0
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU
BAHASA JEPANG SMA DI KABUPATEN BULELENG
Oleh:
Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si
NIP : 198705122012122001
Dewa Ayu Eka Agustini S.Pd., M.S
NIP : 198108142009122002
Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd
NIP : 198805172012122002
Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd
NIP : 198309232008122001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha
SPK No197/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
OKTOBER 2015
ii HALAMAN PENGESAHAN
Judul Pengabdian : Pelatihan Dan Pendampingan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru BahasaJepang SMA Di Kabupaten Buleleng
Peneliti Pelaksana Ketua Tim Pengusul
a. Nama (lengkap dengan gelar) : Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si
b. NIP : 198705122012122001
c Bidang Keahlian : Bahasa (dan Sastra) Jepang
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
e. Program Studi : Pendidikan Bahasa Jepang
f. Alamat Rumah : Jl. Gatot Subroto I / IV No.6 Dps
g. No. Hp : 081805515150
Identitas Anggota (I)
a. Nama Lengkap : Dewa Ayu Eka Agustini, S.Pd., M.S.
b. NIDN : 198108142009122002
c. Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda Tingkat I/IIIb
Identitas Anggota (II) :
a. Nama Lengkap : Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd.,M.Pd.
b. NIP : 198805172012122002
c. Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda Tingkat I/IIIb Identitas Anggota (III)
a Nama Lengkap : Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd
b NIP : 198309232008122001
c Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda/IIIa
Lokasi Kegiatan : Desa Kaliuntu, Kec. Buleleng, Kab.
Buleleng – Bali Jumlah Biaya yang Diusulkan : Rp. 11.100.000
Singaraja, 7 Oktober 2015
iii Ringkasan
Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini, kemampuan guru, khususnya guru bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, dalam mengadakan PTK merupakan sesuatu yang wajib menjadi perhatian. Penelitian Tindakan Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang paling tepat karena selain sebagai peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses belajar mengajar sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi, dan kondisi yang ingin dicapai. Jika guru telah mampu melakukan PTK dengan benar, maka berbagai permasalah dalam proses pembelajaran dapat diatasai sedikit demi sedikit. Berdasarkan analisis kebutuhan, ditemukan bahwa perlu diadakan pelatihan dan pendampingan mengenai PTK. Target dari program P2M ini adalah: peserta pelatihan memahami konsep dasar dan tujuan dilaksanakannya PTK, peserta pelatihan terampil dalam menganalisis permasalahan pembelajaran yang ada di kelas, dan peserta pelatihan mampu membuat proposal PTK yang berkualitas baik. Adapun luaran dari program P2M ini adalah: terdapatnya 4 buah proposal PTK berkualitas baik dan terdapatnya jurnal yang akan di kumpulkan ke Jurnal Aplikasi IPTEKS ’Ngayah’ Bali.
Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Berdasarkan hasil kuesioner I, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam.
Selanjutnya diberikan materi oleh narasumber dan kemudian peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok membuat satu proposal PTK. Proposal tersebut dipresentasikan pada hari kedua pelatihan. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah dibuat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik dengan poin 185 (kategori cukup), yaitu kelompok 3, mendapat penghargaan berupa sertifikat dan buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagi masing-masing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-baiknya.
Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Selain itu, dari hasil kuesioner II, 100% peserta mengatakan termotivasi untuk membuat PTK setelah diberikan pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat memberi dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan dengan masing-masing kelompok. Pendampingan menghasilkan 4 proposal yang sudah direvisi dengan baik sesuai dengan masukan yang diberikan penguji saat pelatihan.
iv DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ………... i HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii RINGKASAN ……… iii DAFTAR ISI ……….. iv 1. PENDAHULUAN ……….. 1 2. METODE PELAKSANAAN ……….……… 8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. …. 13
4. PENUTUP ……….……… 25 LAMPIRAN
Lampiran 1. Absensi Peserta Pelatihan Lampiran 2. Foto-Foto Pelatihan Lampiran 3. Peta Lokasi
Lampiran 4. Pre-test Lampiran 5. Post-test Lampiran 6. Kuesioner 1 Lampiran 7. Kuesioner 2 Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Modul Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Lampiran 10. Panduan Penyusunan Proposal PTK Lampiran 11. Empat Proposal Yang Telah Direvisi
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perkembangan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini telah menitikberatkan perhatian pada kualitas pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang dulunya berkutat pada kuantitas pendidikan, dapat dilihat dalam upaya wajib belajar, kini telah beralih pada peningkatan kualitasnya. Berbagai upaya pun telah dilakukan para pelaku di dunia pendidikan guna peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, salah satunya yakni dengan pemanfaatan hasil-hasil penelitian.
Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan hasil-hasil penelitian tidak begitu saja dapat secara langsung mempengaruhi praktik pembelajaran di kelas (Dantes: 2006). Dantes (2006:2) mengemukakan beberapa alasan yang mempengaruhi hal tersebut. Pertama, penelitian-penelitian tersebut dilakukan bukan oleh guru/dosen/sekolah/institusi tempat permasalahan sebenarnya terjadi. Sekolah hanya digunakan sebagai kancah (seting) penelitian, dimana permasalahan penelitian ditentukan oleh peneliti yang merupakan pihak luar, bukan masalah-masalah riil yang terjadi di tempat tersebut. Akibatnya, sekolah (murid dan guru) hanya semata-mata berperan sebagai instrumental, dalam arti hanya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan peneliti.
Alasan kedua yakni dengan masalah yang dibawa dari luar berarti guru tidak terlibat secara langsung dalam menentukan masalah tersebut. Akibatnya, masalah-masalah itu tidak dihayati oleh guru, atau bahkan bukan permasalahan sebenarnya yang dihadapi oleh guru, sehingga pembentukan pengetahuan (knowledge construction) tidak terjadi. Dengan demikian, tidak ada masukan yang dapat dipakai guru untuk meningkatkan pembelajarannya.
Alasan ketiga, penyebarluasan hasil-hasil penelitian memakan waktu lama karena prosedur diseminasi yang harus dilalui sangat panjang. Proses tersebut meliputi berbagai kegiatan seperti penerjemahan hasil-hasil penelitian itu dalam suatu program. Selain itu, prosedur birokratik yang harus dilalui dirasa cukup melelahkan.
2 Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, hendaknya penelitian dilakukan langsung oleh guru atau pihak sekolah bersangkutan berdasarkan permasalahan nyata yang ditemui langsung di tempat bersangkutan. Dantes (2006) mengemukakan bahwa orientasi baru dalam cara memandang proses pembelajaran, yaitu yang mengedepankan tanggungjawab semua pihak dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, telah menempatkan guru/sekolah tidak semata-mata sebagai objek, melainkan sebagai subjek pelaku penelitian. Orientasi ini memunculkan penelitian tindakan kelas, suatu jenis penelitian dimana guru berperan sebagai pelaku langsung penelitian itu, sehingga guru dapat membangun sendiri pengetahuannya melalui praktik pembelajarannya.
Penelitian Tindakan Kelas dipandang sebagai bentuk penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang paling tepat karena selain sebagai peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses belajar mengajar sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi, dan kondisi yang ingin dicapai (Santoso dkk: 2010). Kemmis dan McTaggart ( 1988) menekankan bahwa penelitian tindakan digunakan sebagai upaya pengentasan masalah-masalah riil, untuk meningkatkan efektifitas. Upaya perbaikan kualitas pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan keinginan dari dalam diri guru bersangkutan untuk mau melakukan perbaikan (Tantra, 2005). Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu upaya peningkatan kualitas pendidikan serta profesionalisme guru sebagai pelaku pendidik yang paling tepat dilakukan oleh guru/sekolah bersangkutan berdasarkan masalah-masalah riil yang dihadapi.
