• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN L"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK LINTANG DI PUSKESMAS SEDATI - SIDOARJO

OLEH :

1. SUMIATI ( 011411223050 )

2. NI PUTU MEGAYUNITA ( 011211233019 ) 3. NELI SURYANDARI ( 011411223051 ) 4. KHOIRIATI ROHMA ( 011211233020 )

5. MIA DESSY NATALIA( 011411223052 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan ini telah diperiksa dan mendapat persetujuan serta pengesahan sebagai Laporan Praktik Klinik Kelompok pada tanggal: oleh pembimbing selama praktik di Puskesmas Sedati - Sidoarjo.

Laporan ini disusun oleh

Nama : 1. Sumiati ( 011411223050 ) 2. Ni PutuMegayunita ( 011211233019 ) 3. Neli Suryandari ( 011411223051 ) 4. KhoiriatiRohma ( 011211233020 ) 5. Mia Dessy Natalia ( 011411223052 )

Judul : Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny “S” G1P0000 Usia Kehamilan 32 Minggu dengan Kehamilan Letak Lintang di Puskesmas Sedati – Sidoarjo.

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Bidan Koordinator Program Studi Pendidikan Bidan Puskesmas Sedati, Sidoarjo Fakultas Kedokteran-UNAIR Surabaya

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat. Kehamilan letak lintang merupakan salah satu malpresentasi yang paling berat dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi akan bertambah berat jika kasus letak lintang terlambat didiagnosa.

Angka kejadian letak lintang di beberapa rumah sakit di Indonesia terjadi antara 0,5% -2%. Sedangkan penyebab letak lintang biasanya merupakan kombinasi dari beberapa faktor antara lain: fiksasi kepala tidak ada (karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta previa, dan tumor pelvis), janin mudah bergerak (karena hidramnion, multiparitas, janin kecil, janin mati), kehamilan ganda, ataupun karena ada kelainan uterus.

Apabila letak lintang ini tidak segera mendapatkan penanganan, dapat membahayakan ibu maupun janin. Bahaya pada ibu dapat terjadi perdarahan antepartum, perdarahan postpartum, ruptur uteri kerusakan organ abdominal hingga kematian. Apabila bahu janin masuk ke dalam panggul, makin lama makin turun sampai rongga panggul terisi seluruhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedangkan sumbu bawah rahim meregang. Hal ini bila tidak segera mendapatkan pertolongan akan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri sehingga sebagian atau seluruh bagian janin masuk ke dalam rongga perut (Mochtar, Rustam: 366). Sedangkan bahaya pada janin, dapat terjadi prematuritas, prolapsus umbilikus, asfiksia hingga kematian janin (angka kematian janin akibat letak lintang 25-40%).

(4)

1.2 TUJUAN PENULISAN 1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil resiko tinggi (kehamilan letak lintang) dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan dan kompetensi bidan di Indonesia.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dasar Kehamilan letak lintang.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan letak lintang.

3. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data obyektif pada kehamilan letak lintang.

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual dan masalah pada kehamilan letak lintang.

5. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial pada kehamilan letak lintang.

6. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kehamilan letak lintang.

7. Mahasiswa kebidanan mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai kebutuhan ibu hamil dengan kehamilan letak lintang.

8. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada kehamilan letak lintang.

9. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP pada kehamilan letak lintang.

1.3 MANFAAT PENULISAN

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Fisiologis 2.1.1 Pengertian Kehamilan

Menurut Manuaba (2010: 80) kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Menurut Manuaba (2010), pembagian umur kehamilan, yaitu trimester I antara 0-12 minggu, trimester II antara 0-12-28 minggu dan trimester III antara 28-40 minggu.

2.1.2 Proses Permulaan Kehamilan

Setiap bulan wanita mengalami ovulasi,ovum lepas dan ditangkap fimbriae. Kemudian masuk saluran telur. Saat koitus,cairan semen tumpah kedalam vagina dan sperma bergerak memasuki rongga rahim masuk saluran telur.Disekitar ovum banyak berkumpul sperma dan hanya satu sperma yang dapat membuahi ovum dan biasanya pembuahan terjadi di ampula tuba falopii.

Ovum yang telah dibuahi segera membelah diri dan bergerak menuju ruang rahim dan melekat pada mukosa rahim untuk bersarang (nidasi) pembuahan hingga nidasi membutuhkan waktu 6-7 hari,untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah/janin.Singkatnya,dalam proses kehamilan harus ada ovum,sperma,nidasi dan plasenta.

(6)

Pada kehamilanterdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna serta payudara (mammae).Dalam hal ini hormon estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting (Saifuddin, 2002).

1. Sistem Reproduksi a. Uterus

1) Ukuran

Ukuran uterus membesar selama kehamilan. Hal ini terjadi akibat hipertropi otot polos uterus, selain serabut-serabut kolagen. Yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnyakadar esterogen. Sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Pada kehamilan cukup bulan ukurannya panjangnya 32 cm,lebar 24 cm dan ukuran muka belakang 22 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc.

2) Berat

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram,pada akhir kehamilan (40 minggu). Berat uterus ini menjadi 1000 gram (Indrayani, 2011 : 101).

3) Bentuk dan konsistensi

Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokad agak gepeng, pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat, selanjutnya pada akhir kehamilan ke bentuk semula lonjong seperti telur. Pada minggu-minggu pertama isthmus uteri terjadi hipertropi seperti korpus uteri. Hipertropi isthmus pada triwulan pertama membuat isthmus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dalam obstetric dikenal sebagai tanda hegar.

4) Kontraktilitas

(7)

menit yang dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi uterus juga tidak beraturan baik kekuatan maupun munculnya dan mulai timbulnya sejak minggu ke-6 kehamilan.

b. Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak. Kelenjar-kelenjar diserviks akan berfungsi lebih sering dan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan fisologik (Saifuddin, 2002).

c. Ovarium

Ovulasi terhenti karenaberkembangnya korpus luteum graviditas sampai terbentuk uri (plasenta) yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron.

d. Vagina dan Vulva

Terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina dan vulva terlihat lebih merah dan kebiruan akibat pengaruh esterogen yang disebut tanda Chadwick.

2. Payudara

(8)
(9)

3. Sirkulasi Darah

Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25%, dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung yang meningkat sebanyak ± 30%. Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis (Sarwono, 2010).

Karena kebutuhan suplai darah meningkat pada ibu hamil, jantung bekerja keras selama hamil.Akibat penimbunan cairan volume darah meningkat akibat pertumbuhan janin, ini bisa membuat kaki menjadi bengkak, bahkan bisa menimbulkan varises (Baby Guide, 2005).

