguasai hidup kita dan terlaksana dalam diri kita (Ardhi, 1993:22-23)..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. 3. Sikap-sikap dalam Mengikuti Perayaan Ekaristi Ada banyak sikap atau tata gerak dalam Perayaan Ekaristi. Martasudjita (2006:12) menyebutkan ada tiga sikap dasar yang perlu diketahui dan dilakukan anak dalam mengikuti Perayaan Ekaristi di antaranya adalah berdiri, duduk, dan berlutut. Makna dari semua tata gerak yang dilakukan dalam Perayaan Ekaristi adalah untuk mengungkapkan penghayatan batin kita dan partisipasi kita dalam Perayaan Ekaristi. a) Berdiri Dengan berdiri, kita menyatakan penghormatan dan kesiapsediaan kita untuk menyambut dan memuliakan Tuhan (Martasudjita, 2006:12). Sedangkan Windhu (1997:27) menegaskan dalam bukunya bahwa berdiri adalah sikap biasa bagi orang Yahudi waktu berdoa. Berdiri melambangkan kesiapsiagaan dan penghormatan seorang hamba di hadapan tuannya. Berdiri mengungkapkan sikap siap menyambut, siap mendengarkan, siap menerima, siap diutus, dan siap berkarya. Sikap berdiri sendiri dilakukan pada saat umat menyambut perarakan imam ketika masuk gereja dan keluar gereja, menyanyikan/mendoakan madah Kemuliaan/Gloria, saat Injil dibacakan, pada awal Doa Syukur Agung/prefasi, dan saat menyanyikan/mendoakan doa Bapa Kami (Martasudjita, 2006:12)..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. b) Duduk Dengan duduk, kita menyatakan kesiapsediaan untuk mendengarkan Sabda Tuhan melalui bacaan-bacaan dan menyampaikan doa-doa pada saat persiapan persembahan serta sesudah komuni (Martasudjita, 2006:13). Duduk sendiri dilakukan oleh umat dan imam untuk merenung, oleh umat untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan merenungkannya (bacaan dari Perjanjian Lama dan Surat Para Rasul), oleh umat ketika kotak kolekte sedang diedarkan dan bahan persembahan sedang disiapkan, oleh umat sesudah doa komuni, serta oleh umat dan seluruh yang hadir untuk mendengarkan pengumuman paroki (Windhu, 1997:25-26). c) Berlutut Berlutut adalah sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin bermohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya. Sikap ini cocok untuk berdoa secara pribadi. Bertekuk lutut artinya memperkecil diri di hadapan Allah (Windhu, 1997:22). Sedangkan Martasudjita. (2006:14). menegaskan. bahwa. dengan. berlutut,. kita. menyatakan ketidakpantasan kita. Berlutut juga menyatakan keinginan kita untuk menghormati Tuhan. Berlutut dilakukan oleh umat ketika doa pribadi pada saat mengawali dan mengakhiri Perayaan Ekaristi, saat konsekrasi, serta sebelum dan sesudah komunis; oleh umat di hadapan Sakramen Mahakudus atau tabernakel; oleh imam dan umat untuk merenungkan wafat Tuhan Yesus pada saat pembacaan Kisah Sengsara pada hari raya Jumat Agung. Berlutut.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. sendiri dilakukan dengan menurunkan kaki kanan sampai lutut menyentuh lantai dan berlutut dengan kedua kaki merupakan ungkapan sembah sujud yang sesungguhnya (Windhu, 1997: 23). Selain ketiga sikap dasar yang perlu diketahui anak, ada juga sikapsikap lain yang perlu dikenalkan kepada anak, yaitu: a) Berjalan Berjalan dengan tegap dan khidmat serta pandangan ke arah depan merupakan tanda penghormatan dan kesungguhan niat kita bertemu dengan Tuhan (Windhu, 1997:11). Berjalan dilakukan: 1) oleh umat, rombongan imam dan para pembantunya (misdinar, prodiakon