A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Parkir merupakan salah satu jasa atau layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Kebutuhan rasa aman dalam menjaga kemanan kendaraan saat di tempat umum baik di pinggir
jalan tempat- tempat perbelanjaan, perkantoran dan lain- lain, merupakan hal yang mutlak
dibutuhkan masyarakat. Dengan adanya kebutuhan rasa aman tersebut, terbentuklah jasa parkir.
Pengertian jasa parkir itu sendiri adalah jasa yang diberikan untuk menitipkan atau parkir di
tempat umum dengan penjagaan dan pengawasan yang baik dari pemberi jasa.
Dengan kebutuhan masyarakat yang tinggi akan keamanan kendaraannya saat di tempat
umum, parkir berkembang dengan pesat dan menjadi objek retribusi. Ditetapkannya
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 pada Bab VII Ayat 33-46 mengenai retribusi pelayanan parkir di
tepi jalan umum, Pemerintah Daerah Kota Salatiga mempunyai hak dan kesempatan untuk
mengelola kekayaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan Peraturan Daerah Salatiga.
Sesuai dengan undang-undang mengenai retribusi pelayanan parkir yang dikelola
Pemerintah Daerah Kota Salatiga, retribusi parkir menjadi salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka memantapkan
penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Agar sistem pengendalian intern atas pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga berjalan
dengan efektif, dibutuhkan partisipasi dari masyarakat dan pengelola retribusi parkir untuk
menjalankan sistem yang dapat diaplikasikan dengan baik dalam pemanfaatan kekayaan daerah.
Pengelolaan sistem pengendalian yang baik dalam retribusi parkir Kota Salatiga, tentunya dapat
masalah dalam menjalankan sistem pengendalian intern, antara lain masih banyak tindakan
toleransi yang dilakukan dalam mengelola setoran parkir yang kurang dan potensi titik parkir
yang sebenarnya. Toleransi setoran dan pengaburan potensi titik parkir tersebut tentunya tidak
sesuai dengan tujuan kegiatan pengendalian intern. Jika sistem pengendalaian intern tidak
berjalan dengan baik tentunya akan menghambat pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga.
Dalam sistem pengendalian intern pemerintah Kota Salatiga proses pencatatan,pelaporan
dan penyimpanan data merupakan hal yang sangat penting. Proses pencatatan,pelaporan dan
penyimpanan data dari juru parkir ke Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), maupun dari juru
parkir ke koordinator parkir kemudian ke UPTD parkir harus dilakukan sesuai dengan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang baik dan benar sesuai dengan Peraturan Walikota
Nomor 34 Tahun 2011 Bab II mengenai penyelenggaraan SPIP pasal 3 ayat 2.
Masalah Penelitian
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2011 Bab II mengenai
penyelenggaraan SPIP pasal 3 ayat 2, sistem pengendalian intern pemerintah yang memadai
terdiri dari lima komponen, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pengendalian intern. Pengendalian intern
merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya, berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya baik
yang berwujud maupun tidak. Pengendalian intern penting dalam pemungutan retribusi parkir
karena dapat digunakan sebagai sarana evaluasi kinerja dengan meneliti apakah sistem telah
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dan menjamin bahwa setiap penerimaan retribusi
Pendapatan asli daerah dari sektor retribusi parkir ditentukan berdasarkan potensi titik
parkir yang ada. Masalah yang terjadi pada pengelolaan retribusi di Kota Salatiga antara lain
potensi titik-titik parkir yang belum disesuaikan dengan perkembangan yang ada di wilayah
Salatiga, penyetoran retribusi parkir yang belum optimal akibat dari tidak dilaksanakannya
kebijakan oleh pihak UPTD Parkir maupun dari juru parkir selama melakukan penarikan
retribusi parkir. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur sumber daya suatu organisasi yang mempunyai peran penting untuk mencegah dan
mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik asset berwujud
maupun tidak berwujud yang disebabkan pihak UPTD Parkir maupun juru parkir. Dengan
adanya masalah yang terjadi pada pengelolaan retribusi di Kota Salatiga terkait potensi titik-titik
parkir dan belum optimalnya penyetoran retribusi parkir perlu dilakukan pengendalian intern
sebagai alat bantu untuk mengurangi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi parkir di Kota Salatiga. Dilakukannya pengendalian intern atas pengelolaan retribusi
parkir ini diharapkan dapat memaksimalkan pendapatan asli daerah Kota Salatiga dari sektor
retribusi parkir.
Oleh karena itu yang menjadi masalah penelitian ini adalah apakah sistem pengendalian
intern atas pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga sudah memadai sesuai dengan SPIP atau
belum.
Persoalan Penelitian
1. Bagaimana sistem retribusi parkir Kota Salatiga?
3. Apakah pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga sudah memadai sesuai dengan
penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui efektivitas pengendalian intern atas pengelolaan retribusi parkir Kota
Salatiga apakah sistem pengendalian intern atas retribusi parkir daerah Kota Salatiga
sudah berjalan sesuai SPIP.
2. Mengetahui peran pengendalian intern atas pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga
terhadap potensi titik-titik parkir dan penyetoran retribusi parkir terhadap pencapaian
target penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi parkir.
Manfaat Penelitian
Adapun yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat
pengetahuan bagi berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi Pemerintah Kota Salatiga dapat mengetahui dan mengevaluasi kekurangan yang ada
dalam sistem pengendalian intern atas retribusi parkir yang baik di Kota Salatiga.
2. Bagi Penulis dapat memiliki pengalaman dalam menambah wawasan, yaitu mengetahui
Kerangka Berpikir
Bagan: Kerangka Berpikir
Dalam UPTD Parkir Kota Salatiga dapat disadari bahwa ruang lingkup pimpinan untuk mengatur
dan mengendalikan kegiatan yang terjadi setiap harinya terbatas. Bagaimanapun baiknya
organisasi UPTD Parkir maupun pimpinan, pada dasarnya semua itu tidak dapat menjamin
terhindarnya berbagai penyelewengan, kecurangan, dan inefesiensi dari operasional UPTD
Parkir.
Berbagai masalah dilapangan yang terjadi seperti kurangnya setoran retribusi parkir,
potensi titik parkir yang kabur akibat penentuan target parkir yang tidak sesuai dengan
sebenarnya dapat menambah berbagai macam penyelewengan dan kecurangan yang dapat
menganggu tujuan dari UPTD Parkir Kota Salatiga dalam penerimaan retribusi parkir.
Dengan adanya berbagai masalah yang timbul dalam UPTD Parkir terhadap penerimaan
retribusi parkir diperlukan adanya pengendalian intern di dalam UPTD Parkir. Pelaksanaan
pengendalian intern ini dapat digunakan untuk memeriksa dan mengevaluasi kelayakan dan UPTD Parkir Kota Salatiga
Masalah Penyelewengan
(Setoran retribusi parkir yang belum optimal) ( Potensi titik parkir yang belum sesuai)
Pengendalian Intern
Memadai Tidak
Memadai
Tujuan Pengendalian
Intern Terpenuhi Tujuan Pengendalian Intern
keefektifan aktivitas-aktivitas UPTD Parkir Kota Salatiga dalam penerimaan retribusi parkir
Kota Salatiga.
