• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI STARBUCK COFFEE ( Studi Kasus di Ciputra World Mall Surabaya )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI STARBUCK COFFEE ( Studi Kasus di Ciputra World Mall Surabaya )"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Manajemen Pemasaran

2.1.1.1Pengertian manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-kurangnyasatu pihak dari

pertukaran potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak

lain yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Tugas manajemen pemasaran,

untuk memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat

membantudalam pencapaian tujuan perusahaan, serta dalam menyesuaikan diri

dengan perubahan lingkungan. Pemasaran harus dikoordinasi dan dikelolah

dengan baik.

Banyak pengertian yang diberikan mengenai manajemen pemasaran salah

satunya difinisi menurut Basu Swasta (2003:7) manajemen adalah penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan

untuk mengadakan pertukaran dengan pasar ayng dituju, dengan maksud untuk

mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju, dengan maksud untuk

mencapai tujuan organisasi.

Hal ini tergantung pada penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan

dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi

(2)

2.1.1.2Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menurut Kotler (2003:21) menyatakan bahwa kunci

mncapai tujuan organisasi adalah terdiri dari penentu kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran dan penyarahan produk yang memuaskan saecara efektif dan lebih

efisien dibandingkan para pesaing.

Sedangkan menurut Basu Swasta (2003:96) konsep pemasaran adalah

sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan social bagi kelangsungan hidup perusahaan

sebagai falsafah bisnis. Konsep pemasaran tersebut disusun dengan memasukan

tiga elemen pokok, yaitu :

a. Orientasi pelanggan, perusahaan yang ingin mempraktekan harus dengan ;

1. Menentukan kebutuhan pokok pembeli yang akan dilayani.

2. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjual.

3. Menentukan produk dan program pemasaran.

4. Mengadakan observasi pada pelanggan dan tingkah laku mereka.

5. Melaksanakan strategi dengan menitik beratkan mutu dan harga.

b. Volume penjualan yang menguntungkan.

Artinya laba tersebut didapat dari hasil pemasaran pada pelanggan. Laba

merupakan cerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan

kepuasan pada pelanggan.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan dalam perusahaan.

Yaitu untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan secara optimal. Semua

(3)

2.1.1.3Pengertian Pemasaran

Pengertian pemasaran salah satu kegiatan pokokyang dilakukan

perusahaan untuk mencapai laba yang diinginkan. Pemasaran juga merupakan

salah satu kegiatan dalam perekonomian yang sangat penting bagi perusahaan,

karena membantu dalam penciptaan nilai ekonomis dari suatu barang dan jasa.

Menurut Staton (2000:1) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan

bisnis yang sedang dirancang untuk merencanakan produk, menentukan harga,

mempromosikan produk dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

memuaskan kegiatan barang dan jasa kepada para pelanggan potensial.

Sedangkan menurut Basu Swastha (2000:5) pemasaran adalah suatu

system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan harga, dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli

yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Philip Kotler (2009:3) definisi pemasaran adalah suatu proses social dan

menejerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa saja yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu

proses perencanaan dan pelaksanaan dari harga, promosi, distribusi atas barang

atau jasa dalam rangka memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses

(4)

2.1.1.4Bauran Pemasar an

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran, elemen lain dalam

strategi pemasaran asalah bahwa perusahaan tersebut menentukan bagaimana ia

memprofilkan penawaran pada segmen khusus tersebut.

Menurut Catur Rismiati (2001:190), kombinasi dari segi produk, hargam

promosi, dan distribusi dalam mencapai tujuan pemasaran dinamakan

“marketing mix” atau bauran pemasaran. Marketing Mix dapat juga diartikan

sebagaai kombinasi dari empat kegiatan yang merupakan inti dari system

perusahaan, yakni produk, stuktur harga, sistem distribusi dan kegiatan promosi.

Marketing mix merupakan suatu perangkat penentu kebberhasilan pemasaran

perusahaan.

Sedangkan menurut Angipora (2002:24) bauran pemasaran adalah

perangkat variable-variabel yang termasuk dalam bauran pemasaran adalah :

1. Produk

Dengan memperhatikan karakteristik produk yang meliputi tingkat mutu dan

ciri-ciri produk, model, merek, kemasan dan factor-faktor lain yang berkaitan

dengan produk (manfaat dan penggunaanya)

2. Harga

Dengan memperhatikan metode penetapan harga yang sesuai dengan pasar

sasaran, tingkat persaingan sertakebijakan harga yang menarik seperti

pemberian potongan, fa silitas kredit dan lain sebagainya.

(5)

Dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan produsen dalam mengenal dan

memperhatikan pelanggan pada produk mereka melalui advertising,

penjualan tatap muka, promosi penjualan dan publisitas.

4. Distribusi

Dengan memperhatikan saluran distribusi produk dari produsen ke konsumen

atau pelanggan baik menggunakan jasa perantara ataupun tanpa perantara.

2.1.1.5Pengertian Pelanggan

Pelanggan adalah seseorang atau individu-individu yang melakukan

transaksi jual beli sautu barang atau jasa secara kontinyu pada suatu tempat

tertentu. Pelanggan yang menguntungkan adalah orang, rumah tangga, atau

perusahaan yang dalam jangka panjang memberikan pendapat yang melebihi

biaya perusahaan untuk menarik, menjual dan melayani pelanggan itu dalam

jumlah yang dapat diterima. Menurut Fandy Tjiptono (2000:66)

Ada beerapa definisi tentang pelanggan menurut Nasution (2001:101) :

1. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita

tergantung padanya.

2. Pelanggan adalah orang yang membawa kita pada apa yang diinginkan.

3. Tidak ada seorangpun yang menang berada argumentasi dengan

pelanggan.

4. Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipertahankan.

Menurut fandy Tjiptono (2001:103) ada beberapa unsur yang penting

(6)

a. Pelanggan haruslah merupakan prioritasutama organisasi, kelangsungan

hidup organisasi tergantung pada pelanggan.

b. Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan paling penting,

yaitu pelanggan yang membeli berkali-kali.

c. Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghsilkan produk yang berkualitas

tinggi.

2.1.2 Perilaku Konsumen

2.1.2.1 Pengertian Perilaku konsumen

Perilaku konsumen merupakan refleksi dari prilaku manusia yang

kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi.

Pemahaman mengenai perilaku konsumen sangatlah penting bagi pengembangan

program pemasaran suatu organisasi atau perusahaan. Perusahaan yang menganut

konsep pemasaran harus memulai usahanya dengan mengidentifikasi dan

memahami keinginan dan kebutuhan konsumen.

Beberapa definisi dari perilaku konsumen diantaranya adalah ( Simamora,

2001 : 1) :

1. Engel et al (1995), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung

terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan

jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan

(7)

2. Loudon dan Bitta (1988), perilaku konsumen sebagai suatu proses

pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk

mengevaluasi, memperoleh menggunakan atau mengatur barang dan jasa.

3. Kotler dan Amstrong (1997), perilaku konsumen merupakan perilaku

pembelian konsumen akhir baik individu maupun rumah tangga yang

membeli produk untuk konsumsi personal.

4. Zaltman dan Wllendorf (1979), perilaku konsumen adalah tindakan –

tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok

dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau

lainya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan

dan sumber – sumber lainnya.

Dari definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.

2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum

pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi,

dan menghabiskan produk.

2.1.2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perilaku

Konsumen

Menurut Philip Kotler (2003 : 202) perilaku konsumen dipengaruhi oleh

empat .fakto, diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor budaya

Budaya, Sub budaya , dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku

(8)

dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh akan mendapatkan seperangkat

nilai, persepsi, dan perilaku dari keluarga dan lemaga-lembaga penting

lainnya. Contohnya pada naka-anak yang dibesarkan di Amerika Serikat

sangat terpengaruh dengan nilai-nilai sebagai berikut : prestasi, aktifitas,

efisiensi, kemajuan, kenikmatan materi, individualism, kebebasan

humanism dan berjiwa muda.

