• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran yang diharapkan nantinya akan berguna bagi bagi siapapun, terutama para pendamping PIA di Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta.

1. Bagi Pendamping PIA

Selain mengajarkan tentang sikap yang baik selama Perayaan Ekaristi, pendamping juga harus mengajarkan pengajaran sederhana mengenai Perayaan Ekaristi itu sendiri. Pengajaran sederhana tersebut harus masuk dalam program kerja para pendamping. Pengajaran dapat berbentuk gambar, video, atau pun memakai alat peraga langsung tentang alat-alat yang digunakan dalam

Perayaan Ekaristi, simbol, warna, petugas, dan lain sebagainya. Hal ini disarankan oleh penulis karena mengingat usia anak-anak PIA yang masih kecil dan suka akan hal-hal yang konkret. Selain itu, diharapkan kepada pendamping untuk menyiapkan misa dalam bahasa anak ketika menyelenggarakan Perayaan Ekarisrti untuk anak.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua harus selalu mengikutsertakan anak dalam Perayaan Ekaristi (mendampingi anak selama Perayaan Ekaristi berlangsung). Sebagai orang tua, akan lebih baik jika anak tidak dibiarkan sibuk sendiri selama Perayaan Ekaristi berlangsung (seperti main, makan, dan sebagainya), tetapi anak juga diajarkan hal yang sederhana, seperti menunjukkan bahwa yang dipegang imam itu piala, Kitab Suci, dan lain sebagainya.

3. Bagi Pihak Gereja

Pihak Gereja terkhususnya bidang pewartaan, ada baiknya menyusun teks misa untuk anak dengan menggunakan bahasa anak agar anak-anak semakin terlibat aktif dalam Perayaan Ekaristi, tidak hanya bersikap yang baik dan sopan saja, tetapi mampu menanggapi seruan-seruan dari imam dan berdoa dalam bahasa anak juga.

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Karya Pasrtoral KAS. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta: Kanisius

Katekismus Gereja Katolik. (1995). Diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru, SVD. Ende: Arnoldus (Dokumen asli diterbitkan tahun 1993)

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referens. Yogyakarta: Kanisius

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Bogor: Grafika Mardi Yuana Bogor

Martasudjita, E. (2005).Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral

ˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍ ˍ. Pendidikan Liturgi untuk Anak SD: Yuk, Bersama-sama Merayakan Ekaristi! Yogyakarta: Kanisius

ˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍ ˍ. (2006). Pendidikan Liturgi Untuk Anak SD: Apa Sih Alat-alat Ibadat Itu? Yogyakarta: Kanisius

Prasetya, L. (2008). Dasar-dasar Pendampingan Iman Anak PIA. Yogyakarta: Kanisius

Rukiyanto, B.A. (2012). “Katekese di Tengah Arus Globalisasi” Dalam Pewartaan di Zaman Global (ed. B.A. Rukiyanto) Yogyakarta: Kanisius

Sugiarti, M. Goretti. (1999). PIA: Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: FIPA – Universitas Sanata Dharma

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&d. Bandung: Alfabeta

Suharyo, I. (2011). Ekaristi: Meneguhkan Iman, Membangun Persaudaraan, Menjiwai Pelayanan. Yogyakarta: Kanisius

Sutarno, Alfonsus. (2013). Catholic Parenting: Metode Mendidik Anak Secara Katolik. Yogyakarta: Kanisius

Windhu, I. Marsana. (1997). Mengenal 25 Sikap Liturgi. Yogyakarta: Kanisius ˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍ ˍ. (1997). Mengenal 30 Lambang atau Simbol Kristiani. Yogyakarta:

Kanisius

ˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍˍ ˍ. (1997). Mengenal Ruangan, Perlengkapan, dan Petugas Liturgi. Yogyakarta: Kanisius

[1] LAMPIRAN 1

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN PENDAMPING PIA KOTABARU 1. Identitas pendamping:  Nama  Umur  Status pekerjaan  Lama pelayanan

2. Motivasi menjadi pendamping PIA

3. Apakah ada program Perayaan Ekaristi untuk anak? Bagaimana program tersebut dapat terwujud (upaya pendamping dalam mewujudkan Perayaan Ekaristi bagi anak)?

