• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VIII MTs DARUL MUTTAQIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VIII MTs DARUL MUTTAQIN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA

KELAS VIII MTs DARUL MUTTAQIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh ROSMIATI 10536 4306 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2016

(2)

xiv

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 15

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Kategorisasi Standar hasil belajar siswa ... 33

Tabel 3.3 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Darul muttaqin ... 33

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ... 34

Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran ... 37

Tabel 4.1 Deskripsi Pretest Skor Hasil Belajar Matematika... 40

Tabel 4.2 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pretest ... 41

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs DARUL MUTTAQIN Pada Pretest ... 42

Tabel 4.4 Deskripsi Skor Hasil Belajar Matematika Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensidan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah diterapkan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 43

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs DARUL MUTTAQIN Pada Posttest Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 43

Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar Matematika Siswa Preetest dan Posttest ... 44

Tabel 4.8 Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diterapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 45

Tabel 4.9 Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 46

Tabel 4.10 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran ... 49

(3)

xv

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (TPS) ... 49 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Respons Siswa Terhadap

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 52

(4)

xvii Lampiran A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) A.2 Lembar Kerja Siswa

A.3 Daftar Hadir

A.4 Darftar Nama Kelompok A.5 Jadwal Penelitian

Lampiran B

B.1 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar B.2 Tes Hasil Belajar

Lampiran C

C.1 Instrumen Lembar Obervasi Keterlaksanaan Pembelajaran C.2 Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa

C.3 Instrumen Lembar Respon Siswa Lampiran D

D. 1 Daftar Nilai Pretest, Posttest, dan Gain D. 2 Analisis Hasil Belajar Pretest, Posttest

D. 3 Analisis Data Tes Hasil Belajar melalui Program SPSS. 21 D. 4 Hasil Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran

D. 5 Hasil Analisis Data Aktivitas Siswa D. 6 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa Lampiran E

E.1 Lembar Jawaban Hasil Pekerjaan Siswa E.2 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran E.3 Lembar Obervasi Aktivitas Siswa E.4 Lembar Respon Siswa

E.5 Lembar Pekerjaan LKS Siswa Lampiran F

F.1 Persuratan F.2 Validasi F.3 Dokumentasi

(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ... 25

(6)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : ROSMIATI

Stambuk : 10536 4306 12 Program Studi : Strata Satu (S1)

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin.

Telah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diujikan.

Makassar,...2016

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hasaruddin Hafid., M.Ed Kristiawati, S.Pd., M.Pd.

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan UNISMUH Makassar Pendidikan Matematika

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Mukhlis, S.Pd., M.Pd NBM: 858 625 NBM: 955 732

(7)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ROSMIATI

Stambuk : 10536 4306 12 Program Studi : Strata Satu (S1)

Jurusan : Pendidikan Matematika

Dengan Judul : Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuat oleh siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar,...2016 Yang membuat pernyataan

ROSMIATI

(8)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ROSMIATI

Stambuk : 10536 4306 12

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin.

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 dilanggar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar,... 2016 Yang Membuat Perjanjian

Rosmiati

(9)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Terkadang,

kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu . . . .

“ Sesungguhnya SeteLah keSulitan, akan aDa keMudahan ”

(QS Al-Insyiroh: 6)

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan

“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “

Karya ini kupersembahkan untuk orang tuaku tercinta yang tak henti-henti memberikan dukungan moril dan materil dan atas segala pengorbanan, jerih payah dan doa restunya demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Untuk saudara-saudaraku tercinta dan sahabat-sahabatku tersayang serta orang-orang yang menyayangiku. Tak ada yang lebih membahagiakan kecuali melihat senyum dan tawa kalian.

(10)