1.2. Analisis Situasi
Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini, kemampuan guru mengadakan PTK merupakan sesuatu yang wajib menjadi perhatian. Jika guru telah mampu melakukan PTK dengan benar, maka berbagai permasalah dalam proses pembelajaran dapat diatasai sedikit demi sedikit. Namun antusiasme guru dalam melakukan PTK masih kurang. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengalaman penelitian guru bersangkutan.
3 Berbagai pelatihan penyusunan PTK telah dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah, institusi kependidikan, serta individu pendidik yang peduli akan kompetensi meneliti guru guna kemajuan pendidikan negeri ini. Kenyataan tersebut disupport oleh hasil dari FGD (Focused group discussion) yang dilakukan oleh Rinjin dkk (2008) dengan para guru, yang mana diperoleh informasi bahwa Guru sesungguhnya sering dikirim oleh pihak sekolah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar tentang PTK atau topik-topik yang lain, tetapi para guru mengakui bahwa model pelatihan lebih banyak memfokuskan pada kajian teoritis dan kurang penyajian contoh-contoh kongkret sehingga ketika selesai mengikuti pelatihan mereka tidak memahami dengan baik konsep yang telah diajarkan dan ketika kembali ke sekolah mereka kembali tidak mampu melakukan penelitian.
Selain itu, dari wawancara dengan anggota MGMP Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, didapatkan informasi bahwa 65% dari guru-guru tersebut belum pernah mengikuti pelatihan PTK baik dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional. Dari 35% guru yang pernah mengikuti pelatihan PTK, keseluruhannya mengatakan bahwa mereka masih kebingungan dalam pengimplementasiannya di kelas. Dari hasil wawancara lebih lanjut, didapatkan hasil bahwa guru-guru tersebut memerlukan adanya bimbingan lebih lanjut, setelah selesainya pelatihan, mulai dari penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, sampai pada penyusunan laporan PTK.
Berdasarkan pemaparan teori dan keadaan di lapangan tersebut diatas, para guru, khususnya guru Bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng memerlukan pelatihan PTK yang dapat membantu mereka memahami bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran yang mereka selenggarakan. Selain pelatihan tersebut, perlu pula diberikan pendambingan berupa bimbingan selama proses penyusunan proposal.
Disisi lain dengan adanya pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas, akan diperoleh beberapa manfaat lainnya, seperti 1) dalam uji sertifikasi (PLPG), guru harus memahami dan
4 melaksanakan PTK dengan baik dan benar, sehingga dengan diadakannya program P2M ini guru akan sangat terbantu, 2) adanya mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas di sekolah guru bersangkutan, sehingga jika guru telah memahami benar konsep PTK, mereka dapat mendampingi dan membimbing para mahasiswa tersebut, dan 3) berkaitan dengan program PPL mahasiswa, guru dapat diajak berkolaborasi dengan pihak perguruan tinggi dalam bentuk pengarahan dan pembimbingan ide-ide dalam penyusunan skripsi dimulai dari observasi keadaan di tempat PPL secara langsung.
1.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan ketua dan anggota MGMP Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng, masalah-masalah yang dihadapi para guru tersebut berkaitan dengan PTK dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan
permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK
b. Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c. Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan
Kelas
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Rumusan Masalah Pengabdian Masyarakat ini adalah : Apakah Kemampuan Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng dalam menyusun Penelitian Tindakan Kelas dapat ditingkatkan melalui Pelatihan dan Bimbingan PTK?
1.4. Tinjauan Pustaka
Seorang guru bukan hanya melakukan persiapan belajar mengajar, tetapi juga harus mengembangkan keprofesionalannya. Salah satu cara untuk mengembangkan keprofesionalan adalah dengan melakukan penelitian tindakan
5 kelas (PTK). Rahmawati (2008) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan – permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Juwairiah (2013) menekankan bahwa guru yang profesional harus bisa melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terutama dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan refleksi dengan memberikan tindakan sebaik mungkin. Setelah melakukan PTK, guru dapat menyusun laporan PTK dalam sebuah karya ilmiah untuk pengembangan keprofesionalannya.
Masih banyak guru yang belum memahami betul mengenai PTK. Mengingat pentingnya kemampuan melakukan PTK bagi guru, kegiatan pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan penyusunan proposal PTK bagi guru pun diselenggarakan dengan harapan bisa mendorong dan memfasilitasi guru dalam melakukan PTK.
Di Universitas Pendidikan Ganesha, P2M dengan kegiatan pelatihan penyusunan proposal PTK sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Wisudariani dkk (2014) yang diselenggarakan untuk guru-guru SD di wilayah gugus VIII Kecamatan Abiansemal Badung. Hasil pelatihan ini menunjukkan bahwa pelatihan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap peserta dalam merancang proposal penelitian dimana pokok-pokok pikiran yang harus dibuat dalam latar belakang penelitian PTK telah mampu dirancang dan prosedur penelitian sudah berhasil dirumuskan.
Di Universitas Pendidikan Indonesia, P2M dengan tema sejenis juga pernah dilakukan oleh Supriyanti (2009). Supriyanti mengadakan workshop peningkatan profesionalisme guru melalu penelitian tindakan kelas. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah bahwa workshop ini dapat menginisiasi dan sekaligus membantu guru dalam penelitian, khususnya PTK. Kekurangannya adalah, guru-guru merasa terbantu dengan adanya kegiatan workshop namun dirasakan waktu yang disediakan untuk merencanakan proposal penelitiannya masih kurang. Hal inilah yang kemudian dicermati dan dipelajari kekurangannya, sehingga P2M yang akan diadakan menjadi tidak hanya pelatihan namun juga pendampingan.
Tearkhir, kegiatan P2M yang cukup terbaru dan dilakukan dalam bentuk pelatihan PTK guru bahasa, dilakukan di Universitas Negeri Padang, selama 2 hari pada tanggal 21-22 Juli 2014. Acara diisi dengan penyajian materi dan
6 diskusi, pelatihan menyusun proposal penelitian tindakan kelas, yang kemudian setelah kegiatan pelatihan selesai, dilanjutkan dengan bimbingan dimana guru dibimbing oleh keempat nara sumber untuk melaksanakan PTK sesuai dengan proposal. Hal ini dirasa cukup membantu karena waktu yang diberikan cukup untuk membantu guru-guru memahami PTK secara lebih mendalam (Saputra, 2014)
1.5. Tujuan Kegiatan
Berdasarkan permasalahan yang dihadadapi oleh Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng seperti yang disampaikan di atas, maka tujuan kegiatan ini adalah Memberikan Pelatihan dan Bimbingan Penelitian Tindakan Sekolah yang dapat :
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahan sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK
b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun usulan Penelitian
Tindakan Kelas
1.6. Manfaat Kegiatan
Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan profesionalisme guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Secara lebih eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng memperoleh wawasan tentang : (1) bagaimana menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK, (2) bagaiman menemukan cara terbaik dalam memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, (3) bagaimana menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
7 b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memperoleh peluang untuk memiliki
SDM (Guru Bahasa Jepang SMA) yang berkualitas dan profesional
c. Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat mengimplementasikan hasil penelitian yang dilakukan. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat melaksanakan salah satu darma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Pada Masyarakat.
