BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
9.1. PROFIL PERKEMBANGAN APBD KABUPATEN/KOTA
Profil APDB Kabupaten Pemalang menggambarkan kondisi struktur APBD selama kurun waktu 3‐5 tahun. Komponen profil APBD tersebut antara lain :
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
9.1.1. Kinerja Pendapatan
Kinerja pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten. Capaian anggaran menunjukkan prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintah Daerah, yang digambarkan oleh besanya perkembangan realisasi anggaran pendapatan. Capaian perkembangan realisasi pendapatan dan proporsi % (persentase) rata‐rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah yang memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan sebagai potensi sumber pendapatan di masa datang.
Gambaran kinerja capaian realisasi dan trend perkembangan realisasi anggaran pendapatan dalam APBD Kabupaten Pemalang untuk periode 2009‐2013 disajikan pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 1
PERKEMBANGAN PROPORSI REALISASI PENDAPATAN DAERAH
URAIAN TAHUN
2009 2010 2011 2012 2013
PENDAPATAN Pendapat an Asli
Daerah 52, 434, 503, 704 50, 812, 460, 551 49, 240, 594, 738 47, 717, 354, 049 46, 241, 234, 280
Dana Perimbangan 625, 044, 324, 759 625, 044, 324, 759 641, 071, 907, 271 657, 510, 474, 077 674, 370, 563, 767
Lain-lain Pendapat an 130, 712, 715, 695 130, 712, 715, 695 178, 710, 438, 899 244, 332, 931, 204 334, 052, 009, 712
JUMLAH PENDAPATAN 808, 191, 544, 159 806, 569, 501, 005 869, 022, 940, 908 949, 560, 759, 330 1, 054, 663, 807, 759
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Paj ak daerah 10, 603, 454, 137 11, 326, 564, 333 12, 098, 987, 550 12, 924, 086, 724 13, 805, 454, 132
Ret ribusi daerah 37, 452, 495, 496 40, 404, 516, 981 43, 589, 218, 044 47, 024, 938, 588 50, 731, 464, 074
BUMD 2, 650, 507, 859 2, 566, 008, 823 2, 484, 203, 643 2, 405, 006, 438 2, 328, 334, 066
Lain2 PAD yg sah 158, 031, 285, 113 277, 781, 817, 083 488, 275, 076, 967 858, 272, 702, 264 1, 508, 641, 473, 217
JUMLAH 208, 737, 742, 605 332, 078, 907, 219 546, 447, 486, 204 920, 626, 734, 014 1, 575, 506, 725, 488 Sumber: Tim Penyusun, 2014
Dari table diatas dapat diketahui perkembangan proporsi realisasi pendapatan daerah di Kabupaten Pemalang pada 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Jumlah pendapatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 tidak selalu mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat pada table IX.1 diatas. Proporsi pendapatan tebesar yang diperoleh yaitu pada tahun 2013 senilai 1,054,663,807,759.
Untuk pendapatan asli daerah, jumlah tertinggi diperoleh pada tahun 2013 yaitu senilai 1,575,506,725,488. Secara signifikan setiap tahunnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pemalang yang diperoleh semakin meningkat. Pendapatan tertinggi diperoleh dari hasil sector lain‐lain PAD yang sah yaitu peningkatannya mencapai 13.506.102.012. Penyebab terjadinya perkembangan kondisi tersebut dapat dijelaskan bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan per tahun karena faktor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Potensi ke depan yang dimiliki Kabupaten Pemalang dari sisi pendapatan daerah adalah: 1) Dilihat dari proporsi perkembangan, maka PAD merupakan potensi yang dapat digali untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan daerah; 2) Pendapatan Lain yang Sah yang cenderung mengalami perkembangan fluktuatif setiap tahunnya.