4. Bagaimana peran Anda sebagai pendamping dalam mendampingi anak saat Perayaan Ekaristi berlangsung?

5. Bagaimana cara Anda membantu anak memahami Perayaan Ekaristi? Mengapa Anda memilih cara tersebut?

6. Bagaimana cara Anda agar anak terlibat langsung dalam Perayaan Ekaristi? Mengapa Anda memilih cara tersebut?

7. Bagaimana cara Anda agar anak bisa bersikap baik selama Perayaan Ekaristi berlangung? Mengapa Anda memilih cara tersebut?

8. Bagaimana dengan orang tua dan pihak Gereja terkait dengan usaha agar anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi?

9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Anda dalam melaksanakan peran sebagai pendamping?

10. Apa harapan Anda ke depannya agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi?

[2] LAMPIRAN 2

JAWABAN/HASIL WAWANCARA DENGAN PENDAMPING PIA KOTABARU

Tabel 1. Identitas Pendamping No Kategori Data Kualitatif

1. Nama Clara Indira Purnamasari 2. Status Pekerjaan Mahasiswi

3. Umur 23 tahun

4. Menjadi pendamping selama

2010 – sekarang

5. Motivasi  Mendapat tugas untuk mengadakan social worker pada saat duduk di bangku SMA kelas 2 (2010);

 Belajar dengan anak-anak;

 Bisa mengenal dan memahami sesama pendamping

Tabel 2. Peran Pendamping No Kategori Data Kualitatif 6. Pengadaan program

Perayaan Ekaristi untuk anak

 Dulu, Perayaan Ekaristi untuk anak diadakan pada bulan Januari dan Juli. Namun saat ini, Perayaan Ekaristi sudah ada setiap bulan.

 Peserta bukan hanya dari anggota PIA Paroki, tetapi juga dari sekolah-sekolah maupun kelompok-kelompok anak.

 Jumlah anak yang hadir tergolong fluktuatif dan biasanya pada hari raya Gereja jumlahnya meningkat.

 Para pendamping mengadakan rapat mingguan setiap hari Jumat. Dalam rapat dibahas tentang kegiatan-kegiatan PIA, salah satunya Perayaan Ekaristi untuk anak.

 Dalam usaha mewujudkan Perayaan Ekaristi untuk anak, pendamping mempertemukan sekolah atau kelompok lalu menjelaskan teknis penyelenggaraan

[3]

PIA, baik untuk bulanan maupun untuk hari besar Gereja. Selain itu, pendamping dan pihak sekolah mengadakan latihan, gladi kotor lalu gladi bersih. Setelah itu, menghubungi imam yang akan memimpin Perayaan Ekaristi jika pihak sekolah belum menemukan imam yang akan memimpin serta memberitahu orang tua anak melalui pengumuman saat kegiatan PIA berlangsung maupun pada saat Perayaan Ekaristi mingguan berlangsung. 7. Peran pendamping

dalam mendampingi anak selama Perayaan Ekaristi berlangsung

 Mendampingi anak-anak saat mengikuti Perayaan Ekaristi (ikut duduk di antara anak-anak).

 Jika ada anak yang usil atau bermain dengan temannya saat Perayaan Ekaristi berlangsung, ditegur dengan halus. Kalau tidak berfungsi langsung didatangi dan didekap.

 Lebih sering mengingatkan anak kalau anak mulai bosan atau tidak fokus saat Perayaan Ekaristi berlangsung.

 Mengemas Ekaristi anak yang menarik. 8. Cara pendamping

untuk membantu anak memahami Perayaan Ekaristi

 Mengikuti tema mingguan (dibiasakan dengan Kitab Suci dan lebih ke pengetahuan tentang Injil).

 Pengajaran tentang Ekaristi sangat kurang.  Pengajaran dikhususkan untuk anak-anak

yang akan menerima Komuni I.

 Pengajaran lebih ke sikap yang baik selama mengikuti Perayaan Ekaristi. 9. Cara pendamping

agar anak terlibat /berpartisipasi

langsung dalam Perayaan Ekaristi

 Melihat dan memilih anak yang cocok dengan kelebihan atau kriteria sebagai petugas.