Setiap aktivitas yang ada dalam transaksi UPTD Parkir di evaluasi menggunakan
pengendalian intern sesuai dengan komponen yang ada dalam SPIP Pemerintah Kota Salatiga
yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, Informasi dan
Komunikasi, Pemantauan.
Jika pengendalian intern yang ada dalam UPTD Parkir Kota Salatiga memadai,tujuan dari
pengendalian intern dapat terwujud, yaitu kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap perundang-undangan. Dengan
dilakukannya pengendalian intern tersebut pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga dapat di
tingkatkan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis merumuskan suatu hipotesis sebagai berikut: “
Pengendalian Intern yang diterapkan secara memadai, akan meningkatkan efektifitas dari
pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga”.
B. LANDASAN TEORI 1. Sistem Pengendalian Intern
Pengertian pengendalian menurut (Arens and Beasley, 2003:295) adalah sebagai
berikut :
" A process designed to provide reasonable assurance regarding the echievement
of management objective in the following categories:
1. Reliability of financial reporting;
3. Compliance with applicable laws and regulations.
Menurut (Hartadi, 1999 : 246), sistem pengendalian intern mempunyai dua arti,
dalam arti sempit istilah tersebut sama dengan internal check yang merupakan
prosedur-prosedur mekanik untuk memeriksa ketelitian dari data-data administrasi. Seperti
misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan
melurus. Dalam arti yang luas istilah tersebut sama dengan manajemen control yaitu
sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
mengawasi atau mengendalikan perusahaan yang meliputi struktur organisasi,
formulir-formulir dan prosedur-prosedur, pembukuan dan laporan (administrasi, budget dan
standar pemeriksaan intern)
Sistem Pengendalian Intern ( SPI ) menurut (Peraturan Walikota Salatiga No 34,
2011) adalah proses integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamatan asset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Menurut (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (No 60/2008) Sistem
Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap
Menurut (Sawyer, L.B, et al (2003) hal.57) Pengendalian rencana organisasi dan
semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di
perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data
akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong ketaatan terhadap
kebijakan manajerial yang telah diterapkan.
Menurut Hiro (2006 : 11) adalah : “ Internal auditing adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organiasasi untuk menguji dan mengevaluasi
kegiatan organisasi yang dilaksanakan”.
Sedangkan menurut Victor dan Herbert (1982: 3) adalah “Internal Auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and
evaluate its activities as a service to the organization.” Audit intern merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu organisasi, yang dibuat untuk
memantau efektivitas dari elemen-elemen struktur pengendalian intern lainnya.
Sistem pengendalian intern yang digunakan pemerintah daerah Kota Salatiga ini
sama dengan sistem pengendalian intern yang dikemukakan oleh ( Romney dan Steinbart,
2011, h. 231),lima komponen model pengendalian intern Committee of Sponsoring
Organizations (COSO) yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
Inti dari bisnis apapun adalah orang- orangnya, ciri perorangan, termasuk
integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi, serta lingkungan tempat beroperasi.Mereka
2. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus dibuat dan dilaksanakan untuk
membantu memastikan bahwa tindakan yang di identifikasi oleh pihak manajemen untuk
mengatasi risiko pencapaian tujuan organisas, secara efektif dijalankan.
3. Penilaian Resiko
Organisasi harus sadar akan berurusan dengan risiko yang dihadapinya.
Organisasi harus menempatkan tujuan, yang terintegrasi dengan penjualan, produksi,
pemasaran, keuangan, dan kegiatan lainnya, agar organisasi beroperasi secara
harmonis.Organisasi juga harus membuat mekanisme untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengelola risiko yang terkait.
4. Informasi dan Komunikasi
Disekitar aktifitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi.Mereka
memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk mendapat dan bertukar informasi
yang dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.
5. Pengawasan
Seluruh proses harus diawasi, dan perubahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Melalui cara ini, sistem dapat beraksi secara dinamis, berubah sesuai tuntutan keadaan.
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP ) menurut (Peraturan Walikota
Salatiga No 34, 2011), adalah Sistem Pengendalian Intern ( SPI ) yang diselenggarakan
perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran di Lingkungan Pemerintah
Daerah. Adapun SPIP yang dimaksud pada Bab II Penyelenggaraan SPIP terdiri atas
unsur:
1. Lingkungan pengendalian
Pimpinan SKPD wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif. Penerapan SPIP dalam lingkungan kerja,
melalui :
a. Penegakan integritas dan nilai etika
Penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
dapat dilakukan dengan :
• Menyusun dan menerapkan aturan perilaku.
• Memberi keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat
pimpinan SKPD.
• Menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap
kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku.
• Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau
pengabaian pengendalian intern.
• Menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak
etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
• Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam SKPD.
• Menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi dalam SKPD.
• Menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya.
c. Kepemimpinan yang kondusif
Kepemimpinan yang kondusif sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
ditunjukkan dengan :
• Mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan.
• Menerapkan manajemen berbasis kinerja.
• Mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP.
• Melindungi asset dan informasi dari akses penggunaan yang tidak sah.
• Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih
rendah.
• Merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program dan kegiatan.
d. Penyusunan rancangan struktur organisasi dan perumusan uraian tugas sesuai
dengan kebutuhan organisasi
Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
dimaksud, sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
• Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan SKPD.
• Memberikan kejelasan hubungan dengan jenjang pelaporan intern dalam
SKPD.
• Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan yang strategis.
• Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
Pendelegasian wewenang yang tepat sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat
tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian SKPD.
• Pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud memahami bahwa
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain
dalam SKPD yang bersangkutan.
• Pegawai yang diberi wewenang yang sebagaimana dimaksud memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan
SPIP.
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia
Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia sebagaimana dimaksud, dilaksanakan dengan memperhatikan
sekurang-kurangnya:
• Perumusan kebijakan dan prosedur sejak rekruitmen sampai dengan
• Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekruitmen.
• Supervisi periodik yang memadai terhadap karyawan.
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif
Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif sebagaimana
dimaksud, sekurang-kurangnya harus:
• Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.
• Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.
• Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi SKPD.
h. Hubungan kerja yang baik dengan SKPD terkait
• Diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar SKPD terkait.
• Sinkronisasi data yang saling terkait dari dua atau lebih SKPD terkait.
2. Penilaian risiko
a. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya dilaksanakan
dengan:
• Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan SKPD dan tujuan pada
tingkatan kegiatan secara komprehensif.
• Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor
eksternal dan faktor internal.
b. Analisis Risiko
• Dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi
terhadap pencapaian tujuan SKPD.
• Pimpinan SKPD menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat
risiko yang dapat diterima.
3. Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan
tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian
sebagaimana yang dimaksud adalah:
a. Review atas kinerja SKPD
Review atas kinerja SKPD sebagaimana dimaksud, dilaksanakan dengan
membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
b. Pebinaan sumber daya manusia
Dalam melaksanakan pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud,
pimpinan SKPD sekurang-kurangnya harus:
• Mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada
pegawai.
• Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi.
• Membuat uraian jabatan, prosedur rekruitmen, program pendidikan dan
pelatihan pegawai, sistem kompensasi , program kesejahteraan dan fasilitas
pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi Pengendalian Umum
• Pengamanan sistem informasi
Pengamanan sistem informasi sebagaimana dimaksud,
sekurang-kurangnya mencakup:
Pelaksanaan penilaian risiko secara periodik yang komprehensif.
Pengembangan rencana yang secara jelas menggambarkan program
pengamanan serta kebijakan dan prosedur yang mendukungnya.
Penetapan organisasi untuk mengimplementasikan dan mengelola
program pengamanan.
Penguraian tanggung jawab pengamanan secara jelas.
Implementasi kebijakan yang efektif atas sumber daya manusia terkait
dengan program pengamanan.
Pemantauan efektivitas program pengamanan dan melakukan
perubahan program pengamanan jika diperlukan.
• Pengendalian atas akses
Pengendalian atas akses sebagaimana dimaksud,sekurang-kurangnya
mencakup :
Klasifikasi sumber dayasistem informasi berdasarkan kepentingan dan
sensitivitasnya.
Identifikasi pengguna yang berhak dan otorisasi akses ke informasi
Pengendalian fisik dan pengendalian logik untuk mencegah dan
mendeteksi akses yang tidak di otorisasi
Pemantauan atas akses ke sistem informasi, investigasi atas
pelanggaran, serta tindakan perbaikan dan penegakan disiplin.
• Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi
Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi
sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya mencakup:
Otorisasi atas fitur pemrosesan sistem informasi dan modifikasi
program.
Pengujian dan persetujuan atas seluruh perangkat lunak yang baru dan
dimutakhirkan.
Penetapan prosedur untuk memastikan terselenggaranya pengendalian
atas kepustakaan perangkat lunak.
• Pengendalian atas perangkat lunak sistem
Pengendalian atas perangkat lunak sistem sebagaimana dimaksud, adalah: Pembatasan akses ke perangkat lunak sistem berdasarkan tanggung
jawab pekerjaan dan dokumentasi atas otorisasi akses.
Pengendalian dan pemantauan atas akses dan penggunaan perangkat
lunak sistem.
Pengendalian atas perubahan yang dilakukanterhadap perangkat lunak
sistem.
• Pemisahan tugas
Identifikasi tugas yang tidak dapat digabungkan dan penetapan
kebijakan untuk memisahkan tugas tersebut.
Penetapan pengendalian akses untuk pelaksanaan pemisahan tugas.
Pengendalian atas kegiatan pegawai melalui penggunaan prosedur,
supervise dan review.
• Kontinuitas pelayanan
Kontinuitas pelayanan sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
mencakup:
Penilaian, pemberian prioritas, dan pengidentifikasian sumber daya
pendukung atas kegiatan komputerisasi yang kritis dan sensitif.
Langkah-langkah pencegahan dan minimalisasi potensi kerusakan dan
terhentinya operasi komputer.
Pengembangan dan pendokumentasian rencana komprehensif untuk
mengatasi kejadian tidak terduga.
Pengujian secara berkala atas rencana untuk mengatasi kejadian tidak
terduga dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Pengendalian Aplikasi
• Pengendalian otorisasi
Pengendalian otorisasi sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
mencakup:
Pengendalian terhadap dokumen sumber.
Pengesahan atas dokumen sumber.
Penggunaan file induk dan laporan khusus untuk memastikan bahwa
seluruh data yang diproses telah diotorisasi.
• Pengendalian kelengkapan
Pengendalian kelengkapan sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
mencakup:
Pengentrian dan pemrosesan seluruh transaksi yang telah di otorisasi
ke dalam komputer.
Pelaksanaan rekonsiliasi data untuk meverifikasi kelengkapan data.
• Pengendalian akurasi
Pengendalian akurasi sebagaimana dimaksud, sekurang-kurangnya
mencakup:
Penggunaan desain entri data untuk mendukung akurasi data.
Pelaksanaan validasi data untuk mengidentifikasi data yang salah.
Pencatatan, pelaporan, investigasi dan perbaikan data yang salah
dengan segera.
review atas laporan keluaran untuk mempertahankan akurasi dan
validitas data.
• Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data
Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data sebagaimana
dimaksud, sekurang-kurangnya mencakup:
Penggunaan prosedur yang memastikan bahwa hanya program dan file
Penggunaan program yang memiliki prosedur untuk memverifikasi
bahwa versi file komputer sesuai digunkan selama pemrosesan.
Penggunaan program yang memiliki prosedur untuk mengecek internal
file header labels sebelum pemrosesan.
Penggunaan aplikasi yang mencegah perubahan file secara bersamaan.
d. Pengendalian fisik asset
Dalam melaksanakan pengendalian fisik atas asset sebagaimana dimaksud,
pimpinan SKPD wajib menetapkan, mengimplementasikan, dan
mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
• Rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamatan fisik.
• Rencana pemulihan setelah bencana.
e. Penetapan dan review indikator dan ukuran kinerja
Dalam melaksanakan penetapan dan review indikator dan pengukuran kinerja
sebagaimana dimaksud, pimpinan harus:
• Menetapkan ukuran dan indikator kinerja.
• Mereview dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan
keandalan ukuran dan indikator kinerja.
• Mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja.
• Membandingkan secara terus menerus data capaian kinerja dengan sasaran
f. Pemisahan fungsi
Dalam melaksanakan pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD
harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak
dikendalikan oleh satu orang.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian sebgaimana dimaksud,
pimpinan SKPD wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan
otorisasi kepada seluruh pegawai.
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu sebagaimana
dimaksud, pimpinan SKPD perlu mempertimbangkan:
• Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera.
• Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus
transaksi atau kejadian.
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya
Dalam melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatanya
sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib memberikan akses hanya kepada
pegawai yang berwenang dan melakukan review atas pembatasan tersebut secara
berkala.
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya
Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya
bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta
melakukan review atas penugasan tersebut secara berkala.
k. Dokumentasi yang baik atas SPIP serta transaksi dan kejadian penting
Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik sebagaimana
dimaksud,pimpinan SKPD wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara
berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem pengendalian
intern serta transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan komunikasi
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.
b. Mengelola, mengembangkan dan memperbaharui sistem informasi secara terus
menerus.
5. Pemantauan
a. Pemantauan berkelanjutan.
b. Evaluasi terpisah.
c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviuw lainnya.
3. Pengawasan Intern
Pengawasan intern menurut (Perwa Salatiga No 34, 2011) adalah seluruh proses
kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadahi bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur.
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang
audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaran tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
4. Retribusi
Retribusi menurut (Perwa Salatiga No 22, 2011) adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk keperluan pribadi atau badan. Retribusi parkir di Salatiga dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum.
Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dipungut retribusi atas pelayanan
parkir tepi jalan umum yang disediakan Pemerintah Daerah. Objek retribusi parkir
ditepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Subjek retribusi parkir di tepi jalan umum adalah
orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan jasa tempat parkir di tepi jalan
umum.
b. Retribusi tempat khusus parkir.
Retribusi tempat khusus parkir dipungut retribusi atas pelayanan parkir tempat khusus
yang disediakan Pemerintah Daerah. Objek retribusi tempat khusus parkir yang
ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Subjek retribusi tempat khusus parkir adalah orang pribadi atau badan
C. METODE PENELITIAN
Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis
Dalam Penelitian ini yang menjadi satuan pengamatan adalah sistem pengendalian intern
retribusi parkir dan bagian administrasi retribusi parkir di Pemerintah Kota Salatiga, sedangkan
satuan analisisnya adalah Pemerintah Kota Salatiga.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data
primer dilakukan melalui wawancara kepada Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, dan kepada
sekretaris UPTD Parkir Kota Salatiga guna memperoleh informasi :
a. Prosedur sistem retribusi parkir Kota Salatiga.
b. Proses yang dilakukan di lapangan.
Data Sekunder yang diperoleh berupa dokumen target dan realisasi retribusi parkir Kota
Salatiga, data pendapatan dari retribusi parkir berupa dokumen daftar parkir harian (pagi, siang,
malam), daftar lokasi yang sudah tertagih untuk setoran, jadwal piket petugas penerima retribusi
parkir UPTD Kota Salatiga, data juru parkir (jukir) dan data penyelenggaraan sistem
pengendalian intern retribusi parkir Kota Salatiga yang berkaitan dengan sistem pengendalian
intern atas retribusi parkir Kota Salatiga.
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam menjawab persoalan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya adalah teknik analisis deskriptif, yaitu teknik analisis yang hanya
cukup jelas atas objek yang diteliti untuk menarik kesimpulan dan membuat saran dengan
didasarkan pada sistem pengendalian intern yang berlaku di Pemerintah Daerah Kota Salatiga
sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2011 Bab II tentang penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP ).
Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian adalah :
1. Memahami struktur pengendalian intern atas retribusi parkir dengan wawancara dan
observasi.
2. Mengumpulkan dan mempelajari isi, jenis, bentuk, dokumen atau formulir yang
dihasilkan atau digunakan dalam kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data
pengelolaan retribusi parkir Pemerintah Kota Salatiga.
3. Melakukan analisis untuk menentukan apakah sistem pengendalian intern atas retribusi
parkir Pemerintah Kota Salatiga sudah memadai atau belum.
4. Menentukan kelemahan atau kekurangan dari sistem pengendalian intern atas retribusi
parkir yang sudah berjalan selama ini.
5. Menarik kesimpulan dan membuat usulan perbaikan sistem pengendalian intern atas
retribusi parkir agar sistem pengendaliannya dapat berjalan sesuai dengan standar yang
berlaku yaitu sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2011 Bab II tentang
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Sistem Retribusi Parkir Kota Salatiga
Sejak ditetapkannya Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 mengenai Pemerintah
Daerah, Pemerintah Daerah mempunyai kesempatan untuk mengelola sendiri daerahnya dan
kekayaan sumber daya yang dimilikinya dengan diatur dalam peraturan daerah dengan sedikit
intervensi pemerintah pusat tetapi tetap merujuk pada peraturan yang lebih tinggi. Pelaksanaan
otonomi daerah sumber keuangannya berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Komponen utama
dalam pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak dan retribusi
daerah, salah satunya adalah retribusi parkir.
Pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga dikelompokkan menjadi dua yaitu retribusi
parkir di tepi jalan umum dan retribusi tempat khusus parkir. Retribusi parkir di tepi jalan umum
adalah kegiatan parkir yang dilakukan dengan memanfaatkan tepi jalan umum. Sedangkan
retribusi khusus parkir adalah retribusi yang dilakukan dengan melakukan kegiatan parkir di
tempat khusus parkir seperti di Ramayana Mall, Rumah Sakit Daerah,dll.
Retribusi parkir didapatkan dengan memberikan jasa parkir sepeda motor dan mobil di
tepi jalan umum dan tempat khusus. Juru parkir menarik retribusi dari masyarakat yang
menggunakan jasa parkir, uang retribusi tersebut disetorkan kepada staff UPTD Parkir Kota
Salatiga yang mendapatkan shift melakukan penarikan sesuai dengan jadwalnya
masing-masing. Dari penarikan yang dilakukan staff UPTD Parkir Kota Salatiga direkap setiap harinya
pagi, siang, dan malam menjadi satu, kemudian uang retribusi yang terkumpul disetorkan kepada
(Diskombudpar) Kota Salatiga . (Lihat lampiran 2 : Alur Mekanisme Penyetoran Retribusi
Parkir di Kota Salatiga dan lampiran 14 : Flowchart Penyetoran Retribus Parkir ).
Dalam flowchart penyetoran retribusi parkir, dapat dilihat masih kurangnya pengendalian
intern dalam pengelolaan retribusi parkir. Tidak diberikannya karcis parkir kepada pengguna
jasa parkir, tidak diberikannya bukti setoran retribusi dari bagian pengelolaan retribusi parkir ke
juru parkir dan tidak adanya pelaksanaan pengawasan terhadap target setoran yang diberikan juru
parkir kepada staf UPTD yang bertugas menerima setoran retribusi , tidak disimpannya hasil
rekapan penerimaan retribusi parkir juga menambah ketidak jelasan potensi titik-titik parkir dan
kurangnya pengawasan dalam penyetoran penerimaan retribusi parkir.
Jika tidak dibenahi dikhawatirkan akan menimbulkan penyelewengan maupun kebocoran
informasi mengenai potensi titik-titik parkir yang nantinya dapat memicu keputusan dan
kebijakan terhadap retribusi parkir Kota Salatiga. Bila pengelolaan retribusi parkir tidak
dilakukan dengan professional akibat kaburnya potensi titik-titik parkir yang sebenarnya, hal
tersebut tentunya akan mempengaruhi penghasilan asli daerah Kota Salatiga dari sektor retribusi
parkir, karena penyetoran retribusi parkir tidak maksimal akibat target penerimaan yang
seharusnya bisa ditentukan lebih banyak menjadi sedikit penerimaannya karena ketidakjelasan
informasi mengenai potensi titik-titik parkir.
Faktor yang mempengaruhi penyelewengan dan ketidakjelasan potensi titik-titik parkir yang
Tabel 1: Faktor Yang Mempengaruhi Penyelewengan dan Ketidakjelasan Potensi Titik-Titik Parkir Akibat Juru Parkir
Masalah yang terjadi Penyebab
1. Tidak menyetorkan retribusi parkir sesuai dengan target yang ditentukan.
a. Beralasan cuaca kurang mendukung. b. Sepi pengguna jasa parkir.
2. Mengaburkan informasi mengenai potensi titik-titik parkir .
a. Karcis parkir tidak diberikan kepada pengguna jasa parkir sebagai bukti bayar retribusi parkir.
