ISSN: 1979-27439
Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan
S O S I O A K A D E M I K A
Vol. 12, No. 01, Maret 2019
Persepsi Siswa Kelas XI Akuntansi Dan XII Pemasaran Terhadap Seleksi Minat dan Bakat di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Muaro Jambi
Abdul Rahim
Kemampuan Guru PAI dalam Melaksanakan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Nomor: 157/Vi Bungo Tanjung
Siska, Masruri, Muhammad Nuzli
Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Perspektif Global Mardani
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Sistem
Koloid Kelas XI MIPA 4 SMAN 3 Muaro Jambi Tahun Pelajaran 2018/2019 Zulhadi
Akuntabilitas Kepala Sekolah dalam Mengelola Sarana dan Prasarana Laboratorium Bahasa
Rita Zubaidah
Jiwa Besar Pemimpin dalam Kesanggupan Menempatkan Bawahan Sesuai dengan Keahlian
Salahudin
Implementasi Leadership dan Perilaku Manajemen dalam Manajemen Pendidikan Islam
Edi Wardani
Tinjauan Teoritis Tentang Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Pembentukan Undang-undang
Mutiah Primadya
Diterbitkan oleh:
STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO-JAMBI
Vol. 12, No. 01, Maret 2019 ISSN: 1979-27439
Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan
S O S I O A K A D E M I K A
Penanggung JawabKetua Yayasan Pendidikan Islam Syekh Maulana Qori Bangko M. Thoiyibi, S.Sos., M.H. (Ketua STAI Syekh Maulana Qori Bangko)
Dr. H. M. Joni, Lc., M.A (Wakil Ketua I STAI SMQ Bangko) Dr. H. Firdaus, M.A. (Wakil Ketua II STAI SMQ Bangko) Drs. Hamdan, M.Pd.I (Wakil Ketua III STAI SMQ Bangko)
Pimpinan Redaksi
Masruri, S.Pd.I., M.Pd.I Abdul Kholik, M.Fil.
Penyunting Pelaksana
Ibrahim, S.Pd., M.Pd.I. Salahuddin, S.E., M.M. Habibah, S.Pd.I., M.Pd.I.
Pelaksana Tata Usaha
Muhammad Nuzli, S.Pd.I., M.Pd. Ahmadi, S.Pd.I., M.M.
Alamat Redaksi
STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO
Jln. Prof. Muhammad Yamin SH, Pasar Atas Bangko-Jambi Telp. 0746- 3260012
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu iii
PENGANTAR REDAKSI
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salah satu tujuan berdirinya STAI Syekh Maulana Qori sebagaimana secara eksplisit tercermin dalam Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 488 Tahun 2002 tentang status STAI Syekh Maulana Qori adalah untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan ini lebih lanjut di atur dalam Permendiknas nomor: 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala.
Dengan demikian, STAI Syekh Maulana Qori tidak hanya dituntut agar mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu keislaman dan kemasyarakatan melalui kegiatan pembelajaran, penelitian, dan menyebarluaskannya. Berdasarkan amanat tersebut, pimpinan STAI Syekh Maulana Qori telah mengambil kebijakan yang mengarah kepada peningkatan mutu intelektual akademik dosen STAI Syekh Maulana Qori melalui penerbitan jurnal berkala ilmiah, dan untuk pengelolaannya diberikan pada Pusat Penelitian. Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial Keagamaan adalah salah satu jurnal ilmiah berkala, yang bertujuan pertama, untuk meningkatkan kemampuan akademik para dosen, karyawan, guru, ilmuan maupun cendekiawan dalam menulis karya ilmiah yang lebih baik sesuai dengan kaidah sistematika jurnal terakreditasi. Kedua, dapat menjadi wadah pembelajaran menulis bagi dosen-dosen pemula dan karyawan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam aspek keterampilan menulis ilmiah. Ketiga, menambah khazanah jurnal yang ada di lingkungan STAI Syekh Maulana Qori untuk pengembangan citra diri sebagai lembaga perguruan tinggi Islam yang ada di Provinsi Jambi.
Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam dan Sosial Keagamaan ini diperuntukkan bagi “mahasiswa baru dan lama”, dosen, karyawan dan peminat informasi-informasi terapan maupun filosofis tentang pendidikan, sosial, bahasa serta budaya yang mengakar pada ilmu keislaman. Oleh karena itu fokus tulisannya lebih banyak menyentuh pada “Pendidikan Islam dalam arti luas dan persoalan sosial kemasyarakatan serta terdapat pula beberapa tulisan yang membahas tentang syari’ah sebagai salah satu keilmuan dalam Islam”.