Cordiac output maternal meningkat sekitar 30-50% selama kehamilan. Cardiac output tergantung pada posisi ibu dan menurun pada saat ibu berbaring telentang.Pada saat posisi telentang, uterus yang membesar menekan vena cava inferior, mengurangi aliran balik vena ke jantunga sehingga menurunkan cardiac output.Pada akhir kehamilan mungkin terjadi hambatan yang besar pada vena cava inferior pada saat ibu berbaring terlentang.Pengaruh ini sangat besar pada kehamilan aterm.Antara 1-10% ibu hamil mengalami sindrom hipotensi pada saat berbaring terlentang dan mengalami penurunan tekanan darah serta gejala-gejala seperti pusing, mual dan rasa ingin pingsan (JHPIEGO Buku 2, 2003).

4. Traktus Urinarius

Ibu hamil cenderung bolak-balik kamar kecil untuk buang air seni,tidak hanya terjadi pada siang, malam pun juga terjadi. Ini terjadi pada awal trimester I dan akhir Trimester III kehamilan.Penyebabnya adalah pembesaran rahim dan janin yang menekan kandung kemih (Baby Guide, 2005).

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali (Saifuddin, 2002).

5. Kulit

(10)

pada ibu hamil.Oleh karena itu ibu hamil harus merawat dan menjaga kesehatan dan kecantikan tubuhnya (Baby Guide, 2005).

6. Sistem Respirasi

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak nafas dan pendek nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diagframa, sehingga diagframa kurang leluasa bergerak.Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita selalu bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya juga melebar ke bagian sisi bawah dari diafragma (Saifuddin, 2002).

Ketika perut mulai membesar, ibu agak sesak bernafas adalah hal yang biasa terjadi.Untuk mencegahnya jangan lupa berdiri dan duduk dengan sikap tenang.Jika ingin berbaring telentang, letakkan kepala dan bahu diatas sebuah bantal.Ini adalah efek dari rahim yang membesar, paru-paru tertekan dan membuat ibu hamil sesak nafas dan cepat lelah (Baby Guide, 2005).

7. Sistem Endokrin

Selama kehamilan noirmal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135 %. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan.Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelahpersalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang mnyusui.

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada saat persalinan akibat dri hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.

(11)

hamil dan menyusui dianjurkan untuk meendapat asupan vitamin D 10 µg atau 400 IU.

Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

8. Sistem Pencernaan

Karena pengaruh hormon esterogen,pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan, daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan pusing terutama pada pagi hari yang disebut morning sicknes, muntah disebut emesis gravidarum.

9. Sistem Metabolik

a. BMR meningkat 15-20 %

b. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 meq menjadi 145 meq perliter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.

c. Kebutuhan protein meningkat untuk perkembangan fetus,alat kandungan,payudara dan persiapan laktasi.

d. Kadar kolesterol meningkst hingga 350 mg (lebih dari 100 cc) hormon osmamotropin berperan daalm pembentukan lemak payudara.

e. Kebutuhan kalori meningkat terutama dari pembakaran zat arang,namun bila dibutuhkan lemak ibu dipergunakan untuk menambah kalori.

f. Wanita hamil membutuhkan banyak gizi dan protein zat hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi vitamin dan mineral.

10. Sistem Muskuloskeletal

(12)

2.1.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Kehamilan 1. Status Kesehatan

Status kesehatan wanita hamil akan berpengaruh pada kehamilan. Kesehatan ibu selama hamil akan mempengaruhi kehamilannya dan mempengaruhi tumbuh kembang zigot, embrio dan janin termasuk kenormalan letak janin.

2. Status Gizi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman.

Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan zat-zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Penting bagi bidan untuk memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang pasien kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya.Biasanya masyarakat di era sekarang ini lebih mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsi.

Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa nifas sebagai modal awal untuk menyusui.

3. Gaya Hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil, misalnya kebiasaan begadang, berpergian jauh dengan berkendara motor dan lain-lain.

Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.

4. Faktor Psikologis

a. Stresor Internal dan Eksternal 1) Stressor internal

(13)

akanterlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan kepribadian yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri (minder). Ini tentu saja tidak diharapkan.Oleh karena itu, pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.

2) Stressor eksternal

Pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat bervariasi, misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan (respon negatif dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali), dan masih banyak kasus yang lain.

b. Support Keluarga

Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi dimana sumber stress terbesar terjadi dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tertentu.

Dalam menjalani prose situ ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang. c. Subrainstormingtan Abuse (substance abuse)

Kekerasan yang dialami oleh ibu hamil di masa kecil akan sangat membekas dan sangat memengaruhi kepribadiannya. Ini perlu diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini, tenaga kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan diri sebagai teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan.Klien dengan riwayat ini biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.

d. Partner Abuse

(14)

Sewaktu-waktu pasien akanmengalami perasaan terancam yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

e. Faktor lingkungan, sosial budaya dan ekonomi 1) Kebiasaan dan Adat Istiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat.

2) Fasilitas Kesehatan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).

3) Ekonomi

(15)

ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.

2.1.5 DiagnosaKehamilan

Manifestasi kehamilan dapat dibagi menjadi : 1. Tanda Mungkin Hamil

Umumnnya didasarkan pada gejala-gejala subyektif, perubahan-perubahan yang dirasakan ibu sekama kehamilan, antara lain :

a. Amenorea

b. Mual dan muntah c. Mengidam d. Pingsan e. Anoreksia

f. Miksi yang sering g. Konstipasi h. Pigmentasi kulit i. Varises

j. Hipersalivasi

2. Tanda Tidak Pasti Hamil

Perubahan-perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa, bersifat obyektif, namun berupa dugaan kehamilan saja, antara lain :

a. Perut membesar b. Uterus membesar c. Tanda Chadwicks d. Tanda Goodel e. Tanda Hegar f. Tanda Piscaseck g. Teraba Ballotement h. Braxton Hicks

(16)

3. Diagnosa pasti kehamilan (positif)

Tanda pasti kehamilan merupakan tanda-tanda obyektif yang didapatkan pemeriksa dan dapat digunakan untuk menegakkan diagnose pada kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu :

a. Quickening (gerakan janin pertama kali) b. Denyut jantung janin

c. Teraba bagian-bagian janin

2.2 Skor Poedji Rochjati 2.2.1 Definisi

Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan skor Poedji Rochjati. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, kehamilan risiko rendah, kehamilan risiko tinggi dan kehamilan risiko sangat tinggi,tentang usia ibu hamil, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat penyakit ibu hamil.

1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2. 2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.