Dalam hal ini juru parkir dapat melakukan penyelewengan dan mengaburkan informasi
potensi parkir yang sebenarnya dengan tidak menyetorkan hasil penarikan retribusi parkir di
setiap titik parkir baik tidak menyetorkan sesuai dengan jumlah setoran yang ditentukan ataupun
tidak menyetorkan sama sekali hasil retribusi parkir kepada bagian pengelolaan retribusi parkir,
tidak memberikan karcis parkir kepada pengguna jasa parkir. Fenomena di lapangan yang terjadi
akibat seringnya karcis parkir tidak diberikan kepada pengguna jasa parkir ini memicu
pengaburan potensi titik parkir yang sebenarnya. Dari jumlah karcis yang sudah diberikan
kepada pengguna jasa parkir dapat diketahui potensi parkir sebenarnya yang nantinya akan
berguna dalam pengambilan kebijakan potensi setoran penerimaan retribusi parkir. Ditambah
lagi seringnya pengurangan jumlah setoran dari juru parkir dengan alasan-alasan cuaca yang
kurang mendukung sehingga tidak dapat memenuhi target retribusi parkir di setiap titik-titik
parkir, pengguna jasa parkir sepi menjadi salah satu alasan untuk tidak menyetorkan atau hanya
menyetorkan sebagian dari target yang ditentukan.
Jika alasan- alasan tersebut di gunakan sebagai alasan untuk tidak menyetorkan retribusi
parkir dari juru parkir, tentunya hal tersebut akan berdampak besar pada pendapatan dari
Tabel 2: Faktor Yang Mempengaruhi Penyelewengan dan Ketidakjelasan Potensi Titik-titik Parkir Akibat Koordinator Penerimaan Retribusi Parkir
Masalah yang terjadi Penyebab
1. Tidak menyetorkan retribusi parkir sesuai dengan target yang ditentukan.
a. Membiarkan juru parkir tidak menyetorkan retribusi sesuai dengan target yang ditentukan dengan menerima alasan cuaca kurang mendukung dan sepi pengguna jasa parkir.
2. Mengaburkan informasi mengenai potensi titik-titik parkir .
a. Tidak memberikan sanksi kepada juru parkir jika tidak memberikan karcis parkir kepada pengguna jasa parkir.
b. Terbatas dalam pengawasan terhadap juru parkir yang hanya dilakukan saat patroli saja.
c. Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat terhadap pentingnya meminta karcis parkir kepada juru parkir.
d. Kurangnya pemberian sarana dan prasarana untuk pengaduan masyarakat jika ingin melaporkan juru parkir yang bermasalah. 3. Pencatatan penerimaan retribusi parkir dapat
dimanipulasi.
a. Tidak diberikannya bukti setoran kepada juru parkir, hanya daftar ceklist setoran yang dimiliki koordinator penarikan sebagai pencatatan.
Pada hal ini koordinator penarikan retribusi parkir juga bisa melakukan penyelewengan
maupun pengaburan potensi retribusi parkir di setiap titik-titik parkir dengan tidak menyetorkan
sebagian dari hasil penarikan retribusi parkir. Kesempatan tersebut dapat terjadi dengan adanya
sikap sikap yang membiarkan juru parkir tidak menyetorkan retribusi parkir dengan
alasan-alasan yang ada seperti cuaca tidak mendukung, pengguna jasa parkir sepi. Koordinator
parkir. Hal tersebut di perparah dengan tidak adanya bukti penyetoran kuitansi yang seharusnya
diberikan kepada juru parkir. Tentu tindakan- tindakan tersebut dapat mempengaruhi setoran
pendapatan retribusi parkir Kota Salatiga.
Dalam penarikan ataupun setoran retribusi parkir memang didasarkan dari potensi
retribusi parkir di setiap titik-titik parkir. Hal tersebut sudah di susun dalam ceklist potensi
retribusi parkir, besarnya potensi titik parkir berbeda- beda pagi, siang, malam. ( Bisa dilihat di
lampiran 13: tabel ceklist parkir harian Kota Salatiga).
Potensi retribusi parkir tersebut nantinya akan menjadi pendapatan Pemerintah Kota
Salatiga dari sektor retribusi parkir. Tetapi jika dilihat jumlah setoran dengan yang di
realisasikan dalam tabel daftar lokasi yang sudah tertagih (Lihat lampiran 12 :Daftar Lokasi
Yang Sudah Tertagih, ada beberapa titik parkir yang tidak terpenuhi realisasi setorannya. Jika hal
tersebut dibiarkan sedikit demi sedikit tentu akan mempengaruhi pendapatan asli daerah Kota
Salatiga dari sektor retribusi.
Sistem Pengendalian Intern Retribusi Parkir Kota Salatiga
Sistem pengendalian intern atas retribusi parkir Kota Salatiga diatur dalam Peraturan
Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Dalam Peraturan Walikota tersebut, penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk
pengendalian penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel. Tujuan dari penyelenggaraan SPIP atas retribusi parkir Kota Salatiga tersebut untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian
tujuan penyelenggaraan pemerintahan Kota Salatiga, keandalan pelaporan keuangan,
Evaluasi Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Yang Mendukung Pengelolaan Retribusi Parkir Kota Salatiga
Pengelolaan retribusi parkir atas Kota Salatiga dilakukan berdasarkan SPIP yang terdapat dalam Peraturan Walikota Salatiga
Nomor 34 Tahun 2011. Berikut ini adalah hasil evaluasi pelaksanaan SPIP atas pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga
dibandingkan dengan SPIP menurut Peraturan Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2011.
Tabel 3: Pelaksanaan SPIP di UPTD Parkir Kota Salatiga
Komponen SPIP menurut a. Penegakan integritas dan
nilai etika.
Penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1). menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
1). Ada pelaksanaan. 1). Penyusunan dan penerapan aturan perilaku dituangkan dalam kebijakan surat izin juru parkir nomor: 655.1/07/244/2012 . (Lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir)
2). memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan SKPD;
2). Ada pelaksanaan. 2). Kepala UPTD Parkir memberikan keteladanan dengan memberikan pengarahan dan contoh bagaimana mengatur kendaraan, bersikap sopan terhadap pengguna jasa parkir, berbaju rapi dan berseragam.
2). SPIP yang dilakukan di UPTD Parkir Kota Salatiga sudah dilakukan memadai
3). menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku;
3). Tidak ada pelaksanaan. 3). Dalam surat izin parkir (Lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir) pelaksanaan dari aturan tersebut belum dilakukan. Tidak terdapat peraturan mengenai parkir liar dalam UPTD, meskipun sudah dilakukan tindakan pencabutan pentil ban pada parkir liar seperti pada (lampiran 17: Berita Tentang Parkir Liar)
3). SPIP yang dilakukan belum memadai.
4). Ada pelaksanaan. 4). Jika terjadi adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern seperti pemberhentian pengadaan karcis parkir seperti usulan dari DPRD, karena alasan tidak pernah diberikan kepada pengguna jasa parkir dijelaskan dan dipertanggung jawabkan dalam rapat intern UPTD Parkir.