vii

Rosmiati. 2016. Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing Hasaruddin Hafid dan Kristiawati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika melalui model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIII MTs. Darul Muttaqin Kabupaten Gowa Tahun Pelajaran 2016/2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan tujuan. Penelitian ini mengacu pada tiga kriteria keefektifan pembelajaran yaitu tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan respons positif siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) Desain penelitian yang digunakan adalah The One-group pretest–posttest design, yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding (kontrol) dan dilaksanakan dengan dua kali tes, yaitu tes sebelum perlakuan (pretest) dan tes setelah perlakuan (posttest). Satuan Eksperimen dalam penelitian ini yaitu siswa Kelas VIII MTs. Darul Muttaqin sebanyak 36 orang sebagai kelas uji coba untuk diterapkan model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) skor rata-rata tes hasil belajar matematika siswa sebelum menerapkan Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah 30,36 dengan standar deviasi 11,53. Sedangkan skor rata-rata tes hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). adalah 80,88 dengan standar deviasi 8,46. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa terdapat 2 siswa (6%) siswa tidak mencapai ketuntasan individu dan 34 siswa (94%) telah mencapai ketuntasan individu dan ini berarti bahwa ketuntasan secara klasikal telah tercapai. (2) Rata-rata persentase aktivitas siswa untuk setiap indikator mencapai kriteria efektif, yaitu 78%. (3) Angket respons siswa menunjukkan bahwa respon siswa terhadap model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) positif yaitu 95%. (5) Rata-rata hasil belajar mengalami peningkatan (Gain) sebesar 0,73. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa ketuntasan belajar matematika siswa setelah pembelajaran melalui model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) telah memenuhi kriteria tuntas yaitu atau H1 diterima. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa Kelas VIII MTs. Darul Muttaqin.

Kata Kunci: Efektivitas, Pembelajaran Matematika, Kooperatif, Think Pair Share (TPS)

(11)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah SWT, sehingga skripsi dengan Judul : “Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin” dapat diselesaikan. Pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ini yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan kalimat apapun. Tak lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqomah memperjuangkan agama Allah hingga akhir zaman.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tuaku Ayahanda Tanra dan Ibunda Samina yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak berpamrih.

Dan saudaraku Kasmawati, dan Nurhayati yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada :

1. Dr. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(12)

ix

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Tasrif Akib. S.Pd, M.Pd., sebagai Penasehat Akademik yang telah membimbing selama perkuliahan.

5. Dr. Hasaruddin Hafid., M.Ed., sebagai Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan petunjuk serta koreksi dalam penyusunan skripsi, sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

6. Kristiawati, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II dengan segala kerendahan hatinya telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Alimuddin, M.Si., dan Nasrullah, S.Pd., M.Pd,. sebagai validator yang telah meluangkan waktunya untuk memeriksa dan memberikan saran terhadap perbaikan instrumen penelitian.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalaman selama penulis menimba ilmu di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Hj. Kasmawati, S.Pd., M.Pd., Kepala Madrasah Tsanawiah Darul Muttaqin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

10. Rahmaluddin, S.Pd., Guru Bidang Studi Matematika yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama mengadakan penelitian tersebut.

(13)

x

11. Bapak/Ibu Guru serta seluruh staf tata usaha MTs Darul Muttaqin yang telah memberikan bantuan dan petunjuk selama ini.

12. Siswa-siswi MTs Darul Muttaqin khususnya Kelas VIII atas kerjasama, motivasi serta semangatnya dalam mengikuti pelajaran.

13. Rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2012 terkhusus kelas C Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih atas solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan, semoga keakraban dan kebersamaan kita tidak berakhir sampai disini. Serta Teman-teman di PIKOM IMM FKIP yang selalu memberikan semangat kepada penulis, memberikan canda dan tawa dalam aktivitas.

14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.

Akhirnya, Tiada gading yang tak retak, tak ada makhluk yang sempurna.

Demikian pula dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat kekurangan yang tentunya membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan umpan balik yang bersifat membangun dari para pembaca.

Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai ibadah disisi-Nya Amin.

Makassar, 2016

Penulis

(14)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS .. 7

A. KajianPustaka ... 7

1. Efektivitas pembelajaran ... 7

2. Pengertian belajar ... 10

3. Pembelajaran Matematika ... 11

(15)

xii

4. Hakikat Matematika ... 13

5. Model pembelajaran Kooperatif ... 14

6. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)... 16

7. Materi Ajar ... 19

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 27

C. Satuan Eksperimen dan Perlakuan ... 28

D. Defenisi Operasional Variabel ... 28

E. Prosedur Penelitian... 29

F. Instrumen Penelitian... 30

G. Teknik Pengumpulan Data... 31

H. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. HasilPenelitian ... 39

1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif ... 40

2. Hasil Analisis Statistika Inferensial ... 53

B. PembahasanHasilPenelitian ... 56

1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif ... 56

2. Pembahasan Hasil Analisis Inferensial ... 60

(16)

xiii

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting bagi kemajuan suatu negara. Maju atau mundurnya suatu negara sangat ditentukan oleh kemajuan dan manajemen pendidikan di negara tersebut, termasuk negara Indonesia sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang seutuhnya. Oleh sebab itu, diperlukan manusia yang tidak hanya mempunyai pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mempunyai kemampuan berfikir rasional, Kitis, dan Kreatif. Untuk mencapai harapan tersebut, berbagai cara telah ditempuh, salah satu diantaranya adalah perbaikan sarana dan prasarana pendidikan serta adanya metode dan model pembelajaran inovatif khususnya dalam bidang studi matematika.