9.1.2. Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Perkembangan proporsi realisasi Belanja terhadap Anggaran menunjukkan perkembangan kinerja yang dicapai dalam pengelolaan belanja. Makin kecil proporsi realisasi anggaran dibanding dengan belanja anggaran (penetapan), maka makin baik atau makin efisien pengelolaan anggaran belanja APBD Kabupaten Pemalang. Tabel berikut menunjukkan kinerja realisasi anggaraan belanja APBD Kabupaten Pemalang 2009‐2013.
TABEL IX. 2
PERKEMBANGAN PROPORSI REALISASI BELANJA DAERAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
Sumber: Tim Penyusun, 2014
Realisasi Belanja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana dari Pendapatan yang diperoleh. Semakin kecil realisasi Belanja menunjukkan kinerja yang baik karena terbuka peluang diperolehnya surplus anggaran. Selain dari proporsinya Belanja juga perlu dilihat dari jenisnya.
Potensi ke depan yang bisa dilakukan untuk mencapai penghematan adalah mempertahankan atau bahkan kalau bisa menekan proporsi belanja pegawai. Tantangannya adalah kebutuhan belanja barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya Penurunan anggaran belanja operasi tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah kabupaten Pemalang dapat menekan belanja pegawai, maka hal ini patut dilakukan. Namun tentunya pembatasan kuantitas gaji dan tunjangan pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan agar tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah tenaga kerja juga dapat diimbangi dengan peningkatan penggunaan teknologi agar dapat dilaksanakan pelayanan yang cepat dan efisien. Di lain pihak kebutuhan pembangunan baik dalam bentuk belanja barang maupun belanja modal meningkat secara signifikan.
9.1.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan Pembiayaan mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Transfer dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan, maupun berupa Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: (1) Transfer ke Dana Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.
Kebijakan penganggaran Pemerintah Kabupaten Pemalang dari Tahun Anggaran 2009 sampai dengan 2013 adalah anggaran defisit. Kebijakan tersebut terutama untuk mendukung kebutuhan belanja dalam pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Kebijakan defisit ini secara cermat juga memperhitungkan realisasi SILPA pada tahun anggaran sebelumnya sebagai sumber pembiayaan utama untuk menutup defisit yang ada.
TABEL IX. 3
PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN DAERAH DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
Sumber: Tim Penyusun, 2014
9.2. PROFIL PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA (APBN, APBD PROV, APBD KAB./KOTA, SWASTA, MASYARAKAT)
9.2.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana APBN Kabupaten selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 4
PERKEMBANGAN ALOKASI APBN UNTUK PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM 3 TAHUN TERAKHIR
Sektor 2011 2012 2013
Pengembangan Air Minum 21.875.000 22.695.000 21.695.000
Pengembangan PLP 5.299.000 7.149.000 7.524.000
Pengembangan Permukiman 1.150.000 1.150.000 1.350.000
Penataan Bangunan & Lingkungan 17.079.900 17.107.500 14.640.00
Total 45.403.900 48.101.500 32.033.000
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Pemalang Tahun 2011‐2013 dan Tim Penyusun, 2014
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi APBN yang diberikan untuk Kabupaten Pemalang mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2011, alokasi APBN sebesar Rp. 45.403.900,00. mengalami peningkatan menjadi RP. 48.101.500,00 kemudian menurun di tahun 2013 menjadi Rp. 32.033.000,00.
9.2.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD
Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dar dana APBD Kabupaten selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 5
PERKEMBANGAN ALOKASI APBD UNTUK PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DALAM 3 TAHUN TERAKHIR
Sektor 2011 2012 2013
Alokasi Alokasi Alokasi
Pengembangan Air Minum 3.245.000 2.695.000 2.195.000
Pengembangan PLP 2.364.625 1.094.625 1.109.625
Pengembangan Permukiman 970.000 2.270.000 670.000
Penataan Bangunan & Lingkungan
4.648.600
2.565.710 2.337.000
Total APBD Cipta Karya 11.228.225 8.625.335 6.311.625
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Pemalang Tahun 2011‐2013 dan Tim Penyusun, 2014
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di sektor Cipta Karya mengalami penurunan. Pada tahun 2011, alokasi APBD di sektor Cipta Karya sebesar
11.228.225 tahn 2012 mengalami penurunan menjadi Rp. 8.625.335 dan pada tahun 2013 menurun kembali6.311.625
Prosentase alokasi dana APBD terbesar untuk tahun 2011 ada di sektor pengembangan bangunan dan lingkungan yaitu sebanyak 4.648.600 diuruta kedua sektor pengembangan air minum dan diurutan ketiga sektor pengembangan PLP. Tahun 2012, alokasi dana APBD terbesar ada di sektor air minum sebesar, diurutan kedua pengembangan PBL, urutan ketiga pengembangan permukiman dan diurutan terakhir pengembangan PLP.