Masing-masing subbudaya terdiri dari sejumlah subbudaya yang lebih

menampakkan identifikasi dan sosialisasi khususnya bagi para

anggotanya seperti kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah

geografis.

Pada dasarnya dalam sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat

terdapat sebuah tingkatan (strata) sosial. Tingkatan sosial. Tingkatan

sosial terseut dapat berbentuk sebuah system kasta yang mencerminkan

sebuah kelas sosial yang relative homogen dan permanen yang tersusun

secara hirarkis dam para anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku

yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan,

tetapi juga indicator lain seperti pekerjaan, pendidikan, perilaku dalam

berusana, cara bicara, rekreasi dan lain-lainnya.

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh

faktor sosial diantaranya sebagai berikut :

(9)

Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan

sebagai kelompok yang dapat memberikan pengaruhsecara langsung

ataupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut.

Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu

sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung

terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok anggota ini merupakan

anggota dari kelompok primer seperti keluarga, teman tetangga dan

rekan kerja yang berinterkasi dengan secara langsung dan terus

menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer,

kelompok sekunder yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan,

profesi dan asosiasi perdagangan juga dapat disebut sebagai kelompok

keanggotaan

b. Keluarga

Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen, keluarga dibedakan

menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah

keluarga orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara

kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agama, politik dan

ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Kedua, keluarga

terdiri dari pasangan, dan jumlah anak yang dimiliki seseorang.

Keluarga jenis ini biasanya disebut dengan keluarga prokreasi.

c. Peran dan status

Hal yang dapat menjadi faktor social yang dapat mempengaruhi

(10)

organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku

pembeliannya. Contoh seorang direktur disebuah perusahaan

perusahaan tentunya memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan

dengan seseorang supervisor, begitu pula dalam perilaku pembeliannya.

Tentunya, seorang direktur perusahaan akan melakukan pembelian

terhadap merek-merek yang berharga lebih mahal dibandingkan dengan

merek lainnya.

3. Pribadi

Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya

hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

a. usia dan siklus hidup keluarga

orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya

yang dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus hidup

keluarga.

b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi

Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pola

konsumsinya. Contohnya, direktur perusahaan akan membeli pakaian yang

mahal, perjalanan dengan pesawat udara, keanggotaan di klub khusus, dan

membeli mobil mewah. Selain itu, biasnya pemilihan produk juga

dilakukan berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti biasanya

(11)

seseorang seperti besarnya penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan,

utang dan sikap terhadap belanja atau menaung.

c. Gaya hidup

Gaya hidup dapat diartikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang

terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui

kelas sosial, dan pekerjaan yang sama tidak menjamin munculnya sebuah

gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai sebuah peluang dalam

kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang mengarahkan merek mereka

terhadap gaya hidup seseorang. Contohnya, perusahaan telepon seluler

berbagai merek berlomba-lomba menjadikan produknya sesuai dengan

gaya hidup remaja yang modern dan dinamis seperti munculnya telepon

selular dengan fitur multi media yang ditujukan untuk kalangan muda

yang kegiatan tidak dapat lepas dari beragai hal multimedia seperti

aplikasi pemutar suara, video, kamera, dan sebagainya, atau kalangan

bisnis yang menginginkan telepon selular yang dapat menunjang berbagai

kegiatan bisnis mereka.

d. Kepribadian

Setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik kepribadian yang

bereda-beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya.

Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda

yang menghasilkan sebuah tanggapan relative konsisten dan bertahan lama

terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan

(12)

kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemampuan beradaptasi.

Kepribadian dapat menjadi variable yang sangat berguna dalam

menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini disebabkan karena

beberapa kalangan konsumen akan memilih merek yang cocok dengan

kepribadiannya.

4. Psikologi

Terakhir, faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

adalah factor psikologis. Faktor ini dipengaruhi oleh empat faktor

utamanya diantaranya sebagai berikut :

a. Motivasi

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu-waktu tertentu.

Beberapa dari kebutuhan tersebut ada yang muncul dari tekanan

biologis seperti lapar, haus, dan rasa ketidak nyamanan. Sedangkan

beberapa kebutuhan lainnya dapat bersifat psikogenesis ; yaitu

kebutuhan yang berasal dari tekanan psikologis seperti kebutuhan

pengakuan, penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Ketika

seseorang mengamati sebuah merek, ia akan bereaksi tidak hanya pada

kemampuan nyata yang telihat pada merek tersebut, melainkan juga

melihat petunjuk lain yang samar, ukuran, berat, bahan, warna dan

nama merek tersebut yang memicu arah pemikiran dan emosi tertentu.

Banyak riset yang telah dilakukan peneliti dalam menghubungkan

(13)

oleh Kotler (2003 : 215) yang dimana risetnya telah menghasilkan hipotesis

sebagai berikut :

1. Konsumen menolak buah prem karena buah prem terlihat keriput dan

mengingatkan mereka pada orang berusia lanjut.

2. Pria menghisap cerutu sebagai versi dewasa dari kebiasaan menghisap

ibu jari di masa anak-anak.

3. Wanita lebih menyukai lemak nabati daripada hewani karena dapat

menimbulkan rasa bersalah karena telah membunuh binatang.

4. Wanita tidak yakin dengan adonan kue jika adonan tersebut tidak

menambhkan telur, karena adonan tersebut membantu mereka bahwa

mereka sedang ‘”melahirkan”.

Selain riset dari Ernest diatas, Jeans Callibout mengidentifikasikan

motivasi-motivasi yang berbeda-beda yang dapat dipuaskan oleh suatu

produk. Contohnya, wiski dapat memenuhi program kegiatan relaksasi

sosial , status, atau kesenangan sehingga merek wiski perlu diposisikan

pada salah satu daya tarik tersebut.

Fredrick Herzeberg mengembangkan teori dua faktor yang membedakan

dissastifire (faktor-faktor yang menyebabkan ketidak puasan)dan satisfire

(faktor-faktor yang menyebabkan menyebabkan kepuasan) yang dapat

memotivasi kegiatan pembelian konsumen. Ia mencontohkan dalam

kegiatan pembelian computer dimana tidak adanya garansi dapat menjadi

dua faktor dissastifier tetapi adanya garansi tidak menjadi pemuas atau

(14)

intrinstik computer. Melainkan kemudahan penggunalah yang dapat

menjadi satisfire yang dapat memotivasi kegiatan pembelian.

b. Persepsi

Seseorang yang termotivasi siap untuk segera melakukan tindakan.

Bagaimana tindakan seseorang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh

persepsinya terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan sebagai

sebuah proses yang digunakan individu untuk memilih,

mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna

menciptakan sebuah gambaran (Bernard Barelson, dalam Kotler 2003 :

217). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga

pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan

keadaan individu yang bersangkutan.

Setiap persepsi konsumen terhadap sebuah produk atau merek yang

sama dalam benak setiap konsumen berbeda-beda karena adanya tiga

proses yaitu :

1. Perhatian Selektif

Perhatian selektif dapat diartikan sebagai proses penyaringan atas

berbagai informasi yang didapat oleh konsumen. Dalam hal ini para

pemasar harus bekerja keras dalam rangka menarik perhatian

konsumen dan memberikan sebuah rangsangan nama yang akan

diperhatikan orang. Hal ini disebakan karena orang lebih cenderung

memperhatikan rangsangan yang berhubungan kebutuhannya saat

(15)

memperhatikan iklan yang menawarkan ptongan dan lebuh

memperhatikan rangsangan yang mereka antisipasidn lebih

memperhatikan rangsangan yang memiliki deviasi besar terhadap

ukuran rangsangan normal seperti, orang cenderung akan

memperhatikan iklan yang menawarkan potongan dan bonus

sebesar Rp. 100.000 ketimbang iklan komputeryang hanya

memberikan bonus atau potongan yang bernilai Rp. 50.000

2. Distorsi Selektif

Distorsi selektif merupakan proses pembentukan persepsi yang

dimana pemasar tidak dapat berbuat banyak terhadap distorsi

tersebut. Hal ini karena distorsi selektif, merupakan kecenderungan

orang untuk mengubah informasi menjadi bermakna pribadi dan

menginterpretasikan informasi yang didapat dengan cara yang akan

mendukung pra konsepsi konsumen.