3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. 2.2.2 Tujuan

1. Melakukan pengelompokan sesuai dengan risiko kehamilannya, dan mempersiapkan tempat persalinan yang aman sesuai dengan kebutuhannya. 2. Melakukan pemberdayaan terhadap ibu hamil, suami, maupun keluarga agar

mempersiapkan mental, biaya untuk rujukan terencana. 2.2.3 Fungsi

1. Alat komunikasi untuk edukasi kepada ibu hamil, suami maupun keluarga untuk kebutuhan pertolongan mendadak ataupun rujukan terencana.

2. Alat peringatan bagi petugas kesehatan. Semakin tinggi skor, maka semakin intensif pula perawatan dan penanganannya.

2.2.4 Cara Pemberian Skor

(17)

3. Tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak sungsang, luka bekas sesar, letak lintang, perdarahan antepartum, dan preeklamsia berat/eklamsia diberi skor 8.

2.2.5 Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi

1. Informasi dan edukasi /KIE untuk kehamilan dan persalinan aman.

(18)

b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), harus diberi penyuluhan untuk bersalin di puskesmas, polindes, atau langsung di rumah sakit saja. Terutama pada letak lintang primigravida, dengan tinggi badan rendah.

c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan untuk langsung di rujuk ke rumah sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis.

2. Memeriksakan kehamilan secara teratur minimal 4 kali.

3. Imunisasi TT dua kali selama kehamilan dengan jarak satu bulan, untuk mencegah tetanus neonatorum.

4. Makan makanan bergizi selama kehamilan.

5. Menghindari hal-hal yang menibulkan komplikasi pada ibu hamil. a. Bekerja terlalu keras.

b. Merokok, minum alkohol, pecandu narkotika yang menyebabkan cacat bawaan pada janin.

c. Obat-obatan.

d. Berdekatan dengan penyakit menular. e. Pijat urut di perut.

f. Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil.

6. Mengenali tanda – tanda kehamilan risiko tinggi. Jika menemukan tanda risiko tinggi langsung periksa ke puskesmas, polindes,bidan, rumah bersalin, atau rumah sakit. ( Rochjati, 2003).

2.3 Kehamilan Letak Lintang 2.3.1 Definisi

Kehamilan letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin tegak lurus atau hamper tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah yang disebut presentasi bahu atau presentasi akromion. Jika punggung di bagian depan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang disebut dorsoposterior, (Sastrawinata, 2005)

(19)

Terdapat 2 jenis letak lintang :

1. Presentasi bahu (Presentasi akromion) yaitu pada letak lintang, bahu yang menjadi bagian terendah.

2. Dorso anterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah depan dan dorso posterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah belakang (DS Bratakoesoema,2005)

2.3.2 Etiologi

1. Relaksasi dinding abdomen karena multipara, hidramnion, atau kehamilan ganda 2. Oligohidramnion

3. Kehamilan prematur

4. Bentuk uterus abnormal ( Uterus arkuatus, septus ) 5. Panggul sempit

6. Ada penghalang di pintu atas panggul ( plasenta previa, terdapat tumor genitalia interna)

7. Kelainan bentuk janin intrauterin

8. Lilitan tali pusat pada janin ( leher dan lainnya), (Manuaba, 2010) 2.3.3 Diagnosis

1. Pada inspeksi, tampak perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan fundus uteri lebih rendah dari biasa, hanya beberapa jari diatas pusat, (Sastrawinata, 2005)

2. Pemeriksaan abdominal: sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong, ( WHO, 2013 )

3. Tinggi fundus lebih rendah, kelainan bentuk uterus (memanjang ke lateral), kepala dapat diraba di sisi lateral (biasanya sisi kiri), ( Datta, 2009 ).

4. Pemeriksaan abdomen dengan palpasi perasat leopold mendapatkan hasil (Sastrawinata, 2005) :

a. Leopold Ifundus uteri tidak ditemukan bagian janin (kosong)

b. Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokongpada fosa iliaka yang lain.

c. Leopold III dan IV, bagian bawah Rahim kosong

(20)

6. Pada pemeriksaan vaginal, tidak ada bagian terendah yang teraba di pelvis, sedangkan pada saat inpartu, yang teraba adalah bahu, siku atau tangan, (WHO,2013).

2.3.4 Komplikasi 1. Pada Ibu

a. Ruptur uteri dan traumatik uteri b. Infeksi

c. Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse Lie),yang berpotensi meningkatkan kematian pernatal, diketahui dengan :

1) Adanya ruptur uteri mengancam

2) Tangan yang dimasukan kedalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul

3) Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995) d. Meningkatnya kematian maternal karena :

1) Letak lintang selalu disertai plasenta previa 2) Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat. 3) Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari

4) Sepsis setelah ketuban pecah atau lengan menumbung melalui vagina 2. Pada Janin

a. Kematian janin akibat : 1) Prolaps funikuli

2) Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental

3) Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005 & Cuningham,1995) 2.3.5 Penatalaksanaan

1. Pada kehamilan

Dalam kehamilan, diusahakan versi luar segera setelah diagnosis letak lintang ditegakkan. Sedapat-dapatnya dijadikan letak kepala, namun jika ini tidak memungkinkan, diusahakan versi menjadi letak sungsang.

(21)

Versi luar pada letak lintang hanya terdiri dari dua tahap yaitu tahap rotasi dan tahap fiksasi, (Wiknjosastro, 2007).

Tindakan bidan menangani letak lintang dengan melakukan versi luar sudah ditinggalkan tetapi masih dapat dicoba untuk melakukan versi luar alami dengan jalan menganjurkan ibu untuk melakukan posisi lutut-dada ( knee-chest ) selama 10-15 menit setiap hari sebanyak 2-3 kali sampai terjadi perubahan posisi janin dalam rahim. Anjuran ini hanya mungkin bila kehamilan masih muda sehingga hokum gaya berat masih berlaku karena longgarnya ruangan intrauterine. Masa kehamilan sekitar 6,5 – 7,5 bulan, usia kehamilan lebih dari ini sudah sulit dilakukan karena ruangan dalam Rahim sudah semakin sempit, (Manuaba,2010)

2. Pada persalinan

Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.

(22)

dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. (Dasuki, 2000)

Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan dinding uterus. Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera.

Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.

Dalam posisi letak lintang, keadaan lebih berbahaya karena persalinan spontan tidak mungkin berlangsung. Satu-satunya jalan yang dapat mencapai bayi lahir baik dan keadaan ibu baik hanyalah dengan jalan seksio sesaria, ( Manuaba, 2010 )

2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis (Manajemen Asuhan Kebidanan)

2.4.1 Pengkajian a. Data subjektif

(23)

objektif. Dimana data subjektif dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pertanyaan-pertanyaan (wawancara). Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: 1) Wawancara yang dilakukan langsung pada pasien yang bersangkutan.

