• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PIA DAN PERAN PENDAMPING PIA DALAM MEMBANTU

C. Sosok Pendamping PIA

Dalam dekrit Kerasulan Awam dikatakan, “Gereja dilahirkan untuk menyebarkan Kerajaan Kristus di seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa. Dengan demikian semua manusia mengambil bagian dalam penebusan yang menyelamatkan dan lewat mereka seluruh dunia benar-benar diarahkan kepada Kristus”.

Sesuai dengan dekrit di atas, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika menjadi pendamping atau pembina PIA sebagai penyebar Kerajaan Kristus terutama bagi anak-anak. Hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendamping PIA adalah penjalin hubungan antar pribadi

Beriman adalah menjalin hubungan dengan Allah dan semua orang. Maka, seorang pendamping PIA sudah sepantasnya mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan. Hubungan ini juga harus nampak dalam kehidupan sehari-hari pendamping. Dalam mendampingi anak-anak seorang pendamping harus menghargai pribadi tiap anak dan percaya pada anak. Dengan demikian hubungan hati akan timbul. Hubungan antar anak dengan pendamping maupun anak dengan anak lain akan berkembang.

Selain itu, kegembiraan anak juga akan mempererat hubungan yang menyenangkan. Warta gembira bukan lagi sekedar kata-kata, namun menjadi nyata, menggembirakan, langsung dirasakan oleh anak-anak. Pendamping akan mencintai anak-anak sebagaimana Tuhan mencintai dirinya.

2. Pendamping PIA penuh pengabdian dan selalu belajar

Semangat pengabdian seperti yang Yesus laksanakan harus juga dimiliki oleh seorang pendamping PIA. Pelayanan kepada siapa saja dan tanpa pamrih dengan sendirinya akan menimbulkan kegembiraan. Dalam kelompok PIA, sikap ‘pengabdian’ itu hendaknya dirasakan juga oleh anak-anak.

Masa anak-anak merupakan masa di mana anak senang meniru orang lain. Perilaku dari seorang pendamping merupakan cermin bagi anak-anak. Anak-anak percaya kepada pendamping, sehingga kepribadian pendamping sering menjadi pedoman bagi anak-anak.

Untuk melaksanakan pengabdian, seorang pendamping perlu memahami anak-anak dampingannya. Pendamping harus terus belajar tentang apa yang ada dalam diri tiap anak dampingannya. Dengan demikian, ia dapat dengan mudah diterima dan disenangi oleh anak-anak.

3. Pendamping PIA sabar namun tegas

Mendampingi memang membutuhkan kesabaran, terutama mendampingi anak-anak. Sering kali seorang pendamping merasa putus asa saat menghadapi anak-anak. Dari sikap putus asa itu tidak jarang menimbulkan tindakan kurang sabar.

Selain sikap sabar, seorang pendamping juga perlu memiliki sikap tegas yang muncul dari pribadi yang berwibawa dan bijak, karena bila pendamping ‘membiarkan’ anak-anak begitu saja, kegiatan akan menjadi tidak terarah. Anak-anak tidak akan takut pada pendamping yang bijak, bahkan mereka akan

merasa tertolong, namun jika pendamping kurang tegas, maka anak menjadi tidak hormat kepada pendamping.

4. Pendamping PIA penuh fantasi dan kreatif

Anak-anak tidak hanya akan senang dengan pendamping tetapi juga senang mendatangi pertemuan karena setiap pertemuannya selalu ada hal-hal baru yang dipelajari. Maka, sebagai seorang pendamping harus kreatif dan penuh fantasi yang didukung oleh sikap ‘terbuka’ terhadap anak-anak. Dengan sikap yang terbuka tersebut, maka pendamping dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi anak-anak dan yang terutama pendamping dapat membantu anak mengembangkan iman mereka.

Selain hal-hal tersebut, seorang pendamping PIA juga mempunyai beberapa tugas yang tidak kalah penting dalam segi komunikasi iman. Tugas pendamping PIA di sini ialah ikut serta dengan setiap orang beriman di dalam kegiatan komunikasi iman. Dalam hal ini, kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan kelompok PIA.

Pendamping PIA diharapkan mau dan berani mengembangkan prinsip dalam mewartakan Kabar Gembira bagi anak-anak. Pewartaan akan berguna jika dalam diri hidup pendamping sendiri terdapat aneka keutamaan hidup yang dapat dicontohkan kepada anak-anak. Keutamaan hidup yang diharapkan tumbuh di dalam diri seorang pendamping PIA antara lain adalah pertama, pendamping PIA adalah orang beriman, terbuka akan kehadiran dan sapaan Allah serta mau menanggapi tanggapan Allah, baik bagi dirinya maupun

anak-anak dampingannya. Kedua, pendamping PIA mempunyai intimitas dengan yang Ilahi, mampu mengenal pribadi Allah dan Yesus Kristus secara personal. Ketiga, pendamping PIA terbuka pada karya Roh Kudus, menyadari sepenuhnya bahwa dasar yang utama kegiatan ini adalah Roh Kudus yang hadir dan berkarya dalam diri pendamping maupun anak-anak yang didampingi. Keempat, pendamping PIA menyadari panggilan dan perutusannya, menyadari bahwa menjadi pendamping PIA bukan semata-mata karena keinginan diri sendiri, melainkan Allah yang memanggil dan mengutus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada anak-anak. Kelima, pendamping PIA bersemangat melayani, melayani anak-anak dengan penuh kerendahan hati. Keenam, pendamping PIA rela berkorban, rela berkorban demi kepentingan anak-anak dampingannya baik itu dari segi waktu, tenaga, pikiran, dan lain sebagainya. Serta yang ketujuh, pendamping PIA mau belajar terus-menerus, mempunyai niat dan kemauan untuk belajar dan belajar terus dalam segala hal agar dirinya berkembang dan karyanya dapat dipertanggungjawabkan (Prasetya, 2008:29).

Mengingat kegiatan PIA sangat strategis sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan kepribadian serta iman anak, maka pendamping PIA harus memenuhi kualifikasi sebagai pendamping, di antaranya adalah, yang pertama, pengetahuan atau pemahaman iman Katolik yang mencukupi. Kedua, kemampuan dan keterampilan mempersiapkan, mengolah, serta menggunakan metode yang kreatif dan menarik. Ketiga, kemampuan dan keterampilan mencari, membuat, dan menggunakan sarana yang inovatif. Keempat,

kemampuan mengelola pendampingan. Dan yang terakhir adalah berpenampilan menarik, semangat, serta mampu menciptakan suasana mesra antara dirinya dengan anak-anak dampingan (Prasetya, 2008:30).

Kegiatan PIA hendaknya ditempatkan dalam suasana dan semangat tim kerja karena pendamping bekerja sama dengan orang lain dalam tim. Selain itu, mereka dapat membantu dengan saling memperkaya, saling meneguhkan, saling berbagi tugas dalam proses pendampingan dan dapat mengembangkan ide yang lebih kreatif dan inovatif (Prasetya, 2008:32).

Pendamping PIA diharapkan mengembangkan sikap dan semangat mau bekerja sama dengan berbagai pihak. Kerja sama yang harus dibangun dan dilakukan antara lain bekerja sama dengan orang tua agar mereka mau menyertakan anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan PIA, bekerja sama dengan Pastor paroki serta pengurus dewan, bekerja sama dengan pengurus lingkungan dan stasi, serta bekerja sama antar pendamping PIA (Prasetya 2008:33).

D. Pokok-Pokok Pemahaman Ekaristi Bagi Anak