Mata pelajaran matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan bekerja sama karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Akan tetapi proses pembelajaran tidak selalu efektif. Mengingat setiap siswa mempunyai taraf berpikir yang berbeda, dan adanya kesulitan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki seorang guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat

(18)

agar siswa menguasai pelajaran sesuai dengan target yang akan dicapai dalam kurikulum.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 26 Mei 2016 terhadap siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin diperoleh informasi dari guru bidang studi matematika bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Dilihat dari skor yang diperoleh siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin pada saat di berikan ulangan harian, skor rata-rata yang diperoleh dari 36 orang siswa adalah 65,35 dari skor ideal 100. Apabila skor rata-rata siswa dikonversikan kedalam tabel kategorisasi maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata kemampuan siswa berada pada kategori rendah.

Rendahnya penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika ini di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya motivasi belajar matematika yang masih kurang, sikap terhadap matematika terkadang negatif dan yang paling utama adalah model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru di sekolah kurang efektif. Dimana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

Faktor lain yang turut menjadi penyebab adalah karena siswa cenderung pasif menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru, siswa kurang memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru. Siswa cenderung merasa lebih berani menanyakan hal-hal yang tidak diketahuinya kepada siswa lain atau teman sebangkunya. Sehingga siswa sulit untuk mengembangkan kreatifitas.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah pembelajaran matematika di sekolah tersebut adalah pemilihan model dan metode

(19)

3 pembelajaran yang tepat sehingga mampu membuat siswa tertarik dan terlibat secara aktif. Sehingga diharapkan hasil belajar matematika siswa tersebut dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaanya mengacu pada belajar kelompok. Dalam hal ini, siswa dapat belajar secara aktif, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreasi serta mengemukakan permasalahan yang dihadapi dalam diskusi kelompok sehingga dapat berjalan dengan baik demi pencapaian tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan guru dapat memberikan perhatian terhadap siswa sehingga hubungan yang lebih akrab dapat terjalin antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Salah satu pembelajaran yang biasanya digunakan dalam model pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (TPS). Pembelajaran Think Pair Share (TPS) memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, merespon dan saling membantu satu dengan yang lain. Selain ini model pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share (TPS), melatih siswa mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share (TPS) dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok- kelompok kecil.

(20)

Dengan demikian, bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS), siswa secara langsung dapat menyelesaikan masalah, kooperatif dengan memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan didepan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin”

B. Rumusan maslah

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di MTs Darul muttaqin, observer menemukan faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa Kelas VIII pada proses kegiatan belajar berlangsung, yakni motivasi belajar matematika yang masih kurang, sikap terhadap matematika terkadang negatif, siswa cenderung pasif menerima pengetahuan yang di berikan oleh guru. dan yang paling utama adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru di sekolah kurang efektif. Dimana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah pembelajaran matematika efektif diterapkan melalui model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa Kelas VIII MTs Darul muttaqin?”.

(21)

5 Ditinjau dari :

1. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa?

2. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran?

3. Bagaimana respon siswa dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa Kelas VIII MTs Darul muttaqin”

Ditinjau dari :

1. Ketercapaian hasil belajar siswa

2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran 3. Respon siswa terhadap proses pembelajaran

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka beberapa manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

2. Bagi siswa, siswa lebih bersemangat, aktif, dan kreatif terutama dalam pemecahan masalah matematika.

(22)

3. Bagi guru, menjadi bahan masukan untuk memilih dan menggunakan metode maupun strategi mengajar yang sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan, salah satunya menjadikan pilihan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

4. Bagi sekolah, dapat memberikan konstribusi dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika pada khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.

(23)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Efektivitas pembelajaran

Menurut Sadiman, (Trianto, 2009: 20) Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang sudah direncanakan dapat tercapai.

Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, berarti semakin efektif pula kegiatan tersebut. Efektivitas sebagai ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai. Keefektifan pembelajaran adalah hasil, guna yang diperoleh setelah pelaksanaan belajar mengajar.

