• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN UMUM PENDAMPING PIA DALAM

C. Hasil Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu Anak

2. Hasil Penelitian melalui Wawancara

Pada penelitian ini, penulis telah melakukan penelitian terhadap 3 (tiga) orang pendamping yang semuanya adalah perempuan. Alasan memilih pendamping perempuan karena sebagian besar yang menjadi pendamping adalah perempuan dan juga menurut penulis perempuan bisa akrab dengan anak-anak dengan cepat.

Ketiga pendamping ini masih tergolong muda, tetapi berbeda pekerjaan dan lamanya menjabat sebagai pendamping. Pendamping pertama (P1) adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. P1 mengawali pelayanannya sebagai pendamping pada tahun 2010 sampai saat ini. P1 ini termasuk pendamping yang mendampingi PIA cukup lama. Pendampng tiga (P3) juga seorang mahasiwi di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Yogyakarta, namun P3 tergolong pendamping yang baru, karena mulai bergabung menjadi pendamping pada tahun 2017 sampai saat ini. Sedangkan pendamping 2 (P2) adalah seorang pegawai swasta yang bergabung menjadi pendamping sejak tahun 2014 hingga saat ini.

b) Motivasi

Motivasi tiap-tiap pendamping berbeda satu dengan yang lain. P1 mengatakan bahwa motivasinya menjadi pendamping berawal dari tugas sekolah sewaktu SMA (Sekolah Menengah Atas) tentang social worker dan memilih PIA sebagai wadah untuk tugas tersebut. Lalu P1 juga ikut membantu pada Perayaan Natal waktu itu dan masuk menjadi pengurus PIA. Motivasi lainnya dari P1 adalah bahwa ia menyukai anak-anak.

Motivasi karena menyukai anak-anak juga dirasakan P2. P2 mengatakan bahwa motivasinya selain suka dengan anak-anak, ia juga berkeinginan untuk aktif di kegiatan Gereja. Berbeda dengan P3. P3 termotivasi menjadi pendamping karena ingin melatih diri supaya makin percaya diri tampil di depan umum, belajar mengenai karakter anak, lalu

karena pengalaman pribadi dari daerah asalnya, di mana kurangnya tenaga pendamping dan pengajaran yang monoton.

c) Peran pendamping

Pada penelitian ini, penulis membagi peran pendamping menjadi lima bagian, yaitu:

1) Pengadaan Perayaan Ekaristi bagi anak

Untuk program pengadaan Perayaan Ekaristi bagi anak ini, setiap pendamping berpendapat sama bahwa di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, setiap minggu pertama pada setiap bulannya, pendamping PIA Kotabaru selalu mengusahakan terselenggaranya Perayaan Ekaristi bagi anak dan juga pada hari besar Gereja. Program ini dibahas dalam pertemuan rutin pendamping. Di dalam pembahasan itu juga dibahas mengenai petugas yang akan bertugas pada saat Perayaan Ekaristi. Salah satu pendamping (P1) menyatakan bahwa biasanya pendamping PIA mengajak sekolah-sekolah atau kelompok untuk diberi kejelasan mengenai pelaksanaan Perayaan Ekaristi untuk anak. Petugas dari sekolah maupun kelompok tersebut diundi untuk menyusun jadwal petugas (tambahan P3). Selain itu, pendamping juga memberi pelatihan kepada anak yang akan bertugas dan berusaha mencari imam yang akan memimpin Perayaan Ekaristi jika seandainya dari sekolah yang bertugas belum mendapatkan imam untuk memimpin Perayaan Ekaristi, tambahan P1.

2) Menjalin kerjasama dengan orang tua dan pihak Gereja

Pada pertanyaan kedua mengenai peran ini, P1 dan P2 berpendapat sama yaitu bahwa dari pendamping selalu memberitahu orang tua tentang pengadaan Perayaan Ekaristi untuk anak lewat pengumuman gereja atau pada saat akhir dari kegiatan Sekolah Minggu. Begitu juga dengan pihak Gereja, selalu diberitahu tentang penyelenggaraan Perayaan Ekaristi bagi anak sehingga imam juga siap untuk melayani.

Berbeda dengan P3 yang berpendapat bahwa menurutnya, orang tua mempunyai andil yang penting dalam pendampingan iman anak serta proses perkembangan iman anak. Meurutnya pihak Gereja juga membantu dalam kegiatan pelaksanaan Perayaan Ekaristi.

3) Membantu anak untuk terlibat dalam Perayaan Ekaristi

Pada pertanyaan kedua mengenai peran pendamping dalam membantu anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi ini, P1 dan P2 mempunyai jawaban yang sama, yaitu menunjuk anak untuk menjadi petugas, namun sebelumnya, anak ditanya mengenai kesanggupan. Jika anak bersedia, maka tahap selanjutnya adalah tahap latihan bagi anak.