 Menanyakan kesanggupan anak untuk bertugas.

 Jika anak tidak mau, dibujuk.

 Menyampaikan kepada orang tua anak.  Setelah orang tua setuju, diadakan sesi

[4] latihan. 10. Cara pendamping

agar anak bersikap baik selama Perayaan Ekaristi berlangsung

 Pembiasaan sikap doa lewat kegiatan Sekolah Minggu.

 Mengadakan kesepakatan dengan anak.  Memberi contoh sikap yang baik kepada

anak. 11. Kerjasama dengan

orang tua dan pihak Gereja

Selalu memberitahu orang tua dan pihak Gereja jika ada kegiatan yang menyangkut PIA terutama Perayaan Ekaristi untuk anak. Tabel 3. Faktor Pendukung dan Penghambat

No Kategori Data Kualitatif 12. Faktor pendukung

dalam melaksanakan peran sebagai pendamping

 Banyak hal yang dipelajari dari PIA.  Belajar memahami anak dan sesama

pendamping.

 Belajar berdinamika.

 Sesama pendamping dianggap sebagai saudara.

 Di luar kegiatan, anak masih mengingat pendamping.

13. Faktor penghambat dalam melaksanakan peran sebagai pendamping

 Dari pribadi, terlalu fokus dengan PIA sehingga prioritas yang lain terhambat.  Terkadang ada orang tua yang protes

tentang misa yang terlalu lama.

 Dari pihak Gereja, terkadang birokrasi terkesan rumit dan dibiarkan.

Tabel 4. Harapan No. Kategori Data Kualitatif 14. Harapan pendamping

agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi

 Orang tua atau kerabat dekat lebih mengerti tentang agama (dibiasakan membaca Kitab Suci, berdoa dan pergi misa).

 Orang tua turut membiasakan sikap yang baik kepada anak terutama saat mengikuti Perayaan Ekaristi.

[5]

a. Hasil Penelitian Wawancara Pendamping 2 Tabel 1. Identitas Pendamping No. Kategori Data Kualitatif 1. Nama Elizabeth Sustin 2. Status Pekerjaan Pegawai swasta

3. Umur 23 tahun

4. Menjadi Pendamping Selama

2014 – sekarang

5. Motivasi  Suka mengajar anak-anak.  Suka dengan anak-anak. Tabel 2. Peran Pendamping No. Kategori Data Kualitatif

6. Pengadaan program Perayaan Ekaristi untuk anak

Ada. Setiap bulan dan hari besar gereja (Natal dan Paskah)

7. Peran pendamping dalam mendampingi anak selama Perayaan Ekaristi berlangsung

 Bertanggung jawab dengan tugasnya.  Saat Perayaan Ekaristi, mengarahkan anak

untuk masuk dan berkumpul dengan anak-anak yang lain di tempat yang telah disediakan.

 Mengingatkan tentang sikap doa yang baik.

 Menasehati jika ada anak yang nakal dan main sendiri.

8. Cara pendamping untuk membantu anak memahami Perayaan Ekaristi

 Menyesuaikan dengan bulan (Bulan Kitab Suci, Rosario, dsb).

 Untuk pemahaman mengenai alat-alah Ekaristi dan sebagainya belum, karena dianggap masih susah untuk diterima oleh pemikiran anak-anak usia dini (TK dan SD kelas kecil).

9. Cara pendamping agar anak terlibat /berpartisipasi

langsung dalam Perayaan Ekaristi

 Biasanya untuk petugas, sekolah yang bersangkutan langsung yang menunjuk.  Jika petugasnya diminta dari kelompok

Sekolah Minggu, maka diadakan pemilihan anak dengan melihat karakter anak kemudian menghubungi orang tuanya (meminta persetujuan) dan

[6]

selanjutnya diadakan pelatihan untuk anak sesuai dengan tugasnya.

10. Cara pendamping agar anak bersikap baik selama Perayaan Ekaristi berlangsung

 Memberi contoh sikap yang baik kepada.

11. Hubungan dengan orang tua dan pihak Gereja

 Menghubungi orang tua saat Sekolah Minggu tentang Perayaan Ekaristi untuk anak.

