BA B 11.
HUBUNGAN PERBURUHAN. I. Pengantar.
Sesuai dengan azas-azas umum jang diletakkan dalam undangundang dasar sementara, maka pokok kebidjaksanaan dalam hubungan perburuhan ditudjukan kepada pelaksanaan keadilan sosial dalam masjarakat pekerdja, jang berarti pula melindungi kedudukan ekonomi dan sosial para pekerdja,
Pelaksanaan dari kebidjaksanaan tersebut dapat didjelmakan dalam pemberian tempat jang sewadjarnja kepada kaum buruh sebagai faktor tenaga manusia dalam proses pembangunan ekonomi dan sosial.
Mengabaikan kepentingan buruh berarti melupakan salah satu tudjuan jang terpenting dalam pembangunan ekonomi itu sendiri. Sebaliknja mengabaikan keharusan-keharusan ekonomi akan berarti merugikan kepentingan buruh sendiri,
Diantara keharusan-keharusan ekonomi itu masalah jang penting ialah adanja stabilisasi dalam hubungan perburuhan.
Perentjanaan setjara konkrit dalam lapangan ini akan ditjapai tingkat demi tingkat dan masih memerlukan penjelidikan-penjeli-dikan. Pada tingkat sekarang ini baru diadakan penindjauan masalah-masalah dan perumusan kebidjaksanaan jang sangat umum.
II. A. Hubungan perubahan dan pembangunan ekonomi.
1. Stabilisasi dalam hub unga n perburuhan.
Pembangunan ekonomi hanja bisa berdjalan lantjar apabila ada stabilisasi dalam hubungan perburuhan
dalam anti tidak ada
Disamping itu harus diadakan daja upaja untuk memperbaiki dan menstabilisir hubungan perburuhan ditiap-tiap sektor perusahaan, baik mengenai bentuk organisasi maupun isi (mater!)
dari
hubung-an perburuhhubung-an tadi.
2. Buruh dan pertambahan produksi nasional. Pemerintah berusaha supaja ada keinsjafan : dad. pihak jang berkepentingan, bahwa upah dan tingkat hidup rakjatdan para pekerdja chususnja hanja bisa.dinaikkan apabila ada pertambahan produksi dan pendapatan nasional.
Dalam pada itu djuga harus diusahakan adanja balas-djasa jang lajak terhadap usaha-usaha para pekerdja untuk tuna menambah produksi dan pendapatan nasional itu, berbentuk suatu peraturan pengupahan jang baik.
3. Pembagian basil produksi.
Kenjataan jang tak dapat dimungkiri ialah bahwa pada umumnja buruh tidak sempat memikirkan hal fang muluk-muluk tetapi lebih tertarik kepada soal-soal upah, ongkos penghidupan sehari-hari bagi dirinja dan keluarganja.
Oleh sebab itu Pemerintah akan berusaha sekuat-kuatnja agar beban-beban itu dapat diringankan dan mentjegah adanja penimbunan kekajaan ditangan beberapa orang sadja.
4. Dorongan berproduksi.
Kenaikan produksi dapat ditjapai dengan: a. mempertinggi basil kerdja buruh;
b. meninggikan produktivitet per man-hour.
Tjara jang belakangan ini mungkin memerlukan adanja mesinmesin djenis barn dan investasi modal jang besar.
Sedang tjara pang pertama bisa ditempuh dengan
memperhati-kan adanja kegembiraan bekerdja pada para pekerdja. Untuk itu harps ada penjelidikan jang seksama dari segi dorongan bekerdja (motivation) dengan mendirikan lembaga prestasi kerdja.
5. Peranan buruh dalam perentjanaan dan badan permusja-waratan bersama.
Buruh mungkin mengambil sikap masa bodoh dalam rentjanarentjana besar djika tidak ada usaha mengadjak buruh dalam penjusunanrentjana-rentjana dan 'tidak diberi kesempatan turut menentukan kebidjaksanaan perekonomian.
dan buruh dalam tiap-hiap perusahaan baik jang dipegang oleh Pemerintah ataupun partikelir.
6. Masalah buruh jang tidak tergabung dalam organisasi.
Apabila kita taksir bahwa Indonesia mempunjai 33 djuta tenaga kerdja, maka jang sudah tergabung dalam organisasi tidak melebihi 5%. Perhatian Pemerintah akan tidak hanja tertudju pada buruh jang sudah tergabung dalam organisasi sadja tetapi djuga pada mereka jang belum tergabung dalam
organisasi jang hingga kini
sama sekali tak terurus.