4). SPIP yang dilakukan di UPTD Parkir Kota Salatiga sudah dilakukan memadai.
5). menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat
5). Ada pelaksanaan. 5). Penugasan juru parkir hanya berlaku selama setahun,
mendorong perilaku tidak etis.
surat izin parkir diperpanjang dengan mengganti kebijakan penugasan yang lama dengan kebijakan penugasan yang baru. menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam SKPD;
1). Ada pelaksanaan. 1). Tugas dan fungsi masing-masing posisi SKPD (Lihat lampiran 16: Table Tugas dan Fungsi Posisi Di UPTD Parkir Kota Salatiga).
1). SPIP yang dilakukan di UPTD Parkir Kota Salatiga sudah dilakukan memadai.
2). menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam SKPD; dan
2). Tidak ada pelaksanaan. 2). Untuk Intern UPTD Parkir sendiri mengenai penyusunan standar kompetensi terhadap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi belum ada.
2). SPIP yang dilakukan di UPTD Parkir Kota belum memadai.
3). Tidak ada pelaksanaan. 3). Bukti nyata yang ada seperti materi pelatihan, jadwal pelatihan untuk membuktikan telah dilakukannya pelatihan tersebut tidak ada.
c. Kepemimpinan yang risiko dalam pengambilan keputusan;
1). Ada pelaksanaan. 1). Dalam pertimbangan risiko pengambilan keputusan, (lampiran 7: tabel penilaian risiko), dilakukan dalam rapat intern UPTD Parkir yang dilakukan seminggu sekali.
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
2). menerapkan manajemen berbasis kinerja;
2). Tidak ada pelaksanaan. 2). UPTD Parkir Kota Salatiga tidak menerapkan manajemen berbasis kinerja.
2).. SPIP yang dilakukan UPTD Parkir Kota Salatiga belum memadai.
3). mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
3). Ada pelaksanaan. 3). Fungsi yang didukung dalam penerapan SPIP adalah fungsi pemeriksaan. Salah satu contohnya aturan mengenai perilaku juru parkir poin 1, 2, dan 6. (Lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir).
3). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
4). melindungi aset dan informasi dari akses penggunaan yang tidak sah;
4). Tidak ada pelaksanaan. 4). Belum terlindungi asset dan informasi dari akses penggunaan yang tidak sah.
4). SPIP yang dilakukan belum memadai.
5). melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah; dan
5). Ada pelaksanaan. 5). Interaksi secara intensif dilakukan Kepala UPTD Parkir dengan staff-staffnya yang ada dalam rapat intern yang dilakukan seminggu sekali.
6). merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan.
6). Ada pelaksanaan. 6). Sekurang-kurangnya UPTD Parkir Salatiga sudah merespon secara positif jika terdapat laporan mengenai anggaran, program dan kegiatan yang berhubungan dengan penarikan retribusi parkir.
6). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.
Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1). menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan SKPD;
1). Ada pelaksanaan. 1). Struktur organisasi UPTD Parkir Kota Salatiga dapat dilihat di (Lampiran 3: Struktur Organisasi UPTD Parkir Kota Salatiga).
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
2). memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam SKPD;
2). Ada pelaksanaan. 2). Kejelasan wewenang dan tanggung jawab bisa dilihat dalam tugas dan wewenang masing-masing posisi jabatan. ( Lampiran 16: Tabel Tugas dan Fungsi Posisi Di UPTD Parkir Kota Salatiga).
2). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
3). memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam SKPD;
3). Ada pelaksanaan. 3). Struktur organisasi UPTD Parkir Kota Salatiga dapat dilihat di (Lampiran 3: Struktur Organisasi UPTD
Parkir Kota Salatiga dan Lampiran 16: Tabel Tugas dan Fungsi Posisi Di UPTD Parkir Kota Salatiga).
4). melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan
4). Ada pelaksanaan. 4). Penyesuaian terhadap struktur organisasi ini tidak menentu berapa bulan atau tahun sekali, karena penyesuaian tersebut merupakan hak prerogatif dari Walikota.
4). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
5). menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan.
5). Ada pelaksanaan. 5). Dalam jumlah posisi pegawai yang ada di UPTD Parkir hanya dibagi menjadi 3 (tiga) posisi, Kepala UPTD, Staf Tata usaha, Staf Pengelolaan Retribusi Parkir. (Lihat Lampiran 3: Struktur Organisasi UPTD Parkir Kota Salatiga dan Lampiran 4: Daftar Pegawai UPTD Parkir Kota Salatiga).
5). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat sebagaimana dimaksud sebagai berikut:
1). Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat
1). Ada pelaksanaan. 1). Dalam struktur organisasi setiap pegawai mempunyai wewenang dan tingkat
tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan SKPD;
tanggung jawab. (Lihat lampiran 16: Table Tugas dan Fungsi Posisi Di UPTD Parkir Kota Salatiga). Setiap petugas yang piket mempunyai wewenang berbeda setiap harinya. (Lihat lampiran 5: Jadwal Piket Penerima Retribusi Parkir).
2). pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam SKPD yang bersangkutan;
2). Ada pelaksanaan. 2). Dalam tugas penerimaan setoran retribusi parkir setiap petugas yang piket mempunyai wewenang berbeda setiap harinya. (Lihat lampiran 5: Jadwal Piket Penerima Retribusi Parkir).
2). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
3). pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP;
3). Ada pelaksanaan. 3). Contohnya, jadwal piket untuk penerimaan setoran retribusi parkir dibuat untuk melihat kinerja dari para staf itu sendiri selain sebagai sarana pengecekan setoran retribusi parkir dari setiap titik-titik parkir.
3). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
f. Penyusunan dan
dimaksud:
1). perumusan kebijakan dan prosedur sejak rekruitmen sampai dengan pemberhentian pegawai;
1). Ada pelaksanaan. 1). Kebijakan prosedur rekruitmen sudah di atur sendiri dalam UPTD Parkir Kota Salatiga. (Lihat lampiran 6: Prosedur Rekruitmen). Untuk pemberhentian ditulis dalam kebijakan surat izin juru parkir. (Lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir).
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
2). penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekruitmen; dan
2). Ada pelaksanaan. 2). UPTD Parkir Salatiga menelusuri latar belakang calon pegawai dalam proses rekruitmen (Lihat lampiran 6: Prosedur Rekruitmen).
2). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
3). supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
3). Ada pelaksanaan. 3). Supervisi periodik dilakukan setiap hari saat berpatroli piket penerimaan retribusi parkir. Jika ada juru parkir yang tidak memakai tanda pengenal (lihat lampiran 11: Kartu Tanda Anggota) dan tidak sesuai aturan yang ada (lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir) langsung ditegur.
3). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern yang efektif.
dimaksud sekurang-kurangnya harus:
1). memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD;
1). Ada pelaksanaan. 1). Memberikan keyakinan yang memadai untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan tugas dengan melakukan pencatatan kejadian transaksi penerimaan retribusi parkir setiap hari saat patroli dengan akurat.