paroki) ketika memasuki ruangan gereja; 2) oleh umat sebelum dan sesudah menyambut Tubuh Tuhan; 3) oleh wakil umat ketika menghantarkan bahan persembahan; 4) oleh petugas yang akan membacakan pengumuman; 5) oleh lektor yang akan membacakan Kitab Suci. b) Membuat Tanda Salib Sebelum mencari tempat duduk, umat yang masuk ke gereja terlebih dahulu membuat tanda salin dengan air suci yang ada di samping pintu masuk gereja. Air suci adalah air yang sudah diberkati. Air ini mengingatkan kita pada baptis yang telah kita terima. Tindakan ini merupakan bentuk kesetiaan kita pada janji baptis bahwa kita akan hidup baik sebagai anak-anak terang yang harus menerangi banyak orang. Kita.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. menandai diri dengan air suci supaya layak mengikuti Ekaristi (Windhu, 1997:12-13). Selama Perayaan Ekaristi, kita membuat tanda salib beberapa kali. Membuat tanda salib dilakukan: 1) untuk mengawali dan mengakhiri Perayaan Ekaristi, doa pribadi, konsekrasi; 2) saat menerima berkat: pengampunan, persembahan, perutusan atau akhir Ekaristi, dan lain-lain. 3) Saat pembacaan Injil, umat membuat tanda salib dengan ibu jari pada buku Injil, lalu pada dahi, mulut, dan dada. Sambil membuat tanda salib, umat mengucapkan dalam hati, “Sabda-Mu kuterima dengan budi, kuakui dengan mulut, dan kusimpan dalam hati”. c) Perarakan Perarakan bisanya dilakukan oleh: 1) rombongan imam serta para pembantunya. Misdinar atau pembantu imam seolah-olah juga bertugas “menyiapkan jalan”bagi imam yang akan memimpin Ekaristi; 2) beberapa wakil umat untuk mengantarkan bahan persembahan: roti, anggur, lilin, bunga, dan kolekte ke altar (Widhu, 1997:14-15). d) Membungkuk Membungkukkan badan merupakan tanda penghormatan yang lebih besar daripada menundukkan kepala. Membungkukkan badan dilakukan:.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. 1) oleh imam dan para pembantunya di depan altar ketika akan memulai dan mengakhiri Perayaan Ekaristi; 2) oleh imam ketika mengucapkan kata-kata, “dikandung dari Roh Kudus” pada saat mendoakan Aku Percaya; 3) oleh imam pada waktu konsekrasi; 4) oleh umat ketika berada di depan salib; 5) oleh umat ketika masuk di gereja atau kapel yang di dalamnya tersimpan Sakramen Mahakudus (Windhu, 1997:15-17). e) Mengecup Mengecup adalah tanda cinta dan penghormatan terhadap seseorang atau barang. Mengecup dilakukan: 1) oleh para imam sebelum memakai pakaian liturgi. Maknanya adalah ungkapan rasa hormat terhadap barang-barang suci tersebut; 2) oleh imam pada altar sebelum dan sesudah Perayaan Ekaristi. Maksudnya adalah memberi penghormatan terhadap altar sebagai meja perjamuan Tuhan dan untuk menghormati kehadiran Allah di tengah umat-Nya. 3) pada peringatan Jumat Agung, semua yang ikut ibadat mendapatkan kesempatan mengecup salib, tepatnya pada luka di kaki Yesus. Maknanya adalah penghormatan bagi Yesus yang wafat disalib (Windhu, 1997:17-18)..