7. Buruh sebagai konsumen.
Untuk menaikkan tingkat hidup buruh ada dua djalan:
1) menaikkan upah;
2)menurunkan ongkos-ongkos hidup sehari-hari.
Kenaikan upah jang terus-menerus dengan tidak
disertai
kenaik-an praduksi, segera akkenaik-an mengakibatkkenaik-an kenaikkenaik-an harga jang akan menghapuskan keuntungan jang diperoleh dari kenaikan upah atau menempatkan buruh jang tidak tergabung dalam organisasi dan petani ketjil dalam keadaan jang lebih buruk.
Oleh karena itu buruh, sebagai konsumen akan mementingkan adanja kestabilan serta turunnja tingkat harga-harga (price level).
8. Hak- hak pengusaha.
Pengusaha harus mempunjai tjukup kebebasan untuk mengatur perusahaannja setjara effisien dan untuk mendapat keuntungan jang lajak.
Disamping itu djuga Pemerintah harus membantu pengusahapengusaha ketjil serta petani ketjil supaja dapat membentuk organisasi serta gabungan dan dengan demikian 'dapat diatur pemberian bantuan atau nasehat-nasehat tehnis dan bantuan dalam pendjualan hasil-hasilnja, dan sebagainja.
keadaan sebelum perang.
Perluasan organisasi-organisasi buruh dan diadakannja Kementerian Perburuhan jang tersendid merupakan lambang dari pada pentingnja masalah perburuhan di Indonesia.
Akibat dari perubahan jang tjepat itu, baik buruh maupun pengusaha menghadapi banjak kesukaran-kesukaran dalam menjesuaikan diri dengan keadaan ham. Ditambah dengan masih belum adanja perundang-undangan nasional dalam hubungan perburuhan jang sesuai dengan perkembangan sekarang.
Maka dirasa sangat perlu oleh Pemerintah untuk meletakkan dasar-dasar barn dalam perundang-undangan serta tindakan-tindakan untuk dapat mendjamin dalam waktu tertentu adanja stabilisasi dalam hubungan perburuhan baik untuk melindungi kaum buruh maupun memberikan sjarat-sjarat agar pars pengusaha dapat bekerdja se-effektip-efektipnja dengan mengatur kedudukan serikat buruh didalam perusahaan dan bentuk kerdja-sama dengan pengusaha diperusahaan.
2. Ketentuan-ketentuan pokok dalam Undang-undang Dasar mengenai perburuhan.
Pasal 20, 21, 28, dan 36 merupakan pedoman dalam menentukan kebidjaksanaan Pemerintah dalam lapangan perburuhan jang mendjamin hak mogok, berdemonstrasi, kebebasan berkumpul dan berapat, kebebasan memilih pekerdjaan menurut kesukaan, sjaratsjarat perburuhan jang adil, penghidupan jang lajak bagi si buruh dan keluarganja dan kewadjiban bagi pengusaha niemadjukan kepastian 'dan djaminan sosial.
3. Perundang-undangan fang berlaku mengenai hak-hak berunding, pengakuan serikat-serikat buruh dan dasar-dasar hubung-an perburuhhubung-an.
Undang-undang jang terpenting dalam hal ini ialah Undang-undang Darurat No. 16 tahun 1951 mengenai penjelesaian perselisihan perburuhan. Undang-undang tersebut menentukan, bahwa baik buruh ataupun pengusaha harus memberitahukan maksudnja apabila hendak mengadakan pemogokan/lockout kepada pegawai Kementerian Perburuhan jang ditugaskan untuk itu
dan bila
Undang-undang lainnja ialah Undang-undang No.
21 tahun
1954 tentang Perdjandjian Perburuhan. Ketentuan-ketentuan jang terpenting tertjantum dalam pasal 11 dan 12 jang mengatur kekuasaan Menteri mengenai pelaksanaan perdjandjian perburuhan untuk djenis-djenis perusa'haan jang sama, tetapi jang tidak ikut
langsung membuat perdjandjian perburuhan itu dan sjarat jang sama barns diberikan oleh gabungan pengusahajpengusaha kepada serikat-serikat buruhjgabungan serikat-serikat buruh.