Menurut Martoyo, (Ariplie, 2015) Efektivitas sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.

Menurut Nurfitri, (2014:7) Efektivitas adalah pengaruh atau dampak yang merupakan hasil dari kebijakan atau langkah yang diambil, yang tentunya timbul dari keinginan-keinginan untuk mencapai target dengan melihat kenyataan yang ada dilapangan. Aunurrahman, (Susanti, 2014:6) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana pencapaian tujuan yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan

(24)

indikator efektivitas yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Hasil belajar matematika

Menurut Romiszowski, (Susanti, 2014:13) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam formasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja.

Menurut Aunurrahman, (2014:37) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable).

Menurut Dimyati, (Nurfitri, 2014:11) hasil dan bukti belajar ialah adanya perubahan tingkah laku orang yang belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengelaman belajarnya yang di ukur dengan tes.

b. Aktivitas Siswa

Menurut Sanjaya, (2006:176), aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa, seperti

(25)

9 kegiatan diskusi, demontrasi, simulasi, melakukan percobaan, dan lain sebagainya.

Menurut Gie, (Sahaja, 2014) aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada banyaknya perubahan.

Menurut Soddis, (2013) aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa aktivitas siswa merupakan perilaku yang ditunjukkan siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa bisa bersifat positif maupun negatif.

c. Respon siswa terhadap pembelajaran

Menurut Sarlito, (Sutrisno, 2011) respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus. Sementara itu Mar’at, (Tirtayasa, 2010) respon merupakan reaksi akibat penerimaan stimulus, dimana stimulus adalah berita, pengetahuan, informasi, sebelum diproses atau diterima oleh indranya.

Menurut Young, (Junsu, 2013) respon adalah tanggapan seseorang terhadap stimulus yang dihadapinya, yang terjadi setelah memberikan persepsi

(26)

terhadapnya. Persepsi menunjukkan adanya aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek-objek baik fisik maupun sosial.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa respon siswa adalah reaksi atau tanggapan siswa atau suatu stimulus. Respon siswa terhadap pembelajaran terjadi karena adanya stimulus eksternal yang diberikan oleh guru. Stimulus terkait dengan model, pendekatan, metode, atau teknik pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pengertian belajar

Saefuddin, (2015:8) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses yang menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhirnya akan didapat keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru yang didapat dari akumulasi pengalaman dan pembelajaran. Hasil dari proses belajar tersebut diindikasikan dengan prestasi dan hasil belajar.

Menurut Suprijono, (2014:3) belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya.

Menurut Winkel (Riyanto, 2010:5), belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

(27)

11 Menurut Nichol (Aunurrahman, 2014:33), belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.

Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekoensinya, 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan.

Dari beberapa pengertian belajar yang telah di uraikan maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

3. Pembelajaran Matematika

Menurut Saefuddin, (2015:8) pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didaptkan keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Suprijono, (2014:13) pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.

(28)

Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik.

Menurut Aunurrahman, (2014:34), pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa Siswa yang belum terdidik menjadi Siswa yang terdidik, Siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi Siswa yang memiliki pengetahuan.

Menurut Winkel, (Saefuddin, 2015:9) pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik.

Menurut Hamzah, (2014:90) tujuan pembelajaran matematika yaitu siswa terlatih cara berpikir dan bernalar menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi intuisi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen orsinil, rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba- coba, kemampuan memecahkan masalah dan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan upaya atau cara yang dilakukan untuk membantu siswa untuk mengembangkan konsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses interaksi antara guru dan siswa.

(29)

13 4. Hakikat Matematika

Depdiknas, (Hamzah, 2014:46) matematika berasal dari kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus besar indonesia diartika matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Menurut Ismail dkk (Hamzah, 2014:46) matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berfikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.

Menurut para ahli beserta bidangnya (Kurniawan, 2016) matematika adalah ilmu tentang kuatitas, struktur, ruang, dan perubahan. Matematika menemukan pola, merumuskan dugaan baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi ketat yang berasal dari aksioma dan defenisi bertepatan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa hakekat matematika adalah kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, terstruktur, dan hubungannya diatur menurut aturan logis berdasarkan pola pikir deduktif.

Hakikatnya pendidikan matematika adalah suatu proses yang mengharapkan terbentuknya manusia yang memiliki suatu pola pikir tersrtuktur, mental yang tangguh, bersifat sabar dan ulet.