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. f) Mendupai Maksud dari pendupaan adalah menciptakan suasana doa dan kurban bagi Allah. Pendupaan dilalukan dari bagian kiri ke kanan mengelilingi altar. Mengapa harus dari kanan? Karena kanan adalah tempat domba yang diselamatkan dan kiri adalah tempat kambing yang tidak selamat (bdk. Mat 25:33). Pendupaan dilakukan pada hari-hari raya, peringatan para kudus atau martir, dan saat-saat penting lainnya seperti tahbisan imam/uskup, upacara kematian, dan lain-lain. Asap putih yang mengepul ke atas melambangkan persembahan kita diterima oleh Allah. Asap dupa menggambarkan awan, yakni lambang kehadiran Allah (bdk. Kel 13:21; 14:19; 16:10) (Windhu, 1997:19-20). g) Menundukkan kepala Menundukkan kepada merupakan sebuah tanda penghormatan. Menundukkan kepala dilakukan: 1) oleh imam ketika mengucapkan nama Yesus, Santa Perawan Maria, dan santo atau santa yang dirayakan pada hari itu; 2) oleh imam sebelum dan sesudah mendupai salib, altar, dan bahan persembahan; 3) oleh misdinar sebelum dan sesudah mendupai imam dan umat; 4) oleh lektor atau petugas lain yang akan menuju altar untuk menghormati altar Tuhan dan imam (Windhu, 1997:21)..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. h) Menebah dada Menebah dada merupakan tanda tobat atau penyesalan. Menebah dada dilakukan: 1) oleh umat ketika mengucapkan “saya berdosa, saya sungguh berdosa” dalam doa tobat Saya Mengaku pada awal Perayaan Ekaristi; 2) oleh umat saat konsekrasi (merasa diri tidak pantas menyambut Tuhan); 3) oleh umat ketika mengucapkan “kasihanilah kami” sebanyak dua kali dan “berilah kami damai” satu kali dalam doa Anak Domba Allah; 4) oleh umat sebagai tanda menyesali dosa-dosanya secara pribadi (Windhu, 1997:23-24). i) Bersila Bersila adalah sikap duduk dengan melipatkan dan menyilangkan kedua kaki. Bersila dilakukan apabila tidak ada kursi atau bangku (Windhu, 1997:26). j) Merentangkan tangan Merentangkan tangan adalah tanda penyerahan kita kepada kehendak Allah. Dengan merentangkan tangan, orang membuka seluruh genggaman dan mau menyerahkan yang kita miliki pada Tuhan. Merentangkan tangan dilakukan: 1) oleh imam ketika mendoakan doa pembukaan dan penutupan Ekaristi, doa persembahan, doa Bapa Kami, dan Doa Syukur Agung; 2) oleh umat ketika menyerahkan hidup dan segala permohonannya kepada Tuhan (Windhu, 1997:29)..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. k) Menengadahkan kepala Menengadahkan kepala adalah sikap doa yang mengungkapkan permohonan dengan kebulatan hati. Menengadahkan kepala dilakukan: 1) oleh imam ketika mempersembahkan roti dan anggur; 2) oleh umat ketika berdoa secara pribadi di hadapan Yesus atau Maria dengan kebulatan hati memohon (Windhu, 1997:30). l) Mengangkat tangan Mengangkat kedua tangan ke atas melambangkan permohonan yang disertai pengharapan yang penuh. Mengangkat kedia tangan ke atas dilakukan: 1) oleh imam ketika mengangkat patena dan piala berisi roti dan anggur untuk dipersembahkan kepada Tuhan; 2) oleh imam ketika mengangkat sibori atau patena dan piala berisi Tubuh dan Darah Kristus untuk diperlihatkan kepada umat. Tindakan ini dilakukan untuk mengakhiri Doa Syukur Agung sebelum doa Bapa Kami (Windhu, 1997:31). m) Menyembah Menyembah, mengatupkan kedua tangan di atas dahi, merupakan tanda bakti dan hormat pada Tuhan. Menyembah dilakukan: 1) oleh umat saat Tubuh dan Darah Kristus diangkat ke atas pada saat konsekrasi;.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. 