 Mengoordinasikan dengan pihak Paroki, jika belum ada imam yang memimpin, maka secepat mungkin dicari.

Tabel 3. Faktor Pendukung dan Penghambat No. Kategori Data Kualitatif

12. Faktor pendukung dalam melaksanakan peran sebagai pendamping

 Kos dekat.

 Sesama pendamping: merasa cocok satu sama lain.

 Sesama pendamping saling menyemangati.

 Dari pribadi: suka mengajar dan ada keinginan untuk mengajar Sekolah Minggu.

 Orang tua juga mendukung. 13. Faktor penghambat

dalam melaksanakan peran sebagai pendamping

Susah mengatur jadwal antara pekerjaan dengan kegiatan PIA.

Tabel 4. Harapan No. Kategori Data Kualitatif 14. Harapan pendamping

agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi

 Ke depannya perlu ada pengajaran sederhana mengenai Ekaristi seperti pengenalan alat-alat, sikap, warna liturgi, dan lain sebagainya, tetapi dikemas dengan kreatif sesuai dengan dunia anak agar mudah dimengerti.

 Perlu diperbanyak kreasi pengganti khotbah imam seperti drama yang sesuai

[7]

dengan umur anak.

 Perlu diperbanyak doa-doa versi anak saat Perayaan Ekaristi untuk anak (memakai bahasa anak-anak) sehingga anak benar-benar aktif mengikuti Perayaan Ekaristi, tidak hanya bersikap yang baik saja.

b. Hasil Penelitian Wawancara Pendamping 3 Tabel 1. Identitas Pendamping No. Kategori Data Kualitatif

1. Nama Febiana Kornelia Wu 2. Status Pekerjaan Mahasiswi

3. Umur 19 tahun

4. Menjadi Pendamping Selama

2017 – sekarang

5. Motivasi  Berlatih untuk tampil di depan umum.  Bisa berjumpa dengan adik-adik Sekolah

Minggu dan memahami tiap pribadinya.  Didasari oleh pengalaman yang

memprihatinkan dari daerah asal mengenai kurangnya pendamping (pendamping tetap sudah tua) sehingga pengajaran dari pendamping terkesan monoton yang memuat adik-adik cepat bosan.

 Sebagai anak muda seharusnya bisa menjadi pendamping selagi masih diberikan kekuatan dan kesehatan.

Tabel 2. Peran Pendamping No. Kategori Data Kualitatif 6. Pengadaan program

Perayaan Ekaristi untuk anak

 Ada. Sedang menjadi program tahunan.  Biasanya diadakan setiap bulan pada

Minggu pertama.

 Petugasnya biasanya adalah anak-anak TK yang ada di sekitar Yogyakarta.

 Sudah dijadwalkan petugasnya dari sekolah mana saja. Sekolah yang mendapat giliran bertugas biasanya sudah

[8]

mempersiapkan. Undian petugas diadakan pada awal tahun.

7. Peran pendamping dalam mendampingi anak selama Perayaan Ekaristi berlangsung

 Pendamping diberi jobdesk yang berbeda-beda (menjadi MC, PJ anak, PJ lektor, PJ visualisasi,dll).

 Setiap pendamping diberi kesempatan untuk merasakan tugas dan mempertanggungjawabkan tugasnya. 8. Cara pendamping

untuk membantu anak memahami Perayaan Ekaristi

 Mengatakan kepada anak-anak bahwa ini adalah Perayaan Ekaristi, bertemu dengan Tuhan, harusnya bersikap yang baik.  Memberikan pengarahan dan pengertian

kepada anak-anak sehingga anak-anak dapat mengambil sikap yang baik.

9. Cara pendamping agar anak terlibat /berpartisipasi

langsung dalam Perayaan Ekaristi

Mempunyai trik tersendiri untuk menarik perhatian anak-anak, misalnya saat khotbah diberikan pertanyaan dan hadiah sehingga anak-anak tetap berkonsentrasi pada khotbah dan mendengarkan pendamping.

10. Cara pendamping agar anak bersikap baik selama Perayaan Ekaristi berlangsung

Menasihati dan mengingatkan anak terus-menerus jika mulai tidak fokus sehingga anak dapat bersikap baik dan Perayaan Ekaristi berjalan dengan lancar.