4. Peranan Pemerintah dalam perundingan dan pen jelesaian perselisihan perburuhan.
Pada tingkat sekarang ini perlu ada peranan jang aktip dari Pemerintah. Hal ini sudah diatur dalam pasal 13 dari pada Undangundang Darurat No. 16 tahun 1951, dimana Panitia Pusat diberi kekuasaan untuk menggunakan segala daja-upaja dan menimbang sesuatu dengan mengingat hukum, perdjandjian-perdjandjian jang ada, kebiasaan keadilan dan kepentingan negara.
C. Rentjana kearah perbaikan hubungan perburuhan.
1. Kebidjaksanaan dalam membina kemadjuan ekonomi.
Kebiidjaksanaan Pemerintah dalam hubungan perburuhan didasarkan atas faktor-faktor berikut: a.Meninggikan tingkat penghidupan:
Kemadjuan ekonomi berarti penambahan produksi barang-barang dan djasa-djasa. Dari penambahan produksi inilah tingkat hidup rakjat bisa dinaikkan termasuk buruh dan peng-usaha,
b.Hubungan antara produksi dan hubungan perburuhan:
Produksi hanja akan bisa berdjalan lantjar apabila ada hu-bungan perburuhan jang baik dengan berpedoman pada azas kekeluargaan..Ini berarti bahwa usaha-usaha praduktip dari buruh dan pengusaha ditudjukan kepada kepentingan bersama.
c.Harmoni dalam hubungan pekerdjaan:
Baik buruh maupun pengusaha memerlukan hubungan jang stabil dan suasana jang harmonis
dalam bentuk-bentuk
Untuk dapat memprodusir dengan basil baik maka perlu bahwa para pekerdja mendapat latihan kedjuruan jang tjukup.
e.Hak-hak pengusaha:
Pengusaha seharusnja. diberikan hak untuk memimpin perusahaannja dengan tjara jang effisien dan rasionil. Djuga
usaha diberi kemungkinan untuk memperoleh keuntungan jang lajak sebagai dorongan untuk mempergiat produksi.
f. Hak-hak buruh:
Sebagai imbangan terhadap kewadjiban-kewadjiban jang dibebankan kepada kaum buruh untuk ikut menambah produksi, mereka berhak atas keadilan sosial termasuk:
1) Djaminan akan kesedjahteraan sosial diluar waktu bekerdja umpamanja perumahan dan kesehatan.
2) Dalam hubungan sehari-hari antara buruh dan pengusaha hendaknja diberi kedudukan sebagai sesiama mariusia dan sebagai "partner" jang dihormati.
2. Kebidjaksanaan dalam membina kemadjuan sosial. Buruh dan keluarganja berhak atas djaminan sosial, termasuk baik penghematan tenaga bekerdja, sljarat-ajarat bekerdja jang mendjamin kesehatan, keselamatan, maupun djam,inan akan akibatakibat usia landjut, keadaan sakit dan pengangguran.
3. Usaha-usaha pokok untuk mentjapai tudjuan tersebut. a. Dalam mentjapai kemadjuan ekonomi:
Usaha-usaha kearah mentjapai kemadjuan ekonomi supaja ditudjukan kepada keadaan dimana prestasi kerdja buruh bisa dipertinggi. b. Dalam mentjapai kemadjuan sosial.
1) Usaha-usaha kearah perbaikan hubungan buruh dan peng-usaha:
a) Membawa pengusaha dan buruh lebih rapat dengan mengadakan saling mengerti lebih baik.
b) Usaha kearah perbaikan dan perluasan organisasi buruh.
c) Memadjukan perkembangan badan permusjawaratan bersama baik antara buruh-buruh sendiri maupun antara serikat buruh dan pengusaha baik dalam perusahaanperusahaan sendiri maupun dalam lingkungan jang lebih luas.
e) Mempermudah menjederhanakan prosedur penjelesaian perselisihan perburuhan.
2) Memperluas peraturan-peraturan perlindungan buruh dengan mendirikan pula lembaga hygiene dan penjakit akibat kerdja dan lembaga penjelidikan bahan-bahan material. 3) Memperluas peraturan-peraturan djaminan
sosial dan kesedjahteraan buruh,
4. Penjelidikan dan pendidikan dalam hubungan perburuhan.
a. Penjelidikan hubungan perburuhan.