Berbeda dengan P3. P3 menyatakan bahwa sebagai pendamping mempunyai trik tersendiri untuk menarik perhatian anak agar terlibat dalam Perayaan Ekaristi, misalnya memberikan pertanyaan (kuis) pada saat homili dan memberikan hadiah kepada anak yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

4) Pembiasaan sikap yang baik selama Perayaan Ekaristi

Berbicara mengenai pembiasaan sikap selama Perayaan Ekaristi, ketiga pendamping melontarkan jawaban yang hampir sama, yaitu dengan memberikan contoh sikap doa yang baik serta menegur atau menasehati anak yang tidak fokus pada saat Perayaan Ekaristi sedang berlangsung.

5) Pengajaran sederhana tentang Perayaan Ekaristi kepada anak

Pertanyaan terakhir mengenai peran pendamping adalah mengenai bagaimana cara pendamping sehingga anak memahami Perayaan Ekaristi? P1 mengatakan bahwa selama ini hanya memberi contoh tentang sikap yang baik dan tidak ada pengajaran khusus tentang Ekaristi, hanya ikut tema mingguan. P2 juga sependapat dengan jawaban P1 yang kedua, yaitu bahwa di dalam kegiatan PIA, belum ada pengajaran khusus mengenai Ekaristi (alat-alat Ekaristi dan lain sebagainya) karena mengingat usia anak yang banyak duduk di bangku TK dan PAUD. Menurutnya, pengajaran tersebut lebih layak untuk anak-anak yang siap menyambut Komuni Pertama. Sedangkan dari P3 sendiri berpendapat bahwa lebih mengajarkan atau memberi pengertian tentang sikap.

d) Faktor Pendukung dan Penghambat

Untuk faktor pendukung, P1 menjawab, lewat kegiatan PIA ini, ia bisa belajar banyak hal tentang anak, terutama karakter anak. Selain itu, belajar berdninamika dan merasa beruntung menjadi pendamping karena diingat anak-anak.

P2 menjawab bahwa faktor pendukungnya adalah dari segi geografis, yaitu kost yang dekat dengan gereja, lalu kecocokan sesama pendamping, dan juga yang menjadi faktor pendukungnya adalah motivasi awal menjadi pendamping, yaitu karena suka dengan anak-anak, didukung dengan dukungan dari orang tua.

P3 mengatakan bahwa yang menjadi faktor pendukungnya selama ini adalah karena dukungan dari sesama pendamping yang lebih pengalaman. Lalu lewat media saat ini yang memudahkan mencari referensi cerita untuk anak.

Untuk masalah penghambat, semua pendamping mengatakan bahwa faktor penghambat paling besar itu muncul dari dalam diri mereka sendiri. P1 mengatakan bahwa dia terlalu fokus ke kegiatan PIA sehingga hal lain yang harusnya menjadi prioritas malah terhambat. Hal lain yang menjadi penghambat menurut P1 adalah orang tua anak yang terkadang protes jika misa terlalu lama. Lalu dari pihak gereja yang kurang memperhatikan kelompok PIA.

P2 mengatakan bahwa susahnya mengatur jadwal diri sendiri terkadang menjadi penghambat baginya untuk melakukan kegiatan. Terkadang jadwal PIA dan jadwal kegiatan yang lain berlangsung bersamaan, namun P2 tetap menyempatkan untuk datang walau telat.

P3 mengatakan bahwa yang menjadi penghambatnya adalah kurang fokus pada kegiatan PIA. Tidak konsisten bahkan sering mencampurkan masalah pribadi dalam kegiatan PIA.

e) Harapan Pendamping

Untuk harapan ke depan, ketiga mempunyai harapan yang berbeda satu sama lain. P1 mengharapkan bahwa orang tua atau kerabat dekat lebih mengerti tentang agama, misalnya membiasakan doa bersama dan baca Kitab Suci. P2 mengharapkan perlunya ada pengajaran sederhana tentang Ekaristi yang dikemas dengan kreatif (sesuai dengan dunia anak), memperbanyak pengganti homili misalnya drama, lalu memperbanyak doa-doa yang digunakan dalam misa tetapi dalam bahasa anak sehingga anak benar-benar aktif. Sedangkan P3 sendiri mengharapkan para pendamping tidak bosan dalam mendampingi anak-anak.

f) Bentuk-bentuk Keterlibatan Anak

Anak terlibat sebagai petugas seperti lektor dan koor, sedangkan anak-anak yang tidak bertugas terlibat sebagai umat. Menurut P1, anak-anak-anak-anak yang bertugas sebagai lektor atau lektris bergantian, tergantung sekolah atau kelompok mana yang menjadi petugas dalam Perayaan Ekaristi itu.

Selain itu, bentuk-bentuk keterlibatan anak yang lain adalah anak ikut hadir, mengikuti Perayaan Ekaristi, mendengarkan, menjawab pertanyaan baik dari pembawa acara (pendamping) maupun dari imam. Anak juga terlibat lewat sikap doa. Ketika saatnya berdoa, anak-anak menunjukkan sikap doa.

D. Pembahasan Hasil Penelitian Peran Pendamping PIA dalam Membantu