11. Hubungan dengan orang tua dan pihak Gereja

 Orang tua mempunyai andil yang penting dalam pendampingan iman anak.

 Gereja membantu dalam hal pelaksanaan Perayaan Ekaristi, misalnya membantu membuat doa untuk anak.

Tabel 3. Faktor Pendukung dan Penghambat No. Kategori Data Kualitatif

12. Faktor pendukung dalam melaksanakan peran sebagai pendamping

 Bantuan dari pendamping yang lebih berpengalaman.

 Media masa kini (audiovisual) yang membantu mencari referensi.

13. Faktor penghambat dalam melaksanakan peran sebagai pendamping

 Diri sendiri yang menjadi penghambat, misalnya tiba-tiba pikiran buntu, tidak bisa mendampingi anak-anak, kurang fokus karena masalah pribadi, belum bisa

[9]

konsisten.

 Orang tua yang terkadang menganggap kegiatan PIA itu hanya untuk menitipkan anak saat mereka misa, orang tua terkesan masa bodoh sehingga materi yang sudah diajarkan kepada anak hanya sebatas di dalam kelompok PIA dan tidak berlanjut.

Tabel 4. Harapan No. Kategori Data Kualitatif 14. Harapan pendamping

agar anak semakin terlibat dalam Perayaan Ekaristi

Sebagai pendamping diharapkan tidak bosan mendampingi.

[11] LAMPIRAN 4

HANDOUT SPIRITUALITAS PENDAMPING PIA

Tujuan utama katekese adalah membawa orang dalamm kesatuan dengan Yesus Kristus. Dengan demikian melalui katekese, orang diharapkan dapat mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam terang Sabda Allah, sehingga seluruh pribadinya diresapi oleh Sabda itu. Berkat karya rahmat Allah, orang Kristiani diubah menjadi ciptaan baru dan mereka memutuskan untuk mengikuti Kristus, belajar berpikir dan bertindak seperti Dia, serta menilai segala sesuatu berdasarkan perintah-perintah-Nya. Menjadi pengikut Kristus berarti menyatakan “ya” kepada Kristus, setia mengikuti-Nya, dan mengandalkan-Nya dalam hidup sehari-hari (Rukiyanto, 2012:62).

Dalam upaya untuk memahami dan menghayati jati dirinya sebagai orang Katolik, pendamping diharapkan mau dan berani mengembangkan prinsip dalam mewartakan kabar gembira bagi anak-anak. Prinsipnya adalah pewartaan ini diharapkan menarik dan berdaya guna bagi anak-anak dampingannya. Pewartaan ini akan berdaya guna kalau dalam diri dan hidup pendamping terdapat aneka keutamaan hidup yang dapat ditularkan dan dicontoh oleh anak-anak dampingannya.

Berbicara mengenai keutamaan hidup, keutamaan hidup yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam diri pendamping PIA, antara lain:

1. Pendamping PIA adalah orang yang beriman. Ia diharapkan terbuka terhadap kehadiran dan sapaan Allah serta mau menanggapi atau mengamini tawaran keselamatan-Nya itu, baik bagi dirinya sendiri maupun anak-anak dampingannya. Ia diharapkan menjadi sosok orang beriman dan sekaligus menjadi contoh orang beriman.

2. Pendamping PIA mempunyai intimitas dengan yang Ilahi. Mengingat tugasnya adalah mewartakan kabar gembira, sudah sepantasnya ia mampu mengenal pribadi Allah dan Yesus Kristus secara personal, entah melalui doa, penerimaan sakramen, membaca dan merenungkan Kitab Suci, menghidupi aneka devosi yang disediakan Gereja, dan sebagainya.

3. Pendamping PIA terbuka pada karya Roh Kudus. Dalam mewartakan Kabar Germbira, pendamping diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus. Roh Kudus hadir dan berkarya tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga dalam diri anak-anak dampingan.

[12]

4. Pendamping PIA menyadari panggilan dan perutusannya. Pendamping diharapkan menyadari bahwa menjadi pendamping PIA bukan pertama-tama karena kemauan sendiri, melainkan karena panggilan dan perutusan Allah untuk mewartakan Kabar Gembira. Panggilan dan perutusan ini diharapkan menjadi keyakinan hidupnya.