8
BAB II
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Kerangka Pemecahan Masalah
Berangkat dari permasalahan yang dihadapi para guru Bahasa Jepang di Kabupaten Buleleng, maka alternatif pemecahan masalah yang akan dilaksanakan dalam P2M ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut :
Gambar 2.1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M PERMASALAHAN
a.Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK
b.Rendahnya kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c.Rendahnya kemampuan guru dalam
menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
PEMECAHAN MASALAH a.Meningkatkan kemampuan guru
dalam menemukan dan menentukan permasalahan- permasalahn sekolah yang dapat dipergunakan sebagai masalah PTK
b.Meningkatkan kemampuan guru dalam menemukan cara memperbaiki (treatment) masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran c.Meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun usulan Penelitian Tindakan Kelas
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Memberikan Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas disertai Bimbingan Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas sehingga menjadi proposal yang baik dan siap diajukan
METODE KEGIATAN
1.Ceramah dan Diskusi
2.Praktik membuat Proposal PTK 3.Bimbingan Perbaikan proposal
PTK
4.Bimbingan dan revisi agar menjadi proposal yang siap diajukan untuk hibah dsb
9
2.2. Khalayak Sasaran
Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah untuk membantu para Guru Bahasa Jepang meningkatkan profesionalisme dalam merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Sehubungan dengan hal tersebut, khalayak sasaran strategis dan tepat dilibatkan adalah seluruh guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Total jumlah guru adalah 35, namun yang berkesempatan hadir berjumlah 20 orang (karena ada keperluan upacara agama, sedang sakit, dsb).
Rendahnya kemampuan guru Bahasa Jepang dalam menemukan dan menentukan masalah-masalah Penelitian Tindakan Kelas menyebabkan mereka kurang mampu menyusun proposal dan melaksanakan PTK di sekolah tempat mereka mengajar padahal seharusnya sebagai guru sudah selayaknya mengetahui hal ini.
2.3. Keterkaitan
Kegiatan P2M ini akan melibatkan institusi Undiksha dan SMA Kabupaten Buleleng yang memiliki guru Bahasa Jepang. Kedua instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan secara bersama-sama sebagai berikut :
1. Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Buleleng sebagai instansi yang memiliki Guru Bahasa Jepang akan memperoleh manfaat dari kegiatan P2M ini dalam hal peningkatan kualitas SDM terutama dalam Penelitian Tindakan Kelas.
2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat berperan menyediakan dana, sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2.4 Metode Kegiatan
Dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami khalayak mitra, solusi yang ditawarkan adalah dengan mengadakan pelatihan dengan menerapkan suatu metode inovatif. Metode tersebut yaitu metode peta pikiran. Adapun langkah-langkah pelaksanaan program adalah sebagai berikut. (1) pelatihan pembuatan proposal PTK melalui metode peta pikiran dan (2) pendampingan
10 pembuatan proposal PTK sesuai masalah nyata yang dihadapi di sekolah/kelas masing-masing. Secara skematik, metode yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi khalayak mitra disajikan pada Gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. 2. Metode Kegiatan P2M
Pelatihan Pembuatan Proposal PTK
Ceramah dan Diskusi Praktik
Pendampingan Pembuatan PTK Analisis Permasalahan Penyusunan Proposal Masukan dan saran Revisi Proposal Proposal PTK
Meningkatnya kompetensi guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng dalam membuat proposal Penelitian
Tindakan Kelas
OUTPUT
11 Berdasarkan Gambar 2.2, dapat dilihat bahwa kegiatan pertama dimulai dengan melakukan pelatihan pembuatan proposal PTK. Pelatihan yang dilakukan akan menggunakan peta pikiran sebagai metode yang merupakan langkah awal untuk memulai menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, terdapat ceramah mengenai teori-teori yang berkaitan dengan PTK, diskusi tentang permasalahan dalam menyusun proposal PTK, serta diakhiri dengan praktik pembuatan proposal PTK. Pelatihan dirancang dilaksanakan selama dua hari. Setelah melakukan rangkaian kegiatan pelatihan, untuk memastikan produk yang dihasilkan, maka dilanjutnya dengan proses pendampingan. Pendampingan dilaksanakan melalui bimbingan face to face secara berkelanjutan sampai dihasilkan produk berupa proposal PTK yang berkualitas baik. Pendampingan akan dilakukan di sekolah tempat guru bersangkutan bertugas untuk mempermudah mereka sehingga tidak mengganggu tugas lainnya di sekolah.
2.4Rancangan Evaluasi
1. Prosedur dan Alat Evaluasi
Pada kegiatan P2M ini, Prosedur dan alat evaluasi yang akan digunakan dapat dilihat secara rinci pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Prosedur dan Alat Evaluasi
Pre-tes akan dilakukan di awal kegiatan untuk mengetahui pemahaman para guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng tentang Penelitian Tindakan Kelas sebelum diberikan pelatihan. Sedangkan Post-test akan dilaksanakan pada akhir pelatihan untuk mengetahui perubahan pemahaman mereka tentang PTK setelah mengikuti pelatihan. Data pre-tes
Awal Kegiatan Pre-Test Pelaksanaan Kegiatan Observasi Akhir Kegiatan Post-Test Produk PTK
12 dan post-tes dikumpulkan melalui tes yang akan mengungkap pemahaman khalayak mitra tentang Penelitian Tindakan Kelas.
Selanjutnya observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan mencakup ketekunan dan keseriusan khalayak mitra dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Instrumen yang akan dipergunakan adalah lembar observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas para Guru Bahasa Jepang SMA yang mencirikan perilaku dan kemampuan mereka sebagai guru. Teknik pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala lickert dengan rentang 1-5.
Produk dari kegiatan ini, yaitu Proposal PTK akan dievaluasi untuk mengetahui kemampuan khalayak mitra dalam menyusun proposal PTK, dengan menggunakan rentangan skor dari 0 sampai 100.
2. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Program
Data dari hasil pre-test dan post-tes tentang pemahaman para Guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng sehubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas dan data kemampuan peserta dalam merancang proposal PTK sampai laporan PTK akan dianalisis dengan teknik statistik deskriptif.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Kegiatan
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan tersebut diperuntukkan bagi seluruh guru-guru Bahasa Jepang SMA di Kabupaten Buleleng. Peserta berjumlah 20 orang yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Buleleng. Pelatihan dilaksanakan di Ruang Seminar Fakultas Bahasa dan Seni dengan pola 30 Jam pada tanggal 11-12 Mei 2015. Narasumber pada pelatihan tersebut merupakan pakar penelitian tindakan kelas yang berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang Undiksha. Selanjutnya, seusai mengikuti pelatihan, peserta diharapkan telah membuat sebuah proposal yang ditindaklanjuti dengan pendampingan. Pendampingan dilakukan oleh tim anggota pengabdian pada masyarakat ini yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas proposal, dan mendampingi dalam pelaksanaan proposal menjadi laporan PTK.