(30)

5. Model pembelajaran Kooperatif

Menurut Soemantowasty, (Nursalam,2015:93) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latarbelakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Menurut Suprijono, (2014:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Menurut Saefuddin, (2015:51) belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, inspiratif, menantang dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada pembelajar untuk saling berinteraksi, di mana mereka belajar kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.

Menurut Nurfitri, (2014:12) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.

Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang

(31)

15 berbeda-beda (Tinggi, sedang, rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras budaya suku yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, menyelesaikan suatu pemasalahan bersama teman kelompok. Selain itu Pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan pada pembelajar untuk memngembangkan beberapa kecakapan hidup di antaranya kecakapan berkomunikasi, dan kecakapan bekerjasama, juga dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan dan pendapat melalui diskusi-diskusi.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (Enam) fase.

Fase-fase Perilaku guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2 : Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5 : Evaluasi Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Suprijono,(2014:65)

(32)

6. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) a. Pengertian Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share (TPS) adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu”

yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaa. Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share (TPS) ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman.

Think Pair Share (TPS) mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan.

b. Tahapan-tahapan Pelaksanaan Think-Pair-Share

Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

selanjutnya, “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Berikesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif di tiap-tiap pasanganya.

(33)

17 Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya di bicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integaratif. Paserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.

Menurut Nursalam, (2015:180) model pembelajaran Think Pair Share menggunakan model diskusi berpasangan yang di lanjutkan dengan diskusi pleno.

Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Fadholi, (2009) langkah-langkah pembelajaran kooperati tipe Think Pair Share (TPS) adalah :

1) Guru menyampaikan inti materi

2) Guru meminta siswa memikirkan masalah-masalah yang ada dalam bahan bacaan/materi yang diajarkan

3) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru

4) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 5) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada

materi/permasalahan yang belum diungkap siswa 6) Kesimpulan

(34)

Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah:

1) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya 2) Interaksi lebih mudah

3) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

4) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

5) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah:

1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 2) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah

3) Menggantungkan pada pasangan

4) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa yang tidak mempunyai pasangan.

d. Teknik penilaian

Menurut Saefuddin, (2015:142) dalam pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS), guru dapat menggunakan unjuk kerja untuk menilai proses pembelajaran. Untuk menilai penguasaan materi guru dapat menggunakan penilaian tertulis. Penilaian sikap dapat menggunakan teknik observasi atau jurnal.

(35)

19 7. Materi Ajar

A. Operasi pada Bentuk Aljabar 1. Penjumlahan dan pengurangan

Penjumlahan bentuk Aljabar diperoleh dengan menggabungkan suku- suku sejenis, sedangkan pengurangan bentuk aljabar diperoleh dengan mengurangkan suku-suku yang sejenis dan hasilnya dijumlahkan dengan suku- suku yang tidak sejenis.

Bentuk-bentuk aljabar dapat dijumlahkan dan dikurangkan dengan menggunakan sifat komutatif dan distributif dengan melihat suku-suku yang sejenis dan koefisien dari masing-masing suku.

Contoh :

1) Sederhanakan bentuk-bentuk aljabar berikut : a.

b.

Jawab :

a.

b.

2. Perkalian

a. Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar suku dua

(36)

b. Perkalian suku dua

Perkalian suku dua yaitu, dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat distributif, tabel dan skema

Contoh :

1) Tentukan hasil perkalian berikut a.

b.

Jawab :

a.

b.

3. Pemangkatan

a. Arti pemangkatan Bentuk Aljabar

Operasi perpangkatan diartikan sebagai operasi perkalian berulang dengan unsur yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku

an = a x a x a x ... x a Contoh

3x2 = 3

(37)

21 b. Pemangkatan Suku dua

Dalam menentukan hasil pemangkatan suku dua, koefisien dari suku- sukunya dapat diperoleh dari bilangan-bilangan pada segitiga pascal.

Pangkat dari a (unsur pertama) pada (a + b)ndimulai dari ankemudian berkurang satu demi satu dan terakhir a1 pada sukuke-n. Sebaliknya, pangkat dari b (unsur kedua) dimulai dengan b1pada suku ke-2 lalu bertambah satu demi satu

dan terakhir bnpada suku ke-(n + 1).