5. Pendamping PIA bersemangat melayani. Mewartakan Kabar Gembira itu jangan jual mahal dengan memunculkan ungkapan yang arogan, “Siapa yang membutuhkan? Kalau yang membutuhkan kamu, silahkan datang ke rumahku dan menyesuaikan dengan situasi atau keinginanku.” Ia diharapkan mau melayani anak-anak dampingannya dengan penuh kerendahan hati.

6. Pendamping PIA rela berkorban. Ia diharapkan mampu mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan anak-anak dampingannya. Pengorbanan itu antara lain meliputi waktu, tenaga, pikiran, harta, kepentingan pribadi dan keluarga, dan sebagainya. Pengorbanan ini hendaknya didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apa pun, karena mencintai tugas perutusannya.

7. Pendamping PIA mau belajar terus-menerus. Mengingat keberadaan dan tugas perutusannya sangat penting, sudah sepantasnya ia mempunyai niat dan kemauan keras untuk belajar dan belajar terus dalam segala hal, khususnya pengetahuan dan keterampilan, agar dirinya berkembang dan karyanya dapat dipertanggungjawabkan. Janganlah merasa puas diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

KETERLIBATAN ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI

Partisipasi secara sadar dan aktif sudah menjadi hakikat liturgi sendiri (SC 14). Partisipasi itu juga mengalir dari imamat umum kaum beriman, yang bersama dengan imamat jabatan menurut caranya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamamt Kristus (LG 10). Namun, partisipasi tersebut dilaksanakan sesuai dengan tugas atau perannya masing-masing menurut hakikat perayaan dan kaidah-kaidah liturgi (SC 28).

Partisipasi kaum awam dalam Perayaan Ekaristi dan perayaan liturgi lainnya tidak boleh merupakan kehadiran fisik melulu, apalagi kehadiran pasif, melainkan merupakan keikutsertaan penuh khidmat dan aktif (SC 48). Bagaimana bentuk partisipasi kaum awam dalam Perayaan Ekaristi? RS 39 memberikan beberapa contoh pembaruan yang dicanangkan Konsili Vatikan II demi partisipasi aktif dari umat beriman itu: melalui berbagai aklamasi, jawaban-jawaban tertentu,

[13]

lagu-lagu mazmur, antifon dan kidung: gerak-gerik dan tindakan tertentu, waktu hening dan berbagai rubrik untuk peranan umat. Bagian-bagian Perayaan Ekaristi seperti pernyataan tobat, madah kemuliaan, syahadat, doa umat, dan doa Bapa Kami juga merupakan bagian yang dibawakan oleh seluruh umat (bdk. PUMR 36). Demikian pula agar umat tersapa dan bisa ikut ambil bagian dalam apa yang dirayakan selama Ekaristi berlangsung, diberikan kemungkinan: penyesuaian pemilihan lagu, doa-doa, dan bacaan-bacaan. Meski perayaan liturgi menuntut sikap partisipasi aktif dari semua umat beriman, itu bukan berarti bahwa seolah-olah setiap orang harus wajib melaksanakan tugas khusus dalam perayaan liturgi (RS 40). Hadir sebagai umat dengan terlibat dalam seluruh perayaan secara sadar dan aktif sudah merupakan partisipasi yang penuh.Gereja mendukung adanya petugas liturgi: para misdinar dan lektor, pelayan komuni tak lazim (prodiakon) meski dengan tambahan tugas yang ditentukn oleh uskup, serta fungsi fungsi lainnya dalam bidang pelayanan liturgi.

PENGGUNAAN BAHASA ANAK DALAM PERAYAAN EKARISTI

Perlu diketahui, bahwa subjek sasaran dari Perayaan Ekaristi anak adalah anak itu sendiri, maka penyampaian sedapat mungkin dikomunikasikan dengan bahasa sederhana dan menarik, sesuai dengan alam pikiran dan daya tangkap anak-anak. Berkaitan dengan hal tersebut, penggunaan media seperti gambar atau video bisa menjadi salah satu sarana yang efektif untuk menarik minat anak terlibat dalam Perayaan Ekaristi.