Pada hari pertama, kegiatan diawali dangan pemberian pre-test dan pengisian kuesioner 1. Pre-test terdiri dari 20 soal pilihan ganda yang berisikan pertanyaan mengenai pemahaman peserta akan Penelitian Tindakan Kelas (item soal Pre-test dapat dilihat pada appendix 4). Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Lebih lanjut, peserta juga diminta mengisi kuesioner (kuesioner lengkap dapat dilihat pada appendix 6) yang berisikan pertanyaan mengenai pengalaman penelitian peserta secara umum dan pengalaman melakukan PTK secara khusus. Adapun hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Hasil Analisis Kuesioner 1
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan
1. Apakah anda pernah melakukan penelitian?
80% pernah melakukan penelitian
20% belum pernah melakukan penelitian
14 2. Bila Ya, Apa jenis penelitian
yang anda dilakukan?
45% melakukan PTK 30% melakukan penelitian deskriptif 5% melakukan penelitian dan pengembangan (R&D) 20% belum pernah melakukan penelitian 3. Bila ya, Apa tujuan anda
melakukan penelitian tersebut?
45% menyebutkan untuk menyelesaikan S1 (Skripsi) / D3 (Tugas Akhir) 5% menyatakan untuk meningkatkan kemampuan siswa 10% menyatakan untuk menyelesaikan permasalahan 5% menyatakan untuk mengetahui bagaimana guru menginsersi pendidikan karakter 5% menyatakan untuk mengetahui pengetahuan guru tentang pendidikan karakter
5% menyatakan untuk memenuhi ankta 4
5% menyatakan untuk persiapan guru teladan 20% belum pernah melakukan penelitian 4. Apakah anda pernah mendengar
penelitian tindakan kelas?
95% menyatakan pernah mendengar mengenai PTK
5% menyatakan belum pernah mendengar
15 mengenai PTK
5. Apakah anda pernah melakukan penelitian tindakan kelas?
65% pernah melakukan PTK
35% belum pernah melakukan PTK
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam. Dari hasil pre-test dan kuesioner yang didapatkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan ini diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta (guru-guru SMA/SMK Bahasa Jepang) dalam melakukan PTK.
Kegiatan selanjutnya adalah Pelaksanaan Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan yang dilaksanakan selama 2 hari ini diawali dengan Registrasi peserta yang ditangani oleh panitia dari tim dan mahasiswa (Daftar hadir lengkap dapat dilihat pada lampiran 1). Saat dilakukan registrasi tersebut, masing-masing peserta mendapat map berisikan seluruh dokumen terkait dengan pelatihan yang dilaksanakan, seperti pre-test, post-test, kuesioner 1, kuesioner 2, modul pelatihan penelitian tindakan kelas (lihat appendix 9), modul panduan penyusunan proposal PTK (lihat appendix 10), serta alat tulis. Selanjutnya, acara pembukaan berisikan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, laporan ketua panitia, dan Sambutan dari Ketua LPM, Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., yang sekaligus membuka acara secara resmi. Kegiatan pelatihan pada hari pertama dibagi menjadi 3 sesi, yakni pertama penyampaian materi dari masing-masing narasumber, kedua diskusi, dan ketiga penyusunan proposal dalam kelompok kecil. Sesuai dengan rancangan awal, metode pelatihan mengikuti metode ceramah & diskusi, dimana setelah pemaparan materi oleh masing-masing pembicara, dibukalah kesempatan berdiskusi mengenai hal-hal yang belum jelas, masalah-masalah nyata yang dihadapi, serta komentar atau saran terkait dengan materi bahasan. Beberapa gambar di bawah ini merupakan foto-foto yang diambil saat sesi ceramah dan diskusi.
16 Gambar 3.1 Pemaparan Materi oleh Narasumber
Gambar 3.2 Diskusi Antara Peserta dan Narasumber
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, tentu dilakukan observasi guna mengamati ketekunan, keseriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta pelatihan. Penilaian dilakukan dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang mencirikan perilaku dan kemampuan peserta. Dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi rinci dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Hasil Observasi saat Pelatihan
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS
1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang disampaikan
60% 40% 2 Keseriusan dalam melakukan kerja 65% 35%
17 kelompok yang diminta untuk
3 Keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap
permasalahan yang dialami di sekolah
30% 70%
4 Kejujuran dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing
10% 90%
5 Kemampuan memilih masalah yang urgen untuk dilaksanakan
5% 95%
6 Tanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami
50% 50%
7 Tanggungjawab untuk menyelesaikan proposal penelitian
45% 55% 8 Keseriusan dalam menulis proposal
penelitian
35% 65%
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa 60% peserta pelatihan sangat tekun mendengarkan pemaparan materi dari para narasumber. Sisanya, 40% dari mereka terlihat serius mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, berdasarkan observasi tiap individunya, 65% sangat serius dalam melaksanakan kerja kelompok yang dirancang dan 35% lainnya serius. Terkait dengan keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah, 70% peserta nampak serius, bahkan 30% sisanya sangat serius. Selain hal-hal tersebut, kejujuran peserta dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing juga diamati. 90% peserta jujur memaparkan bahwa terjadi banyak masalah dalam proses pembelajaran bahasa Jepang di sekolah mereka masing-masing, bahkan 10% sisanya sangat jujur dengan memaparkan secara sangat terperinci mengenai kendala yang nyata dihadapi di lapangan. Pada saat kerja kelompok merancang draft proposal, nampak 95% peserta telah mampu memilih masalah yang urgen untuk diangkat dalam proposal yang mereka rancang. Terdapat 5% sisanya yang sangat mampu melakukannya meski tanpa bimbingan narasumber/fasilitator. Terkait dengan tanggung jawab peserta, 50% peserta terlihat bertanggung jawab, dan 50% lainnya sangat bertanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kegiatan diskusi kelompok. Masih terkait dengan tanggungjawab peserta pelatihan, 55% dari peserta
18 bertanggung jawab, bahkan 45% lainnya sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan proposal PTK yang mereka buat secara berkelompok. Selama proses pembuatan, 65% peserta nampak serius mengerjakannya, dan 35% lainnya sangat serius. Berikut Beberapa gambar yang menunjukkan keseriusan peserta berdiskusi dalam kelompok.
Gambar 3.3. Diskusi Kelompok Pembuatan Proposal PTK
Pada hari kedua, peserta kembali datang dengan draft proposal kelompok yang sudah di cetak dan mendapat kesempatan untuk memaparkan proposal tersebut di depan peserta lainnya dan para narasumber. Berikut merupakan judul-judul proposal penelitian tindakan kelas yang dibuat oleh kelompok peserta saat pelatihan.