9.3. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA 9.3.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis.
ABEL IX. 6
PROYEKSI PENDAPATAN APBD KABUPATEN PEMALANG DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
URAIAN TAHUN
2013 2014 2015 2016 2017
PENDAPATAN
Pendapat an Asli Daerah 46, 241, 234, 280 45, 143, 670, 120 43, 654, 908, 907 42, 907, 986, 879 40, 097, 856, 832
Dana Perimbangan 674, 370, 563, 767 698, 097, 356, 009 702, 987, 034, 002 730, 0987, 345, 005 760, 005, 874, 768
Lain-lain Pendapat an 334, 052, 009, 712 365, 987, 098, 643 380, 764, 968, 543 402, 9745, 342, 764 405, 9768, 435, 867
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Paj ak daerah 13, 805, 454, 132 15, 955, 064, 087 16, 885, 304, 112 17, 005, 215, 702 18, 145, 904, 100
Ret ribusi daerah 50, 731, 464, 074 54, 546, 897, 009 56, 987, 009, 657 58, 909, 045, 879 60, 907, 986, 983
BUMD 2, 328, 334, 066 2, 500, 846, 904 2, 800, 869, 345 3, 008, 997, 098 3, 245, 7856, 009
Lain2 PAD yg sah 1, 508, 641, 473, 217 1, 654, 099, 534 1, 894, 098, 877 2, 008, 657, 432 2, 100, 657, 738
dari perhitungan proyeksi pendapatan APBD Kabupaten Pemalang, dapat diproyeksikan total pendapatan Kabupaten Pemalang sampai dengan tahun 2017 sebesar Rp. 113. 612. 404. 830 dengan perincian PAD sebesar dana perimbangan, pajak daerah, retibusi, BUMD dan lain‐lain PAD yang sah.
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3‐5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah ‐ Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) ‐ (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan.
Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Batas jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban APBD menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.
9.3.2. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Rencana Kerjasama pemerintah dengan swasta di bidang Cipta Karya meliputi beberapa kegiatan yang ada di sektor cipta karya. Digharapkan, dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi sumber alternatif pendanaan yang dapat diterapkan dalam kegiatan sektor cipta karya. Namun rencana kerjasama antara pemerintah Kabupaten Pemalang dan swasta hanya ada pada satu kegiatan. Kegiatan yang menggunakan pembiayaan dari sektor swasta dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL IX. 7
PROYEK POTENSIAL YANG DAPAT DIBIAYAI SEKTOR SWASTA (DALAM RIBUAN RUPIAH)
Sektor Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan
Permukiman Kegiatan penataan bangunan dan lingkungan
PAMSIMAS Rp. 4.400.000, 00
Sumber: Tim Penyusun, 2014
9.4. KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dilakukan untuk melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.4.1. Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya dapat dilihat pada uraian berikut ini : a) Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN)
Kemampuan pendanaan yang berasal dari APBN dapat diproyeksikan dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kemampuan pendanaan dari APBN dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IX. 8
PROYEKSI PENDANAAN DARI PEMERINTAH PUSAT SELAMA
Sektor 2014 2015 2016
Pengembangan Air Minum 21.875.000 22.695.000 21.695.000 Pengembangan PLP 5.299.000 7.149.000 7.524.000 Pengembangan Permukiman 1.150.000 1.150.000 1.350.000 Penataan Bangunan & Lingkungan 17.079.900 17.107.500 14.640.00
Total 45.403.900 48.101.500 32.033.000
Sumber: Tim Penyusun, 2014
Dari tabel diatas dapat diketahui proyeksi besaran pendanaan bidang Cipta Karya dari APBN dengan menggunakan asusmsi terjadi peningkatan 10% setiap tahunnya. Total proyeksi pendanaan untuk tahun 2015 sebesar Rp. 48.101.500 dan tahun 2016 sebesar Rp., 32.033.000.