(a + b)5 = a5 + 5a4b + 10a3b2 + 10a2b3 + 5ab4 + b5

(a + b)6 = a6 + 6a5b + 15a4b2 + 20a3b3 + 15a2b4 + 6ab5 + b6 4. faktorisasi bentuk Aljabar

a. Bentuk

Memfaktorkan adalah menyatakan bentuk penjumlahan suku-suku menjadi bentuk perkalian faktor-faktor. Dengan demikian, bentuk ab + ac dengan faktornpersekutuan a dapat difaktorkan menjadi a(b+c) sehingga terdapat dua faktor yaitu a dan b+c.

Contoh

b. Bentuk (Selisih dua Kuadrat)

Faktorisasi selisih dua kuadrat adalah bentuk pada ruas kiri disebut selisih dua kuadrat karena teridiri dari dua suku yang masing-masing merupakan bentuk kuadrat dan merupakan bentuk pengurangan (selisih). Ruas kanan yaitu merupakan bentuk perkalian faktor-faktor. Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan bentuk

(38)

merupakan rumus untuk pemfaktoran selisih dua kuadrat.

Contoh :

c. Bentuk dan

Hasil penguadratan suku dua menghasilkan suku tiga dengan ciri-ciri sebagai berikut:

i) Suku pertama dan suku ketiga merupakan bentuk kuadrat

ii) Suku tengah merupakan hasi kali dua teradap akar kuadrat suku pertama dan suku ketiga.

Contoh : d. dengan

Pada bentuk disebut koefisen koefisien dan bilangan konstan (tetap). Ternyata memfaktorkan bentuk dengan dapat dilakukan dengan cara menentukan pasangan bilangan yang memenuhi syarat berikut.

(i) Bilangan konstan c merupakan hasil perkalian (ii) Koefisien x, yaitu b merupakan hasil penjumlahan

Faktorisasi bentuk dengan adalah Dengan syarat

Contoh : e. dengan

(39)

23 Faktorisasi bentuk dengan memenuhi aturan sebagai berikut

(i) Jika kedua suku itu dijumlahkan maka akan menghasilkan koefisien x (ii) Jika kedua suku itu dikalikan maka hasilnya sama dengan hasil kali koefisien dengan bilangan konstan.

Adapun langkah penentuan faktorisasi bentuk dengan sebagai berikut:

Dengan syarat Contoh:

B. Kerangka pikir

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh model pembelajaran. Seorang guru harus cermat dan pandai memilih metode mengajar yang cocok untuk materi yang diajarkan agar dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan metode mengajar yang kurang efektif akan berdampak pada kurang optimalnya proses belajar mengajar yang pada akhirnya berimbas pada hasil pembelajaran yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang efektif untuk membantu siswa mendapatkan informasi, keterampilan- keterampilan, dan cara-cara berfikir serta mengemukakan ide-ide atau pendapat.

(40)

Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dipandang efektif karena akan memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu, dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta memberi waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afrilliana Sugiyanto Syam pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sungguminasa (2015), menunjukkan bahwa 80,95% siswa mencapai ketuntasan individu (skor minimal 75). Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) membantu siswa mencapai ketuntasan klasikal dengan persentase keaktifan siswa yaitu 80,02%, dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika positif dengan persentase 90,48%.

Selain itu juga telah dilakukan penelitian oleh Nurfitri, (2014) dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Kahu Kabupaten bone, siswa dikatakan tuntas belajar jika hasil belajarnya mencapai minimal 69 setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 26 orang dari jumlah keseluruhan 30 orang dengan persentase 86,67% sedangkan siswa yang tidak mencapai ketuntasan minimal adalah sebanyak 4 orang dengan persentase 13,33%. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) membantu siswa untuk mencapai ketuntasan secara klasikal.

Jadi, asumsi bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) efektif digunakan dalam pembelajaran matematika siswa kelas VIII MTs Darul muttaqin sehingga dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa.

(41)

25

Aktivitas siswa Respon siswa

Tes Hasil Lembar Observasi Angket Respon

analisis

Pembelajaran Efektif Pembelajaran Tidak Efektif Skema kerangka pikir

Model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Hasil belajar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Mayor

Berdasarkan kajian pustaka yang dikemukakan diatas, maka hitpotesis penelitian in adalah “Pembelajaran Matematika Efektif Melalui Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa Kelas VIII MTs Darul muttaqin”

Hipotesis Minor

1. Hasil belajar Matematika

a. Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) lebih besar dari 69,9. Secara statistik dapat dituliskan sebagai berikut :

H0 : melawan H1 :

(42)

Keterangan :

parameter skor rata-rata hasil belajar siswa

b. Rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih besar dari 0,29 (kategori sedang). Secara statistik dapat ditulis sebagai berikut :

H0 : g ≤ 0,29 melawan H1 : g > 0,29 Keterangan:

g = Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi.

c. Hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) secara klasikal minimal 80%.