Tabel 3.3 Judul Proposal yang Dihasilkan Oleh Kelompok Peserta
Kelompok Judul
I Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Berbantuan Lembar Kerja Siswa Word Square untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas XI Bahasa 1
19 SMAN 1 Gerokgak Tahun Ajaran 2014/2015
II Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Huruf Katakana Siswa Kelas XI IB di SMA
Negeri 1 Seririt Tahun Ajaran 2014/2015
III Penerapan Teknik Permainan Domino Card untuk Meningkatkan Penguasaan Huruf Hiragana pada Siswa Kelas X.IBB SMA Negeri 3
Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015
IV Penerapan Strategi Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Berbantuan Media Audiovisual dapat Meningkatkan
Kemampuan Menyimak dalam Pembelajaran Bahasa Jepang pada Siswa Kelas X Bahasa di SMA Negeri 1 Atap Tejakula
Tahun Ajaran 2014/2015
Selanjutnya, kelompok presenter diberikan waktu selama 20 menit setelahnya mereka akan mendapat masukan, komentar, atau pertanyaan terkait dengan proposal yang mereka paparkan. Secara rinci, masukan, komentar, dan pertanyaan bagi tiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Masukan, Komentar, dan Pertanyaan Saat Presentasi Proposal Kelompok
Kelompok Masukan
Penguji I Penguji II Penguji III
I 1. Beri sumber 1. Paragraf I bertele-tele, langsung saja bawa ke pembelajaran kosakata
1. Informasikan KKM
2. Tambahkan kajian empiris
2. Sebutkan jumlah siswa di kelas tersebut
2. Media yang digunakan : harus lebih jelas 3. Mengkritik
pernyataan “jika hasil pre-test buruk berarti
penelitian gagal”
3. Penulisan masih kurang baik
3. Ada kata “square” yang diartikan sebagai
“mencari”? 4. Sistem perujukan
sumber
5. Tidak ada daftar pustaka II 1. Strategi perlu diganti,
perlu strategi baru utuk mengenal huruf 1. Tambahkan kajian empiris 1. Teknik penulisan 2. Peningkatan keterampilan membaca : diganti dengan menguasai
2. Strategi harus lebih ke akar permasalahan
2. Perlu kajian empiris
20 2. Tambahkan relevansi
kajian empiris dengan penelitian ini
2. Perhatikan cara penulisan daftar pustaka
2. Jika siswa sudah bisa mengenal huruf Hiragana maka langkah berikutnya bisa membuat domino kata, dengan demikian
meningkat ke arah penguasaan kosakata IV 1. Teknik penulisan
masih kurang
1. Sudah memenuhi kaidah penulisan proposal
1. Basic masalahnya sebenarnya apa? pola kalimat atau menyimak? 2. Cara mengutip 2. Menyimak tapi dengan
video bisa saja membuat ada masalah yaitu orang terdistraksi dengan gambar 3. Perhatikan dalam
memilih video pembelajaran 4 Melatih siswa dengan
slow motion tidak melatih menyimak sesuai pengucapan
orang Jepang
Adapun beberapa gambar terkait presentasi masing-masing kelompok dapat dilihat pada gambar berikut.
21 Selain itu, narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah mereka buat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik mendapat penghargaan berupa buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagu masing-masing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-baiknya. Berikut gambar penyerahan penghargaan bagi kelomok dengan proposal terbaik.
22 Adapun hasil nilai proposal peserta dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Nilai Proposal Kelompok Peserta
Kelompok Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Total Nilai
1 55,5 55,4 58 168,9
2 44,5 45 66 155,5
3 62 61 62 185
4 48,5 49 56 153,5
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai total dari masing-masing kelompok adalah Kelompok 1 168,9, Kelompok 2 155,5, Kelompok 3 185, dan Kelompok 4 153,5. Nilai-nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria Proposal yang baik, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 Kriteria Proposal yang Baik
No. Nilai Kriteria
1 250-300 SANGAT BAIK
2 200-249 BAIK
3 150-199 CUKUP
4 100-149 KURANG
5 0-99 SANGAT KURANG
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa proposal PTK yang dihasilkan pada saat pelatihan oleh kelompok peserta masuk dalam kriteria Cukup. Untuk itu, pendampingan lebih lanjut guna perbaikan proposal menjadi proposal dengan kriteria minimum baik.
Diakhir kegiatan, peserta juga harus mengerjakan post-test guna mengukur efektivitas pelatihan yang diselenggarakan. Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat member dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK.
Sama halnya pada saat awal kegiatan, di akhir kegiatan juga terdapat kuesioner terkait dengan kesan dan pesan peserta mengenai kegiatan pelatihan
23 yang telah dilaksanakan. Secara lebih rinci, hasil kuesioner di akhir kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.7 Hasil Kuesioner di Akhir Kegiatan
No. Pertanyaan Jawaban Peserta Keterangan
1. Apakah pelatihan penulisan PTK yang telah anda ikuti menarik?
70% Mengatakan menarik 30% mengatakan sangat menarik
2. Bila Ya, Apa materi dari pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam pembuatan PTK?
75% mengatakan sesuai 25% mengatakan sangat sesuai
3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membuat PTK?
100% mengatakan termotivasi untuk membuat PTK
4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan PTK?
80% menyatakan perlu 15% menyatakan sangat perlu 5% menyatakan tidak perlu karena lebih memerlukan pelatihan mengenai cara membuat bahan ajar
5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik!
- Membuat bahan ajar - Media berbasis ICT
- Strategi Pembelajaran inivatif yang sesuai masalah
- Menyusun kenaikkan pangkat
- Menganalisis data dan membuat pembahasan penelitian tindakan kelas
Pendampingan telah dilakukan untuk merevisi keempat proposal yang telah dikerjakan sebelumnya tapi masih memiliki beberapa kesalahan. Pada kelompok I, diberikan pengertian mengenai kajian empiris, panduan penulisan, dan cara menulis latar belakang yang baik sehingga meyakinkan pembaca bahwa penelitian tersebut memang perlu untuk dilakukan.
24 Pada kelompok II, diarahkan ke strategi yang lebih sesuai dengan akar permasalahan. Perbaikan juga dilakukan terkait kajian empiris dalam penelitian. Pada kelompok III, revisi ditekankan pada bagian relevansi kajian empiris yang digunakan. Selain itu, diberi penjelasan mengenai penulisan daftar pustaka. Pada kelompok IV, dibahas mengenai video yang akan dipilih dalam penelitian tindakan kelas. Selain itu teknik penulisan serta latar belakang juga disesuaikan dengan penelitian.
Setelah pendampingan dilakukan, dihasilkan 4 buah proposal berkualitas baik yang dapat digunakan peserta pelatihan untuk keperluan hibah maupun naik pangkat.
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis pre-test, didapatkan bahwa rata-rata nilai pre-test peserta adalah 56,5. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa peserta masih belum memiliki informasi yang cukup mengenai PTK. Berdasarkan hasil kuesioner I, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar guru pernah melakukan penelitian dan sebagian diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Hampir seluruh guru pernah mendengar mengenai PTK, namun belum semua mengetahui PTK secara lebih mendalam.
Selanjutnya diberikan materi oleh narasumber dan kemudian peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Setiap kelompok membuat satu proposal PTK. Proposal tersebut dipresentasikan pada hari kedua pelatihan. Narasumber sebagai penguji juga memberikan penilaian terkait proposal yang telah dibuat, yang kemudian diklasifikasikan untuk melihat kualitas proposal tersebut. Kelompok dengan proposal terbaik dengan poin 185 (kategori cukup), yaitu kelompok 3, mendapat penghargaan berupa sertifikat dan buku Metodologi Penelitian Tindakan Kelas bagi masing-masing anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi lebih bagi peserta untuk membuat proposal dengan sebaik-baiknya.
Dari hasil post-test yang terdiri dari 20 pertanyaan pilihan ganda, rata-rata nilai peserta yang diperoleh adalah 75,25. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa pemahaman peserta mengenai Penelitian Tindakan Kelas
26 meningkat dari 56,5 menjadi 75,25. Selain itu, dari hasil kuesioner II, 100% peserta mengatakan termotivasi untuk membuat PTK setelah diberikan pelatihan. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan menghasilkan 4 proposal yang sudah direvisi dengan baik sesuai dengan masukan yang diberikan penguji saat pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan dan pendampingan PTK yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat memberi dampak langsung pada pengetahuan peserta terkait dengan PTK.