Pada kesempatan ini tim redaksi mengucapkan alhamdulillahirobbil ‘alamin yang mana jurnal Sosio Akademika STAI SMQ Bangko telah berjalan pada tahun ke-12, seiring dengan ini diterbitkan pula jurnal Vol. 12, No. 01, Maret 2019. Yang merupakan semangat ke arah pengembangan yang lebih baik.
Saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi terwujudnya tujuan dan cita-cita mulia kita bersama. Semoga kita dapat berkarya lebih baik lagi di masa mendatang. Demi kemajuan civitas akademika STAI Syekh Maulana Qori.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
Tim Redaksi ... i
Pengantar Redaksi ... ii
Daftar isi ... v
Persepsi Siswa Kelas XI Akuntansi Dan XII Pemasaran Terhadap Seleksi Minat dan Bakat di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Muaro Jambi
Abdul Rahim... 1-10
Kemampuan Guru PAI dalam Melaksanakan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Nomor: 157/Vi Bungo Tanjung
Siska, Masruri dan Muhammad Nuzli ... 11-32
Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Perspektif Global
Mardani ... 33-44
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Contextual Teaching And
Learning (CTL) untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Prestasi Belajar
Kimia pada Materi Sistem Koloid Kelas XI MIPA 4 SMAN 3 Muaro Jambi Tahun Pelajaran 2018/2019
Zulhadi ... 45-52
Akuntabilitas Kepala Sekolah dalam Mengelola Sarana dan Prasarana Laboratorium Bahasa
Rita Zubaidah ... 53-66
Jiwa Besar Pemimpin dalam Kesanggupan Menempatkan Bawahan Sesuai dengan Keahlian
Salahudin ... 67-86
Implementasi Leadership dan Perilaku Manajemen dalam Manajemen Pendidikan Islam
Edi Wardani ... 87-104
Tinjauan Teoritis Tentang Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah dalam Pembentukan Undang-undang
53
AKUNTABILITAS KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM BAHASA
Rita Zubaidah
Dosen Tetap STIT Mamba’ul Ulum Jambi Email: [email protected]
ABSTRAK
Laboratorium bahasa merupakan salah satu sarana prasarana yang cukup urgen untuk dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan dan harus dimanfaatkan secara maksimal. Laboratorium bahasa tidak hanya terbatas untuk pelajaran Bahasa Arab dan bahasa Inggris saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini kepala sekolah sebagai administrator pendidikan memiliki tanggung jawab penuh dalam mengelola sarana dan prasarana sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Rasio minimum ruang laboratorium bahasa 2 m2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang laboratorium 30 m2. Lebar minimum ruang laboratorium bahasa 5 m.
Kata kunci: Kepala Sekolah, Sarana dan Prasarana
PENDAHULUAN
Kepala sekolah merupakan komponen utama dalam sebuah lembaga pendidikan. Menurut Wahjosumidjo, kepala sekolah merupakan tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.60
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin formal suatu lembaga pendidikan, kepala madrasah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim yang kondusif, memberikan dorongan kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
Sebagai administrator, kepala madrasah harus memiliki kemampuan dalam mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi sarana prasarana, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi keuangan dan mengelola administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut
60 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas madrasah.
Menurut Purwanto, sebagai administrator pendidikan, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya seperti; membuat rencana atau program tahunan, menyusun organisasi sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, serta melaksanakan pengelolaan kepegawaian.61
Kepala sekolah harus berusaha agar semua potensi yang ada pada unsur manusia maupun yang ada pada alat, perlengkapan, keuangan dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, agar tujuan sekolah dapat tercapai dengan sebaik-baiknya pula. Kepala sekolah sebagai administrator, harus memiliki berbagai keterampilan sebagai bekal untuk dapat melaksanakan manajemen pendidikan secara lebih baik, di antaranya keterampilan teknis (technical skill), keterampilan hubungan manusia (human relation skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).62
Salah satu tugas kepala sekolah sebagai administrator adalah mengelola sarana dan prasarana sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto, sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien".63
Sedangkan menurut Tim Dosen IKIP Malang, sarana sekolah meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Contoh: gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana sekolah merupakan semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh: jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.64
Sementara itu Piet Sahertian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan perlengkapan atau sarana pendidikan adalah semua barang yang diperlukan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dianggap sebagai sarana penunjang pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah.65 Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan
61 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hal. 112
62 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 16. 63 Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1993), hal 82
64 Tim Dosen IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1989), hal 135 65 Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal 170
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu 55 pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan prasarana tidak bersifat langsung dalam menunjang proses pendidikan.