3. Ingatan Selektif

Orang akan banyak melupakan banyak hal yang merek pelajari

namun cenderung akan senantiasa mengingat informasi yang

endukung pandangan dan keyakinan mereka. Karena adanya

ingatan selektif, kita cenderung akan mengingat hal-hal baik yang

tentang produk yang kita sukai dan melupakan hal-hal baik yang

disebutkan tentang produk yang bersaing.

(16)

Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari

prngalaman. Banyak ahli pemasaran yang yakin bahwa pembelajaran

mengajarkan kepada pemasar bahwa mereka dapat membangun

permintaan atas suatu produk dengan mengaitkan pada pendorongnya

yang kuat, menggunakan isyarat yang memerikan motivasi, dan

memberikan penguatan positif karena pada dasarnya konsumen akan

melakukan generalisasi terghadap suatu merek. Contohnya, konsumen

yang pernah membeli computer merek IBM yang mendapatkan

pengalaman menyenangkan dan persepsi yang positif akan

mengasumsikan bahwa merek IBM merupakan merek komputer yang

terbaik, ketika konsumen akan membeli printer merek IBM mungkin

konsumen juga berasumsi hal yang sama bahwa IBM menghasilkan

printer yang baik.

d. Keyakinan dan Sikap

Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.

Keduanya kemudian mempengaruhi prilaku pembelian konsumen.

Keyakinan dapat diartikan sebagai gambaran pemikiran seseorang

tentang gambaran sesusatu. Keyakinan orang tentang produk atau

merek akan mempengaruhi keputuisan pembelian mereka. Contohnya

studi tentang keyakinan merek yang menemukan bahwa konsumen

sams-sama menyukai Diet coke dan Diet Pepsi ketika mencicipi

keduanya dalam tanpa merek. Tetapi, ketika mencicipi Diet yang di

(17)

23%. Dan dalam contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan

akan merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Selain keyakinan, sikap merupakan hal yang tidak kalah pentingnya,.

Sikap evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang

menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap suatu

objek atau gagasan tertentu ( David Kreh, dalam Kotler 2003 : 219)

2.1.2.4 Model Perilaku Konsumen

Dalam memahami perilaku konsumen ini ada bebrapa model yang

dapat digunakan debagai acuan. Kotler dan Amstrong (2007 : 129)

mengemukakan model perilaku konsumen seperti ditunjukkan pada gambar 2.1

sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Perilaku Konsumen Kotler

Sumber : Kotler dan Amstrong (2007 : 129)

Model tersebut menunjukkan bahwa stimuli dari luar akan masuk ke

dalam kotak hitam pembeli dan akan menghasilkan respon tertentu pada

(18)

stimuli lain-lain. Stimuli pemasaran meliputi empat unsur bauran pemasaran

yaitu, produk, harga distribusi dan promosi. Sedangkan stimuli lain terdiri atas

keadaan ekonomi, teknologi, politik dan kebudayaan. Yang harus dipahami adalah

apa yang terjadi didalam kotak hitam pembeli yang merupakan mediator antara

rangsangan dan respon. Kotak hitam pemeli terdiri atas dua komponen, bagian

pertama adalah karakteristik pembeli yang meliputi factor budaya, sosial,

personal, dan psychological yang mempunyai pengaruh utama bagaimana seorang

pembeli bereaksi terhadap rangsaangan tersebut dan bagian kedua adlaha proses

yang mempengaruhi hasil keputusan. Proses pengambilan keputusan meliputi

aktivitas pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi, pengambilan

keputusandan perilaku setelah pembeliaan.

Berdasarkan model tersebut, pada akhirnya akan menentukan keputusan

pembelian. Keputusan ini dapat berupa pemilihan produk, pemilihan merek,

pemilihan penjual, waktu dan jumlah pembelian.

Model yang lain dijelaskan oleh Assael (1995) dalam Suryani (2008 : 11)

melalui model stimulus – organism – response. Model tersebut dapat dilihat pada

(19)

Gambar 2.2

Model Perilaku Konsumen Assael

Sumber : Assael (1995) dalam Tatik Suryani (2008 : 11)

Berdasarkan model tersebut, dapat dijelaskan bahwa komponen inti dari

model tersebut adalah consumer decision making yang merupakan proses

menerima, mengevaluasi informasi merk produk tertentu. Ada dua factor yang

mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya akan menentukan respon

konsumen. Pertaman adalah konsumen itu sediri. Ada dua unsur dari konsumen

itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yaitu pikiran

(20)

karakteristik konsumen. Factor kedua adalah pengaruh lingkungan yang terdiri

atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group,

dan situasi lain yang menentukan.

Factor lingkungan ini melalui komunikasi akan menyediakan informasi

yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen. Adapun

bentuk dari komunikasi dari mulut ke mulut, komunikasi pemasaran dan lintas

kelompok.

Setelah konsumen membuat keputusan, evaluasi setelah pembelian

dilakukan (ditujukan dari feedback ke individual consumer ). Selama proses

evaluasi ini, konsumen akan belajar dan memilih merek yang disukai. Pengalaman

konsumen ini secara langsung akan berpengaruh pada pemelian ulang berikutnya.

Evaluasi setelah pembelian ini juga membri feedback pada perusahaan.

Pemasaran akan menelusuri respon konsumen melalui esarnya pangsa pasar dan

data penjualan. Tapi informasi itu saja tidak cukup menjawab mengapa konsumen

membeli, atau berapa kekuatan dan kelemahan mereknya dibanding dengan

pesaing. Untuk, itu perlu riset pemasaran guna mendapatkan reaksi konsumen

terhadap mereknya dan maksud pembelian. Informasi yang didapat ini kemudian

digunakan manajemen untuk mereformulasikan strategi pemasaran agar sesuai

dengan kebutuhan konsumen.

2.1.3. Keputusan Pembelian

Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk

(21)

prnagkat pemilihan. Adapun factor yang mempengaruhi tujuan membeli

dan keputusan membeli ( Kotler, 2001 : 256)

Factor tersebut adalah sikap orang lain. Sikap pihak lain yang

mempengaruhi seseorang sehingga dapat mengunrangi suatu alternatif

yang disukai tergantung pada dua hal, yaitu ;

1. Intensitas sifat negative pihak lain terhadap pilihan alternative

konsumen.

2. Motivasi konsumen tidak pada keinginan orang laian.

Semakin kuat intensitas sikap negative orang lain,dan makin lebih

dekat orang lain itu kepada konsumen, maka makin banyak kemungkinan

konsumen untuk mengurungkan maksudnya untuk membeli sesuatu.

Keputusan konsumen untuk mengubah membatalkan keputusan

membeli, banyak dipengaruhi oleh pandangna resiko seseorang. Para

konsumen sama sekali tidak memperoleh kepastian akibat dari pembelian

yang dilakukan. Hal ini menyebakan tingkat kecemasan tertentu pada

pembeli. Besar kecilnya resiko yang ditanggap seorang berbeda-beda

sesuai dengan besar uang yang dibelanjakan, banyak ciri yang tidak pasti

dan tingkat kepercayaan diri konsumen.