4.2 Saran
1. Perlu diadakan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
2. Berdasarkan kuesioner, diketahui bahwa jenis pelatihan yang diperlukan selanjutnya adalah Membuat bahan ajar, Media berbasis ICT, Strategi Pembelajaran inovatif yang sesuai masalah, Menyusun kenaikkan pangkat, dan Menganalisis data dan membuat pembahasan penelitian tindakan kelas
27
DAFTAR PUSTAKA
Juwairiah. 2013. Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Diakses melalui website :
sumut.kemenag.go.id/file/file/prof/tgub1333533431 tanggal 16 September 2014.
Rahmawati, Diana. 2008. Pelatihan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah Bagi Guru Se Kabupaten Sleman dengan Materi Penelitian Tindakan Kelas. Diakses melalui website :
www.staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/diana-rahmawati-msi/penelitian-tindakan-kelas.pdf tanggal 15 September 2014.
Saputra, Erdinas. 2014. Pelatihan PTK Guru Bahasa Inggris SMP Kota Padang. Diakses melalu website : www.fbs.unp.ac.id/component/content/article/8-uncategorised/berita/123-pelatihan -ptk-guru-bahasa-inggris-smp-kota-padang/ tanggal 17 September 2014.
Supriyanti, Florentina Maria Titin. 2009. Workshop Peningkatan Profesionalisme Guru melalui Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Akhir P2M (tidak
diterbitkan)
Wisudariani dkk. 2014. Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru-Guru SD di Wilayah Gugus VIII Kecamatan Abiansemal Badung. Laporan Akhir P2M (tidak diterbitkan).
28
Lampiran I
Absensi Peserta Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas
29
30 Lampiran II
Foto-Foto Pelatihan PTK
Gambar 1. Diskusi Kelompok Pembuatan Proposal PTK
31 Gambar 3. Penyerahan Penghargaan Bagi Kelompok dengan Proposal Terbaik
32
33
Lampiran 3 Peta Lokasi Pelatihan
34
Lampiran 4. Soal Pre Test
PRE-TEST Nama Peserta :
Asal Sekolah :
NIP :
1. Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang didasarkan pada ……… kecuali:
a. Praktis dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran b. Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada c. Observasi obyektif masa lalu
d. Actual dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran
2. Yang manakah masalah-masalah berikut ini yang dapat dijawab melalui penelitian tindakan kelas?
a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan strategi kerja kelompok b. Studi tentang perhatian guru dalam penerapan Kurikulum 2006 di kelas
c. Meneliti efektivitas dari 2 metode dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa d. Studi komparatif antara 2 macam assesmen dalam pengajaran menulis
3. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk membuat perubahan. Manakah pernyataan penelitian berikut ini yang relevan dalam penelitian tindakan kelas?
a. Seberapa jauh perubahan telah terjadi? b. Apa yang terjadi selama masa transisi?
c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala untuk membuat perubahan? d. Seberapa besar pengaruh antara variabel yang dominan dalam perubahan?
4. Yang manakah kegiatan-kegiatan di bawah ini yang merupakan kegiatan paling awal dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas?
a. Perencanaan tindakan b. Melakukan evaluasi
c. Mencari literature yang relevan d. Melakukan pengamatan masalah 5. Penelitian tindakan kelas merupakan:
a. Bentuk penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah b. Suatu penelitian deskriptif
c. Penerapan pendekan kuantitatif dalam penelitian d. Semua jawaban salah
35 6. Penelitian tindakan kelas mengembalikan rasa percaya diri guru karena …………
a. Kurang memperhatikan kinerja di kelas b. Guru harus mencari aktivitas tambahan
c. Membuka kesempatan untuk melakukan tindakan reflektif-inovatif di kelas d. Masyarakat menghargai upaya guru
7. Penelitian tindakan kelas bersifat ……….. a. ‘Grass roots’ yang dilakukan guru di ruang kelas b. ‘Top down’ untuk mengembangkan suatu kebijakan c. ‘Bottom up’ untuk melaksanakan kurikulum nasional d. ‘Grounded’ yang secara deduktif mengaplikasikan teori
8. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian diperlukan ………….. a. Keikutsertaan dalam seminar hasil penelitian tindakan kelas di universitas b. Pengamatan proses pembelajaran di kelas
c. Instruksi dari kepala sekolah d. Bimbingan dari pengawas
9. Kerangka pemikiran atau paradigm diperlukan dalam penelitian tindakan kelas untuk ……
a. Memahami masalah, mencari solusi, dan kriteria pembuktiannya b. Menambah bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra peneliti
d. Memahami relasi kerja di antara komponen-komponen penelitian
10.Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu berkolaborasi artinya adalah:
a. Melakukan penelitian sendiri-sendiri b. Melakukan penelitian bersama-sama
c. Melakukan penelitian dalam kemitraan yang setara d. Melakukan penelitian dalam profesi sebagai guru
11.Permasalahan pokok yang ingin diteliti dalam PTK yakni: ‘Apakah metode permainan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Jepang di SMA?’ Yang manakah pertanyaan berikut ini yang tidak dapat menjawab permasalahan di atas? a. Bagaimakah kemampuan membaca siswa sebelum dilakukan tindakan?
b. Bagaiman pendapat guru dan siswa dalam pembelajaran membaca sebelumnya? c. Seberapa jauh pengaruh kendala yang dihadapi guru dalam mengajar membaca
36 d. Metode pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan guru dan siswa di masa
datang?
12.Sehubungan dengan soal pada no. 13 di atas, berikut ini dirumuskan tujuan penelitian antara lain ……… terkeuali:
a. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang agar memasukkan metode tersebut dalam pedoman proses pembelajaran di SMA
b. Mendeskripsikan hasil belajar membaca siswa
c. Menjajagi pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran d. Memperbaiki kualitas pembelajaran membaca di SMA
13.Yang dimaksud dengan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah ………. a. Urutan kegiatan yang dimulai perencanaan awal
b. Urutan kegiatan diskusi dengan para mitra penelitian c. Urutan kegiatan di kelas yang direncanakan setiap tahapnya
d. Urutan kegiatan mulai perencanaan awal sampai perencanaan siklus berikutnya 14.Instrumen utama yang sangat berperan dalam penelitian tindakan kelas adalah:
a. Format observasi bentuk cek list b. Format wawancara terstruktur c. Pre-test dan Post-test
d. Field notes
15.Banyak siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat dihentikan jika: a. Sudah melakukan 3 siklus
b. Sudah melakukan 5 siklus
c. Sudah memenuhi indikator keberhasilan sesuai kesepakatan dengan mitra d. Semua jawaban salah
16.Field notes yang dibuat peneliti ketika tindakan berlangsung divalidasi dengan menanyakan kembali kebenarannya kepada mitra yang melaksanakan tindakan di kelas, biasa disebut:
a. Member check b. Saturation c. Triangulation d. Etic dan Emic
17.Proses berpikir, menafsirkan atau mengomentari tentang apa yang diamati kemudian mengolah apa yang diamati, mencari makna kemudian menemukan pola, disebut:
37 b. Refleksi
c. Validasi katalitik d. Understanding
18.Menulis karya ilmiah tidak semudah menulis karangan biasa. Terdapat beberapa prinsip dalam menulis karya ilmiah berikut ini …… kecuali:
a. Obyektif dan empiris b. Induktif dan deduktif c. Trial and eror
d. Data yang berdasarkan rasio
19.Laporan hasil penelitian tindakan kelas yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang standard termasuk jenis:
a. Scientific paper b. Research paper c. Karya ilmiah d. Position paper
20.Penelitian tindakan kelas direncanakan debagaimana mestinya dan dilaksanakan decara konsisten oleh guru (peneliti) maka akan dapat memperbaiki:
a. Kualitas pendidikan nasional
b. Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas c. Kualitas dan kuantitas penelitian pendidikan
38
Lampiran 5. Soal Post Test
POST-TEST Nama Peserta :
Asal Sekolah :
NIP :
1. Penelitian tindakan mengadakan rangka kerja penelitian empiris yang didasarkan pada ……… kecuali:
a. Praktis dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran b. Untuk memecahkan masalah-masalah yang ada c. Observasi obyektif masa lalu