Salah satu sarana prasarana dalam proses pembelajaran adalah laboratorium bahasa. Keberadaan laboratorium bahasa sangat penting untuk dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan dan harus dimanfaatkan secara maksimal. Penggunaan laboratorium tidak hanya terbatas untuk pelajaran Bahasa arab dan bahasa Inggris saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
1. Akuntabilitas Kepala Sekolah
Akuntabilitas berasal dari bahasa Inggris accountability yang berarti pertanggungan jawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungan jawab.66 Pengertian akuntabilitas menurut Lawton dan Rose dapat dikatakan sebagai sebuah proses di mana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan untuk membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang mereka sudah atau belum diketahui untuk melaksanakan pekerjaan mereka.67
Menurut Teguh, Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.68
Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip good corporate governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pimpinan atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi. Prinsip akuntabilitas digunakan untuk menciptakan sistem kontrol yang efektif berdasarkan distribusi kekuasaan pemegang saham, direksi, dan komisaris.
Prinsip akuntabilitas menuntut 2 (dua) hal, yaitu : 1) kemampuan menjawab dan 2) konsekuensi. Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
66 Peter Salim, The Contempory English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, Edisi
Ketiga-1987), hal. 16.
67 Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), Memahami Good Government
Governance dan Good Coorporate Governance, (Yogyakarta : Penerbit YPAPI, Oktober 2004), hal 68.
68 Teguh Arifiyadi, Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya di Indonesia, (Jakarta: 2008),
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, ke mana sumber daya telah digunakan dan apa yang telah tercapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara periodik. Sumber daya ini merupakan masukan bagi individu maupun unit organisasi yang seharusnya dapat diukur dan diidentifikasikan secara jelas.
Beberapa prinsip akuntabilitas sebagai berikut:
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel;
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan;
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh;
e. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan keuangan akuntabilitas.69
Agar tujuan akuntabilitas sekolah tercapai perlu ada upaya nyata sekolah untuk mewujudkannya. Menurut Slamet70 ada delapan hal yang harus dikerjakan sekolah untuk peningkatan akuntabilitas:
a. Sekolah harus menyusun aturan main tentang sistem akuntabilitas termasuk mekanisme pertanggungjawaban.
b. Sekolah perlu menyusun pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara sekolah dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
c. Sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan menyampaikan kepada publik/stakeholders diawal setiap tahun anggaran.
d. Menyusun indikator yang jelas tentang pengukuran kinerja sekolah dan disampaikan kepada stakeholders.
e. Melakukan pengukuran pencapaian kinerja pelayanan pendidikan dan menyampaikan hasilnya kepada publik/stakeholders dia akhir tahun.
f. Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan pengaduan publik.
g. Menyediakan informasi kegiatan sekolah kepada publik yang akan memperoleh pelayanan pendidikan.
h. Memperbaharui rencana kerja yang baru sebagai kesepakatan komitmen baru.
69 Nanang, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 102 70 Ibid
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu 57 Kedelapan upaya di atas semuanya bertumpu pada kemampuan dan kemauan sekolah untuk mewujudkannya. Sekolah harus mengetahui sumber dayanya sehingga dapat digerakkan untuk mewujudkan dan meningkatkan akuntabilitas.
2. Sarana Prasarana Pendidikan
Secara etimologi sarana pendidikan merupakan alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan dan laboratorium, sedangkan prasarana pendidikan berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan seperti lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya.71
Sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses pembelajaran, seperti taman sekolah untuk pembelajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.72
Senada dengan pendapat E Mulyasa, Donni dan Rismi73 di dalam bukunya Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, mengungkapkan bahwa “Sarana adalah peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dan digunakan secara langsung bagi terlaksananya proses belajar mengajar, misalnya gedung sekolah, ruang kelas, meja dan kursi, alat-alat peraga, media pembelajaran lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar, misalnya akses jalan menuju sekolah dan tempat ibadah.”