2.1.3.1Struktur Keputusan Pembeli

Menurut Swastha (2003: 120) struktur keputusan seseorang

dalam melakukan suatu pembelian adalah sebagai berikut:

(22)

Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatioan kepada

orang-orang yang berminat membeli serta alternative lain yang

mereka pertimbangkan.

b. Keputusan tentang bentuk produk

Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran,mutu,corak dan

sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan risest

pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang

bersangkutan agar dapat memaksimumkan daya tarik merknya.

c. Keputusan tentang merk.

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merk mana yang

akan dibeli. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui

bagaimana konsumen memilih sebuah merk.

d. Keputusan tentang penjualannya.

Dalam hal ini produsen, pedagang besar, dan pengecer harus

mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.

e. Keputusan tentang jumlah produk.

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak

produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini

perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai

dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.

f. Keputusan tentang waktu pembelian.

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus

(23)

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian

perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan

pemasarannya.

g. Keputusan tentsng cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara

pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan

cicilan. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan

pembeli terharap cara pembayarannya.

2.1.3.2Tipe-tipe Pembeli

Menurut Anwar Prabu (2002 : 57) tipe-tipe pembeli dikategorikan

sebagai pembeli pria, pembeli wanita, pembeli remaja, pembeli lanjut

usia, pembeli pendiam, pembeli suka bicara, pembeli pendatang,

penggugup, pembeli ragu-ragu, pembeli pembantah, pembeli pendatang,

pembeli sadar, pembeli curiga, pembeli angkuh dan pembeli lain-lain.

1. Pembeli pria

• Mudah terpengaruh oleh bujukan penjual

• Sering tertipu karena tidak sabaran untuk memilih dulu sebelum

membeli

• Punya perasan kurang enak jika memasuki took tanpa membeli

sesuatu

• Kurang begitu berminat untuk berbelanja sehingga sering

(24)

2. Pembeli Wanita

• Tidak mudah terbawa arus atau bujukan penjual.

• Mementingkn status social dalam hal ini wanita jauh lebih peka

• Mudah meminta pandangan, pendapat dari orang lain

• Cepat merasakan suasana took

• Kurang begitu tertarik pada hal-hal teknis dari barang yang akan

dibeli

3. Pembeli Remaja

• Remaja amat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual

• Mudah terbujuk rayuan iklan terutama pada kerapian kertas

bungkus apalagi jika dihias dengan warna-warna yang menarik

• Tidak berfikir hemat

• Kurang realistis dan mudah terbujuk

4. Pembeli Lanjut Usia

• Tidak terburu-buru dalam membeli barang

• Sering berbincang-bincang dulu

• Bersikap tenang dan ramah terutama kaum wanita

• Tidak bisa mengikuti perputaran jaman sehingga sering

menanyakan barang-barang yang sudah tidak diproduksi lagi

5. Pembeli Pendiam

• Adanya rsa malu sehingga pembeli tidak memiliki keberanian

(25)

• Kurang kemampuan berbicara yang mungkin dapat disebabkan

oleh adanya kerusakan

6. Pembeli Yang Suka Berbicara

7. Pembeli Yang Gugup

8. Pembeli Yang Ragu-ragu

• Kondisi keuangan yang memungkinkan secara cepat memutuskan

sesuatu sehingga pembeli harus perfikir dua kali

• Barang yang akan dibeli adalah untuk orang lain dan pembeli

harus lebih berhati-hati agar tidak salah membeli

9. Pembeli Pembantah

10.Pembeli Pendatang

11.Pembeli Yang Sadar

12.Pembeli Yang Curiga

• Pernah salah beli pada waktu ayang alampau

• Memang memiliki karakter yang selalu merasa curiga terhadap apa

yang dijumpainya

13.Pembeli Yang Angkuh

14.Macam- macam tipe pembeli yang lainnya

• Seorang anak sebagai pembeli

• Pasangan suami istri

• Pasangan yang bertunangan

• Pembeli yang diantar

(26)

2.1.3.3Proses Keputusan Membeli

Menurut Simamora (2004 : 15) suatu proses keputusan membeli

bukan sekedar mengetahui berbagai faktoryang akan mempengaruhi

pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan

untuk membeli. Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan

membeli:

a. Pemrakarsa (initiator), orang yang pertama kali menyarankan membeli

suatu produk atau jasa tertentu.

b. Pemberi pengaruh (Influences), orang yang pandangan atau nasihatnya

memberi bobot dalam keputusan akhir.

c. Pengambil keputusan (decider), orang yang sangat menentukan sebagian

ataua keseluruhan keputusan pembelian dengan bagaimana cara membeli

dan dimana akan membeli.

d. Pembeli (buyer), orang yang melakukan pembelian nyata.

e. Pemakai (user), orang yang mrngkonsumsi atau menggunakan produk atau

jasa tersebut.

2.1.3.4Motif-motif Pembelian

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang

membeli suatu produk tertentu berdasarkan pada kesadaran akan

motif-motif pemelian konsumen serta kesediaan memberitahukan, menurut Alma

(2004:97) motif pembelian yang mendorong mereka untuk melakukan

pembelian. Mengenai Buying motives, ada tiga macam, yaitu :

(27)

Yaitu motive untuk membeli yang sebenarnya. Misalnya,kalau orang

mau makan maka ia akan mencari nasi.

2. Selective b uying motive

Yaitu pemilihan terhadap barang. Ini bias berdasarkan ratio, misalnya

apakah ada keuntungan apabila kita membeli seperti seseorang ingin

pergi ke Surabaya cukup dengan mebeli tiket kereta api kelas ekonomi

tidak perlu kelas eksekutif. Berdasarkan waktu misalnya membeli

makan dalam kaleng yang mudah dibuka agar lebih cepat. Sedangkan

berdasarkan emosi, seperti memberi sesuatu karenameniru orang lain.

Jadi selective buying motive dapat terbentuk rational buying

motive,emotional buying, atau impulse (dorongan seketika).

2.1.3.5Tipe-Tipe Perilaku Membeli

Pembuatan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda

sesuai dengan tipe-tipe keputusan membeli. Tipe perilaku membeli

menurut Amir (2005 : 63) ini terbagi atas:

a. Perilaku membeli yang kompleks, para konsumen menjalani atau

menempuh suatu perilaku membeli yang kompleks bila mereka

semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaan

penting diantara beberapa merk produk yang ada.

b. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan, kadang-kadang

konsumen sangat terlibat dalam kegiatan membeli sesuatu, tetapi dia

(28)

c. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan, banyak produk yang dibeli

dalam keadaan konsumen terlibat dan tidak terdapat perbedaan nyata

antara merk.

d. Perilaku membeli yang mencari keragaman dalam berbagai situasi,

keterlibatan konsumen rendah tetapi ditandai oleh perbedaan merk

yang nyata.

2.1.3.6Tahap-Tahap Dalam Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Ada beberapa tahap dalam pengambilan keputusan membeli

menurut Alma (2004 : 104) yaitu:

1. Need Recogmition

Dalam pengenalan kebutuhan, atau pengenalan masalah, maka seseorang

merasakan adanya stimulasi untuk membeli sesuatu. Stimulasi ini bias

dari dalam, misalnya saja seseorang merasa lapar atau karena dorongan

dari luar, misalnya ingin mentraktir teman atau karena factor iklan

makanan tertentu.

2 InformationSearch

Pencarian informasi mengenai mau membeli apa, model bagaimana,

dimana, dan sebagainya, maka seseorang mencari informasi yang dapat

diperoleh dari sumber komersial seperti iklan, tenaga penjual, melihat

display. Dari pengalaman masa lalu, pernah menggunakan suatu produk

ataupun melihat produk tersebut.

(29)

Dalam hal ini konsumen sangat berbeda evaluasinya karena tergantung

pada pilihan atribut produk, sesuai atau tidak dengan keinginan mereka.