d. Actual dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran
2. Yang manakah masalah-masalah berikut ini yang dapat dijawab melalui penelitian tindakan kelas?
a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan strategi kerja kelompok b. Studi tentang perhatian guru dalam penerapan Kurikulum 2006 di kelas
c. Meneliti efektivitas dari 2 metode dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa d. Studi komparatif antara 2 macam assesmen dalam pengajaran menulis
3. Penelitian tindakan kelas ditujukan untuk membuat perubahan. Manakah pernyataan penelitian berikut ini yang relevan dalam penelitian tindakan kelas?
a. Seberapa jauh perubahan telah terjadi? b. Apa yang terjadi selama masa transisi?
c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala untuk membuat perubahan? d. Seberapa besar pengaruh antara variabel yang dominan dalam perubahan?
4. Yang manakah kegiatan-kegiatan di bawah ini yang merupakan kegiatan paling awal dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas?
a. Perencanaan tindakan b. Melakukan evaluasi
c. Mencari literature yang relevan d. Melakukan pengamatan masalah 5. Penelitian tindakan kelas merupakan:
a. Bentuk penelitian tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah b. Suatu penelitian deskriptif
c. Penerapan pendekan kuantitatif dalam penelitian d. Semua jawaban salah
39 6. Penelitian tindakan kelas mengembalikan rasa percaya diri guru karena …………
a. Kurang memperhatikan kinerja di kelas b. Guru harus mencari aktivitas tambahan
c. Membuka kesempatan untuk melakukan tindakan reflektif-inovatif di kelas d. Masyarakat menghargai upaya guru
7. Penelitian tindakan kelas bersifat ……….. a. ‘Grass roots’ yang dilakukan guru di ruang kelas b. ‘Top down’ untuk mengembangkan suatu kebijakan c. ‘Bottom up’ untuk melaksanakan kurikulum nasional d. ‘Grounded’ yang secara deduktif mengaplikasikan teori
8. Untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian diperlukan ………….. a. Keikutsertaan dalam seminar hasil penelitian tindakan kelas di universitas b. Pengamatan proses pembelajaran di kelas
c. Instruksi dari kepala sekolah d. Bimbingan dari pengawas
9. Kerangka pemikiran atau paradigm diperlukan dalam penelitian tindakan kelas untuk ……
a. Memahami masalah, mencari solusi, dan kriteria pembuktiannya b. Menambah bacaan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti c. Meningkatkan kerjasama dengan mitra peneliti
d. Memahami relasi kerja di antara komponen-komponen penelitian
10.Dalam melakukan penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu berkolaborasi artinya adalah:
a. Melakukan penelitian sendiri-sendiri b. Melakukan penelitian bersama-sama
c. Melakukan penelitian dalam kemitraan yang setara d. Melakukan penelitian dalam profesi sebagai guru
11.Permasalahan pokok yang ingin diteliti dalam PTK yakni: ‘Apakah metode permainan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Jepang di SMA?’ Yang manakah pertanyaan berikut ini yang tidak dapat menjawab permasalahan di atas? a. Bagaimakah kemampuan membaca siswa sebelum dilakukan tindakan?
b. Bagaiman pendapat guru dan siswa dalam pembelajaran membaca sebelumnya? c. Seberapa jauh pengaruh kendala yang dihadapi guru dalam mengajar membaca
40 d. Metode pembelajaran yang bagaimana yang diharapkan guru dan siswa di masa
datang?
12.Sehubungan dengan soal pada no. 13 di atas, berikut ini dirumuskan tujuan penelitian antara lain ……… terkeuali:
a. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang agar memasukkan metode tersebut dalam pedoman proses pembelajaran di SMA
b. Mendeskripsikan hasil belajar membaca siswa
c. Menjajagi pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran d. Memperbaiki kualitas pembelajaran membaca di SMA
13.Yang dimaksud dengan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah ………. a. Urutan kegiatan yang dimulai perencanaan awal
b. Urutan kegiatan diskusi dengan para mitra penelitian c. Urutan kegiatan di kelas yang direncanakan setiap tahapnya
d. Urutan kegiatan mulai perencanaan awal sampai perencanaan siklus berikutnya 14.Instrumen utama yang sangat berperan dalam penelitian tindakan kelas adalah:
a. Format observasi bentuk cek list b. Format wawancara terstruktur c. Pre-test dan Post-test
d. Field notes
15.Banyak siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat dihentikan jika: a. Sudah melakukan 3 siklus
b. Sudah melakukan 5 siklus
c. Sudah memenuhi indikator keberhasilan sesuai kesepakatan dengan mitra d. Semua jawaban salah
16.Field notes yang dibuat peneliti ketika tindakan berlangsung divalidasi dengan menanyakan kembali kebenarannya kepada mitra yang melaksanakan tindakan di kelas, biasa disebut:
a. Member check b. Saturation c. Triangulation d. Etic dan Emic
17.Proses berpikir, menafsirkan atau mengomentari tentang apa yang diamati kemudian mengolah apa yang diamati, mencari makna kemudian menemukan pola, disebut:
41 b. Refleksi
c. Validasi katalitik d. Understanding
18.Menulis karya ilmiah tidak semudah menulis karangan biasa. Terdapat beberapa prinsip dalam menulis karya ilmiah berikut ini …… kecuali:
a. Obyektif dan empiris b. Induktif dan deduktif c. Trial and eror
d. Data yang berdasarkan rasio
19.Laporan hasil penelitian tindakan kelas yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang standard termasuk jenis:
a. Scientific paper b. Research paper c. Karya ilmiah d. Position paper
20.Penelitian tindakan kelas direncanakan debagaimana mestinya dan dilaksanakan decara konsisten oleh guru (peneliti) maka akan dapat memperbaiki:
a. Kualitas pendidikan nasional
b. Apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas c. Kualitas dan kuantitas penelitian pendidikan
42
Lampiran 6. Kuesioner Awal
KUESIONER 1 Nama Peserta :
Asal Sekolah :
NIP :
Petunjuk Pengisian:
Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman nyata yang pernah dialami. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih.
1. Apakah anda pernah melakukan penelitian?
……… ……… 2. Bila Ya, Apa jenis penelitian yang anda dilakukan?
……… ……… 3. Bila ya, Apa tujuan anda melakukan penelitian tersebut?
……… ……… 4. Apakah anda pernah mendengar penelitian tindakan kelas?
……… ……… 5. Apakah anda pernah melakukan penelitian tindakan kelas?
……… ………
43
Lampiran 7. Kuesioner Akhir
KUESIONER 2 Nama Peserta :
Asal Sekolah :
NIP :
Petunjuk Pengisian:
Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman nyata setelah mengikuti pelatihan tindakan kelas yang diadakan. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru kami ucapkan terima kasih.
