• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PIA DAN PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU

B. Kegiatan PIA dan Ciri-ciri PIA

Kegiatan PIA bukanlah kegiatan yang bersifat mengikat dengan tata tertib, melainkan kegiatan yang santai, bercirikan gembira dan partisipatif. Ketiga aspek (suasana, kegiatan, dan pendamping) tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut. Selain santai dan menyenangkan, pendampingan juga diharapkan bersifat mendalam dan utuh. Pendalaman dan keutuhan pengetahuan yang berkaitan dengan Yesus Kristus dan Kerajaan Allah hendaknya ditempatkan sebagai bagian integral dari seluruh proses pendampingan agar anak-anak mampu memahami isi pengetahuan secara benar. Buah yang diharapkan adalah anak mampu hidup menggereja dan memasyarakat sehingga anak tidak merasa asing dengan kehidupan Gereja dan masyarakatnya (Prasetya, 2008:36).

PIA sebagai wadah mengembangkan kepribadian dan iman bagi anak dapat terjadi melalui pengenalan Kitab Suci, Liturgi Gereja, Ajaran Gereja, hidup menggereja, hidup bermasyarakat, dan sebagainya. Bahan yang akan dipikirkan dan yang mau disampaikan dalam kegiatan PIA hendaknya ditempatkan dalam kerangka berpikir demi menjaga kedalaman dan keutuhan

materi. Bahan ini dikemas sederhana dan disesuaikan dengan pola pikir anak sehingga mudah dipahami (Prasetya, 2008:37).

Pengenalan Kitab Suci hendaknya sudah ditanamkan sejak dini pada diri anak dengan menyesuaikan perkembangan usia dan daya pikir anak. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memperkenalkan Kitab Suci kepada anak. Yang pertama, tahap perkembangan anak-anak baru memasuki tahap pengertian spontan, sehingga Kitab Suci dikenalkan melalui cerita. Kedua, pengenalan ini hendaknya disajikan secara sederhana, dengan menggunakan contoh visual dan diperagakan secara kreatif (Prasetya, 2008:38).

Lewat liturgi, anak-anak diperkenalkan dengan perayaan-perayaan iman yang dilangsungkan dalam kebersamaan. Anak-anak diajak memahami imannya secara sederhana, misalnya mengenal susunan perayaan Ekaristi, benda-benda yang digunakan dalam Ekaristi, warna liturgi, tahun liturgi, hari-hari besar Katolik, dan petugas liturgi. Karena anak-anak cenderung suka dengan hal-hal yang konkret, maka pengenalannya dapat menggunakan contoh, gerak, sikap, alat peraga, dan sebagainya (Prasetya, 2008:38).

Ajaran Gereja yang diajarkan bukan bersifat teologis semata, tetapi berupa pengertian sederhana yang dapat dipahami dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai keutamaan kristiani. Keutamaan kristiani ini dapat dilakukan dengan mengenalkan sikap dan semangat santo-santa yang dijadikan nama baptisnya (Prasetya, 2008:39).

Dalam proses pendampingan, anak-anak diajak mulai membuka diri dan hati untuk menerima orang lain, khususnya yang ada di sekitar Gereja. Selain

itu, anak-anak diajak untuk menyadari dirinya sebagai anggota Gereja. Anak-anak juga diperkenalkan dengan orang-orang yang termasuk anggota Gereja (Prasetya, 2008:40).

Dalam hidup bermasyarakat, anak-anak mengenal masyarakat adalah teman-teman sebayanya. Anak-anak perlu didampingi untuk mengenal dan bergaul dengan teman-temannya yang berbeda dalam berbagai hal. Tidak hanya mengenal, tetapi anak juga diajak untuk menghargai perbedaan tersebut. Anak-anak didampingi untuk membangun sikap dan semangat keterbukaan (inklusif) terhadap keragaman yang ada (Prasetya, 2008:41).

Dalam proses pendampingan, sarana merupakan segala hal yang dapat dipakai sebagai alat bantu untuk menunjang tujuan proses pendampingan. Ada berbagai macam sarana yang dapat digunakan, yaitu sarana gambar, sarana audio, sarana audio-visual, sarana gerak dan sarana tiruan benda-benda (Prasetya, 2008:44).

Dalam melaksanakan kegiatan PIA, pendamping dapat memilih dan menggunakan metode atau pendekatan yang tepat dan sederhana tetapi menarik, menyenangkan, dan sungguh membantu anak untuk mengembangkan kepribadian dan iman anak. Melalui metode yang ada, anak-anak diharapkan merasa kerasan dan bahagia mengikuti kegiatan PIA. Dalam pemilihan metode, pendamping diharapkan mempertimbangkan beberapa unsur, di antaranya metode ekspresi, metode populer, metode dinamika kelompok, metode eksplorasi dan simulasi, serta metode naratif (Prasetya, 2008:46).