Konsumen juga berbeda tingkat pemenuhan kebutuhan mereka, ada yang

sangat mendesak, ada yang tidak begitu mendesak, masih bisa ditunda

lain kali. Kemudian faktor merk juga sangat menentukan alternatif,

Karena ada konsumen yang sudah fanatik terhadap suatu merk, sulit

beralih ke merk lain. Akhirnya pertimbangan konsumen ialah kepuasan

total terhadap alternatif yang ia ambil.

4 PurchaseDecision

Keputusan membeli ini adalah tahap yang harus diambil setelah melalui

diatas. Bila konsumen diambil setelah melalui tahapan diatas. Bila

konsumen diambil setelah melalui tahapan diatas. Bila konsumen

mengambil keputusan , maka ia akan mempunyai serangkaian kepusan

menyangkut jenis produk, merk, kualitas, model, waktu harga, cara

pembayaran dan sebagainya.

5 PostpurchaseBehavior

Ini sangat ditentukan oleh pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi

produk yang ia beli. Apakah ia akan puas atau kecewa, jadi tergantung

pada jarak ekspetasi dengan kenyataan yang dihadapi. Jika kenyataannya

tidak puas atau tidak sesuai yang diharapkan maka ia akan kecewa, jika

kenyataannya lebih bagus dari yang diharapkan maka ia akan sangat

gembira. Biasanya ekspetai konsumen makin besar,karena mendengar

(30)

sangat bagus dan apabila tidak benar maka ia akan sangat kecewa. Oleh

sebab itu tidak perlu penjual terlalu berlebihan.

Akhirnya secara umum proses pengambilan keputusan membeli ini

dapat dikategorikan kedalam tiga bentuk, yaitu:

a. Proses pengambilan keputusan yang luas (extended decision making)

disini akan banyak muncul pertimbangan karena banyak alternatif

seperti masalah merk, mutu, harga, model, keinginan dan

sebagainya. Kategori ini biasanya muncul dalam menentukan

pembelian barang yang mahal dan jarang dibeli seperti membeli

mobil dan barang-barang elektronik keperluan rumah tangga.

b. Pengambilan keputusan terbatas (limited decision making), dalam

hal ini konsumentelah mengenal masalahnya, kemudian

mengevaluasi hanya beberapa alternatif produk, merk, harga.

c. Proses pengambilan keputusan yang bersifat rutin, kebiasaan

(habitual decision making) proses ini sangat sederhana, konsumen

telah mengenal masalahnya dan sudah jelas pula merk yang akan ia

beli, dimana membeli, keputusan dapat cepat diambil.

2.1.3.7 Keputusan Membeli Suatu Produk

Perilaku konsumen mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

keputusan membeli atau tidak terhadap suatu barang atau jasa. Menurut

Alma (2004:106) menyatakan bila konsumen mengambil keputusan

membeli maka ia akan mempunyai serangkaian keputusan menyangkut :

(31)

b. Mutu

c. Model

d. Harga

e. Waktu

f. Jenis produk

g. Cara pembayaran dan sebagainya

2.1.5Pengertian Remaja

Remaja merupakan salah satu tahapan pertumbuhan dan

perkembangan dalam siklus kehidupan manusia. Remaja merupakan fase

pertumbuhan dan perkembangan ketika seseorang berada dalam rentang

usia 11-18 tahun (harlock, 2008). Pertumbuhan adalah bertambahnya

ukuran sel dalam tubuh lebih besar atau lebih tinggi. Perkembangan

adalah proses bertambahnya kematangan seseorang dalam pengetahua,

watak, serta cara pandang seseorang. Setiap manusia dalam siklus

kehidupannya akan menghadapi proses pertumbuhan dan perkembangan

berbeda. Setiap manusia dalam siklus kehidupannya akan menghadapi

proses pertumbuhan dalam perkembangan yang berbeda. Seperti tugas

perkembangan pada anak usia sekolah berbeda dengan tugas

perkembangan pada remaja. Menurut Anna Freus (1969 dalam Santrock,

2010) remaja akan mengalami perubahan yang berhubungan dengan

perkembangan psikoseksual, orang tua dan cita-cita mereka

(32)

Remaja adalah masa transisi, artinya masa peralihan

diantaraperiode anak-anak menjadi dewasa (Sudrajat, 2008). Masa remaja

adalah masa peralihan dari ketidak matangan pada masa dewasa. Masa

remaja merupakan periode transisi yang meliputi segi-segi

biologis,fisiologis, sosial, dan ekonomis yang didahului oleh perubahan

fisik fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Menurut Mu’tadin

(2002), adolescence adalah waktu “strom and stress”.

Hal ini menjelaskan bahwa remaja adalah masa yang penuh dengan “adai

dan tekanan jiwa”. Hal tersebut yang menjelaskan perubahan-perubahan

yang terjadi pada masa remaja akan menyebabkan kesedihan dan

kebimbangan (konflik )pada seseorang, serta menimbulkan konflik dengan

lingkungannya.

Perubahan pada remaja terjadi pada berbagai level. Pada level

individual termasuk maturasi aspek biologis, pengembangan kognitif dan

pengembangan psikologis. Perubahana juga terjadi pada konteks sosial

dalam keluraga, teman bermain (peer group), sekolah, dan tempat kerja

{Hockenberry, et al, 2003)

2.1.4.1 Penggolongan Remaja

Remaja pada umumnya dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu remaja awal

(11-15 tahun), remaja menengah (16-18 tahun), dan remaja akhir (19-20

tahun). Menurut Sarlitoyang mengutip pendapat Rousseau (2004:22), ada

empat tahapan perkembangan remaja ,yaitu :

(33)

Umur 0-5 tahun : masa kanak-kanak (infancy)

Tahapan ini didominasi oleh perasaan senang (pleasure)dan perasaan

tidak senang (pain).

b. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage)

Mencerminkan manusia pengembaraan dalam evolusi manusia.

Perasaan yang dominan dalam periode ini adalah ingin main-main,

lari-lari.loncat-loncat,dan sebagainnya.

c. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan

kesadaran diri (self consciousness)

Dalam masa ini terdapat energy dan kekuatan fisik yang luar biasa

serta tumbuh keinginanuntuk coba-coba.

d. Umur 15-20 tahun : dinamakan kesempurnaan remaja (adolescence

proper) dan puncak prkembangan emosi.

dalam tahap ini terjadi perubahan dan kecenderungan unruk

mementingkan orang lain dan lebih mementingkan harga diri.

Menurut pendapat Stanley (2004 : 23) bahwa perkembangan umat manusia

dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

1. Masa kanak-kanak (infancy), 0-4 tahun yang mencerminkan tahap

hewan dari evolusi umat manusia.

2. Masa anak-anak (childhood), 4-8 tahun yang mencerminkan masa liar,

(34)

3. Masa muda (youth/ prodolescence), 8-12 tahun yang mencerminkan

era manusia adalah sedikit mengenal kebudayaan, tetapi masih tetap

setengah liar.

4. Masa remaja (adolescence), 12-25 tahun yang mncerminkan masa

topan badai (strom and drang) yang merupakan kebudayaan modern

yang penuh gejolak akibat tentang nilai-nilai.

2.1.4.2Pola dan Perilaku Konsumen Remaja

Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang

potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumtif seseorang

terbentuk pada usia remaja, dan biasanya remaja mudah terbujuk rayuan

iklan, suka ikut-ikutan dan cenderung boros. Sifat-sifat remaja inilah

yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja

(Stone dalam Prabu, 1988).

Menurut Munandar (2001) ciri-ciri dari kelompok konsumen remaja yang

digolongkan berdasarkan ciri-ciri demografis:

1. Remaja amat terpengaruh rayuan penjual.

2. Mudah terbujuk iklan terutama pada perapihan kertas bungkus (apalagi

dihiasi dengan warna-warna menarik).