Sarana dan prasarana perlu dikelola dengan baik melalui manajemen sarana dan prasarana sekolah. Sarana dan prasarana sangat urgen bagi terlaksananya proses pembelajaran. Selain itu, sarana dan prasarana merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan mutu sekolah.
Menurut ketentuan umum Permendiknas No. 24 tahun 2007, sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah. Sarana pendidikan antara lain gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang termasuk prasarana antara lain seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lain-lain. Tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, maka komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
71 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 51 72 E Mulyasa, Op. Cit, hal. 49
73 Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervise dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan di sekolah meliputi: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang keterampilan, ruang kesenian, dan juga fasilitas olahraga. Ruang kelas adalah tempat siswa dan guru melaksanakan proses pembelajaran. Ruang perpustakaan yaitu tempat koleksi berbagai jenis bacaan siswa dan guru untuk menambah pengetahuan. Ruang laboratorium yaitu tempat praktik siswa untuk mengembangkan pengetahuan. Sedangkan ruang keterampilan yaitu tempat siswa melaksanakan latihan mengenai keterampilan tertentu. Ruang kesenian yaitu tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan seni. Dan fasilitas olahraga yaitu tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan olahraga.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung dapat menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman sekolah, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah dan dimanfaatkan untuk kelancaran pendidikan di sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan memegang peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut, secara tidak langsung akan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, kelengkapan sarana prasarana dapat menciptakan suasana yang dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan.
Selain memberi makna penting bagi terciptanya dan terpeliharanya kondisi sekolah yang optimal manajemen sarana dan prasarana sekolah berfungsi sebagai: (1) memelihara agar tugas-tugas siswa yang diberikan oleh guru dapat terlaksana dengan lancar dan optimal, (2) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala kebutuhan yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.74
Menurut Bafadhal, secara terperinci tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama. Dengan perkataan lain, melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan efisien.
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu 59 c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah.
Secara spesifik standar sarana dan prasarana dijelaskan di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa: a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan,
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.75
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pembelajaran, baik oleh guru maupun peserta didik.
3. Akuntabilitas Kepala Sekolah dalam Mengelola Sarana dan Prasarana Laboratorium Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah laboratorium bahasa mengacu pada suatu ruangan/tempat tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan simulasi bahasa atau memperlancar kemampuan berbahasa seseorang. Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam suatu ruang laboratorium bahasa terdapat berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk aktivitas peningkatan kemampuan berbahasa tersebut
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang di siapkan sebelumnya, Media yang di pakai adalah alat perekam.76 Dengan menggunakan laboratorium bahasa guru juga dapat memanfaatkan kemampuan dirinya dalam memfasilitasi pelajar agar terlibat dalam proses komunikasi secara aktif melalui headset dan microphone yang tersedia dalam meja belajar masing-masing.
75 Depag RI, Kumpulan UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, 2007), hal 28
76 Arif Sadiman, Dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya),
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa untuk mendengar dan berbicara bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disampaikan sebelumnya.77 Mambo (2004: 2) mendefinisikan laboratorium bahasa sebagai …environments designed to enhance foreign language learners’ skills. Generally equipped with analog and digital hardware, and software (tape recorders, videocassette recorders, or computers), they provide practices in listening comprehension, speaking (listen and repeat), with the goal to reinforce the grammar, vocabulary and functions (grammatical structures) presented in class.
Ungkapan di atas dapat dimaknai bahwa: seiring dengan perkembangan zaman, laboratorium bahasa juga mampu mendukung pengajaran komunikatif, yang menekankan pada pembelajaran yang berjangka panjang, antar disiplin ilmu, berfokus pada siswa, dan terintegrasi dengan masalah dan kenyataan sehari-hari. Laboratorium bahasa memiliki beberapa keunggulan dibanding kelas biasa, yaitu:
a. Bagi siswa:
1) Mengurangi rasa cemas/khawatir dan menambah keberanian dalam mengambil risiko karena dapat mendengarkan/berbicara sesuai dengan kecepatan masing-masing.
2) Dengan merekam dan mendengarkan suara mereka sendiri mampu memonitor performance, menemukan kekuatan dan kelemahan, dan mengevaluasi kemajuan belajar mereka sendiri.