2) Wawancara yang dilakukan kepada keluarga pasien. Hal ini dilakukan apabila dalam keadaan darurat dan pasien tidak memungkinkan untuk memberikan data akurat yang diperlukan.

Sedangkan data objektif dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien melalui cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

a) Identitas pasien

Ini hal pertama yang perlu ditanyakan bidan kepada pasien untuk mengetahui latar belakang pasien. Ini juga bertujuan agar tidak ada kekeliruan data antar pasien.

 Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak ada kekeliruan dalam memberikan pelayanan.

 Umur : untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat reproduksi belum matang, mental psikis belum siap, dll.

 Agama: untuk memberikan motivasi dorongan moral sesuai dengan agama yang dianutnya.

 Suku bangsa : untuk mengetahui adanya faktor bawaan atau ras serta pengaruh adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari pasien.

 Pendidikan : pendidikan berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Hal

ini perlu dikaji agar bidan dapat memberikan konseling sesuai tingkat pengetahuan pasien.

 Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga. Hal ini berpengaruh pada pemenuhan gizi pasien.

 Alamat : untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal serta mempermudah pemantauan apabila diperlukan.

b) Alasan kunjungan

(24)

1. Pada trimester 1

Ibu hamil pada trimester pertama sering mengeluh seperti sering kencing, hiperpigmentasi pada kulit, mual muntah, hipersalivasi, keputihan, gusi berdarah, mudah lelah, pusing, pika (suka ngidam), dll.

2. Pada trimester 2

Ibu hamil pada trimester kedua sering mengeluh seperti konstipasi, perut kembung, varises pada kaki dan daerah genetalia, gatal-gatal pada daerah perut dan payudara, dan sakit kepala, dll.

3. Pada trimester akhir kehamilannya biasanya ibu hamil datang dengan keluhan-keluhan seperti konstipasi, oedema pada kaki, sering kencing, sakit punggung, hemorhoid, kram kaki, insomnia, dll.

c) Riwayat menstruasi

Ini perlu ditanyakan agar bidan memperoleh gambaran dasar dari organ reproduksinya. Yang perlu dikaji adalah :

 HPHT : bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan. Ditanyakan untuk mengetahui umur kehamilan dan menentukan hari taksiran persalinan (HTP) dengan rumus Neagle (hari +7, bulan –3, tahun +1).

 Siklus haid : panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah 28-32 hari. Hal ini diperlukan apabila ibu tidak benar-benar mengingat HPHT.

 Lama haid : lama haid biasanya berlangsung selama 5-7 hari. Hal ini perlu dikaji untuk membedakan antara menstruasi ataukah gejala tanda hartman yang dialami ibu.

 Teratur/tidak

 Banyak atau tidak : ini juga bisa menjadi pembeda antara menstruasi dan tanda hartman.

 Fluor albus : sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna (putih, keruh, bening), kekentalan (kental, encer).

d) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

(25)

Untuk mengetahui apakah ada gangguan/penyulit pada kehamilan yang lalu.

 Persalinan

Untuk mengetahui apakah ada gangguan/penyulit pada persalinan yang lalu.

 Nifas

Untuk mengetahui apakah ada gangguan/penyulit pada nifas yang lalu. Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (apakah abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Sujiyatini, 2009).

e) Riwayat kehamilan sekarang

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu beresiko tinggi atau tidak, meliputi :

 Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yang ke ... dan UK ... minggu.

 HPL : untuk mengetahui perkiraan persalinan. Dihitung dari HPHT.

 Keluhan-keluhan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki keluhan yang dapat berlanjut menjadi penyulit selama kehamilannya.

 Terapi apa saja yang sudah didapat untuk mengatasi keluhan ibu.

 ANC : untuk mengetahui riwayat ANC, teratur atau tidak, tempat ANC dan saat kehamilan berapa (Sujiyatini, 2009). Serta bagaimana hasil yang didapat.

 Gerakan janin: pertama kali gerakan janin dirasakan dan bagaimana keadaannya sekarang aktif/gerakan, berkurang/tidak bergerak.

Pada primigravida gerakan anak mulai dirasakan pada minggu ke-18, sedangkan pada multigravida gerakan anak mulai dirasakan pada minggu ke-16.

Gerakan anak normalnya rata-rata 34 kali perhari, apabila kurang dari 15 kali per hari maka dikatakan gerakan rendah.

(26)

Imunisasi yang dianjurkan adalah imunisasi TT, imunisasi ini diberikan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dan pada ibu bersalin.

 Penyuluhan yang sudah didapat:

Apabila dicek kembali, seharusnya ibu telah mendapatkan penyuluhan dari tempat ANC seperti:

- Persiapan persalinan

- Enam tanda bahaya/ kegawatdaruratan obstetri yaitu sakit kepala hebat, pandangan mata kabur, sakit perut hebat, keluar cairan pervaginam, oedema pada wajah dan tangan, gerakan janin melemah, beserta cara mengatasinya.

- Persiapan komplikasi.

- Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi - Istirahat

- Personal hygine, termasuk kebersihan payudara dan vulva hygine. - Senam hamil.

- Aktivitas.

- Kebutuhan seksual. - Gerakan Janin.

- Obat dalam kehamilan. - Pentingnya Imunisasi TT.

- Pemberian tablet Fe beserta cara meminum dan efek sampingnya. f) Riwayat KB

Untuk mengetahui ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila pernah disebutkan kontrasepsi apa yang digunakan dan lamanya penggunaan, sehingga dapat diketahui jarak kehamilannya. Penting juga untuk dikaji kapan terakhir pemakaian dan apakah ada keluhan yang dialami. g) Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan ibu

(27)

 Riwayat Kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah di dalam keluarga pernah ada atau sedang ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun yang dapat mempengaruhi kehamilan ibu seperti DM, hipertensi, asma, TBC, HIV/AIDS, jantung, hepatitis, serta apakah ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.

h) Pola fungsional kesehatan

 Nutrisi : untuk mengetahui bagaimana status gizi ibu. Apakah nutrisinya

cukup bagi ibu dan bayi atau tidak. Karena pada umumnya dalam masa kehamilan, ibu membutuhkan tambahan kalori sebesar 300 kalori per hari. Begitu juga kebutuhan zat besi, protein, dll. Semua kebutuhan nutrisi ibu bertambah.

 Eliminasi : hal ini perlu dikaji untuk mengetahui pola BAB dan BAK ibu sehari-hari yang meliputi frekuensi dan konsistensi. Karena biasanya dalam masa kehamilan, cenderung berubah dari semasa sebelum hamil. Pada masa kehamilan biasanya ibu akan mengalami lebih sering kencing dan konstipasi.