3. Tidak berfikir hemat.

4. Kurang realistis, romantis dan impulsif.

Hurlock (1991) menyatakan salah satu ciri masa remaja adalah masa

yang tidak realistik. Pada masa ini, umumnya remaja memandang kehidupan

(35)

dengan pandangan orang lain dan juga dengan kenyataan. Selain itu, remaja

memandang segala sesuatunya bergantung pada emosinya dalam menentukan

pandangannya terhadap suatu objek psikologis. Sulitnya, emosi remaja umumnya

belum stabil. Secara psikososial terlihatperkembangan remaja dalam memandang

dan menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan peran mereka sebagai

konsumen.

Seiring perkembangan biologis, psikologis, sosial ekonomi tersebut,

remaja memasuki tahap untuk sudah lebih bijaksana dan sudah lebih mampu

membuat keputusan sendiri (Steinberg, 1996). Hal ini meningkatkan kemandirian

remaja, termasuk juga posisinya sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan

mandiri mengenai apa yang hendak dilakukan dengan uangnya dan menentukan

sendiri produk apa yang ingin ia beli. Namun di lain pihak, remaja sebagai

konsumen memiliki karakteristik mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak

berpikir hemat, dan kurang realistis.

Dalam kaitannya dengan perilaku remaja sebagai konsumen, walaupun

sebagian besar tidak memiliki penghasilan tetap, tetapi ternyata mereka memiliki

mengeluaran yang cukup besar. Sebagian besar remaja belum memiliki pekerjaan

tetap karena masih sekolah. Namun, para pemasar tahu bahwa sebenarnya

pendapatan mereka tidak terbatas, dalam arti bisa meminta uang kapan saja pada

orang tuanya (Loudon & Bitta, 1984).

Perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada remaja

(36)

ketertarikan remaja, misalnya minat yang sangat kuat terhadap penampilan

(Reynolds dan Wells, 2000, hal. 76). Saat masa remaja, minat pribadi dan sosial

merupakan kelompok minat yang paling kuat dirasakan. Minat adalah suatu

perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,

pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan

individu kepada suatu pilihan tertentu (Mappiare, 2001, hal. 73).

Minat pribadi timbul karena remaja menyadari bahwa penerimaan sosial

terutama per groupnya sangat dipengaruhi oleh keseluruhan yang dinampakkan

remaja. Kemampuan yang dimiliki remaja dapat meningkatkan atau menurunkan

pandangan teman-teman sebaya terhadap dirinya. Sesuatu yang bersifat pribadi

seperti tampang, bentuk tubuh, pakaian atau perhiasan, dan sebagainya, sangat

diminati karena erat berkaitan dengan keberhasilannya dalam pergaulan. Remaja

menjadi sangat memperhatikan penampilan dan menghabiskan banyak uang dan

waktu serta usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat penampilannya menjadi

lebih baik (Ibrahim, 2002 hal. 11).

Remaja berusaha membentuk citra atau image tentang dirinya dan upaya

ini terlihat dalam suatu gambaran tentang cara setiap remaja mempersepsikan

dirinya, termasuk didalamnya cara remaja menampilkan diri secara fisik sehingga

mendorong remaja melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai

dengan tuntutan komunitas sosial mereka. Keinginan untuk memenuhi tuntutan

tersebut diduga mendorong remaja untuk melakukan pembelian impulsif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif terbagi menjadi Faktor-faktor personal

(37)

motivasi, kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya konsumen, dan gaya

hidup. Faktor lingkungan terdiri dari situasi, kelompok dan budaya (Engel et

al,1995, hal.140-141)

2.1.5 Kelas Sosial

Kelas sosial merupakan kelompok-kelompok yang relatif

homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersususn

secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai minat dan perilaku

yang serupa.

Menurut J. Paul (200:92) kelas sosial adalah sebuah hierarki status

nasional dimana kelompok dan individu dibedakan dalam hal gengsi dan

nilai diri. Kelas social dapat dipengaruhi oleh keahlian sosial, aspirasi

statu, partisipasi komunitas, sejarah keluarga, tingkat budaya, kebiasaan

bereaksi dan penerimaan sosial oleh kelas tertentu.

Menurut Nugroho (2000:299), kelas sosial lebih mengelompokkan

orang yang sama dengan perilaku berdasarkan poisisi ekonomi mereka.

System kelas sosial lebih menggolongkan pada keluarga ketimbang

individu.

Pengertian dan perkembangan kelas sosial penting dalam

memahami konsumsi karena dua alasan yaitu :

1. Konsumen menggunakan gaya hidup yang diisyaratkan

didalam kelas orisinal mereka, walaupun orang bergerak

(38)

2. Gaya hidup kelas menengah cenderung tururn dan menjadi

diterima secara umum oleh masyarakat. Nugroho

(2003:301).

Dari beerapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kelas sosial

adalah penjumlahankelas dalam masyarakat, artinya semua orang dan

keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh

masyarakat umum.

2.1.5.1 Variabel yang Berpengaruh Terhadap Kelas Sosial

Menurut Nugroho yang mengutip pendapat Gilbert & Kahl

(2003:301), ada tiga variable yang berpengaruh terhadap kelas sosial,

diantaranya yaitu :

1. Variable Ekonomi

Pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan mempunyai kepentingan

kritis karena apa yang orang kerjakan untuk nafkah dan tidak

hanya menentukan berapa banyak yang harus dibelanjakan,

tetapi juga sangat penting dalam menentukan kehormatan yang

diberikan kepada anggota keluarganya.

2. Variabel Interaksi

• Prestise adalah sentiment didalam pikiran orang yang

mungkin tidak selalau mengetahi bahwa hal itu ada

disana.

• Asosiasi adalah variable yang berkenaan dengan

(39)

sosial yang erat denganorang yang suka mengerjakan

hal-hal yang sama seperti yang mereka kerjakan.

• Sosialisasi adalah proses dimana individu belajar

keterampilan sikap dan kebiasaan untuk berpartisipasi

didalam kehidupan komunitas bersangkutan.

3. Variabel Politik

• Kekuasaan adalah potensi individu atau kelompok

untuk menjalankan kehendak mereka atas orang lain.

• Kesadaran kelas mengacu pada tingkat dimana orang

didalam suatu kelas sosial sadar akan diri mereka

sebagai kelompok tersendiri dengan kepentingan politik

dan ekonomi bersama.

• Mobilitas asalah konsep yang berhubungan dengan

stabilitas atau instabilitas system startifikasi.

2.1.6 Gaya Hidup

Menurut Ujang Sumarwan (2002:56) gaya hidup

merupakan konsep yang lebih baru dan terukur dibandingkan

dengan kepribadian. Gaya hoidup jiga dapat diidentifikasikan

sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan

waktunya.

Menururt Nugroho (2003 : 148) gaya hidup adalah sebagai

(40)

menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

diri mereka sendiri dan dunia disekitarnya.

Menurut James F. Engel (1994: 383) gaya hidup adalah

konsep yang lebih kontemporer. Lebih komperhensif dan berguna

daripada kepribadian. Gaya hidup merupakan fungsi motivasi

konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi

dan variable lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan

mencerminkan nilai konsumen.

Dari beberapa pengertian gaya hidup dapat disimpulkan

bahwa gaya hidup bias merupakan ident itas kelompok akan

mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Gaya hidup seseorang biasanya

tidak permanen dan cepat berubah.

2.1.6.1 Manfaat Gaya Hidup bagi Produsen

Terdapat empat gaya hidup bagi para produsen menurut Nugroho

(2003:155), yaitu :

1. Produsen dapat mengguinakan gaya hidup para konsumen

untuk melakukan segmentasi pasar sasaran. Jika produsen

dapat mengidentifikasikan gaya hidup sekelompok konsumen,

maka berarti produsen mngetahui satu segmen konsumen.

2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam

(41)

3. Jika gaya hidup sudah diketahui, maka produsen dapat

menempatkan iklan produknya pada masing-masing

media-media yang dianggap paling cocok.

4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti produsen bias

mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup

para konsumen.