1. Apakah pelatihan penulisan PTK yang telah anda ikuti menarik?
……… ……… 2. Bila Ya, Apa materi dari pelatihan ini sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam
pembuatan PTK?
……… ……… 3. Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah anda termotivasi untuk membuat PTK?
……… ……… 4. Apakah anda memerlukan pelatihan yang lebih mendalam terkait dengan pelaksanaan
PTK?
……… ……… 5. Bila Ya, jenis pelatihan apa yang anda perlukan? Sebutkan secara lebih spesifik! ……… ………
44
Lampiran 8. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Nama Peserta : Asal Sekolah :
NIP :
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS
1 Ketekunan mendengarkan ceramah yang disampaikan
2 Keseriusan dalam melakukan jig saw yang diminta untuk
3 Keseriusan dalam melakukan refleksi terhadap permasalahan yang dialami di sekolah
4 Kejujuran dalam mengemukakan permasalahan yang dialami di sekolah masing-masing
5 Kemampuan memilih masalah yang urgen untuk dilaksanakan
6 Tanggung jawab dalam melakukan diskusi untuk memilih metode yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dialami
7 Tanggungjawab untuk menyelesaikan proposal penelitian
8 Keseriusan dalam menulis proposal penelitian
Singaraja, Mei 2015 Penilai,
45
Lampiran 9. Modul Pelatihan
MODUL PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
Kadek Eva Krishna Adnyani, S.S., M.Si. Ni Wayan Surya Mahayanti, S.Pd., M.Pd. I Nyoman Pasek Hadisaputra, S.Pd., M.Pd. A. Pengertian Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) merupakan salah satu jenis penelitian terapan (applied research) yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan. Secara sederhana, action research merupakan “learning by doing” yang di terapkan dalam konteks
pekerjaan seseorang. Pada saat seseorang bekerja, dia selalu menghasilkan ide-ide baru yang diwujudkan dalam tindakan untuk memperbaiki proses maupun hasil pekerjaannya.
Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan formal dilaksanakan oleh tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (kepala sekolah dan pengawas). Dalam konteks pekerjaan tersebut, guru menerapkan action research pada kegiatan belajar mengajar di kelas sedangkan kepala sekolah menerapkan action research untuk memperbaiki manajemen sekolah. Action research yang dilakukan oleh guru dinamakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sedangkan action research yang dilakukan kepala sekolah dinamakan penelitian tindakan sekolah (school action research)
Menurut O'Brien (2001) penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Selama tindakan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses atau gagal. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK, jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan. Pengaruh action research kemudian dipelajari dan dilaporkan secara mendalam dan sistematis.
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang paling efisien dan efektif pada situasi yang alamiah (bukan eksperimen). Action research
berasumsi bahwa pengetahuan dapat dibangun dari pengalaman, khususnya pengalaman yang diperoleh melalui tindakan (action). Dengan asumsi tersebut, orang biasa mempunyai peluang untuk ditingkatkan kemampuannya melalui tindakan-tindakan penelitian. Peneliti yang melakukan penelitian tindakan diasumsikan telah mempunyai keahlian untuk mengubah kondisi, perilaku dan kemampuan subjek (siswa) yang menjadi sasaran penelitian.
Peningkatan mutu pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan dua metode penelitian yaitu metode eksperimen dan action research. Penelitian eksperimen lebih banyak menggunakan data kuantitatif sedangkan penelitian tindakan (action research) dapat menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian eksperimen minimal menggunakan dua kelas paralel yaitu satu kelas digunakan sebagai kelas perlakuan atau kelas eksperimen dan satu kelas yang lain digunakan sebagai kelas kontrol atau kelas yang tidak diberi perlakuan. Penelitian tindakan kelas cukup menggunakan satu kelas, tetapi tindakan yang dilakukan dapat berulang-ulang sampai menghasilkan perubahan menuju arah perbaikan.
46
B. Karakteristik Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan mempunyai karakteristik khusus yang tidak terdapat pada penelitian lain. Sesuai dengan tujuan penelitian tindakan yaitu untuk memperbaiki kinerja mengajar bagi guru/dosen atau kinerja manajerial bagi kepala sekolah maka penelitian tindakan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Tema penelitian bersifat situasional
Tema penelitian diangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Berdasarkan masalah yang ditemukan tersebut, dilakukan diagnosis faktor-faktor yang menjadi penyebabnya dan dirancang alternatif tindakan untuk mengatasi permasalahan. Sambil melaksanakan pekerjaan rutinnya tersebut, peneliti mengamati perilaku subjek yang akan diberi tindakan supaya mendapat data empirik untuk menyusun latar belakang masalah penelitian.
Mengingat masalah dan tindakan yang sangat situasional ini, ada kemungkinan tindakan yang sama tidak cocok untuk mengatasi masalah yang sama pada waktu dan kelas yang berbeda. Dengan demikian, masalah dan tindakan bersifat eksklusif yaitu hanya sesuai untuk masalah pada kelas dan waktu kejadian saat itu. Hasil penelitian tindakan yang eksklusif tersebut memiliki validitas eksternal yang rendah karena tidak dapat digeneralisasikan pada semua tempat yang memiliki situasi sama. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian tindakan tidak diambil secara acak dari beberapa kelas paralel tetapi hanya diambil pada kelas yang mengalami masalah sehingga hasilnya juga hanya berlaku pada kelas yang diteliti tersebut.
2. Tindakan diambil berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi diri
Penelitian tindakan berbasis pada hasil evaluasi diri (self-evaluative) dan pengambilan tindakan diputuskan berdasarkan refleksi diri (self-reflective) dari peneliti. Proses pengambilan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari akar permasalahan yang menyebabkan kegagalan kinerja dan hasil analisisnya kemudian diungkapkan untuk mengambil tindakan baru. Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus, sehingga tidak menutup peluang kepada guru untuk memodifikasi tindakan yang dianggap perlu selama proses penelitian tindakan berlangsung. Karakteristik ini mencerminkan penelitian tindakan bersifat luwes dan mampu menyesuaikan dengan situasi nyata yang dihadapi (fleksibel dan adaptif). Jenis-jenis tindakan yang dipilih dapat berupa model, pendekatan, strategi, metode, teknik atau media baru yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi.
3. Dilakukan dalam beberapa putaran
Paket tindakan terbagi menjadi beberapa putaran atau siklus. Hal ini memberi kemungkinan satu macam dan satu kali tindakan saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga perlu dilengkapi dengan tindakan-tindakan lain pada putaran waktu (siklus) berikutnya. Kegiatan penelitian tindakan diakhiri sampai permasalahan yang dihadapi dapat diatasi bukan pada satuan kegiatan telah selesai dilakukan.
4. Penelitian bertujuan untuk memperbaiki kinerja
Penelitian bertujuan untuk pemberdayaan, perbaikan, peningkatan mutu dan peningkatan kemampuan/kompetensi. Keberhasilan penelitian tindakan diketahui dari perubahan yang terjadi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan tindakan. Penelitian dinyatakan berhasil apabila tindakan dapat membuat orang yang sebelumnya kurang berdaya menjadi lebih berdaya, terjadi peningkatan nilai atau perbaikan kinerja, dan lain-lain tergantung pada tujuan dilakukannya tindakan. Untuk mengetahui adanya perubahan, peningkatan atau perbaikan selama pelaksanaan tindakan, maka perlu dilakukan pengukuran yang berulang-ulang sesuai dengan objek/masalah yang sedang diatasi dengan tindakan.