9.4.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2‐JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.
a. Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota
Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kabupaten Pemalang dapat dilakukan melalui peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.
Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan melalui DDUB, Pemerintah Kabupaten Pemalang perlu membuat komitmen dalam rencana pengembangan dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah Kabupaten Pemalang sehingga pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.
b. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran
Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan strategi kebijakan keuangan daerah berikut:
1. Mengoptimalisasikan sumber‐sumber pendapatan daerah – khususnya sumber‐sumber Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang‐undangan. 2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi
daerah.
3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang‐bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah.
5. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah. 6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Pemalang, terutama yang
terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.
daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:
1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.
2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.
c. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi :
1. Reformasi Misi Perusahaan Daerah
a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;
b) Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan;
c) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian social;
d) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC).
2. Restrukturisasi Perusahaan Daerah
Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :
a) Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi yang tersedia;
b) Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang bersangkutan.
3. Profitisasi Perusahaan Daerah
Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut : a) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan
kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;
b) Mengarahkan Perusahaan Daerah untuk dapat berbisnis secara terfokus dan terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;
c) Bagi Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial, diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;
d) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan profesionalisme melalui proses fit and proper test;
e) Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk (minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain‐lain) untuk menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.
4. Privatisasi Perusahaan Daerah
Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan, profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah, serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.
pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam rangka menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.
Untuk memelihara sense of belonging, daerah/ Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha di daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber‐sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan pengawasan di berbagai bidang.
d. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilakukan melalui :
1. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah.
Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang sudah ada saat ini.
Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak Dispenda mencari sumber‐sumber pajak dan retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.
2. Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.
Peningkatan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi terharap Perda Pajak dan Retribusi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga menumbuhkan kesadaran hukum. Selain itu, pemberian insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dapat dilakukan untuk memberikan reward kepada masyarakat dan dunia usaha yang taat pajak.
3. Mengembangkan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan.
Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan sebagai upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia usaha merasa ikut andil dalam pembangunan.
e. Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur Permukiman
Yang Sudah Ada
Strategi pendanaan yang adapt dilakukan oleh Kabupaten Pemalang dalam operasionalisasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman dapat melalui :
1. Optimalisasi penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi
Dalam usaha peningkatan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi, beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah :
a. Melengkapi semua persyaratan dalam upaya penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD
c. Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kabupaten Pemalang untuk pekerjaan bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU
2. Optimalisasi pendanaan melalui upaya pinjaman daerah
Pinjaman daerah dapat dilakukan untuk pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya. Dari hasil analisis kemampuan daerah dalam mengembalikan pinjaman daerah dengan nilai DCSR lebih dari 2,5 maka Pemerintah Kabupaten Pemalang memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman.
3. Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah
Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Pemalang. Peningkatan penarikan pajak dapat dilakukan secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.
f. Strategi Pengembangan Infrastruktur Skala Regional
Strategi dalam pengembangan infrastruktur yang mempunyai skala regional dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :
1. Pemerintah daerah membuat/menyiapkan MoU dengan Pemerintah Daerah lain yang terlibat dalam pengembangan infrastruktur skala regional
2. Menyerahkan urusan pengelolaan teknis pengembangan infrastruktur skala regional kepada Pemerintah Provinsi untuk dibentuk unit pelaksana teknis pengelolaan infrastruktur skala regional.