3) Semakin merasa nyaman dalam menggunakan teknologi dan semakin percaya diri dalam mengakses materi di luar kelas (self-learning).
b. Bagi guru:
1) Dapat mengakomodasi kebutuhan belajar setiap murid sesuai dengan kebutuhan dan style belajar siswa (individualized instruction).
2) Mampu memonitor dan mengevaluasi performance setiap siswa, mengoreksi kesalahan siswa secara individu, dan memastikan setiap siswa (baik yang pemalu ataupun pemberani) memperoleh kesempatan berpartisipasi yang sama
3) Memberi kesempatan untuk meningkatkan mutu pengajaran dengan memberikan variasi untuk merangsang minat siswa.
Menurut Permendiknas No 24 tahun 2007, standar ruang laboratorium komputer semestinya dapat menampung minimum satu rombongan belajar yang bekerja dalam kelompok. Rasio minimum luas ruang laboratorium komputer adalah 2 m/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang laboratorium komputer 30 m. Lebar minimum ruang laboratorium komputer adalah 5 m.
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu 61 Pengelolaan sarana prasarana pendidikan harus dilakukan oleh kepala sekolah sesuai kompetensinya dimulai dari:
a. Penentuan kebutuhan. Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau sarana prasarana yang lain, terlebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada. Dengan demikian, baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan sekolah itu.
b. Proses pengadaan. Pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh seperti pembelian dengan biaya pemerintah, pembelian dengan biaya dari SPP, bantuan dari komite sekolah, dan bantuan dari masyarakat lainnya.
c. Pemakaian. Penggunaan barang habis dipakai harus secara maksimal dan dipertanggungjawabkan pada tiap triwulan sekali. Adapun penggunaan barang tetap dipertanggungjawabkan satu tahun sekali, maka perlu pemeliharaan dan barang-barang itu disebut barang inventaris.
d. Pengurusan dan pencatatan. Untuk keperluan pengurusan dan pencatatan ini disediakan instrumen administrasi berupa antara lain; buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan dan kartu barang.78
Menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, prinsip dasar pengelolaan sarana dan prasarana antara lain:79
a. Harus menggambarkan cita dan citra masyarakat seperti halnya dalam filsafat dan tujuan pendidikan;
b. Perencanaan hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama;
c. Hendaknya disesuaikan bagi kepentingan peserta didik demi terbentuknya karakter/watak mereka;
d. Perabot dan perlengkapan serta peralatan hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan, serta berguna dan bermanfaat bagi peserta didik dan tenaga kependidikan;
e. Administrator lembaga pendidikan harus dapat membantu program pembelajaran secara efektif, melatih tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai fungsi dan tugasnya;
f. Seorang penanggung jawab lembaga pendidikan harus mempunyai kecakapan untuk mengenal baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakan dengan tepat perabot dan perlengkapan yang ada;
g. Penanggung jawab lembaga pendidikan harus mampu menggunakan dan merawat perlengkapan dan perabot sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, keamanan, keindahan, serta kemajuan lembaga;
h. Penanggung jawab lembaga pendidikan bukan hanya mengetahui kekayaan yang dipercayakan kepadanya, tetapi harus memperhatikan seluruh keperluan
78 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 115-116. 79 Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
alat-alat pendidikan yang dibutuhkan peserta didik, sanggup menata dan memeliharanya.
Menurut Donni dan Rismi80, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen sarana dan prasarana adalah:
a. Ketersediaan
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya selalu ada pada saat dibutuhkan, sehingga mampu mendukung secara optimal proses belajar mengajar.
b. Kemudahan
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya mudah untuk digunakan sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya.
c. Kegunaan
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung sehingga proses belajar tidak akan mengalami gangguan. d. Kelengkapan
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya tersedia dengan lengkap sehingga proses belajar mengajar tidak terganggu. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah akan menunjang dalam akreditasi sekolah.
e. Kebutuhan peserta didik
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya mampu memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam.
f. Ergonomis
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya dirancang dalam konsep ergonomis sehingga mendukung proses belajar dan mengajar yang sesuai dengan konsep kenyamanan.
g. Masa pakai
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya merupakan barang-barang yang mampu dipergunakan dalam jangka waktu panjang. Dengan demikian, maka kualitas sarana dan prasarana yang ada di sekolah harus berkualitas baik. h. Pemeliharaan
Sarana dan prasarana sekolah hendaknya praktis untuk dirawat atau dipelihara sehingga tidak menyulitkan dalam proses pemeliharaannya.