 Aktivitas :ini penting ditanyakan karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan ibu di rumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil.

 Istirahat : bidan perlu menggali kebiasaan istirahat pasien supaya diketahui hambatan yang mungkin muncul jika didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat. Hal ini meliputi lama dan bagaimana kualitas istirahatnya, apakah nyenyak atau tidak. Normalnya tidur siang 1-2 jam, dan tidur malam 6-8 jam.

 Personal hygiene :ini penting ditanyakan karena bagaimanapun juga hal ini akan memengaruhi kesehatan pasien dan bayinya.

(28)

mengganggu pasien namun ia tidak tahu kemana harus berkonsultasi. Dapat dijelaskan pada ibu bahwa selama tidak ada keluhan yang dapat membahayakan kehamilannya maka boleh dilakukan.

i) Faktor psikososial dan budaya

Untuk mengetahui bagaimana penerimaan pasien beserta keluarganya terhadap kehamilan ini. Karena hal ini akan sangat berpengaruh pada psikologis ibu. Serta apakah ada adat budaya dalam keluarga atau kebiasaan ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan. Seperti kebiasaan merokok, minum jamu, narkoba, pantangan makanan, memelihara binatang.

b. Data Objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat di observasi dan dilihat oleh tenaga kesehatannya.

1) Pemeriksaan umum

 Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, atau jelek.

 Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien yaitu composmentis, apatis, atau somnolens.

 Tekanan Darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi). Batas normalnya adalah 120/80 mmhg.

 Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris atau infeksi dengan menggunakan skala derajat celsius. Suhu badan normal wanita hamil 35,6-37,6ºC.

 Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit,

denyut normal 70x-88x/menit.

 Pernapasan : untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas normalnya 18-24x/menit.

(29)

 Berat badan : untuk mengetahui berat badan ibu, malnutrisi atau

tidak.Normalnya kenaikan BB pada TM 1 adalah 1-2 kg, pada TM II adalah 5 kg, sedangkan pada TM III tidak boleh naik 0.5 kg tiap minggu. Normalnya BB selama kehamilan meningkat 10-12 kg. Karena apabila ibu kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, insersia uteri. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko preeklampsi dan bayi yang terlalu besar.

2) Pemeriksaan Fisik

 Muka : apakah ada oedema, pucat.

R/: Apabila oedema maka ibu resiko preeklampsia, dan apabila pucat ibu resiko anemia.

 Mata : identifikasi warna konjungtiva dan sklera.

R/: karena apabila konjungtiva pucat ibu resiko anemia, dan apabila sklera berwarna kuning ibu resiko terkena gangguan hati.

 Mulut : identifikasi adanya sianosis atau kepucatan dan pecah-pecah pada bibir dan lidah.

R/: perlu dicurigai ibu mengalami dehidrasi apabila bibirnya pucat dan pecah-pecah.

 Leher : identifikasi adakah pembengkakan kelenjar thyroid, dan lymfe dan adakah pembengkakan vena jugularis.

R/: untuk mengetahui apakah ibu memiliki gangguan pada kelenjar thyroid, kelenjar lymfe, dan gangguan pada jantung

 Payudara :adakah hyperpigmentasi areola mammae, puting susu datar, tenggelam/menonjol, kolostrum sudah keluar/ belum.

R/: untuk persiapan laktasi.

 Abdomen : identifikasi apakah ada bekas SC atau bekas operasi lain, apakah ada striae gravidarum, mengukur TFU.

(30)

sekarang, linea alba dan nigrae, garis antara simfisis- pusat yang tampak

12 minggu - 3 jari di atas simfisis 16 minggu - ½ simfisis-pusat 20 minggu 20 cm (± 2cm) 3 jari di bawah pusat 24 minggu 24 cm (± 2cm) Sepusat

28 minggu 28 cm (± 2cm) 3 jari di atas pusat

32 minggu 32 cm (± 2cm) ½ pusat–procesus xipoideus 36 minggu 36 cm (± 2cm) Setinggi procesus xipoideus 40 minggu - 2 jari di bawah px

Tabel 2.3 Perkiraan TFU terhadap usia kehamilan (Hani dkk 2010)

- Leopold I : selain mengetahui TFU, Leopold I juga untuk mengetahui bagian apa yang ada di fundus. Pada letak membujur pada fundus, teraba lunak tidak bulat dan tidak melintang.

- Leopold II : Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada disamping kiri dan kanan uterus ibu.Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan pada letak yang lain.

- Leopold III : Menentukan apa bagian terendah janin.

- Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas panggul (Posisi tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar).

- Auskultasi Denyut jantung janin harus diantara 110-160 x/menit. - Taksiran berat janin (TBJ) dihitung dengan rumus Johnson Tausac:

(31)

b. Jika kepala masih di atas spina iskiadika TBJ = ( TFU – 12 ) x 155

 Genetalia: identifikasi apakah vulva bersih atau adakah pengeluaran pervaginam (lendir, darah), adakah varises, adakah benjolan abnormal yang menentukan kelancaran jalan lahir, juga adanya luka perineum menandakan sudah pernah melahirkan.

 Ekstrimitas : identifikasi ekstremitas atas dan bawah apakah ada oedem dan varises, bagaimana refleks patellanya.Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vagina, paha dan tungkai bawah. Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul. R/: ibu beresiko preeklampsia apabila ada oedema pada tangan dan refleks patellanya (-).

3) Pemeriksaan panggul

Pemeriksaan panggul dilakukan pada ibu hamil primigravida yang dicurigai memiliki ukuran panggul yang kurang dari normal seperti pada ibu dengan tinggi badan <145 cm, atau pada inspeksi panggul ibu terlihat kecil atau sangat kurus. Jika didukung oleh pemeriksaan panggul dalam kita dapat memprediksikan apakah proses persalinan dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal.

a) Pintu Atas Panggul

Dari ukuran-ukuran pintu atas panggul conjugate vera(CV) adalah ukuran yang terpenting dan satu-satunya ukuran yang dapat diukur secara indirect ialah dengan tergantung dari lebar dan inklinasi sympisis. Cara mengukur conjugata diagonalis (CD) :

 Dengan 2 jari ialah jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavita dari sacrum, jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba promotorium.

(32)

 Promotorium hanya bisa tercapai oleh jari kita dengan pemeriksaan

dalam pada panggul yang sempit. Pada panggul dengan ukuran normal, promotorium tak tercapai, tapi menandakan bahwa CV cukup besar.