2) oleh umat saat Sakramen Mahakudus diangkat ke atas pada doa Salve (Pujian) dan Perayaan Kamis Putih (Windhu, 1997:32). n) Mengatupkan tangan Mengatupkan tangan merupakan ungkapan kesetiaan pada tuannya. Dengan tangan mengatup, kita mau menutup sementara segala kegiatan sehari-hari untuk bertemu dengan Tuhan. Mengatupkan tangan dilakukan: 1) oleh umat ketika berdoa pribadi; 2) oleh umat ketika akan menerima komuni (Windhu, 1997:33). o) Bergandengan tangan Bergandengan tangan merupakan tanda kesatuan dan kebersamaan. Bergandengan tangan dilakukan oleh imam dan umat saat menyanyikan atau mendoakan Bapa Kami (Windhu, 1997:34). p) Bersalaman Bersalaman. (berjabat. tangan). mengungkapkan. kasih. sayang. persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika saling memberikan Salam Damai (Windhu, 1997:35). q) Mencium Mencium merupakan tanda cinta dan penghormatan. Mencium dilakukan: 1) oleh umat ketika saling memberikan Salam Damai (tergantung kebiasaan adat setempat); 2) oleh umat ketika akan menghormati salib (pada hari Jumat Agung) atau hal suci lainnya (Windhu, 1997:36);.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. r) Menumpangkan tangan Penumpangan tangan di atas kepala merupakan tanda menyerahkan wewenang sambil menyerukan turunnya Roh Allah atas diri orang yang ditumpangi tangan itu. Menumpangkan tangan dilakukan: 1) untuk memberkati seseorang (tahbisan diakon, imam, dan uskup); 2) untuk mendatangkan penyembuhan jiwa dan badan atas seseorang (Windhu, 1997:37). s) Memerciki Pemercikan air merupakan tanda penyucian dan peringatan akan pembaptisan kita. Memerciki dilakukan: 1) pada permulaan Ekaristi (tergantung imam); 2) setelah pembaruan janji baptis pada Malam Paskah; 3) saat menerima daun palma pada perarakan Minggu Palma; 4) untuk. kepentingan. lain:. pernikahan,. pemakaman,. pemberkatan. tempat/gedung baru, pemberkatan benda-benda devosi, dan lain-lain (Windhu, 1997:38). t) Menelungkup Menelungkup atau bertiarap merupakan ungkapan tidak pantas, merasa berdosa di hadapan Allah. Menelungkup dilakukan: 1) oleh para calon diakon, imam, dan uskup ketika ditahbiskan; 2) oleh umat sebagai sikap doa, merasa diri berdosa besar dan tidak layak di hadapan Tuhan (Windhu, 1997:39)..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. u) Mengurapi Mengurapi dengan minyak mengungkapkan peneguhan, pemberian kekuatan, dan pelantikan. Mengurapi dengan minyak dilakukan ketika orang menerima sakramen baptis, krisma, imamat, dan pengurapan orang sakit (Windhu, 1997:40).’ Pengurapan dilakukan: 1) oleh imam pada calon baptis dengan minyak katekumen pada dadanya; 2) oleh imam pada calon krisma dengan minyak krisma di atas kepala. Pengurapan minyak krisma di atas kepala berarti bahwa kita yang sudah dibaptis kini mengambil bagian dalam imamat rajawi Kristus; 3) oleh uskup pada penerimaan Sakramen Krisma. Pengurapan minyak krisma di dahi. Dengan pengurapan ini kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di muka umum dalam masyarakat; 4) oleh petugas (imam atau prodiakon) pada upacara penerimaan abu pada hari Rabu Abu sebagai tanda pertobatan; 5) oleh uskup pada calon imam di atas kedua telapak tangannya sebagai tanda kesiapsediaan menjadi pelayan Tuhan dalam tugas perutusan (Windhu, 1997:40-41). v) Memberkati Memberkati adalah doa, ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang diminta umat-Nya terkabulkan, terjadi, atau terlaksana. Memberkati dilakukan:.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara
Tabel 1. Identitas Pendamping  No  Kategori  Data Kualitatif
Tabel 3. Faktor Pendukung dan Penghambat  No  Kategori  Data Kualitatif
Tabel 2. Peran Pendamping  No.  Kategori  Data Kualitatif
+5

Referensi

Dokumen terkait