Untuk memungkinkan memahami pokok-pokok dalam hubungan perburuhan guna penjusunan rentjana-rentjana jang lebih konkrit, perlu diadakan penjelidikan-penjelidikan chusus.
Ini dapat ditjapai dengan:
1) Mendirikan Lembaga Penjelidikan Hubungan Perburuhan jang erat hubungannja dengan Fakultas Ekonoml dan jang bersama-sama dengan Djawatan Pengawasan Perburuhan berusaha dalam lapangan pekerdjaan sebagai berikut: mengadakan penjelidikan tentang soa]
perundingan.
(collec-tive bargaining), perselisihan perburuhan, penggunaan te-naga kerdja, moral para pekerdja, sistim upah, rentjana-rentjana kebidjaksanaan kepegawaian, aturan-aturan me-ngenai perlindungan buruh.
2) Mengandjurkan kepada organisasi buruh maupun pengusaha menjelenggarakan lembaga-lembaga sematjam itu, seperti
halnja dengan Jajasan Badan
Permusjawaratan Urusan Sosial Pengusaha di Indonesia.
3) Mengadakan penerbitan-penerbitan chusus dalam lapangan hubungan perburuhan.
b. Pendidikan dalam hubungan perburuhan. 1)Peladjaran disekolah.
Pada sekolah landjutan, sekolah-sekolah tehnik dan sekolah-sekolah-sekolah-sekolah kedjuruan Iainnja perlu diberi peladjar-an tentang tjara memadjukan organisasi-organisasi buruh dan lain-lain jang bersangkutan dengan hubungan
2)Drifter peladjaran di Perguruan Tinggi.
Pada tingkat perguruan tinggi hubungan perburuhan hendaknja dimasukkan dalam daftar peladjaran djurusan business dan public administration.
3) Latihan pemimpin buruh.
Menjelenggarakan kursus-kursus jang meliputi: dasar-dasar ekonomi, dasar-dasar perundingan, azas-azas organi-sasi buruh, tata-usaha, ekonomi perburuhan, ilmu djiwa perusahaan, ilmu kemasjarakatan
perlindungan buruh, dan
lain-lain jang bersangkutan dengan itu. 4) Latihan untuk pengusaha.
Terutama untuk perusahaan-perusahaan ketjil dan perusahaan Pemerintah latihan-latihan
istimewa dalam
hubung-an perbunuhhubung-an dhubung-an soal-soal urushubung-an pegawai sangat diperlukan.
5. Perundang-undangan dalam hubungan perburuhan.
Usaha perlu diadakan untuk:
a. memperlengkapi undang-undang hubungan perburuhan; b. menindjau kembalijmemperbaharui
Undang-c. Menambahjmemperbaiki peraturan-peraturan Pemerintah untuk melaksanakan Undang-undang Kerdja tahun 1948.
6. Kebidjaksanaan perupahan.
a. Faktor-faktor jang harus diperhatikan dalam menetapkan upah ialah:
1) Kebutuhan hidup pekerdja dan keluarganja. 2) Kemampuan pengusaha untuk membajar. 3) Perbaikan umum dalam taraf hidup. 4) Pengaruh sistim upah pada produksi.
5) Nilai usaha pekerdja terhadap pengusaha; tudjuan adalah mentjegah „pemerasan” atau pembajaran jang terlalu rendah untuk kerdja berat.
Disamping itu perlu pula dipakai sebagai pedoman hal-hal sebagai berikut:
tidak bersifat menimbulkan Inflasi atau deflasi.
2) Upah hares sesuai dengan keahlian dan usaha pekerdja.
b. Tudjuan umum dari kebidjaksanaan perupahan ialah.. melindungi buruh.
Ini dapat ditjapai dengan 3 djalan:
1) Penghapusan perlakuan jang tidak pantas dalam pembajaran upah.
2) Menetapkan upah minimum.
3) Menjesuaikan tingkat upah dengan kebutuhan-kebutuhan dan kemadjuan pembangunan ekonomi.
c. Pelaksanaannja.
Fase-fase pelaksanaannja sebagai berikut: 1) Penjelidikan dan pengumpulan bahan statistik
sebagai dasar struktur upah jang sehat.
2) Menetapkan tingginja tingkat upah dengan perundinganperundingan, persesuaian faham dan atau penetapan oleh instansi.;instansi jang diberi hak untuk itu,
3) Mengadakan peralatan untuk menentukan upah minimum,