 Kalau CV lebih besar dari 10 cm, maka pintu atas panggul diangap cukup luas (biasanya CV = 11 cm).

b) Pemeriksaan luar

Kalau kepala janin dengan ukuran terbesarnya sudah melewati pintu atas panggul, maka hanya bagian kecil saja dari kepala yang dapat diraba dari luar di atas sympisis.

Ukuran-ukuran luar tidak dapat dipergunakan untuk penilaian, apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak, Walaupun begitu ukuran-ukuran luar dapat memberi petunjuk pada kita akan kemungkinan panggul sempit.Ukuran-ukuran luar yang terpenting adalah :

 Distantia Spinarum : jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan normal 23-26 cm.

 Distantia Cristarum : jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri normal 26-29 cm.

 Conjugata Externa (Baudeloque) : jarak antara pinggir atas sympisis dan ujung prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-V normal 18-20 cm.

 Ukuran lingkar panggul : dari pinggir atas sympisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan trochanter major sepihak dan kembali melalui tempat-tempat yang sama di pihak yang lain normal 80-90 cm.

 Catatan :

Ukuran-ukuran luar ditentukan dengan jangka panggul kecuali ukuran lingkar panggul yang diambil dengan pita pengukur.

(33)

Untuk menentukan ukuran dan bentuk panggul : dengan pemeriksaan dalam dapat kita ukur CD, tapi kita juga dapat kesan mengenai bentuk panggul. Yang harus diperiksa ialah :

 Apakah promotorium teraba atau tidak. Bila teraba berapa CD nya.

 Apakah tidak ada tumor (exostose) pada permukaan belakang sympisis.

 Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau sebagian.

 Apakah sidewalls (dinding samping) lurus, convergent atau divergent oleh karena ukuran yang luas pada inlet tidak perlu diikuti oleh bidang sempit panggul dan pintu bawah panggul.

 Apakah kedua spina ischiadica menonjol atau tidak. Sering terdapat

bahwa spina yang menonjol disertai dengan dinding samping yang convergent.

 Apakah os sacrum mempunyai inklinasi ke depan dan belakang. Perhatikan pula lomkavitas dari sacrum. Dalam keadaan pathologic sacrum mempunyai bentuk hampir lurus.

 Apakah sudut arcus pubis cukup luas atau tidak.

4) Pemeriksaan khusus : pemeriksaan dalam tidak dilakukan kecuali bila ada indikasi.

5) Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan ultrasonografi : menggambarkan keadaan janin dan hasil konsepsi lain dalam kandungan, mengetahui usia kehamilan dan perkiraan persalinan klien.

 Pemeriksaan laboratorium : Cek Hemoglobin, Urine (reduksi dan protein urine)

 Tes nonstres (NST): tes untuk mengetahui kesejahteraan janin yang paling sering digunakan pada trimester ketiga. Tes ini dilakukan dengan monitor janin elektronik eksternal.

(34)

Langkah ini diambil berdasarkan data subjektif dan objektif yang didapatkan dari pemeriksaan terhadap klien.

 Diagnosa : G… PAPAH, usia kehamilan……... Keadaan umum ibu baik. Janin tunggal, hidup, presentasi, keadaan janin baik.

 Masalah :sesuai dengan keluhan dan keadaan yang ada pada klien.

Misalnya seperti pasien pusing, mual-mual dan muntah.

2.3.2 Diagnosa masalah potensial

Langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar terjadi (Mufdillah, 2012).

2.3.3 Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien (Asrinah, 2010: 117).

2.3.4 Perencanaan Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang ditujukan pada pasien harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care) serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien.

(35)

R/: menjalin hubungan baik dengan klien dan keluarga,sehingga klien lebih kooperatif.

2. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.

R/: dengan mengetahui kondisinya, klien akan lebih mudah untuk diajak bekerja sama dalam menyusun rencana yang terarah.

3. Selesaikan masalah yang dirasakan ibu jika ada.

R/ : dengan mengetahui sebab masalah yang dirasakan, dapat mengurangi kecemasan klien.

4. Kaji kebutuhan yang diperlukan oleh ibu hamil seperti nutrisi dan cairan, eliminasi, kebersihan, istirahat.

R/ : memenuhi kebutuhan yang diperlukan klien. 5. Diskusikan tentang tanda bahaya kehamilaan.

R/ : mencegah terjadinya komplikasi sedini mungkin. 6. Berikan HE tentang nutrisi.

R/ : untuk mengidentifikasi ibu hamil (klien) yang tidak akan atau tidak dapat mengonsumsi cukup kalori atau asupan gizi untuk pertumbuhan janin.

7. Anjurkan ibu untuk kembali jika sewaktu-waktu ada masalah.

R/ : deteksi dini terjadinya komplikasi, dan asuhan berkesinambungan.

2.3.5 Penatalaksanaan

Pelaksanaan merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu yang mengacu pada Perencanaan.

2.3.6 Evaluasi

(36)

BAB III TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 15 Juni 2015

Tempat : Ruang KIA/ KB Puskesmas Sedati Sidoarjo

Jam : 11.00 WIB

No. Register : 33xxx

A. SUBJEKTIF 1. Identitas

Identitas Ibu Identitas Suami

Nama ibu : Ny. “S” Nama suami : Tn. “J”

Umur : 20 tahun Umur : 30 tahun

Suku /bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Tambak Cemandi, Sidoarjo

2. Alasan kunjungan

Memeriksakan kehamilan pertama pada petugas kesehatan. 3. Riwayat Menstruasi

- HPHT : 25 Oktober 2014 - Siklus : 30 hari

- Lamanya : 6-7 hari

(37)

4. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :

K Penyulit Penolong Jenis Tempat Penyulit

J

2. Ini adalah kehamilan pertama Ny S dengan usia kehamilan 32 minggu. 3. Ini merupakan kunjungan ke-6 ke tenaga kesehatan.

4. Hasil PP Test (+), diperiksa pada kunjungan awal ke tenaga kesehatan. 5. Keluhan pada

Trimester 1 : Mual-mual dan pusing.

Tidak ada penyulit, hanya berupa ketidaknyamanan yang fisiologis. Trimester 2 : Tidak ada keluhan.

6. Gerakan janin aktif.

7. Penyuluhan dan obat-obatan yang sudah didapatkan: tanda bahaya kehamilan muda, nutrisi, personal hygiene, istirahat, kebutuhan seksual, serta pemberian tablet Fe, vitamin B6, vitamin B complex, asam folat, kalk.

8. Status TT : TT 1 dan 2 sudah diberikan pada kehamilan ini. 9. HPL : 2 Agustus 2015.

6. Riwayat KB

Belum pernah menggunakan KB apapun sebelumnya, karena ini adalah kehamilan pertamanya.