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
2). memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD; dan
2). Tidak ada pelaksanaan. 2). Peringatan diberikan kepada juru parkir jika melanggar kebijakan mengenai perilaku juru parkir. Tetapi dalam kenyataannya surat peringatan tidak pernah dilakukan karena tidak ada laporan jika ada yang melanggar aturan.
2). SPIP yang dilakukan belum memadai.
3). memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD.
3). Ada pelaksanaan. 3). Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pengelolaan retribusi parkir dilakukan dengan mengevaluasi dan membandingkan capain kinerja yang ada dengan sebelumnya. Jika kurang ditingkatkan capainnya dan di putuskan dalam setiap rapat yang dilakukan setiap seminggu sekali.
h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
1). Hubungan kerja yang baik dengan SKPD terkait sebagaimana dimaksud diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar SKPD terkait. Mekanisme saling uji sebagaimana dimaksud adalah sinkronisasi data yang saling terkait dari 2 (dua) atau lebih SKPD terkait.
1). Ada pelaksanaan. 1). Sinkronisasi UPTD Parkir Kota Salatiga bekerjasama dengan (Dishubkombudpar), (Disperindagkop), (UMKM), Satpol PP, Satuan lalu lintas Polres dan (Discipkataru) untuk mengetahui titik- titik tempat maupun tepi jalan umum yang berpotensi untuk retribusi parkir Kota Salatiga.
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
a. Ada pelaksanaan. a. UPTD Parkir Kota Salatiga telah mengidentifikasi risiko-risiko yang ada baik faktor eksternal maupun internal (Lihat lampiran 7 : Penilaian Risiko).
a. SPIP dalam identifikasi risiko sudah memadai.
b. Analisis risiko.
Analisis risiko sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan SKPD.
b. Ada pelaksanaan. b. Semua aspek risiko yang ada dalam lingkungan pengendalian, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern di identifikasi dan dianalisis risiko yang ada. (Lihat lampiran 7: Penilaian Risiko).
III. Kegiatan Pengendalian a. Review atas kinerja
SKPD.
1). Review atas kinerja SKPD sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
1). Ada pelaksanaan. 1). Pembandingan kinerja juru parkir dilakukan oleh Kepala UPTD Parkir dengan tolok ukur yang ada seperti tingkat kedisiplinan dalam piket penerimaan retribusi parkir.
1). SPIP yang dilakukan dalam review atas kinerja SKPD memadai.
b. Pembinaan sumber daya manusia.
Dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD sekurang-kurangnya harus:
1). mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada pegawai;
1). Ada pelaksanaan. 1). Visi dan misi dari pengelolaan retribusi parkir dijelaskan dalam setiap proses awal rekruitmen terhadap juru parkir.
1). SPIP dalam pebinaan sumber daya manusia yang dilakukan di UPTD Parkir sudah memadai.
2). membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi; dan
2). Ada pelaksanaan. 2). Dalam membuat strategi perancanaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi UPTD Parkir, dibuat kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kinerja dari juru parkir.
2). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
3). membuat uraian jabatan, prosedur rekruitmen,
3). Ada pelaksanaan. 3). Uraian jabatan dalam UPTD Parkir ( Lihat lampiran
program pendidikan dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karier.
3: Struktur Organisasi UPTD Parkir Kota Salatiga ,Lampiran 4: Daftar Pegawai UPTD Parkir Kota Salatiga dan lampiran 6: Prosedur Rekruitmen).
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi.
1). Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi sebagaimana dimaksud dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.
1). Tidak ada pelaksanaan. .
1). Dalam pengelolaan sistem informasi pencatatan transaksi dilakukan setiap harinya.(Lihat lampiran 13: Ceklist Setoran dan lampiran 12: Daftar Lokasi yang Sudah Tertagih). Meskipun data dan informasi yang ada sudah dicatat, media penyimpanan dan pengolah komputer yang ada tidak dapat digunakan secara maksimal.
1). SPIP dalam pengendalian atas pengelolaan sistem informasi di UPTD Parkir Kota Salatiga belum memadai.
d. Pengendalian fisik atas asset.
Dalam melaksanakan pengendalian fisik atas asset sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib menetapkan,
mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
1). rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik asset ;
1). Tidak ada pelaksanaan. 1). Belum ada rencana identifikasi menyeluruh terhadap kebijakan dan prosedur pengamanan fisik asset.
1). SPIP yang dilakukan dalam pengendalian fisik atas asset belum memadai.
2). rencana pemulihan setelah bencana.
2). Tidak ada pelaksanaan. 2). UPTD Parkir Kota Salatiga belum pernah mengalami bencana yang mengganggu aktifitas pengelolaan retribusi parkir rencana pemulihan setelah bencana belum pernah dilakukan.
e. Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja.
Dalam melaksanakan penetapan dan review indikator dan pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD harus:
1). menetapkan ukuran dan indikator kinerja;
1). Ada pelaksanaan. 1). Dalam menetapkan ukuran dan indikator kinerja juru parkir dilihat dari pencapaian target setoran retribusi parkir dan kepatuhan juru parkir tehadap aturan perilaku yang sudah ditetapkan (Lihat lampiran 8: Surat Izin Parkir) dan (Lihat lampiran 13:Ceklist Setoran).
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
2). mereview dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja;
2). Ada pelaksanaan. 2). Untuk kinerja staf direview secara periodik selama sebulan sekali dalam rapat intern UPTD Parkir Kota Salatiga, sedangkan untuk juru parkir di review melalui capain setoran retribusi. (lihat lampiran 13: Ceklist Setoran dan lampiran 12: Daftar Lokasi yang Sudah Tertagih).
2). SPIP yang dilakukan sudah memadai
3). mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan
3). Ada pelaksanaan. 3). Mengevaluasi kinerja dari staf maupun juru parkir dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kebijakan yang ada.(Lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir, lampiran 13: Ceklist Setoran dan lampiran 12: Daftar Lokasi yang Sudah Tertagih).
4). membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
4). Ada pelaksanaan. 4). Pembandingan capaian kinerja dan analisis dilakukan setiap rapat intern UPTD Parkir Kota Salatiga sebulan sekali. Capaian tersebut dilihat dari table ceklist setoran (Lihat lampiran 13: Ceklist Setoran) dibandingkan dengan daftar lokasi yang sudah tertagih.( Lampiran 12: Daftar Lokasi yang Sudah Tertagih).
4). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
f. Pemisahan fungsi.
1). Dalam melaksanakan pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang.
1). Tidak ada pelaksanaan. 1). Ada staff yang mempunyai tugas ganda berupa penarikan retribusi dan pencatatan retribusi itu sendiri ( Lihat lampiran 5: Jadwal Piket Penerima Retribusi Parkir dan lampiran 4: Daftar Pegawai UPTD Parkir Kota Salatiga). Dapat dilihat bagian tata usaha ikut juga dalam penarikan retribusi parkir.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting.
1). Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting.
1). Ada pelaksanaan.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting.
1). Dalam melaksanakan otorisasi atas transaksi dan kejadian penting yang ada di UPTD Parkir Kota Salatiga dilakukan oleh orang yang berwenang yaitu Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga.