2.1.7 Kelompok Refrensi

Menurut Ujang Sumarwan (2002:250) kelompok refrensi gi

konsumen. Interaksi adalah seorang individu atau kelompok orang yang

secara nyata dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan

digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah

referensi dalam membentuk respon efektif dan kognitif serta perilaku.

Kelompok refrensi menurut Nugroho (2003:266) adalah aspek

lingkungan sosial mikro interaksi sosial dengan kelompok referensi sering

terjadi secara langsung dan bertatap muka, yang mana dapat memberikan

pengaruh langsung pada tanggapan afeksi, kognisi, dan prilaku pada

strategi pemasaran. Kelompok referensi terdiri dari dua atau lebih orang

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang sama.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi

seseorang dalam keputusan pembelian atau konsumsi yang melibatkan

(42)

referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan kognisi serta

menyatakan perilaku seseorang. Bentuk-bentuk dari kelompok yang

penting antara lain keluarga, teman dekat, mitra kerja, kelompok sosial

formal, kelompok hobi dan tetangga.

2.1.7.1 J enis Kelompok Referensi

Menurut Nugroho (2003:267) terdapat lima jenis kelompok

referensi, diantaranya yaitu :

1. Formal dan informal

Kelompok formal adalah kelompok ka, memyang memiliki

struktur organisasi yang jelas dan tertulis. Dan keanggotaanya

sudah terdaftar secara resmi. Sedangkan informal yaitu

kelompok yang struktur organisasinya tidak jelas dan tidak

memiliki struktur organisasi tertulis dan resmi dan sifat

keanggotaanya tercatat.

2. Primer dan sekunder

Kelompok yang keanggotaanya terbatas dam melibatkan

interaksi langsung memlalui tatap muka, memiliki ikatan

emosional antara anggota. Sedangkan sekunder yaitu kelompok

dengan keanggotaan yang longgar, antara anggota kelompok

mungkin juga terdiri dari kontak tatap muka langsung, antara

anggota memiliki pengaruh kecil terhadap orang lain.

(43)

Seseorang dapat dapat menjadi anggota formal dari

keanggotaan kelompok referensi.

4. Aspirasional

Kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti

norma, nilai maupun perlakuan dari orang lain yang dijadikan

kelompok referensi.

5. Disosiatif

6. Yaitu seseorang atau sekelompok yang berusaha untuk

menghindar atau menolak asosiasi dengan kelompok referenai.

2.1.7.2 Pengaruh Kelompok Referensi

Menurut Ujang Sumarwan (2002:252) pengaruh kelompok

referensi memiliki tiga macam :

1. pengaruh normatif

yaitu pengaruh dari sekelompok referensi terhadap seseorang

melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti.

Pengaruh normatif akan semakin kuat terhadap seseorang untuk

mengikuti kelompok referensi, jika ada tekanan kuat untuk

mematuhi norma –norma yang ada penerapan sosial sebagai

motivasi kuat, produk dan jasa yang dibeli akan terlihat sebagai

symbol dan norma sosial.

2. Pengaruh Ekspresi Nilai

Yaitu kelompok yang akan mempengaruhi seseorang melalui fungsi

(44)

pandangan bahwa orang lain menilai kesuksesan seseorang dicirikan

oleh pemilik barang-barang yang serba mewah.

3. Pengaruh Informasi

Yaitu kelompok referensi akan mempengaruhi pilihan suatu produk

ataupun merek dari seorang konsumen karena kelompok referensi

tersebut sangat dipercaya sarannyakarena memiliki pengetahuan dan

informasi yang lebih baik.

2.1.7.3 Kelompok Referensi yang Ter kait dengan Konsumen

Menurut Ujang Sumarwan (2002:253) mengemukakan beberapa

kelompok referensi yang terkait dengan, konsumen, diantaranya yaitu :

1. Kelompok Persahabatan

Konsumen membutuhkan teman dan sahabat sesamanya.

Memiliki konsumen yaitu kebutuhan akan kebersamaan,

kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk mendiskusikan

berbagai masalah. Konsumen memiliki teman adalah tanda

bahwa ia telah membawa kehidupan sosial dengan dunia luas.

2. Kelompok Belanja

Adalah dua atau lebih orang konsumen yang berbelanja

bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja bias

merupakan kelompok persahabatan., namun juga orang lain

yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama.

(45)

Konsumen yang telah bekerja akan menghabiskan waktunya 35

sampai 40 jam di tempat kerja. Ia akan berinteraksi dengan

teman-teman sekerjanya baik dalam tim kecil maupu teman

kerja lainnya dari bagian lain. Interaksi yang sering dan intensif

memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja

mempengaruhi perilaku konsumsi dan pengambilan keputusan

konsumen dalam membeli produk dan jasa dan pemilihan

merek.

4. Kelompok atau Masyarakat Maya

Perkembangan teknologi computer fan internet telah

melahirkan suatu kelompok masyarakat baru yang disebut

kelompok atau masyarakat maya, yang tidak dibatasi oleh

waktu. Konsumen yang emnjasdi anggota kelompok maya atau

internet tertentu akan sering mengakses informasi yang

dibutuhkannya untuk mengambil keputusan dalam pemilihan

dan pembelian produk.

5. Kelompok Pegiat Konsumen

Konsumen yang kecewa dalam membeli produk dan jasa akan

melakukan beerapa tindakan yaitu diam dan kesal dan

menyampaikankekecewaanya. Berkirim surat dan mengeluh

kepada surat kabar atau majalah atau mengadu ke lembaga

(46)

Indonesia adalah lembaga swadaya tertua di Indonesia yang

telah aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen.

2.1.8 Motivasi

Motivasi seseorang sangat ditentukan oleh kebutuhan yang ada

dalam dirinya sehari-hari dan dari pengalaman-pengalaman yang telah ia

terima.secara umum kata motivasi berasal dari kata motif yang berarti

kemampuan, kehendak, atau daya upaya yang mendorong seseorang

melakukan sesuatu.

Motivasi menurut Bilson Simamoru (2004:11), suatu kebutuhan

yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan. Sedangkan

menurut Ujang Sumarwan (2002:34), motivasi muncul karena adanya

kebutuhan yang berdasarkan oleh konsumen, kebutuhan sendiri muncul

karena konsumen meraskan ketidak nyamanan antara yang seharusnya

dirasa dan sesungguhnya dia rasakan.

Anwar Prabu (2002:11) memberikan pengertian bahwea motif

merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri konsumen yang perlu

dipenuhi agar konsumen tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap

lingkulingkungannya. Sedangkan motivasi adalah suatu kondisi yang

menggerakkan konsumen agar mampu mencapai tujuan motifnya.

Menurut J. Paul (2000:94) motivasi dapat digambarkan sebbagai

penggerak yang ada didalam individu-individu yang mendorong mereka

untuk bertindak, motivasi merupakan penggerak yang dihasilkan oleh

(47)

seseorang melakukan suatu tindakan. Gerakan ini dapat berupa aspek

psikologi, sosial, berasal dari dalam atau luar diri konsumen, sadar atau

tidak sadar, dan naluriatau pembelajaran.

Menurut Nugroho (2003: 94), motivasi dapat diartikan

sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan

seseornag agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan

terintegrasi dengan segala upaya untukmencapai suati kepuasan.

Dari pengertian motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan dorongan psikologis dari dalam maupun dari

luar individu untuk melakukan kegiatan pembelian yang dapat

dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrisik dan motivasi

ekstrisik.motivasi sebagagai suatu proses mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu.

2.1.8.1 Kebutuhan Dasar yang dapat Memotivasi Perilaku

Menurut Ujang Sumarwan yang mengutip pendapat dari David M.C

(2002:41), bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi seseorang

untuk berperilaku diataranya, yaitu :

1. Kebutuhan untuk sukses/ Need for success

Adlah keinginan manusia untuk mencapai suatu prestasi, reputasi

dan karir yang baik.