(38)

7. Pola Fungsional Kesehatan 1) Nutrisi

Frekuensi makan 3x sehari, porsi sedang. Menu sayur, nasi, lauk dan buah. Minum tetap seperti biasa sebelum hamil ±8 gelas perhari. Ibu minum susu hamil sehari 1-2 kali/ hari. Tidak ada pantangan makanan.

2) Eliminasi

BAK lebih sering daripada sebelum hamil, 6-7 kali/ hari. BAB tetap frekuensi 1x sehari seperti sebelum hamil, dengan konsistensi feses lunak.

3) Istirahat

Tidur seperti biasa sebelum hamil ±8 jam sehari. 4) Aktivitas

Melakukan pekerjaan rumah tangga biasa seperti sebelum hamil. 8. Riwayat kesehatan ibu

Pernah menderita penyakit asma, tapi selama kehamilan tidak pernah kambuh. Tidak sedang/ tidak pernah menderita penyakit menular (hepatitis, TBC, HIV/Aids), menurun (DM, hipertensi), dan menahun (TBC, jantung, hipertensi) serta tidak ada riwayat kembar.

9. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sedang / pernah menderita penyakit menular (hepatitis, TBC, HIV/Aids), menurun (DM, asma, hipertensi), dan menahun (TBC, jantung, hipertensi) serta tidak ada riwayat kembar.

10. Riwayat Psikososial dan budaya

Kehamilan ini sangat diharapkan oleh ibu dan keluarga. Suami dan keluarga menerima kehamilan ibu. Tidak ada kepercayaan dan budaya/ adat istiadat yang ibu yakini yang merugikan selama kehamilan. Ibu tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, jamu, obat penenang dan narkoba.

B. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik

(39)

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/70

Suhu : 36,5ºC

Nadi : 82x/menit

Pernapasan : 24 x/menit Berat Badan

- Sebelum hamil : 55 kg - Setelah hamil : 61 kg

TB : 155 cm

LILA : 25,5 cm

KSPR : 10

2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi

1) Wajah : Tidak ada oedem, tidak pucat.

2) Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih.

3) Mulut : bibir tidak pucat, tidak kering, dan tidak pecah-pecah.

4) Payudara : Puting bersih dan menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada aerola mammae.

5) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi. 6) Ekstremitas

Atas : tidak oedem.

Bawah : tidak oedem, tidak ada varises. b. Palpasi

1) Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe.

2) Abdomen :

a) Tidak ada nyeri tekan

b) Leopold 1 : TFU 1 jari di atas pusat, bagian fundus ibu tidak teraba bagian janin (kosong)

(40)

d) Leopold 3 : teraba bagian janin keras memanjang di bagian bawah perut ibu.

e) Leopold 4 : tidak masuk PAP (konvergen) c. Auskultasi

DJJ : 144x/menit

Terdengar di punctum maksimum kiri pusat perut ibu. 3. Pemeriksaan Penunjang

b. Pemeriksaan USG :

Tanggal 15 Juni 2015, hasil USG:

Letak melintang, kepala janin tampak di sebelah kiri. Placenta di fundus

c. Pemeriksaan Laboratorium :

Golongan darah : A Albumin urine : Negatif Hb : 12,7 gr% Reduksi urine : Negatif

HIV : Non reaktif

d. Pemeriksaan Panggul luar :

Distantia Spinarum : 22 cm (Normal : 23-26 cm) Distantia Cristarum : 26 cm (Normal : 26-29 cm) Conjugata Externa : 18 cm (Normal : 18-20 cm)

Pinggir atas sympisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior superior : 90 cm Kesimpulan : Panggul Sempit.

4. Skor Poedji Rochjati :

Skor awal : 2

Kelainan letak lintang : 8

Total : 10 (Kehamilan Resiko Tinggi)

C. ANALISIS

G1P0000 UK 32 minggu janin tunggal, hidup, intrauterine dengan kelainan letak lintang dan suspect CPD.

(41)

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti keadaannya dari penjelasan bidan.

2. Menjelaskan mengenai keadaan kehamilan ibu bahwa terdapat kelainan letak, yaitu letak lintang, sehingga diperlukan persiapan persalinan ke Rumah Sakit untuk tindakan awal, untuk itu ibu harus rutin melakukan pemeriksaan ulang setiap minimal 2 minggu sekali ke petugas kesehatan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan. 3. Menanyakan masalah-masalah yang dirasakan ibu dengan hasil pemeriksaan ini, agar

bidan mampu membantu pasien dalam mengatasi kecemasan pasien tersebut. Ibu menanyakan tentang masalah yang dicemaskan seperti proses rujukan ke Rumah Sakit dan tanda-tanda persalinan.

4. Memberikan HE :

a. Aktivitas, menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas berat terlebih dahulu, ibu bersedia melakukannya di rumah.

b. Nutrisi, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi selama kehamilannya ini dan istirahat yang cukup, ibu bersedia melakukannya di rumah.

c. Tentang tanda bahaya kehamilan agar terdeteksi secara dini bila terjadi dalam kehamilan, yaitu seperti :

- Sakit kepala hebat - Pandangan mata kabur

- Nyeri perut hebat bagian bawah - Perdarahan pervaginam

- Bengkak pada ektremitas dan wajah - Gerakan janin berkurang atau tidak ada

Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali. d. Tanda persalinan, seperti:

- keluar cairan lendir bercampur darah - air ketuban pecah

- adanya kontraksi yang teratur

Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali..

(42)

f. Memberikan konseling KB kepada ibu sebagai upaya pencegahan kehamilan berikutnya karena proses persalinan ibu dengan bantuan dokter yaitu operasi SC maka diperlukan penyembuhan luka yang optimal sebelum adanya kehamilan selanjutnya. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan mendiskusikan dengan suami

5. Memberikan terapi obat oral :

a. Fe 1x60 mg, dianjurkan diminum malam hari sebelum tidur untuk menghindari rasa mual yang muncul sebagai efek samping tablet Fe. Efek samping lainnya yaitu terjadi perubahan warna feses menjadi kehitaman, sulit BAB. Dapat diberitahukan pada ibu bahwa hal ini normal dan tidak berbahaya dan akan hilang setelah beberapa hari.

b. B complex 1x1. c. Kalk 1x 500 mg.

Ibu mengatakan akan meminum obatnya dan mengerti efek serta cara meminum obatnya.