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting.
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian. Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD perlu mempertimbangkan:
1). transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera; dan
1). Ada pelaksanaan. 1). Hasil penarikan retribusi parkir langsung di rekap setiap harinya pagi, siang, malam (Lihat lampiran 13: Ceklist Setoran dan lampiran 12: Daftar Lokasi yang Sudah Tertagih).
1). SPIP yang dilakukan sudah memadai.
2). klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau kejadian.
2). Ada pelaksanaan. 2). Kejadian transaksi dari penerimaan uang setoran retribusi parkir dicatat setiap hari sesuai klasifikasinya baik penerimaan kas atau pengeluaran kas.
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya.
1). Dalam melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan review atas pembatasan tersebut secara berkala. Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan review atas penugasan tersebut secara berkala.
1). Ada pelaksanaan. 1). Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya didasarkan atas penugasan pimpinan Kepala UPTD Parkir kepada staf yang ada. Dalam daftar shift penerimaan retribusi parkir. Yang termasuk dalam daftar piket adalah yang bertanggung jawab dalam penerimaan retribusi parkir. ( Lihat lampiran 5: Jadwal Piket Penerima Retribusi Parkir).
1).. SPIP yang dilakukan UPTD Parkir Kota Salatiga sudah memadai.
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya.
1). Pimpinan SKPD wajib membatasi akses atas sumber daya dan pencatatannya. Dalam melaksanakan pembatasan
1). Ada pelaksanaan. 1). Pimpinan membatasi akses terhadap sumber daya dan pencatatannya dilakukan dengan cara memberikan
akses atas sumber daya dan pencatatannya sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan review atas pembatasan tersebut secara berkala. Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD wajib menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan review atas penugasan tersebut secara berkala.
akses kepada pegawai yang berwenang melakukan penerimaan retribusi parkir saat patroli setiap harinya kemudian direkap dan dicatat oleh staf tata usaha jumlah keseluruhan penerimaan retribusi parkir yang ada. (Lihat lampiran 3: Struktur Organisasi UPTD Parkir Kota Salatiga), (lihat lampiran 12: Daftar Lokasi yang Sudah Tertagih) , (Lihat lampiran 13: ceklist setoran).
k. Dokumentasi yang baik atas SPIP serta transaksi dan kejadian penting. 1). Pimpinan SKPD wajib menyelenggarakan dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan kejadian penting. Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik sebagaimana dimaksud pimpinan SKPD wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara
1). Tidak ada pelaksanaan. 1). Data softcopy dan hardcopy tidak tersimpan dengan rapi sesuai dengan tanggal transaksi ditambah lagi dengan tidak dipelihara dan dikelola dengan baik komputer kantor yang ada sehingga menghambat tujuan SPIP mengenai dokumentasi yang baik.
berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
IV. Informasi dan komunikasi
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif sebagaimana dimaksud, pimpinan SKPD sekurang-kurangnya harus:
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi;
a. Tidak ada pelaksanaan. a. Dalam meyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi belum ada pelaksanaan secara optimal yang dilakukan pihak UPTD Parkir Kota Salatiga.
a. SPIP mengenai penyediaan dan pemanfaatan berbagai bentuk sarana komunikasi belum memadai.
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.
b. Tidak ada pelaksanaan b.. Pengadaan sarana informasi dan komunikasi tidak di imbangi dengan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi dengan baik, sehingga banyak hambatan jika terjadi error pada sistem.
V. Pemantauan Pengendalian
a. pemantauan berkelanjutan; a. Ada pelaksanaan a. Pemantauan berkelanjutan dilakukan saat berpatroli keliling melakukan penerimaan retribusi parkir dari juru parkir. ( Lihat lampiran 5: Jadwal Piket Penerima Retribusi Parkir). Juru parkir dipantau terus secara periodik sesuai dengan kebijakan yang ada apakah masih memenuhi atau tidak. (Lihat lampiran 8: Surat Izin Juru Parkir).
a. SPIP yang dilakukan sudah memadai.
b. evaluasi terpisah; b. Ada pelaksanaan b. Evaluasi terpisah dilakukan setiap rapat sekali dalam seminggu. Evaluasi juga digunakan untuk pengawasan staf UPTD selama menjalankan tugas dalam penarikan penerimaan retribusi parkir, bagaimana kinerjanya di evaluasi dalam rapat tersebut.
b. SPIP yang dilakukan sudah memadai.
c. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya.
c. Ada pelaksanaan c. Hasil tindak lanjut rekomendasi diwujudkan dengan dengan Perda Kota
Perhitungan Memadai/Belum Memadai Dari Total Prosedur Yang Ada
Dari hasil penelitian yang ada dapat diperoleh perhitungan berapa persen yang memadai
dan tidak memadai. Perhitungan setiap komponen yang ada dalam pengendalian intern tersebut
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian.
• Memadai : 23 bagian→ 79,31% • Belum Memadai : 6 bagian→ 20,69% 2. Penilaian Risiko.
• Memadai : 2 bagian→ 100% • Belum Memadai : 0 bagian→ 0% 3. Kegiatan Pengendalian.
• Memadai : 13 bagian→ 72,22% • Belum Memadai : 5 bagian→ 27,78% 4. Informasi dan Komunikasi.
• Memadai : 0 bagian→ 0% • Belum Memadai : 2 bagian→ 100% 5. Pemantauan Pengendalian Internal.
• Memadai : 3 bagian→ 100% • Belum Memadai : 0 bagian→ 100%
Perhitungan total pelaksanaan SPIP di UPTD Parkir Kota Salatiga:
D. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan- temuan yang ada di lapangan dengan segala
keterbatasan yang ada dalam memperoleh data dan bukti, maka penyimpulan akhir mengenai
Sistem Pengendalian Intern Atas Pengelolaan Retribusi Parkir Kota Salatiga adalah:
1. Dalam sistem retribusi parkir Kota Salatiga, retribusi parkir dikelompokkan menjadi dua
yaitu retribusi parkir tepi jalan umum dan retribusi tempat khusus parkir. Dari retribusi parkir
tersebut pendapatan asli daerah dapat didapatkan, tetapi dalam kenyataannya masih terlihat
kurangnya pengendalian intern pada juru parkir dan bagian koordinator penerimaan retribusi
parkir dalam pengelolaan retribusi parkir sehingga menyebabkan terjadinya kebocoran
penerimaan pendapatan daerah dari sektor retribusi parkir dikarenakan adanya toleransi tidak
menyetorkan retribusi parkir dan ketidakjelasan potensi titik-titik parkir yang sebenarnya.
2. Sistem pengendalian intern retribusi parkir Kota Salatiga diatur dalam Peraturan
Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalaian Intern
Pemerintah (SPIP). SPIP sebagaimana dimaksud terdiri atas unsur lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan
pengendalian intern. Tujuan dari penyelenggaraan SPIP atas retribusi parkir Kota Salatiga
tersebut untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi
pencapaian tujuan penyelenggaraan Pemerintahan Kota Salatiga, keandalan pelaporan keuangan,