2. Kebutuhan afiliasi/ Need for affiliation

Adalah keinginan manusia untuk membina suatu hubungan dengan

(48)

yang penting bagi merka dan dimiliki oleh orang yang ada

disekelilingnya.

3. Kebutuhan kekuasaan/ need for power

Adalah keinginan manusia bia mengontrol lingkungan termasuk

mempengaruhi, mengarahkan dan mengatur orang lain.

Gambar 2.3

Kebutuhan Dasar yang memotivasi Perilaku

Sumber : David M.C (2002:41)

2.1.8.2 Dasar Teori Kebutuhan

Dasar motivasi kebutuhan menurut Nugroho (yang dikutip dari

pendapat Maslow. Hierarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni

seorang berperilaku karena adanya dorongan untuk memenuhi

bermacam macam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat bahwa

(49)

kebutuhan yang pertaman telah akan muncul menjadi yang utama.

Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua terpenuhi muncul kebutuhan

ttingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan yang kelima.

Adapun dasar teori kebutuhan Maslow diantaranya yaitu :

• Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan, ia selalu

menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus dan

hanya akan berhenti bila akhir hayatny tiba.

• Suatu kebutuhan yang telah dipuaskn tidak menjadi alat

motivator bagi pelakunya, hnaya kebutuhan yang tidak

terpenuhi yang akan mejadi motivator.

Inti teori Maslow adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu

hierarki. Tingkat kebuthan yang paling rendah ialah tingkat kebutuhan fidiologis

dan tingkat yang tertinggi ialah kebutuhan akan perwujudan dari (aelf

actualitazion needs). Kebutuhan -kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai

berikut:

1. Kebutuhan fisiologis

Yaitu kebutuhan akan, makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari rasa

sakit.

2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan/ safety and security

Yaitu kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni aman dari ancaman

kajadian dan lingkungan.

3. Rasa memilik, sosial dan cinta/belongingness

(50)

4. Harga diri / esteems

Yaitukebutuhan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain atau

orang disekitarnya.

5. Asas perhatian timbal balik

Asas perhatian timbal balik adalah memotivasi para konsumen dengan

mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan disamping berusaha

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan konsumen dan produsen.

Jadi kesimpulannya bahwa asas motivasi yang diterapkan harus dapat

meningkatkan produktifitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada

para konsumennya.

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah serta teori yang telah dikemukakan

sebelumnya, dalam penelitihan ini penulis menitik beratkan kelas sosial ( X1),

gaya hidup ( X2 ), kelompok referensi ( X3 ) dan motivasi ( X4 ) terhadap

Keputusan Pembelian ( Y ). Diduga masing – masing variable mempunyai

pengaruh yang erat dengan keputusan remaja dalam membeli Starbucks coffee

pada Ciputra World Mall Surabaya. Dengan melihat beberapa faktor diatas maka

dapat diketahui bahwa ketika konsumen akan memutuskan untuk berbelanja suatu

produk tersebut, apakah produk tersebut emiliki manfaat dan kapan akan membeli

produk tersebut.

Kelas sosial (X1) memiliki peranan penting terhadap keputusan seseorang

(51)

juga mempunyai urutan kedudukan, konsumen percaya suatu merk lebih tinggi

atau lebih rendah dari merek yang lain dan beberapa toko lebih tinggi dalam status

sosial dibanding dengan toko yang lain.

Gaya hidup (X2) juga bisa mempengaruhi keputusan berbelanja seseorang

yang mewah maka secara otomastis produk-produk yang akan dibeli disesuaikan

dengan gaya hidup seseorang tersebut. Dengan gaya hidupseseorang yang mewah

maka secara otomatis produk akan dibeli memiliki kualitas dan harga yang sesuai

dengan status sosialnya., begitu juga sebaliknya seseorang yang memiliki gaya

hidup yang mewah akan memutuskan membeli suatu produk apabila produk

tersebut tidak mencerminkan status sosialnya, seperti tidak bermerek, tidak mahal,

tidak sesuai tempat dan masih banyak yang lainnya yang mempengaruhi

seseorang tersebut memutuskan membli suatu produk.

Kelompok referensi (X3) sangat berpengaruh pada keputusan berbelanja

seseorang. Dengan adanya kelompok referensi yang bisa merekomendasikan

produk tersebutbaik atau tidaknya akan semakin memberikan keyakinan dan

kepercayaan tersendiri kepada seseorang yang akan memakai atau membeli suatu

produk, karena kelompok tersebut telah merasakan baik atu buruknya dari produk

yang terlebih dahulu mereka beli, sehingga mereka dapat memberikan pengaruh

kepada seseorang sebelum membeli produk tersebut.

Motivasi (X4) dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk bebelanja

(52)

seseorang cenderung berubah, misalkan saja berbelanja suatu produk karena

termotivasi dari seseorang yang diidolakannya.

Dan untuk mengetahui pengaruh tersebut maka teknis analisis yang

digunakan adalah Regeresi Leneresi Barganda. Maka kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.4

Kerangka Ber fikir

2.3. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah disarnpaikan sebelumnva maka dapat

disusun sebuah hipotesis altematif sebagai berikut:

1. Faktor kelas sosia, gaya hidup, kelas referensi dan motivasi berpengaruh Kelas Sosial

(X1)

Gaya Hidup

(X2)

Kelompok Referensi

(X3)

Motivasi

(X2)

Keputusan Pembelian

(53)

World Mall Surabaya.

2. Faktor kelas sosia; gaya hidup, kelas referensi dan motivasi berpengaruh

secara parsial terhadap keputusan membeli Starbucks coffee di Ciputra

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dimana penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel tersebut dan bermaksud menjelaskan

sebab akibat dari suatu variabel tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang

diambil, maka untuk tidak terjadi salah penafsiran berikut ini akan dibuat suatu

definisi operasional serta pengukuran variabel, masing-masing variabel tersebut

antara lain sebasai berikut:

1. Kelas Sosial (X1)

Adalah tingkatan status dari konsumen yang dapat di bedakan mendalam hal

gengsi dan nilai. Adapun indicator-indikatornya sebagai berikut :

a. Tingkat pendapatan / uang saku

b. Status pekerjaan.

2. Gaya Hidup (X2)

Adalah pola remaja dalam menggunakan uang dan waktunya untuk membeli

produk di Starbucks coffee.. Variabel ini diukur dengan indikator :

a. Dengan meminum kopi di Starbucks merupakan gaya modern

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumen Assael
Gambar 2.3
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

ASPEK YURIDIS TINDAKAN MERUMAHKAN PEKERJA PEREMPUAN YANG SEDANG HAMIL DENGAN BERLAKUNYA UNDANG –UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (Studi Kas us PT

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menduga populasi harimau sumatera di Taman Nasional Berbak dengan metode kamera jebakan dan mengidentifikasi jenis satwa potensi

Hasil model menujukkan bahwa kondisi yang ideal untuk perkembangan hama adalah pada saat suhu minimum sebesar 24 o C dan suhu udara maksimum 33 o C dengan intensitas

Bab I: Pendahuluan. Merupakan gambaran dan langkah yang utuh tentang masalah yang penulis teliti, yang meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan

Tidak berpengaruhnya perlakuan sumber unsur hara terhadap kandungan serat menunjukkan bahwa kandungan unsur hara pada masing-masing perlakuan dan media tanam sudah cukup

Menurut Sutedi yang dikutip dari faisal (2009:164), teknik angket dilakukan dengan cara pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Toksisitas Ekstrak Ciplukan ( Physalis angulata ) Berdasarkan Uji Letalitas Larva Udang adalah benar karya saya

Adapun pada penelitian ini penulis fokuskan pada pada masalah Bentuk tindak tutur direktif, dan kesantunan tindak tutur direktif antara guru murid dalam