Terkait dengan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana laboratorium bahasa, J. Kowalski Theodore mengungkapkan bahwa ada 6 bingkai praktis dalam mengelola sarana dan prasarana sebagai berikut:81 a. A profesional domain; administrator diharapkan memasukkan pengetahuan
kependidikan ke dalam keputusan tentang ukuran dan kealamian wilayah yang tersedia untuk pendidikan.
b. An economic domain; administrator diharapkan mempersiapkan tentang alokasi sumber yang langka dan pemeliharaan yang efisien untuk investasi.
80 Donni Juni Priansa & Rismi Somad, Op.Cit, hal. 136
81 Kowaski, Thedore, J., Planning And Managing School Facilities (second edition), (USA:
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu 63 c. A political domain; administrator diharapkan untuk mempersiapkan kepemimpinan dan keterampilan manajemen konflik yang berhubungan untuk kompetisi di sumber-sumber yang langka.
d. A culture domain; administrator diharapkan untuk menyediakan kepemimpinan yang mengekspresikan nilai dan kepercayaan komunitas dan profesi.
e. A social domain; administrator diharapkan membuat keputusan yang memberikan keuntungan bagi komunitas dan perkembangan siswa, isu seperti lokasi sekolah dan akses komunitas ke sekolah berhubungan bingkai ini. Pengetahuan tentang sikap sosial, komunitas, dan perkembangan sosial sangat penting.
f. A legal domain; administrator diharapkan membuat keputusan yang berhubungan dengan hukum dan kebijakan pemerintahan tentang pembangunan bangunan publik. Pengetahuan yang berhubungan dengan hukum, kebijakan, dan pengaturan sangat penting.
Dari apa yang dikemukakan J. Theodore di atas dapat dipahami bahwa ada enam ranah (wilayah) yang perlu diperhatikan kepala sekolah dalam merencanakan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. J. Theodore juga mengemukakan suatu model tanggung jawab administrator (kepala sekolah) dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah secara modern seperti di bawah ini:
Managing School Facilities
Gambar
Administrator responcibilities in modern practice 82
Idealnya semua sarana pendidikan di sekolah selalu dalam kondisi siap pakai. Pemeliharaan sarana pendidikan adalah kegiatan untuk melakukan
82 Ibid, p. 13
Collecting, Analizing, And Maintaining Pertinent Data Developing A Comprehensive
Plan
Using Data And The Plan To Edentivy And Solve Problems Building Political And The Plan Economic Support For Propoced
Actions
Evaluating Process and outcomes:
Augmenting and Revising the Plan
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
pengurusan dan pengaturan agar semua sarana tersebut selalu dalam kondisi baik dan siap pakai secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan pemeliharaan secara teratur, sarana pendidikan dapat digunakan secara optimal.
SIMPULAN
1. Akuntabilitas yaitu kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
2. Sarana pendidikan merupakan alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan dan laboratorium, sedangkan prasarana pendidikan berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan seperti lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya. Sarana dan prasarana perlu dikelola dengan baik melalui manajemen sarana dan prasarana sekolah.
3. Pengelolaan sarana prasarana laboratorium bahasa harus dilakukan oleh kepala sekolah dimulai dari: 1) Penentuan kebutuhan, 2) Proses pengadaan, 3) Pemakaian, 4) Pengurusan dan pencatatan.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008. Arif Sadiman, Dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya), Jakarta: PT Rajagrafindo Persero, 2014.
Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Intermasa, 2002. Depag RI, Kumpulan UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.
Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervise dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.
Kowaski, Thedore, J., Planning And Managing School Facilities (second edition), USA: Greenwood Publishing Group, Incc, 2002.
Nanang, Analisis Kebijakan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1994.
Peter Salim, The Contempory English-Indonesia Dictionary, Jakarta: Modern English Press, Edisi Ketiga-1987.
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.
Rita Zubaidah Akuntabilitas Kepala Sekolah...
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019
http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu 65 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Teguh Arifiyadi, Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya di Indonesia,
Jakarta: 2008.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009.
Tim Dosen IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, (Malang: IKIP Malang, 1989. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999.
Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), Memahami Good Government Governance dan Good Coorporate Governance, Yogyakarta : Penerbit YPAPI, Oktober 2004.
PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL Ketentuan Umum
1. Artikel harus merupakan produk ilmiah orisinil dan belum pernah dipublikasikan di media dan terbitan manapun,
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia baku (atau bahasa asing) dengan ragam tulisan ilmiah atau ilmiah populer, tetapi bukan ragam komunikasi lisan, 3. Panjang tulisan antara 15-25 halaman kwarto atau A4 dengan satu spasi, 4. Artikel diserahkan dalam bentuk print out dan softcopy.
Hak penulis yang diterbitkan Jurnal Sosio Akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Maulana Qori Bangko adalah:
1. Mendapat rekomendasi untuk penerbitan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Maulana Qori Bangko,
2. Penulis artikel mendapatkan hard copy sebanyak 2 (dua) eksemplar. Petunjuk Teknis
1. Judul:
a. Informatif mencerminkan isi artikel
b. Maksimum 12 kata (Bahasa Indonesia) atau 10 kata (Bahasa Inggris) c. Memuat variabel atau konsep yang dicakup dalam artikel
d. Tidak ada singkatan
e. Tidak menggunakan kata-kata klise
2. Penulis, yaitu: nama penulis diketik tanpa mencantumkan gelar kesarjanaan dan gelar lainnya, dan ditambah dengan pekerjaan dengan jelas
3. Abstrak:
a. Abstrak ringkas dan padat (dalam 1 alinea) tentang ide-ide yang paling penting
b. Abstrak memuat:
1) Masalah dan/atau tujuan penelitian 2) Prosedur penelitian
3) Ringkasan hasil penelitian 4) Simpulan
c. Abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris untuk bisa diakses sehingga memperoleh peluang untuk disitasi
d. Menurut Undang-Undang tentang Bahasa, abstrak juga harus ditulis dalam bahasa Indonesia
e. Abstrak memuat 50-250 kata 4. Kata Kunci:
a. Kata kunci memuat kata-kata konseptual, b. Jumlah kata kunci sekitar maksimal 5 kata, c. Dapat berbentuk kata maupun prase. 5. Pendahuluan
a. Biasanya tidak diberi judul b. Memuat:
1) Latar belakang atau konteks penelitian, 2) Landasan teori (jika diperlukan),
Jurnal Sosio Akademika Vol. 12/No. 01/Maret 2019 114 http://ejurnal.staismqbangko.ac.id/toc-issues-17.mu
3) Hasil kajian pustaka yang menunjukkan adanya kesenjangan temuan penelitian,
4) Wawasan rencana pemecahan masalah dan potensi kontribusinya bagi perkembangan bidang ilmu,
5) Rumusan tujuan penelitian.
6. Metode (khusus tulisan ilmiah hasil penelitian) a. Desain/prosedur penelitian
b. Populasi & sampel/sumber data
c. Alat/Instrumen & bahan yang digunakan d. Bagaimana data dikumpulkan
e. Bagaimana data dianalisis
7. Hasil (khusus tulisan ilmiah hasil penelitian) 8. Pembahasan
a. Pemaknaan/penafsiran hasil analisis data
b. Membandingkan dengan hasil-hasil temuan penelitian sebelumnya untuk menunjukkan adanya temuan baru yang memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
c. Pengintegrasian hasil-hasil penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan
d. Penyusunan teori baru atau modifikasi teori yang ada 9. Simpulan dengan pendekatan:
a. Menjawab masalah penelitian yang diajukan pada bagian pendahuluan b. Merupakan inti sari hasil pembahasan yang dianggap paling
penting/yang mengandung sesuatu yang baru 10. Biodata Singkat tentang penulis
Alamat Redaksi
STAI SYEKH MAULANA QORI BANGKO
Jln. Prof. Muhammad Yamin SH, Pasar Atas Bangko-Jambi Telp. 0746-3260012/ 0812-7380-416/082185911720 e-mail: [email protected]
Sosio Akademika: Jurnal Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan,
merupakan jurnal ilmiah populer membahas masalah Pendidikan, Sosial dan Keagamaan yang aktual, terbit berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAI
Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko sebagai wahana komunikasi dan informasi antar Peneliti, Ilmuan, Dosen dan Cendikiawan.