H0 : ≤ 79,9 % melawan H1 : > 79,9 % Keterangan:

= Parameter hasil belajar secara klasikal 2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Aktivitas siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menerapkan model Kooperatif tipe Think Pair Share berada pada kategori baik, yaitu persentase jumlah siswa yang terlibat aktif .

3. Respon siswa terhadap pembelajaran

Respon siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) positif, yaitu persentase siswa yang menjawab ya

(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra-Eksperimen dengan melibatkan satu kelompok atau satu kelas. Dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika melalui penerapan model kooperatif.

B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

2. Desain penelitian

Adapun jenis desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Post test yang dikenal dengan desain Pra Eksperimental.

Adapun desain Pra Eksperimental adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pretest Treatment Posttest

01 X 02

Emzir, (2015: 96) Keterangan :

X : Perlakuan (treatment) 01 : Tes awal (Pretest) 02 : Tes Akhir (Posttest)

(44)

C. Satuan Eksperimen dan Perlakuan 1. Satuan Eksperimen

Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin tahun pelajaran 2016/2017, dengansampel penelitian yaitu Kelas VIII MTs Darul Muttaqin yang berjumlah 36 siswa.

2. Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk mengetahui keefektifan dalam pembelajaran matematika. Maka ada 3 indikator keefektifan yang digunakan, yaitu: hasil belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel dalam penelitian ini, maka diberikan batasan operasional variabel sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting, yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

(45)

29 2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan setelah siswa diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

3. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah keterlaksanaan aktivitas atau perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang diukur dari lembar observasi siswa.

4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Respon siswa adalah ukuran kesukaan, minat, ketertarikan, atau pendapat siswa tentang model pembelajaran, cara mengajar guru, dan suasana kelas.

Respon siswa diukur dengan pemberian angket respon siswa.

E. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Konsultasi dengan dosen pembimbing, guru dan kepala sekolah sebelum melakukan penelitian di sekolah.

b. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Tahap Pelaksanaan

Melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam RPP serta observasi terhadap aktivitas siswa disetiap pertemuan.

(46)

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan untuk tahap akhir adalah sebagai berikut:

a. Mengelola data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas data hasil penelitian.

c. Menyimpulkan hasil penelitian

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Lembar tes hasil belajar, digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran yaitu berupa soal essay sesuai dengan materi yang diajarkan.

2) Lembar observasi

a. Lembar observasi kemampuan guru mengelolah pembelajaran

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati kemampuan guru mengelolah pembelajaran dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

(47)

31 G. Teknik Pengumpulan data

Data hasil penelitian dari kelompok perlakuan, dikumpulkan dengan menggunkan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar matematika, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan angket respon siswa.

1. Data mengenai hasil belajar matematika siswa diperoleh dari pretest yang dilaksanakan pada awal pertemuan dan posttest yang dilaksanakan pada akhir pertemuan penelitian.

2. Data tentang kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran diperoleh dari lembar observasi atau pengamatan, peneliti menggunakan teknik observasi atau pengamatan berdasarkan empat kriteria, yaitu (1) Kurang baik, (2) cukup baik, (3) baik, (4) sangat baik.

3. Data tentang aktivitas belajar mengajar diambil pada saat dilakukannya tindakan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa.

4. Data tentang respon siswa diperoleh dengan cara memberikan angket kepada siswa.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistika Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah dengan menggunakan analisis statistika deskriptif. Analisis statistika deskriptif adalah menyajikan informasi dalam bentuk yang tepat, dapat digunakan dan mudah dimengerti. Statistika deskriptif berupaya melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. (Tiro,2008:9)

(48)

a. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa, guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar matematika yang dikelompokkan kedalam 5 kategori, yaitu sangat tingi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Kategorisasi Standar hasil belajar siswa

Skor Kategori

0  x  54 54  x  69 69  x  79 79  x  89 89  x  100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

(Nurfitri, 2014:32) Kriteria yang digunakan untuk menentukan hasil belajar adalah menurut standar kategorisasi yang telah ditetapkan di sekolah, yaitu:

Tabel 3.3 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Darul Muttaqin

Skor Kategorisasi Ketuntasan Belajar

0 ≤ x 70 70 ≤ x ≤100

Tidak Tuntas Tuntas

(Nurfitri, 2014:32) Hasil belajar matematika siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara individual dan klasikal. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas apabila memiliki nilai paling rendah 70 dari skor ideal 100 sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah di tetapkan oleh pihak sekolah.