(43)

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam kasus Ny. S G1 P0000 UK 32 minggu, dari hasil pemeriksaan data subjektif, ibu tidak merasakan adanya keluhan pada kehamilannya. Dalam pemeriksaan data objektif hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu dalam keadaan normal. Detak Jantung Janin juga dalam keadaan normal, yaitu 144x/ menit, hal ini sesuai dengan tinjauan teori yang telah dibahas pada BAB 2 yaitu menurut Saifuddin, 2002 kisaran DJJ normal adalah 120-140x/menit.

Namun, pada pemeriksaan palpasi leopold 1 ditemukan bahwa fundus uteri ibu teraba kosong, leopold 2 teraba bagian keras, kecil tunggal di kanan perut ibu dan bagian besar lunak di bagian kiri perut ibu, leopold 3 teraba bagian janin keras memanjang di bagian bawah perut ibu, serta leopold 4 teraba kosong. Hal ini sesuai teori Sastrawinata, 2005 tentang palpasi pada kehamilan letak lintang. Oleh karena itu, pada keadaan ini, kehamilan Ny. S merupakan kehamilan dengan kelainan letak lintang. Menurut hasil pemeriksaan USG dilakukan oleh ibu pada tanggal 15 Juni 2015, tampak hasil adanya kelainan letak lintang, dengan kepala janin di bagian kiri ibu. Dengan begitu, tidak ada kesenjangan antara hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan dengan hasil USG ibu. Oleh sebab itu, dalam kasus ini, bidan menganjurkan pada ibu agar diperlukan adanya persiapan persalinan ke rumah sakit sejak dini serta melakukan pemeriksaan rutin minimal 2 minggu sekali pada petugas kesehatan untuk memantau kehamilannya.

Dengan hasil palpasi yang demikian, hasil Tinggi Fundus Uteri ibu hanya 1 jari diatas pusat. Dimana seharusnya pada kehamilan normal usia 32 minggu TFU normal sesuai teori Hani, dkk (2010) pada kehamilan fisiologis menurut adalah setengah pusat-processus xipoideus . Karena kelainan letak lintang ini menyebabkan perut ibu melebar ke samping dan pada fundus tidak teraba bagian janin sehingga tinggi fundus lebih rendah. Hal ini sudah sesuai dengan teori letak lintang seperti yang dikemukakan oleh Datta (2009).

(44)

Conjugata Externa : 18 cm Normal : 18-20 cm. Oleh karena itu bidan mencurigai kelainan letak lintang pada Ny. S ini disebabkan karena suspect CPD.

Skor Poedji Rochjati pada kasus Ny. S adalah 10 yang bearti Ny. S termasuk ke dalam kehamilan resiko tinggi (KRT). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10. Pemberian skor adalah pada umur dan paritas diberi skor 2 sebagai skor awal dan tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak sungsang, luka bekas sesar, letak lintang, perdarahan antepartum, dan preeklamsia berat/eklamsia diberi skor 8. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), harus diberi penyuluhan untuk bersalin di puskesmas, polindes, atau langsung di rumah sakit saja. Terutama pada letak lintang primigravida, dengan tinggi badan rendah (Rochjati, 2003). Maka persalinan Ny. S harus dilakukan pada tenaga kesehatan minimal pada Puskesmas. Ny. S sudah mengetahui hal tersebut dan telah mempersiapkan untuk persalinannya di tenaga kesehatan.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan letak lintang Ny. S ini tidak dilakukan versi luar karena beresiko tinggi. Serta juga tidak dilakukan lutut dada (knee-chest) karena usia kehamilan ibu sudah 32 minggu. Sedangkan lutut dada menurut Manuaba (2010) dilakukan pada usia kehamilan masih muda. Karena itulah bidan tidak melakukan tindakan tersebut pada Ny. S ini.

Kemudian bidan juga memberikan terapi obat oral pada ibu yaitu Fe, Kalk, dan B compleks pada Ny. S ini. Dengan dosis Fe, 1x60 mg, Kalk 1x 500mg, dan B compleks 1x1. Tablet Fe diberikan sebagai penambah darah pada untuk mencegah agar ibu tidak anemia. Kalk diberikan untuk membantu pertumbuhan tulang janin dan mencegah ibu mengalami osteoporosis. Bidan juga memberikan terapi obat oral B Compleks 1x1. Dimana di dalamnya sudah mengandung multivitamin yang dibutuhkan ibu dan untuk pertumbuhan janinnya.

(45)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asuhan kehamilan yang diberikan pada “Ny. P” telah sesuai dengan tujuan antara lain : a. Pengertian letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus

dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.

b. Dalam melakukan pengkajian data, data yang ditemukan sudah lengkap hanya kurang pada pemeriksaan fisik bagian genetalia.

c. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa sesuai teori dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.

d. Rencana disusun sesuai kebutuhan, namun tidak semua rencana yang ada di teori terdapat pula pada tinjauan kasus. Versi luar tidak dilakukan karena beresiko tinggi dan tidak dilakukan lutut dada (knee-chest) karena usia kehamilan ibu sudah 32 minggu. Sedangkan lutut dada menurut Manuaba (2010) dilakukan pada usia kehamilan masih muda.

e. Evaluasi yang diberikan yaitu menanyakan tentang kecemasan ibu selama kehamilan ini, memberikan HE pada klien tentang berupa nutrisi selama hamil, aktivitas, pentingnya persiapan persalinan, tanda – tanda bahaya pada kehamilan, dan tanda persalinan serta memberikan konseling KB.

5.2 Saran

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Datta, Misha,dkk. 2009. Rujukan Cepat Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.

Jakarta : EGC

Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC

WHO. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.

Jakarta : Kemenkes

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Gambar

Tabel 2.3 Perkiraan TFU terhadap usia kehamilan (Hani dkk 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil dengan hipertensi kronik di RSUD Banyudono secara komprehensif. Metode: Observasional

Tujuan studi kasus ini untuk memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkompletus secara komprehensif dengan menggunakan manajemen kebidanan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny.H.. G 1 P 0 A 0 Umur 33 Tahun Hamil 12 +3 Minggu dengan Hipertensi Kronik

Dengan demikian penulis mempelajari lebih mendalam tentang manajemen kebidanan pada ibu hamil normal, sehingga dapat menjaga kesehatan ibu dan janin, melaksanakan

Asuhan kebidanan pada ibu hamil dilakukan sebanyak 3 kali, asuhan kebidanan pada ibu bersalin dilakukan mulai dari persalinan kala I - kala IV, asuhan kebidanan pada ibu nifas

Seseorang yang mempunyai kemampuan memberikan asuhan kebidanan secara efektif, aman dan holistik dengan memperhatikan aspek budaya terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan selama hamil, bersalin, dan nifas serta asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.B di BPS Soraya Palembang yang dimulai pada usia kehamilan

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.”L” G1P0000 hamil 37 minggu