Pengelolaan kegiatan PIA mempunyai fungsi yang sangat strategis bagi perkembangan anak-anak. Jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat tercipta suasana kegiatan yang kurang menarik, kurang mandala, dan bahkan tidak efektif. Beberapa hal yang harus dikelola dengan benar antara lain pengelolaan isi yang menyangkut bahan yang akan disampaikan dalam proses pendampingan, dan pengelolaan suasana yang menyangkut suasana yang mau dibangun selama proses pendampingan agar menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Pengelolaan isi dan suasana dalam kegiatan PIA sungguh akan menjadi maksimal dan optimal serta menghasilkan buah yang berkelimpahan kalau pendamping peka dengan situasi yang ada, jumlah anak yang datang, perbedaan usia atau jenjang pendidikan, dan sebagainya (Prasetya, 2008:48).

Di samping pengelolaan isi dan suasana, pendamping perlu juga memperhatikan pengelolaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Yang pertama adalah pengelolaan awal yang menyangkut tempat pendampingan, key person yang harus dihubungi, metode dan sarana yang digunakan, serta catatan administrasi yang disiapkan. Yang kedua adalah pengelolaan tengah yang menyangkut pendamping, jadwal dan pembagian tugas yang jelas, serta upaya pendamping agar kegiatan ini berjalan terus dan berkesinambungan. Yang ketiga adalah pengelolaan lanjut yang menyangkut pelaksanaan pendampingan memonitor pendampingan, memonitor pendampingan meliputi suasana hati, harapan, dan motivasi anak-anak di setiap pertemuan, perkembangan hidup pribadi dan iman anak, serta tanggapan orang tua terhadap kegiatan PIA (Prasetya, 2008:49).

2. Ciri-ciri PIA

Berbicara mengenai kegiatan PIA tidak terlepas dari suasana kelompok yang sekaligus menjadi ciri khas dari pertemuan PIA. Jika sungguh-sungguh menginginkan kelompok PIA sebagai wadah pertumbuhan dan penyadaran iman anak. berikut beberapa suasana yang dapat diciptakan oleh pendamping: a) Gembira

Suasana gembira pada umumnya sangat melekat pada diri dan sifat anak-anak terutama saat berkumpul dengan teman sebaya mereka. Maka kelompok PIA harus mengusahakan terbentuknya suasana yang menyenangkan, menggembirakan, dan menarik sehingga anak merasa betah dan menimbulkan rasa ingin selalu bertemu, berkumpul lagi dengan teman-temannya. Ada berbagai kegiatan yang bisa menciptakan suasanya yang menggembirakan, misalnya bernyanyi, gerak dan lagu, bercerita, dll. Dengan begitu, warta gembira yang disampaikan juga dirasakan oleh anak sebagai sesuatu yang menggembirakan.

b) Bebas

Beriman berarti bebas. Dalam membantu anak menyadari imannya, maka harus didukung oleh suasana yang membebaskan. Anak-anak harus merasa bahwa kehadiran mereka bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan, melainkan karena keinginan mereka sendiri untuk hadir.

c) Bermain

Jika ingin mengadakan permainan, hendaknya ditinjau dari umur anak-anak yang mengikuti kegiatan, apalagi umur 4-10 tahun memang

merupakan masa aktifnya anak terutama dalam bermain dan itu tidak dapat dipisahkan dari hidup anak-anak. Dengan bermain, kreativitas seorang anak dapat berkembang, dari segi sosial meningkat, dan wawasan menjadi luas. d) Mendalam

Setelah bermain, pendamping dapat mengajak anak-anak untuk melihat kembali perasaan-perasaan yang muncul selama bermain, alasan perasaan muncul dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain pendamping mengajak anak untuk merefleksikan permainan tersebut.

e) Beriman

Kehidupan Kristiani berarti kehidupan yang pola pribadinya berpusat pada Yesus Kristus. Dengan memperkenalkan pribadi Yesus, anak diajak untuk semakin membentuk hidupnya sesuai dengan kehendak Yesus atau dengan kata lain hidup anak diharapkan menjadi seperti kehidupan Yesus sendiri.

f) Menjemaat

Beriman sendiri dapat dilaksanakan pribadi maupun bersama-sama, dengan kata lain, beriman tumbuh di dalam hidup bersama dengan orang lain. Dengan kegiatan yang dilaksanakan dalam kelompok PIA, anak-anak diharapkan terlatih untuk hidup bersama. Anak diajak untuk mampu berkomunikasi, menjumpakan pengalamannya sendiri dengan pengalaman teman sebayanya. Pengalaman ini juga nantinya akan membawa anak aktif terlibat dalam Gereja.