(49)

33 Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 80% siswa di kelas tersebut telah mencapai skor paling sedikit 70.

Hasil belajar klasikal

b. Peningkatan hasil belajar siswa

Menurut Hake, (Biologipedia, 2011) untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa, diuji dengan menggunakan rumus Normalized Gain.

Dengan g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain), skor posttest nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), skor pretest adalah nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum pembelajaran melalui model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan skor maksimal adalah nilai skor maksimal ideal.

Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Koefisien Normalisasi Gain Klasifikasi

g < 0,3 0,3 ≤ g < 0,7

g ≥ 0,7

Rendah Sedang Tinggi

Hake, (Biologipedia, 2011) c. Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis dilakukan terhadap hasil penilaian dari satu observer yang mengamati kegiatan guru dalam mengelolah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan tiap-tiap komponen dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

(50)

Langkah-langkah dalam menganalisis keterlaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah :

1) Menghitung banyaknya kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam setiap pertemuan.

2) Mencari persentase frekuensi setiap kategori yaitu banyaknya kategori yang terlaksana dibagi dengan jumlah keseluruhan kategori keterlaksanaan pembelajaran kemudian dikalikan 100

RSP = Keterangan:

RSP : Rata-rata skor penilaian : Skor Penilaian

N : banyaknya aspek penilaian

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori keterlaksanaan pembelajaran adalah berdasarkan teknik kategori persentase keterlaksanaan pembelajaran, yaitu :

Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

Persentase Kualifikasi

Kurang Baik Cukup Baik

Baik Sangat Baik

(Nurfitri, 2014:30) Dari hasil pengamatan yang diperoleh dicari rata-rata keseluruhan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas tersebut dikatakan efektif jika berada dalam kriteria baik atau sangat baik.

(51)

35 d. Aktivitas Siswa

Data tentang aktifitas siswa dianalisis dengan mencari presentase aktivitas siswa untuk tiap indikator. Rumus mencari aktvitas siswa untuk tiap-tiap indikator adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Si = persentase aktivitas siswa indikator ke- i Xi = banyak aktivitas siswa indikator ke- i N = banyaknya siswa

Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran baik aktivitas siswa yang bersifat fisik maupun mental.

e. Respon Siswa

Data tentang respon siswa diperoleh dari angket yang dianalisis dengan mencari persentase jawaban siswa untuk tiap-tiap pertanyaan dalam angket.

Respon siswa dianalisis dengan melihat presentase dari respon siswa. Persentase ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Persentase respon siswa yang menjawab ya dan tidak F= frekuensi siswa yang menjawab ya dan tidak

N= banyaknya siswa yang menjawab ya atau tidak

(52)

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa para siswa memiliki respon positif terhadap model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) jika minimal 75% siswa memberikan respon positif terhadap jumlah aspek yang dinyatakan.

2. Analisis Statistika Inferensial

Menurut Tiro, (2008:9) Statistika Inferensial adalah menganalisisi data sampel untuk menarik kesimpulan atau perampatan terhadap populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan tahapan uji normalitas.

1) Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas bertujuan untuk melihat apakah data tentang hasil belajar matematika siswa sebelum dan setelah perlakuan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam pengujian ini digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirow dengan menggunakan tarif signifikan 5% atau 0,05, dengan syarat :

Jika Pvalue maka distribusinya adalah normal Jika Pvalue maka distribusinya adalah tidak normal 2) Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian yang dirumuskan dan hipotesis kerja atau statistik digunakan uji t one sample test dengan sebelumnya menghitung normalized gain pada data pretest dan data posttest. Normalized gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Phair Share (TPS) dalam pembelajaran matematika pada siswa Kelas VIII MTs. Darul Muttaqin. Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

pandangan yang sama mengenai smartphone, yaitu sebagai media. komunikasi, pencari informasi, hiburan, dan untuk eksistensi diri

Analisis Regresi Linier Berganda. Uji

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

[r]

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: 1) Lembar observasi, yaitu untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan proses pembelajaran matematika melalui